HOTEL KAPSUL DI TANAH ABANG JAKARTA DENGAN PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI Harris Christanto, Albertus Galih Prawata, ST., M.Arch, Yanita Mila Ardiani, ST., MT Jurusan Arsitektur Binus University, Jalan KH Syahdan no 9 Palmerah - Jakarta Barat, 021 5543287,
[email protected]
ABSTRAK Hotel kapsul merupakan sebuah jenis hotel yang memberikan kelengkapan seperti hotel umumnya dengan harga yang lebih murah dan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung hotel tersebut. Hal ini membuat luasan hotel kapsul yang cenderung lebih kecil dari pada hotel pada umumnya. Unsur kapsul digunakan dalam penamaan hotel ini lebih untuk menunjukkan bentuk unit hunian yang kecil. Seiring dengan isu konsep sustainable, hotel kapsul dengan kebutuhan energi yang cukup besar harus di kembangkan dengan konsep lebih sadar energi. Salah satu cara menanggapi kebutuhan hemat energi yaitu dengan pemanfaatan cahaya matahari. Pengumpulan data yang digunakan dalam menunjang penulisan ini dilakukan dengan literatur dan studi proyek. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil pencahayaan ruang yang nyaman. Hal ini mempengaruhi perencanaan dan perancangan hotel kapsul di Tanah Abang. Kata Kunci : Pencahayaan Alami, Efisiensi cahaya matahari, hotel kapsul, Tanah Abang, Arsitektur Berkelanjutan.
ABSTRACT Capsule hotel is a type of a hotel that similar to a city hotel with cheaper rates and it also serves the needs of the hotel visitors. The area of the capsule hotels tends to be smaller than the hotel in general. An Elements of capsules is used in the naming of the hotel is more to show the form of small residential units. Along with the issue of sustainable concepts, capsule hotel with considerable energy needs to be developed with the concept of more energy-conscious. Optimalization of the sunlight is one way to save the energy. The collection of environment data will be used in this study to support the literature and the project. The obtained data will be analyzed to get information of suitable light condition in the room. It will affects the planning and design of the capsule hotel in Tanah Abang. Keywords : Natural Lighting, solar light efficiency, capsule hotel, Tanah Abang, Sustainable Architecture.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi pusat perniagaan sehingga sebagian besar kegiatan perdagangan maupun perekonomian berlangsung di Jakarta. Masyarakat dari berbagai daerah banyak berkumpul di Jakarta dengan berbagai kepentingan masing-masing. Salah satu tempat di Jakarta yang banyak menarik minat masyarakat adalah Pasar Tanah Abang. Pasar Tanah Abang dikenal sebagai pusat tekstil terbesar di Indonesia bahkan se-Asia Tenggara sehingga banyak masyarakat domestik maupun internasional yang menyempatkan untuk berkunjung ke tempat ini. Hotel kapsul merupakan sebuah jenis hotel yang memberikan kelengkapan seperti hotel umumnya dengan harga yang lebih murah dan luasan yang disesuaikan dengan kebutuhan penggunjung hotel tersebut. Hal ini membuat luasan hotel kapsul yang cenderung lebih kecil dari pada hotel pada umumnya. Unsur kapsul digunakan dalam penamaan hotel ini lebih untuk menunjukkan bentuk unit hunian yang kecil. Saat ini isu konsep sustainable development menjadi wawasan baru dalam pertimbangan perencanaan pembangunan. Salah satu hal yang di sorot adalah konsumsi energi untuk bangunan gedung yang cukup besar. Hal ini memacu dikembangkannya konsep arsitektur baru yang lebih sadar energi dengan merancang sebuah bangunan yang membutuhkan energi serendah mungkin, konsep ini juga sering disebut sebagai Green Building. Lokasi Proyek di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat Gambar : LRK lokasi area lahan
(Sumber : Dinas tata kota)
Tapak yang diambil untuk pelaksanaan proyek ini bersebelahan dengan Jl K.H Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hotel karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Tapak ini berdekatan dengan Pasar Tanah Abang dan Stasiun Tanah Abang yang menjadi daya tarik bagi masyarakat dengan keperluan tertentu. Pasar Tanah Abang dan Stasiun Tanah Abang merupakan daya tarik bagi orang yang berbelanja. Hal ini disebabkan Stasiun Tanah Abang merupakan salah satu stasiun persinggahan bagi orang-orang yang berasal dari luar kota Jakarta dengan menggunakan kereta api. Sehari-hari keadaan di sekitar lokasi proyek selalu dipadati oleh orang yang berlalu lalang. Ada orang yang berjualan di pinggir jalan, ada orang yang berasal dari pasar Tanah Abang, ada orang yang berasal dari Stasiun Tanah Abang. Tapak berada di Jalan Jati Baru, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi ini merupakan pilihan yang baik untuk dijadikan lokasi hotel karena lokasi yang sangat strategis, kegiatan dan lingkungan yang menunjang. Lokasi ini sangat dekat dengan tempat pusat penjualan industri pakaian no.1 di Asia Tenggara dan Ruko Tanah Abang. Keadaan di sekitar tapak yang padat paling terasa pada sore hari, saat dimana banyak toko di Pasar Tanah Abang mulai menutup usahanya dan saat jam pulang kantor. Sering terjadi macet yang bahkan terkadang sudah dimulai dari jalan Fachrudin hingga jalan Jati Baru.
