KESANTUNAN BERBAHASA MINANGKABAU DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANAK TERHADAP ORANG YANG LEBIH TUA DI KAMPUNG KOTO PULAI KENAGARIAN KAMBANG TIMUR KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Helvina Septia1), Yetty Morelent2), Dainur Putri2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta E-mail:
[email protected] ABSTRACT This research describe to politeness of speech acts Minangkabau youngers to older people in Koto Pulai Kenagarian Kambang Timur Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Wijana (1996) describes the are many kinds of speech act, Azrial (2008) describes about the context of the situation of speech act that used on the Minangkabau. This research is a qualitative research that develope by descriptive method of Moleong. The results of this research showed that speech act of younger in Nagari Koto Kampung Pulai Kenagarian Kambang Timur Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan sumatera Barat are impolite. Based on six aspects of Speech act that observed by of researcher,there are many speech acts most found are sent of directive speech act as much as 7 data, speech acts directive of required are 3 data, speech act of suggestion are 3 data, speech acts directive of suggestion are 4 of data, speech acts directive of challenged are 3 Data and speech acts of advisig are 3 data that are 23 directive speech acts on a child older people were observed. Based on analysis of data, it can be concluded that politeness of speech acts Minangkabau youngers to older people in Kampung Pulai Kenagarian Kambang timur kecamatan lengayang kabupaten pesisir selatan sumatera barat are classified as impolite. This caused by environmental factors in the communities in Kampung Pulai Kenagarian Kambang Timur Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat. Key Word : modesty, speech act, directive teknologi dan seni, serta dapat membentuk
PENDAHULUAN Bahasa
sebagai sarana
berfikir
menunutun masyarakatnya untuk bertindak
kecerdasan,mengutip pendapat (Morelent, 2014:1).
tertib dan santun. Sedangkan sebagai sarana
ekspresi,
bahasa
Bahasa
Minangkabau
memiliki
membawa
karakter yang menarik dan unik karena
penggunanya kepada suasana kreatif dalam
memiliki begitu banyak padanan kata yang
mengungkapkan
bisa
ilmu
pengetahuan,
dipakai.
Pemakaian
bahasa
Minangkabau yang baik dan benar harus
Pesisir Selatan, khususnya di Kampung
disesuaikan dengan kondisi pembicaraan
Koto Pulai, Kenagarian Kambang Timur,
serta tujuan bicara. Salah satunya adalah
Kecematan Lengayang.
bagaimana langgam kato nan ampek dijadikan
sebagai
dasar
Masyarakat
di
Koto
Pulai,
pembentukan
Kecamatan Lengayang ini terdiri dari
karakter disetiap komunikasi yang terjadi
masyarakat yang berpendidikan tinggi, dan
di kalangan masyarakat Minangkabau,
masyarakat yang berpendidikan rendah.
mengutip pendapat(Morelent, 2014:2).
Dengan demikian, masyarakat ada yang
Masyarakat Minangkabau memiliki
bertutur dengan santun dan ada yang tidak
tata krama berbicara yang mengarahkan
santun. Misalnya, dalam tindak tutur
pemakaian bahasa dalam etika berbahasa.
ilokusi, khususnya bertindak tutur direktif.
Tata krama itu dikenal dengan kato
Yule,
nanampek Navis, (1984:102) menyatakan
adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh
dengan
penutur
istilah
langgam
katodalam
(2006:93)
untuk
mengatakan
menyuruh
direktif
orang
lain
berbahasa Minangkabau, yaitu, pertama;
melakukan sesuatu. Penutur melakukan
kato mandaki (kato mandaki) yaitu bahasa
tindak
yang
digunakan
sosialnya
lebih
tutur
direktif
agar
pendengar
orang
yang
status
mengerti dan melakukan ucapan yang
rendah
dari
lawan
diujarkan penutur.
