16
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Perkecambahan benih-benih purwoceng terjadi pada waktu yang berbedabeda karena tidak dilakukan persemaian serempak. Tanaman dikelompokkan sesuai umur untuk pengolahan data percobaan (Tabel 1 dan 2). Tabel 1. Jumlah Tanaman Purwoceng Generasi M2 pada Umur yang Berbeda di Lokasi Cicurug Umur Tanaman
0 krad 57 96 97 87 80 76 66 53 49 47 40 33 28 23 17 12 1 0 0
0 MSP 2 MSP 4 MSP 6 MSP 8 MSP 10 MSP 12 MSP 14 MSP 16 MSP 18 MSP 20 MSP 22 MSP 24 MSP 26 MSP 28 MSP 30 MSP 32 MSP 34 MSP 36 MSP
Jumlah Tanaman 3 krad 5 krad 30 70 30 76 30 110 26 108 26 101 22 96 20 86 16 82 10 50 12 58 8 50 2 42 2 31 1 25 0 17 0 11 0 9 0 7 0 2
Tabel 2. Jumlah Tanaman Generasi M2 Purwoceng pada Umur yang Berbeda di Lokasi Cibadak Umur Tanaman
Jumlah Tanaman 1 krad 3 krad 5 5
0 MSP
0 krad 3
5 krad 5
4 MSP
3
13
0
11
8 MSP
8
21
0
11
17
700
643.9
600
524.6 476.3
500
403 400 270.5
300
217.4 167.2
200 100
112.3
75.7 36
35
16
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan
Gambar 5. Curah Hujan di Lokasi Cicurug Tahun 2008 Kondisi cuaca pada saat percobaan ini dilakukan sangat mempengaruhi tanaman. Curah hujan di lokasi Cicurug pada tahun 2008 ditunjukkan pada Gambar 5. Pada bulan Juli hingga September 2008 terjadi kekeringan karena sangat jarang hujan dan panas terus-menerus sehingga beberapa tanaman menjadi layu dan akhirnya mati. Selanjutnya mulai bulan November 2008 terjadi hujan dengan curah hujan sangat tinggi sehingga menyebabkan beberapa tanaman menjadi busuk dan mati (Gambar 6a-c). Busuk yang terjadi pada berbagai bagian tanaman menunjukkan gejala bagian tanaman tersebut menjadi lunak dan berwarna kecoklatan. Organisme penyebab busuk ini belum dipelajari. Selama pengamatan ditemukan bahwa tanaman yang mulai layu akan segera mati, tidak akan bertahan dalam waktu lama. Naungan paranet yang digunakan pada awal percobaan (kerapatan 65%) terlalu rapat sehingga menyebabkan pertumbuhan tangkai daun purwoceng mengalami etiolasi, terlihat pada tangkai daun menjadi kurus dan lebih panjang. Kemudian dilakukan penjarangan paranet menjadi 50% dan selanjutnya dilakukan pemasangan plastik di atas paranet pada musim hujan (Gambar 6d). Terdapat beberapa tanaman muda yang baru dipindahkan ke pot besar mengalami gejala bintik-bintik putih pada daun (Gambar 6e). Hal ini disebabkan oleh kurangnya unsur N dan hara lainnya pada tanah. Gejala bintik putih pada daun tidak muncul lagi setelah dilakukan pemupukan.
18
a
b
d
c
e
Gambar 6. Pengaruh Lingkungan pada Purwoceng. Daun layu dan mengering (a), daun membusuk (b), tanaman mati (c), daun berbintik-bintik putih (d), naungan paranet dilapisi plastik (e)
a
b
c
d
Gambar 7. Serangan Hama pada Tanaman Purwoceng. Kutu daun di permukaan bawah daun (a), tanaman berkerut (b), nematoda membentuk bintil-bintil akar (c), daun tanaman terserang belalang (d) Seluruh tanaman terserang kutu daun Aphis sp. (Gambar 7a) dengan tingkat serangan berbeda disertai kelompok semut yang juga ikut mengerubungi tanaman. Pengendalian kutu daun dilakukan dengan menyemprotkan larutan furadan atau larutan deterjen, tetapi hanya dapat mengusir kutu sementara. Pengendalian kutu daun yang paling efektif adalah dengan menggunakan tangan. Kutu daun menghisap cairan tanaman sehingga daun menjadi berkerut (Gambar 7b). Selain itu juga terjadi serangan sejenis nematoda yang membentuk bintil-bintil pada akar dan menghisap sari tanaman (Gambar 7c). Hama lain yang menyerang tanaman adalah belalang yang memakan daun sehingga tinggal tangkainya (Gambar 7d).
