IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. Umur tanaman salak yang digunakan sekitar 20 tahun dengan luas kebun sekitar
3.000 m². Salak merupakan buah unggulan nasional karena
memiliki potensi yang tinggi untuk dipasarkan di dalam negeri dan dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Menurut Nandariyah (2009), syarat tumbuh tanaman salak yang sesuai yaitu pada ketinggian 0-700 m dpl dan yang terbaik antara 1400 m dpl. Salak sangat cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan lembab, serta daerah bervulkanik gunung merapi. Curah hujan yang dibutuhkan salak antara 200-400 mm per bulan. Derajat keasaman (pH) yang cocok untuk budidaya adalah 4,5-7,5 (Sobir 2009). Salah satu kultivar salak yang memiliki mutu buah yang tinggi adalah salak pondoh yang berasal dari Sleman Yogyakarta. Salak ini memiliki buah dengan rasa manis tanpa asam meskipun masih muda (Purnomo dan Sudaryono 1994).
Gambar 1. Kondisi Lahan di kebun salak Desa Tapansari Pakem Sleman 15
16
Kondisi lahan di kebun salak desa Tapansari ini cocok untuk untuk ditanami salak karena kondisi tanah yang cukup subur, hal ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat yang menanam salak pada areal kebun ini. Pengairan pada kebun salak ini dilakukan melalui saluran – saluran air untuk mengairi kebun pada saat musim kemarau. Pemeliharaan yang dilakukan pada kebun salak ini antaralain adalah pemangkasan. Pemangkasan dilakukan pada pelepah daun yang sudah tua , daun yang terlalu rimbun dan daun yang diserang oleh hama. Pemangkasan sangat penting karena pemangkasan dapat membantu penyebaran makanan agar tidak hanya teralokasikan pada bagian vegetatif saja melainkan juga pada bagian generatif seperti bunga dan buah. Pemupukan pada kebun salak ini dilakukan dengan pemberian pupuk kandang dan pupuk kompos yang berasal dari pemangkasan cabang tanaman. Pemangkasan tersebut hanya diletakkan diantara bedengan sehingga pangkasan tersebut terdekomposisi secara alami di tanah B. Penyerbukan Bunga salak termasuk tanaman berumah dua yang artinya bunga jantan dan bunga betina tidak terdapat dalam satu pohon. Bunga jantan terdiri dari stamen tanpa putik, banyak, rapat, panjang, mempunyai mahkota dan mata tunas bunga kecil – kecil, satu kelompok terdiri dari 4-4 malai, satu malai terdiri dari ribuan serbuk sari, panjang seluruh bunga sekitar 15–35 cm dengan panjang malai 7–15 cm. Bunga betina hanya menghasilkan putik, berbentuk agak bulat, satu kelompok terdiri dari 1–3 malai, setiap malai terdapat 10-20 bakal buah, panjang bunga seluruhnya 20–30 cm dan panjang malai 7–10 cm. Tandan bunga yang siap diserbuki adalah bunga berwarna merah dan mengeluarkan aroma harum. Waktu penyerbukan
yang
baik
adalah
pada
hari
kedua
bunga
mekar
(Suskendriyati et al. 2000). Tanaman salak dapat melakukan penyerbukan dengan bantuan serangga penyerbuk dan angin. Penyerbukan dilakukan dengan cara menaruh bunga jantan di atas bunga betina yang sudah mekar, kemudian tutup tandan bunga betina yang sudah diserbuki dengan daun atau bahan lain agar proses penyerbukan sempurna.
Satu tongkol bunga jantan dapat dipakai untuk menyerbuki 10-11 tongkol
17
bunga betina. Pemberian tutup bertujuan agar serbuk sari yang telah menempel tidak terlepas atau tercuci air hujan. Tutup dibuka setelah 3-5 hari dari penyerbukan
Bunga betina Bunga jantan
Gambar 2. Penyerbukan pada Salak C. Berat Buah per Tandan Berat buah per tandan merupakan salah satu variabel yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan pendapatan petani atas usaha budidaya salak pondoh. Tandan buah salak tumbuh diantara pelepah daun dan batang pohonnya. Tandan dapat memiliki 1-2 cabang. Buah-buah dalam tandan tersusun sedemikian sehingga menghasilkan bentuk tandan bulat memanjang. Tiap tanaman salak dapat menghasilkan 1-5 tandan dan tiap tandan terdiri dari 10-25 buah. Untuk setiap satu kilogram buah salak terdiri dari 10-14 buah (Sumarto 1976). Pertambahan berat buah salak sejalan dengan pertambahan umurnya. Semakin tua umur buah maka beratnya secara nyata semakin bertambah, tetapi mulai 6 bulan setelah penyerbukan pertambahan beratnya tidak nyata (Santosa dan Fauzia 2011)
Berat Buah per Tandan (gram)
18
1600
1434 b
1400
1222 b 1095 b
1200 1000
874 ab
800 600
534 a
400 200 0 K0
K1
K2
K3
K4
Perlakuan Keterangan : nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%
K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 3. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat buah per tandan Berdasarkan analisis ragam (tabel 1 lampiran 2) yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap berat buah per tandan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 3 bahwa konsentrasi kolkisin yang diberikan menghasilkan berat buah yang semakin besar dibandingkan dengan kontrol. Pada konsentrasi kolkisin 0,5 ppm menghasilkan berat buah yang paling tinggi dibandingkan dengan lainnya yaitu sebesar 1434 gram. Pada tanaman salak tanpa pemberian kolkisin menghasilkan hasil yang paling rendah yaitu sebesar 534 gram. Menurut Daryono dan Rahmadani (2009) tanaman
krisan
hasil
perlakuan kolkisin memiliki ukuran bagian-bagian tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol.
