HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah pada bulan April yaitu 259.9 mm dan tertinggi mencapai 570.6 mm pada bulan Mei. Temperatur berkisar antara 25.1ºC - 26.2ºC dengan kelembaban udara rata-rata 84 %. Media tanam yang digunakan masam karena mempunyai pH sebesar 5.2 dengan kandungan fosfor dalam media tanam tergolong sangat tinggi (Tabel Lampiran 2). Menurut Ahmad dan Vossen (2003) selama pertumbuhan rosela membutuhkan rata-rata temperatur bulanan 25-30°C, curah hujan 140-270 mm/bulan dan kelembaban udara lebih dari 70%. Curah hujan selama penelitian yang lebih tinggi tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan rosela. Pertumbuhan rosela pada awal penanaman hingga 17 MST cukup baik ditandai dengan peningkatan pertumbuhan vegatatif. Pertumbuhan rosela saat umur 7 MST serta 12 MST dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan 2. Tanaman rosela memperoleh cahaya matahari secara langsung karena kanopi tanaman tidak saling bersinggungan sehingga seluruh tanaman memperoleh cahaya yang cukup. Perkembangan generatif ditandai dengan munculnya kuncup bunga pada 6 MST. Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 12 MST atau kurang lebih enam minggu setelah munculnya kuncup bunga. Kriteria kaliks yang bisa dipanen ialah kaliks berwarna merah dan telah mencapai ukuran maksimum dengan diameter 3.5-4.5 cm, bentuk kaliks merekah dengan buah yang mulai terlihat kecoklatan. Hama yang menyerang diantaranya kutu pengisap daun (Empoasca sp.), belalang dan ulat (Gambar 3). Menurut Team IPB dan Direktorat Djendral Perkebunan Rakjat (1968) hama yang banyak terdapat pada rosela ialah Empoasca sp. tetapi tidak membahayakan produksi serat. Loebis (1970) menambahkan hama pada rosela salah satunya Empoasca sp. yang mengisap bagian bawah daun. Daun-daun yang diserang akan berkerut dan keriting pada pinggirannya. Belalang dan ulat memakan daun muda namun tidak menimbulkan
16
kerusakan yang berarti. Pengendalian hama ini dilakukan dengan penyemprotan pestisida setiap minggu pada 6 MST hingga 10 MST agar serangan tidak meluas. a)
b)
c)
Gambar 3. Hama yang Menyerang Tanaman Rosela: a) Daun keriting akibat kutu daun; b) Ulat; c) Belalang Hasil Hasil analisis ragam terhadap peubah pertumbuhan vegatatif yang meliputi tinggi tanaman, diameter tajuk, jumlah cabang primer, jumlah cabang sekunder, jumlah daun, bobot basah dan kering tajuk, bobot basah dan kering akar serta ratarata luas per daun tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada lima taraf pupuk fosfor. Hal yang sama terjadi pada peubah pertumbuhan generatif yang meliputi jumlah kaliks, bobot basah dan kering kaliks, bobot basah dan kering buah, bobot basah dan kering per kaliks, bobot basah dan kering per buah, serta kandungan antosianin. Rekapitulasi sidik ragam peubah pertumbuhan vegetatif dan generatif disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Perlakuan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Rosela Peubah MST Tinggi Diameter Jumlah Cabang Jumlah Cabang Jumlah Tanaman Tanaman Primer Sekunder Daun 3 tn tn tn tn 4 tn tn tn tn 5 tn tn tn tn tn 6 tn tn tn tn tn 7 tn tn tn tn tn 8 tn tn tn tn tn 9 tn tn tn tn tn 10 tn tn tn tn tn 11 tn tn tn tn tn 12 tn tn tn tn tn 13 tn tn tn tn tn
17
Tabel 1. (Lanjutan) Rekapitulasi Sidik Ragam Perlakuan Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Rosela Peubah MST Tinggi Diameter Jumlah Cabang Jumlah Cabang Jumlah Tanaman Tanaman Primer Sekunder Daun 14 tn tn tn tn tn 15 tn tn tn tn tn 16 tn tn tn tn tn 17 tn tn tn tn tn Bobot Basah Bobot Kering Bobot Bobot Luas Tajuk Tajuk Basah Akar Kering Akar Daun tn tn tn tn tn Jumlah Bobot Basah Bobot Bobot Bobot Kering Kalik Kalik Kering Kalik Basah Buah Buah Panen 1 tn tn tn tn tn Panen 2 tn tn tn tn tn Panen 3 tn tn tn tn tn Panen 4 tn tn tn tn tn Total tn tn tn tn tn Bobot Basah Bobot Kering Bobot Basah Bobot Kering Kadar per Kalik per Kalik per Buah per Buah Antosianin tn tn tn tn tn Keterangan : tn : tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5%
