III.4.1.3 Sekuen Mid Maximum Rift – Sekuen Pematang 5 Sekuen mid maximum rift diwakili oleh paket sedimen Pematang 5. Ruang akomodasi yang tersedia pada masa ini sangat besar dan berkorelasi dengan pergerakan border fault “m1” berarah utara-selatan dengan ujung segmen sesar membentuk cabang sesar normal berarah N30o-45°E. Cabang sesar bagian selatan yaitu sesar “t” menunjukkan gerakan normal yang lebih kecil dibanding segmen utama “m1” (Gambar III.19). Pada daerah perpotongan sesar “m1” dan “t”, data seismik menunjukkan bidang sesar dikubur oleh sedimentasi yang kuat dari blok footwall di bagian barat. Blok ini sebenarnya merupakan blok sesar yang terotasi oleh pergerakan sesar “m2” dari sistem sesar tangga berarah utara-selatan (lihat Gambar III.2).
Pada masa pengendapan Pematang 5 ekstensi mencapai laju maksimum, membentuk ruang akomodasi tambahan terhadap ruang akomodasi sebelumnya yang tidak terisi sedimen saat pengendapan sekuen Pematang 4. Sesar “m1” digunakan kembali oleh deformasi selama pengendapan Pematang 5 sebagai media akomodasi pergerakan ekstensi. Ekstensi tahap ini membentuk ruang akomodasi tunggal yang sangat besar sehingga membentuk cekungan yang dalam dan lebih luas dibanding sebelumnya seperti ditunjukkan pada Gambar III.19.
Karakter ruang akomodasi besar dan tunggal ini sangat mirip dengan karakter arsitektur cekungan saat Formasi Brownshale diendapkan pada beberapa sub cekungan di bagian selatan cekungan Sumatera Tengah seperti Aman, Balam, Kiri dan Rangau. Patut diduga pengendapan sekuen Pematang 5 ini bersamaan waktu dengan ekstensi maksimum pada beberapa sub cekungan atau grabengraben di bagian selatan seperti tersebut diatas.
Pada tahap ini erosi di daerah tinggian menjadi lebih intensif oleh karena pengangkatan blok-blok footwall. Selain itu proses pelapukan blok-blok tinggian telah cukup waktu, sehingga suplai sedimen dari pelapukan dan erosi mampu mengikuti laju pertumbuhan subsidence cekungan.
53
Keseimbangan ini membentuk pola sedimentasi agradasi dengan perulangan endapan fluvial sehingga mencapai tebal lebih dari 1700 kaki pada blok footwall di bagian barat. Di bagian tengah cekungan diperkirakan proses ekstensi berlangsung bertahap seiring dengan laju suplai sedimen. Tampak pertumbuhan sedimen yang ditunjukkan oleh perkembangan dip lapisan yang makin besar untuk sedimen yang lebih tua (lihat Gambar III.3)
Sedimentasi tahap rifting maksimum terkonsentrasi pada satu deposenter di muka sesar “m1”. Ruang akomodasi “kumulatif” minimum yang tersedia selama pengendapan sekuen Pematang 5 mencapai 4500 kaki (Gambar III.19). Patut dicatat dan disadari bahwa ketebalan sekuen Pematang 5 ini tidak dapat langsung ditafsirkan sebagai paleo bathimetri (paleo water depth) karena ruang kedalaman tubuh air tidak selalu dapat diisi oleh sedimen sejalan pertumbuhan ruang akomodasi. Selain itu kemungkinan ketebalan 4500 kaki sedimen merupakan perulangan rekaman ruang akomodasi sehingga tidak langsung mencerminkan kedalaman air pada saat itu.
