HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan pakan merupakan faktor utama dalam pemilihan dan penggunaan bahan pakan sebagai sumber nutrien untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak (Herman, 2003). Tabel 6. Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan dibandingkan dengan kebutuhan Nutrien Ayam Arab dan Ayam Kampung Nutrien Bahan Kering (%) EM (kkal/kg)* Protein Kasar (%)* Lemak Kasar (%)* Serat Kasar (%)* Ca (%) P. Total (%)** P. Tersedia** Na (%)** Cl (%)** Meth (%)** Lys (%) Meth+Cys (%)**
Kandungan Nutrien Ransum Perlakuan 91,2 2403 13,8 8 12,6 0,9 0,9 0,6 0,06 0,1 0,6 1,3 0,7
Kebutuhan Nutrien Ayam Arab dan Ayam Kampung 86 2900 16 7 Maksimal 7 0,9 0,35 0,35 0,08 0,1 0,33 0,65 0,45
Keterangan : * = Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2011 ). **= Hasil pergitungan tanpa kandungan nutrisi daun katuk.
Hasil analisa proksimat ransum penelitian, memperlihatkan ransum yang ditambahkan tepung daun katuk 7% mengakibatkan komposisi kandungan nutrien dalam ransum menjadi berubah. Kandungan energi metabolis ransum perlakuan lebih rendah daripada kebutuhan energi metabolis ayam arab dan ayam kampung, sedangkan kandungan serat kasar ransum perlakuan lebih tinggi daripada kebutuhan serat kasar ayam arab dan ayam kampung. Serat kasar yang tinggi disebabkan penggunaan tepung daun katuk sebesar 7. Standar pakan ayam kampung petelur baerdasarkan SNI mengandung serat kasar maksimal 5,5% – 7,0% dan kandungan lemak kasar 2,5% – 7,0%, sedangkan untuk protein kasar adalah 13,5% – 22%. Dari data tersebut dibandingkan dengan hasil analisa proksimat dan disimpulkan bahwa serat kasar 12,6% terlalu tinggi untuk 19
digunakan pada ayam jauh berbeda dari nilai standar pakan SNI dan pada lemak kasar juga melebihi standar yaitu 8%. Energi metabolis juga belum mencukupi kebutuhan untuk ayam arab dan ayam kampung yaitu 2900 kkal/kg. Sementara protein kasar sudah mencukupi kebutuhan standar pakan SNI. Ayam kampung umur 8-12 minggu membutuhkan protein kasar, serat kasar dan lemak kasar adalah 16% 17%, 4% - 5% dan 4% - 7% (Zainudin, 2006). Komposisi nutrien ransum perlakuan ini mengandung serat kasar tinggi, sehingga kecernaan rendah untuk itu perlu ditingkatkan sumber asam amino melebihi kebutuhan yaitu pada methionin, sistin dan lysin. Ransum perlakuan yang digunakan tidak menggunakan jagung, walaupun jagung merupakan bahan pakan yang sangat baik terhadap unggas khususnya ayam, karena jagung memiliki nilai Energi Metabolisme (EM) yang cukup tinggi, namun harga jagung mahal. Ransum ini menggunakan sumber energi dedak padi sebanyak 56,2% dalam ransum karena pada penelitian ini menggunakan ransum berserat kasar tinggi untuk melihat performa ayam. Hal ini menunjukkan bahwa pakan yang diberi tepung daun katuk 7% tersebut kurang memenuhi standar nutrisi ayam arab dan ayam kampung dan tidak memenuhi standar pakan SNI. Namun pada penelitian ini dengan penggunaan ransum berserat kasar tinggi bertujuan mengurangi biaya produksi melalui penghematan ransum tetapi menghasilkan pertambahan bobot badan yang optimal, sehingga diperoleh konversi ransum yang rendah. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai kualitas dari ransum perlakuan yang diberikan pada percobaan ini dan juga untuk mengukur laju pertumbuhan ayam arab dan ayam kampung yang terdiri dari ayam jantan dan ayam betina.
