III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi
kesesuaian lahan dalam
penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan
kandungan hara
sebagaimana disajikan pada Tabel Lampiran 1, Tabel Lampiran 2, dan Tabel Lampiran 3. Komponen iklim yang menentukan persyaratan agronomis untuk kelapa sawit diantaranya adalah temperatur dan curah hujan. Berdasarkan Tabel Lampiran 1 dapat dilihat curah hujan rata-rata per tahun pada kebun kelapa sawit Unit Usaha Bentayan sebesar 2.074,40 mm/tahun dengan temperatur 260C. Menurut Adiwiganda (2007) nilai tersebut merupakan curah hujan optimal rata-rata tahunan untuk kelapa sawit yang berkisar 1250-2500 mm/tahun. Salah satu komponen topografi adalah kemiringan lereng. Lahan kebun kelapa sawit Unit Usaha Bentayan rata-rata memiliki lereng yang relatif datar yang berkisar 0-5 %, sehingga kedalaman efektifnya pun dalam. Ini merupakan kondisi optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit. Karakteristik lahan dari media perakaran yang digunakan untuk evaluasi lahan kelapa sawit adalah kedalaman efektif dan drainase. Kedalaman efektif yang diamati pada profil menunjukkan bahwa lahan ini memiliki kedalaman efektif yang cukup dalam yaitu > 100 cm sehingga cocok untuk perkembangan akar kelapa sawit. Sementara untuk kondisi drainase, kebun ini memiliki kondisi drainase yang beragam. Namun, kondisi drainase yang buruk dominan di kebun ini. Kualitas kandungan hara tanah yang digunakan untuk evaluasi lahan meliputi C-organik, kemasaman tanah (pH), Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan Kejenuhan Basa (KB). Berdasarkan hasil analisis kimia kandungan C-organik di daerah penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik masih dalam kondisi optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu >1,2 %. Kemasaman tanah di lokasi penelitian belum optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yang membutuhkan nilai pH 5 sampai pH 6. Kondisi tanah yang masam atau alkali akan menyebabkan sebagian unsur hara dalam kondisi tidak tersedia. Berdasarkan Tabel Lampiran 3
21
dapat dilihat bahwa sebagian besar profil memiliki nilai KTK <16 cmol/kg, sementara nilai Kejenuhan Basa (KB) < 20% yang tergolong rendah.
4.2.
Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk menentukan kelas kesesuaian lahan kelapa sawit, karakteristik lahan
yang digunakan untuk evaluasi lahan dicocokkan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Derajat Pembatas dan Kelas Kesesuaian lahan
Karakteristik Lahan
0
1
2
3
4
S1
S2
S3
N1
N2
Iklim (c) Curah Hujan (mm/tahun) Temperatur (0C)
>2000
2000-1700
1700-1450
1450-1250
<1250
>25
25-22
22-20
20-18
<8
Topografi (t) Kemiringan Lereng (%)
0-4
4-8
8-16
16-30
30-50
Media Perakaran (w) Kelas Drainase
Baik
Baik
Sedang
Buruk
S.Buruk
Kedalaman Efektif (cm)
>150
150-100
100-50
50-25
<25
Kandungan Hara (f) KTK(cmol/kg)
>16
<16(-)
<16(+)
-
-
-
Kejenuhan Basa (%) C-Organik (%)
>35 >1,2
35-20 1,2-0,8
<20 <0,8
-
-
-
pH tanah Sumber : Sys et al (1993)
5,8-5,5
5,5-5,0
5,0-4,2
4,2-3,5
<3,5
-
>50
Setelah membandingkan hasil pengamatan lapang dan analisa laboratorium dengan kriteria tumbuh kelapa sawit, diperoleh derajat pembatas karakteristik lahan pada blok-blok pewakil yang disajikan pada Tabel Lampiran 4 dan Tabel Lampiran 5, sehingga dapat diperoleh nilai kesesuaian lahan dari areal penelitian yang disajikan pada Tabel 2. Penyebaran kelas kesesuaian lahan didasarkan pada sebaran Satuan Pemetaan Tanah (SPT) yang ditunjukkan pada Peta Tanah (Gambar 1). Sebaran blok-blok pada setiap SPT disajikan pada Tabel Lampiran 6