Datum muka air saat pengendapan dapat diperkirakan saat ini berada pada ketinggian posisi paket sedimen Pematang 5 di sumur Footwall-1 yang menembus perulangan sedimen fluvial dan rawa-rawa dengan sisipan-sisipan tipis batubara mencapai total ketebalan 1700 kaki (lihat garis-garis hitam pada log Gambar III.5). Setiap paket siklus sekuen fluvial dan batubara menjadi penciri yang baik untuk memperkirakan level muka air saat itu karena muka air rawa umumnya sejajar dengan muka air danau. Kunci untuk mengetahui kedalaman muka air di tiap siklus-nya adalah dengan cara mengamati dan mencari kemenerusan reflektor paket sedimen yang seumur ke arah dasar cekungan dan dianggap sebagai bagian dasar tubuh air pada waktu itu. Apabila ditemukan reflektor yang onlap terhadap posisi reflektor datum muka air di tepi cekungan, maka ketebalan paket sedimen dibawah reflektor yang onlap sampai refleksi yang dianggap sebagai bagian dasar tubuh air di bagian tengah cekungan, akan mewakili gambaran kedalaman air pada saat itu. Dengan teknik ini
55
diperkirakan kedalaman danau pada titik tengah cekungan saat akhir pengendapan sekuen Pematang 5 berkisar antara 100-150 meter.
Rifting maksimum dicirikan oleh retrogradasi dan agradasi dari sekuen sedimen yang berasal dari hangingwall (Prosser, 1993). Pada bagian footwall agradasi berlanjut dari agradasi sebelumnya. Karakter penampang seismik pada sekuen ini dicirikan oleh geometri retrogadasi pada daerah slope hangingwall maupun pada sistim sedimentasi asal footwall. Laju transgresi akan menentukan besarnya agradasi dan progradasi pada daerah slope hangingwall dimana dip yang bersudut kecil dapat berarti retrogradasi dan penenggelaman akan berlangsung cepat. Sedimen yang diendapkan pada tengah cekungan akan menunjukkan reflektor yang lebih kontinyu dan menampilkan divergensi reflektor kearah bidang sesar. Ciri-ciri rifting maksimum yang disebutkan diatas, konsisten dengan karakter sekuen Pematang 5.
Karakter interaksi sesar border fault dengan rekaman paket sedimen bervariasi sepanjang sesar utama “r1”, “m1”, dan t. Di bagian utara pada bagian segmen sesar “r1” tampak sangat jelas bidang sesar berlaku sebagai pembatas slope pengendapan dengan arah pengendapan hampir tegak lurus terhadap bidang sesar “r1” sehingga dijumpai kenampakan progradasi perlapisan dari
footwall
melewati bidang sesar menuju ke arah tengah cekungan. Sudut inklinasi reflektor seismik terhadap bidang sesar menyudut sekitar 10-20o mengikuti kestabilan sedimen pada lereng.
Pada bagian tengah segmen sesar “m1” terdapat dua karakter interaksi dip reflektor seismik terhadap bidang sesar. Di bagian utara tampak bahwa reflektor seismik membentuk pola divergensi yang jelas dengan kontak semacam onlap bersudut besar sekitar 30º terhadap bidang sesar dan onlap ke arah tepian bagian timur dengan perkiraan sudut kontak lebih landai sekitar 10o. Pola interaksi tersebut menandakan adanya pertumbuhan ruang akomodasi selama pengendapan dan suplai material sedimen melalui sistem transport sepanjang sumbu cekungan (axial transport) kemungkinan dominan berasal dari arah utara.
56
Ke arah selatan terjadi transisi pola interaksi reflektor seismik terhadap bidang sesar yaitu dimulai pada perpotongan sesar utama “m1” dan “t” (Gambar III.19). Pada daerah ini pola reflektor seismik menyudut hampir sejajar terhadap bidang sesar dengan sudut antara 1°-5° derajat. Arah sedimentasi berasal dari bagian barat dari arah footwall dan maju ke arah timur menggerus dan mengubur bidang sesar dengan sudut kemiringan slope relatif tinggi dan akhirnya reflektorreflektor tersebut kontak terhadap lapisan yang lebih tua dengan pola downlap. Bentuk pola prograding downlap ini membentuk geometri kipas yang ditafsirkan sebagai kipas bawah air pada kondisi danau dalam.