20
Tabel 7. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Katuk pada Ayam Periode Grower Umur 10 – 15 Minggu ) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Perlakuan
PBB (gr/ekor/minggu) Ayam Perlakuan Ayam Pembanding
Ayam Arab Jantan
157,04 ± 17,45a
408,40
Ayam Arab Betina
a
275,80
164,96 ± 11,27
b
Ayam Kampung Jantan
92,20 ± 61,70
Ayam Kampung Betina
b
Keterangan:
48,82 ± 8,19
(
378,00 328,00
Superskrip pada kolom yang sama menampilkan berbeda nyata pada p<0,05 PBB = Pertambahan Bobot Badan
Ayam yang diberi tepung daun katuk 7% dalam ransum dengan serat kasar 12,6% menghasilkan pbb yang nyata, terbukti dengan rendahnya pada ayam kampung dibandingkan dengan ayam arab. Adanya perbedaan dalam pertambahan bobot badan ini bisa dikarenakan ayam arab jantan dan ayam arab betina lebih baik dalam memanfaatkan ransum berserat kasar tinggi terbukti dengan pertambahan bobot badan ayam arab lebih baik terbukti dibandingkan ayam kampung jantan dan ayam kampung betina. Selain itu bisa disebabkan karena ayam arab lebih baik dalam mencerna zat-zat makanan yang terdapat dalam ransum menjadi daging walaupun ransum dengan serat kasar tinggi. Terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan bobot badan antara lain adalah konsumsi pakan, kecernaan zat makanan, perbedaan beradaptasi dengan lingkungannya, daya tahan tubuh, toleransi terhadap serat kasar tinggi dan sifat bahan makanan yang dimakan. Hal ini didukung pernyataan Leeson dan Summer (2001) bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi menentukan besarnya pertambahan berat badan yang dihasilkan. Serat kasar tinggi diatas 7% sangat mempengaruhi pertumbuhan seperti yang dikatakan Subiharta et al. (1994) bahwa serat kasar yang tinggi dapat menurunkan berat badan ayam potong. Tingkat serat kasar dalam ransum yang sesuai untuk ayam adalah maksimal 7%. Pemberian 7% akan menyebabkan hambatan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan makanan bertambah buruk (Anggorodi, 1985). Ayam arab lebih toleran terhadap ransum berkadar serat kasar tinggi dibandingkan ayam kampung. Pada penelitian ini pemberian tepung daun katuk 7% yang diberikan kepada ayam perlakuan yaitu ayam arab dan ayam kampung dibandingkan juga dengan hasil pemeliharaan 4 ekor ayam sebagai pembanding yang diberikan pakan komersil. Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa ayam perlakuan yang diberikan tepung daun katuk 21
7%, lebih rendah rataan pertambahan bobot badannya dibandingkan ayam pembanding yang diberikan pakan komersil. Hal ini dikarenakan kandungan serat kasar pada ransum yang diberi tepung daun katuk 7% sebesar 12,6% sedangkan pakan komersil adalah 7%. Keterbatasan pada ayam perlakuan dalam mencerna serat kasar tinggi, sehingga menurunnya bobot badan karena ayam merupakan hewan monogastrik yang mempunyai kemampuan terbatas untuk mencerna selulosa dan karbohidrat komplek lainnya. Menurut Wahju (1992) ayam hanya mempunyai sedikit enzim selulase dalam saluran pencernaan sehingga tidak bisa mencerna komponen serat kasar berupa selulosa. Kecernaan menurun dan penyerapan nutrien menurun akibat dari tingginya serat kasar ransum dan dapat mengurangi ketersediaan zat – zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan sehingga pencernaan dalam tubuh kurang optimal dan menurunnya pertumbuhan. Jika serat kasar sebagian besar terdiri dari selulosa dan lignin maka hampir seluruhnya tidak dapat dicerna oleh unggas. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya serat kasar ransum akan mengakibatkan tergetaknya gerakan peristaltik usus, sehingga zat – zat makanan yang dapat dicerna keluar bersama serat kasar dalam ekskreta sebelum sempat diserap. Kandungan serat kasar dalam ransum yang tinggi mengakibatkan kecernaan protein dalam usus tidak efektif, sehingga protein makanan tidak dapat diserap usus dengan baik. Rendahnya pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh kandungan protein kasar dan protein yang tercerna kandungan protein memiliki proporsi yang lebih tinggi untuk pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan Tillman et al. (1991) bahwa efisiensi penggunaan protein makanan tergantung dari kandungan asam – asam amino essensial dan asam – asam amino non-essensial yang dapat digunakan untuk kebutuhan metabolik dan pertumbuhannya. Rataan bobot badan ayam arab dan ayam kampung yang terdiri dari jantan dan betina selama 5 minggu yang diberi tepung daun katuk 7% dapat dilihat pada Gambar 5.