19
D. Jumlah Buah per Tandan Buah salak akan terbentuk 3 minggu setelah dilakukan penyerbukan. Keberhasilan penyerbukan ini dapat dilihat dari jumlah buah per tandan (fruit set) dan kualitas benih yang dihasilkan. Jumlah buah yang tinggi dapat dicapai pada saat bunga betina mekar, terdapat serbuk sari yang viable dalam jumlah cukup, sehingga semua bunga dapat diserbuki. Serbuk sari dengan viabilitas tinggi akan lebih lebih dulu membuahi sel telur serta menghasilkan buah bermutu baik dan benih berviabilitas tinggi (Buana et al. 1994). Perlakuan pada penelitian ini tidak dilakukan penjarangan buah karena untuk mengetahui
Jumlah buah per tandan (buah)
pengaruh pemberian kolkisin terhadap keberhasilan pembentukan buah. 30 25.16 b
25 20
19.66 ab
19.16 ab
K3
K4
17.16 ab
15 10
9.16 a
5 0 K0
K1
K2 Perlakuan
Keterangan : nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5%
K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 4. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah buah per tandan Berdasarkan analisis ragam (tabel 2 lampiran 2) konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tandan. Gambar 4 menunjukkan bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tandan. Hal ini dapat dilihat bahwa dengan pemberian kolkisin menghasilkan jumlah buah
20
yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan konsentrasi kolkisin 0,5 ppm menghasilkan rata – rata jumlah buah per tandan yang paling banyak yaitu sebesar 25,16 buah. Kontrol menghasilkan rata – rata yang paling rendah yaitu sebesar 9,16 buah. Pada penelitian tanaman pacar air perendaman kolkisin 0,01% selama 12 jam berpengaruh nyata pada parameter morfologi seperti tinggi tanaman, panjang daun, lingkar batang, jumlah cabang serta waktu pembungaan tetapi tidak berpengaruh nyata pada lebar daun dan diameter bunga (Wiendra et al. 2011) Jumlah buah pada tanaman salak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (termasuk cara budidayanya). Perawatan yang minimal dan tidak dilakukannya penjarangan dapat mengakibatkan jumlah buah salak per tandan relatif seragam. Namun apabila dilakukan penjarangan dapat meningkatkan kualitas dari buah salak sehingga akan menjadi buah yang baik (besar) (Murti et al. 2002)
E. Berat Satu Buah
Berat Satu Buah (gram)
60 50 40
44.92 b
43.18 b
K1
K2
49.76 b
48.34 b
K3
K4
29.22 a
30 20 10 0 K0
Perlakuan Keterangan : nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5% K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 5. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat satu buah
21
Berdasarkan analisis ragam (tabel 3 lampiran 2) yang dilakukan, dapat diketahui bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata terhadap berat satu buah. Konsentrasi kolkisin yang paling tinggi pada konsentrasi kolkisin 1,5 ppm dengan berat 1 buah sebesar 49,76 gram. Pada perlakuan kontrol menghasilkan berat satu buah paling kecil yaitu sebesar 29,22 gram. Pada penelitian jarak pagar dengan perlakuan kolkisin 0,5 % dengan frekuensi pemberian kolkisin 10 kali menghasilkan jumlah buah rata-rata sebesar 45,20 yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol (Zainudin 2010). Perbedaan ukuran buah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain perlakuan agronomis dan penyerbukan (Baswarsiati et al, 1993). Ukuran buah ditentukan dengan
mengikuti
klasifikasi
sebagai
berikut
:
buah
kecil
mempunyai bobot < 32 gram/buah, buah sedang mempunyai bobot sekitar 33 – 60 gram, dan buah besar > 61 gram (BLP 1995)
Gambar 6. Perbandingan ukuran buah salak
F. Tebal Daging Buah Salak ada yang memiliki daging buah tebal dengan biji yang kecil, tetapi ada yang berdaging tipis dengan biji yang besar, namun ada juga yang tidak berbiji dan biasanya berukuran kecil dan berwarna kemerah-merahan. Daging buah berbau harum, terbungkus oleh lapisan tipis transparan yang disebut kulit ari (Anarsis 1999)
Tebal Daging Buah (cm)
22
0.312 0.31 0.308 0.306 0.304 0.302 0.3 0.298 0.296 0.294