Tinggi Tanaman Perlakuan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman rosela pada semua umur tanaman seperti terlihat pada Gambar 4.. Peningkatan tinggi tanaman rosela terjadi secara cepat saat tanaman berumur 3 MST hingga memasuki umur 11 MST. Pada akhir pengamatan tinggi tanaman rosela berkisar antara 136.2 - 147.8 cm. 160 140 Tinggi (cm)
120 100 0 g SP-18/polybag
80
10 g SP-18/polybag
60
20 g SP-18/polybag
40
30 g SP-18/polybag
20
40 g SP-18/polybag
0 3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 MST
Gambar 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Rosela pada Umur 3-17 MST
18
Diameter Tajuk Perlakuan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter tajuk tanaman rosela. Diameter tajuk rosela saat tanaman berumur 17 MST berkisar antara 120.0-140.2 cm, dimana perlakuan dengan dosis pupuk fosfor tertinggi menghasilkan diameter tajuk terlebar yaitu 140.2 cm meskipun tidak berbeda nyata secara statistik (Gambar 5). 160 140 Diameter (cm)
120 100 0 g SP-18/polybag
80
10 g SP-18/polybag
60
20 g SP-18/polybag
40
30 g SP-18/polybag
20
40 g SP-18/polybag
0 3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 MST
Gambar 5. Pertumbuhan Diameter Tajuk Tanaman Rosela pada Umur 3-17 MST
Jumlah Cabang Primer Gambar 6. memperlihatkan bahwa jumlah cabang primer meningkat setiap minggu. Namun hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan cabang primer rosela. Saat tanaman berumur 17 MST cabang primer berjumlah antara 30 sampai 34 cabang. 40 35 Jumlah cabang
30 25 0 g SP-18/polybag
20
10 g SP-18/polybag
15
20 g SP-18/polybag
10
30 g SP-18/polybag
5
40 g SP-18/polybag
0 3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 MST
Gambar 6. Pertumbuhan Jumlah Cabang Primer Tanaman Rosela pada Umur 3-17 MST
19
Jumlah Cabang Sekunder Cabang sekunder tanaman rosela muncul mulai 5 MST. Penambahan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan jumlah cabang sekunder rosela. Jumlah cabang sekunder berkisar antara 0 – 198 cabang (Gambar 7). 250
Jumlah cabang
200 150 0 g SP-18/polybag 10 g SP-18/polybag
100
20 g SP-18/polybag 30 g SP-18/polybag
50
40 g SP-18/polybag
0 5
6
7
8
9
10
11 12 MST
13
14
15
16
17
Gambar 7. Pertumbuhan Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Rosela pada Umur 5-17 MST Jumlah Daun Peubah jumlah daun dihitung berdasarkan keseluruhan daun yang ada pada satu tanaman. Peubah jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 8. Hasil analisis menunjukkan penambahan pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun rosela. Jumlah daun berkisar antara 9 helai saat tanaman berumur 3 MST hingga 1180 helai saat tanaman berumur 17 MST. Semakin bertambahnya umur maka semakin bertambah pula jumlah daun, namun memasuki 12 MST terjadi penurunan laju peningkatan jumlah daun kemudian pada 16 MST laju pertambahan jumlah daun mengalami peningkatan kembali. 1400
Jumlah daun
1200 1000 800 0 g SP-18/polybag
600
10 g SP-18/polybag
400
20 g SP-18/polybag
200
30 g SP-18/polybag 40 g SP-18/polybag
0 3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 MST
Gambar 8. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Rosela pada Umur 3-17 MST
20
Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk serta Akar Perlakuan pupuk fosfor tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bobot basah dan bobot kering tajuk maupun akar rosela. Bobot basah tajuk berkisar antara 1293.3-1990.0 g dengan bobot kering tajuk seberat 268.6-416.7 g atau terjadi penurunan kadar air sebesar 76-79% dari bobot basah tajuk. Bobot kering akar berkisar antara 25.0%-30.1% dari bobot basah akar 83.3 g-128.3 g (Tabel 2).