22
Gambar 5. Rataan Bobot Badan Ayam Arab dan Ayam Kampung Konsumsi Pakan Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi oleh hewan dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi,1999). Tujuan dalam mengkonsumsi ransum pada ayam untuk memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi, dan pertumbuhan. Tabel 8. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Katuk pada Ayam Periode Grower (Umur 10 – 15 Minggu) terhadap Konsumsi Ransum
Perlakuan
Konsumsi (gr/ekor/minggu) Ayam Perlakuan Ayam Pembanding
Ayam Arab Jantan Ayam Arab Betina Ayam Kampung Jantan Ayam Kampung Betina
677,76 ± 2,08a 675,20 ± 1,37a 408,53 ± 125,62b 313,67 ± 36,83b
Keterangan:
1182,47 901,97 1125,48 1084,95
Superskrip pada kolom yang sama menampilkan berbeda nyata pada p<0,05
Ayam yang diberi tepung daun katuk 7 % dalam ransum dengan serat kasar 12,6 % menghasilkan konsumsi pakan yang nyata, terbukti dengan rendahnya pada ayam kampung dibandingkan dengan ayam arab. Terdapatnya perbedaan konsumsi
23
pakan bisa dikarenakan pada ayam arab jantan dan ayam arab betina mempunyai toleransi lebih besar terhadap serat kasar dan lebih dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan temperatur tinggi dibandingkan dengan ayam kampung jantan dan ayam kampung betina. Menurut Rasyaf (1988), ayam kampung kurang mampu mencerna serat kasar dalam jumlah banyak, maksimal 4%. Konsumsi ransum ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat energi, tekstur ransum, aktivitas ternak, berat badan, kecepatan pertumbuhan dan suhu lingkungan (Parakkasi, 1995). Temperatur tinggi berpengaruh besar terhadap konsumsi ransum harian. Konsumsi rendah apabila temperatur tinggi dan meningkat apabila temperatur rendah (Wahju, 2004). Bedasarkan Djunaedi et al. (2009), serat kasar yang tinggi dalam pakan (maksimal 6%) menyebabkan ayam mengurangi aktivitas makan, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi ayam cenderung berkurang. Data pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan ayam yang diberikan pakan komersil lebih tinggi dibandingkan ayam perlakuan. Ransum yang mengandung tepung daun katuk 7% belum bisa menggantikan ransum komersil yang diberikan kepada ayam arab dan ayam kampung. Perbedaan serat kasar ransum kontrol dengan ransum perlakuan yaitu 7% dan 12,6% sangat mempengaruhi konsumsi ransum yang berarti bahwa ayam perlakuan kurang mempunyai toleransi yang besar terhadap serat kasar 12,6%. Hal ini didukung oleh penilitian Hodijah (1991) dengan perbedaan serat kasar melebihi 4,72%-6,85% menyebabkan perbedaan dan penurunan pada konsumsi ransum. Perubahan kepadatan ransum disebabkan penambahan katuk meningkatkan kandungan serat kasar ransum. Kandungan serat kasar ransum penelitian yaitu 12,6% jauh berbeda sebagaimana direkomendasikan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) yaitu 5% karena semakin tinggi serat kasar dalam ransum dapat menurunkan konsumsi akibat ransum menjadi bulky. Efek bulky tersebut pada saluran pencernaan yaitu temboloknya akan cepat terisi penuh sehingga ayam akan berhenti dalam mengkonsumsi ransum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amrullah (2003) bahwa rasa kenyang ayam lebih banyak ditentukan oleh peregangan temboloknya. Apabila tembolok penuh, ayam tidak lapar dan menghentikan konsumsi ransumnya untuk sementara. Serat kasar dalam ransum juga dapat menyebabkan ransum atau bahan makanan sulit untuk dicerna oleh tubuh sehingga penyerapan bahan makanan
24
didalam saluran pencernaan semakin rendah dan pembuangan atau pengeluaran zatzat nutrisi yang penting bagi tubuh semakin sedikit. Menurut Parakkasi (1999), tingkat konsumsi ransum dipengaruhi oleh hewannya sendiri, makanan yang diberikan dan lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara. Energi yang umum digunakan dalam pakan unggas adalah energi metabolis. Tinggi rendahnya energi metabolis dalam pakan ternak unggas akan mempengaruhi banyak sedikitnya ayam mengkonsumsi pakan. Pakan yang energinya semakin tinggi semakin sedikit dikonsumsi demikian sebaliknya bila energi pakan rendah akan dikonsumsi semakin banyak untuk memenuhi kebutuhannya (Murtidjo, 1992). Rataan konsumsi pakan ayam arab dan ayam kampung yang terdiri dari jantan dan betina selama 5 minggu yang diberi tepung daun katuk 7% dapat dilihat pada Gambar 6.