2
Tinjauan Pustaka Unit kapsul pada hotel kapsul terbuat dari bahan fiberglass yang terbuka pada salah satu sisinya. Unit kapsul menyediakan fasilitas seperti kamar hotel pada umumnya seperti tempat tidur, jam, radio, televisi, penerangan dan meja kecil. Ruang-ruang pada hotel kapsul tersusun secara bertingkat dengan sebuah lorong didepannya seperti pada ruang-ruang di dalam kereta api. Ruang-ruang lain seperti kamar mandi, ruang makan dan lounge terdapat pada tiap lantai (Arjun Kumar Bhatia, 2008).
Gambar 1. Contoh Unit Kapsul Beberapa contoh hotel kapsul yang ada di Jepang antara lain : • Ta Zan Capsule Hotel
Gambar 2. Interior Ta Zan Capsule Hotel (Sumber Otakku. Tahun (2011). Hotel kapsul pertama di Cina) Ta Zan Capsule Hotel merupakan contoh unit yang menggunakan kapsul yang sama mengikuti unit-unit kapsul di Jepang dengan penambahan fasilitas penunjang baru. Berlokasi di dekat stasiun kereta si Shanghai, hotel ini buka pada saat liburan festival musim semi, ketika banyak orang datang ke negara tersebut untuk merayakan tahun baru imlek. Satu unit seharga 68 Yuan ($10) untuk 10 jam atau 88 Yuan ($13) untuk 24 jam.
3
• Mini Capsule Hotel – Never Everland (Design Miami/ Basel)
Gambar 3. Mini Capsule Hotel (sumber :http://www.dezeen.com Atelier Van Laishout) Mini Capsule Hotel, asrama dengan enam unit oleh Atelier Van Laishout, didesain untuk luar ruangan yang disebut juga Never Ever Land di Miami/ Basel Desain.
Kualitas penerangan yang disediakan dalam ruangan ditentukan oleh: a. penggunaan ruangan, khususnya ditinjau dari segi beratnya pembebanan pada mata oleh aktivitas yang harus dilakukan dalam ruangan, dan b. lamanya waktu aktivitas dengan daya mata tinggi dan sifat aktivitasnya. Tabel 1 Penggolongan penggunaan ruang untuk kualitas penerangan alami. Kerja Halus Sekali Kerja Sedang Kerja Kasar Pekerjaan cermat terus menerus, antara lain: - menggambar detail kecil, - dan sebagainya.
Pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari pelaku, antara lain: - pekerjaan kayu, - dan sebagainya.
Seperti pekerjaan pada: - gudang, - lorong lalu lintas orang, - dan sebagainya.
Sebagai bahan pembanding, dapat mempelajari ukuran penerangan yang disyaratkan seperti pada tabel di bawah ini. (Prasasto Satwiko, 2008). Tabel 2 Kebutuhan Penerangan NO KERJA VISUAL PENERANGAN (LUX) 1 Penglihatan Biasa 100 2 Kerja kasar dengan detail besar 200 3 Kerja umum dengan detail wajar 400 4 Kerja yang lumayan keras dengan detail kecil (studio 600 gambar, mejahit) 5 Kerja keras, lama, detail (peradin barang halus, 900 menjahit dengan tangan)
4
Dalam tulisan Basaria Talarosha (2005) , Egan menyatakan intensitas cahaya matahari umumnya memberikan cahaya berlebih sehinga mengakibatkan panas matahari yang begitu tinggi dan silau , hal tersebut menyebabkan ketidak nyamanan secara fisik, visual. Keuntungan sun shading mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan, mengurangi masuknya cahaya matahari yang membuat silau (A. Bamban. Yuuwono, 2007).