bicaranya, kedua; kato manurun (kata
Masyarakat Kampung Koto Pulai
manurun) yaitu bahasa yang digunakan
Kecamatan
orang yang statusnya lebih tinggi dari
Kambang Timur Kabupaten Pesisir Selatan
lawan bicara; ketiga, kato malereng (kata
menggunakan
malereng) yaitu bahasa yang digunakan
sebagai
orang
saling
Bahasa Minangkabau digunakan untuk
kata
memberitahu, mengungkapkan perasaan
yang
menyegani;
posisinya dan
sama,
yang keempat,
Langayang
alat
bahasa
Kenagarian
Minangkabau
komunikasi
mandata (kata mandatar) yaitu bahasa
gembira,
yang digunakan di antara orang yang status
masukan, mengkritik dan sebagainya.
sosialnya sama dan hubungan akrab.
perasaan
Dalam
sedih,
sehari-hari.
memberikan
lingkungan
masyarakat
Proses komunikasi dapat terjadi di
tersebut, masih banyak ditemukan anak-
setiap daerah. Dan masing-masing daerah
anak yang tidak memiliki kesantunan
tersebut memiliki gaya bahasa komunikasi
dalam
tertentu sesuai dengan masyarakat yang
bagian dari masyarakat tutur. Melalui
terdapat di daerah itu. Salah satunya di
bahasa mereka mampu berbicara sesuai
daerah Sumatera Barat, yaitu di Kabupaten
dengan perkembangan usianya.
berbahasa.
Mereka
merupakan
Berkaitan dengan
hal tersebut,
Tujuan penelitian ini adalah :
setiap daerah memiliki norma kesantunan
Mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif
dalam bertutur yang berbeda-beda. Begitu
yang digunakan anak dalam kesantunan
juga halnya dengan norma kesantunan
berbahasa MinangKabau terhadap orang
dalam bertutur masyarakat di Kenagarian
yang
Kambang Timur, Kecamatan Lenagayang,
konteks situasi tutur yang digunakan anak
Kabupaten Pesisir Selatan.
dalam kesantunan berbahasa MinangKabau
lebih tua dan
mendeskripsikan
Dipilihnya Kenagarian Kambang
terhadap orang yang lebih tua di Kampung
Timur Kecamatan Lengayang Kabupaten
Koto Pulai, Kenagarian Kambang Timur,
Pesisir Selatan, Sumatera Barat sebagai
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
lokasi penelitian kesantunan berbahasa
Selatan.
MinangKabau, karena dalam tindak tutur
KERANGKA TEORETIS
antara anak dan orang tua dalam kehidupan
Nababan,
(1987:2)
mengutip
masyarakat di daerah ini ditemukan tuturan
pendapat Levinson menyatakan bahwa
yang kurang santun. Hal ini disebabkan
pragmatik ialah hubungan antara bahasa
karena
dan konteks yang mendasari penjelasan
masyarakat
di
Kenagarian
Kambang Timur, Kecamatan Lengayang
pengertian
Kabupaten
sangat
(1996:1) mengatakan bahwa pragmatik
heterogen, baik dari masalah pendidikan,
merupakan cabang ilmu bahasa yang
ekonomi, maupun mata pencaharian.
mempelajari makna secara eksternal, yaitu
Di
Pesisir
dalam
Selatan
keseharian,
bahasa
Minangkabau sering dianggap kasar bagi orang yang baru mendengarnya. Namun,
bahasa.
Kemudian
Wijana
bagaimana satuan kebahasan itu digunakan dalam komunikasi. Selanjutnya, menurut Chaer dan
hal tersebut tergantung penutur yang
Agustina (2004:57)
menuturkannya. Apakah dia menuturkan
menelaah
dengan
santun.
penafsirannya, yang dimaksud dengan
Berdasarkan permasalah tersebut, maka
lambang di sini adalah satuan ujaran yang
peneliti
kesantunan
membawa makna tertentu, yang dalam
berbahasa Minangkabau dalam tindak tutur
pragmatik ditentukan atas hasil penafsiran
direktif antara anak terhadap orang yang
pendengarnya.
santun
ingin
atau
tidak
meneliti
lebih tua di daerah Kenagarian Kambang
hubungan
Menurut
konsep pragmatik lambang
dengan
Chaer dan Agustina
Timur, Kecamatan Lengayang, Kabupaten
(2004:47), peristiwa tutur adalah terjadinya
Pesisir Selatan.
atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang
melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan
mencakup meminta, memohon, mengajak,
lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di
mendorong, mengundang, dan menekan;
dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.
