BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan tekanan darah pada manusia. Menurut Vita (2006) Umur termasuk faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh manusia. Semakin bertambahnya usia, itu berarti manusia atau dalam hal ini pekerja menjadi rentan untuk dapat mengalami peningkatan tekanan darah. Tekanan darah akan lebih mudah meningkat di umur > 55 tahun. Setelah melewati usia 55 tahun sistem sirkulasi darah akan terganggu, karena pembuluh darah sering mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan tebal serta berkurang elastisitasnya pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah menjadi sering mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mardin, peningkatan tekanan darah lebih rentan dialami oleh seseorang yang memiliki usia 40 – 45 tahun. Di usia 40 – 45 tahun seseorang memiliki risiko sebesar 3,36 kali untuk mengalami peningkatan
81
82
tekanan darah dibandingkan dengan seseorang yang memiliki usia 25 – 39 tahun. Hasil analisis bivariat dalam penelitian dengan menggunakan uji statistik Correlation Spearman umur dengan tekanan darah didapatkan nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara umur dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anang Kurniawan (2009) menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia dengan peningkatan tekanan darah pada Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura. Dalam penelitian ini umur bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah akibat bising. Variabel umur dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah akibat bising pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile disebabkan karena pekerja yang mengalami peningkatan tekanan darah mayoritas tenaga kerja yang berumur ≤ 55 tahun dengan terpajan bising > 85 dB selama 8 jam. 2. Masa Kerja Masa kerja merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan non auditory (peningkatan tekanan darah). Semakin lama masa kerja seseorang (> 5 tahun) di dalam lingkungan kebisingan
83
yang di atas NAB maka akan semakin berbahaya pula bagi kesehatannya dibandingkan seseorang yang bekerja ≤ 5 tahun. Hasil uji statistik Correlation Spearman masa kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna
antara masa kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. Akan tetapi, Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti. Hastuti melakukan penelitian kepada pekerja yang terpajan kebisingan di bandara Ahmad Yani Semarang. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kenaikan tekanan darah. Dari 38 orang yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun, ada 27 orang (77,1%) yang mengalami peningkatan tekanan darah. Pada penelitian ini diketahui nilai rasio prevalens sebesar 0,654 dengan interval kepercayaan 95%, 0,436 sampai dengan 1,041. Ini menunjukkan bahwa masa kerja bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya peningkatan tekanan darah pada operator di pabrik ammonia IB PT. PUSRI Palembang. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah subyek yang diteliti kurang banyak dan karena operator yang memiliki masa kerja ≤ 5 tahun merupakan operator lapangan yang masih berusia muda (≤ 40 tahun) sehingga mereka ditempatkan di
84
area bising yang melebihi NAB. Dalam satu kali shift, operator lapangan melakukan pemeriksaan ke area plant setiap 2 jam sekali (4 kali dalam satu shift) sehingga mereka lebih banyak terpapar bising di atas NAB dan lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah. 3. Beban Kerja Menurut Tarwaka, dkk (2004), menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Untuk penelitian ini yang digunakan adalah perhitungan nadi kerja pekerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. dalam penelitian ini didapatkan 100%cdari 60 sampel penelitian memiliki denyut antara > 75 hingga < 100 denyut/menit. Hasil uji statistik Correlation Spearman beban kerja dengan tekanan darah nilai P > 0.05
sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Penelitian ini sejalan dengan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara beban kerja dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo.
4. Jenis Kelamin Sampel pada penelitian ini dibatasi pada tenaga kerja wanita, dimaksudkan memenuhi persayaratan tidak merokok dan minum alkohol. Pemilihan Sampel berjenis kelamin yaitu perempuan, dimaksudkan untuk
85
memperoleh karakteristik sampel yang hampir sama. Berdasarkan teori yang ada perbedaan aklimatisasi antara laki-laki dengan wanita dikarenakan kapasitas kardiovaskuler wanita lebih kecil. Pada wanita tekanan darah sebelum menepouse adalah 5-10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, tetapi setelah menepouse tekanan darahnya lebih meningkat (Evelyn, 2007). 5. Lama Paparan Lama kerja dari keseluruhan tenaga kerja unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta selama 8 jam sehari dengan 1 jam istirahat, termasuk juga pekerja yang merupakan sampel penelitian. 6. Riwayat Penyakit Dalam penelitian ini dari 60 sampel didapatkan rata-rata penyakit asam urat dan tekanan darah rendah dengan rata-rata 1.57 tidak ditemukan penyakit obesitas atau hipertensi yang dapat mengganggu hasil dari penelitian. Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan (Taufik, 2007). Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anaka-anak sejak kecil jelas meningkatkan resiko kematian dini (Taufiq, 2007).