Ke arah selatan pada segmen sesar “m” pola hubungan reflektor seismik pada sekuen Pematang 5 berubah kembali menjadi pola onlap bersudut besar terhadap border fault dan menyudut kecil terhadap paket sekuen yang lebih tua di tepian.
Pada bagian barat di bagian footwall berdasarkan data sumur Footwall-1 sekuen rifting maksimum ini diwakili oleh tumpukan perulangan dengan urutan litologi menghalus keatas dengan perselang-selingan dari batupasir, lanau dan lempung dengan beberapa sisipan batubara, membentuk perulangan setebal lebih kurang 1700 kaki. Amalgamasi litologi dengan ciri agradasi sedimen ini ditafsirkan sebagai keseimbangan antara subsidence dan suplai sedimen yang cukup besar. Sedimentasi pada bagian tengah cekungan didominasi oleh sedimentasi jalur transport sepanjang sumbu cekungan. Pada bagian terdalam diendapkan sedimen yang berukuran butir halus dari sedimen pelagic, suspensi dan kemungkinan sedimen turbidit ataupun slump.
Sebagai ringkasan dari pembahasan sekuen Pematang 5 paket sedimen Mid maximum rift dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pola refleksi seismik divergen terhadap bidang sesar border fault mengikuti pergerakan sesar. Dengan kata lain pola dip perlapisan menunjukkan pertumbuhan sudut perlapisan terhadap border fault dengan pusat pada engsel putar cekungan (hinge margin).
57
2. Distribusi sedimen paling tebal berada di depan sesar-sesar utama pembentuk cekungan mencirikan rekaman pergerakan sesar. 3. Agradasi sedimen yang sejalan dengan pertumbuhan sesar ditunjukkan oleh lebih dari 1700 kaki perulangan sedimen fluvial dengan lapisanlapisan tipis sebagai penyusunnya pada bagian blok footwall di bagian barat.
III.4.1.4 Sekuen Late Maximum Rift - Pematang 6 Sekuen late maximum rift diwakili oleh sekuen Pematang 6. Tahap ini dicirikan oleh penurunan aktifitas ektensi pada sesar utama “m1” di bagian barat, namun terjadi peningkatan aktifitas sesar pada sesar-sesar “r1”, “r2” dan “r3” berarah timurlat-baratdaya membentuk ruang akomodasi baru di bagian timur dan selatan (Gambar III.20). Perubahan ini membentuk kedalaman-kedalaman baru di bagian timur dan membuat pergeseran deposenter pada saat pengendapan Pematang 6 berubah ke arah timur seperti ditunjukkan Gambar III.20.
Dari analisis stratigrafi seismik akhir ekstensi maksimum ini diikuti oleh penurunan suplai sedimen diduga akibat degradasi daerah drainase. Delta pada pantai di tepian cekungan yang sebelumnya terbentuk menjadi tenggelam dan garis pantai menjadi mundur. Gejala ini dicirikan oleh pola-pola onlap menuju arah luar cekungan atau terjadi retrogradasi lemah. Namun dijumpai pada sumur Footwall-1, sekuen Pematang 6 dijumpai relatif lebih kasar dibandingkan sebelumnya. Hal ini dimungkinkan karena ada pergerakan sesar “m2”di barat sumur footwall-1 (lihat Gambar III.6) yang mengarahkan jalur suplai sedimen ke daerah rendahan yang terbentuk di dekat sumur Footwall-1 dan dicirikan oleh refleksi lemah yang tidak kontinyu. Sistem transport sedimen masih didominasi oleh sistem sepanjang sumbu memanjang cekungan (axial transport)
Pada tahap ini, daerah drainase telah terdegradasi dan suplai sedimen datang dari hampir semua arah tepian cekungan. Pelamparan sedimen pada tahap ini lebih meluas dari tepi ke tepi cekungan. Laju penurunan cekungan yang kecil ditunjukkan oleh berkurangnya divergensi sudut reflektor seismik terhadap
58
border fault di muka sesar “m1”. Bentuk segitiga pengendapan (sedimentary wedge) tidak lagi dominan pada pengisian cekungan.