0,31 0,31
0,30
0,30
0,30
K0
K1
K2
K3
K4
Perlakuan Keterangan : K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 7. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap tebal daging buah Berdasarkan analisis ragam (tabel 4 lampiran 2) yang dilakukan, dapat diketahui bahwa konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap tebal daging buah. Hal ini sejalan dengan penelitian Wiendra et al. (2011) yang menyatakan bahwa antara perlakuan perendaman kolkisin dengan kontrol menunjukkan bahwa diameter bunga tidak berbeda nyata. Hasil tebal daging buah yang paling tinggi pada perlakuan kontrol dan konsentrasi kolkisin 1,0 ppm menghasilkan ketebalan daging buah rata – rata sebesar 0,31 cm dan konsentrasi kolkisin 0,5 ppm, 1,5 ppm dan 2,0 ppm menghasilkan ketebalan daging buah rata – rata sebesar 0,30 cm. Selama perkembangan buah salak, fotosintat dalam hal ini
karbohidrat
akan terus
disuplai
ke
dalam
buah
sehingga dalam
perkembangannya buah akan bertambah bobotnya serta rasio biji/daging akan bertambah
kecil
artinya
daging
buah
akan
bertambah
bobotnya
(Santosa dan Fauzia 2011) G. Jumlah Biji per Buah Dalam satu buah salak terdapat 1-3 biji. Biji berwarna coklat berbentuk persegi dan berkeping satu. Lembaganya tidak tahan dalam lingkungan yang kering sehingga biji yang akan dikecambahkan harus langsung dibungkus dengan plastik (Nazarudin dan Kristiawati 1997).
23
Jumlah Biji per Buah (buah)
3.5 3
2.9
2.6
2.5
2.4
2.4
K2
K3
K5
2.5 2 1.5 1 0.5 0 K0
K1
Perlakuan Keterangan : K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 8. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap jumlah biji per buah Berdasarkan analisis ragam (tabel 5 lampiran 2) dapat diketahui bahwa konsentrasi kolkisin tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per buah,
jumlah biji dalam satu buah hanya mengalami penurunan jumlah dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa perlakuan kontrol menghasilkan jumlah biji per buah rata – rata sebesar 2,9 buah. Pada perlakuan pemberian konsentrasi kolkisin 1,5 ppm dan 2,0 ppm jumlah biji per buah ratarata sebesar 2,4 buah. Menurut Balitbu (2008) bentuk biji pada buah salak dipengaruhi oleh jumlah biji per buah, sebagai berikut : Apabila jumlah biji/buah: 1, maka bentuk biji bulat. Apabila jumlah biji/buah : 2, maka bentuk biji satu sisi datar dan satu sisi cembung. Apabila jumlah biji/buah : 3, maka bentuk biji dua sisi datar dan satu sisi cembung. H. Banyaknya Buah Tanpa Biji dalam Satu Tandan Buah yang terbentuk tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi disebut
buah
partenokarpi,
yang tidak
memiliki
biji. Buah partenokarpi
bertujuan untuk memperbaiki kualitas bentuk, ukuran buah besar, jumlah biji sedikit serta lebih stabil bentuk dan ukuran (Rolistyo et al. 2014) Partenokarpi
24
lebih bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan produksi buah, khususnya pada jenis tanaman komersil (hortikultura) (Wijayanto et al. 2012). Partenokarpi sendiri dibagi menjadi dua yaitu partenokarpi alami dan partenokarpi buatan. Partenokarpi buatan atau induksi adalah partenokarpi yang diusahakan dengan jalan menyemprot bakal buah dari putik yang masih muda dengan larutan zat pengatur tumbuh sebelum putik mengalami penyerbukan. Buah partenokarpi memiliki ciri yaitu kualitas bentuk buah lebih baik dari buah biasa, ukuran besar,
jumlah biji
sedikit,
lebih
stabil
bentuk
dan
ukuran