86
Hasil uji statistik Correlation Spearman riwayat penyakit dengan tekanan darah nilai P > 0.05 sehingga disimpulkan dari uji korelasi Spearman tersebut tidak terdapat pengaruh atau hubungan yang bermakna
antara riwayat penyakit dengan tekanan darah pada tenaga kerja Unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Hal tersebut
sejalan dengan penelitian Anang Kurniawan (2009) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara obesitas dengan tekanan darah
pada
Industri Mebel CV. Gion dan Rahayu Kartasura dan Agustin Sugiarto (2010) tidak terdapat hubungan antara obesitas dengan tekanan darah di unit Weaving PT. Dan Liris Sukoharjo. B. Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan alat sound level meter di unit compressor didapatkan hasil rata-rata kebisingan sebesar 90.3
dB. Sehingga kebisingan yang ada di unit Weaving melebihi NAB yaitu sebesar 90,3 dB. Berdasarkan Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011 tentang Nilai Ambang Faktor Fisika di Tempat Kerja, untuk waktu pemajanan 8 jam perhari intensitas kebisingan yang dapat diterima tanpa menggunakan APD adalah maksimal 90.3 dB. Sedangkan untuk waktu pemajanan kebisingan sebesar 90.3 dB lebih dominan ke intensitas sebesar 91 dB adalah kurang dari 2 jam perhari artinya tenaga kerja maksimal berada di area tersebut selama 2 jam secara terus menerus tanpa menggunakan APD. Selama penelitian diketahui kebisingan disebabkan karena suara mesin Weaving yang berjumlah 75
87
mesin yang sedang operasi. Pekerja berada selama 8 jam di dalam ruangan tersebut dengan keadaan mesin yang selalu menyala sedangkan mekanik berada sekitar 2 jam berada di dalam ruangan tersebut untuk memperbaiki mesin-mesin yang rusak. Dari hasil pengujian statistik Correlation Spearman pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0,000, sehingga p ≤ 0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan,
karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif (+) sempurna jika kebisingan mengalami peningkatan maka tekanan darah juga akan meningkat, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 – 1.00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. C. Tekanan Panas Hasil pengukuran tekanan panas pada unit Weaving diperoleh ISBB terendah 26.4oC dan tertinggi 34.8oC. Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.51/MEN/2011 tentang NAB faktor fisik tempat kerja untuk variasi kerja 75% istirahat 25% dengan beban kerja ringan
88
Indeks Suhu Basah Dan Bola (ISBB) atau WBGT in yang diperkenankan sebesar 30.6 °C (Kepmenaker No. Kep.51/MEN/2011). Hasil pengukuran tekanan panas yang telah dilakukan peneliti yaitu pengukuran dilakukan di unit Weaving dengan 6 titik. Titik yang melebihi NAB ada 4 titik yaitu pada titik III 30.9°C, pada titik IV 34.8°C, pada titik V 30.5°C dan pada titik VI 34.3°C , hal tersebut dikarenakan mesin yang digunakan adalah mesin yang membutuhkan suhu tinggi,, tempat kerja yang banyak terdapat mesin-mesin berukuran besar, mesin mengeluarkan uap panas, suhu sekitar tempat kerja yang panas dan cuaca pada saat pengukuran sangat panas sehingga dapat menambah tekanan panas di dalam ruangan karena tempat kerja tersebut juga tertutup. Untuk 2 titik lainnya menunjukkan suhunya dibawah NAB tekanan panas yang diperkenankan, yaitu pada titik I 24.6°C dan pada titik II 29.9°C. Hal ini dikarenakan kedua titik tersebut tersebut berdekatan dengan alat pendingin ruangan berupa kipas angin yang masih berfungsi dengan baik, dekat dengan ventilasi dan dekat dengan pintu masuk sehingga pekerja yang berada diititik tersebut dapat sirkulasi udara yang baik sehingga tidak terlalu panas. Hal ini dikarenakan, tempat tersebut memiliki ventilasi yang cukup banyak sehingga panas dari tempat tersebut dapat dialirkan ke luar dengan lancar. Keadaan panas lingkungan kerja juga dipengaruhi cuaca lingkungan yang mana saat pengambilan data penelitian suhu udara lingkungan tidak menentu dikarenakan musim (Suma’mur, 2009).