Pelamparan sedimen pada tahap ini menunjukkan lebih banyak even seismik yang kontinyu dan hampir paralel. Indikasi reflektor yang paralel dan kontinyu mencirikan berkurangnya energi pengendapan dibanding tahap sebelumnya. Penyebaran ketebalan sedimen lebih merata dari pinggir cekungan di daerah footwall di bagian barat ke arah tengah cekungan sampai tepian cekungan di bagian timur seperti ditunjukkan pada ilustrasi Gambar III.2 dan III.3. Penipisan terjadi pada daerah yang merupakan puncak dari blok sesar terotasi di tepi cekungan. Penyebaran sekuen akhir dari maximum rift ini seperti membentuk selimut terhadap sekuen yang sudah ada sebelumnya.
III.4.1.5 Sekuen Early Post Rift – Sekuen Pematang 7 Sekuen early post rift ini diwakili oleh sekuen Pematang 7. Sekuen awal pasca rifting cekungan dicirikan oleh berkurang secara drastis atau berhentinya aktifitas penurunan cekungan dan suplai sedimen yang juga menurun. Pada Sub Cekungan Barumun sekuen ini tampak sebagai penyebaran lapisan sedimen yang dalam sayatan seismik muncul sebagai reflektor yang relatif tipis dibanding reflektor dari lapisan sebelumnya, kontinyu hampir paralel dan memiliki amplitudo kuat serta melampar luas hampir menutup semua tepian cekungan kecuali pada tinggian-tinggian di atas datum pengendapan.
Pada peta isopach Gambar III.21 tampak penyebaran ketebalan sekuen ini hampir merata di bagian tengah cekungan dan menipis di beberapa tempat yang sebelumnya memang tinggian. Penebalan sekuen ini sebagian besar adalah pengisian sisa ruang akomodasi yang belum terisi pada tahap sebelumnya dan mulai timbulnya depresi bagian dasar cekungan oleh karena kompaksi pada sedimen yang sudah diendapkan sebelumnya.
59
Kompaksi akan mengakibatkan pembentukan ruang akomodasi tambahan paling besar tepat diatas dari ketebalan sedimen maksimum seperti tampak pada Gambar III.21. Penafsiran bahwa penurunan cekungan akibat sesar telah terhenti didasarkan pada kenampakan sayatan seismik yang tidak lagi menunjukkan divergensi kontak onlap reflektor seismik terhadap bidang sesar (lihat Gambar III.3). Sekuen ini pada beberapa bagian sudah mulai mengubur sesar-sesar pembatas cekungan dan sekuen ini tidak lagi dipotong oleh sesar.
Inversi lemah ditandai oleh pembentukan antiklin-antiklin inversi kecil di bagian paling barat dari sesar utama “m2” dan “m3” cekungan ditunjukkan dalam Gambar III.21. Pembentukan struktur tinggian sepanjang sesar utama (border fault) mengakibatkan sedimentasi diatasnya menjadi tipis pada puncak antiklin sebagai indikasi aktifitas struktur terjadi sebelum deposisi interval yang lebih muda. Di bagian tengah cekungan tampak bahwa paket sekuen Pematang 7 tidak bersandar langsung pada bidang sesar utama namun diendapkan deangan pola onlap diatas bidang batas sekuen Pematang 6 yang diendapkan sebelumnya (lihat Gambar III.3).
Ciri-ciri diatas menunjukkan aktifitas struktur sudah mulai menurun atau hampir berhentinya aktifitas ekstensi rifting cekungan oleh pergerakan sesar-sesar utama. Ruang akomodasi yang tersedia untuk sedimentasi adalah sisa ruang akomodasi pengendapan Pematang 6 dan bentukan oleh subsidence akibat kompaksi sedimen ataupun thermal cooling.
