Fresh JUICE ! refresh your soul Fresh JUICE !
Fresh Juice adalah buku renungan harian berdasarkan penanggalan liturgi Katolik. Dibuat oleh para anggota DOJ Bali. (www.DOJCC.com). Terbit sebulan sekali di awal bulan. Untuk informasi berlangganan hubungi : Nathasa (0361 - 85 11223)
Kritik dan saran :
[email protected]
Fresh JUICE ! Team Moderator: Rm. Hady Setiawan,Pr Penasehat : Yovie Setiawan Pemimpin Redaksi : Nathasa Editor : Nathasa, Yovie Penulis : Nathasa, Lulu, Adhi, Martina, Agatha, Fransiska, Hanz, Franky, Yovie, Rm. Vincent MGL, Ardhi, Jeff, Rina, Rm. Joseph MGL, Diakon Wenz MGL, Sr. Benedicta, Fr. Mattheus, Maia, Fr David, Alin, Yudi, Betty, Fr. Anis, MGL, Betty, Mariana Langganan & Marketing Iklan : Nathasa (0361- 85 11223) Distribusi : Anggota DOJ Bali Seluruh hasil Fresh Juice akan disumbangkan untuk pembangunan Rumah Retret di Bedugul Sumbangan dapat disalurkan ke :
Bank BCA A/C No. 611 033 7785 An. Flora Ida W
Harap sms / telpon 0361 - 8511223 untuk konfirmasi.
Syalommm... Apa kabar teman-teman... Puji Tuhan tgl 21 Oktober yang lalu, DOJ Bali merayakan ulang tahun yang ke-8. Masih muda belia dibandingkan usia komunitas ini di negara asalnya, Canberra, sudah 30 tahun. Tapi sungguh suatu rencana Tuhan yang indah, anggota komunitas DOJ Bali tetap bertumbuh bersama dalam iman dan kesatuan. Banyak suka dan duka yang dialami. Tetapi karena kasih karunia Tuhan semata segala sesuatu boleh berjalan sesuai dengan rencanaNya. Semoga dengan bertambahnya usia ini, anggota DOJ Bali semakin bertumbuh dalam Iman, Kasih dan Persaudaraan. Belajar dan bergandengan tangan untuk melayani Tuhan Yesus. We Proud to be part of you DOJCC Bali... Yes!! DOJCC !! Go and Make Disciples !! God bless us all... Nathasa
Fresh JUICE !
managed by :
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 1
1 Oktober 2012 : Anak Kecil Pesta Teresia dr Kanak-kanak Yesus Yes 66:10-14b atau 1Kor 12:31 ? 13:13, Mzm 131:1,2,3, Mat 18:1-5 Mat 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Membaca perikop ini mungkin membuat kita bertanya apa maksud Yesus untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga harus menjadi seperti anak kecil. Tentu bukan menjadi anak kecil secara fisik tapi menjadi anak kecil dalam hal positif. Apa saja kira-kira hal positif yang kita temui dalam anak kecil ? Anak kecil polos dan jujur. Ketika ada tamu menelpon ke rumah, seorang anak dibisiki oleh ibunya bahwa ibu gak ada di rumah, anaknya pun mengatakan “maaf pak, kata ibu, ibu gak ada di rumah” Anak kecil mudah memaafkan. Sering kita melihat 2 anak yang bertengkar tapi mudah untuk bermain bersama kembali. Sebaliknya tak jarang kita temui 2 orang dewasa yang marahan gak sehari, gak seminggu, bisa sampai sebulan masih marahan. Anak kecil menerima sesama dengan mudah. Sering kita melihat dua anak yang baru bertemu tapi mereka mudah untuk bermain bersama seakan-akan sudah lama berteman. Anak kecil tidak munafik alias tanpa topeng. Mereka mengatakan apa adanya. Melakukan apa adanya. Anak kecil juga solider terhadap temannya. Ketika ada yang bawa kue, mereka saling berbagi makan kue. Anak kecil percaya. Seorang anak percaya apa yang dikatakan orangtuanya. Anak kecil rendah hati. Saat pertemuan keluarga bukan anak yang mengatakan bahwa dia juara kelas, namun seringkali ortunya lah yang bangga dan menceritakan akan kepandaian anaknya. Tentu masih banyak sifat positif dari anak kecil. Yang terbesar dalam Kerajaan Surga bukanlah yang hebat berbicara mengenai Yesus, namun tak melakukan kehendakNYA Yang terbesar dalam Kerajaan Surga bukanlah yang pandai berdebat mengenai imannya namun masih memakai topeng menutupi kelemahannya Yang terbesar dalam Kerajaan surga bukanlah yang bersikap manis saat ke gereja namun tak peduli terhadap sesamanya Yang terbesar dalam Kerajaan Surga adalah saat kita sungguh - sungguh datang pada Yesus seperti anak kecil yang percaya, melakukan kehendakNYA, tidak munafik, solider, mengampuni dan tak menyimpan dendam. Itulah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Yovie
2
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
2 Oktober 2012 : Yang Terbesar Pesta para Malaikat Pelindung Kel 23:20-23Mzm 91:1-6.10-11Mat 18:1-5.10 Mat 18:1 “Siapakah yang terbesar dalam kerajaan surga?” Menarik bahwa liturgi Gereja Katolik memilih perikop yang berbicara tentang anakanak kecil pada Pesta para Malaikat Pelindung. Para Bapa Gereja menafsirkan figur anak-anak kecil sebagai murid-murid Kristus dan orang-orang miskin. Pada masa itu yang mengikuti Kristus dan menjadi murid-Nya mayoritas orang miskin dan tidak terpelajar sehingga selalu dipandang rendah oleh orang Yahudi. Tetapi lebih menarik menarik jawaban Yesus atas pertanyaan para murid tentang siapakah yang terbesar dalam kerajaan surga. Ia mengambil contoh konkrit dan menempatkannya di tengahtengah mereka: seorang anak kecil; inilah kesayangan hati Allah. Yesus kemudian di akhir perikop memberi penegasan dan mengingatkan untuk tidak merendahkan seorang dari anak-anak kecil: “Karena Aku berkata kepadamu: ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di surga” (Mat 18:10). Inilah wujud ‘pemeliharaan’ Allah terhadap ‘orang kecil’ dan lemah: ada malaikat mereka di sorga yang hidup di hadirat Allah Bapa. Dengan menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah kerumunan orang banyak, Yesus juga hendak menyatakan sikap hati Allah: Ia mengarahkan sentral kepedulian-Nya pada anak-anak kerajaan-Nya dan orang miskin. Karena itu Ia lalu menambahkan bahwa barangsiapa menyambut seorang murid Kristus atau seorang miskin, menerima Yesus sendiri (bdk. Mat 18:5). Sebagai murid Kristus kita semua mempunyai tempat istimewa di hati Allah. Melalui para malaikat pelindung, Ia menjaga dan menyertai kita tanpa pernah meninggalkan kita. Tuhan mendampingi kita dengan menempatkan para malaikat pelindung-Nya dan melindungi kita dari serangan si jahat. Demikian seperti bangsa Israel yang dalam perjalanannya menuju tanah terjanji mengalami kehadiran para malaikat yang menuntun dan melindungi mereka seperti Allah sendiri yang hadir di tengah umat pilihan-Nya. Dari kita hanya dibutuhkan kesediaan mendengarkan suara malaikat pelindung yang berbicara dalam hati kita agar rahmat yang telah Allah anugerahkan bagi kita sejak pembaptisan tidak berakhir sia-sia. Sr. Maria Benedicta, OSB
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 3
3 Oktober 2012 : Hal Mengikut Yesus Fransiskus Borgia Ayb 9:1-12,14-16, Mzm 88:10bc-11,12-13,14-15, Luk 9:57-62 Lukas 9:62 Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh kebelakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” Tuhan selalu memberikan kehendak bebas pada kita semua untuk memilih. Memilih dalam bentuk keputusan apapun yang kita mau dalam hidup kita. Tuhan tidak pernah memaksakan kehendakNya pada diri saya maupun Anda. Pada waktu seminar New Way of Life pada tgl 14 dan 15 September kemarin, para peserta yang mengikuti seminar selama 2 hari itu juga diberikan kebebasan dalam memilih. Mereka bebas untuk masuk bergabung dalam komunitas atau tidak bergabung dalam komunitas DOJCC. Tidak ada paksaan atau keharusan untuk bergabung dalam komunitas bagi para peserta yang mengikuti seminar itu. Ada peserta yang tidak mau bergabung, ada yang masih mikir, ada yang bingung sekali, apakah mau bergabung dalam komunitas atau tidak. Banyak sekali permasalahan dan alasan yang dihadapi dari tiap - tiap peserta yang tidak mau bergabung misalnya mereka terkendala oleh waktu atau pekerjaan yang membuat mereka takut tidak bisa hadir dalam acara kegiatan DOJ. Ada juga yang bingung karena tidak tahu apakah beberapa bulan kedepannya dia masih tetap bertahan di Bali atau harus keluar Bali sehingga tidak bisa lagi mengikuti acara komunitas. Setahun yang lalu pada saat saya ingin memutuskan bergabung atau tidak dalam komunitas DOJ juga mengalami kebingungan dan ragu - ragu. Bacaan hari ini menegur saya mengenai hal mengikuti Yesus. Keragu - raguan dan kecemasan itu sungguh sangat dilarang dalam hal mengikuti Yesus. Apabila Yesus memanggil dan mengutus kita untuk melayani, janganlah masih menoleh kebelakang, tetapi harus berkata “Siap” untuk mengikuti Dia. Tanpa terasa saya sendiri sudah genap satu tahun bergabung dalam komunitas ini. Senang sekali saya bisa mendapatkan teman - teman baru dengan setiap karakter dan sifat yang berbeda, disana saya diuji untuk lebih dewasa lagi dalam iman dan rohani. Saya mau lebih setia dalam pelayanan, bertumbuh, dan berbuah dalam komunitas ini agar nama Tuhan Yesus semakin dimuliakan. Kalau saya bisa pasti Anda juga bisa seperti yang saya alami. Mari kita bersama - sama bergabung dalam komunitas DOJCC. :) GBU Yudi
4
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
4 Oktober 2012 : Cobaan dalam Perutusan Fransiskus dr Assisi Ayb 19 : 21-27, Mzm 27 : 7-8a, 8b-9abc, 13-14;Luk 10 : 1- 12 Ayb 19:25 “ Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.” Firman Tuhan dan bacaan pada hari ini, adalah sama – sama tentang tugas dan perutusan, dan cobaan serta rintangan pada saat melaksanakan tugas dan perutusan tersebut. Bagaimana kita dapat menerima semua cobaan dalam perutusan. Kitab Ayub, menceritakan bagaimana setianya ayub kepada Tuhan. Sebagai seorang yang taat, dan dijadikan perutusan untuk menjadi teladan dalam ketaatannya, Tuhanpun mengijinkan iblis untuk mencobai Ayub. Sekali, dua kali pencobaan datang, tetapi Ayub tetap setia kepada Tuhan sampai akhir. Seperti tertulis dalam Ayub 19 : 26, bahwa sampai kulit tubuh rusak dan tanpa daging, Ayub percaya bahwa ia akan melihat Allah. Kesetiaan yang luar biasa. Di dalam Injil Lukas hari ini, juga diceritakan, bahwa Yesus, mengutus ketujuh puluh muridNya untuk pergi berdua-dua ke kota –kota mendahuluiNya, untuk mewartakan Injil dan menyembuhkan orang sakit. Dengan datang ke rumah-rumah membawa damai sejahtera. Cobaan datang, saat orang-orang di suatu kota tidak menerima mereka. Tapi Yesus berpesan, jika ada yang tidak menerima mereka, kibaskanlah debu kota itu dari bajumu. Yesus tidak menyuruh mereka marah-marah jika tidak diterima. Para murid yang diutus juga tidak disuruh mengutuk orang-orang yang tidak menerima pelayanan mereka. Hari ini, kita juga merayakan St Fransiskus dari Assisi. Di ceritakan bahwa di masa mudanya Fransiskus adalah seorang anak dari seorang saudagar kain yang kaya raya, yang suka menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan. Fransiskus mendekatkan diri kepada Tuhan , setelah dia di penjara selama 1 tahun dan mendapat mimpi, sebuah suara :layanilah majikan dan bukan pelayan, dan mendengar suara Tuhan saat dia berdoa di gereja St Damiano : Fransiskus, perbaikilah GerejaKu yang hampir roboh. Bagaimana akhirnya Fransiskus melayani Tuhan dengan menjual harta benda, membangun gereja dan bersama para pengikutnya melayani Tuhan dengan cinta kasih dan pelayanan kepada sesama. Cobaan dari ayahnya, tidak menjadikan Fransiskus menyerah untuk menjalani perutusan Tuhan. Bagaimana kita sekarang ini, mampu , mengatasi cobaan dalam perutusan kita. Sering kita mengalami, melayani orang, tetapi mendapat cobaan, bahwa orang yang kita tolong, tidak menerima pelayanan kita, atau mengalami bahwa, pada saat kita hendak melayani, ada banyak halangan dalam pelayanan kita. Ayoo.., kita mencoba untuk tidak menyerah, pada saat cobaan datang dalam perutusan kita, dan kalaupun kita benar-benar lelah dalam pencobaan, seperti Ayub, kita bisa yakin dan bersandar pada kekuatan Tuhan. Alin
