Geologi Daerah Penelitian
Batupasir pada satuan ini memiliki ketebalan 5-100cm, berwarna abu-abu, berukuran pasir halus-kasar, tufaan, bentuk butir menyudut hingga menyudut tanggung kemas tertutup, terpilah sedang, porositas sedang, kompak, dengan batas tegas sampai erosional. Struktur sedimen yang terlihat pada batupasir ini adalah perlapisan bersusun, laminasi sejajar, gelembur gelombang (T.abc sekuen Bouma), konvolut, slump, karbonatan, terdapat urat kalsit dan kuarsa. Dari data tersebut satuan batuan ini dinterpretasikan diendapkan dengan mekanisme turbidite. Batupasir ini pada umumnya memperlihatkan urutan vertikal menebal ke atas (Foto III.11 dan III.12). Foto III-11. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 11)
Foto III-12. T.abc sekuen Bouma pada Satuan Batupasir-Batulempung (CKG 12)
Dari analisis petrografi batupasir pada lokasi CNB 24 (Lampiran A), batupasir pada satuan ini diklasifikasikan ke dalam lithic wacke (Folk, 1974 dalam Tucker, Maurice, 2001). Batulempung pada satuan ini memiliki ketebalan 5-30cm, berwarna abu-abu, karbonatan, mengandung fosil formaninifera, menyerpih, getas dan mudah hancur. Sisipan konglomerat dengan ketebalan antara 10-60cm berwarna abu-abu terang 29
Geologi Daerah Penelitian
memiliki ukuran butir antara 1-10cm, membundar sampai membundar tanggung, kemas terbuka, dan terpilah buruk. Dari hasil analisis mikropaleontologi pada foraminifera plankton yang dilakukan pada conto batuan di lokasi CNB 15, CNB 22 dan CS 44 (Lampiran B), dengan fosil penunjuk Orbulina universa, Globoquadrina dehicens, Globigerinoides immaturus, Globorotalia mayeri, Globigerina nephentes, dan Globigerinoides sacculifer, didapatkan umur yaitu Miosen Tengah atau N14 (zonasi Blow, 1969). Satuan ini diendapkan pada zona batial atas berdasarkan foraminifera benthos Uvigerina peregrina, Cassidulinoides orientale, Bolivina, Gyrodina neosoldani, Sphaerodina buloides, Pseudorotalia, Cibicides lobatulus, Elphidium lessonii, dan Operculina complanata. Berdasarkan ciri litologi dan struktur sedimen yang terlihat, satuan ini diendapkan pada mekanisme arus turbidit. Hubungan stratigrafi terhadap satuan dibawahnya adalah selaras. Berdasarkan ciri litologi, analisis fosil dan posisi stratigrafi, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Cinambo (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989).
3.2.4 Satuan Breksi Satuan ini tersingkap di Sungai Ciharuman dan Sungai Cipicung. Satuan ini menempati sekitar 8% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna coklat tua pada peta geologi (lampiran H). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini yaitu sebesar ± 98 m. Satuan ini dicirikan dengan breksi dengan sisipan batupasir dan batulempung. Pada satuan batuan ini dijumpai banyak breksi masif (Foto III.13). Batupasir dan batulempung yang dijumpai pada satuan ini memiliki ketebalan antara 5-30cm. Struktur sedimen yang dapat dijumpai pada batupasir adalah lapisan bersusun dan laminasi sejajar (T.ab sekuen Bouma)
30
Geologi Daerah Penelitian
Foto III-13. Singkapan breksi pada Satuan Breksi (lokasi CP 18).