Gejala pengisian bagian tengah cekungan oleh sistem axial transport sepanjang sumbu cekungan sangat tampak selama pengendapan sekuen Pematang 7 dengan dijumpainya pola onlap menuju arah luar cekungan (lihat Gambar III.3). Kondisi pengisian cekungan ini menunjukkan juga bahwa aktifitas subsidence oleh rifting sudah atau hampir berhenti sementara suplai sedimen cenderung tetap.
61
Selama pengendapan sekuen Pematang 7 sistem transport sedimen sepanjang sumbu tengah cekungan menjadi dominan dan jalur-jalur sedimen sepanjang footwall yang sebelumnya ada menjadi terhenti oleh adanya pembentukan antiklin di bagian barat dan karena itu dijumpai urutan menghalus ke atas pada sekuen Pematang 7 di sumur Footwall-1 (lihat Gambar III.7)
Di tepi bagian barat Sub Cekungan Barumun, pada blok footwall, terjadi struktur antiklin yang kemungkinan memunculkan sebagian kecil sekuen di atas muka air sehingga dimungkinkan sedimen pada sekuen ini terpapar oleh sinar matahari dan oksigen, menimbulkan terjadinya oksidasi material sedimen yang muncul sebagai lapisan lumpur merah yang sering diasosiasikan sebagai red bed. Litologi lempung atau lumpur merah dari Pematang 7 dijumpai dari ampas bor pada saat pemboran sumur Footwall-1 berlangsung. Pada akhir tahap ini pengisian cekungan dan pendangkalan bagian tengah cekungan mulai terjadi.
III.4.1.6 Sekuen Late Post Rift – Sekuen Pematang 8 Sekuen akhir pasca rifting cekungan dicirikan oleh tidak adanya penurunan cekungan akibat pergerakan border fault. Suplai sedimen yang sebelumnya kecil menjadi meningkat diduga karena pengangkatan di bagian drainase cekungan pada tingian-tinggian di luar cekungan. Pengangkatan semi regional sebagian tepian cekungan di bagian barat dapat diamati dari munculnya reflektor-reflektor seismik dari sekuen ini yang menipis ke arah barat dan akhirnya memiliki kontak onlap terhadap lapisan yang lebih tua. Sementara di bagian timur tidak begitu tampak gejala ini dari penampang seismik yang ada. Pada data seismik secara umum sekuen ini tampak menyerupai selimut yang menutupi cekungan rifting melewati batas terluar dari border fault.
Tampak bahwa Pematang 8 merupakan sedimen yang diendapkan secara relatif merata dan tidak dipengaruhi lagi oleh aktifitas sesar-sesar utama pembentuk cekungan (lihat Gambar III.2). Ekstensi oleh sesar bisa dikatakan telah berhenti. Ruang akomodasi yang terbentuk didominasi oleh penurunan cekungan akibat kompaksi sedimen yang diendapkan sebelumnya. Hal ini dicirikan oleh
63
penebalan pada bagian tengah cekungan berhubungan dengan sedimen paling tebal dan bukan disebabkan oleh aktifitas sesar.
Sekuen Pematang 8 dijumpai memiliki kontak onlap terhadap bagian dasar pengendapan hanya di bagian barat cekungan. Kondisi ini mengarahkan penafsiran bahwa telah terjadi pengangkatan bagian barat cekungan sehingga menjadi lebih tinggi dibandingkan bagian tengah cekungan.
Penipisan dan onlap ke arah barat cekungan menjadi penciri aktifitas tektonik atau struktur regional berupa pengangkatan dan atau pemiringan (tilting) cekungan pada bagian barat. Terdapat penebalan-penebalan reflektor seismik lokal yang berhubungan dengan depresi di sekitar antiklin-antiklin yang mungkin terbentuk oleh drape atau differential compaction bulge (lihat Gambar III.2 dan III.3).