19
Karaakter Kualittatif B Bentuk dau un Daun n awal yang g muncul paada tanamann purwocengg adalah dauun tunggal. S Setetah menncapai 2 MSP kemudiaan terbentukk daun majeemuk sampaai tanaman d dewasa. Dau un tunggal merupakan m ddaun dengan satu helai ddaun pada satu tangkai d daun, sedang gkan daun maajemuk adalaah daun yangg memiliki beeberapa helai anak daun p pada satu tanngkai daun (Gambar 8aa-b). Bentuk anak daun ppurwoceng berdasarkan b tidak berbedda antar tanaaman generaasi M2 untuuk semua dosis iradiasi. p pengamatan B Bentuk anakk daun secaraa umum adallah bentuk jaantung bergerrigi atau bulat bergerigi ( (Gambar 8c--d). Pasangaan anak daunn pada daun majemuk teerletak berhaddapan pada t tangkai daun n dan pada ujuung tangkai ddaun terdapatt satu anak daaun. Meskipuun demikian p pada tanamaan M2/09.04..08/5 KRAD D/20 di lokassi Cicurug dditemukan suusunan anak d daun yang berbeda, yaaitu tangkaii anak daunn yang terliihat bercabaang-cabang ( (Gambar 8e)). Grosch (11965) menyaatakan bahw wa banyak taanaman yangg diiradiasi a akhirnya meenghasilkan penyimpanggan-penyimp pangan bentuuk daun. Berdasarkan B t temuan terseb but dibuat sk ketsa keragam man susunan anak a daun puurwoceng (Gaambar 9).
a
c
b
d
e
Gambaar 8. Keragaaman Keraggaan Bentuk k Daun Purw woceng. Dau un tunggal (a), daaun majemukk (b), anak daun d bulat bergerigi (c), anak daun jantunng bergerigi ((d), dan peny yimpangan bbentuk daun (e)
20
Gam mbar 9. Sketssa Keragamaan Susunan Anak Daun Purwoceng. Majemuk tidak bercabang ((kiri) dan maajemuk bercaabang (kanan n) W Warna Dau un Warnna hijau padda daun mudaa terlihat leb bih cerah, sedangkan padda daun tua t terlihat lebih h gelap (Gamb mbar 10a). Waarna kemerahhan pada dauun ada yang terlihat t jelas d ada yangg samar atau hanya sembuurat (Gambarr 10b). dan Padaa daun purwooceng terdappat tiga kombbinasi keduaa warna ini, yaitu: y 1. Seluruh permukaan daun d muda ddan daun tuaa berwarna hijau h 2 Permukaaan bawah daun mudda berwarnna hijau kkemerahan, sedangkan 2. permukaaan atasnya dan d kedua peermukaan daaun tua berw warna hijau 3 Permukaaan bawah daun mudaa dan daun tua berwaarna hijau kemerahan, 3. k sedangkaan permukaaan atas keduuanya berwarrna hijau Tanaaman-tanamaan generasi M2 semua dosis iradiiasi di lokaasi Cicurug m menunjukka an seluruh kombinasi k w warna di atass. Tanaman--tanaman geenerasi M2 5 krad dan kontrol k lebihh banyak meenunjukkan kombinasi k 2 (95 dan 57 7 tanaman), s sedangkan t tanaman-tana aman generrasi M2 3 krad lebih banyak meenunjukkan k kombinasi 1 (27 tanamaan). Kombinnasi 3 terdapat pada sediikit tanamann saja, yaitu d tanamann pada masin dua ng-masing doosis iradiasi (Lampiran 1-3). 1 Tanamaan-tanaman g generasi M22 semua dossis iradiasi di d lokasi Ciibadak secarra umum meenunjukkan k kombinasi 1 Kombinassi 2 ditunjuukkan pada tiga 1. t tanamaan kontrol dan masingm masing dua tanaman t geneerasi M2 3 kkrad dan 5 kraad (Lampirann 4-7). Pulunngan (2008) m menyatakan bahwa kom mbinasi warnna daun inii bukan merrupakan akibbat radiasi, m melainkan haanya berupa penyesuaiann tanaman terrhadap lingkuungan. Inten nsitas warna kemerahan k daapat bertambah atau berkuurang. Pada dua d bulan di a akhir percobbaan ditemukkan beberapaa tanaman dengan d keduua permukaann daun tua b berwarna meerah atau hijaau kekuningann yang didugga disebabkann oleh faktor lingkungan m misalnya cahhaya (Gambarr 10c). Salisbbury dan Rosss (1995) mennyatakan bahw wa sebagian b besar tumbuhhan membenntuk pigmen antosianin pada p beberapaa sel terspesiialisasi, dan s sering terpaccu oleh cahayya. Cahaya m memacu sintessis pigmen teersebut pada organ yang s sedikit atau sama s sekali tidak berfotosiintesis, misallnya pada dauun yang akann gugur.
21
a
b
c
Gaambar 10. Keeragaman Keragaan K Warna Daun Puurwoceng. Warna W hijau berrbeda pada daun mudaa dan daunn tua (a), warna w hijau kem merahan dom minan pada permukaan bawah daunn muda (b), waarna kemerahhan pada dauun tua (c) W Warna Tan ngkai Daun Warn na yang diteemukan padda tangkai saama dengan yang ditem mukan pada d daun, yaitu hijau dan hiijau kemerahan (Gambaar 11). Samaa halnya denngan daun, i intensitas waarna kemeraahan pada tanngkai juga dapat d bertambbah atau berrkurang.
