BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini: Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Karakteristik Sampel Umur(thn) Tinggi Badan(cm) Berat Badan (kg) Z Score
Kelompok perlakuan I Rerata ± SB 7,37 ± 0,485 115,90 ± 4,932 18,61 ± 1,391 1,075± 0,991
Kelompok Perlakuan II Rerata ± SB 7,37 ± 0,485 114,86 ± 4,782 19,22 ± 2,030 1,609± 2,813
Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa karakteristik umur, tinggi badan, berat badan dan z score sebelum intervensi dari kedua kelompok sama dan tidak terdapat perbedaan yang berarti. Dengan demikian subjek penelitian berjumlah 158 anak masing – masing memiliki karakteristik fisik yang sama. Umur subjek pada kelompok perlakuan I yang diberikan SKJ 2008 antara umur 7-8 tahun dengan rerata adalah 7,37 tahun. Sedangkan umur subjek pada kelompok perlakuan II (senam otak) antara 7-8 tahun dengan rerata adalah 7,37. Tinggi badan subjek pada kelompok perlakuan I reratanya adalah 115,90, sedangkan tinggi badan pada kelompok perlakuan II reratanya adalah 114,86. Berat badan subjek pada kelompok perlakuan I reratanya adalah 18,61, sedangkan berat badan pada kelompok perlakuan II reratanya adalah 19,22. Z score pada
67
68
kelompok perlakuan I adalah 1,075 dan z score pada kelompok perlakuan II adalah 1,609. Tabel 5.2 Sampel dan Jenis Kelamin Sampel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Kelompok perlakuan I n % 38 48,1 41 51,9
Kelompok Perlakuan II n % 35 45 44 55
Tabel 5.2 memperlihatkan karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin. Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 38 anak (48,1%) dan perempuan 41 anak (51,9%) pada kelompok perlakuan I (SKJ 2008). Pada kelompok perlakuan II (senam otak) memperlihatkan bahwa sebanyak 44 anak perempuan (55%) dan laki-laki sebanyak 35 anak (45%).
5.2 Uji Beda Pengukuran Keseimbangan Dinamis Sebelum Perlakuan pada Kedua Kelompok Keseimbangan dinamis sebelum perlakuan kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II didapatkan hasil : Tabel 5.3 Hasil Pengukuran Pre Tes Keseimbangan Dinamis Pada Kelompok perlakuan I dan Perlakuan II dengan Mann Whitney
Variabel Keseimbangan dinamis
Kelompok Perlakuan I Rerata SB 2,95 0,354
Kelompok Perlakuan II Rerata SB 2,89 0,356
p value
0.272
69
Dari Tabel 5.3 menunjukkan bahwa rerata sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan I sebesar 2,95, sedangkan pada kelompok perlakuan II sebesar 2,89. Dari uji Mann Whitney diperoleh nilai p>0,05 berarti tidak ada beda antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dan kelompok perlakuan II (senam otak). 5.3 Uji Beda Hipotesis I Uji beda bertujuan untuk mengetahui rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I yang diberikan SKJ 2008. Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan digunakan uji Wilcoxon signed rank test. Tabel 5.4 Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok perlakuan I Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
Variabel Sebelum intervensi Sesudah intervensi
Wilcoxon Signed Rank Test Rerata ± SB p-value 2,95 ± 0,354 0,000 4,15 ± 0,949
Ket Signifikan
Pada Tabel 5.4 menunjukkan beda rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dengan sesudah perlakuan memiliki nilai p<0,05. Kesimpulannya pada penelitian ini bahwa kelompok perlakuan I menunjukan adanya peningkatan keseimbangan dinamis signifikan pada kelompok perlakuan I.