22
Tabel 2. Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit Kelas Kesesuaian Lahan
Faktor Pembatas
SPT
S2f S2wf
Kandungan hara Kedalaman efektif, kandungan hara Drainase Drainase, kandungan hara Drainase
6, 10 8, 11
Ha 1107,6 645,8
% 27,62 16,13
1, 2, 3, 7, 9 5
1671,4 334,8
41,74 8,36
4
246,4 4.006
6,15 100
S3w S3wf N1w
Luas
Total
Unit Usaha Bentayan memiliki kondisi iklim yang relatif seragam. Secara keseluruhan tanah-tanah di lokasi perkebunan sawit Unit Usaha Bentayan tergolong cukup sesuai (S2), sesuai marjinal (S3) dan tidak sesuai (N1). Lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S2 seluas 1.753,4 Ha (43,75%), penyebarannya terletak pada SPT 6, SPT 8, SPT 10 dan SPT 11 dengan faktor pembatas utama adalah kandungan hara dan media perakaran. Kelas lahan S3 seluas 2.006,2 Ha (50,1 %), penyebarannya terletak pada SPT 1, SPT 2, SPT 3, SPT 5 SPT 7, dan SPT 9 dengan faktor pembatas utama adalah drainase dan kandungan hara. Kelas lahan N1 seluas 246,4 Ha (6,15 % ) dengan faktor pembatas drainase yang terletak pada SPT 4.
23
Gambar 1. Peta Tanah Unit Usaha Bentayan
24
4.3.
Penetapan Kelas Lahan Berbasis Produksi Kelas lahan berbasis produksi ditetapkan berdasarkan praktek FAO secara
umum yaitu S1 sesuai untuk 80-100% dari hasil yang optimum, S2 pada 60-80%, dan S3 pada BEP produksi-60% (FAO dalam Rossitter, 1994). Menurut Adiwiganda (1995) produksi optimum yang dicapai pada kelapa sawit umur 5 tahun sebesar 18 ton/ha/tahun, kelapa sawit umur 7 tahun sebesar 26 ton/ha/tahun, dan umur 9 tahun sebesar 31 ton/ha/tahun. Nilai Break event point yang didapat berlaku untuk setiap umur yang berbeda. Break event point produksi kelapa sawit dihitung berdasarkan perkiraan analisis budidaya tanaman kelapa sawit seluas 1 Ha selama 25 tahun. Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan /profit. Break event point produksi kelapa sawit yang merupakan batas bawah kelas S3. Berdasarkan data analisis usaha tani pada Tabel Lampiran 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14, maka biaya produksi budidaya kelapa sawit per tahun adalah Rp. 15. 297.820,- sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
25
Tabel 3. Analisis Usaha Tani Kelapa Sawit/Ha/Tahun Biaya Investasi Awal Keterangan Harga (Rp) Harga lahan 10.000.000 Land clearing 2.407.000 Pengawetan tanah 1.413.750 Penanaman kacang-kacangan 1.343.135 Penanaman kelapa sawit 1.619.420 Pembuatan prasarana 2.803.566 Survey dan sensus 140.000 Subtotal 19.726.871 Biaya per tahun ( Sub Total/ 22 tahun ) 896.676 Biaya Operasional Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Biaya Pemeliharaan Piringan dan gawangan 1.260.000 343.600 Pengendalian ilalang 258.000 193.500 Pemupukan tanaman 763.088 1.154.977 Pengendalian hama & penyakit 169.287 169.287 Kastari dan sanitasi 140.000 Penyisipan dan konsolidasi pokok 136.057 70.000 doyong Perawatan parit dan konservasi tanah 199.000 Perawatan prasarana 675.305 520.314 Survey dan Sensus 140.000 140.000 Total biaya TBM 3.401.737 2.393.578 Biaya Operasional Tanaman Menghasilkan (TM) Umur Tanaman Biaya Biaya panen pemeliharaan dan transport Tahun 4 3.258.943 611.820 Tahun 5 3.258.943 1.241.253 Tahun 6 3.258.943 1.829.225 Tahun 7 3.258.943 2.258.896 Tahun 8 2.668.438 1.952.594 Tahun 9 2.668.438 2.153.695 Tahun 10 2.668.438 2.283.551 Tahun 11 2.668.438 2.252.057 Tahun 12 2.668.438 2.422.619 Tahun 13 2.668.438 2.495.297 Tahun 14 2.668.438 2.515.082 Tahun 15 2.444.603 2.515.082 Tahun 16 2.444.603 2.810.292 Tahun 17 2.444.603 2.814.354 Tahun 18 2.444.603 2.822.035 Tahun 19 2.444.603 2.845.886 Tahun 20 2.444.603 2.843.576 Tahun 21 2.444.603 2.851.468 Tahun 22 2.444.603 2.804.115 Tahun 23 2.444.603 2.751.355 Tahun 24 2.444.603 2.692.906 Tahun 25 2.444.603 2.628.474 Total Biaya TM (22 Tahun) 58.605.471 52.395.632 Rata-rata total biaya TM/tahun 2.663.885 2.381.620 TOTAL