Tujuan Penelitian Sasaran pengguna dari proyek ini adalah pedagang yang berkunjung ke Pasar Tanah Abang dengan tujuan untuk berbelanja. Kegiatan berbelanja membuat adanya kebutuhan-kebutuhan tertentu yang diperlukan oleh para pedagang untuk memudahkan kegiatannya seperti kebutuhan akan tempat menginap dan berbagai fasilitasnya. Maksud dan Sasaran proyek diangkat dari permasalahan yang berada dalam tapak Tanah abang, diantaranya: 1) Sebuah hotel seperti apa yang sesuai dihadirkan dalam tapak 2) Kondisi Tanah Abang yang mendapatkan panas matahari berlebih berupa cahaya dan radiasi panas Tujuan penyusunan proyek : 1) Untuk mengetahui jenis hotel yang sesuai 2) Untuk mengetahui luasan dan program ruang yang dapat menampung semua aktivitas kegiatan 3) Untuk menghitung jumlah panas yang masuk dan panas yang dapat dimanfaatkan lagi sebagai usaha efisiensi energi dalam bangunan 4) Untuk mendapatkan hasil desain bangunan hotel yang memanfaatkan cahaya matahari sebagai upaya mewujudkan desain yang sustainable
Rumusan Masalah Topik dan tema pemanfaatan cahaya alami diangkat karena mempuyai latar belakang tersendiri, karena saat ini Indonesia banyak mengkonsumsi energi, dikarenakan penggunaan energi tidak terbarukan maka diperlukan perancangan pemanfaatan energi secara pasif, namun tanpa menutup kemungkinan adanya penggunaan energi dengan sumberdaya tidak terbarukan maka dirancang pula penggunaan energi secara efisien dan terbatas dengan perancangan aktif. Perancangan bangunan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan perancangan secara pasif, dan perancangan secara aktif. Perancangan secara pasif adalah perancangan bangunan yang memberikan kondisi aman, nyaman dan produktif bagi pengguna bangunan secara alami. Aplikasinya lebih ditekankan pada rancangan massa dan fasad bangunan (seperti orientasi, material bangunan, ventilasi, zoning, dll) agar optimal dalam penggunaan cahaya alami, memperoleh penerangan yang nyaman dan mendapatkan visualisasi pandangan yang baik. Perancangan aktif adalah perancangan bangunan yang memberikan kondisi aman, nyaman dan produktif bagi pengguna bangunan secara mekanik, seperti penggunaan lampu (pencahayaan buatan), ventilasi mekanis, dll. Untuk mencapai kenyamanan dan produktifitas pengguna bangunan harus menggunakan energi yang tidak dapat diperbaharui, seperti energi listrik, energi fosil, minyak bumi, dan batu bara.
Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan yang ditekankan sesuai judul proyek hotel kapsul kali ini adalah: 1. Penelitian tentang tapak dan lingkungan sekitar tapak 2. Sistem kerja pencahayaan alami sebagai upaya mewujudkan efisiensi energi 3. Desain bangunan dengan sistem pencahayaan terpilih untuk memaksimalkan aktifitas pengguna dan fungsi bangunan.