70
5.4 Uji Beda Hipotesis II Uji beda bertujuan untuk mengetahui rerata pada keseimbangan dinamis pada kelompok perlakuan II (senam otak) sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk mengetahui keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan digunakan Uji Wilcoxon signed rank test. Tabel 5.5 Uji Beda Keseimbangan Dinamis Kelompok Perlakuan II Menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test Wilcoxon Signed Rank Test Rerata ±SB p value
Variabel Sebelum intervensi Sesudah intervansi
2,89 ± 0,358 4,97 ±0,225
0,000
Keterangan Signifikan
Pada Tabel 5.5 di atas menunjukkan beda rerata pada keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan memiliki rata-rata nilai p<0,05. Kesimpulan pada penelitian ini bahwa kelompok perlakuan II mengalami peningkatan keseimbangan dinamis yang signifikan.
5.5 Uji Beda Hipotesis III Uji beda ini bertujuan untuk membedakan rerata keseimbangan dinamis sesudaah perlakuan antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dengan kelompok perlakuan II (senam otak). Hasil keseimbangan dinamis diperoleh melalui balance beam walking test yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan diambil nilai rata-rata. Hasil keseimbangan dinamis setelah intervensi akan dimasukan
71
dalam uji beda antar kelompok menggunakan Uji Mann Whitney. Adapun hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 Tabel 5.6 Uji Beda Keseimbangan Dinamis antara Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II Menggunakan Mann Whitney
Variabel Kelompok perlakuan I Kelompok perlakuan II
Mann Whitney Rerata ± SB p value 4,15 ± 0,949 0,000 4,97 ±0,225
Keterangan Signifikan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Mann Witney seperti pada Tabel 5.6 menunjukan bahwa beda rerata pada keseimbangan dinamis sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan I dan perlakuan II memiliki nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan yang bermakna. Kelompok perlakuan II memiliki rerata keseimbangan dinamis sebesar 4,97 ±0,225 lebih tinggi setelah perlakuan daripada kelompok perlakuan I sebesar 4,15 ± 0,949. 5.6 Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 pada anak usia 7-8 tahun. Pada penelitian ini jumlah subjek sebanyak 158 anak sekolah dasar kelas 1 dan kelas 2 yang bertempat di SD Negeri 8 Simpang Teritip, SD Negeri 11 Simpang Teritip, SD Negeri 15 Simpang Teritip Bangka Barat. Penelitian ini dilakukan pada 5 Maret 2015 dengan dilakukan pengukuran awal, untuk
72
pelaksanaan program dilakukan 13 Maret – 27 April dengan 3 kali pelatihan selama 18 pertemuan. Pengukuran akhir dilakukan pada 28 April 2015. Umur anak yang terlibat dalam penelitian ini adalah 7-8 tahun, dengan 100 anak berusia 7 tahun dan 58 anak berusia 8 tahun. Pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II terdiri 50 anak berusia 7 tahun dan 29 anak berusia 8 tahun. Usia dalam penelitian ini dibatasi dari 7-8 tahun, didasakan pada hasil penelitian yang dilarkukan oleh Permana (2013) mengenai pengaruh usia terhadap perkembangan dinamis anak-anak. Dilaporkan bahwa usia 7-8 tahun adalah awal perkembangan keseimbangan dinamis. Pada usia 7-8 tahun anak laki-laki dan perempuan memiliki keseimbangan dinamis yang sama. Pendapat tersebut dijadikakan bahan dasar dalam penentuan batasan usia dalam penelitian ini (Permana, 2013). Pada penelitian ini jenis kelamin tidak dibatasi dan tidak dijadikan dasar dalam menentukan subjek penelitian. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Permana yang menyatakan bahwa anak-anak usia 7-8 tahun memiliki keseimbangan dinamis yang sama (Permana, 2013). Pada penelitian ini terdapat 38 anak berjenis kelamin laki-laki dan 41 anak berjenis kelamin perempuan pada kelompok perlakuan I yang diberikan program SKJ 2008 dan pada kelompok perlakuan II yang diberikan senam otak terdiri dari 35 anak berjenis kelamin laki-laki dan 44 anak berjenis kelamin perempuan. Subjek dalam penelitian ini memiliki indeks massa tubuh yang normal yang dihitung menggunakan z score. Komposisi tubuh merupakan faktor yang dijadikan dasar dalam pemilihan subjek dalam penelitian ini. Hal ini sejalan