Tabel 2. Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk serta Akar Tanaman Rosela pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Peubah Dosis SP-18 Bobot Basah Bobot Kering Bobot Basah Bobot (g/polibag) Tajuk Tajuk Akar Kering Akar ………..….. g …………... 0 1293.3 268.6 83.3 23.9 10 1305.0 311.2 83.3 24.0 20 1484.2 330.7 84.2 25.4 30 1473.3 307.3 91.7 26.3 40 1990.0 416.7 128.3 32.1 Rata-Rata Luas Per Daun Rata-rata luas per daun pada berbagai taraf dosis pupuk fosfor disajikan pada Tabel 3. Rata-rata luas per daun yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata. Rata-rata luas per daun berada antara 33.1-41.2 cm2.
Tabel 3. Rata-rata Luas Per Daun Rosela pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Dosis SP-18 (g/polibag) Luas daun ……… cm2 ……… 0 33.1 10 34.2 20 35.2 30 35.4 40 41.2 Jumlah Kaliks Jumlah kaliks rosela panen ke-1 hingga panen ke-4 maupun jumlah kaliks total tidak memberikan pengaruh nyata pada setiap taraf dosis pupuk fosfor.
21
Jumlah kaliks rosela mengalami peningkatan dari panen ke-1 hingga panen ke-3 kemudian mengalami penurunan pada panen ke-4. Total kaliks rosela yang dipanen selama empat kali panen berkisar antara 194-247 kaliks (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Kaliks Rosela yang Dipanen pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Panen Dosis SP-18 (g/polibag) 1 2 3 4 Total 0 13 46 109 31 199 10 14 50 101 29 194 20 15 50 121 29 215 30 24 63 95 37 219 40 17 59 129 42 247 Bobot Basah dan Bobot Kering Kaliks Penambahan pupuk fosfor kepada tanaman tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah maupun bobot kering kaliks rosela pada empat kali pemanenan maupun pada total panen. Peningkatan bobot basah maupun bobot kering kaliks rosela terjadi mulai panen ke-1 hingga panen ke-3. Saat memasuki panen ke-4 bobot basah kaliks turun hingga 22.5% dari bobot basah kaliks panen ketiga sedangkan bobot kering kaliks panen ke-4 turun hingga 23,2% dari bobot kering panen ke-3 (Tabel 5).
Tabel 5. Bobot Basah dan Kering Kaliks Rosela pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Panen Dosis SP-18 (g/polibag) 1 2 3 4 Total Bobot Basah Kaliks …………..……. g ………………. 0 50.7 188.1 402.2 119.2 760.2 10 58.3 214.0 395.3 123.6 791.2 20 69.3 222.4 453.8 102.1 847.6 30 71.2 240.6 352.2 144.7 808.7 40 69.5 255.1 459.5 178.4 962.5 Bobot Kering Kaliks 0 3.7 13.9 34.1 10.0 61.8 10 4.4 15.3 34.5 11.6 65.9 20 5.2 17.5 37.2 8.6 68.5 30 5.5 17.7 28.2 12.3 63.6 40 5.2 20.2 39.4 15.8 80.6
22
Bobot Basah dan Bobot Kering Buah Hasil analisis menunjukkan bahwa perlakuan lima taraf pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah dan bobot kering buah dari empat kali panen maupun total panen. Total bobot basah buah berada antara 552.2 g sampai 677.1 g dengan total bobot kering buah berkisar antara 166.2 g sampai 225.7 g (Tabel 6).
Tabel 6. Bobot Basah dan Bobot Kering Buah Rosela pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Panen Dosis SP-18 (g/polibag) 1 2 3 4 Total Bobot Basah Buah …………..……. g ………….…. 0 43.8 144.7 286.3 77.4 552.2 10 50.0 160.7 283.4 69.6 563.7 20 57.7 183.7 325.2 67.1 633.7 30 60.8 185.0 246.3 90.9 583.0 40 60.3 177.4 344.4 95.0 677.1 Bobot Kering Buah 0 10.8 42.7 97.4 15.3 166.2 10 11.4 49.6 96.8 18.5 176.4 20 13.1 52.3 106.3 15.3 187.0 30 14.2 61.3 85.3 21.4 182.2 40 14.0 57.7 126.1 28.0 225.7 Bobot Basah dan Bobot Kering Per Kaliks serta Per Buah Perlakuan lima taraf pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah dan bobot kering per kaliks maupun bobot basah dan bobot kering per buah. Bobot kering per kaliks berkisar antara 7.9% sampai 8.4% dari bobot basah per kaliks sebesar 3.7 g hingga 4.1 g. Bobot kering per buah menyusut hingga 29.5% sampai 33.3% dari bobot basah buah 2.7 g sampai 3.0 g (Tabel 7).