3500.00
Konsumsi gr/ekor/minggu
3000.00
5, 565.68
2500.00
4, 417.49
5, 661.43
3, 275.72 4, 555.92
2000.00
2, 195.91 3, 413.95 5, 826.08 4, 740.28 2, 255.68 1, 113.54 1, 155.65 2, 604.56 3, 656.63 1, 548.45
1500.00 1000.00
1, 551.24
500.00
2, 599.93 3, 661.20
4, 748.01 5, 828.41 Ayam Kampung Betina Ayam Kampung Jantan
0.00 1
2
3
4
Minggu
5
Ayam Arab Betina Ayam Arab Jantan
Gambar 6. Rataan Konsumsi Ayam Arab dan Ayam Kampung Konversi Pakan Konversi pakan merupakan jumlah unit pakan yang dikonsumsi oleh ternak dibagi dengan unit pertambahan bobot hidupnya per satuan waktu. Tillman et al. (1991) menyebutkan, konversi pakan mencerminkan kebutuhan pakan yang diperlukan untuk menghasilkan pertambahan berat badan dalam satu-satuan yang
25
sama. Nilai konversi pakan dihitung berdasarkan jumlah makanan yang dihabiskan dalam seminggu dan dibagi dengan pertambahan bobot badan dalam minggu tersebut. Konversi ransum dapat menggambarkan keefisienan penggunaan pakan. Tabel 9. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Katuk pada Ayam Periode Grower (Umur 10 – 15 Minggu) terhadap Konversi Ransum Rataan Konversi Ayam Perlakuan Ayam Pembanding
Perlakuan Ayam Arab Jantan
4,50 ± 0,43a
3,09
Ayam Arab Betina
4,47 ± 0,30
a
3,77
Ayam Kampung Jantan
6,63 ± 1,15b
3,31
Ayam Kampung Betina
7,29 ± 0,48b
3,52
Keterangan:
Superskrip pada kolom yang sama menampilkan berbeda nyata pada p<0,05
Nilai konversi pakan dihitung berdasarkan jumlah makanan yang dihabiskan dalam seminggu dan dibagi dengan pertambahan bobot badan dalam minggu tersebut. Konversi ransum dapat menggambarkan keefisienan penggunaan pakan. Ayam yang diberi tepung daun katuk 7% dalam ransum dengan serat kasar 12,6% menghasilkan konversi pakan yang berbeda nyata, terbukti dengan tingginya nilai konversi pada ayam kampung dibandingkan dengan ayam arab. Data pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa rata-rata angka konversi pakan dari ke 4 ayam perlakuan dari minggu 10-14 terlihat bahwa konversi pakan tertinggi pada ayam kampung betina dan konversi pakan terendah pada ayam arab betina. Perlakuan yang lebih efisien dapat diketahui dari angka yang terendah dengan konsumsi pakan dan pertumbuhan bobot badan yang seimbang. Data pada penelitian ini, memperlihatkan bahwa ayam arab betina memberikan perimbangan yang lebih baik dan dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung daun katuk 7% dalam ransum yang diberikan pada ayam arab betina lebih efisien dalam penggunaan ransum. Konversi ransum yang tinggi pada ayam kampung jantan dan betina disebabkan oleh jumlah pakan yang dikonsumsi banyak, tetapi pertambahan bobot badan yang rendah sehingga menyebabkan berkurangnya penggunaan pakan. Penelitian pada percobaan perlakuan tersebut tidak sesuai dengan hasil penilitian Santoso (2000) bahwa pemberian tepung daun katuk menurunkan akumulasi lemak dan meningkatkan efisiensi pakan tanpa
26
menurunkan berat badan. Angka konversi ransum minimal dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas ransum, teknik pemberian pakan dan angka mortalitas. Konversi pakan ayam pembanding lebih rendah dibandingkan ayam perlakuan. Ransum yang diberikan tepung daun katuk 7% belum bisa menggantikan ransum komersil yang diberikan kepada ayam arab dan ayam kampung dalam meningkatkan keefisienan penggunaan pakan. Adanya kandungan serat kasar ransum perlakuan yaitu 12,6% dan pengaruh pemberian tepung daun katuk 7% mempengaruhi penurunan konsumsi dan penurunan bobot badan, sehingga angka konversi menjadi tinggi dan keefisienan menjadi berkurang. Sebaliknya pada ayam yang diberikan pakan komersil dengan kandungan serat kasar yang tidak tinggi sebesar 7% dan juga kandungan protein dan energi