(b) kelompok pertanyaan, yang mencakup
Jadi dalam setiap proses komunikasi
bertanya, mensyukuri dan menginterogasi;
terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur
(c) kelompok persyaratan, yang mencaku
yang melibatkan penutur dan mitras tutur.
memerintah,
Wijana
(1996:10-12)
mengomando,
menuntut,
mendikte, mengarahkan, menguntruksikan,
mengemukakan beberapa aspek situasi
mengatur
dan
tutur, yaitu: (1) penutur dan lawan tutur,
kelompok
larangan,
(2) konteks tuturan, (3) tujuan tuturan, (4)
melarang, dan membatasi, mengabulkan,
tuturan sebagai bentuk tindakan atau
melepaskan, memperkenankan, memberi
aktivitas, dan (5) tuturan sebagai produk
wewenang,
dan
tindak verbal.
kelompok
nasihat,
Tindak tutur merupakan gejala individual,
bersifat
keberlangsungannya
psikologis, ditentukan
situasi
terttentu.
dan
membimbing,
oleh
mendorong.
Wijana,
yang
(d)
mencakup
menganugrahi; yang
(f)
mencakup
menasihati,memperingatkan, mengusulkan,
kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi
mensyarakatkan;
menyarankan,
Syahrul, pendapat
(2008:18)
Brown
dan
mengutip
dan
Levinson
strategi
bertutur
(1996:17) mengemukakan bahwa ada tiga
mengemukakan
jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh
berdasarkan
seorang penutur, yakni tindak lokusi,
ketidaklangsungan,
ilokusi, dan perlokus.
berterus terang tanpa basa-basi, (2) strategi
Syahrul pendapat
(2008:33)
Leech
mengutip
mengemukan
bahwa
bertutur
urutan
dengan
yaitu
basi-basi
tingkat (1)
strategi
kesantunan
positif, (3) strategi bertutur dengan basa-
tindak tutur direktif adalah tindak tutur
basi
yang dirancang untuk mendorong mitra
bertutur samar-samar, dan (5) strategi
tutur
bertutur dalam hati.
melakukan
sesuatu.
Dengan
kesantunan
negatif,
(4)
strategi
demikian, tindak tutur tersebut bertujuan
Kesantunan bahasa menurut Chaer,
menghasilkan suatu efek berupa tindakan
(2010 : 47) mengutip pendapat Fraser
yang dilakukan oleh penutur.
kesantunan
Syahrul
(2008:34)
adalah
properti
yang
mengutip
diasosiasikan dengan tuturan dan di dalam
pendapat Bech dan Harnish membagi
hal ini menurut pendapat si lawan tutur,
tindak tutur direktif atas enam kelompok
bahwa si penutur tidak melampaui hak-
jenis, yakni (a) kelompok permintaan yang
haknya atau tidak mengingkari dalam
Kampung
Koto
Pulai
Kenagarian
memenuhi kewajibannya.
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
METODOLOGI PENELITIAN
Kabupaten Pesisir Selatan; kedua, peneliti
Jenis penelitian yang digunakan
merekam kata-kata atau tuturan informan
penulis dalam penelitian adalah penelitian
dengan menggunakan alat perekam atau
kualitatif dengan metode deskriptif. Objek
handphone sebanyak 14 kali merekam; dan
penelitian ini adalah penduduk asli yang
ketiga,
menetap
rekaman ke dalam bentuk data tulis dalam
di
Kampung
Koto
Pulai
Kenagarian Kamabang Timur Kecamatan
peneliti
mentranskripsi
data
lembaran yang telah peneliti siapkan.
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.
Setelah penulis mendapatkan data
Penelitian ini dilakukan di Kampung Koto
di lokasi penelitian, selanjutnya akan
Pulai
dilakukan kegiatan menganalisis data.
Kenagarian
Kambang
Timur
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Instrumen utama penellitian ini adalah
peneliti
sendiri.