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 5
5 Oktober 2012 : Pengakuan Dosa 25 Tahun Sekali Raymundus dr Kapua, Albertus Marvelli Ayb 38:1,12-21, 39:36-38, Mzm 139:1-3,7-8,9-10,13-14ab, Luk 10:13-16 Lukas 10 : 16 : “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barang siapa menolak kamu, ia menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” Saya tidak suka mengaku dosa di depan Romo. Bagi saya, mengaku dosa cukup dengan berdoa saja, toh Tuhan bisa mendengar doa doa saya, saya tidak perlu ‘jasa’ Romo untuk menyampaikan penyesalan atas dosa dosa saya. Saya begitu kokoh dengan pendirian ini. Pengakuan dosa pertama saya adalah saat hendak menerima sakramen Krisma, kelas 4 SD, hampir 25 tahun yang lalu. Sejak itu saya tidak pernah mengaku dosa lagi. Hal tersebut saya sampaikan saat saya mengikuti acara DOJCC untuk pertama kali, Seminar Hidup Baru., Saat itu saya ‘terpaksa’ mengaku dosa karena menjadi bagian dari acara. Saya masih merasa ini adalah hal yang aneh. Jujur, saya sudah lupa doa tobat, sudah lupa cara mengaku dosa. Ada rasa deg-deg an saat memasuki ruangan dan menemui Romo Vian, apakah rupa Romo yang akan tiba tiba berubah seram? Apakah Romo Vian akan ‘membaca’ dosa dosa saya? Apakah Romo akan menghakimi saya atas dosa dosa saya? Bagaimana kalau Romo akan tertawa terbahak bahak ketika mendengar dosa saya yang ‘konyol’ . Apakah muka saya akan merah padam ketika bertemu Romo Vian di gereja lagi? Dia kan sekarang tahu dosa-dosa saya? Apakah .. apakah.. apakah.. Semakin saya bertanya, semakin saya ragu untuk mengaku dosa. Semakin saya menolak kehadiran Romo dalam sakramen pengakuan dosa. Romo kan manusia juga ! Tapi pertanyaan pertanyaan di kepala saya sebenarnya menjelaskan ketakutan saya yang sebenarnya. Saya takut dipermalukan, bahkan oleh seorang Romo. Ego saya masih begitu besar. Saya takut ‘ketahuan’ telah berbuat dosa, karena selama ini saya berusaha menyimpan dan mengubur dosa saya rapat rapat. Saya mencoba membunuh rasa bersalah dengan sikap tidak peduli. Saya mencoba menyembunyikan ketakutan saya di balik penolakan saya terhadap Romo di sakramen pengakuan dosa. Ternyata setelah saya melakukan pengakuan dosa, setelah 25 tahun !, ketakutan saya tidak beralasan. Tidak ada satu pun yang terjadi. Wajah Romo Vian tidak tiba tiba berubah menjadi menyeramkan, dan ia juga tidak menghakimi dan menyerang saya dengan kata kata “Pendosa!” Ketika saya sampaikan pengalaman ini di depan peserta retret yang lain di acara penutupan, Romo Hadi yang memimpin misa, menjelaskan, bahwa memang benar Romo adalah manusia biasa. Tapi ketika Romo di dalam pelayakan Sakramen, ia adalah utusan Tuhan Yesus, ia adalah perwakilan Tuhan Yesus di muka bumi. Bacaan injil hari ini jelas menuliskan “Baransiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barang siapa menolak kamu, ia menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” Jeff – Jakarta 2012
6
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
6 Oktober 2012 : Dia Mengenal Kita Isidorus De Loor, Diego de San Vitores, Bruno, Maria Fransiska dr ke-5 luka Yesus Ayb 42:1-3,5-6,12-17, Mzm 119:66,71,75,91,125,130,Luk 10:17-24 Ayb 42:2 “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Ketika saya membaca ayat bacaan untuk hari ini, saya teringat akan drama yang dibawakan saat gathering DOJCC bulan September 2012 lalu dengan tema “ I Will Follow Him”, yang berkisah mengenai iman , kasih dan pengharapan Ayub yang luar biasa kepada Tuhan. Drama tersebut mengisahkan secara singkat dan jelas betapa beratnya cobaan yang dialami oleh Ayub, walaupun seluruh kekayaan dan orang - orang yang dikasihinya meninggalkan dia, dia tetap mengasihi dan menaruh harapan serta beriman teguh bahwa Tuhan selalu mengasihi dia dan tidak akan membiarkan dia sendirian menghadapi cobaan yang dia alami. Dalam bacaan pertama , Ayub 42 : 2 menyatakan jelas akan betapa besar iman yang Ayub miliki kepada Tuhan, “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.” Dan, lihatlah bahwa Tuhan mendengarkan Ayub, (Ayb 42:10) Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu.” Pada bacaan injil juga menyatakan bahwa Tuhan sendiri telah memberikan kuasa dalam NamaNya kepada kita, (Luk 10:19) “Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Dia memberikan kita kuasa kepada kita yang beriman dan percaya kepada namaNya, yang berarti kita sebenarnya diyakinkan bahwa kitak tidak akan pernah menghadapi cobaan sendirian, Dia terlebih dahulu memberikan kekuatan untuk kita untuk menghadapi segala bahaya yang terjadi dalam kehidupan kita. Kita dapat melihat bahwa Tuhan sangat mengenal kita, Dia tidak akan mencobai kita melebihi kekuatan kita dan dia akan memulihkan keadaan kita saat kita tetap beriman dan percaya bahwa kita akan dipulihkan, mempercayai bahwa pertolonganNya tidak akan terlalu cepat, tidak akan terlambat, karena Ia selalu tepat waktu, dan rancanganNya tidak pernah gagal, janji - janjiNya sepasti fajar yang selalu pasti akan terbit di pagi hari.Jadi, mari mengenal Dia, mencintai Dia, bertekun dalam doa, mengucap syukur atas segala yang terjadi dalam kehidupan kita, dan tetap mengimani Dia, Tuhan Allah kita. Mariana Ferdinandez
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 7
7 Oktober 2012 : Tangisan Sang Kecil Kej 2:18-24, Mzm 128:1-2,3,4-5,6, Ibr 2:9-11, Mrk 10:2-16 Markus 10:14 “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” Salah satu hal yang membuat Yesus tertarik dan bertemu dengan anak-anak adalah kepercayaan dan kepolosan anak-anak. Anak-anak selalu menaruh kepercayaan penuh kepada seseorang terlebih orang dewasa. Mereka akan selalu merasa aman di antara orang-orang dewasa. Mereka tidak mempunyai perasaan yang negatif tentang seeorang. Injil hari ini kita mendengarkan kisah tentang orang yang membawakan anak-anak mereka kepada Yesus. Ketika orang membawakan anak-anak mereka kepada Yesus, para murid memarahi mereka dan menyuruh anak-anak itu pergi dan meninggalkan Yesus. Alasannya bahwa ketika itu, Yesus tidak mendapatkan kesempatan yang baik untuk beristirahat dan berdoa. Namun demikian Yesus ingin meluangkan waktuNya yang sisa buat anak-anak itu. Yesus sadar bahwa saat dan waktu menuju salib akan segera tiba. Dia ingin memberikan perhatian yang sekalipun sesaat kepada anak-anak. Dengan adanya kesempatan itu, Yesus ingin menunjukan kepada Yesus bagaimana menjadi pengikut yang baik, taat dan loyal kepada sang Guru. Beberapa kali di dalam ajaranNya Yesus menggunakan kiasan tentang anak-anak. Namun demikian para murid tidak mengerti dan menangkap apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Yesus ingin menyampaikan kepada mereka suatu contoh yang sederhana dan nyata di dalam realitas hidup ini. Anak-anak mempunyai watak kepercayaan yang kuat dan cepat. Kalau kita berpikir dan merefleksikan hidup kita setiap hari, sadar atau tidak sadar, sering kita tidak medengarkan tangisan sang kecil di dalam hati kita. Kita mengabaikan suara itu dengan mengalihkan perhatian kita ke tempat lain. Kita ingin untuk menghilangkan perasaan itu. Banyak orang sering berpikir, “Itu hanya hal sepeleh saja. Jangan berikan perhatian! Pada waktunya hal itu akan dilupakan.” Kita tidak ingin mengalaminya, karena begitu menyakitkan dan memalukan. Namun semakin kita mengabaikan, semakin keras tangisan itu. Hari ini Yesus mengajak kita untuk mendengarkan tangisan sang kecil itu. Dia mengajak kita untuk datang kepadaNya dengan membawakan sangisan sang kecil di dalam hati kita. Rm. Joseph, MGL
8
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
8 Oktober 2012 Kisah Orang Kudus : St. Simeon Gal 1:6-12, Mzm 111:1-2,7-8,9,10c, Luk 10:25-37 Simeon yang kudus hidup pada abad pertama. Dalam Injil Lukas bab dua dikisahkan Yosef dan Maria membawa Bayi Yesus ke Bait Allah di Yerusalem. Di sanalah mereka bertemu dengan Simeon. Orang kudus tersebut telah lama menunggu dengan sabar jawab atas permohonannya kepada Tuhan: ia ingin tetap hidup hingga melihat Sang Mesias, Juru Selamat dunia. Tetapi, ia tidak tahu seperti apakah Sang Mesias itu, atau bilakah dan apakah doanya akan dikabulkan. Pasangan muda dari Nazaret itu menghampirinya bersama dengan bayi mereka. Simeon memandang mata Sang Bayi dan merasakan suatu gejolak sukacita memenuhi hatinya. Matanya bersinar-sinar. Ia menggendong Yesus dalam pelukannya, kemudian menatang-Nya sambil berdoa: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa.” Maria dan Yosef saling berpandang-pandangan. Mereka berdua amat takjub. Kemudian nabi tua itu berpaling kepada Maria. Sinar matanya menjadi sedih sementara ia berkata dengan lembut, “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri.” Maria tidak mengerti apa yang dimaksudkannya, dan ia berdoa kepada Tuhan untuk memohon kekuatan. Simeon yang kudus telah dikabulkan doanya oleh Tuhan. Ia tetap dalam keadaan penuh syukur dan sukacita sementara pasangan muda serta Bayi mereka meninggalkannya. Ketika Simeon menggendong Bayi Yesus dalam pelukannya, ia tahu bahwa Ia adalah Sang Mesias. Bagaimana jika aku mengenali kehadiran Yesus dalam hidupku sendiri dengan lebih sering? “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 9
