34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1
Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar albumin darah itik Cihateup yang diberi ransum
mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Kadar Albumin Darah Itik Cihateup yang Diberi Ransum Mengandung dan tanpa Kitosan Iradiasi Perlakuan Rataan (mg/dL) Persentase Peningkatan a (8,435−6,949) P1 6,949±0,799 x100%= 21,4% 6,949 P2 8,436±0,605b Keterangan : P1 : Itik Cihateup yang diberi ransum tanpa kitosan iradiasi P2 : Itik Cihateup yang diberi ransum mengandung kitosan iradiasi Abjad yang berbeda (a,b) pada kolom signifikasi menunjukkan hasil berbeda yang nyata dengan P<0,05
Tabel 4. menunjukkan bahwa kitosan iradiasi dapat meningkatkan kadar albumin darah dengan rata-rata 8,436 mg/dL pada itik Cihateup yang diberi ransum mengandung kitosan iradiasi, berbeda nyata signifikan (disajikan di Lampiran 8) dengan kadar albumin darah itik Cihateup yang diberi ransum tanpa kitosan iradiasi (6,949 mg/dL). Persentase peningkatan kadar albumin adalah sebesar 21,4% .
35
Albumin 8.436
9 8
6.949
7 6 Rata-rata Kadar 5 Albumin Darah 4 (mg/dL) 3
Albumin
2 1 0 Tanpa Kitosan
Kitosan Perlakuan
Ilustrasi 2. Diagram Rata-rata Kadar Albumin Darah Itik Cihateup
Suhu lingkungan yang cocok untuk itik adalah 23-25oC dan mampu meningkatkan pertumbuhan itik.
Performa itik akan menurun ketika terjadi
peningkatan suhu lingkungan di atas 29oC (El-Badry dkk., 2009). Suhu yang diamati selama penelitian menunjukkan rata-rata 30,3 oC (disajikan di Lampiran 3). Itik yang tidak berada dalam kondisi nyaman cenderung akan mengalami cekaman panas yang akhirnya memaksa metabolisme untuk mempertahankan keadaan tubuh bukan untuk tujuan produksi. Kondisi stres akan menyebabkan itik melakukan homeostasis agar tubuh tetap mempertahankan keadaan fisiologis tubuh walaupun faktor lingkungan mengalami fluktuasi.
Cara yang dapat dilakukan itik antara lain panting,
penurunan konsumsi ransum, serta pengeluaran urin dan feses secara berlebihan. Hal ini dikhawatirkan ternak akan kekurangan elektrolit sehingga terjadi gangguan dalam tekanan osmotik darah.
36 Elektrolit dari air minum dan pakan bertanggung jawab dalam menjaga tekanan osmotik darah. Jika berkekurangan, maka salah satu protein darah yaitu albumin akan mengalami kenaikan kadarnya karena berperan dalam menjaga tekanan osmotik darah.
Namun dalam jangka waktu stres yang lama akan
menyebabkan albumin mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh hormon corticosterone yang terbentuk dalam kondisi stres akan menekan sintesis albumin. Menurut Mashaly dkk. (2004), hormon corticosterone akan menstimulasi anabolisme glukosa dari prekorsor non-karbohidrat seperti asam lemak dan asam amino sehingga sintesis albumin mengalami penurunan.
Murray dkk. (2014)
menyatakan bahwa albumin yang disintesis oleh hati mengalami penurunan dalam kondisi stres, oleh karena itu ternak itik yang dipelihara dalam penelitian ini yang diberi ransum tanpa kitosan memiliki kadar albumin darah lebih rendah (Tabel 4). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kitosan dapat meningkatkan sintesis albumin (Tabel 4 dan Ilustrasi 2). Hasil ini menunjukkan bahwa kitosan dapat berperan dalam meningkatkan translasi RNA menjadi protein albumin yang berlangsung dalam sel-sel hati. Berdasarkan penelitian Wang dkk. (2011) pemberian kitosan dapat meningkatkan kadar total protein, albumin darah dan menurunkan kadar nitrogen urea. Menurut Fukawa dkk. (1982) dalam Wang dkk. (2011) sintesis protein dikaitkan dengan indeks total protein, albumin, dan nitrogen urea. Penurunan kadar nitrogen urea merupakan indikator peningkatan sintesis protein. Terkait peningkatan translasi protein-protein albumin oleh sel-sel hati, hubungannya dengan kitosan dapat juga dikemukakan bahwa berdasarkan penelitian
Wang
ddk.
(2003)
menunjukkan
pemberian
kitosan
dapat
meningkatkan densitas mikrofili yang berperan dalam absorbsi zat-zat makanan
37 serta
peningkatan
pertumbuhan
organ-organ
intestinal
(termasuk
hati).
Berdasarkan hal ini dapat dijelaskan, pertumbuhan hati yang lebih tinggi dengan pemberian kitosan berarti menambah volume sel-sel hati sehingga metabolisme protein dalam sel-sel hati dapat menjadi lebih tinggi. Hal lain juga dikemukakan berdasarkan hasil penelitian Xu dkk. (2013) dengan pemberian kitosan dapat meningkatkan struktur morfologi usus kecil pada babi (non ruminansia), yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan panjang villi-villi usus kecil.