5
METODOLOGI PENELITIAN Tahapan Metodologi Penelitian
Judul Topik Tema
: Hotel Kapsul di Tanah Abang Jakarta dengan Pemanfaatan Cahaya Alami :Sustainable (Arstitektur Berkelanjutan) :Penggunaan Cahaya Alami di Dalam Bangunan
Latar Belakang Masalah: • Kebutuhan hunian berupa hotel kapsul di tanah abang • Cahaya Matahari yang menjadi obyek penelitian • Efisiensi Energi dengan pemanfaatan cahaya matahari
Tinjauan umum : • Pengertian hotel kapsul Tinjauan khusus : • Pembahasan dan studi banding terkait dengan topik dan tema
Metode Penelitian: • Cara menganalisis datadengan menggunakan literatur dan studi proyek yang pernah ada • Penggunaan software bantuan
Analisis dan Bahasan: • Analisis manusia : analisis penggunaan cahaya dalam ruangan • Analisis bangunan : analisis bentuk massa bangunan • Analisis lingkungan : analisis tapak
Kesimpulan : • Kesimpulan dari semua analisis • Solusi dari permasalahan
Skematik Desain
Perancangan
Kerangka Berpikir Urutan metoda yang digunakan secara umum antara lain: a) Metode Deskriptif dengan mencari data primer di lapangan. Obyek yang diteliti adalah bangunan hotel kapsul pada pemukiman di daerah Tanah Abang Jakarta. b) Pencarian literatur hotel kapsul yang sudah ada c) Pengumpulan informasi dan teori berkaitan dengan sustainable ke arah pencahayaan alami d) Pencarian data mengenai kenyamanan kebutuhan cahaya dalam ruang untuk menjadi titik acuan e) Metode eksperimental yaitu simulasi komputer dengan menggunakan sofware komputer untuk menguji rekayasa model kombinasi bentuk dan bangunan yang terkena matahari secara langsung.
6
Alur Penelitian Penelitian yang dilakukan secara linear : Penentuan lokasi – Pengukuran lux pada lokasi – Analisa bidang pada software vasari dan Ecotect – Pembentukan masa bangunan dasar (analisis) – hasil.
HASIL DAN BAHASAN Sisi barat yang merupakan arah matahari sore merupakan sisi terpanas yang akan mengenai bangunan. Sisi barat merupakan jalan utama menuju pasar Tanah Abang sehingga tidak memberikan pembayangan pada tapak. Sisi sebelah selatan berseberangan dengan bangunan 4 lantai akan tetapi bangunan ini tidak berpengaruh pada pembayangan pada tapak. Posisi tapak yang tegak lurus dengan sisi barat atau timur, hal ini memberikan kelebihan pada bangunan terhadap panas matahari. Perancangan ruang pada bangunan dengan fungsi utama adalah hunian maka ada ruang yang menerima radiasi matahari. Ruang-ruang yang dapat menerima radiasi dibuat ruang-ruang servis dan ruang publik. Gambar Analisa Radiasi
Analisis bangunan berdasarkan lokasi, yaitu Tanah Abang, Jakarta Pusat. Radiasi pada bentuk persegi yang mengikuti bentuk tapak untuk efisiensi ruang dalam pada jam 3 sore hari menghasilkan radiasi yang cukup tinggi pada sisi barat - barat daya. Analisa Intensitas Cahaya Data studi literatur dengan lux optimal sekitar 400 lux, dengan intensitas eksisting 1100 lux di ruangan outdoor. (Prasasto Satwiko, 2008) Analisa intensitas cahaya dengan bentuk ukuran dan letak berbeda pada unit kapsul yang di coba yaitu dengan ukuran A.) 0,5m x 0,5m (2buah di susun vertikal); B.)1m x 0,5m; dan C.) 1,2m x 0,8m. Gambar Analisa A
7
Analisa A dengan bukaan vertikal, memiliki intensitas yang cukup namun pangkal kapsul memiliki intensitas yang gelap sehingga tidak maksimal. Pangkal kapsul menerima 63 lux. Gambar Analisa B
Analisa B dengan bukaan melebar, intensitas cahayanya sangat minim. Cahaya hanya masuk pada bibir jendela dan tidak menyebar kedalam kapsul. Ketinggian jendela juga berpengaruh pada intensitas cahaya yang masuk pada ruangan. Pada kasus analisa ini, ruangan memiliki intensitas lux kecil akibat besaran jendela yang horizontal dan melebar. Intensitas yang diperoleh pada analisa B sebagian besar menerima 80 -120 lux saja. Gambar Analisa C
\
Analisa C memiliki intensitas cahaya yang paling baik dimana ruang terkena cahaya hampir merata dengan minimal 180 lux, dan ruang inti kapsul menerima 420 lux.
