31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Kadar Albumin Darah Itik Cihateup Rata-rata
kadar
albumin
darah
itik
Cihateup
pada
pemberian
fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5: Tabel 5. Rata-rata Kadar Albumin Darah Itik pada Level Pemberian FOS yang Berbeda Perlakuan R P0 P1 P2 P3 …………………………µL/mL…………………. 1 6,363 5,83 8,360 7,684 2 7,352 8,678 6,485 8,372 3 6,857 6,720 7,452 4,678 4 7,278 7,473 8,327 4,783 5 5,116 8,035 4,378 8,495 6 7,478 5,672 7,478 8,368 Rata – rata 6,740±0,894 7,068±1,207 7,080±1,492 7,063±1,829 Keterangan: P0 : Tanpa Pemberian FOS P1 : Pemberian FOS 50 µL P2 : Pemberian FOS 75 µL P3 : Pemberian FOS 100 µL Berdasarkan hasil analisis polynomial orthogonal (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian FOS pada perlakuan yang berbeda dan tanpa pemberian FOS tidak terdapat pengaruh (P > 0,05) terhadap kadar albumin. Itik akan mengalami stress berat, ganguan pertumbuhan dan sistem metabolisenya apabila dipelihara dalam kondisi minim air. Tekanan osmotik cairan
32
tubuh juga mengalami ketidakseimbangan sehingga osmolaritas membrane sel tidak dapat dipertahankan karena pengeluaran urine dan feses yang berlebih untuk mengurangi panas tubuh yang memacu pengeluaran mineral elektrolit (urinaria) yang berlebihan.
Hasil penelitian sebelumnya telah dilaporkan Mashaly dkk. (2004)
bahwa cekaman stress telah meningkatkan gangguan terhadap retensi Na, K di dalam ginjal.
Kondisi ini menyebabkan tekanan osmotik darah mengalami perubahan,
sehingga pengaturan hormonal menjadi solusi untuk mempertahankan tekanan osmotik. Albumin dan globulin adalah mikronutrien yang berfungsi mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuh dan ikut menjaga tekanan osmotik. Diketahui bahwa tekanan osmotic sangat esensial, karena menentukan permeabilitas membrane sel. Kadar albumin dalam cairan tubuh sangat penting dijaga kadarnya agar metabolisme di dalam tubuh dapat dipertahankan secara normal. Mekanisme mempertahankan kadar albumin dalam keadaan stress, antara lain melalui peningkatan aktivitas sel-sel glomerulus ginjal dengan cara meningkatkan tekanan onkotik, sehingga mencegah protein darah terfiltrasi sehingga albumin dapat reabsorsi kembali masuk ke pembuluh vena. Mumma dkk. (2006) menunjukkan pula kadar albumin yang relatif konstan bagi ternak yang mengali stress sebagai indikatir tingginya aktifitas reabsorspsi di ginjal untuk mempertahankan kadar albumin sehingga tekanan osmotik darah dapat dipertahankan. Tan dkk. (2010) mengemukakan pula bahwa filtrasi yang ketat pada sel-sel glomerulus ginjal dalam keadaan cekaman stress adalah bagian dari mekanisme homeostasis yang meliputi pentingnya mempertahankan kadar osomotik darah,
33
prekursor energi dan sistem immun. Namun, dalam keadaan cekaman stress yang berlebihan maka mekanisme ini tidak dapat dipertahankan. Berdasarkan mekanisme tersebut maka dapat menjadi alasan yang penting untuk menjelaskan hasil penelitian ini, bahwa albumin sebagai salah satu biomolekul penting dalam menjaga homoestasis cairan tubuh maka tampak tidak terdapat perbedaan (P > 0,05) kadar albumin kelompok itik yang mengalami stress tanpa pemberian FOS dengan kelompok itik yang diberikan FOS. Pemberian FOS terhadap ternak akan meningkatkan hormone insulin yang nantinya dapat menekan hormon kortisol.
Penurunan hormon kortisol akan
meningkatkan anabolisme dari pembentukan albumin dan globulin.