Hal ini akan meningkatkan penyerapan nutrisi secara
maksimal, termasuk protein sebagai prekursor pembentukan albumin dan globulin darah.
Penyerapan protein yang maksimal juga menjadi faktor lain yang
menstimulasi peningkatan sekresi albumin, karena albumin berfungsi sebagai protein transpor dan ligan beberapa biomolekul termasuk asam lemak, hormon, beberapa kalsium, dan juga steroid.
2.2
Kadar Globulin Darah Itik Cihateup Kadar globulin darah itik Cihateup yang diberi ransum mengandung dan
tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perlakuan P1 P2
Kadar GlobulinDarah Itik Cihateup yang Diberi Ransum Mengandung dan tanpa Kitosan Iradiasi Rataan (mg/dL) Persentase Peningkatan a (4,057−3,177) 3,177±0,632 x100%= 27,7% 3,177 4,057±0.563b
Keterangan : P1 : Itik Cihateup yang diberi ransum tanpa kitosan iradiasi P2 : Itik Cihateup yang diberi ransum mengandung kitosan iradiasi Abjad yang berbeda (a,b) pada kolom signifikasi menunjukkan hasil berbeda yang nyata dengan P<0,05
38 Tabel 5. menunjukkan bahwa kitosan iradiasi dapat meningkatkan kadar globulin darah dengan rata-rata 4,057 mg/dL pada itik Cihateup yang diberi ransum mengandung kitosan iradiasi, berbeda nyata signifikan (disajikan di Lampiran 8) dengan kadar globulin darah itik Cihateup yang diberi ransum tanpa kitosan iradiasi (3,177 mg/dL).
Besar persentase peningkatan kadar globulin
adalah sebesar 27,7%.
Globulin 4.5 4 3.5 3 Rata-rata Kadar 2.5 Globulin Darah 2 (mg/dL) 1.5 1 0.5 0
4.057 3.177
Globulin
Tanpa Kitosan
Kitosan Perlakuan
Ilustrasi 3. Diagram Rata-rata Kadar Globulin Darah Itik Cihateup
Kondisi pemeliharaan itik percobaan dengan sistem pembatasan air sebagai wadah untuk berendam atau berkubang, serta rata-rata faktor mikro lingkungan kandang yang berada diatas zona nyaman ternak itik Cihateup, menjadi faktorfaktor pemicu terjadinya cekaman panas.
Kadar globulin lebih rendah pada
kelompok tanpa kitosan (Tabel 5) mengindikasikan cekaman panas menyebabkan tidak maksimalnya pembentukan globulin.
Cekaman panas akan memicu
39 terbentuknya hormon-hormon stres.
Hormon stres yaitu ACTH akan
menyebabkan peningkatan rasio heterofil/limfosit (H/L) dalam darah, serta menurunkan bobot organ limfa, timus dan bursa fabricius, sehingga limfosit yang dihasilkanmenjadi berkurang. Akibatnya antibodiyang dihasilkan oleh limfosit tersebut (antaralain gamma globulin) menjadi lebih rendah.
Akibatnya kadar
globulin mengalami penurunan (Puvadolpiron dan Thaxton, 2000; Mumma dkk., 2006 dalam Tamzil, 2014). Kadar globulin yang lebih tinggi pada kelompok itik yang diberi kitosan (Tabel 5) menunjukkan efektifitas kitosan dalam menstimulasi kondisi fisiologi ternak itik menjadi lebih baik, baik performa, imunitas, maupun dalam menanggulangi stres. Menurut Dove and Dewan (1991) di dalam Wang (2011) gugus amino dan hidroksil yang terdapat di dalam kitosan dapat mengaktifkan makrofage serta menstimulasi
antibodi
dan
lisozim
sehingga
meningkatkan
konsentrasi
imunoglobulin (IgA, IgG, dan IgM).Murray dkk. (2014) mengemukakan prekursor pembentukan IgA, IgG, IgM atau imunoglobulin adalah protein-protein globulin yang disintesis dalam hati. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Wang dkk. (2011) menyatakan bahwa pemberian kitosan dapat meningkatkan bakteri Lactobacillus dan Bifidobacterium yang berperan dalam fungsi nutrisi dan imun ternak. Jadi secara tidak langsung membantu imunitas ternak, sehingga pembentukan imunoglobulin (IgA, IgG, IgM) dari prekursor globulin mengalami peningkatan dibandingkan ternak yang tidak diberi kitosan. Beberapa hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan peningkatan absorbsi nutrien dan efisiensi ransum dengan pemberian kitosan (Huang dkk., 2005).
40 Penelitian lain menunjukkan kitosan mampu meningkatkan metabolisme lipid, pertumbuhan, dan performa ternak (Tang dkk., 2005). Dari faktor-faktor ini dapat dijelaskan bahwa kitosan meningkatkan metabolisme dan pertumbuhan ternak. Hasilnya kadar globulin lebih tinggi pada kelompok itik yang mendapatkan kitosan. Terkait dengan ini maka globulin memiliki peran penting karena selain berperan dalam imunitas juga menjadi protein tranpor bagi hormon-hormon steroid dan tiroksin (T4) (Murray dkk., 2014), dan diketahui bahwa kedua jenis hormon ini menjadi molekul penting dalam pertumbuhan.