Gam mbar 11. Waarna Tangkaai Daun Purrwoceng. W Warna hijau (kiri), dan waarna hijau keemerahan (kaanan) M2 di lokassi Cibadak m memiliki tanngkai daun Selurruh tanamann generasi M b berwarna hijaau kecuali saatu tanaman, yaitu I/1R/29-12-07/SAM MPEL5 (Lam mpiran 4-7). B Berbeda halnya dengan tanaman di lokasi Cicu urug, seluruhh tanaman geenerasi M2 s semua dosiss iradiasi menunjukkan m salah satu dari kedua warna, nam mun secara u umum berwaarna hijau keemerahan keecuali beberaapa tanamann dengan warrna tangkai d daun hijau, yaitu y dua tannaman pada masing-massing dosis iraadiasi (Lamppiran 1-3).
22
T Tipe Kanop pi Secaara umum pada tanamann generasi M2 M di lokasi Cicurug, kaanopi tegak ( (Gambar 12aa) ditemukann pada tanam man muda, yaitu y antara umur 0-16 MSP pada t tanaman gennerasi M2 3 krad k dan konntrol, serta cennderung lebiih singkat pada tanaman g generasi M2 2 5 krad, yaaitu sekitar uumur 0-12 MSP. M Kanoppi rebah (Gaambar 12b) d ditemukan pada p tanaman an yang lebihh tua. Semaakin tua tanaaman maka anak daun s semakin bannyak sehinggga tangkai daaun semakin n panjang daan berat. Padda tanaman g generasi M22 5 krad, keccenderungan kanopi yang g lebih cepatt rebah diseb babkan oleh s sebagian bessar tanaman generasi g M22 5 krad hiduup pada awall percobaan saat s paranet l lebih teduh sehingga tan ngkai teretioolasi dan meenjadi lemahh. Selain itu tegak atau r rebahnya kaanopi juga dipengaruhi d oleh kesegaaran tangkaii daun. Pada beberapa t tanaman gen nerasi M2 3 krad k dan konntrol ditemukkan kanopi yaang masih teegak sampai m maksimal paada umur 188 MSP. Hal ini diduga dipengaruhi d oleh jumlah anak daun y yang terdapaat pada tangk kai lebih sedikkit sehingga daun tidak teerlalu berat.
b
a
mbar 12. Tipe Kanopi Purw woceng. Tipee tegak (a) daan tipe rebah h (b) Gam Karak kter Kuantiitatif Perbandinggan Karakteer Kuantitaatif Antar Dosis Iradiassi P d Lokasi Cicurug di C dan Cibadak J Jumlah Dau un Rata--rata jumlah daun d tanamaan purwoceng g generasi M22 semua dosiis iradiasi di l lokasi Cicuruug ditunjukkkan pada Gaambar 13 (beerdasarkan Lampiran L 8). Hasil uji-t k karakter jum mlah daun anttar pasangann dosis iradiaasi tanaman ppurwoceng generasi g M2 s semua dosis iradiasi (Tabbel 3) menunjjukkan bahw wa jumlah dauun tanaman generasi g M2 3 krad cend derung atau nyata lebih sedikit dibbandingkan jjumlah daun tanaman g generasi M2 2 5 krad dan kontrol k pada semua umurr. Jumlah dauun tanaman generasi g M2 5 krad tidak berbeda b denggan tanaman kkontrol pada semua umurr.
23
Tabel 3. Hasil Uji-t Jumlah Daun Purwoceng Antar Dosis Iradiasi pada Generasi M2 di Lokasi Cicurug Umur Tanaman 0 MSP
2 MSP
4 MSP
6 MSP
8 MSP
10 MSP
12 MSP
14 MSP
16 MSP
18 MSP
20 MSP
22 MSP
Perlakuan yang Dibandingkan 0 krad vs 3 krad
t-hitung 1.73 tn
Peluang 0.090
0 krad vs 5 krad
0.56 tn
0.577
3 krad vs 5 krad
tn
0.154
tn
0.067
0 krad vs 5 krad
-0.01
tn
0.994
3 krad vs 5 krad
-1.90 tn
0.063
0 krad vs 3 krad
2.47 *
0.017
0 krad vs 5 krad
0.09
tn
0.929
3 krad vs 5 krad
-2.53 *
0.015
0 krad vs 3 krad
2.29 *
0.026
0 krad vs 5 krad
tn
0.317
3 krad vs 5 krad
-1.58
tn
0.121
0 krad vs 3 krad
4.74 *
0.000
0 krad vs 5 krad
1.57
tn
0.118
0 krad vs 3 krad
-1.45 1.87
1.00
3 krad vs 5 krad
-3.29 *
0.002
0 krad vs 3 krad
3.95 *
0.000
0 krad vs 5 krad
-0.39 tn
0.699
3 krad vs 5 krad
-4.31 *
0.000
0 krad vs 3 krad 0 krad vs 5 krad
2.93 * 0.56 tn
0.005 0.573
3 krad vs 5 krad
-2.67 *
0.011
0 krad vs 3 krad
2.35 *
0.024
0 krad vs 5 krad
tn
0.580
0.56
3 krad vs 5 krad
-1.74
tn
0.089
0 krad vs 3 krad
1.33 tn
0.200
0 krad vs 5 krad
-0.15 tn
0.879
3 krad vs 5 krad
-1.29
tn
0.206
0 krad vs 3 krad
3.37 *
0.002
0 krad vs 5 krad
1.64
tn
0.105
3 krad vs 5 krad
-2.14 *
0.041
0 krad vs 3 krad
2.47 *
0.024
0 krad vs 5 krad
-0.13
tn
0.898
3 krad vs 5 krad
-2.68 *
0.017
0 krad vs 3 krad
1.24 tn
0.431
0 krad vs 5 krad
tn
0.163
tn
0.579