TOTAL
896.676 Tahun 3 343.600 129.000 1.814.123 169.287 280.000 70.000 164.000 520.314 70.000 3.560.324
9.355.639
Total Biaya
3.870.763 4.500.196 5.088.168 5.517.839 4.621.032 4.822.133 4.951.989 4.920.495 5.091.057 5.163.735 5.183.520 4.959.685 5.254.895 5.258.957 5.266.638 5.290.489 5.288.179 5.296.071 5.248.718 5.195.958 5.137.509 5.073.077 111.001.103 5.045.505
5.045.505 15.297.820
26
Perhitungan : BEP Produksi (ton/ha) = Jumlah Biaya Produksi(Rp) Harga TBS (Rp/ton) =
Rp 15.297.820,Rp. 1.800.000/ton/ha
=
8,5 ton/ha/tahun Rata-rata produksi tanaman menghasilkan
= 8,5 ton/ha/tahun 24 ton/ha/tahun
x 100 %
= 35 % Tabel 4. Kriteria Kelas Lahan Berbasis Produksi Kelas Kesesuaian Lahan
S1 S2 S3
4.4.
Batas Produksi (%)
80-100% 60-80% 35- 60 %
Batas Produksi (ton/ha/tahun)
2000 24.8- 31 18,6-24,7 10, 9-18,5
Tahun Tanam 2002 2004 20,8-26 14,4-18 15,6-20,7 10,8-14,3 9,1-15,5 6,3-10,7
Keterkaitan Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan dengan Kelas Lahan Berbasis Produksi Kelas lahan berbasis karakteristik lahan merupakan kesesuaian lahan aktual
karena lahan dalam keadaan alami tanpa pengelolaan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas yang ada. Sedangkan, kelas lahan berbasis produksi merupakan kelas lahan potensial karena dicapai setelah dilakukan usaha perbaikan terhadap faktor-faktor pembatas pertumbuhan kelapa sawit sebagaimana disajikan pada Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7.
27
Tabel 5. Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan dan Kelas Lahan Berbasis Produksi pada Kelapa Sawit ( Tahun tanam 2000 ) Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan S2f S2wf S3w
AFD (Blok) I(879) VI(599) I(723) I(836) I(804) II(886) III(890) IV(845) IV(807)
Produksi Tahun 2009 16,9-20,26
Kelas Lahan Berbasis Produksi S3-S2
14,32-22,4
S3-S2
15,51-20,36
S3-S2
Usaha Perbaikan yang Telah Dilakukan Penambahan bahan organik dan pemupukan Penambahan bahan organik dan pemupukan Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa terdapat tiga kelas lahan berbasis karakteristik lahan yaitu S2f, S2wf, dan S3w. Hasil evaluasi kesesuaian lahan akhir adalah sebagai berikut : •
S2f, artinya lahan termasuk kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara, dikarenakan bahan organik yang rendah, nilai pH dan Kejenuhan Basa yang kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Perbaikan yang dilakukan belum optimal sehingga kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S3-S2 dengan produksi yang dicapai sebesar 16,9-20,26 ton/ha/tahun.
•
S2wf, artinya lahan termasuk kelas S2 dengan faktor pembatas media perakaran dan retensi hara. Perbaikan yang dilakukan belum optimal sehingga kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S3-S2 dengan produksi yang dicapai sebesar 14,32-22,4 ton/ha/tahun.
•
S3w, artinya lahan termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas drainase. Bila faktor pembatas tersebut diperbaiki dengan perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan, penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun, maka kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S3-S2, dengan produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 15,51-20,36 ton/ha/tahun.