Breksi pada satuan ini berwarna abu-abu, tufan, karbonatan, besar butir kerakal sampai dengan bongkah, matrix supported, kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut tanggung-menyudut, fragmen terdiri dari batuan beku, batupasir, batugamping dan batulempung, matriks berupa batupasir karbonatan, dan kompak. Batupasir berwarna abu-abu kecoklatan karbonatan, besar butir sedang-kasar, pemilahan buruk, kemas terbuka, kompak. Batulempung memiliki ketebalan 5-30cm, berwarna abu-abu, karbonatan, mengandung fosil formaninifera, menyerpih, getas dan mudah hancur. Analisis sayatan petrografi yang dilakukan pada conto fragmen breksi berupa batugamping di lokasi CP 18 (Lampiran A), fragmen batugamping breksi tersebut berkomposisi Packstone (Dunham, 1962). Dari hasil analisis mikropaleontologi pada foraminifera plankton yang dilakukan pada conto batuan di lokasi CP 17 dan CP 19 (Lampiran B), dengan fosil penunjuk Globorotalia ascotaencis, Globoquadrina dehiscens, Globigerinoides trilobus, dan Globigerinoides immaturus, didapatkan umur satuan batuan ini yaitu Miosen Akhir atau N16-N17 (zonasi Blow, 1969). Satuan ini diendapkan pada zona batial atas berdasarkan foraminifera benthos: Pyrgo, Gyroidina soldani, Bolivina robusta, Texturalia sp., Pullenia, Cibicides lobatulus, Elphidium aduena, Amonia becarii, dan Chillostomella oolina.
31
Geologi Daerah Penelitian
Hubungan stratigrafi terhadap satuan dibawahnya adalah selaras dengan kontak yang berangsur, ditandai dengan kemunculan breksi setelah perselingan batupasir dan batulempung pada Sungai Cipicung dan Sungai Ciharuman. Berdasarkan ciri litologi, analisis fosil dan posisi stratigrafi, satuan ini disetarakan dengan Formasi Cantayan (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989).
3.2.5 Satuan Batulempung B Satuan ini tersingkap di Sungai Ciharuman. Satuan ini menempati sekitar 5% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna hijau tua pada peta geologi (lampiran H). Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan satuan ini yaitu sebesar ± 125 m. Satuan ini dicirikan dengan dominasi batulempung dengan sisipan tipis batupasir. Batulempung berwarna abu-abu gelap, karbonatan, mengandung fosil foaminifera, kompak (Foto III.14). Batupasir(5-8cm) berwarna abu-abu terang, karbonatan, berbutir halus-sedang, terpilah baik, kemas tertutup, dan kompak.
Foto III-14. Singkapan batulempung pada Satuan Batulempung B (lokasi CHR 4).
32
Geologi Daerah Penelitian
Dari hasil analisis mikroplaeontologi pada foraminifera plankton yang dilakukan pada conto batuan di lokasi CHR 4 dan CHR 6 (Lampiran B), dengan fosil penunjuk Orbulina universa, Globorotalia tumida, Globorotalia plesiotumida, Globigerinoides sacculifer, Globigerinoides rubber, Globigerinoides trilobus, dan Globigerinoides immaturus, didapatkan umur satuan batuan ini yaitu Miosen Akhir atau N18 (zonasi Blow, 1969). Satuan ini diendapkan pada zona batial atas sampai dengan neritik luar berdasarkan foraminifera benthos Cibicides sp, Sphaeoidina bulloides, Uvigerina peregrina. Gyroidina soldanii, Bullimina striata, Bullimina marginata, Cassidulina spp., dan Pullenia bulloides. Hubungan stratigrafi terhadap satuan dibawahnya adalah selaras dengan kontak yang berangsur, ditandai dengan kemunculan breksi pada Sungai Ciharuman. Berdasarkan ciri litologi, analisis fosil dan posisi stratigrafi, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi Bantarujeg (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989).
3.2.6 Satuan Batulempung C Satuan ini tersingkap di Sungai Cijambe. Satuan ini menempati sekitar 8% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna biru muda pada peta geologi (lampiran H). Ketebalan satuan ini, mengacu pada Djuhaeni dan Martodjojo (1989) adalah ± 650m. Satuan ini dicirikan batulempung yang tebal dan sisipan batupasir yang sangat tipis(5-10cm) (Foto III.15). Batulempung pada satuan ini berwarna abu-abu kehijauan, karbonatan, mengandung fosil formaninifera, dan getas. Batupasir berwarna abu-abu terang, ukuran butir halus–sedang, bentuk butir membundar sampai membundar tanggung, karbonatan, terpilah baik, kemas tertutup, kompak.