23
Tabel 7. Bobot Basah dan Kering per Kaliks serta Bobot Basah dan Kering per Buah pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Peubah Dosis SP-18 Bobot Basah Bobot Kering Bobot Basah Bobot Kering (g/polibag) per Kaliks per Kaliks per Buah per Buah ………………..… g ……..………..….. 0 3.8 0.3 2.8 0.8 10 4.1 0.3 2.9 0.9 20 4.0 0.3 3.0 0.9 30 3.7 0.3 2.7 0.8 40 3.9 0.3 2.7 0.9 Kandungan Antosianin Kandungan antosianin merupakan hasil analisis kaliks rosela segar pada panen keempat. Dari hasil analisis diketahui pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan antosianin rosela. Pada penelitian ini kandungan antosianin rosela berkisar antara 0.31 – 0.39 mmol/g bobot basah kaliks (Tabel 8). Kandungan antosianin terbesar terdapat pada perlakuan 20 g SP18/polibag meskipun tidak berbeda nyata.
Tabel 8. Kandungan Antosianin Kaliks Rosela pada Lima Taraf Pupuk Fosfor Dosis SP-18 (g/polibag) Kandungan antosianin ………mmol/g bobot basah kaliks……… 0 0.31 10 0.38 20 0.39 30 0.33 40 0.35
24
Pembahasan
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu tanaman. Kedua proses ini dikendalikan oleh genotipe dan lingkungan, tingkat pengaruhnya tergantung pada karakteristik tanaman tersebut. Pertumbuhan ialah proses pembesaran dan pembelahan sel akibat adanya interaksi antara faktor genetik dengan unsur-unsur iklim, tanah dan biologis dari lingkungan (Gardner et al., 1991). Sitompul dan Guritno (1995) menambahkan pertumbuhan merupakan proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan tanaman terdiri dari dua fase yang berbeda yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang, sedangkan fase generatif terjadi pada pembentukan dan perkembangan kuncup bunga, buah dan biji (Harjadi, 1996). Pada penelitian ini perlakuan pupuk fosfor pada taraf 0, 10, 20, 30, dan 40 g SP-18/polibag atau setara 0, 24, 36, dan 48 kg P2O5/ha dengan kandungan fosfor di media tanam sangat tinggi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman rosela. Hasil penelitian Machfud et al.(1998) menunjukkan bahwa penambahan pupuk fosfor hingga 56.25 kg P2O5/ha pada lahan yang beresidu fosfor tinggi sampai sangat tinggi tidak memberikan pengaruh pada pertumbuhan, komponen hasil dan hasil kapas tumpangsari kedelai akibat residu fosfor tanah masih dapat diserap tanaman.