73
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hannah (2012) mengenai efek biomekanik pada obesitas terhadap keseimbangan disebutkan bahwa komposisi tubuh berpengaruh
terhadap
keseimbangan
postural,
kemampuan
reaksi,
dan
mempengaruhi interaksi sendi dan otot (Hannah, 2012). Bentuk kaki dijadikan dasar dalam pemilihan subjek penelitian. Struktur kaki berpengaruh terhadap kestabilan otot tungkai bawah dan berpengaruh terhadap kestabilan postur yang akan berpengaruh terhadap kemampuan kesimbangan dinamis (Stepen et al., 2014). Faktor-faktor lain yang diperhatikan dalam penentuan subjek dalam penelitian ini adalah terkait riwayat aktivitas fisik yang dilakukan anak sebelumnya. Dalam penelitian Adi (2008) aktivitas fisik yang dilakukan teratur dan terencana akan memempengaruhi kemampuan otot seperti riwayat berolahraga dan olah tubuh seperti menari akan mempengaruhi keseimbangan dinamis. Dalam penelitian ini subjek tidak memiliki riwayat pelatihan olahraga dan menari. Aktivitas terkait dengan hoby, kebiasaan bermain tidak dibatasi dalam penelitian ini. Hal ini didasari oleh penelitian Struat (2012) yang menyatakan bahwa lingkungan biososiokultural yang sama akan mengakibatkan anak-anak memiliki kebiasaan bermain, memiliki lingkungan yang sama sehingga hoby anak tidak dijadikan dasar dalam penelitian ini. Anak-anak dalam penelitian ini adalah dalam wilayah lingkungan sosial dan lingkungan kultural yang sama. Kognitif merupakan aspek yang akan mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Pada anak-anak yang mengalami perkembangan yang normal akan
74
mengalami perkembangan kognitif yang sama. Dalam penelitian dalam lingkup perkembangan kognitif yang sama yang didasi oleh penelitian Piaget disebutkan bahwa anak usia 7-8 tahun adalah anak-anak yang termasuk dalam perkembangan kognitif tahap operasional kongret (Cole, 2005).
5.7 Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Senam Kesegaran Jasmani 2008 pada Anak Usia 7-8 tahun.
Pada pengujian kelompok perlakuan I dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank test didapatkan p=0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang bermakna rata-rata keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada Gunendi (2008) melakukan penelitian mengenai efek pelatihan senam bersifat aerobik terhadap keseimbangan postural pada wanita diperoleh hasil bahwa pelatihan senam bersifat aerobik selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis secara signifikan. Gerakan dalam SKJ 2008 mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan propioseptiv secara dominan sehingga meningkatkan respon umpan balik akibat adanya gerakan kompensasi mekanik akibat informasi propioseptiv yang terus berubah saat melakukan gerakan SKJ 2008. Senam kesegaran jasmani 2008 dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kekuatan otot, daya tahan otot, fleksibilitas dan keseimbangan (Adi, 2005). Perbaikan keseimbangan dinamis pada SKJ 2008 dikarenakan perbaikan refleks pada tingkat tungkai. Perbaikan diperoleh melalui proses adaptasi mekanis
75
oleh karena adanya perubahan base of support secara terus menerus saat melakukan gerakan SKJ 2008. Perubahan BOS akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway. Minimalnya kerja visual akan mengakibatkan berkurangnya input vestibular sehingga mengakibatkan propioseptiv bekerja mempertahankan keseimbangan akibat adanya persepsi ketidak seimbangan. Respon keseimbangan akan muncul sebagai umpan balik adanya ketidak stabilan akbibat BOS yang sempit. Respon umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktivasi desenden dan tanggapan singkat latency refleks akibat adanya gerakan kompensasi mekanik pergelangan kaki menstabilkan otot dan mengubah informasi proprioseptif (Chang, 2009) Senam kesegaran jasmani 2008 akan meningkatkan kekuatan otot, kestabilan ankle dan