89
Menurut
Suma’mur
(2009),
sumber
panas
radiasi
adalah
berasal dari permukaan matahari yang panas dan memancarkan sinar dari permukaan itu sendiri. Suhu udara (tekanan panas) selalu dipengaruhi oleh cuaca lingkungan. Menurut Heru dan Haryono (2008), tekanan panas disebabkan karena adanya sumber panas yang terjadi seperti Weaving. Sumber-sumber panas yang berada di bagian Weaving yaitu dari
mesin Weaving yang digunakan untuk pembentukan benang menjadi kain mentah. D. Tekanan Darah Dari hasil pengukuran tekanan darah responden didapatkan ratarata sistolik 137.6 mmHg dan rata-rata diastolik 83.15 mmHg. Tekanan darah sistolik berkisar antara tekanan 108-175 mmHg, untuk tekanan darah diastolik berkisar antara 63-100 mmHg. Berdasarkan teori Joint National Committe-VII (2004) dari tekanan darah responden didapatkan 45 responden termasuk dalam golongan tekanan darah tinggi dan 15 responden termasuk dalam golongan tekanan darah normal. Dari hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas diketahui bahwa diperoleh hasil p value = 0.000 sehingga p ≤ 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. dan Hasil uji statistik Correlation Spearman tekanan
90
darah diastolik pada paparan tekanan panas bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.721 dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara (0.51 – 0.75), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang kuat. Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p ≤ 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile.
Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 – 1.00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. E. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Darah Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta diperoleh hasil p value = 0.000, sehingga p ≤ 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada
91
hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile.
Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.933 ke arah positif (+) artinya adalah jika kebisingan meningkat maka tekanan darah sistolik pun akan meningkat dan memiliki hubungan yang sangat kuat dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah distolik sebesar 0.840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0.76 – 1.00) ke arah positif (+) sehingga jika kebisingan meningkat maka tekanan darah distolik pun akan meningkat serta menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna. Hal tersebut didukung dengan hasil pengukuran intensitas kebisingan yang menunjukan hasil untuk rata-rata kebisingan adalah 90.3 dB melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik tempat kerja menurut Kepmenaker RI No. Kep.51/MEN/2011 sebesar 85 dB , sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal,
yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 40
responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi kebisingan, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa bising yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai teori Sasongko (2000) mengenai pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan
92
pada indera pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler . Tarwaka, dkk (2004) juga menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 46 responden yang dilakukan oleh Suparyati (2011) yang berjudul “Hubungan Kebisingan Terhadap Perubahan Tekanan Darah dan Denyut Nadi Pada Pekerja Tekstile Di PT. X Pekalongan” , menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebisingan dengan tekanan darah yang cenderung mengalami peningkatan tekanan darah.
93
F. Hubungan Tekanan Panas dan Tekanan Darah Berdasarkan hasil uji statistik Correlation Spearman maka diperoleh hasill p value = 0.000 sehingga p ≤ 0.01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja bagian Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta. Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r tekanan panas dengan tekanan darah sistolik sebesar 0.721 dan r untuk tekanan panas dengan tekanan darah diastolik sebesar 0.718 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara (0.51 – 0.75) ke arah positif (+) sehingga jika tekanan panas semakin tinggi maka tekanan darah akan mengalami peningkatan dan menunjukan tingkat hubungan yang kuat . Ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pada tenaga kerja di unit Weaving PT. Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta, yaitu semakin tinggi tekanan panas maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik dan diastolik. Hal di atas didukung dengan hasil pengukuran tekanan panas di unit Weaving yang menunjukkan hasil untuk tekanan panas tertinggi sebesar 34.8°C melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/2011 yaitu sebesar 34.8°C untuk beban kerja ringan, sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak
94
dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan
darah tinggi didapatkan 45 responden dan golongan
tekanan darah normal didapatkan 15 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan panas, semakin tinggi pula tekanan darah. Hal tersebut telah membuktikan bahwa tekanan panas yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai dengan teori Grandjean (1988) yang menyatakan jika suhu lingkungan meningkat, maka efek fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32°C ke 36-37°C), peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi keringat yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34°C atau lebih. Hasil penelitian sama dengan penelitian sebelumnya dengan terhadap 30 responden yang dilakukan oleh Havidz Al Resya (2010) yang berjudul “Perbedaan Tekanan Darah Pada Paparan Tekanan Panas di Atas dan di Bawah NAB Pada Pekerja Cor Cetak PT. Suyuti Sidomaju Ceper Klaten”, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas melebihi NAB yang cenderung mengalami peningkatan.