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Rosela Pertambahan tinggi tanaman merupakan pertumbuhan ujung pucuk tumbuhan yang berhubungan dengan aktivitas maristematik di ujung batang dimana sel-sel baru untuk pertumbuhan apikal terbentuk dalam jaringan tersebut akibatnya pertumbuhan dapat cepat dan tinggi batang dapat bertambah beberapa sentimeter selama musim tumbuh (Tjitrosomo, 1984). Gardner et al. (1991) menambahkan pemanjangan ruas akibat meningkatnya jumlah sel dan meluasnya sel menyebabkan meningkatnya pertumbuhan tinggi batang. Pada penelitian ini
25
pertumbuhan tinggi tanaman tidak dipengaruhi secara nyata oleh lima taraf dosis pupuk fosfor. Hasil penelitian Komariah (2007) menunjukkan bahwa perlakuan pupuk fosfor pada dosis 0 dan 75 kg P2O5/ha tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung semi. Pertambahan lebar diameter tajuk rosela lebih berhubungan dengan pertumbuhan cabang primer dan sekunder. Pertumbuhan diameter tajuk tanaman rosela meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah cabang primer maupun sekunder. Cabang primer yang muncul dari ketiak daun membentuk cabangcabang sekunder sehingga terbentuk tajuk yang lebar. Pengamatan terhadap jumlah cabang primer maupun sekunder menunjukkan pertambahan setiap minggu, namun hasil analisis secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara lima taraf pupuk fosfor. Hasil penelitian Atmoko (2006) menunjukkan bahwa penambahan pupuk fosfor hingga 160 kg P2O5/ha memberikan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang ubi jalar. Peningkatan jumlah cabang primer rosela setiap minggu diduga akibat meningkatnya tinggi batang tanaman. Semakin tinggi tanaman maka jumlah mata tunas yang membentuk cabang primer juga akan bertambah. Demikian pula jumlah cabang sekunder yang meningkat akibat perpanjangan cabang primer. Seperti pada peubah pertumbuhan vegetatif yang lain yaitu tinggi tanaman, diameter tajuk dan jumlah cabang, pertumbuhan jumlah daun rosela saat berumur 3-11 MST mengalami peningkatan jumlah daun kemudian terjadi penurunan laju pertumbuhan ketika memasuki umur 12 MST. Menurut Gardner et al. (1991) setelah pembungaan pertumbuhan generatif berubah menjadi sangat kuat, yang membatasi pembagian hasil asimilasi untuk pertumbuhan daun, batang dan akar tambahan. Pertumbuhan buah menuntut nutrisi yang banyak menyebabkan terjadinya mobilisasi dan transport dari bagian vegetatif ke tempat perkembangan buah dan biji. Fosfor merupakan salah satu nutrisi yang mobile dalam jaringan tanaman, bila nutrisi ini dalam persediaan terbatas maka nutrisi ini ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda atau buah yang sedang berkembang walaupun sumber dari tanah terganggu. Oleh karena itu, saat tanaman memasuki pertumbuhan buah terjadi penurunan aktivitas vegetatif diantaranya penurunan jumlah daun.
26
Daun ialah organ utama fotosíntesis pada tumbuhan tingkat tinggi. Permukaan luar daun yang luas memungkinkannya menangkap cahaya semaksimal mungkin sehingga proses fotosíntesis berlangsung optimal. Fotosintesis ialah proses perombakan karbondioksida dan air dibawah pengaruh cahaya menjadi persenyawaan organik yang berisi karbon dan kaya energi (Harjadi, 1996). Perluasan daun yang cepat dapat memaksimalkan penyerapan cahaya dan asimilasi sehingga total produksi bahan kering meningkat (Gardner et al., 1991). Humphries dan Wheeler dalam Gardner et al. (1991) melaporkan, lebar daun dan luas daun dipengaruhi secara nyata oleh pemupukan nitrogen. Peubah bobot basah maupun bobot kering tanaman berguna untuk mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintat karena sedikitnya 90% bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Sugito (1994) menyatakan semakin meningkatnya sumber karbohidrat yang dihasilkan daun mengakibatkan sistem perakaran terbentuk lebih luas dan struktur vegetatif yang lebih besar sehingga pertumbuhan tajuk biasanya sebanding dengan pertumbuhan akar. Pada penelitian ini bobot basah dan bobot kering tajuk maupun akar meningkat seiring dengan penambahan pupuk fosfor, namun tidak memberikan pengaruh nyata. Hal ini berarti penambahan pupuk fosfor hingga dosis 40 g SP-18/polibag belum mampu menghasilkan fotosintat baru yang lebih efisien dan memindahkan lebih banyak fotosintat ke akar untuk mempertahankan laju penyerapan hara. Meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman, diameter tajuk, jumlah cabang, jumlah daun, luas daun, maupun bobot tajuk akar yang termasuk peubahpeubah vegetatif tanaman rosela ialah hasil dari aktivitas pembelahan sel dan pemanjangan sel yang merupakan pertumbuhan diatas tanah. Menurut Soepardi (1983) pertumbuhan diatas tanah sebagian besar dirangsang oleh ketersediaan nitrogen. Ketersediaan nitrogen pada media tanam cukup (0.28%). Foth (1988) menyatakan bahwa amonium dan nitrat (bentuk tersedia nitrogen) relatif tetap tersedia untuk digunakan tanaman, sedangkan fosfor lebih lambat tersedia bagi tanaman. Menurut Harjadi (1996) pada pH 5-7 fosfor berada pada keadaan paling tersedia. Ketersediaan fosfor menurun sejalan dengan menurunnya pH tanah,
27
dimana pada tanah masam umumnya ketersediaan unsur Al, Fe dan Mn larut lebih besar sehingga cenderung mengikat H2PO4-. Reaksi antara Al, Fe dan Mn dengan H2PO4- menyebabkan fosfor tidak larut dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1983). Masamnya media tanam (pH 5,2) diduga menghambat serapan pupuk fosfor sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan tanaman, sisanya terfiksasi meskipun lambat laun dapat dimanfaatkan tanaman berikutnya.