3 krad vs 5 krad Keterangan: *berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata pada taraf 5%
1.41
-0.78
24
24 22
21.33
20 17.7
18
18.42
Jumlah Daun (tangkai)
16 14.66 14
15.5 13.92 14.38
12.62
0 krad
13.2 12
3 krad
10.62
5 krad
10.88
9.3
10 8.03 8
8.55
6.45 6 4
6.82
5.26 3.93 3.37
4.66 4.1
4.4
2
4
5.58
5.92
6
8
2 0 0
10
12
14
16
18
20
22
Umur Tanaman (MS P)
Gambar 13. Rata-rata Jumlah Daun Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cicurug Rata-rata jumlah daun tanaman purwoceng generasi M2 semua dosis iradiasi di lokasi Cibadak ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil uji-t karakter jumlah daun antar pasangan dosis iradiasi tanaman purwoceng generasi M2 ditunjukkan pada Tabel 5. Jumlah daun tanaman generasi M2 1 krad nyata lebih banyak dibandingkan jumlah daun tanaman generasi M2 5 krad dan kontrol pada umur 8 MSP. Keragaman jumlah daun tanaman generasi M2 di lokasi Cicurug dan Cibadak ini diduga merupakan akibat dari faktor lingkungan, bukan akibat iradiasi sinar gamma. Hasil percobaan yang dilakukan Pulungan (2008) menunjukkan pada 4-8 MSP hasil uji-t antara tanaman kontrol dengan tanaman generasi M1 1 krad, 3 krad, dan 5 krad, maupun antara kombinasi pasangan lainnya, keenam pasangan tersebut tidak menunjukkan jumlah daun yang berbeda. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cibadak Umur Tanaman 0 MSP 4 MSP 8 MSP
0 krad 4.62 5.67 6.67
Rata-rata Jumlah Daun (tangkai) 1 krad 3 krad 5 krad 4.57 4.60 4.00 5.77 5.09 9.40 6.80
25
Tabel 5. Hasil Uji-t Jumlah Daun Purwoceng Antar Dosis Iradiasi pada Generasi M2 di Lokasi Cibadak Umur Tanaman 0 MSP
Perlakuan yang Dibandingkan 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 3 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 3 krad 1 krad vs 5 krad 3 krad vs 5 krad 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 5 krad 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 5 krad
4 MSP
8 MSP
t-hitung 0.16 tn 0.07 tn 1.78 tn -0.09 tn 1.85 tn 1.77 tn -0.13 tn 0.74 tn 1.15 tn -2.60 * -0.14 tn 2.48 *
Peluang 0.874 0.946 0.096 0.930 0.077 0.107 0.904 0.511 0.263 0.048 0.893 0.042
Keterangan: *berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Panjang Tangkai Daun Rata-rata panjang tangkai daun tanaman purwoceng generasi M2 semua dosis iradiasi di lokasi Cicurug ditunjukkan pada Gambar 14 (berdasarkan Lampiran 9), terlihat bahwa ketiga tanaman generasi M2 semua dosis iradiasi secara bergantian memiliki tangkai daun terpanjang pada umur yang berbeda dari awal sampai akhir pengamatan. 22 19.63 19.91
20 18.19 17.83
18
18.72
16 Panjang Tangkai Daun (cm)
14.96 13.57
14
13.03 13.23 13.31
12.78
12 10.65
13.64 14.02 13.4 0 krad 3 krad
11.82
10
5 krad 9.89 7.63
8 5.82
8.35
6.33
6
6.35 5.36
4
4.52
2 0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Umur Tanaman (MS P)
Gambar 14. Rata-rata Panjang Tangkai Daun Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cicurug
26
Tabel 6. Hasil Uji-t Panjang Tangkai Daun Purwoceng Antar Dosis Iradiasi pada Generasi M2 di Lokasi Cicurug Umur Tanaman 0 MSP
2 MSP
4 MSP
6 MSP
8 MSP
10 MSP
Perlakuan yang Dibandingkan 0 krad vs 3 krad
t-hitung 2.31 *
Peluang 0.024
0 krad vs 5 krad
3.73 *
0.000
3 krad vs 5 krad
0.38
tn
0.706
0 krad vs 3 krad
1.24
tn
0.221
0 krad vs 5 krad
3.21 *
0.002
3 krad vs 5 krad
1.12 tn
0.266
0 krad vs 3 krad
tn
0.184
0 krad vs 5 krad
1.57
tn
0.118
3 krad vs 5 krad
2.43 *
0.020
0 krad vs 3 krad
-2.10 *
0.043
0 krad vs 5 krad
1.38
tn
0.169
3 krad vs 5 krad
3.01 *
0.005
0 krad vs 3 krad
-1.23
tn
0.226
0 krad vs 5 krad
2.88 *
0.005
3 krad vs 5 krad
3.19 *
0.003
0 krad vs 3 krad
0.35 tn
0.727
0 krad vs 5 krad
-0.59
tn
0.559
-0.75
tn
0.461
0 krad vs 3 krad 0 krad vs 5 krad
tn
-1.25 -4.90 *
0.218 0.000
3 krad vs 5 krad
-2.30 *
0.028
0 krad vs 3 krad
-2.04
tn
0.051
0 krad vs 5 krad
-6.04 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-2.81 *
0.008
0 krad vs 3 krad
-1.48 tn
0.168
0 krad vs 5 krad