Meskipun
demikian peningkatan kadar albumin masih dalam batas yang tidak berlebih karena kelebihan albumin juga tidak ideal bagi kelangsungan metabolism.
Penyesuaian
metabolism inilah yang disebut sebagai upaya mempertahankan milliointernal tubuh ternak.
Kuczynski (2002) mengemukakan bahwa stimulasi hormone anabolisme
seperti insulin menngkatkan produksi protein dalam plasma darah, meskipun demikian kadar protein tersebut selalu dipertankan dalam batas yang tidak merusak tekanan osmotic darah.
34
4.2
Kadar Globulin Darah Itik Cihateup Rata-rata kadar globulin darah itik Cihateup disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Kadar Globulin Darah Itik pada level pemberian FOS yang berbeda R
1 2 3 4 5 6 Rata – rata
Perlakuan P0 P1 P2 P3 ………………………µL/mL…….………………… 4,657 5,7 4,17 2,876 3,948 1,772 3,855 1,978 3,593 5,95 3,328 6,882 4,872 4,057 4,233 7,367 7,424 2,415 8,352 3,235 4,352 5,888 3,412 4,552 4,807±1,363 4,197±1,855 4,558±1,895 4,481±2,213
Berdasarkan hasil analisispolynomial orthogonal (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pemberian FOS pada perlakuan yang berbeda tidak terdapat pengaruh (P > 0,05) terhadap kadar globulin. Pada Tabel 6 tampak rata-rata kadar globulin plasma darah itik yang mengalami stress, tanpa maupun dengan pemberian FOS tidak berbeda. Tidak terdapatnya perbedaaan berdasarkan analisis varians polynomial orthogonal (Lampiran 2), disebabkan karena simpangan baku masing-masing kelompok itik percobaan cukup tinggi. Ini berarti respon itik-itik percobaan, baik yang tidak mendapat perlakuan FOS maupun yang diberi perlakuan FOS sangat beragam. Secara statistikal, respon itik terhadap perlakuan adalah sama. Komponen protein yakni albumin dan globulin secara tidak langsung berperan dalam proses homeostasis.
Globulin adalah komponen komponen darah sangat
penting karena antibody merupakan globulin gamma (Hicks dkk., 1998).
35
Cekaman panas yang berkepanjangan akan mengakibatkan pelepasan hormone CRH untuk menstimulasi pembentukan ACTH dan menginduksi pembentukan hormone.
Pelepasan hormon glukokortikoid menimbulkan efek
terhadap pertahanan immunitas (Sugito dan Delema, 2009). Peningkatan cekaman panas meningkatkan hormon kortisol.
Hormon ini
menyebabkan rasio lymphosit dengan neutropil akan berubah. Aengwanich (2007) mengemukakan bahwa rasio lymphosit terhadap neutropil yang berubah akan menginduksi peningkatan sintesis globulin darah guna mempertahankan imunitas tubuh.
Diketahui bahwa globulin adalah precursor zat yaitu immunoglobulin.
Globulin memiliki peran terhadap immunitas. Berdasarkan
penjelasan
tersebut
pada
paragraf
sebelumnya
dapat
dikemukakan bahwa globulin berperan sangat penting dalam mempertahankan immunitas tubuh ternak. Inilah sebabnya respon ternak terhadap kadar globulin yang tidak diberi FOS cenderung sama dengan kelompok itik yang diberi berbagai level FOS, meskipun ternak-ternak tersebut mengalami cekamam stress karena minim air dan ekspos panas melebihi zona nyamannya. Hasil penelitian Naseem dkk. (2005) melaporkan bahwa globulin merupakan komponen immunitas yang sangat penting. Perlakuan dengan menggunakan asam askorbat dengan tanpa asam askorbat pada broiler tidak menunjukkan perbedaan terhadap kadar globulinnya meskipun semua kelompok diberikan perlakuan cekaman panas. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa globulin selalu dipertahankan levelnya di dalam plasma darah, jika terjadi peningkatan masih dalam batas yang ditoleransi oleh ternak.
36