kemampuan visospasial yang merupakan komponen keseimbangan dinamis Kestabilan ankle didapatkan melalui gerakan kaki yang terus menerus dan adanya beban. Unsur-unsur gerakan dalam SKJ 2008 yang mempengaruhi stabilitas ankle antara lain adalah jongkok dan jalan di tempat. Gerakan jongkok dan jalan di tempat akan mengaktivasi otot otot tibialis anterior, otot erector spine, otot hamstring, otot adduktor dan otot abduktor secara adekuat dan seimbang sehingga kekuatan otot akan meningkat. Kekuatan otot dan stabilitas ankle berpengaruh saat melakukan lokomosi, stabilitas bidang tumpu agar tetap seimbang (Huang, 2006). Gerak-gerak fungsional dalam SKJ 2008 akan mempengaruhi CPG yang akan meningkatkan respon terhadap keseimbangan. CPG teraktivasi dikarenakan gerakan yang dilakukan pada SKJ 2008 bersifat dual task. Dual task merangsang
76
gerakan spontan untuk mempertahankan keseimbangan akibat adanya stimulus mekanoreseptor, dalam tempo yang lambat sehingga memberi kesempatan kepada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG. 5.8 Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Kelompok Senam Otak pada Anak Usia 7-8 tahun. Pada pengujian kelompok perlakuan II menggunakan Wilcoxon signed rank test
didapatkan p= 0,001 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan yang
bermakna rata-rata keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan II yaitu senam otak pada anak usia 7-8 tahun. Senam otak akan memberikan rangsangan baru yang akan memperkuat hubungan antar saraf di otak dan membuat otak menjadi lebih responsif dan area internal respresentatif pada otak akan meningkat. Setiap kali gerakan senam otak akan menjadi bentuk masukan sensoris yang akan diterima oleh sistem sensoris, maka akan terjadi hubungan-hubungan saraf yang baru, adanya jembatan antar sel pada otak atau sinaps baru akan tercipta. Semua pengalaman gerakan yang baru pada senam otak akan membuat pembelajaran terhadap sensoris sehingga memiliki kapasitan potensial yang akan menguba sistem otak dalam
re-
organization atau yang dikenal sebagai neuroplastisity (Crammer et al., 2011). Pada senam otak perbaikan keseimbangan dinamis diakibatkan adanya perbaikan kontrol postural akibat adanya gerakan yang merangsang sistem vestibular lebih besar. Gerakan senam otak dapat mengaktivasi kedua belah hemisfer otak melalui korteks motorik dan korteks sensoris, sehingga merangsang
77
sistem vestibular yang merupakan komponen yang menjaga keseimbangan dinamis (Denisson, 2006). Senam otak ditujukan untuk meningkatkan input propioseptiv dengan cara mengaktivasi sistem neuromuskular dengan cara mereedukasi postur. Senam otak merupakan latihan yang ditujukan untuk aktivasi neuromuskular dengan prinsip gerakan yang bersifat kompleks, gerakan dengan berbagai arah, dengan kecepatan gerak yang lambat sehingngga menimbulkan stimulus mekanoreseptor. Stimulus mekanoreseptor yang kompleks akan memberi kesempatan pada nuclei subcortical kemudian membawa umpan balik kepada CPG dan memebrikan pembelajaran pada sistem neuromuscular. Senam otak akan meningkatkan kemampuan sensoris memproses respon terhadap suatu kondisi (Lamborne, 2010). Senam otak dapat meningkatkan keseimbangan dinamis akibat adanya aktifitas gerak kompleks dan baru sehingga penggunaan area otak menjadi lebih luas yang akan meningkatkan adaptive system yang berpengaruh terhadap respon kesimbangan. Senam otak akan meningkatkan penggunaan area otak yang lebih luas akan meningkatkan sensomotor akibat adanya integrasi sensoris yang lebih baik sehingga kemampuan otak untuk mengorganisasikan informasi sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh maka akan memperbaiki kecepatan reaksi saat merespon gerakan yang membutuhkan keseimbangan. Dimensi pemfokusan mengkoordinasikan otak bagian depan dan otak bagian belakang, serta dimensi lateralis mengkoordinasikan otak bagian kiri dan otak bagian kanan, menyilang garis tengah pusat tubuh dan bekerja di visual, auditori, sistem vestibular dan
78
kinestetik.