33
Geologi Daerah Penelitian
Foto III.15. Singkapan batulempung pada Satuan Batulempung Subang (lokasi CJB 5).
Dari hasil analisis mikropaleontologi pada foraminifera plankton yang dilakukan pada conto batuan di lokasi CJB 5 dan CJB 7 (Lampiran B), dengan fosil penunjuk Orbulina universa, Orbulina suturalis, Pulleniatina primalis, Globorotalia tumida, Globigerinoides rubber, dan Pulleniatina obliquiloculata, didapatkan umur satuan batuan ini yaitu Pliosen atau N19 (zonasi Blow, 1969). Satuan ini diendapkan pada zona neritik tengah berdasarkan foraminifera benthos Cibicides cf., Lenticulina sp., Bulimina sp., Uvigerina sp., dan Amphicorinacaleris. Berdasarkan sifat fisik di lapangan, satuan batuan ini disetarakan dengan Formasi Subang. Pada daerah penelitian, batas satuan ini diperkirakan dibatasi oleh sesar anjak dengan Satuan Batulempung A dan sesar normal terhadap Satuan KonglomeratBatupasir. Hubungan stratigrafi terhadap satuan dibawahnya adalah selaras di atas Satuan Batulempung B, mengacu pada peneliti terdahulu (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989).
3.2.7 Satuan Konglomerat-Batupasir Satuan ini tersingkap di daerah Cibeber pada Sungai Cibayawak, Sungai Cicariu, Sungai Ciranca, Sungai Cilontar dan Sungai Cipaingeun dan di daerah Darmawangi pada Sungai Cisaar. Satuan ini menempati sekitar 28% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna coklat muda pada peta geologi (lampiran H).
34
Geologi Daerah Penelitian
Satuan batuan ini dicirikan dengan kehadiran konglomerat, batupasir dengan sisipan batugamping (Foto III.17) dan batulempung. Konglomerat pada satuan ini berwarna coklat, besar butir kerikil sampai dengan bongkah, pemilahan buruk, kemas terbuka, fragmen berupa batuan beku, tufaan, matriks berukuran pasir sedang sampai kasar dan kompak (Foto III.16). Hasil analisis petrografi yang dilakukan pada conto matriks breksi di lokasi CBK 20 (Lampiran A), didapatkan matriks breksi tersebut adalah tuff gelas (Folk, 1974). Hasil analisis petrografi yang dilakukan pada conto batu gamping di lokasi PRG 12 (Lampiran A), didapatkan batugamping tersebut adalah Packstone (Dunham, 1962)
Foto III-16. Singkapan konglomerat pada Satuan Konglomerat-Batupasir (lokasi CBK 13).
35
Geologi Daerah Penelitian
Foto III-17. Singkapan batugamping pada Satuan Konglomerat -Batupasir (lokasi CS 62).
Singkapan batupasir pada satuan ini pada umumnya memiliki kedudukan lapisan yang relatif tegak (Foto III.17). Struktur sedimen yang teramati pada batupasir adalah laminasi sejajar. Batupasir pada satuan ini memiliki ketebalan 5 – 100 cm, berwarna abu-abu terang, sebagian bersifat karbonatan, ukuran butir halus sampai sedang, bentuk butir membundar sampai membundar tanggung, pemilahan baik, keras, tertutup, dan kompak.
Foto III-18. Singkapan batupasir sisipan batulempung pada Satuan Konglomerat-Batupasir (lokasi CJB 7).
Singkapan batulempung pada satuan ini kaya akan fosil moluska air tawar. Batulempung pada satuan ini berwarna coklat, karbonatan, kaya akan fosil moluska, getas dan mudah hancur (Foto III.19).
Foto III-19. Singkapan batulempung pada Satuan Konglomerat-Batupasir (lokasi CS 69).