9 Oktober 2012 : Maukah Saya Mendengarkan Mereka? Dionisius, Inosensius, Ludovikus Bertrandus, Antonius Patrizi Gal 1:13-24, Mzm 139:1-3,13-14ab,14c-15, Luk 10:38-42 Luk. 10:39 Maria ini Duduk Dekat Kaki Yesus Untuk Mendengarkan Kata-Kata-Nya Beberapa tahun yang lalu (April 2000-Mei 2001) saya sempat bekerja dan tinggal bersama dengan satu keluarga Hindu di Bali. Di pertengahan tahun 2001, tepatnya bulan Mei saya mendapat surat dari orangtuaku. Dalam surat itu mereka meminta saya untuk kembali ke Flores dengan maksud kuliah. Sementara itu, saya memiliki rencana sendiri. Sebelum mendapat surat dari orangtua, saya berencana untuk magang ke Jepang. Kebetulan ada peluang untuk itu. Saya sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan atau kesulitan entah dalam proses mendapatkan paspor maupun resiko apapun ketika berada di Jepang. Berhadapan dengan situasi itu, saya tidak mengambil keputusan sendiri. Saya bertukar-pikiran dengan keluarga tersebut di atas. Keluarga itu menasihati saya untuk kembali ke Flores. Saya berpikir dalam hati mungkin baik juga kalau saya mengikuti nasihat mereka. Akhirnya, saya mengambil keputusan untuk kembali ke Flores. Bertolak dari pangalaman sederhana di atas, saya merenungkan serta menyadari bahwa mendengarkan itu sangat penting. Bacaan-bacaan yang kita dengar hari ini, mengajak atau mengundang kita untuk mendengarkan Tuhan Yesus. Bacaan pertama, St. Paulus meminta jemaat di Galatia untuk mendengarkan apa yang diajarkannya demi kepentingan dan pertumbuhan hidup komunitas kristiani. Demikian halnya dalam Injil, Tuhan Yesus meminta Marta untuk mendengarkan Dia, sebagaimana Maria melakukannya. Umat di Galatia khususnya di Yudea, mereka percaya bahwa apa yang diajarkan St. Paulus itu benar dan berasal dari Allah sendiri. “Umat Kristus di Yudea tidak pernah melihat rupaku; mereka hanya mendengar cerita tentang aku……Lalu memuji Allah” (Gal. 1:22-24). Hal inilah yang diharapkan oleh St. Paulus. Sama halnya dengan Maria sebagaimana kita dengar dalam injil hari ini. Ketika Tuhan Yesus bertamu di rumah mereka (Marta dan Maria), ia memilih untuk mendengarkan Tuhan Yesus ketimbang sibuk dengan hal tetek-bengek di dapur. “Maria ini duduk dekat kaki Yesus untuk mendengarkan kata-kata-Nya” (Luk. 10:39). Kedua sikap atau respond tersebut dalam teks hari ini, baik umat di Yudea maupun Maria inilah yang diharapkan bahkan dipuji oleh Tuhan Yesus sendiri. Mereka telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya. Dalam hidup berkomunitas, kita perlu membangun dan bahkan harus memiliki sikap atau kemauan untuk mendengarkan suara Tuhan Yesus melalui pemimpin komunitas, pastor atau orang-orang yang berada di sekitar tempat kita bekerja dan hidup setiap hari. Pernakah saya dan anda selama ini berpikir dan mau duduk bersama-sama untuk membangun komunitas hidup kita ke arah yang lebih baik. Maukah saya dan anda mendengarkan dan melaksanakan apa yang baik bagi komunitas? Maukah saya mengikuti misa hari minggu atau lebih memilih tinggal di rumah? Inilah saatnya kita untuk mendengarkan mereka. Fr. Anis,
10
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
10 Oktober 2012 : Hal Berdoa Daniel Gal 2:1-2,7-14, Mzm 117:1,2, Luk 11:1-4 Lukas 11:4 “ dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.” Yang melatarbelakangi permohonan para murid agar Yesus mengajar mereka berdoa adalah tindakan Yesus dalam berdoa. Mereka lalu meminta agar Yesus mengajarkan mereka berdoa (ayat 1). Ini penting untuk kita perhatikan. Ada apakah dengan doa atau kehidupan doa Yesus sehingga mereka terdorong untuk belajar hal berdoa dariNya? Tentu ada hal yang sangat menarik dari yang mereka lihat tentang Yesus yang sedang berdoa, sehingga para murid meminta diajar berdoa. Hanya doa yang hidup dan terpancar yang mampu membuat orang lain tertarik untuk berdoa. Sebenarnya doa tidak dapat dipelajari seperti orang belajar ilmu. Doa juga bukan suatu metode yang dapat dikuasai melalui banyak latihan. Doa adalah hubungan dengan Allah yang bertumbuh makin mesra sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itu sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa (ayat 2). Justru karena Yesuslah kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Karena sang Putra adalah uluran tangan Bapa menyambut kita maka kita menghayati hubungan anak-Bapa dengan Allah di surga. Doa yang benar tidak mementingkan diri sendiri tetapi lebih banyak berdoa buat Bapa dan orang lain. Seperti halnya semua hubungan atau percakapan yang sehat menaruh perhatian pada semua pihak yang bercakap, demikian pun seharusnya isi dari doa. Itu sebabnya doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian baik kepada kepentingan Allah (ayat 2) maupun kepada kepentingan kita (ayat 3-4). Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Bapa kepada kita. Prinsip dan kerangka pemikiran doa yang Yesus ajarkan ini patut membentuk pula kehidupan doa kita. Ingatlah bahwa bila Yesus berkenan mengajar kita berdoa, pasti Bapa berkenan menyambut doa kita. Dan ampunilah kami akan dosa kami merupakan suatu permohonan dan suatu pengakuan. Permohonan ini merupakan suatu pengakuan adanya kebutuhan, sebab manusia sifatnya berdosa: dan yang dimohon adalah kasih karunia ilahi. Yang bersalah kepada kami. Dosa itu merupakan hutang kepada Allah yang tidak akan pernah mampu dilunasi manusia. “Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan. yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya” (Ef. 1:7). Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan. Pencobaan tidak selalu berarti godaan untuk melakukan kejahatan, sebab Allah tidak pernah mencobai. Tanda pertama bahwa kita dalam hubungan erat dengan Allah adalah hidup dalam doa. Mari setiap hari kita bangun hubungan intim dengan Allah melalui doa. Selamat berdoa :) Gbu Yudi
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 11
11 Oktober 2012 : Seni Berdoa dan Seni Mempercayai Allah Elia a Succursu Nieves Gal 3:1-5,MT Luk 1:69-70,71-72,73-75, Luk 11:5-13 Lukas 11: 11, ‘tegakah seorang ayah memberikan batu kepada anaknya yang meminta roti? Dan jika ia meminta ikan, akankah diberikan ular?’ Dalam perjalanan iman saya, saya teringat ada beberapa hal penting yang pernah saya inginkan atau sekilas merencanakan dalam pikiran sewaktu SD atau SMP terwujud saat saya kuliah atau yang saya minta dalam doa, baru terkabul setelah lima atau 10 tahun kemudian. Begitu juga saya dengar dan lihat dalam hidup beberapa sahabat dan saudara, bahwa apa yang pernah diminta pasti dikabulkan. Hanya satu yang mesti dipahami, Tuhan tak akan pernah mengijinkan kita mengetahui jalan-jalan yang sedang dia buat untuk menwujudkan impian kita itu, sampai setelah kita melewati sedang menikmatinya atau melewati saat-saat itu, barulah IA ijinkan kita melihat lagi ke belakang, merenungkan bagaimana IA telah membawa kita dalam lika-liku hidup ini untuk mencapai apa yang kita inginkan. Tentu saja, banyak penyesalan yang akan kita rasakan karena di saat-saat itu, kita terus menggangguNYA dengan kemarahan kita, dosa kita, ketidaksabaran kita, umpatan kita, keluhan kita; tetapi kita juga akan terhibur bila mengingat hiburanNYA lewat orang-orang di sekitar kita, pengampunanNya, bagaimana IA ada di saat kita membutuhkanNya sampai pada saat kita menikmati apa yang telah kita minta. Itulah mengapa, kalau orang bertanya kepada saya apa artinya, Doa.. Saya tidak akan menjawab bahwa doa itu bercakap-cakap dengan Tuhan. Saya akan jawab, Doa itu ialah Seni berbicara dengan Tuhan, seni mendengarkan Tuihan dan seni mengamati jalan-jalan Tuhan untuk kebahagiaan kita. (Narita)
12
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
12 Oktober 2012 : Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh Serafinus dr Montegranaro, Maria Teresa Fasce Gal 3:7-14, Mzm 111:1-2,3-4,5-6, Luk 11:15-26 Luk 11:17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Bang, bakso – nya satu !! “ Ehm, kayana sudah kenyang nich, tapi kayaknya mie ayam-nya juga enak tuch ! Tambah mie ayam satu lagi bang !! Sering gak kita ngalamin seperti kejadian di atas ? Sebenarnya sudah kenyang nich perut, tapi kok ada “sesuatu” yang menggoda lainnya – pasti semakin penasaran khan dan ingin mencoba. Boleh – boleh aja sich, tapi terkadang kita terlalu memaksakan perut kita dijejali dengan berbagai macam makanan, dan last effectnya adalah sakit perut or mules-mules karena kebanyakan makan pedas atau kebanyakan sambal. Dari makanan, kita beralih dulu ke Sepakbola yuk ! Perkembangan sepak bola nasional, tentunya sering kita dengar beritanya melalui televisi atau Koran. Dualisme kompetisi dan Dualisme organisasi, itulah topik yang selalu menjadi pembicaraan hangat beberapa bulan terakhir ini. Sudah kepengurusan dipimpin oleh 2 orang yang berbeda, eh kompetisinya pun akhirnya menjadi 2 juga. Kepemimpinan PSSI Djohar Arifin vs PSSI La Nyalla Mattalitti sebagai hasil Kongres Luar Biasa yang dihadiri 81 pemilik suara yang sah. Kompetisi sepakbola nasional pun menjadi 2 liga, yaitu Indonesia Premier League dan Indonesia Super League. Nach, kalau dah kaya begini siapa yang jadi korban ? Yup, pertama tentunya para pemain yang mencari nafkah di kedua liga tersebut. Panggilan untuk ikut Timnas pun sekarang tinggal sekedar impian yang sia-sia. Pembayaran gaji yang sering terlambat dari manajemen klub juga membuat kesejahteraan pemain terabaikan begitu saja. Korban berikutnya tentu kita sebagai penonton, yang ingin melihat Timnas kebanggaan kita “Garuda” bisa bersatu dan “berbicara” di kancah Asia dan dunia internasional. Kita tentu gak mau melihat terus menerus, Timnas kita “babak belur” di hajar oleh kesebelasan lawan, hanya karena koordinasi dan team work pemain yang belum padu akibat dualisme kompetisi ini. Selanjutnya, dari sepakbola kita ngomongin masalah rumah tangga. Bagi yang sering lihat infotainment atau berita gossip di tabloid, tentunya sering bertanya – tanya mengenai Poligami. Artis A menikah kedua kalinya dengan si B, kemudian punya istri muda lagi si C, apa bisa si Artis ini bertindak adil terhadap ketiga istrinya ? Mulai dah kita gossip dan sebagian besar mereka juga mengalami beberapa masalah kecil , seperti pertengkaran dan masalah keluarga lainnya. Dari ketiga cerita di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa komunikasi dan kesatuan memang diperlukan dalam membangun sebuah keadaan yang harmonis. Menyadari diri akan kelebihan dan kekurangannya masing-masing, juga menjadi dasar yang kuat dalam membangun sebuah kelompok atau komunitas. Sudah tahu perut kenyang, kita usahakan jangan paksa makan lagi !! Sudah tahu sepakbola Indonesia baru bermasalah, kiranya para pengurus memikirkan kepentingan bangsa – bukan hanya mementingkan ego dan kekuasaan pribadi semata. Sudah tahu bahwa pernikahan adalah kudus dan tak terpisahkan di hadapan Tuhan, maka kita bertindak setia dan menjaga janji suci pernikahan sampai akhir. Yesus juga ingin mengajarkan kepada kita untuk semakin bersatu dalam nama-Nya sebagai anak-anak pilihan-Nya. Bersatu dalam keanekaragaman dalam sebuah kelompok atau komunitas rohani, untuk saling meneguhkan dan menguatkan dalam perkembangan dan pengalaman iman kita. Barangsiapa bersatu, maka ia tidak akan tercerai berai atau runtuh. Tetapi, barangsiapa hanya mengandalkan kekuatannya sendiri dan mengedepankan egonya masing-masing, maka perubahan ke arah yang lebih baik akan sulit tercapai. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh !!! Stay united !! KRIS