Peta isopach (Gambar III.22) juga menunjukkan konsistensi penyebaran ketebalan sekuen ini hampir merata di bagian tengah cekungan namun tidak lagi ada tanda-tanda penebalan yang berasosiasi dengan aktifitas pergerakan sesarsesar utama pembatas cekungan. Penurunan cekungan lebih didominasi oleh kompaksi sedimen dan pemantapan akhir (settlement) dari sesar-sesar muda yang memotong sekuen sebelumnya.
Oleh karena laju subsidence yang lambat dan suplai sedimen yang cenderung meningkat karena peremajaan daerah drainase cekungan maka rekaman stratigrafi menunjukkan gejala sedimentasi yang berenergi tinggi dengan didominasi oleh material silisiklastik kasar seperti batupasir ataupun batupasir kerikilan. Sekuen ini menandai akhir dari seluruh seri sekuen rifting.
64
Untuk memudahkan pemahaman perkembangan cekungan, disusun diagram tektonostratigrafi Sub Cekungan Barumun yang dapat dilihat pada Gambar III.23.
III.4.2 Penafsiran Sedimentasi Pengisian Cekungan Penafsiran lingkungan pengendapan pada penelitian ini didasarkan pada data-data seismik dengan menggunakan metode stratigrafi seismik, pemetaan isopach, atribut seismik amplitudo RMS dan spectral decomposition dan integrasi data sumur Footwall-1.
Dengan memperhatikan bentuk-bentuk atau morfologi paket-paket seismik, stratigrafi seismik, pola struktur, peta isopach dan susunan litologi pada sumur Footwall-1 maka dapat diperoleh hubungan relatif antara penafsiran lingkungan pengendapan yang divalidasi oleh data sumur di blok footwall dengan bagian tengah cekungan yang relatif lebih dalam.
Atribut seismik yang dipakai adalah atribut dari turunan amplitudo seismik dan turunan frekuensi. Dipilih metode RMS amplitude untuk mendapatkan nilai ekstraksi amplitudo rata-rata mutlak sehingga selalu mewakili amplitudo refleksi seismik meski penarikan horison dilakukan secara berbeda pada peak ataupun trough dari trace ke trace. Spectral decomposition dipilih karena memiliki kelebihan pada penggambaran geometri lapisan-lapisan tipis yang diduga dominan pada stratigrafi pengisi cekungan ini, dan diharapkan muncul pada frekuensi-frekuensi tertentu.
Perlu untuk diketahui bahwa ekstraksi ini dilakukan pada rentang 10-20 milidetik mengikuti penarikan horison seismik (horizon based extraction) sehingga atribut seismik yang diperoleh hanya mewakili bagian paling atas dari interval sekuen yang dibahas. Ekstraksi pada interval paket yang terlalu tebal hanya akan mengaburkan geometry stratigrafi yang ada karena amplitudo akan bertumpuk dari masing-masing reflektor. Ektraksi atribut frequensi spectral decomposition dilakukan dengan cara yang sama, namun mengekstraksi amplitudo dari tiap-tiap spektrum frekuensi rekaman seismik.
66
Pembahasan selanjutnya dititikberatkan pada tatanan sedimentasi di daerah seismik 3D dengan ilustrasi model diagram blok yang disusun dari interpretasi data seismik 3D dan seismik 2D. Khusus untuk paket pre rift tidak dilakukan ekstraksi atribut seismik oleh karena tingkat kesulitan ekstraksi yang lebih tinggi akibat deformasi oleh struktur yang komplek serta posisi paket yang lebih dalam.
III.4.2.1 Sedimentasi Paket Pre-Rift Oleh karena tidak ada data sumur yang menembus interval pre-rift dan sulitnya digunakan atribut seismik pada kedalaman lebih dari 2000 milidetik maka penafsiran sedimentasi paket ini hanya didasarkan atas karakter internal seismik paket ini dan pola distribusinya
Distribusi paket Pematang 1-2-3 ini terlihat sebagai lapisan tipis yang mulai muncul dari belakang border fault Sub Cekungan Barumun paling barat, menebal dan maju ke sesar “m1” sampai titik tengah cekungan dan menipis lagi ke arah timur dengan geometri menyerupai pola downlap. Penipisan pada bagian footwall tampaknya merupakan akibat dari erosi blok footwall saat blok sesar terangkat terlihat pada Gambar III.11.