36
Geologi Daerah Penelitian
Dengan adanya ciri litologi yang didominasi oleh konglomerat dan batupasir yang memperlihatkan struktur sedimen crossbedding, maka dapat disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan pada sistem pengendapan braidded river (Walker, 1992). Pada satuan ini tidak diemukan fosil foraminifera sehingga umur satuan ini mengacu pada peneliti terdahulu (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989), yaitu Pleistosen. Kontak satuan ini dengan satuan dibawahnya diinterpretasikan tidak selaras. Berdasaran ciri litologi seperti yang telah diuraikan di atas, maka satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Citalang (Djuhaeni dan Martodjojo, 1989).
3.2.8 Satuan Intrusi Andesit Satuan ini tersingkap secara setempat-setempat di Batu Agung, Gunung Batu dan Gunung Maung (Foto III.20). Satuan ini menempati sekitar 1% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna merah pada peta geologi (lampiran H).
Foto III-20 Tubuh Intrusi Andesit pada Satuan Intrusi Andesit (CS 85)
37
Geologi Daerah Penelitian
Hasil analisis petrografi yang dilakukan pada conto batuan intrusi di lokasi CS 85 (Lampiran A) didapatkan batuan berkomposisi Andesit. Pada peta geologi daerah penelitian (lampiran H), terlihat intrusi yang terjadi menembus Satuan Batulempung Cisaar dan Satuan Batupasir-Batulempung Cinambo maka diambil kesimpulan bahwa Satuan Intrusi Andesit ini berumur Miosen Tengah. Pada peta geologi regional (Djuri, 1973) terlihat bahwa intrusi yang ada tidak hanya menembus batuan yang tua saja tetapi juga menembus batuan yang lebih muda di daerah penelitian yaitu Satuan Konglomerat Citalang.yang berumur Pleistosen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa satuan ini berumur Pleistosen.
3.2.9 Satuan Breksi Volkanik Satuan ini tersingkap di tebing Sungai Cimanuk di daerah Parakankondang. Satuan ini menempati sekitar 9% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan warna ungu pada peta geologi (lampiran H). Satuan batuan ini dicirikan oleh hadirnya breksi volkanik (Foto III.21). Breksi volkanik berwarna abu-abu terang, tersusun oleh fragmen andesit, tuff, besar butir kerikil-bongkah, bentuk butir menyudut tanggung sampai menyudut, terpilah buruk, kemas terbuka, matriks tufaan, kompak.
Foto III-21 Singkapan Breksi Vulkanik pada Satuan Breksi Vulkanik (Sungai Cimanuk)
Dari hasil analisis petrografi yang dilakukan pada conto fragmen breksi volkanik di lokasi MGH 22 (Lampiran A) didapatkan fragmen dengan komposisi andesit. 38
Geologi Daerah Penelitian
Pada satuan ini tidak ditemukan fosil foraminifera sehingga umur satuan ini mengacu pada peneliti terdahulu (Djuri, 1973) yaitu Plestosen. Satuan ini diendapkan pada lingkungan darat dan diendapkan secara tidak selaras terhadap satuan dibawahnya.
3.2.10 Satuan Aluvial Satuan ini tersingkap di sungai Cimanuk dan Sungai Cisaar. Satuan ini menempati sekitar 2% daerah penelitian. Satuan ini ditandai dengan abu-abu pada peta geologi (lampiran H). Berdasarkan pengamatan, ketebalan satuan ini sebesar ± 5 meter. Satuan ini dicirikan oleh hasil rombakan dari satuan batuan yang lebih tua. Satuan ini tersusun oleh endapan material-material lepas yang berukuran lempung sampai bongkah (Foto III.22). Material yang berukuran kerakal sampai bongkah terdiri dari batupasir, basalt, dan andesit, dengan bentuk butir membulat sampai membulat tanggung.
Foto III-22 Singkapan Endapan Aluvial pada Satuan Endapan Aluvial (Sungai Cisaar)
Satuan ini memiliki hubungan yang tidak selaras terhadap satuan yang ada dibawahnya. Satuan ini berumur resen karena pengendapan satuan ini masih terus berlangsung sampai saat ini.