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 13
13 Oktober 2012 Mengubah Aliran Aleksandrina Maria da Costa, Honoratus Kosminski Gal 3:22-29, Mzm 105:2-3,4-5,6-7, Luk 11:27-28 Luk 11 : 28 “Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” Saat pikiran-pikiran kita telah mengikuti suatu pola tertentu selama kurun waktu yang panjang, seolah-olah kita sedang menggali sebuah sungai yang dalam dan air dapat mengalir ke dalam hanya dari satu arah. Bayangkan jika seseorang yang terbiasa cenderung berpikir negatif bulan demi bulan, tahun demi tahun. Dengan setiap pemikiran pesimis mereka menggali dasar sungai itu sedikit lebih dalam. Aliran itu semakin cepat dan kuat. Setelah suatu masa, airnya mengalir begitu kuat, setiap pikiran yang keluar dari sungai itu bersifat negatif. Orang tersebut telah memprogram pikirannya menjadi suatu pola berpikir yang negatif. Kita bersyukur bahwa kita masih dapat menggali sebuah sungai baru, sungai yang akan menuju ke arah positif. Jika kita tinggal dalam firman Tuhan dan mulai melihat yang terbaik dari semua keadaan, sedikit demi sedikit, memikirkannya satu persatu, kita sedang mengarahkan kembali aliran sungai itu. Awalnya hanya sedikit saja air yang akan diarahkan kembali dari aliran negatif tesebut dan hanya menetes ke aliran yang positif. Mungkin awalnya tidak banyak, tetapi sementara kita terus menolak pikiran-pikiran negatif itu dan mengarahkan kembali aliran itu, sementara kita memilih iman bukan ketakutan, mengharapkan hal-hal yang baik yang mengendalikan hidup kita, sedikit demi sedikit aliran negatif tersebut akan berkurang dan sungai aliran positif akan mengalir dengan kekuatan yang lebih besar. Seringkali kita tergoda untuk memikirkan pikiran-pikiran negatif. Pada masa lampau, kita kembali ke sungai negatif lama itu dan berkata,” Ya ampun. Apakah yang kulakukan? Tuhan, bagaimana aku akan keluar dari permasalahan ini?” Pikiran-pikiran negatif yang datang membombardir, Engkau tidak akan pernah berhasil. Engkau akan gagal. Engkau tidak akan sembuh. Tetapi kali ini beda pola pikir kita, kita telah mempunyai sungai yang baru yang sedang mengalir. Kita dapat bangkit dan berkata,” Ia yang ada didalam aku lebih besar dari yang ada di dunia. Aku dapat melakukan segala sesuatu melalui Kristus, dan aku akan keluar dari semua masalah ini.” Firman Tuhan yang kita baca, dengar hari demi hari, yang akan memelihara pikiran kita untuk tetap menjaga aliran sungai yang positif. Kita renungankan dan lakukan. Merenungkan berarti memikirkan sesuatu yang sama berulang kali. Apa yang kita renungkan? Apa yang akan terjadi dalam pikiran kita? Pikiran yang konsisten akan menentukan kehidupan seperti apa yang akan kita jalani. Jika hidup kita dipenuhi ketakutan setiap waktu, secara tidak langsung tanpa kita sadari, kita telah mempercayai hal yang negatif dan secara tidak langsung pula kita telah mengaktifkan kekuatan musuh, seperti kisah Ayub, “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku.” Mari kita bangun kebiasaan merenungkan firman Tuhan, dan kita akan menemukan bahwa Tuhan mempunyai rencana besar bagi kehidupan kita. Kita akan menemukan bahwa Tuhan sedang menuntun setiap langkah kita, bahwa Ia lebih besar dari masalah apapun, dan Ia dapat mengubah keadaan apapun demi kebaikan kita. Tuhan ingin kita tinggal dalam pikiran-pikiran iman, kemenangan dan pengharapan. Kita dapat melihat seluruh kehidupan kita berubah, tidak hanya hari ini saja kita mulai memikirkan pikiran-pikiran yang benar, pikiranpikiran yang konsisten dengan prinsip-prinsip positif dari firman Tuhan. Doa : Mulai hari ini Bapa, aku akan mulai mengubah pikiran-pikiranku. Mulai sekarang, aku memilih untuk menyesuaikan pikiranku dengan firman-Mu. Saat aku cenderung menjadi negatif, tolonglah aku tunjukkanlah kepadaku kesalahan dari jalanku, supaya aku dapat mengarahkan kembali aliran itu ke arah yang tepat. amin. Lulu
14
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
14 Oktober 2012 : The Lasting Treasure Keb. 7:7-11,Mzm 90:12-17, Ibr 4:-12-13, Mrk 10:17-30 Mrk 10:21b, “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Dulu aku sering berdoa kepada Yesus seperti ini, “Tuhan Yesus, aku telah meninggalkan segala sesuatu untuk menanggapi panggilanmu. Aku telah melepaskan pekerjaanku, keluargaku, segala sesuatu yang nyaman untuk mengikuti Engkau.” Lalu di dalam keheningan doa, aku mendengarkan suara Tuhan Yesus yang mengatakan, “Vincent, terima kasih atas pengorbanan yang telah kamu lakukan demi mengikuti Aku lebih dekat, terlebih menjadi imam-ku di dunia ini untuk mewartakan kabar gembira. Tapi, setelah kamu meninggalkan segala-galanya, apa yang kamu ambil sekarang ini?” aku hanya bisa diam terhenyak. Tak bisa berkata apapun. Aku kehilangan fokus, karena ternyata selama ini aku hanya fokus akan diriku sendiri saja. Seringkali kita terlalu fokus akan diri kita sendiri. Sering membanggakan apa yang telah kita korbankan, tetapi lupa apa yang harus kita “ambil” setelah meninggalkan keduniawian kita. Boleh jadi kita meninggalkan sesuatu dari dunia ini, tetapi tetap mengambil sesuatu yang lain sebagai penggantinya dari dunia ini juga. Jadi apa gunanya? Maka dari itu, bacaan injil hari ini sangat menegaskan bahwa setelah menjual segala sesuatu yang dimilikinya dan memberikannya kepada orang miskin, Yesus mengajak orang muda ini untuk mengikuti Yesus. Yesus menjadi harta satu-satunya dalam hidup. Istilahnya, “the Lasting Treasure”. Mengikuti Yesus bukan berarti hanya “mengekori” Yesus, tetapi mengambil segala sesuatu dari Yesus, ajaranNya, teladah hidupNya, dan tentunya yang paling utama adalah Roh KudusNya. Tanpa Roh Kudusnya yang hidup sampai sekarang ini, yang menuntun gerejaNya di jaman sekarang ini, akan teramat mudahlah tersesat. Yesus sendiri mengatakan bahwa dimana hatimu, disitulah hartamu. Maka dari itu, marilah kita jadikan Yesus harta satu-satunya dalam hidup kita. Tidak ada ngengat atau karat yang akan menyerang harta kita yang satu ini. Walaupun dunia kiamat dan hancur, Yesus tetap menjadi andalan kita. Amin! Rm. Vincent, MGL
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 15
15 Oktober 2012 : Teruslah Berubah Menjadi Lebih Baik S.Teresia dari Avila Gal 4: 22-24, 26-27,31 – 5:1, Mzm: 113:1-2,3-4,5a,6-7, Luk: 11: 29-32 Luk 11:30: Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Orang Niniwe PERCAYA bahwa Yunus adalah TANDA dari Allah, karena itu merekapun BERTOBAT dan akhirnya SELAMAT. Tanda adalah sesuatu yang kelihatan dan menunjukan pada maksud atau tujuan yang tak kelihatan, misalnya tanda “lampu lalu lintas menyala merah” artinya perintah untuk berhenti, tanda panah menunjuk arah tertentu yang harus diikuti dst,.....Barangsiapa peka dan memahami serta melaksanakan perintah terselubung/terhubung dari tandatanda terebut maka ia akan selamat. Sebagai seorang beriman , kita juga diharapkan dapat membaca tanda kehadiran Allah, dalam perjuangan dan panggilan hidup kita masing-masing. Tanda ini bagaikan pelita jiwa yang harus kita jaga agar terus menyalah supaya kita bisa selamat sampai ke tujuan akhir. Seperti orang Niniwe yang bertobat/berubah setelah mengenali tanda dari Tuhan, maka sebagai gereja masa kini, yaitu kita yang telah percaya pada Yesus Kristus, juga diharapkan dapat senantiasa bertobat/berubah kearah yang yang lebih baik. Jika kita mau membuka hati terhadap aneka penghayatan keutamaan dalam diri saudara/ saudari kita tampa memandang usia , jabatan atau kedudukan dan kemudian meneladaninya maka kita dapat berkembang dalam keutamaan seperti : kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kelemahlembutan dan penguasaan diri , seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, supaya kita tidak termasuk dalam angkatan yang jahat yang tidak percaya pada tandaNya. Doa: Ya Tuhan Allahku kasihanilah aku dan ampunilah segala dosaku. Berkatilah hatiku agar dapat terbuka untuk menerima KasihMu, aku juga memerlukan Rachmat yang berlimpah dariMu ya Tuhan, agar aku mampu untuk berubah menjadi yang lebih baik seturut kehendakMu. Amin. Betty
16
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
16 Oktober 2012 : Bagian Luar Hedwig, Margarita Maria Alacoque, Gerardus Mayella Gal 4:31b-5:6Mzm 119:41, 43-45, 47-48Luk 11:37-41 Luk 11:39 “… kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan …” Penampilan dan hati adalah dua hal yang mendasari pertentangan antara Yesus dan orang Yahudi. Bagi kaum Yahudi serangkaian ritual pembersihan jasmani cukup untuk memurnikan diri dan menjadikan seseorang layak di hadapan Allah. Tetapi siapa dapat memastikan kebersihan jasmani benar-benar melambangkan kebersihan hati seseorang? Cara pandang demikian mungkin masih sering kita temui di tengah komunitas kristiani. Jelas bagi Yesus bahwa yang berkenan pada Allah bukanlah apa yang tampak, tetapi kemurnian hati yang mendorong kita taat pada kehendak Allah dan mengasihi-Nya melebihi segala sesuatu. Hati yang murni tidak dapat diperoleh dengan melakukan banyak ritual, melainkan dengan pertobatan yang tulus. Inilah yang hendak diajarkan Yesus pada kita. Jika hati kita dipenuhi dengan kejahatan, perbuatan kita adalah konsekwensinya. Karena itu tanpa mempersalahkan kesetiaan melakukan ritual-ritual, Yesus mau mengembalikan akar dari perilaku manusia pada hati. Apa yang terkandung dalam hati yang menentukan semuanya. Tidak ada gunanya melakukan banyak ritual tetapi lalu mengabaikan kebenaran dan jauh dari pengamalan cinta kasih. Demikian pula tak ada gunanya memperbanyak aksi dan aktivitas bila hati kita penuh dengan kejahatan dan ketidakjujuran. Yesus menasehati agar kita lebih memberi sebagai amal apa yang ada dalam hati kita, yaitu memberi pada dunia cinta kasih yang telah Allah curahkan ke dalam hati kita. Kasih cuma-cuma adalah kekayaan yang sesungguhnya dimiliki oleh tiap orang beriman di dalam hatinya. Jika kita membagikannya, tidak akan berkurang jumlahnya tetapi akan semakin bertambah sehingga kita semakin kaya. Kekayaan murid Yesus bukanlah terletak pada banyaknya ritual yang dilakukan, tetapi pada hati yang penuh belas kasih dan siap untuk mengasihi. Dengarkan apa yang ditegaskan oleh Yesus: perbuatan amal menjadikan kita murni. Seluruh tradisi kristiani mengajarkan para pengikutnya untuk berbuat amal, bukan karena dapat ‘menyelesaikan’ masalah sosial yang bermunculan, tetapi karena dapat menjadi langkah awal praktek cinta kasih. Perbuatan amal mendorong kita untuk mengalihkan pandangan kita dari diri sendiri kepada sesama yang membutuhkan dan menyumbangkan pada mereka walaupun sedikit yang kita miliki. Bila kita merintangi perbuatan amal, kita akan tinggal dalam ketertutupan hati karena egoisme. Sr. Maria Benedicta, OSB