28
Tabel 6. Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan dan Kelas Lahan Berbasis Produksi pada Kelapa Sawit ( Tahun tanam 2002) Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan
AFD (Blok)
S2f
VII(401)
S2wf
I(723) II(922) VI(516) II(886) VII(446)
S3w
Produksi Tahun 2009 16,88
Kelas Lahan Berbasis Produksi S2
Usaha Perbaikan yang Telah Dilakukan Penambahan dolomit
16,26-18,69
S2
Penambahan bahan organik dan pemupukan
15,66-20,26
S2
Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan, penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan, penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun
S3wf
VII(485)
14,85
S3
N1w
III(1010)
14,37
S3
Berdasarkan Tabel 6 terlihat bahwa pada kelapa sawit tahun tanam 2002, terdapat lima kelas lahan berbasis karakteristik lahan yaitu S2f, S2wf, S3w, S3wf, dan N1w . Hasil evaluasi kesesuaian lahan akhir adalah sebagai berikut : •
S2f, artinya lahan termasuk kelas S2 dengan faktor pembatas retensi hara, dikarenakan kemasaman tanah yang rendah. Dolomit yang diberikan belum mencukupi untuk meningkatkan kemasaman tanah sehingga masih menjadi pembatas. Produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 16,88 ton/ha/tahun yang merupakan kelas S2.
•
S2wf, artinya lahan termasuk kelas S2 dengan faktor pembatas media perakaran dan retensi hara. Perbaikan yang dilakukan belum optimal sehingga kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S2 dengan produksi yang dicapai sebesar 16,26-18,69 ton/ha/tahun.
•
S3w, artinya lahan termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas drainase. Sedangkan N1w, artinya lahan termasuk kelas N1 dengan faktor pembatas
29
drainase. Bila faktor pembatas tersebut diperbaiki dengan perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan, penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun, maka kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S2 dengan produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 15,66-20,26 ton/ha/tahun. Begitu pun kelas lahan N1 dengan produksi yang dicapai sebesar 14,37 ton/ha/tahun kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S3. •
S3wf, artinya lahan termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas drainase dan kemasaman tanah yang rendah. Perbaikan drainase yang dilakukan belum optimal, dikarenakan muka air tanah belum berada pada kondisi optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu sekitar 75 cm, sehingga masih menjadi pembatas. Produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 14,85 ton/ha/tahun. Berdasarkan kriteria produksi, kelas lahan lahan termasuk S3.
Tabel 7. Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan dan Kelas Lahan Berbasis Produksi pada Kelapa Sawit ( Tahun tanam 2004) Kelas Lahan Berbasis Produksi
Kelas Lahan Berbasis Karakteristik Lahan
AFD (Blok)
Produksi Tahun 2009
S2wf
VII(401)
21,75
S1
S3w
II(886) VII(444) VII(446)
6,9-11,41
S3-S2
S3wf
VII(485)
8,81
S3
Usaha Perbaikan yang Telah Dilakukan Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun. Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun Perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun
30
Berdasarkan Tabel 7. terlihat bahwa terdapat tiga kelas lahan berbasis karakteristik lahan yaitu S2wf, S3w dan S3wf. Hasil evaluasi kesesuaian lahan akhir adalah sebagai berikut : •
S2wf, artinya lahan termasuk kelas S2 dengan faktor pembatas drainase dan retensi hara. Bila faktor pembatas tersebut diperbaiki dengan perbaikan drainase, penambahan bahan organik, pemupukan,penambahan dolomit dan suplemen pupuk daun, maka kelas lahan berbasis produksi berada pada kelas S1, dengan produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 21,75 ton/ha/tahun.
•
S3w, artinya lahan termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas drainase. Produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 6,9-11,41 ton/ha/tahun. Berdasarkan kriteria produksi, kelas lahan termasuk S3-S2. Peningkatan ini terjadi karena perbaikan drainase dengan mengatur muka air tanah berada pada kedalaman 75 cm.
•
S3wf, artinya lahan termasuk kelas S3 dengan faktor pembatas drainase dan retensi hara. Perbaikan drainase yang dilakukan belum optimal, dikarenakan muka air tanah belum berada pada kondisi optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit yaitu sekitar 75 cm, sehingga masih menjadi pembatas. Produksi yang dicapai pada kelas lahan tersebut sebesar 8,81 ton/ha/tahun. Berdasarkan kriteria produksi, kelas lahan termasuk S3.
31