39
Geologi Daerah Penelitian
3.3 Struktur Geologi
3.3.1 Pola Kelurusan Daerah Penelitian Berdasarkan hasil pemetaan geologi dan analisis kelurusan peta topografi (Gambar III.2), pola struktur yang berkembang pada daerah peneltian adalah pola kelurusan berarah barat-timur dan baratlaut-tenggara sebagai pola struktur lipatan dan struktur sesar anjak. Dari penafsiran di atas, penulis mencoba menjelaskan dan menyimpulkan struktur yang ada pada daerah penelitian berdasarkan data lapangan. Data lapangan tersebut berupa perubahan stratigrafi dari jurus dan kemiringan lapisan, gejala-gejala struktur berupa gawir sesar, zona hancuran, lapisan tegak, kekar gerus berpasangan, breksiasi dan sesar minor. Data-data tersebut didukung oleh pola kelurusan peta topografi daerah penelitian dan hasil pengolahan data struktur berupa kekar gerus dan sesar minor yang menghasilkan tegasan utama yang mengontrol struktur daerah peneltian.
40
Geologi Daerah Penelitian
Gambar III.3 Peta kelurusan sungai dan kelurusan bukit.
Pola Kelurusan Bukit
Pola Kelurusan Sungai
Gambar III.4 Pola kelurusan bukit dan pola kelurusan sungai 41
Geologi Daerah Penelitian
3.3.2 Struktur lipatan Struktur lipatan di daerah penelitian ditemukan pada Satuan BatulempungBatupasir, Satuan Breksi, dan Satuan Konglomerat-Batupasir. Lipatan yang ditemukan berupa lipatan antiklin dan sinklin dengan sayap lipatan relatif agak terjal. Lipatan pada satuan Batupasir-Batulempung terdiri atas lipatan antiklin
dan
lipatan sinklin yang pada umumnya terdapat secara setempat-setempat di dekat sesar naik. Lipatan pada Satuan Breksi berupa lipatan sinklin. Lipatan yang terdapat pada Satuan Konglomerat-Batupasir berupa lipatan sinklin dan antiklin. Data pengukuran sayap-sayap lipatan yang beupa jurus dan kemiringan lapisan tercantum dalam lampiran C. Berdasarkan satuan batuan yang terlibat, pola lipatan yang berkembang di daerah penelitian ditafsirkan terbentuk pada kala Pliosen dengan arah tegasan kompresi yang tegak lurus terhadap bidang sumbu yaitu timurlaut-baratdaya. Pembentukan sinklin Pasir Malati terjadi pada kala Plistosen dengan arah sumbu relatif barat-timur, dengan arah tegasan tegak lurus terhadap arah bidang sumbu
3.3.3 Struktur sesar Sesar-sesar naik pada daerah penelitian mempunyai arah umum baratlaut-tenggara dengan kemiringan berarah baratdaya. Sesar ini diwakili oleh Sesar Cinambo I, Sesar Cinambo II, Sesar Cinambo III, sesar Cisaar I, dan Sesar Cisaar II. Sesar-sesar mendatar pada daerah penelitian memiliki arah umum timurlaut-baratdaya, dan barat laut-tenggara. Sesar mendatar ini dinterpretasikan sebagai sesar sobekan (tear fault) yang memotong sesar naik daerah penelitian. Sesar sobekan didefinisikan sebagai suatu sesar mendatar berskala kecil atau sesar mendatar lokal yang berasosiasi dengan struktur lainya, yaitu lipatan dan sesar anjak ataupun sesar normal (Twiss dan Moore, 1992). Pola sesar normal pada daerah penelitan terdapat di daerah Pasir Cariang.Umur relatif suatu sesar pada umumnya dapat diperkirakan dari umur satuan batuan termuda yang dipengaruhinya. Berdasarkan hal tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa sesar-sesar naik yang berarah baratdaya-timurlaut terbentuk pada pasca Pliosen, sedangkan sesar normal terbentuk pada pasca Pleistosen. Secara lebih detail dan terperinci, analisis mengenai struktur geologi akan dibahas pada bab analisis struktur geologi. 42