yang seimbang mempengaruhi tingkat konsumsi tinggi dan pertambahan bobot badan yang maksimal sehingga konversi ransum menurun dan semakin efektif. Hasil percobaan tingkat konversi pakan ini tidak sesuai dengan Amrullah (2004) yang menyatakan konversi pakan yang baik berkisar antara 1,75-2,00 dan menurut pendapat Rasyaf (2006), konversi pakan yang dianggap baik untuk ayam pedaging umur 9 minggu antara 1,91 sampai 2,06. Rataan konversi pakan ayam arab dan ayam kampung yang terdiri dari jantan dan betina umur selama 5 minggu yang diberi tepung daun katuk 7% dapat dilihat pada Gambar 7. 10.00 1, 1, 9.41 9.18
9.00
2, 8.41 2, 7.93
BB g/ekor/minggu
8.00 7.00
3, 6.93 3, 6.52 4, 6.27
1, 6.77
6.00 5.00
1, 4.95
4.00 3.00
5, 5.92
3, 4.86
4.47 2, 4.37 5, 4.56 2, 4.37 4.20 3, 3.95 4, 4, 3.99 5, 3.98 5, 3.41
Ayam Arab Jantan Ayam Arab Betina Ayam Kampung Jantan Ayam Kampung Betina
2.00 1.00 0.00 0
1
2
3
4
5
6
Minggu
Gambar 7. Rataan Konversi Pakan Ayam Arab dan Ayam Kampung 27
Kandungan Kolesterol Daging Pemberian lemak yang tinggi meningkatkan berat badan dan memperbaiki efisiensi penggunaan pakan pada ayam petelur dan pedaging (Turgut et al., 2006). Namun demikian pemberian lemak tinggi dalam pakan menimbulkan beberapa kerugian. Penambahan lemak yang tinggi pada ayam dapat meningkatkan deposisi lemak, kehilangan vitamin A dan E oleh oksidasi dan perubahan flavor daging unggas (Patrick dan Schaible, 1980). Turgut et al. (2006) menemukan bahwa pemberian lemak tinggi
meningkatkan kadar trigliserida, VLDL dan kolesterol
dalam serum. Asam lemak jenuh dan kolesterol dalam jumlah yang tinggi akan meningkatkan low density lipoprotein (LDL) dan kolesterol darah, sehingga mengakibatkan penyakit aterosklerosis dan gangguan jantung (Pal et al., 1999). Penggunaan tepung daun katuk 7% dengan kadar lemak kasar 8% memperlihatkan hasil bahwa kadar konsentrasi kolesterol daging ayam arab lebih rendah dibandingkan ayam kampung. Data pada Tabel 11 juga memperlihatkan bahwa pemberian ransum perlakuan ayam arab dan ayam kampung kolesterol dagingnya lebih rendah dibandingkan ayam pembanding. Dengan kandungan serat kasar tinggi pada tepung daun katuk 7% lebih baik dalam menurunkan kolesterol daging daripada yang diberikan pakan komersil. Serat kasar tinggi juga mempengaruhi kecernaan lemak pada tubuh yaitu lemak yang diserap akan menurun sehingga kandungan kolesterol akan menurun. Tabel 10. Kandungan Kolesterol Daging Ayam Arab dan Ayam Kampung Jantan* No
Sampel SK ransum 12,6%
Konsentrasi (mg/100gram)**
1 2 3 4
Ayam Arab 33,564 Ayam Arab Pembanding 39,764 Ayam Kampung 39,594 Ayam Kampung Pembanding 41,027 Keterangan : *= Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan ** = Analisis kolesterol daging total (paha + dada)
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Santoso dan Sartini (2001) menunjukkan bahwa pemberian tepung daun katuk sebesar 3% mampu menurunkan deposisi lemak abdominal dan karkas. Penelitian Santoso et al. (2004) membuktikan bahwa daun katuk mampu menurunkan kadar kolesterol dan lemak total daging
28
broiler secara nyata, memperkaya asam amino terutama asam glutamat, total asam amino dan kadar proteinnya. Hasil tersebut juga menunjukkan peningkatan dalam penelitian sebelumnya yaitu kandungan kolestrol daging yang terdapat pada ayam kampung berkisar 100 mg/100 g hingga 120 mg/100 g (Setiawan, 2009), sementara kadar kolesterol total daging ayam broiler sebesar 100 mg/100 g (Rusmana et al., 2002). Selain itu serat kasar mempunyai pengaruh terhadap distribusi kadar kolesterol dalam organ atau bagian tubuh hewan tertentu, artinya di satu bagian tubuh kadar kolestrolnya turun, tetapi di bagian lain justru meningkat (Siswanto, 2007).
29