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 17
17 Oktober 2012 : Aku Adalah Biji Gandum-NYA Ignasius dr Antiokhia Flp 3:17 ? 4:1, Mzm 34:2-3,4-5,6-7,8-9,Yoh 12:24-2 Lk 12:24 “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh kedalam tanah dan mati, ia akan tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” Santo Ignatius adalah uskup Antiokhia setelah Santo Petrus. Dia dijatuhkan hukuman mati di tahun 107 dimana Emperor Trajan di Roma memerintahkan agar Santo Ignatius dilemparkan ke tengah tengah kawanan binatang buas. Dalam perjalanannya ke Roma ia menulis tujuh surat ke berbagai gereja dimana ia secara bijaksana memilah teologi akan Kristus, Konstitusi Gereja, dan kehidupan Krisitiani. Berikut ini adalah kutipan suratnya kepada umat di Roma: Untuk diriku, aku menulis untuk seluruh gereja untuk meyakinkan mereka bahwa tekadku untuk mati bagi Tuhan sudah bulat dan ikhlas – kalau saja kalian sendiri tidak menjadi batu sandungannya. Aku harus memastikan bahwa kalian tidak berbuat kebaikan padaku di waktu yang tidak tepat ini. Berdoalah dan biarlah aku menjadi makanan para binatang buas, karena merekalah yang bisa membuat jalan untukku pada Tuhan. Aku adalah biji gandum-Nya, yang akan habis diremuk oleh gigi-gigi singa supaya bisa menjadi roti yang termurni bagi Kristus. Jadi bersyafaatlah bersama dia untukku, supaya oleh mereka aku bisa dibuat menjadi kurban bagi Tuhan. Kematian adalah suatu kepastian yang tidak seorangpun bisa hindari. Kita semua akan mati, bukan hanya karena ini adalah proses natural, tetapi lebih oleh karena konsekuensi dosa-dosa kita. Kita tidak bisa lari dari kenyataan hidup bahwa suatu hari, cepat atau lambat, kita akan mati. Tetapi untuk kita umat Kristiani, kematian bukanlah akhir segalanya. Kita diundang untuk meng-expresikan diri kita yang terdalam lewat kematian kita. Artinya inilah kesempatan kita untuk memberi arti bagi kematian kita – bagi kehidupan kita. Tuhan Yesus tidak mati cuma-cuma. Kematian-Nya yang sangat memilukan di kayu salib membawa arti keselamatan bagi semua yang percaya kepadaNya. Santo Ignatius pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menunjukkan loyalitas dan cintanya pada Kristus. Ia bertekad untuk menjadi kurban yang murni bagiNya. Pengorbanan dirinya sebagai saksi Kristus pastilah mengobarkan semangat para pengikut Kristus lainnya. Pantaslah kalau ayat diatas diberikan kepada Santo Ignatius yang sudah menunjukkan kesetiaannya untuk menjadi biji gandum Kristus dengan mati diremuk gigi singa singa yang buas itu. Ya Yesus, hari ini kami merayakan bersamaMu pesta kemartiran St Ignatius dari Antiokhia. Utuslah Roh Kudusmu kepada kami, agar kami mampu meneladani contoh beliau, bisa melihat kesempatan bermati diri, baik yang kecil maupun yang besar disaat ajal kami. Kuatkanlah iman kami agar kami bisa memberi arti Kristiani bagi kematian kami. Biarlah kami senantiasa rela memberikan biji gandum kehidupan ini, yang telah Bapa karuniakan pada kami, supaya hidup kami bisa menghasilkan banyak buah. Fr. David, MGL
18
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
18 Oktober 2012 : Bekerja di Ladang Tuhan Pesta St.Lukas, pengarang Injil 2 Timotius 4 : 10-17b, Mzm 145 : 10-11, 12-13ab, 17-18, Lukas 10:1-9 Luk 10:2 “ Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya.” Hari ini, kita merayakan pesta St. Lukas. Salah seorang penulis injil. Injil Lukas menulis bahwa Yesus telah diberi tugas oleh Roh Kudus untuk menyiarkan kabar baik dari Tuhan bagi kaum miskin. St.Likas adalah seorang dokter kafir yang mengenal Yesus melalui pewartaan dari Rasul St Paulus. St Lukas banyak menolong Rasul Paulus pada saat mewartakan pesan keselamatan dan cinta kasih. Seperti ditulis dalam kitab Timotius, bahwa hanya Lukas yang tinggal bersama Paulus pada saat semua meninggalkan Paulus dan pada saat Paulus mendapat kesulitan dengan aleksander, seorang tukang tembaga. Injil hari ini, mengulas tentang perintah Yesus untuk pergi berdua – dua dalam mewartakan karya keselamatan. Karena pada saat kita mewartakan injil, penguatan dari dua orang akan lebih kuat dibandingkan hanya satu orang. Di masa sekarang ini, tugas bekerja di ladang Tuhan pergi berdua-dua, tidak sematamata bahwa, orang harus pergi berdua-dua, masuk ke satu kota untuk mewartakan injil. Ada banyak karya pelayanan yang bisa dilakukan, dan ada banyak wadah komunitas yang tersebar di seluruh dunia untuk mewartakan karya keselamatan. Kita bisa mencoba mengambil bagian dalam pelayanan, melalui keluarga, melalui kelompok atau komunitas, melalui tempat kerja, melalui gereja. Ada banyak ladang di sekitar kita yang harus kita suburkan dengan karya pelayanan. Ladang Tuhan yang menantikan tangan-tangan kita untuk menggemburkannya supaya subur dan berbuah banyak. Dan kita membutuhkan teman seiman dalam karya pelayanan kita itu. Kalau kita sendiri mungkin kita tidak bisa melayani secara maksimal. Bersama saudara yang lain, yang berkumpul dengan bermacam-macam talenta, kita bisa membuat pelayanan di ladang Tuhan dengan lebih maksimal. Mewartakan cinta kasih Allah dan mewartakan firman dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan tulus, beralaskan cinta kasih, bekerja bersemangat di ladang Tuhan. Alin
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 19
19 Oktober 2012 : Saya Berharga Yohanes de Br?beuf & Isaac Jogues, Petrus dr Alkantara Ef 1:11-14, Mzm 33:1-2,4-5,12-13, Luk 12:1-7 Lukas 12 : 6 : “Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seorangpun daripadanya yang dilupakan Allah.” Di saat kaki saya masih sakit dan sulit berjalan, saya menyalurkan kegelisahan saya dengan banyak menulis di blog Facebook. Tanpa saya sadari banyak pembaca setia tulisan saya yang tidak saya kenal sama sekali, bahkan tinggal di belahan dunia yang lain. Ada seorang pembaca yang memberi dukungan dan komentar seperti ini : “saya mengalami sendiri apa yg sedang anda rasakan, hanya saja saya mengalaminya disaat usia saya 4 bulan. jadi ketika saya sudah besar dan sudah mulai mengerti keadaan saya yang tidak sama dengan teman-teman yang lain saya tidak merasa terpukul lagi. mungkin dukungan keluargalah yg membuat saya merasa tidak berbeda dengan teman2 saya. hanya saja saat memasuki usia dewasa saya mulai merasa bahwa saya memang “berbeda” dari mereka……. anda masih punya harapan besar untuk kembali normal mas so keep going.. god bless you” Mungkin tulisan saya memang banyak berkeluh kesah dan menggambarkan kekhawatiran saya akan keadaan saya, apakah saya akan kembali normal, apakah saya akan menjadi penyandang cacat, apakah saya akan dijauhi oleh teman teman, apakah saya bisa bekerja lagi, apakah ada yang mau jadi pacar saya. Terlalu banyak apakah. Pengalaman yang ditulis pembaca saya sedkit berbeda. Ia tidak menyadari ke’cacat’an nya sampai orang lain menganggapnya berbeda, ia mulai menilai dirinya setelah membanding bandingkan dirinya dengan orang lain. Orang lain lah yang membuat ia menjadi berbeda, menjadi kecil. Sedangkan saya menjadi kecil karena pikiran yang saya takuti sendiri, walau seharusnya tidak ada yang perlu saya takuti, Tuhan tidak akan melupakan saya. Walau kadang, saat saya sedang terjatuh, saya masih bertanya, dimana Tuhan. Kenapa saya? Terkadang kita terlalu memikirkan apa yang di pikirkan orang lain tentang diri kita, sehingga kita menjadi menciut, mengecil, dan kemudian hilang tak berbekas. Terkadang orang lain pula yang membuat kita menjadi kecil, bagai burung pipit yang dinilai murah oleh manusia, mereka berharga di hadapan Allah. Begitupun saya, bagaimanapun keadaan saya nanti, saya berharga di hadapan Allah. Jeff – Jakarta 2012
20
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
20 Oktober 2012 : Jadilah yang Asli Kaprisius, Magdalena dr Nagasaki Ef 1:15-23, Mzm 8:2-3a,4-5,6-7, Luk 12:8-12 Mzm 8 : 5-6 “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” Banyak timbul masalah sosial, jasmani dan emosional berasal dari kenyataan bahwa orang tidak menyukai dirinya sendiri. Mereka tidak nyaman dengan rupa, cara bicara atau tindakan mereka. Mereka tidak suka dengan kepribadian mereka, selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dengan mengharapkan mereka adalah sesuatu yang berbeda. “ Jika saja aku mempunyai kepribadiannya..”, “Jika saja aku kelihatan seperti dia..”, “Jika saja aku secantik-setampan dia...”, “Jika aku berasal dari keluarga ini..”, maka aku akan bahagia....Jika..dan..Jika... Tidak demikian adanya, karena kita dapat berbahagia sebagaimana Tuhan telah menciptakan, jadi marilah kita berhenti mengharapkan sesuatu yang berbeda. Jika Tuhan ingin kita seperti orang lain, maka Tuhan akan menciptakan kita dari awal mulanya seperti itu . Jika Tuhan ingin kita mempunyai kepribadian yang berbeda, pasti Dia akan memberikan kepribadian itu. Janganlah kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Belajarlah berbahagia sebagaimana Tuhan menciptakan kita. Tuhan menyukai keragaman, dan kita seharusnya tidak membiarkan orang lain menekan atau membuat kita merasa buruk tentang diri sendiri karena kita tidak sesuai dengan citra mereka. Jadilah yang asli, bukan tiruan. Beranilah hari ini untuk menerima jati diri kita yang diciptakan Tuhan dan kemudian jadilah yang terbaik semampu kita. Tuhan telah memberikan kepada kita, karunia, bakat dan kepribadian yang berbeda untuk maksud tertentu. Bersikap terbuka dengan nasehat yang bijaksana, untuk melakukan apa yang harus kita ubah dan apa yang tidak dapat kita ubah. Kita tidak perlu merasa sungkan atau minder, karena kepribadian, selera, kegemaran, atau bahkan kecenderungan-kecenderungan rohani yang berbeda dengan orang lain. Beberapa orang suka bergaul dan bersemangat, orang lain pemalu dan santai. Beberapa orang suka menutup mata dan mengangkat tangan saat menyembah Tuhan, yang lain menyembah Tuhan dalam sikap tenang. Dan Tuhan menyukai semuanya! Merasa amanlah dengan jati diri Anda. Tuhan memberikan kita berkat untuk percaya diri, tidak menginginkan tekanan-tekanan luar membentuk kita menjadi seseorang yang bukan diri kita. Jadi sikap kita seharusnya: “Aku percaya dalam jati diriku. Aku tidak akan berusaha dengan berpura-pura, mengharapkan bahwa aku sesuatu yang lain, berusaha menyenangkan diri dengan keinginan-keinginan orang lain. Aku bebas menjadi diriku sendiri.” Janganlah mengira bahwa kita harus menyesuaikan diri dengan keinginan orang lain, demikian juga janganlah marah saat orang lain tidak sesuai dengan keinginan kita. Jalani hidup dengan sikap,” Aku menikmati menjadi pribadi yang Tuhan ciptakan.” Apapun yang telah kita alami dalam kehidupan kita sampai dengan saat ini,mulai dari kebahagian sampai dengan pengalaman terburuk yang pernah terjadi, dimana pengalaman-pengalaman itu bisa mempengaruhi cara pandang kita mengenai bagaimana kita melihat “jati diri kita”. Mari kita renungkan kembali bagaimana Bapa disurga melihat kita sebagai ciptaan yang mulia, dan memahkotai kita dengan hormat dan kemuliaan. Sehingga jikalau Bapa disurga begitu “Luar Biasanya” memandang Jati Diri kita, Bagaimana dengan kita sendiri menghargai Jati Diri kita saat ini ?? Doa: Syukur kepada-Mu Bapa, karena menciptakan aku sebagaimana aku ada, dengan semua kekuatan dan kelemahanku. Tolonglah aku untuk menikmati menjadi pribadi yang telah Engkau ciptakan, dan hidup setiap hari dengan mengetahui bahwa Engkau telah menempatkan aku disini dengan maksud tertentu. Syukur kepada-Mu karena telah memberikan arti bagi hidupku. Amin Lulu