Kemudian,
Langkah
terakhir
pengujian
keabsahan
Moleong
(2010:327)
yaitu data
teknik menurut
bahwa
dalam
pemeriksaan keabsahan data terdiri atas
instrumen bantu dalam penelitian ini, yaitu
empat
perekam, seperti handphone atau tape
pemeriksaan keabsahan data. Keempat
recorder, kemudian alat tulis-menulis, di
kriteria yaitu (1) derajat kepercayaan
antaranya pena, kertas dan alat tulis
(Credibility)
(2)
keteralihan
lainnya. Alat-alat tersebut digunakan agar
(Transferability)
(3)
kebergantungan
dapat
(Dependability),
membantu
jalannya
proses
penelitian.
kriteria
dari
sepuluh
(4)
teknik
kepastian
(Confirmability). Sementara itu, sepuluh
Penulis
informan
teknik dalam pengabsahan yang dimaksud
yaitu penduduk asli yang lahir dan
yakni (1) perpanjangan keikut-sertaan, (2)
menetap
ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4)
di
menggunakan
Kampung
Koto
Pulai
Kecamatan Lengayang, yaitu informan
pengecekan
yang berasal dari keluarga berpendidikan
reverensial (6) kajian kasus negatif, (7)
tinggi, keluarga berpendidikan menengah,
pengecekan anggota (8) uraian rinci (9)
keluarga berpendidikan rendah.
audit kebergantungan (10) audit kepastian.
Untuk pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah, pertama, peneliti
melakukan
observasi
untuk
mencari narasumber atau informan di
sejawat
(5)
kecukupan
HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Data
penelitian
melalui rekaman
ini
diperoleh
pada saat interaksi
komunikasi atau tindak tutur direktif
penelitian
terjadi. Jumlah informan pada penelitian
kesantunan berbahasa anak tersebut dalam
ini adalah sebanyak 3 keluarga, masing-
bertindak tutur.
masing
adalah
dari
kemudian
dianalisis
keluarga
Data yang akan dianalisis dalam
berpendidikan
penelitian ini adalah tindak tutur direktif
menengah, dan keluarga berpendidikan
anak terhadap orang yang lebih tua di
rendah.
Kampung
berpendidikan
wakil
dan
tinggi,
Kriteria
untuk
keluarga
Koto
Pulai
Kenagarian
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
berpendidikan tinggi yaitu kedua orang
Kabupaten Pesisir Selatan.
tuannya menduduki bangku perguruan
Analisis Data
tinggi (mendapat gelar diploma, sarjana,
Masing-masing transkripsi rekaman
master atau doktor). Jika pendidikan
yang menjadi data penelitian ini kemudian
terkahir dari salah satu orang tuannya
dianalisis
sarjana,
tamat
memperhatikan tata krama dan aturan
sebagai
kesantunan berbahasa dalam pergaulan di
kriteria keluarga berpendidikan menengah.
Minangkabau saat bertindak tutur yakni
Sedangkan untuk keluarga berpendidikan
menggunakan kato nan ampek (kata yang
rendah kriterianya yaitu salah satu atau
empat).
dan
SMA/sederajat.
yang Ini
lainnya dikatakan
kedua orang tuanya tamat SMP/sederajat,
kesantunannya
Kriteria
untuk
dengan
keluarga
SD/sederajat, atau bahkan tidak sekolah
berpendidikan tinggi yaitu kedua orang
sama sekali.
tuannya menduduki bangku perguruan
Dalam rangka pengumpulan data,
tinggi (mendapat gelar diploma, sarjana,
penulis mendatangi langsung keluarga
master atau doktor). Jika pendidikan
informan dan melakukan perekaman suara
terkahir dari salah satu orang tuannya
pada saat tindak tutur terjadi tanpa
sarjana,
sepengetahuan
SMA/sederajat.
si
anak
yang
sedang
bertutur. Data
dan
yang Ini
lainnya dikatakan
tamat sebagai
kriteria keluarga berpendidikan menengah. rekaman
ini
kemudian
Sedangkan untuk keluarga berpendidikan
ditranskripsikan dalam bentuk data tulis
rendah kriterianya yaitu salah satu atau
dan selanjutnya diterjemahkan ke dalam
kedua orang tuanya tamat SMP/sederajat,
bahasa indonesia. Hasil transkripsi tersebut
SD/sederajat, atau bahkan tidak sekolah
dapat dilihat pada lampiran 2 halaman
sama sekali.