Karakter internal progradasi toplap dan downlap yang tampak jelas pada blok footwall memiliki arah progradasi ke tenggara sehingga ditafsirkan sumber sedimen yang mensuplai paket ini berasal dari barat atau baratlaut.
Menilik ketebalan paket atau sekuen “pre-rift” kemungkinan besar paket ini bukanlah sedimen pre-rift konvensional yang terbentuk sebelum mulainya rifting namun lebih cenderung sebagai paket sedimen yang diendapkan pada satu cekungan sedimenter yang memiliki ruang akomodasi besar dengan kemiringan dasar pengendapan yang cenderung landai.
Ada dua kemungkinan penafsiran tatanan deposisi sekuen pra rifting ini, pertama tatanan sedimentasi cekungan bahu tepian benua yang terbuka dengan laut. Alternatif kedua adalah sedimentasi pada tatanan intra kontinen, skenario ini
68
mensyaratkan ukuran cekungan dan drainase yang sangat besar. Hal ini diduga dari sebaran paket Pematang 1-2-3 yang sangat luas lebih dari 200 kilometer persegi. Dugaan sementara bahwa paket sedimen ini adalah rekaman pembentukan cekungan sumatera tengah pada periode yang lebih tua pada Eosen.
Gambaran alternatif penjelasan lingkungan pengendapan paket Pematang 1-2-3 digambarkan dalam ilustrasi Gambar III.24. Pada ilustrasi ini menganut deposisi pada cekungan rifting dengan batas-batas sesar normal. Salah satu cara terbaik membuktikan alternatif mana yang lebih dapat diterima adalah dengan melakukan pemboran menembus paket sedimen ini mencoba mengetahui litologi penyusun dan umur paket sedimen tersebut.
CSB giant fan solution S
N
Pre Rift Delta Axis
Side lobe
• Intra continental fan • Post Mergui emplacement • Early deposit of greater CSB rift • Paleocene-Eocene? • Recycled Mergui deposit
N-NE Fault Scarp
N Emerging surface
Delta foreset sands
Prodelta shale/mud
• Contractional structure style? • Slump? – contra regional dip
Gambar III.24 Alternatif penafsiran model sedimentasi sekuen pre-rift. Model fan pada cekungan rifting dalam lakustrin. III.4.2.2 Sedimentasi Rift Initiation dan Early Maximum Rift Seperti sudah dibahas pada bagian tektonostratigrafi, sedimentasi paket rift initiation berlangsung pada kondisi cekungan yang turun secara cepat dan suplai sedimen yang sangat terbatas. Rekaman paket sedimen rift initiation tidak melampar secara luas. Diperkirakan material sedimen berasal dari erosi blok-blok
69
footwall yang terangkat diatas muka air. Paket sedimen ini diperkirakan akan berada pada depresi-depresi lokal pada blok-blok hangingwall dengan penyebaran sangat sempit. Daerah drainase pada saat inisiasi rifting belum terbentuk selain hanya berupa blok-blok footwall yang terotasi, terangkat akibat pergerakan sesar normal saat pembentukan cekungan. Ketika subsidence berlanjut dengan cepat maka beberapa blok-blok footwall di tengah cekungan kemungkinan segera tenggelam dan oleh karenanya sedimentasi di tengah cekungan terhenti. Adapun material yang sempat terendapkan di blok hangingwall pada tepian cekungan cenderung akan terdaur ulang oleh erosi berikutnya.