-7.40 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-1.93
tn
0.080
0 krad vs 3 krad
-2.74 *
0.015
0 krad vs 5 krad
-9.01 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-2.75 *
0.015
0 krad vs 3 krad
-2.17
tn
0.052
0 krad vs 5 krad
-8.42 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-2.93 *
0.017
0 krad vs 3 krad
-2.22 tn
0.269
0 krad vs 5 krad
-9.21 *
0.000
3 krad vs 5 krad
tn
0.522
3 krad vs 5 krad 12 MSP
14 MSP
16 MSP
18 MSP
20 MSP
22 MSP
-1.35
Keterangan: *berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata pada taraf 5%
-0.93
27
Hasil uji-t karakter panjang tangkai daun antar pasangan dosis iradiasi tanaman purwoceng generasi M2 (Tabel 6) menunjukkan bahwa pada umur 12-22 MSP tangkai daun tanaman generasi M2 5 krad cenderung atau nyata lebih panjang dibandingkan dengan tangkai daun tanaman generasi M2 3 krad dan kontrol. Pada awal pengamatan (0 dan 2 MSP) tangkai daun tanaman kontrol nyata lebih panjang dibandingkan tangkai daun tanaman generasi M2 5 krad, tetapi selanjutnya pada 4-8 MSP tangkai daun tanaman generasi M2 3 krad nyata lebih panjang dibandingkan tangkai daun tanaman generasi M2 5 krad.
Tabel 7. Rata-rata Panjang Tangkai Daun Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cibadak Rata-rata Panjang Tangkai Daun (cm) Umur Tanaman 0 krad 1 krad 3 krad 5 krad 0 MSP 5.50 5.60 5.20 6.23 4 MSP 7.33 9.35 8.95 8 MSP 14.00 15.40 17.00 Rata-rata panjang tangkai daun tanaman purwoceng generasi M2 semua dosis iradiasi di lokasi Cibadak ditunjukkan pada Tabel 7. Hasil uji-t karakter panjang tangkai daun antar pasangan dosis iradiasi tanaman purwoceng generasi M2 tidak menunjukkan panjang tangkai daun yang berbeda (Lampiran 11). Keragaman panjang tangkai daun tanaman generasi M2 di lokasi Cicurug dan Cibadak ini diduga juga merupakan akibat dari faktor lingkungan, bukan akibat iradiasi sinar gamma. Hasil percobaan yang dilakukan Pulungan (2008) menunjukkan pada 4-8 MSP hasil uji-t antara tanaman kontrol dengan tanaman generasi M1 1 krad, 3 krad, dan 5 krad, maupun antara kombinasi pasangan lainnya, keenam pasangan tersebut tidak menunjukkan panjang tangkai daun yang berbeda.
Diameter Kanopi Rata-rata diameter kanopi tanaman purwoceng generasi M2 semua dosis iradiasi di lokasi Cicurug ditunjukkan pada Gambar 15 (berdasarkan Lampiran 10), terlihat bahwa ketiga tanaman generasi M2 semua dosis iradiasi memiliki diameter kanopi terpanjang secara bergantian pada umur yang berbeda dari awal sampai akhir pengamatan.
28
70 63.7
65 60.29
61.4
60 55.8 53.9
55 50
49.9
Diameter Kanopi (cm)
45.7 45 44.7
40
47.9
47.3
45.1
40
0 krad
35
33
35.4
5 krad
30
26.9 27.3
25 19.2
20 15
21.73 13.79 11.57
10 5
3 krad
36.4
14.85 12.43
8.43
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Umur Tanaman (MS P)
Gambar 15. Rata-rata Diameter Kanopi Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cicurug Sama halnya dengan karakter panjang tangkai daun, hasil uji-t karakter diameter kanopi antar pasangan dosis iradiasi tanaman purwoceng generasi M2 (Tabel 8) menunjukkan bahwa pada 10 MSP antara tanaman kontrol dengan tanaman generasi M2 3 krad dan 5 krad, maupun antara tanaman generasi M2 3 krad dengan 5 krad, tidak menunjukkan diameter kanopi yang berbeda. Pada umur 12-22 MSP tanaman generasi M2 5 krad memiliki diameter kanopi yang cenderung atau nyata lebih besar dibandingkan dengan tanaman generasi M2 3 krad dan kontrol. Pada awal percobaan (0 MSP) antara tanaman kontrol dengan tanaman generasi M2 3 krad dan 5 krad, maupun antara tanaman generasi M2 3 krad dengan 5 krad, menunjukkan diameter kanopi yang berbeda nyata dan diameter kanopi tanaman kontrol adalah yang terbesar. Selanjutnya pada 2 dan 8 MSP diameter kanopi tanaman kontrol masih nyata lebih besar dibandingkan tanaman generasi M2 5 krad, tetapi pada umur 4 dan 6 MSP diameter kanopi tanaman generasi M2 3 krad nyata lebih besar dibandingkan tanaman generasi M2 5 krad.