(Purnamaningsih 2010). Pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika memberikan kualitas lebih baik dan produktivitas yang tinggi. Adanya pendekatan secara molekuler dengan teknik microarray juga dapat digunakan untuk studi pembandingan dan studi perubahan polaekspresi gen selama perkembangan baik pada buah partenokarpi maupun buah normal (Pardal 2001). Kualitas buah salak akan dapat meningkat apabila salak yang dihasilkan merupakan buah tanpa biji. Pada penelitian ini konsentrasi kolkisin belum mampu menghasilkan salak tanpa biji. Pada penelitian ini hanya menghasilkan buah salak yang memiliki biji yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Maka harus dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan konsentrasi kolkisin yang tepat untuk dapat menghasilkan salak tanpa biji. I. Berat Biji per Buah Biji pada buah salak umumnya berjumlah 1-3 biji. Pada saat masih muda biji salak lunak, berwarna putih, kemudian menjadi coklat dan keras. Biji salak lembaganya terbuka dan hampir tidak memiliki masa dorman. Bentuk biji bersisi tiga dengan punggung biji agak bulat (Anarsis 1999)
25
Berat Biji per Buah (gram)
12 10
10.73
9.85
9.21
9.05 8.05
8 6 4 2 0 K0
K1
K2 Perlakuan
K3
K4
Keterangan : K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 9. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap berat biji per buah Berdasarkan analisis ragam (tabel 6 lampiran 2) yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kolkisin tidak berpengaruh nyata terhadap berat biji per buah. Pada gambar berat biji rata-rata pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 9,21 gram. Pada perlakuan konsentrasi kolkisin 0,5 ppm mengalami kenaikan berat biji per buah menjadi 10,73 gram. Pada perlakuan konsentrasi kolkisin 1,0 ppm memberikan hasil berat biji per buah rata-rata yang paling rendah yaitu sebesar 8,05 gram. Perlakuan dengan konsentrasi kolkisin 1,5 ppm menghasilkan rata-rata berat biji per buah sebesar 9,85 gram. Pada konsentrasi kolkisin 2,0 ppm memberikan hasil rata-rata berat biji per buah sebesar 9,05 ppm.
Gambar 10. Perbandingan ukuran biji antar perlakuan
26
Dari gambar 10 dapat dilihat bahwa ukuran biji salak pada konsentrasi 1,0 ppm merupakan biji salak yang paling kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada salak gading semakin tua umur buah rasio biji/daging buah semakin kecil artinya berat daging semakin besar dan biji semakin kecil, hal ini disebabkan karena karbohidrat hasil fotosintesis pada waktunya akan dijadikan bahan dasar pembentukan senyawa-senyawa lain dalam tanaman (Santosa dan Fauzia 2011) J. Kadar Gula Selama berlangsungnya pematangan buah terjadi
kenaikan
kandungan
gula, karena selama pematangan terjadi hidrolisis pati menjadi gula, dengan demikian terjadi akumulasi gula. Terjadinya penurunan kadar gula diduga disebabkan
oleh
pemecahan gula selama proses perombakan yang
terjadi
karena buah menua. Jumlah gula yang digunakan dalam katabolisme lebih besar daripada jumlah gula hasil hidrolisis pati, sehingga menyebabkan
Kadar Gula (°Brik)
kandungan gula turun (Santosa dan Fauzia 2011). 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
16.5 b
17 b
17 b
17 b
K1
K2
K3
K4
13.33 a
K0
Perlakuan Keterangan :nilai yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5% K0 : Tanpa pemberian kolkisin K1 : Konsentrasi kolkisin 0,5 ppm K2 : Konsentrasi kolkisin 1,0 ppm K3 : Konsentrasi kolkisin 1,5 ppm K4 : Konsentrasi kolkisin 2,0 ppm
Gambar 11. Histogram pengaruh konsentrasi kolkisin terhadap kadar gula
27
Berdasarkan analisis ragam (tabel 7 lampiran 2) dapat diketahui bahwa konsentrasi kolkisin berpengaruh nyata pada kadar gula yang terkandung. Pada perlakuan kontrol kadar gula sebesar 13,33 ° brik. Pada perlakuan konsentrasi 0,5 ppm memiliki kadar gula sebesar 16,50 °brik. Pada perlakuan konsentrasi 1,0 ppm, 1,5 ppm dan 2,0 ppm memiliki kadar gula sebesar 17,00 °brik. Total padatan terlarut pada buah yang memiliki rasa manis menunjukkan nilai kemanisan (total gula) dari buah tersebut. Semakin tinggi nilai total padatan terlarut makin manis rasa dari buah tersebut. Pada umumnya selama pematangan akan terjadi peningkatan nilai total padatan terlarut yang menunjukkan meningkatnya nilai kemanisan buah. Hal ini disebabkan karena selama proses pematangan akan terjadi penguraian senyawa komplek seperti pati menjadi gula-gula sederhana yang memberikan rasa manis pada buah (Marlina et al. 2014)