Sehingga
pengulangan
gerakan
akan
memperbaiki
sistem
somatosensori, visual dan vestibular untuk merespon keseimbangan. Input sensori yang baik akibat koordinasi multisensori akan memudahkan penyeberangan garis tengah pusat tubuh sehingga koordinasi gerakan menjadi lebih baik (Waston, 2009). Senam otak memberikan pembelajaran gerak dan sikap tubuh yang baru sehingga mengakibatkan internal representative menjadi lebih luas. Dengan internal representative yang luas maka akan terjadi perbaikan sikap tubuh pada berbagai perubahan gerak dan lingkungan (Tammasse, 2009).
5.9 Kelompok Senam Otak Lebih Baik Meningkatkan Keseimbangan Dinamis daripada Senam Kesegaran Jasmani 2008 pada Anak Usia 7-8 Tahun. Uji beda ini bertujuan untuk membedakan rerata keseimbangan dinamis sesudaah perlakuan antara kelompok perlakuan I (SKJ 2008) dengan kelompok perlakuan II (senam otak). Hasil keseimbangan dinamis diperoleh melalui balance beam walking test yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dan diambil nilai rata-rata. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Mann Witney seperti pada Tabel 5.3 diperoleh p = 0,001. Kelompok perlakuan II memiliki rerata keseimbangan dinamis sebesar 4,97 ±0,225 lebih tinggi setelah perlakuan daripada kelompok perlakuan I sebesar 4,15 ± 0,949. Dalam penelitian ini dapat
79
disimpulkan bahwa kelompok perlakuan II (senam otak) lebih meningkatkan keseimbangan dinamis dibandingkan dengan kelompok perlakuan I (SKJ 2008). Pelatihan fisik yang terstruktur dan terencana akan mempengaruhi komponen keseimbangan diantaranya adalah atensi yang merupakan bentuk kemampuan kognitif yang dapat mempengaruhi keseimbangan dinamis. Senam otak dan SKJ 2008 merupakan bentuk pelatihan fisik yang akan mengakibatkan perbaikan tingkat neural yang mempengaruhi kecepatan respon, akuransi gerakan, dan kemampuan gerakan. Jansen et al (2014) melakukan penelitan efek akut latihan pada kemampuan atensi dan respon gerakan pada anak-anak diperoleh bahwa pelatihan fisik pada anak-anak akan mengaktifkan area otak yang berbedabeda yang dapat dilihat melalui cortical transcranial magnetic stimulation manipulates subcortical cognitive functions saat dilakukan perintah gerakan yang berbeda. Pelatihan fisik yang dilakukan selama 20 menit memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap aktivasi area otak yang berperan terhadap atensi gerakan dibandingkan dengan pelatihan fisik yang dilakukan selama 45 menit. Pada penelitian ini senam otak dilakukan selama 20 menit lebih meningkatkan kemampuan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 dilakukan selama 45 menit sehingga sejalan dengan penelitian Jansen et al (2014). Senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 Sejalan dengan penelitian Sanabria (2011) senam aerobik tidak berpengaruh secara signifikan dalam perbaikan kognitif gerakan, spatial task, atensi yang dinilai melalui Stimulus Onset Asynchrony (SOA) dan inhibition of return (IOR).