8
Gambar Analisis Lighting Analysis Area Unit
Perbandingan Intensitas cahaya dengan kebutuhan lux menjadi penelitian utama pada unit kapsul pada desain kali ini. Hasil analisis di Jakarta dengan menggunakan software ecotect yaitu ruang luar yang di setting untuk pengukuran di ecotect ini 1800 lux dan ruang pangkal unit kapsul dengan minimal setting adalah 100 lux. Bukaan dibentuk sesuai massa bangunan terpaut ukuran lebar tertentu menghasilkan analisa seperti gambar di atas.
SIMPULAN DAN SARAN Penelitian terhadap perilaku terkait dengan proses perencanaan dan perancangan sangat diperlukan. Penelitian dilakukan dengan menetapkan sasaran pengguna yang sesuai dengan proyek yang akan dilakukan. Penetapan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan ciri khas dari sasaran tersebut sehingga perencanaan dan perancangan yang akan dilakukan dapat dilakukan semaksimal mungkin. Cantilever dibentuk secara meliuk untuk pemanfaatan cahaya alami ke arah dindin bangunan untuk pembayangan yang cukup, sehingga berbeda dengan cantilever dengan bentuk simetris yang menghalangi cahaya masuk. Pembayangan pada unit lantai dan analisa intensitas cahaya alami pada ruang tipikal unit kapsul menunjukkan besaran lux sebesar 100 – 440 lux dengan artian ruangan memiliki lux yang baik untuk melakukan aktifitas kerja sedang – kerja umum detail wajar (Tabel 2). Balkon cantilever memiliki intensitas lux tinggi karena terkena cahaya matahari langsung ruang luar. Gambar Analisis Lighting Capsule Unit
Penggabungan ukuran jendela menghasilkan intensitas lux yang lebih tinggi, namun ruang yang semakin besar membutuhkan cahaya semakin banyak untuk pengoptimalisasian pemanfaatan cahaya pada koridor unit kapsul.
9
Hasil analisa bukaan terbaik pada kapsul yaitu analisa C dimana ukuran bukaan pada unit kapsul sebesar 1,2 m x 0,8 m. Bukaan tersebut yang paling optimal dengan inti kapsul menerima 420 lux dan pangkal minimal 180 lux.
Gambar Unit Kapsul dengan Pembayangan Kantilever
Pada pencahayaan bangunan ini untuk siang hari tetap mengutamakan pencahayaan alami kedalam bangunan dan setiap ruangan yang didalamnya. Pada malam hari tetap menggunakan pencahayaan buatan dan tetap mempertimbangkan efisiensi penggunaan energi lampunya. Massa pada bangunan tower sesuai dengan analisa yang dilakukan terkait dengan orientasi matahari dan memberikan bukaan jendela pada lantai hunian yang berfungsi untuk memaksimalkan pencahayaan alami dalam koridor bangunan unit hunian, sementara untuk mengurangi panasnya radiasi matahari yaitu menggunakan teknologi kaca insulasi yang dapat menahan dan mengurangi radiasi yang dihasilkan oleh matahari dan juga dengan cantilever terbuka pada lantai hunian.
10
REFERENSI Bhatia, Arjun Kumar. (2008). International Tourism Management. New Delhi : Sterling. Broadbent. (1990). Design in Architecture : Architecture and Human Sciences Chichester : Jhon Wiley and Sons. Karyono, Tri Harso. (1999). Arsitektur : Kemapanan Pendidikan Kenyamanan dan Penghematan Energi, Catur Libra Optima N. Fachrizal . (2008). Pemandu Cahaya Matahari Untuk Pencahayaan Alami di Bangunan. Priatman, Jimmy. (2005). Energy- Efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau. Surabaya. Dimensi Teknik Arsitektur Sassi, Paola. (2006). Strategies for Sustainable Architecture. USA and Canada : Taylor & Francis Group Satwiko, Prasasto. (2008). Fisika Bangunan 1 BAB 1 Iklim. Jakarta Talarosha, Basaria. (2005). Menciptakan Kenyamanan Termal Dalam Bangunan. Sistem Teknik Industri : Jurnal Sistem Teknik Industri. 6 (3) : 148-158 Yuuwono, Bamban, A. (2007). Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kemampuan Menahan Panas Pada Rumah Tinggal:Studi Multi Kasus di Perumahan Wonorejo ,Surakarta
RIWAYAT PENULIS Harris Christanto lahir di kota Jakarta pada 1 Juni 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Arsitektur pada tahun 2013.
11