104.Tindak tutur direktif anak kepada
Tindak tutur yang diamati adalah
orang yang lebih tua ini yang menjadi data
aspek tindak tutur direktif yang terdiri dari
(1) tindak tutur menyuruh, (2) tindak tutur
keluarga yang tamatan pendidikan tinggi
memohon, (3) tindak tutur menuntut, (4)
tidak menjamin menggunakan tutur bahasa
tindak tutur menyarankan, (5) tindak tutur
santun ketika berbicara yang sesuai dengan
menantang,
konsepkato nan ampek.
dan
(6)
tindak
tutur
menasihati. Uraian tentang kesantunan
Pembahasan
berbahasa Minangkabau dalam tindak tutur
Pada bagian ini akan dibahas hasil
anak pada orang yang lebih tua di
analisis data mengenai nilai-nilai tindak
Kampung
Kenagarian
tutur direktif anak pada yang lebih tua.
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
Sesuai dengan hasil penelitian dan analisis
Kabupaten Pesisir Selatan.
data, dari enam aspek ditemukan tindak
Koto
Pulai
Tirtarahardja dan Sulo (2005:266),
tutur direktif yang diamati, yaitu tindak
mengatakan bahwa keluarga berpendidikan
tutur menyauruh, memohon, menuntut,
tinggi merupakan kelanjutan penendidikan
menyarankan, menantang dan menasihati
menengah, yang diselengarakan untuk
di Kampung
menyiapkan peserta didik menjadi anggota
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
masyarakat yang memiliki kemampuan
Kabupaten Pesisir Selatan.
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan
dan/atau
Koto
Pulai
Kenagarian
Tindak tutur yang sering digunakan oleh anak kepada orang yang lebih tua
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
yaitu tindak
tutur
direktif
menyuruh
dan/atau kesenian.
dengan tingkat kesantunan tidak
santun
Orang yang berpendidikan tinggi
karena pada umumnya tindak tutur direktif
tergantung kepada tata cara bicaranya atau
yang digunakan tidak menggunakan kato
pemakaian bahasa. Apakah penggunaan
nan ampek yang paling dominan di
bahasa Minangkabaunya sudah baik dan
gunakan terutama konsep kato mandaki
benar harus disesuaikan dengan kondisi
(kata mendaki) dan kato manurun (kata
pembicaraan serta tujuan bicara. Salah
menurun). Pada umumnya anak lebih
satunya
sering menggunakan kato mandata (kata
adalah
bagaimana
langgam
katonan ampek dijadikan sebagai dasar
mendatar). Kata mendatar
pembentukan karakter disetiap komunikasi
bahasa yang digunakan diantara orang
yang terjadi di kalangan
yang
Minangkabau,
masyarakat
mengutip
pendapat
(Morelent, 2014:1). Berdasarkan tersebut,
dapat
status
hubungannya
sosialnya akrab.
merupakan
sama
dan
Pemakaian
tata
bahasanya bersifat bahasa pasar seperti beberapa disimpulkan
pendapat bahwa
berkomunikasi dengan teman sebaya.
Di
Kampung
Pulai
seperti berbicara dengan teman sebaya.
Kenagarian Kambang Timur Kecamatan
Tuturan anak pada data ini berasal dari
Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan, cara
informan
orang tua atau keluarga bertutur sangat
berpendidikan rendah, kesantunan anak
mempengaruhi cara anak dalam bertutur.
dalam bertutur pada orang tua termasuk
Di
tersebut,
tidak santun karena belum menggunakan
lingkungan membentuk karakter berbahasa
konsep mendaki serta tidak menghargai
dengan
ibunya selaku orang tua.
kampung
Koto
sangat
pendidikan
kuat,
suatu
berpengaruhbesar
Koto
Pulai
dengan
kriteria
keluarga
bahkan
tingkat
keluarga
tidak
Selaku keseluruhan dapat dilihat
kesantunan
tuturan dari informan dengan kriteria
terhadap
anak dalam bertutur dengan orang yang
keluarga
lebih tua.