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 21
21 Oktober 2012 : Melayani, bukan untuk Dilayani Yes 53:10-11, Mzm 33:4-5,18-19,20,22, Ibr 4:14-16, Mrk 10:35-45 Markus 10:37 “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” Ketika aku masih di masa Pendidikan beberapa tahun yang lalu, situasi selalu tegang ketika kami mengadakan pemilihan Pengurus yang baru. Pemilihan Pengurus ini dilakukan setiap tahun. Seperti yang aku singgung terlebih dahulu, aku merasakan sesuatu yang kurang menyenakgkan saat itu. Kesan yang aku alami bahwa ada pembagian kelompok-kelompok kecil di antara kami. Beberapa hari sebelum pemilihan kelompokkelompok kecil ini mengadakan pertemuan gelap dan kilat di tempat yang berbeda. Mereka ingin menentukan siapa yang akan menjadi Pengurus yang baru. Setelah aku membaca Injil hari ini, aku diingatkan akan pengalaman saat itu. Injil yang kita dengarkan hari ini mengisahkan tentang anak-anak Zebedeus, Yakobus dan Yohanes. Mereka datang kepada Yesus dan berkata, “Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!” 36 Jawab-Nya kepada mereka: “Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?” 37 Lalu kata mereka: “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu.” Dari kisah Injil ini, dengan jelas kit adapat melihat maksud dan jujuan yang ingin disampaikan oleh Penginjil Markus. Penginjil Markus memperlihatkan kepada kita sikap ambisi yang dimiliki kedua kakak-beradik ini, Yakobus dan Yohanes. Mereka ingin menjasi terkemuka dari antara murid-murid yang lain. Mereka ingin mendapatkan kursi terdepan. Mereka ingin sekali mendapatkan kedudukan di kalangan para murid. Mereka berani menganjurkan permintaan ini, mungkin karena mereka mengaangap diri lebih dari para murid yang lain. Karena Ayah mereka adalah orang yang berada dan mempunyai banyak hamba. Atau mereka berpikir Yesus selalu memilih mereka mengerkana hal-hal tertentu. Perasaan dan pikiran dari kedua murid itu ternyata membutakan mata dan hati mereka. Mereka telah melupakan inti dan makna seorang murid-pengikut Yesus. Kedudukan dan status membuat mereka bangga akan kepribadian mereka. Mereka lupa bahwa mereka dipanggil untuk menjadi pelayan. Mereka berpikir bahwa menjadi pengikut Yesus berarti memerintah. Namun inti panggilan Yesus adalah ‘melayani’ dengan tulus. Kalau kita merefleksikan pengalaman hidup kita, kita sering mempunyai sikap dan pendapat seperti kedua murid itu. Di satu pihak kita ingin untuk dipilih menjadi pemimpin di suatu kelompok. Dipihak lain kita mengharapkan agar orang menghargai kita. Kita mengharapkan agar orang tunduk kepada kita. Namun Yesus hari ini mengajak kita untuk merendahkan diri kita. Dia memanggil kita bukannya untuk dilayani tetapi untuk melayani. Marilah kita nerenungkan makna Injil hari ini. Rm. Joseph, MGL
22
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
22 Oktober 2012 : Kekayaan Surgawi Ef 2:1-10, Mzm 100:2,3,4,5, Luk 12: 13-21 Luk 12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." “Earth provides enough to satisfy every man's needs, but not every man's greed.” "Bumi menyediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap manusia, tetapi tidak keserakahan setiap orang." - Mahatma Gandhi Saya benar – benar menyukai kalimat ini. Ya,sebenarnya ketika Tuhan menciptakan dunia dan seisinya dengan manusia sebagai makhluk yang Tuhan percaya untuk mengelolanya, Tuhan sudah memastikan bahwa seluruh hal yang ada di dunia mampu untuk mencukupi segala kebutuhan makhluk hidup yang ia ciptakan, sehingga mereka semua tidak akan berkekurangan. Tapi selama manusia masih bernyawa, setiap dari kita akan selalu memiliki hasrat dan keinginan. Semua itu hanya akan berhenti ketika kita nanti kembali ke hadapan Sang Pencipta kita. Banyak dari kita punya keinginan – keinginan pribadi yang ingin dimiliki. Dan pasti kita mengusahakan berbagai macam cara untuk mewujudkannya. Yang penting masih tau batasan nya dan tidak merugikan orang lain. Dan yang lebih penting lagi kadang keinginan duniawi kita yang lebih kita kejar, punya rumah, mobil, sukses dalam pekerjaan, padahal kalau kita kembali ke hadapan Nya besok, apa semuanya bisa kita bawa? Harusnya kita juga berlomba mengejar - ngejar harta dan kekayaan surgawi, tidak perlu muluk – muluk, menabung doa, menabung amal baik, mempermudah hidup orang lain. Bukankah itu sebagian dari bekal yang bisa kita bawa nanti kalau tiba waktunya Tuhan memanggil kita pulang? Maia
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 23
23 Oktober 2012 : Aneka Wajah Satu Hati Yohanes dr Kapestrano, Ursulin dr Valenciennes, Gulielmus, Erem, & Yohanes Bono Ef 2:12-22, Mzm 85:9ab-10,11-12,13-14, Luk 12:35-38 Ef. 2:20 Kamulah rumah Allah yang dibangun atas dasar para rasul dan nabi, dan batu sendinya adalah Kristus Pengalaman hidup bersama komunitas Missionaries of God’s Love selama kurang lebih dua tahun merupakan anugerah iman yang istimewa dari Tuhan dalam hidupku. Komunitas ini datang dari pelbagai latar belakang seperti Negara, bahasa, budaya, Agama, pendidikan, usia. Misalnya dalam hal usia, teman seangkatanku ada yang usianya usia 40 tahun dan 17 tahun. Di tarekat kami ada seorang pastor yang sebelumnya adalah anggota gereja Anglikan dan akhirnya menjadi imam Katholik. Dalam bidang pendidikan, ada yang tamatan hukum, arsitektur, filsafat, astronomi, permesinan. Pada suatu hari, ada seorang awam bertanya kepada moderator kami. Bagaimana anda mampu hidup bersama dalam satu komunitas yang memiliki berbagai latar belakang? Apa yang menjadi rahasia hidup bersama di dalam komunitas anda? Jawabannya adalah cinta atau dalam bahasa Inggrisnya adalah schooling of love. Sebagaimana St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus hari ini mengatakan, “Oleh Dia kita – kedua kelompok bangsa – mendekati Bapa dalam satu Roh. Sekarang kamu tidak lagi orang-orang asing atau tamu, tetapi sesama warga umat kudus, keluarga Allah. Kamulah rumah Allah yang dibangun atas dasar para rasul dan nabi, dan batu sendinya adalah Kristus” (Ef. 2:18-20). Berdasarkan dari pengalaman hidup bersama dalam komunitas ini, kami menyadari bahwa hanyalah Roh Kudus yang memungkinkan masing-masing pribadi mengalami kepenuhan dalam persekutuan dengan orang-orang lain. Demikian halnya dengan hidup menggereja. Kesatuan dalam hidup Gereja atau komunitas bukan suatu uniformitas: orang-orang beriman tidak datang dari satu latar belakang yang sama. Perbedaan pandangan dalam hidup berkomunitas atau menggereja bukanlah soal, yang penting adalah setiap orang memiliki komitmen mencari kebenaran dan damai persaudaraan bersama-sama. Roh memungkinkan setiap orang menjadi setia terhadap dirinya dan tetap dalam persatuan dengan komunitas. Inilah cara bagaimana ‘ciptaan baru’ dilahirkan: bukan sebagai hasil ideologi tertentu, tetapi sebagai karya Tuhan. Saya dan anda adalah rumah, yaitu bait Allah yang sejati. Komunitas umat beriman membentuk bait, atau lebih tepatnya adalah sedang dibentuk menjadi bait Allah. Apakah saya dan anda sedang dan akan terus mengarahkan hidup serta pelayanan kita atas dasar para rasul dan nabi, dan batu sendinya adalah Kristus (Ef. 2:20). Fr. Anis, MGL
24
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
24 Oktober 2012 Kisah Orang Kudus : St. Antonius Maria Claret Ef 3:2-12,
MT Yes 12:2-3,4bcd,5-6,
Luk 12:39-48
Antonius dilahirkan di Spanyol pada tahun 1807. Pada tahun yang sama Napoleon menyerbu Spanyol. Mungkin itu adalah “pertanda” akan peristiwa-peristiwa mendebarkan yang akan terjadi sepanjang hidupnya. Antonius ditahbiskan menjadi seorang imam pada tahun 1835 dan ditugaskan di paroki kota asalnya. Kemudian ia pergi ke Roma dan membantu karya misi. Ia menggabungkan diri dengan Serikat Yesus sebagai novis, tetapi kesehatannya tidak mendukungnya. Ia kembali ke Spanyol dan bertugas sebagai imam. Pastor Antonius melihat seluruh dunia sebagai suatu daerah misi yang luas. Ia memiliki hati seorang misionaris. Ia seorang imam yang berdedikasi tinggi di parokinya. Ia mengadakan seminar-seminar bagi para imam. Pastor Antonius yakin akan kekuatan karya tulis. Ia menulis sedikitnya 150 buah buku. Bukunya yang paling terkenal, Jalan yang Benar, telah dibaca jutaan orang. Sebagian orang tidak dapat mengerti pemikiran Pastor Antonius. Kesuksesan serta semangatnya membuat mereka khawatir. Mungkin pertentangan tersebut memang diijinkan oleh Tuhan agar imam yang penuh semangat ini dapat mengunjungi Kepulauan Canary pada tahun 1848. Pastor Antonius tinggal di sana selama satu tahun dengan mewartakan Kabar Gembira. Kemudian Pastor Antonius kembali ke Catalonia, Spanyol dan kepada karya penginjilannya di sana. Pada tahun 1849, Pastor Antonius membentuk suatu ordo religius baru yang disebut Putera-putera Misionaris dari Hati Maria Yang Tak Bernoda atau lebih dikenal dengan nama Kongregasi Misionaris Claretian, CMF. Ratu Isabela II dari Spanyol amat menghormati St. Antonius. Ratu berpendapat bahwa St. Antonius adalah orang yang paling tepat untuk menjadi Uskup Agung Santiago, Kuba. Karya kerasulannya di Kuba menjadi suatu pengalaman selama tujuh tahun yang mendebarkan. Uskup Agung Antonius mengunjungi paroki-paroki, berkhotbah menentang kejahatan sosial, terutama perbudakan. Ia memberkati pernikahan serta membaptis anak-anak. Ia seorang pembaharu dan karenanya mempunyai banyak musuh. Beberapa kali ia menerima ancaman pembunuhan. Namun demikian, ancaman tersebut tidak mampu menghalangi karyanya yang mengagumkan itu hingga ia dipanggil kembali ke Spanyol pada tahun 1857. Selama menjadi imam, St Antonius juga memimpin sebuah seminari di Madrid. Ia mendirikan sekolah St. Mikhael untuk memajukan karya seni dan kesusasteraan dan bahkan berusaha mendirikan sebuah sekolah pertanian. Ia pergi ke Roma untuk membantu mempersiapkan Konsili Vatikan Pertama pada tahun 1869 dan wafat pada tahun 1870. St. Antonius Maria Claret dinyatakan kudus oleh Paus Pius XII pada tahun 1950.