80
Senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 dikarenakan senam otak lebih meningkatkan mekanisme neurofisiologis otak daripada SKJ 2008. Pada penelitian Griffin (2011) menyatakan bahwa pelatihan fisik yang menggunakan area otak yang lebih luas akan memperbaiki mekanisme fisiologis pada otak yang baik. Perbaikan fisiologis pada otak dapat dilihat dari meningkatnya jumlah darah pada otak dan meningkatnya hormon yang mengurangi stress, meningkatkan hormon pertumbuhan sel seperti BDNF (brain derivated neurotropic factor ) pada hipocampus, frontal, mid brain. Senam otak merupakan bentuk pelatihan fisik yang memiliki kompleksitas gerakan dan penggunaan whole brain dibandingkan dengan SKJ 2008 yang menggunakan gerakan bersifat fungsional. Senam otak lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada SKJ 2008 sejalan dengan penelitian Thomas (2012) dengan judul “ The Effect of Different Movement Exercises on Cognitive and Motor Abilities”, pada sejumlah 64 subjek diperoleh hasil bahwa gerakan spesifik yang bersifat cross midline lebih meningkatkan kemampuan merespon perubahan gerakan, integrasi sensoris dalam mempertahankan keseimbangan dibandingkan dengan latihan yang tidak menggunakan cross midline. Secara prinsip senam otak mengandung unsur gerakan cross midline lebih banyak dibandingkan dengan SKJ 2008. Penelitian
dengan
judul
“Effect
of
educational
Kinesiologi
on
Responsetime of learning disable student “ oleh Thomson 2009 dengan studi yang melibatkan 50 siswa. Kelompok senam otak memeperlihatkan satu urutan gerak, sementara kelompok kontrol terlibat dalam gerakan kesembarangan selama 7
81
menit. Kelompok senam otak meningkatkan masa tanggap visual dibandingkan kelompok kontrol yang mengakibatkan anak lebih seimbang. Senam otak lebih banyak mempengaruhi fungsi otak yang lebih luas seperti frontal, occipital, limbic, cerebral cortex dan batang otak. Aktivasi otak akan membuat otak melakukan respon cepat terhadap situasi yang membutuhkan keseimbangan. Kekuatan gerakan-gerakan senam otak mengaktifkan fungsi seluruh otak melalui hubungan yang kompleks dengan gerakan-gerakan tubuh (Dennison, 2006). Pada senam kesegaran jasmani 2008 perbaikan keseimbangan dinamis terjadi pada propioseptif, taktil, dan visual yang merupakan input sensoris yang kemudian membutuhkan proses intergrasi sensoris di dalam cerebral cortex, cerebellum dan batang otak, setelah integrasi di otak maka diperoleh output berupa
gerakan
yang
mempertahankan
keseimbangan
dinamis.
Proses
mengorganisasikan informasi sensoris dari lingkungan dan dari dalam tubuh maka yang panjang akan berdampak pada kecepatan reaksi saat merespon gerakan dan mempertahankan keseimbangan keseimbangan. Perbedaan prinsip latihan mengakibatkan perbedaan perbaikan. Pada penelitian ini perbaikan tingkat central (internal representation, integrasi sensoris, sensomotor, anticipatory mecanism) pada senam otak lebih baik meningkatkan keseimbangan dinamis daripada perbaikan tingkat perifer (otot, propioseptif, visospasial, dan somatosensoris) pada SKJ 2008. Keberhasilan penelitian ini dikarenakan adanya pemilihan kriteria inklusi yang sesuai, dan adanya peran pengawasan dari petugas selama berlangsungnya
82
proses penelitian. Proses pengukuran keseimbangan dinamis dengan prosedur yang tetap pada seluruh subjek penelitian mengakibatkan data yang dihasilkan valid. Ketidakmampuan peneliti untuk membatasi lingkungan rumah, kebiasaan bermain subjek dan kondisi psikologis yang mempengaruhi keseimbangan dinamis menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.