95
G. Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah sistolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian 0,968 ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah sistolik juga akan meningkat. Dari hasil akhir uji Regresi Linear Ganda dengan metode enter, ternyata variabel kebisingan dan tekanan panas berhubungan terhadap tekanan darah sistolik. Dapat dilihat dari nilai probabilitas (< 0,05). Hal ini terlihat bahwa variabel kebisingan dan tekanan panas menunjukkan nilai p < dari nilai (0,05) maka variabel tersebut berperan atau berhubungan terhadap tekanan darah diastolik. Variabel yang paling besar peranannya atau dominan hubungannya terhadap tekanan darah diastolik adalah variabel tekanan panas dengan koefisian 0.607 ke arah positif (+) yang artinya adalah jika tekanan panas meningkat atau tinggi maka tekanan darah diastolik juga akan meningkat. Hasil tersebut didapatkan bawah tekanan panas yang lebih dominan dalam peningkatan tekanan darah sistolik dan distolik. Hal tersebut didukung dengan adanya keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan pekerja. Tempat
96
kerja pekerja di unit Weaving berada di dalam ruangan yang terbatas dengan kapasitas 150 orang. Ruangan Weaving tersebut tidak memiliki ventilasi yang cukup hanya disediakan 1 Exhaust untuk pekerja dan letaknya hanya di dekat pintu masuk saja. Kemudian panas tersebut juga ditimbulkan karena adanya mesin Weaving yang menimbulkan panas. Mesin-mesin Weaving tersebut dioperasikan setiap harinya selama 24 jam dan pekerja terpapar panas dalam waktu 8 jam selama bekerja. Selain itu panas yang ditimbulkan juga karena pekerjanya sendiri. Jumlah pekerja yang banyak dan dengan ruangan terbatas mengakibatkan suhu menjadi panas. Pekerja menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida secara terbatas. Karena proses metabolisme ini berlangsung terus-menerus dan terjadi di ruangan terbatas terjadi penumpukan panas yang menyebabkan peningkatan temperatur sehingga mengakibatkan peningkatan penguapan keringat. Tubuh manusia selalu akan menghasilkan panas sebagai akibat dari proses
pembakaran
pengeluaran
panas
zat-zat oleh
makanan
tubuh
dengan
terganggu,
oksigen.
maka
suhu
Bila tubuh
proses akan
pertukaran panas dan proses pertukaran panas ini tergantung dari suhu lingkungannnya. Makin
tinggi panas lingkungan,
pengaruhnya terhadap
suhu tubuh. Sebaliknya
semakin
besar
pula
semakin rendah
suhu
lingkungan, makin banyak pula yang hilang. Dengan kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan.
97
Selama
pertukaran
ini
seimbang
dan serasi, tidak akan menimbulkan
gangguan, baik penampilan kerja maupun kesehatan kerja. H. Keterbatasan Penelitian Dalam
pelaksanaan
penelitian
ini
terdapat
beberapa
keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi : 1. Penggunaan alat tensi meter digital yang hasilnya kurang valid jika
dibandingkan dengan tensi meter manual karena tensi meter digital alatnya bersifat sensitif terhadap suara dan gerakan dari responden yang sedang diukur tekanan darahnya. 2. Peneliti tidak bisa menggunakan alat tensi meter manual karena tempat
penelitian yang agak bising jadi mengurangi kepekaan pendengaran peneliti pada saat pengukuran tekanan darah. 3. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor yang lain seperti
tekanan panas, beban kerja, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi tidak diteliti. 4. Penulis tidak mengetahui bahwa penggunaan adaptor untuk alat tensi
meter digital lebih akurat dalam pengukuran daripada penggunaan
baterai.