berpendidikan menengah, dan keluarga
Tuturan anak pada data 1 ini berasal dari informan dengan kriteria
berpendidikan
tinggi,
berpendidikan rendah, memiliki tingkat kesantunan dalam bertutur hampir sama.
keluarga berpendidikan tinggi, kesantunan
Hal ini dapat dilihat dari 6 data
anak dalam bertutur termasuk kurang
yang
sopan. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
keluarga berpendidikan tinggi, 3 data di
pendidikan yang tinggi tidak memberi
antaranya tergolong dalam tuturan santun
pengaruh kuat dalam kesantunan anak
dan 3 data lainnya tergolong dalam tuturan
bertutur dengan orang yang lebih tua.
yang kurang santun. Sementara itu data
Tuturan anak pada data ini berasal
berasal
dari
informan
kriteria
yang berasal dari informan dengan kriteria
dari informan dengan kriteria keluarga
keluarga
berpendidikan
menengah,
berpendidikan
sebanyak 8 data, 1 data
di antaranya
menengah.
Kesantunan
anak dalam bertutur pada orang yang
tergolong dalam tuturan santun dan 7 data
kakaknya termasuk kurang sopan. Hal ini
termasuk tuturan yang kurang santun.
membuktikan bahwa tingkat pendidikan
Selanjutnya,
menengah tidak memberi pengaruh kuat
informan keluarga berpendidikan rendah
dalam kesantunan anak bertutur dengan
ditentukan sebanyak 9 data, 8 data di
orang yang lebih tua.
antaranya termasuk tuturan yang kurang
Kutipan dialog data di atas anak dengan ibunya termasuk pada konsep kata
data
yang
berasal
dari
santun dan 1 data termasuk tuturan yang santun.
mendatar karena anak menggunakanbahasa
Sesuai dengan hasil penelitian,
yang digunakan diantara orang yang status
ditemukan tindak tutur direktif menyuruh
sosialnya sama dan hubungannya akrab
sebanyak 7 data, memohon sebanyak 3
data,
data,
tutur memohon, tindak tutur menuntut,
menyarankan sebanyak 4 data , menantang
tindak tutur menyarankan dan tindak tutur
sebanyak 3 data, dan menasihati sebanyak
menantang. Tindak tutur direktif yang
3 data. Berdasarkan 23 data tindak tutur
paling dominan digunakan adalah tindak
yang menjadi data penelitian dengan
tutur menyuruh dan tidak tutur direktif
tingkat kesantunan pada tindak tutur
yang paling sedikit ditemukan adalah
menyuruh adalah sebanyak 7 data kurang
tindak tutur direktif memohon.
santun.
menuntut
sebanyak
3
Pada tindak tutur memohon
Pada penelitian ini tindak tutur
sebanyak 1 data tidak sopan dan 2 data
yang terjadi pada anak kepada orang yang
termasuk santun.
lebih
Tindak
tutur
menuntut
adalah
tua
di
Kampung
Koto
Pulai
Kenagarian Kambang Timur Kecamatan
sebanyak 3 data kurang santun. Tindak
Lengayang
tutur menyarankan sebanyak 2 data kurang
kadang kala tidak dipengaruhi oleh tingkat
santun dan 2 data termasuk santun. Tindak
pendidikan, melainkan dipengaruhi oleh
tutur menantang tingkat kesantunannya
faktor lingkungan. Dapat dihubungkan
tidak santun. Tindak tutur menantang
pada teori pragmatik bahwa suatu bahasa
ditemukan sebanyak 3 data yang tingkat
itu digunakan saat pertuturan dalam rangka
kesantunannya
Tindak
melaksanakan suatu proses komunikasi
tuturmenasihati ditemukan sebanyak 2 data
seperti yang dilakukan oleh masyarakat
kurang santun dan 1 data lagi termasuk
Koto Pulai tersebut.
tidak
santun.