29
Tabel 8. Hasil Uji-t Diameter Kanopi Purwoceng Antar Dosis Iradiasi pada Generasi M2 di Lokasi Cicurug Umur Tanaman 0 MSP
2 MSP
4 MSP
6 MSP
8 MSP
10 MSP
12 MSP
14 MSP
16 MSP
18 MSP
20 MSP
22 MSP
Perlakuan yang Dibandingkan 0 krad vs 3 krad
t-hitung 3.65 *
Peluang 0.001
0 krad vs 5 krad
2.31 *
0.023
3 krad vs 5 krad
-2.19 *
0.034
0 krad vs 3 krad
0.38
tn
0.706
0 krad vs 5 krad
2.15 *
0.033
3 krad vs 5 krad
0.87 tn
0.390
0 krad vs 3 krad
-2.40 *
0.020
0 krad vs 5 krad
1.29
tn
0.200
3 krad vs 5 krad
3.26 *
0.002
0 krad vs 3 krad
-0.76
tn
0.452
0 krad vs 5 krad
2.31 *
0.022
3 krad vs 5 krad
2.30 *
0.028
0 krad vs 3 krad
0.46
tn
0.649
0 krad vs 5 krad
3.04 *
0.003
3 krad vs 5 krad
2.03 *
0.049
0 krad vs 3 krad
1.24 tn
0.221
0 krad vs 5 krad
-0.54
tn
0.593
3 krad vs 5 krad
-1.74
tn
0.090
0 krad vs 3 krad 0 krad vs 5 krad
-2.09 * -4.60 *
0.044 0.000
3 krad vs 5 krad
-1.22 tn
0.232
0 krad vs 3 krad
-0.24
tn
0.813
0 krad vs 5 krad
-4.22 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-2.24 *
0.037
0 krad vs 3 krad
-1.55 tn
0.144
0 krad vs 5 krad
-4.59 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-1.17
tn
0.264
0 krad vs 3 krad
-0.29
tn
0.772
0 krad vs 5 krad
-4.72 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-3.15 *
0.007
0 krad vs 3 krad
-0.53
tn
0.604
0 krad vs 5 krad
-5.45 *
0.000
3 krad vs 5 krad
-3.13 *
0.012
0 krad vs 3 krad
0.29 tn
0.818
0 krad vs 5 krad
-4.22 *
0.000
3 krad vs 5 krad
tn
0.385
Keterangan: *berbeda nyata pada taraf 5% tn tidak berbeda nyata pada taraf 5%
-1.45
30
Rata-rata diameter kanopi tanaman purwoceng generasi M2 semua dosis iradiasi di lokasi Cibadak ditunjukkan pada Tabel 9. Hasil uji-t karakter diameter kanopi antar pasangan dosis iradiasi tanaman purwoceng generasi M2 (Tabel 10) menunjukkan bahwa diameter kanopi tanaman kontrol sangat nyata lebih kecil dibandingkan tanaman generasi M2 1 krad dan 5 krad pada umur 4 MSP, tetapi selanjutnya pada 8 MSP kembali tidak berbeda. Tabel 9. Rata-rata Diameter Kanopi Purwoceng Generasi M2 Semua Dosis Iradiasi di Lokasi Cibadak Umur Tanaman 0 MSP 4 MSP 8 MSP
0 krad 13.19 14.83 29.17
Rata-rata Diameter Kanopi (cm) 1 krad 3 krad 5 krad 12.81 12.00 14.14 21.46 21.64 31.30 36.90
Tabel 10. Hasil Uji-t Diameter Kanopi Purwoceng Antar Dosis Iradiasi pada Generasi M2 di Lokasi Cibadak Umur Tanaman 0 MSP
4 MSP
8 MSP
Perlakuan yang Dibandingkan 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 3 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 3 krad 1 krad vs 5 krad 3 krad vs 5 krad 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 5 krad 0 krad vs 1 krad 0 krad vs 5 krad 1 krad vs 5 krad
t-hitung 0.20 tn 0.67 tn -0.38 tn 0.61 tn -0.60 tn -1.00 tn -3.94 ** -3.21 ** -0.07 tn -0.88 tn -2.49 tn -1.54 tn
Peluang 0.842 0.516 0.709 0.548 0.556 0.335 0.002 0.009 0.948 0.419 0.055 0.166
Keterangan: **berbeda nyata pada taraf 1% tn tidak berbeda nyata pada taraf 5%
Keragaman diameter kanopi tanaman generasi M2 di lokasi Cicurug dan Cibadak ini sama halnya dengan kondisi panjang tangkai daun, diduga juga merupakan akibat dari faktor lingkungan, bukan akibat iradiasi sinar gamma. Hasil percobaan yang dilakukan Pulungan (2008) menunjukkan pada 4-8 MSP hasil uji-t karakter diameter kanopi tanaman generasi M1 3 krad nyata lebih kecil dibandingkan dengan tanaman kontrol, tetapi pada kombinasi pasangan lainnya tidak menunjukkan diameter kanopi yang berbeda.