St. Antonius mendorong yang lain, terutama kaum awam, untuk setia kepada Injil dalam hidup mereka sehari-hari. Berapa sering saya memikirkan apakah kehidupan saya sendiri telah sesuai dengan ajaran Kristus? “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 25
25 Oktober 2012 : Jangan Lekas Marah oleh Kesalahan tanpa Sengaja Yohanes Ston Ef 3:14-21, Mzm 33:1-2,4-5,11-12,18-19, Luk 12:49-53 Mazmur 33 : 1, ‘’Rejoice in the Lord, O ye righteous: for praise is comely for the upright.” Adik rohani saya baru saja mensharingkan pengalamannya. Ia akhirnya bertemu dengan pasangan hidupnya dan berencana akan segera menguruss pernikahan. Tentu saja, hal utama dalam persyaratan pernikahan di gereja Katolik, adalah Surat Baptis asli, minimal 6 bulan baru diperbaharui, disertai keterangan belum pernah menikah, dari paroki asal. Saat akan mempersiapkan Surat baptis itu, baru disadarinya bahwa Surat Baptisnya itu masih di dalam amplop. Amplop itu dikirim kakaknya bertahun-tahun sebelum adanya kerusuhan di kota asalnya. Padahal seingatnya, saking sebal sama kakaknya, dia tidak mau membuka amplop itu karena tahu isinya tidak sesuai dengan permintaannya. Tetapi sadar bahwa surat baptis itu dokumen penting, ia menyimpannya dengan hati-hati. Selama bersekolah, kuliah, kerja, beberapa kali pindah kost, amplop itu tak pernah dilupakan. Sekarang ia sadar, betapa berartinya kesalahan yang dilakukan kakaknya bertahuntahun lalu. Seandainya kakaknya tidak salah kirim, entah di mana harus ia cari dokumen penting ini, karena saat kerusuhan, barang-barang diangkut serabutan dan dipindahkan ke pulau lain. Saya berpikir, betapa rapinya kerja malaikat pelindung kakak beradik ini. Tuhan, lewat apa yang terjadi di luar kemauan kita di suatu hari kemudian membawa kita ke masa depan yang lebih baik. Begitu pun dalam Mazmur hari ini, pemazmur mengajak kita untuk tetap bergembira dan bersukacita menghadapi hari-hari hidup kita. Karena Allah kita merancangkan halhal yang baik untuk hidup kita. Kita hanya perlu beriman, penuh cinta kasih, tulus dan jujur dalam menjalani hidup ini. Dalam Injil pun Yesus mengatakan tentang tanda-tanda Jaman. Dan IA hanya meminta kita berjaga-jaga, agar semangat yang IA taburkan dalam hati kita tetap bernyala, teguh percaya padaNYA, sekali pun dunia sering menyiarkan kekacauan yang menakutkan. Kita perlu beriman, bahwa Allah, dengan Kuasa dan keagunganNya, kelembutan dan keteguhanNya, mengendalikan segala sesuatu dari atas sana. (Narita)
26
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
26 Oktober 2012 : Semakin Mengenal Kehendak-NYA Ef 4:1-6, Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6, Luk 12:54-59 Luk 12:56 Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini ? Kita tentunya sudah tidak asing dengan tanda-tanda berikut ini : - Traffic Light menyala merah berarti kendaraan kita harus berhenti – jika menyala hijau berarti kendaraan kita boleh melaju. - Cuaca di luar yang cukup panas, membuat kita membawa payung atau topi untuk menghindari sengatan cahaya matahari. Sementara cuaca mulai mendung dan terdengar suara petir menggelegar, kita sudah tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan yang sangat lebat. Nach, tanda – tanda di atas adalah tanda-tanda yang mudah kita lihat sehari – hari dan membuat kita tidak berpikir lama untuk mengartikan tanda tersebut. Tapi, kalau kita mengalami kejadian seperti di bawah ini, apakah kita mengerti maksud atau kehendak Tuhan mengijinkan kejadian ini terjadi ? - Sepulang kerja kita terjatuh dari kendaraan dan mengalami luka – luka, akhirnya tidak bisa bekerja keesokan harinya. - Kita menerima pesanan barang yang banyak dari seseorang, tetapi karena rasa percaya yang berlebihan, orang tersebut menipu kita dan tidak melakukan pembayaran. - Mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan - Ingin barang A, tapi selalu gak pernah dapat memilikinya Terkadang kita bertanya, mengapa Tuhan ini kau biarkan terjadi dalam hidupku ? Sejujurnya, sering kali kita tidak memiliki jawabannya, terlebih lagi jika pertanyaan ini hanya sampai pada pemikiran dan bukan pada lutut kita. Karena kedagingan kita lebih suka mengandalkan ketajaman pemikiran kita untuk menganalisa sebuah masalah, daripada ketajaman roh kita untuk mengerti kehendak Tuhan di atas lutut kita. Mengapa hal ini sampai terjadi? Karena sebagai orang percaya, kita malas untuk berdoa. Kita hanya mengambil keputusan berdasarkan hikmat pemikiran manusia kita, dan hal ini sering kali membuat Tuhan begitu sibuk menata ulang kembali seluruh rencanaNya bagi kita, karena kita mengambil keputusan yang salah. Mencoba mendapatkan kehendak Tuhan atas segala situasi yang kita hadapi akan membawa kita kepada kehidupan yang seturut dengan rencana-Nya. Seharusnya ketajaman pemikiran dan lutut kita menjadi partner yang baik untuk membawa kita mengerti kehendak Tuhan dan menilai zaman ini seturut kehendak-Nya.Namun demikian kita dapat berbangga, karena sebagai Tuhan, Ia tidak pernah kehilangan akal maupun kehabisan jalan untuk membawa segala rencanaNya terlaksana dalam kehidupan orang percaya. Oleh karena itu, marilah kita menjadi rekan kerja Tuhan yang baik untuk menggenapkan seluruh kehendakNya dalam kehidupan kita. KRIS
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 27
27 Oktober 2012 : Hal Dosa dan Penderitaan Ef 4:7-16, Mzm 122:1-2,3-4a,4b-5, Luk 13:1-9 Lukas 13:5b “Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Kenapa kita sering mengeluh akan adanya penderitaan? Akan adanya masalah - masalah yang terjadi dalam hidup kita serasa tiap hari datang dan pergi menghampiri. Apakah kita sering tidak bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan pada hidup kita? Didalam renungan bacaan hari ini dikatakan jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Setelah saya renungkan, Tuhan menginginkan kita semua bertobat. Seringkali kita melakukan dosa baik itu yang disadari maupun tidak disadari. Manusia tidak bisa lepas dari yang namanya dosa, maka dari itu setiap hari hendaknya kita bertobat memohon ampun atas setiap apapun yang kita lakukan agar layak dihadapan Tuhan. Misalnya: dalam kesehariannya kita itu ibaratnya berjalan bersama Tuhan, bayangkan saja Anda berjalan bersama Dia. Disaat kita melakukan dosa, ada jarak antara kita dengan Tuhan, bayangkan saja ada tali pemisah diantara kita dengan Dia disaat dosa terjadi. Tali itu semakin panjang jika kita melakukan dosa, yaitu hubungan kita akan semakin jauh dengan Tuhan. Disaat kita melakukan dosa lagi maka tali jarak kita akan semakin jauh sampai akhirnya kita akan menghilang jika tidak melakukan pertobatan. Kalau kita mau bertobat, mengakui kesalahan apalagi jika menerima sakramen pengampunan dosa yang resmi, maka tali itu akan diputus ibaratnya dosa kita akan dipotong dan tali hubungan itu akan disambung lagi. Coba bayangkan kembali saat kita melakukan pertobatan, tali dosa kita akan diputus terus disambung lagi, bertobat lagi lalu diputus terus disambung lagi maka lama kelamaan kita akan semakin dekat lagi dengan Tuhan. Mari kita semua selalu mendekatkan diri pada Tuhan, karena semua yang ada di dalam alam dan hidup ini berasal dari Tuhan dan terkandung maksud Tuhan dalam masingmasingnya. Maka Bila ada kesadaran diri pada kehendak Allah, menjahui dosa dan bertobat maka hidup akan lebih bermakna. Dan apabila kita berjalan bersama Tuhan, maka hidup kita, segala apa yang kita kerjakan tidak akan sia-sia tetapi akan menjadikan hidup ini sangat terlalu InDaH. :) GbuO:) Yudi
28
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
28 Oktober 2012 Ketika Yesus Memanggil Yer 31:7-9,Mzm 126:1-7, Ibr 5:1-6, Mrk 10:46-52 Mrk 10:49,”Lalu Yesus berhenti dan berkata, “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkanlah hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Setiap orang yang mempunyai kekurangan, selalu berusaha agar kekurangannya bisa hilang dan bukan saja ditutupi. Demikian pula dengan Bartimeus, seorang pengemis yang buta memiliki kekurangan fisik yakni tidak bisa melihat. Tetapi dibalik kekurangannya, dia mempunyai kelebihan yakni indra pendengarannya. Indra pendengarnya alias kuping atau telinganya sangat tajam. Terbukti ketika Yesus lewat, dia tahu saat Yesus lewat. Namun sebelumnya kupingnya mendengar hal-hal yang sudah dilakukan oleh Yesus sebelumnya yakni mukjizat-mukjizat penyembuhan dan pengusiran setan. Maka dari itu, ketika dia mendengar Yesus lewat, Bartimeus berteriak, “Yesus, putra Daud, kasihanilah aku orang yang berdosa ini!” Dan Yesuspun mendengar teriakan orang buta ini. Teriakan ini bukan saja teriakan biasa dari mulut dan bibir, tetapi lebih ke teriakan hati yang ingin disembuhkan dari kebutaan. Bukan saja kebutaan dalam melihat secara fisik, tetapi kebutaan dalam melihat segala kebaikan Tuhan yang dilakukan dan untuk itu menjadi alasan untuk memuliakan Tuhan. Akhirnya, ketika Yesus menyuruh para muridNya untuk memanggil Bartimeus, para muridnya berkata, “Kuatkanlah hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” Para murid berkata demikian kepada orang buta itu karena mereka tahu bahwa kalau Yesus memanggil, berarti mukjizat akan terjadi. Maka dari itu, Bartimeus harus “menguatkan hatinya” untuk menerima Yesus sebagai Tuhan. Mukjizat terjadi dan sembuhlah mata Bartimeus dan dia bisa melihat lagi. Ketika Yesus memanggil, proses kesembuhan dari kebutaan itu sudah terjadi. Panggilan dari Yesus mempunyai daya yang luar biasa. Ketika Yesus memanggil, mukjizat pasti akan terjadi. Yesus adalah sang Terang, dan kegelapan akan musnah di bawah sang Terang. Maka dari itu, buta alias penuh dalam kegelapan tidak akan bertahan lama ketika Yesus memanggil dengan kuasa Terangnya. Sebagai bahan refleksi, apakah Anda mendengar Tuhan Yesus memanggil Anda? Apapun itu bentuknya, entah itu memanggil Anda untuk meninggalkan kegelapan hidup sehingga hanya Yesus sang Teranglah yang hidup di dalam diri Anda? Biarlah Yesus membukakan kebutaan hati kita dalam melihat karya-karya agungnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Rm. Vincent, MGL