Kabupaten
Pesisir
Selatan
santun. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil relevan yang telah dilakukan oleh Cecep Kurniawan pada tahun 2014 dengan judul
“Kesantunan
Berbahasa
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,
maka dapat
disimpulkan
Minangkabau dalam Tindak Tutur Direktif
bahwa jenis tindak tutur direktif
dan
Anak Terhadap Orang yang Lebih Tua di
situasi konteks yang di amati Kampung
Pauh Kamang Mudiak Kecamatan Kamang
Koto Pulai Kenagarian Kambang Timur
Magek Kabupaten Agam”.
Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir
Hasil penelitian ini menyimpulkan
Selatan yang paling banyak ditemukan
bahwa ada lima bentuk tindak tutur direktif
adalah tindak tutur di rektif menyuruh
anak dan orang tua dalam berkomunikasi
sebanyak 7 data, tindak tutur direktif
di Kecamatan Kamang Magek Kabupaten
memohon sebanyak 3 data, menuntut 3
Agam, yaitu tindak tutur menyuruh, tindak
data, menyarankan 4 data ,menantang 3
data sedangkan tindak tutur menasihati
menerapkan bahasa yang sopan dan
adalah 3 data dari 23 data tindak tutur
santun dalam bertutur dan berprilaku
direktif anak pada orang yang lebih tua
serta berbahasa Minangkabau yang
yang diamati.
tepat sesuai dengan konsep kato nan
Pada aspek kesantunan tindak tutur anak kepada orang yang lebih tua di Kampung
Koto
2.
Orang tua, selaku orang yang dituakan
Kenagarian
dan menjadi contoh bagi anak dan
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
generasi muda, hendaknya berbicara
Kabupaten
bisa lebih santun dan dapat menjadi
Pesisir
Pulai
ampek (kata yang empat).
Selatan
secara
keseluruhan termasuk kategori kurang
suri
santun karena rata-rata dalam tindak tutur
bertindak
direktif yang diamati, anak bertutur pada
sehari-hari.
orang yang lebih tua dengan menggunakan
3.
teladan
Guru,
dalam
bersikap
dan
tutur
dalam
kehidupan
sebagai
tenaga
pendidikan
konsep dan gaya bahasa kata mendatar dan
diharapkan agar dapat memberi contoh
kata menurun.
cara
bertutur
dengan
santun
dan
Pada penelitian ini tindak tutur yang
mengajarkannya pada siswa termasuk
terjadi pada anak kepada orang yang lebih
konsep kato nan ampek (kata yang
tua di Kampung Koto Pulai Kenagarian
empat)
Kambang Timur Kecamatan Lengayang
kesantunan dalam bersikap termasuk
Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi
berbahasa Minangkabau.
oleh
tingkat
pendidikan,
dan
faktor
4.
sebagai
landasan
dasar
Peneliti lain yang hendak melakukan
lingkungan. Dapat dihubungkan pada teori
penelitian dengan permasalahan yang
pragmatik
sama,
bahwa
suatu
bahasa
itu
diharapkan
dapat
digunakan saat pertuturan dalam rangka
mengembangkan penelitian ini dengan
melaksanakan suatu proses komunikasi
menggunakan aspek yang berbeda.
seperti yang dilakukan oleh masyarakat Koto Pulai tersebut yang sejalan dengan
DAFTAR PUSTAKA
pendapat Wijana (1991:1).
Azrial Yulfian. 2008. Minangkabauuntuk Padang: Angkasa Raya.
Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan,
maka
dapat
disampaikan
saran-saran sebagai berikut. 1.
Anak, selaku generasi muda penerus bangsa yang terdidik hendaknya dapat
Budaya Alam SD kelas 4.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolingustik Perkenalan Awal. jakarta: Rineka Cipta. Keraf, Gory. 1986. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip pragmatik. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Morelent, Yetty. 2014. “Makalah Upaya Penerapan Kato Nan Ampek dalam Berbahasa Cermin Pendidikan Karakter”. Padang: Universitas Bung Hatta Press. Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta:Kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafitipers. Nababan, PWJ. 1987. Ilnu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikti. Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia. R, Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa. Padang: UNP Press. Tirtarahardja, Umar dan Sulo La. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Wijana, I Dewi Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Wijana, I Dewi Putu dan Muhammad Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka. Yule,
George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.