Sedimentasi pada saat laju rifting mulai mencapai tingkat maksimum menunjukkan mulai berkembangnya sistem transportasi sedimen pada daerah aliran sungai. Ekstraksi atribut amplitudo di bagian barat cekungan menunjukkan pola sungai dan bar (Gambar III.25). Sumur footwall-1 yang menembus salah satu geometri yang diperkirakan bar memiliki rekaman log sumur yang terdiri dari karakter tumpukan mengkasar dan menebal ke atas. Sehingga dari kombinasi atribut dan data sumur diperoleh penafsiran lingkungan pengendapan delta pada blok footwall yang di sekitar sumur Footwall-1.
Seperti sudah dibahas dalam sebelumnya, ke arah bagian tengah cekungan kemungkinan besar didominasi oleh endapan turbidit danau dan slump danau dalam. Dari bagian timur reflektor-reflektor sekuen Pematang 4 memiliki pola progradasi ke tengah cekungan mengisi ruang akomodasi dengan pola downlap di bagian bawah.
70
A
Footwall-1
Progradasi sedimen Rawa & Sungai Danau dalam Turbidit
Pola sungai dan bar Distributary pattern of RMS amplitude consistent with log data showing indication of lacustrine delta facies
Delta
Footwall-1 8800
8900
T_PMT4
9000
Progradasi sedimen
High amp 9100
9200
Progradasi sedimen
9300
9400
9500
Low amp
Interpreted Paleo-Geography @ Late Unit 4 Time
B N
Unit 1.2 &3
• Relative water level rising due to subsidence turn this basin into deeper lake at late Unit 4 time. • Some part of Braided and or low sinuosity meandering fluvial systems were sunk. • Relatively wide deep lake in the late stage of 2nd big expansion.
Gambar III.25 Ekstraksi atrribut RMS amplitude horison Pematang 4 dan Ilustrasi peleogeografi awal pengendapan sekuen early maximum rift
71
III.4.2.3 Sedimentasi Mid Maximum Rift Tahap rifting maksimum dicirikan oleh pertumbuhan ruang akomodasi terbesar di Sub Cekungan Barumun. Sedimentasi paling tebal diperoleh pada bagian tengah cekungan. Penampang inline 454 (lihat Gambar III.2 dan III.3) menunjukkan di bagian timur cekungan, sekuen Pematang 5 onlap terhadap sekuen Pematang 4. Ke arah selatan tepatnya di depan perpotongan arah sesar “m1” dengan sesar “t” ditemukan kecenderungan downlap sekuen Pematang 5 terhadap sekuen Pematang 3 dan Pematang 4 yang mengubur sesar utama “m1”(lihat Gambar III.19). Hal ini dimungkinkan oleh suplai sedimen yang berasal dari border fault yang langsung masuk ke dalam cekungan terdalam mengikuti pengendapan sekuen Pematang 4.
Di bagian barat cekungan tampak refleksi Pematang 5 yang sangat dominan memiliki amplitudo tinggi dan menebal terhadap bidang sesar. Menurut data sumur footwall-1 (lihat Gambar III.5) penguatan amplitudo mungkin dipicu oleh adanya lapisan lapisan tipis batubara yang ditemukan pada interval ini. Jika pada sumur Footwall 1 penafsiran lingkungan pengendapannya adalah dataran banjir, aliran sungai, dan rawa-rawa, maka ke arah selatan dan timur lingkungan pengendapan berkembang menjadi lebih dalam. Kemungkinan besar lingkungan pengendapan yang terbentuk adalah delta danau berlanjut ujung terdalam delta dan kipas bawah air, yang terdiri dari turbidit dan slump. Penafsiran ini konsisten dengan pola seismik stratigrafi yang menunjukkan pola prograding downlap. Pada tahap ini suplai sedimen yang paling besar disediakan oleh sistem axial transport seperti tampak pada peta atribut RMS dan Spectral decomposition (Gambar III.26).
Pada Gambar III.27 bagian bawah, ditunjukkan generalisasi model pengendapan sekuan mid maximum rift yang diperoleh dari pemetaan seismik 3D dan 2D diilustrasikan.dalam bentuk diagram blok
72