31
Jumlah Anakan Purwoceng di lokasi Cicurug yang membentuk anakan (Gambar 16a) adalah tanaman generasi M2 5 krad sebanyak 23 tanaman dan tanaman kontrol sebanyak 22 tanaman, sedangkan tanaman generasi M2 di lokasi Cibadak tidak dilaporkan membentuk anakan. Jumlah tanaman yang memiliki anakan serta ratarata jumlah anakan tanaman generasi M2 5 krad dan kontrol di lokasi Cicurug ditunjukkan pada Tabel 11, terlihat bahwa tanaman generasi M2 5 krad membentuk anakan lebih cepat dibandingkan tanaman kontrol. Rata-rata jumlah anakan antara keduanya tidak berbeda setelah dilakukan uji-t (Lampiran 12). Sebagai antisipasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup tanaman generasi M2 purwoceng jika tidak ada tanaman yang berbunga dan menghasilkan benih, maka dilakukan pembiakan secara vegetatif melalui pemisahan anakan, namun hal ini belum berhasil (Gambar 16b).
Tabel 11. Jumlah Tanaman yang Memiliki Anakan dan Rata-rata Jumlah Anakan Purwoceng Generasi M2 di Lokasi Cicurug Umur Tanaman 4 MSP
0 krad Jumlah Rata-rata Tanaman Jumlah Anakan 0 -
5 krad Jumlah Rata-rata Tanaman Jumlah Anakan 2 1.5
6 MSP
0
-
5
1.6
8 MSP
2
1.5
6
2.0
10 MSP
3
1.3
8
1.5
12 MSP
3
1.3
8
1.6
14 MSP
6
1.3
8
2.1
16 MSP
10
1.7
6
2.2
18 MSP
16
1.7
7
2.1
20 MSP
11
1.9
11
2.0
22 MSP
13
1.9
8
2.3
24 MSP
13
2.3
6
1.7
26 MSP
12
2.5
3
1.7
28 MSP
10
2.1
3
1.7
30 MSP
9
2.0
0
-
32
a
b
Gam mbar 16. Anaakan Purwoceng. Anakan n tumbuh di leher akar (aa), dan pemisahan p a anakan (b) P Perbanding gan Karakteer Kuantitaatif Antar Lookasi 8 7.075 6.735
Jumlah Daun (tangkai)
7 6 5.38 5 4
4.89
4.408
Cicuru ug Cibadaak
3.703 3 2 1 0 0
4
8
S P) Umurr Tanaman (MS
mbar 17. Rataa-rata Jumlahh Daun Purw woceng Geneerasi M2 3 krrad, 5 krad, Gam dann Kontrol di Lokasi L Cicuruug dan Cibaddak pada 0-8 MSP 18 Panjang Tangkai Daun (cm)
16
15.5
14 12 10.06
10 8.14 6 4
Cicuru ug Cibadaak
8 5.643 5.007
5.88
2 0 0
4
8
Umurr Tanaman (MS S P)
Gam mbar 18. Rata--rata Panjangg Tangkai Daaun Purwoceeng Generasi M2 3 krad, 5 kraad, dan Kontrrol di Lokasi Cicurug dan Cibadak padda 0-8 MSP
33
35 33.04 30 Diameter Kanopi (cm)
27.27 25 20
Cicurug
18.24
Cibadak
15
13.31
13.11 10
10.06
5 0 0
4
8
Umur Tanaman (MS P)
Gambar 19. Rata-rata Diameter Kanopi Purwoceng Generasi M2 3 krad, 5 krad, dan Kontrol di Lokasi Cicurug dan Cibadak pada 0-8 MSP Gambar 17-19 menunjukkan perbandingan jumlah daun, panjang tangkai daun, dan diameter kanopi tanaman purwoceng generasi M2 3 krad, 5 krad, dan control pada umur 0, 4, dan 8 MSP di lokasi Cicurug dan Cibadak. Hasil uji-t ketiga karakter kuantitatif antar lokasi pada umur tersebut tidak menunjukkan nilai yang berbeda (Lampiran 13). Pertumbuhan vegetatif yang cukup baik tetapi sulit untuk berbunga menunjukkan bahwa tanaman generasi M2 belum dapat beradaptasi jika ditanam sejak awal di dataran lebih rendah, namun hal ini menunjukkan bahwa lokasi Cicurug potensial sebagai lokasi pembudidayaan purwoceng. Fase Generatif Tanaman Rahardjo et al. (2005) menyatakan bahwa purwoceng di dataran tinggi Dieng mulai berbunga pada umur tiga bulan setelah tanam dan Pulungan (2008) melaporkan bahwa purwoceng generasi M1 di lokasi Cicurug mulai berbunga pada umur 13 MSP (sekitar 4.3 bulan). Pada percobaan ini purwoceng generasi M2 di lokasi Cicurug baru berbunga pada umur 22 MSP (sekitar tujuh bulan). Hanya satu tanaman yang berbunga, yaitu M2/05.07.08/3krad/18 (Gambar 20) yang bertahan hidup sekitar tiga minggu setelah munculnya tandan bunga, sehingga diduga tidak terjadi penyerbukan bunga. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanaman yang sulit beradaptasi terhadap lingkungan. Landsberg (1977) menjelaskan bahwa setiap proses perkembangan pada tumbuhan diatur secara genetik yang dipicu oleh mekanisme tertentu, misalnya pada pergantian dari fase vegetatif ke generatif dapat disebabkan oleh perubahan internal tumbuhan atau akibat inisiasi dari faktor eksternal seperti panjang hari atau suhu lingkungan
34
Tanaman-tanaman lain seluruhnya mati setelah melalui masa vegetatif yang lebih panjang dari yang lazimnya dan tidak berbunga bahkan setelah melebihi umur purwoceng yang sewajarnya berbunga (Tabel 12). Masa vegetatif purwoceng generasi M1 di lokasi Cicurug adalah sekitar 3.3 bulan setelah dipindahkan (Pulungan, 2008). Beberapa tanaman yang sehat dan berpotensi untuk berbunga diberi perlakuan untuk menginduksi pembungaan. Perlakuan yang diterapkan antara lain: pemangkasan daun (untuk menimbulkan stres), pemberian pupuk bunga, naungan plastik per individu tanaman perlakuan, serta kombinasi dari pelakuan-perlakuan tersebut. Perlakuanperlakuan tersebut tidak berhasil dan seluruh tanaman akhirnya mati.