Pertumbuhan Generatif Tanaman Rosela Pada pengamatan peubah generatif, penambahan pupuk fosfor tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah kaliks rosela. Jumlah kaliks rosela mengalami peningkatan mulai dari panen ke-1 hingga panen ke-3, namun memasuki panen ke-4 terjadi penurunan jumlah kaliks yang hampir sebanding dengan pertambahannya. Penurunan jumlah kaliks ini diakibatkan sebagian kaliks mengalami kerontokan akibat adanya persaingan internal sehingga hanya beberapa kaliks saja yang mampu berkembang. Goswami dan Dayal dalam Goldsworty dan Fisher (1992) menyatakan hanya 10-35 % kuncup bunga kapas membentuk buah dan kira-kira setengah dari buah yang terbentuk rontok. Perontokan yang berat dimulai bila kebutuhanya melebihi penyediaan karbohidrat. Ketersediaan karbohidrat yang menurun sejalan menuanya tanaman rosela diduga mengakibatkan pada panen ke-4 jumlah kaliks yang dipanen menurun. Buah dan kaliks rosela yang berdaging ialah hasil dari pertumbuhan generatif dimana pada fase ini tanaman menyimpan sebagian karbohidrat yang dibentuknya. Tidak semua karbohidrat hasil fotosintesis digunakan untuk perkembangan batang dan daun, sebagian disisakan untuk perkembangan bunga dan buah (Harjadi, 1996). Penimbunan karbohidrat tersebut menyebabkan bobot kaliks dan buah rosela bertambah. Pada penelitian ini bobot kaliks dan buah rosela dipengaruhi oleh jumlah kaliks yang dipanen. Peningkatan bobot kaliks dan buah meningkat seiring peningkatan jumlah kaliks maupun sebaliknya. Pengukuran kandungan antosianin rosela tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada lima taraf pupuk fosfor. Kandungan antosianin rosela meningkat hingga perlakuan 20 g SP-18/polibag lalu menurun seiring penambahan pupuk fosfor, meskipun tidak berbeda nyata secara statistik. Hasil
28
penelitian Tripatmasari (2008) menunjukkan bahwa pemupukan dengan kotoran sapi dan atau NPK (100 kg SP-36 kg/ha) tidak nyata meningkatkan kandungan antosianin daun dewa. Mualim (2009) menambahkan rata-rata produksi antosianin kolesom nyata tertinggi pada pemupukan PK dan terendah pada pemupukan NP (100 kg SP-36/ha) tetapi pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan antosianinnya. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan pigmen antosianin dapat diturunkan atau ditingkatkan oleh hari panjang tergantung pada spesies, cahaya matahari juga memacu sintesis antosianin pada organ yang sedikit atau sama sekali tidak melakukan proses fotosintesis, yakni di daun saat musim gugur dan daun mahkota bunga, hal tersebut diduga menyebabkan pupuk fosfor tidak mempengaruhi kandungan antosianin rosela. Penambahan fosfor ke media tanam melalui pemupukan diharapkan membantu pertumbuhan generatif tanaman karena fosfor berperan dalam proses pemecahan karbohidrat untuk energi baik penyimpanan maupun peredarannya keseluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah serta biji (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Penambahan pupuk fosfor hingga dosis 40 g SP-18/polibag (266 kg SP-18/ha) dengan kandungan P2O5 sebesar 48 kg/ha sudah cukup tinggi, sehingga penambahan pupuk fosfor pada media tanam dengan status dan ketersediaan fosfor sangat tinggi (283 ppm) tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif rosela.