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 29
29 Oktober 2012 : Kasih Mengatasi Peraturan Mikael Rua Ef 4: 32 – 5:8 , Mzm: 1:1-2,3,4,6 , Luk 13: 10-17 Luk 13:16: Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh iblis, harus dilepaskan dari ikatanya itu, karena ia adalah keturunan Abraham? Tuhan Yesus adalah Kasih karena itu Dia sangat peka akan keadaan mereka yang sungguh berat yang berada didekatNya. Kasih mengatasi peraturan, karena Kasih itu hidup/menghidupkan sedangkan peraturan itu mati/ mematikan . Seringkali kita terikat oleh peraturan yang ada, sehingga tanpa sadar kita lebih mengutamakan peraturan dari pada kasih pada sesama, padahal Tuhan ingin kita mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Karena kita sudah terbiasa dengan peraturan , rutinitas dan rencana, maka untuk menjadi peka terhadap kebutuhan sesama yang berada di dekat kita, yang tidak termasuk dalam rencana, menjadi kabur dan sulit kita tangkap. Alkisah ada sekelompok muda mudi dari suatu paroki yang akan mengadakan pelayanan amal kasih pada mereka yang tua dan miskin, untuk itu mereka memilih sebuah panti jompo yang terpencil dan sangat kekurangan . Jauh hari sebelum hari H, panitia sudah sibuk membuat susunan acara dan mendatajumlah opa-oma yang ada disana. Mereka semua bekerja sebaik-baiknya untuk memastikan bahwa jangan sampai ada yang tertinggal tidak didata, sehingga tidak kebagian makanan dan hadiah. Didekat pintu gerbang paroki ada seorang pengemis tua yang duduk meminta-minta, dan setiap orang yang datang atau pergi ke gereja tersebut pasti akan melihatnya. Para muda-mudi itu juga melihat pengemis itu namum mereka hanya melewatinya saja dengan tergesa-gesa karena banyak hal yang harus dikerjakan. Pengemis itu berharap hari itu dia akan mendapatkan sesuatu dari mereka karena secara kebetulan dia mengetahui tentang rencana kunjungan tersebut. Namun harapannya sia-sia karena tidak seorangpun dari mereka yang menyapanya apalagi menberikan kotak makanan dan hadiah.......karena dia tidak ada di dalam rencana pelayanan mereka walaupun dia tua dan miskin. Kejadian seperti ini sering terjadi walau kita tidak menyadarinya, karena kita terbiasa bekerja dengan pengikuti peraturan dan rencana yang di atur oleh pikiran/otak kita, sedangkan kepekaan terhubung dengan keterbukaan hati dan bukan dengan pikiran Doa: Bapa yang Maha Pengasih, tolong kami agar dapat lebih sering menggunakan hati kami bila berhadapan dengan sesama, sehingga dengan bantuan RachmatMu yang berlimpah kami akan mampu untuk mengasih dan melayani Engkau dan sesama kami seperti yang Engkau kehendaki. Amin. Betty
30
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012
30 Oktober 2012 Kisah Orang Kudus : St. Alfonsus Rodriquez Ef 5:21-33, Mzm 128:1-2,3,4-5, Luk 13:18-21 St. Alfonsus Rodriquez Pesta Pelindung 31 Oktober Orang kudus dari Spanyol ini dilahirkan pada tahun 1553. Ia mengambil alih usaha jual beli kain wol milik keluarganya ketika usianya duapuluh tiga tahun. Tiga tahun kemudian ia menikah. Tuhan mengaruniakan kepada Alfonsus dan Maria - isterinya, dua orang anak. Tetapi banyak penderitaan yang kemudian datang menimpa Alfonsus. Usahanya mengalami kesulitan, puterinya yang masih kecil meninggal dunia, disusul oleh isterinya. Sekarang, pengusaha ini mulai berpikir tentang apa yang kira-kira dirancangkan Tuhan baginya. Dari dulu Alfonsus adalah seorang Kristen yang saleh. Tetapi sekarang, ia berdoa, bermatiraga, dan menerima sakramen-sakramen lebih banyak dari sebelumnya. Ketika usianya menjelang empatpuluh tahun, putera Alfonsus meninggal dunia juga. Bukannya membenamkan diri dalam kesedihan, tetapi Alfonsus semakin khusuk berdoa serta memohon karunia percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Segera kemudian Alfonsus mohon diijinkan bergabung dengan Serikat Yesus. Tetapi, ia diberitahu bahwa ia harus belajar terlebih dahulu. Jadi, ia kembali bersekolah. Anak-anak kecil menertawakan Alfonsus. Ia harus meminta-minta untuk makan, sebab ia telah memberikan seluruh uangnya kepada kaum miskin papa. Demikianlah, pada akhirnya Alfonsus diterima sebagai frater dan diberi tugas sebagai penjaga pintu di sebuah seminari Yesuit. “Frater yang itu bukanlah seorang manusia - ia seorang malaikat!” demikian kata superiornya mengenai Alfonsus bertahun-tahun kemudian. Para imam yang mengenalnya selama empat puluh tahun tidak pernah mendapatinya mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak baik. Kebaikan hatinya serta ketaatannya telah diketahui semua orang. Suatu kali, semua kursi dalam biara, bahkan juga kursi-kursi dari kamar tidur, dipergunakan untuk suatu Devosi Empat Puluh Jam. Karena suatu kesalahan, kursi Frater Alfonsus tidak dikembalikan kepadanya hingga tahun berikutnya. Namun demikian, ia tidak pernah mengeluh atau pun membicarakan masalah tersebut kepada siapa pun. Selama masa hidupnya yang panjang, St. Alfonsus harus menaklukkan pencobaanpencobaan yang berat. Selain itu, ia juga mengalami penderitaan jasmani yang menyakitkan. Bahkan pada saat ia terbaring mendekati ajalnya, ia harus melewatkan setengah jam lamanya bergumul dengan penderitaan yang luar biasa. Kemudian, sesaat sebelum wafat, ia dipenuhi dengan damai dan sukacita. Ia mencium Salibnya dan memandang teman-teman sebiaranya dengan penuh kasih. St. Alfonsus wafat pada tahun 1617 dengan nama Yesus di bibirnya. Meskipun banyak penderitaan berat yang harus ditanggunggnya, Alfonsus tetap berpegang teguh pada harapan serta kepercayaannya kepada Tuhan. Marilah berdoa memohon harapan serta kepercayaan yang sama untuk menopang kita. “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Pauline Books & Media.”
Vol. 35/2012
www.DOJCC.com
Fresh JUICE ! 31
31 Oktober 2012 : Sekaranglah Waktunya Kita Kerahkan Segalanya Alfonsus Rodriguez Ef 6:1-9, Mzm 145:10-11,12-13ab,13cd-14, Luk 13:22-30 Lk 13: 24 “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu sesak itu!” Latar belakang kepercayaan orang Yahudi di Palestina saat itu adalah semua orang Israel akan menikmati kehidupan di surga. Lalu mengapa pertanyaan ini timbul: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Marilah kita telusuri. St. Lukas menceritakan bahwa Yesus sampai dititik ini telah menghimbau orang orang Yahudi dan murid-muridnya tentang: (1) syarat-syarat mengikuti Dia (Lk 9:22-27; 57-62); (2) kecamanNya akan kota kota yang tidak bertobat (Lk 10:13-16), atau yang tidak menerima ketujuh puluh murid (Lk 10: 10-12); (3) tercatatnya nama ketujuh puluh murid (yang kembali dari perutusan) disurga (Lk 10: 17-20); (4) Contoh kemurahan hati orang Samaria (Lk 10:25-36); (5) kebahagiaan yang datang dari ketaatan dengan firman Allah, bukan hubungan keluarga (Lk. 11:27-28); (6) orang Niniwe (yang sudah bertobat) akan menghukum angkatan jahat yang selalu minta tanda (Lk 11: 29-32); (7) kemunafikan orang Farisi dan ahli Taurat (Lk 11:37-54); (8) bahaya ketamakan hati (Lk 12:13-20); (9) kewaspadaan untuk selalu berjaga jaga (Lk 12: 35-48); (10) pentingnya berdamai dengan sesama (Lk 12:54-59). Pantaslah kalau orang orang Yahudi yang telah mendengar ajaran Yesus menjadi khawatir karena ini bertolak belakang dengan kepercayaan mereka. Mungkin mereka mengharapkan bahwa jawaban Yesus akan lebih menghibur setelah ajaran ajarannya yang keras. Tetapi Yesus malah mengatakan bahwa banyak yang akan gagal. Ini artinya bahwa kita dipanggil untuk mengikuti Kristus sepenuh hati. Kita diajak untuk “berjuang” sepenuh hati dengan terus menanggalkan segala keduniawian (kehormatan, harta, dan kenikmatan) supaya bisa masuk pintu surga yang sempit itu. Perjuangan kita harus dimulai sekarang, jam ini, detik ini. Kita tidak bisa menunda-nunda karena pintu kerajaan Surga tidak ditangan kita, tetapi ditangan sang pemilik Surga. Seperti orang Yahudi yang sebangsa dengan Yesus, kita tidak bisa mengandalkan hubungan kita denganNya (bahwa kita sudah menjadi umat Kristiani). Sebagai orang Katolik, ini artinya bahwa tidak cukup kalau kita hanya menerima sakramen, misalnya menyambut Komuni di Misa kudus, atau mendengarkan pengajaran pengajaran. Jangan salah! Sakramen dan pengajaran adalah penting, tetapi firman Allah haruslah dipraktekkan. Kita tidak hanya terus menerima tetapi juga ikut memberi. Kita bisa mengambil contoh ketujuh puluh murid yang siap diutus untuk mengabarkan kabar baik walaupun banyak tantangannya. Kita mau senantiasa dimurnikan, dikikis kemunafikan hati kita. Kita mau terus bertobat dan berdamai dengan sesama, dengan begitu hati kita akan mudah tergerak untuk menolong mereka yang menderita seperti yang dilakukan oleh orang Samaria itu. Sebenarnya inilah santapan rohani surgawi yang bisa kita nikmati dari sekarang! Kalau tidak percaya, cobalah ingat bagaimana indah rasanya saat mengalami pertobatan yang mendalam, atau menjalin perdamaian disaat konflik ada, atau menolong orang yang susah, atau pulang dari misi evangelisasi. Teman teman, jangan menyerah! Mari kita terus berjuang melewati pintu surga itu. Selama kita masih bernafas, pintu itu terbuka untuk kita. Kerahkanlah seluruh tenaga dan kemampuan kita. Janganlah ditunda-tunda. Sekaranglah waktunya! Fr. David, MGL
32
Fresh JUICE !
www.DOJCC.com
Vol. 35/2012