Gambar 20. Purwoceng Generasi M2 yang Berbunga. Tanaman yang berbunga (kiri) dan perbesaran gambar bunganya (kanan) Tabel 12. Purwoceng di Lokasi Cicurug yang Berumur Paling Panjang Nomor Tanaman M2/02.06.08/0 KRAD/50
Umur Tanaman 8.3 bulan setelah dipindahkan
M2/05.09.08/3 KRAD/28
6.8 bulan setelah dipindahkan
M2/24.04.08/5 KRAD/26
9.0 bulan setelah dipindahkan
M2/24.04.08/5 KRAD/27
9.0 bulan setelah dipindahkan
Kandungan Metabolit Sekunder Purwoceng Generasi M1 di Beberapa Lokasi Kadar saponin dan fitosterol pada akar serta batang dan daun tanaman dari empat lokasi (Dieng, Tawang Mangu, Cibadak, dan Cicurug) ditunjukkan pada Gambar 21-24 (berdasarkan Lampiran 14-17). Data hasil analisis tersebut dapat menunjukkan bahwa zat saponin dan fitosterol terkandung dalam tanaman yang dipindahkan ke lokasi Cibadak dan Cicurug serta terkandung pada seluruh bagian tanaman, namun hasil analisis tersebut tidak dapat digunakan untuk menduga kadar metabolit serupa untuk populasi lain atau untuk menentukan purwoceng generasi M1 dengan kadar zat saponin dan fitosterol tertinggi di antara empat lokasi tersebut karena merupakan data sampel tunggal.
35
Gam mbar 21. Kadaar Saponin A Akar Purwoceeng Generasii M1 dari Em mpat Lokasi
Gam mbar 22. Kad dar Saponin B Batang dan Daun D Purwooceng Generaasi M1 dari Emppat Lokasi
Gambbar 23. Kadarr Fitosterol Akar A Purwoceeng Generasii M1 dari Em mpat Lokasi
36
Gam mbar 24. Kad dar Fitosterool Batang daan Daun Puurwoceng Geenerasi M1 darri Empat Lokasi Uji-tt dapat dilakkukan untuk menguji peerbandingan kadar zat saaponin dan f fitosterol padda akar serta batang dan ddaun purwoceng generasii M1 serta peerbandingan k kadar zat sapponin dan fitoosterol pada purwoceng generasi g M1 asal lokasi Cicurug C dan C Cibadak. Haasil uji-t terssebut ditunjuukkan pada Tabel 13. T Tabel 13 meenunjukkan b bahwa kadarr zat saponinn dan fitosterrol pada akaar tidak berbeeda dibandinngkan pada b batang dan daun d purwoceng generaasi M1 dan kadar k zat sapponin pada purwoceng p g generasi M1 asal lokasi Cicurug nyata lebih h tinggi dibandingkan purwoceng p g generasi M1 1 asal lokasi Cibadak tettapi tidak beerbeda kadarr zat fitosterrolnya. Hal i juga meendukung bahwa ini b lokassi Cicurug atau a lokasi dengan d kondisi serupa p potensial sebbagai lokasii pembudidaayaan purwooceng dengann tujuan meenghasilkan s simplisia. Tabel 133. Hasil Uji-tt Kadar Zat Saponin S dan Fitosterol F padda Akar serta Batang dan Daun Purw woceng Geneerasi M1 sertta Kadar Zatt Saponin daan Fitosterol pada Purw woceng Generrasi M1 Asal Lokasi Cicurrug dan Cibaadak Perband dingan
Saponin
Akar
1..5704±0.34001
Batang dann Daun Cicurug
1..7256±0.36556 3.6388±0.35447
Cibadak
3..0853±0.29337
t-hitungg (Peluang g) -1.05 tnn (0.312) 7.66 * (0.001)
Keterrangan: *berbed da nyata pada taraf t 5% tn tidak berbeda nyataa pada taraf 5% %
Fitossterol 1.8220± ±0.6526 1.5976± ±0.4432 3.7668± ±0.9636 3.0102± ±0.6206
t-hitung ( (Peluang) 1.10 tn (0.289) 1.35 tn (0.234)