Farmaka Volume 4 Nomor 3
1
Review: Derivatisasi Senyawa pada KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) dengan Detektor Fluoresens Iis Karlida1, Febrina Amelia Saputri2 Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
[email protected] Abstrak KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) merupakan metode analisis yang banyak digunakan karena sensitifitas dan selektifitasnya yang tinggi. Penggunaan berbagai macam detektor pada KCKT memberikan hasil analisis yang berbeda-beda. Detektor fluoresens merupakan detektor yang dapat digunakan pada KCKT dengan memberikan hasil analisis yang lebih baik daripada detektor yang lain dengan batas deteksi 10-9 -10-12. Namun tingkat kepekaan dari detektor fluoresens bergantung pada senyawa yang terlibat dalam analisis. Untuk beberapa senyawa yang tidak bisa berfluoresensi, sulit jika harus dianalisis menggunakan metode KCKT dengan detektor fluoresens. Maka dari itu diperlukan derivatisasi senyawa untuk mengubah sifat kimia maupun fisika dari senyawa tersebut sehingga memberikan hasil yang baik ketika dianalisis menggunakan KCKT dengan detektor fluoresens. Review artikel ini membahas lebih lanjut tentang derivatisasi pada metode analisis KCKT dengan detektor fluoresens. Kata kunci: KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), derivatisasi, detektor fluoresens, senyawa penderifat, validasi KCKT. Abstract HPLC (High performance Liquid Chromatography) is an analysis method that is widely used because of the high sensitivity and selectivity. The use of various kinds of detectors in HPLC provides analytical results vary. Fluorescence detector is a detector can be use in HPLC analysis with results better thann the other detectors with detection limit of 10-9-10-12. However, the sensitivity of a fluorescence detector depending on the compound involved in the analysis. For some substance that can not fluorescence, difficult if you have analyzed using HPLC with fluorescence detector. Thus it is necessary derivatization of compounds to alter the chemical and physical properties of the compound that gives good results when analyzed using HPLC with fluorescence detector. Review this article discusses more about derivatization in HPLC analytical method with fluorescence detector. Key words: HPLC (High Performance Liquid Chromatography), derivatization, fluorescence detectors, reagents derivatized, validation HPLC. Pendahuluan Kromatografi adalah suatu teknik analisis berdasarkan proses pemisahan suatu zat atau molekul karena perbedaan
sifat. Menurut fase geraknya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi cair dan kromatografi gas. Salah satu kromatografi cair yang banyak digunakan didalam Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
2
analisis bidang farmasi yaitu Kromatografi
diatur sesuai kebutuhan (Gupta, et al.,
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau lebih
2012).
dikenal dengan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography).
KCKT
merupakan teknik analisis kromatografi cair yang digunakan baik dalam analisis kualitatif yaitu dalam bentuk pemisahan senyawa maupun dalam analisis kuantitatif yaitu penentuan jumlah senyawa didalam suatu larutan. Adapun prinsip dari KCKT yaitu
suatu
sampel
berupa
fase diam dan fase gerak, kemudian diberikan tekanan tinggi sehingga fase gerak dapat mengelusi sampel keluar dari kolom dan terdeteksi oleh detektor yang dihasilkan
yang digunakan didalam instrumen KCKT. Pemilihan dengan
suatu sifat
detektor kimia
disesuaikan
dari
sampel,
kemungkinan gangguan yang terjadi, batas deteksi, ketersediaan serta biaya. Adapun macam-macam
detektor
diantaranya
(Prathap, et al., 2013).
larutan
diinjeksikan kedalam kolom yang berisi
kemudian
Terdapat berbagai macam detektor
o
Detektor UV-Vis
o
Detektor fluoresens
o
Detektor indeks bias
o
Detektor elektrokimia Yang akan dibahas lebih lanjut
kromatogram
pada review artikel ini yaitu KCKT dengan
(Charde, et al., 2014). Kelebihan dari
detektor fluoresens. Kelebihan dari teknik
teknik KCKT diantaranya mempunyai
fluoresensi itu sendiri adalah waktu yang
resolusi yang tinggi, kolom yang terbuat
dibutuhkan cepat dengan biaya kecil. Pada
dari bahan gelas atau stainless steel dan
teknik spektroskopi serapan untuk senyawa
berdiameter kecil yang bisa memberikan
multikomponen yang memiliki serapan
hasil pemisahan sempurna, proses analisis
pada panjang gelombang yang berdekatan
berlangsung cepat, tekanan yang diberikan
akan menghasilkan spektrum yang tidak
oleh fase gerak relatif tinggi, laju alir dapat
dapat dipisahkan sehingga menyulitkan Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
dalam
3
analisis.
fluorosensi,
Berbeda
sinyal
dengan
dari
senyawa
2012).
Derivatisasi
kurang
(Angin, 2008).
instrumen merupakan
suatu
proses pemancaran radiasi cahaya oleh suatu zat yang tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan berenergi tinggi. Emisi disebabkan oleh adanya absorbsi cahaya oleh atom sehingga atom mengalami eksitasi dari keadaan dasar ke keadaan berenergi tinggi yang kemudian atom tersebut kembali ke keadaan dasar dengan mengemisikan
suatu
energi
cahaya.
Fluoresensi berlangsung selama kurang lebih 1 ns dan bisa berlangsung lebih lama yaitu sekitar 1 sampai 1000 ms (Joseph,
untuk
beberapa senyawa dengan sifat yang
multikomponen tetap dapat dipisahkan
Fluoresensi
digunakan
sesuai
dengan
yang
metode
digunakan
atau
didalam
analisis. Banyak senyawa polar yang tidak cocok untuk dianalisis dengan metode KCKT, diantaranya yaitu silil, asil, dan alkil. Selain itu, senyawa polar yang harus dilakukan
derivatisasi
untuk
dapat
dianalisis yaitu asam organik, amida, senyawa hidroksi, dan asam amino. Untuk KCKT
dengan
detektor
fluoresens
diperlukan proses derivatisasi jika sampel yang akan dianalisis tidak berfluoresensi. Fluoresensi dari sampel inilah yang dapat meningkatkan sensitifitas dari analisis. Didalam HPLC (High Performance Liquid Chromatography) yang sering digunakan
2006).
sebagai teknik analisis suatu senyawa Pada penggunaan KCKT dengan detektor
fluoresens
derivatisasi.
terdapat
Derivatisasi
proses
merupakan
metode modifikasi kimia suatu senyawa untuk
meningkatkan
sensitifitas
dan
spesifisitas pada proses analisis (Adegoke,
organik didalam suatu matriks terkadang banyak
substansi
yang
tidak
dapat
terdeteksi oleh detektor dari instrumen tersebut karena kurang cocoknya antara sifat
dari
substansi
dengan
detektor
sehingga tidak dapat menghasilkan signal Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
4
atau output yang kompatibel (Ku’Smierek,
yang lain sebagai penunjang didapat dari 3
et al., 2011).
buku.
Metode
30 jurnal
Sumber
data
yang
digunakan 23 jurnal
didalam review artikel ini diperoleh dari US National Library of Medicine Institute
20 jurnal
of Health website (www.ncbi.nlm.nih.gov › NCBI › Literature › PubMed Central (PMC)). Pencarian dilakukan dengan kata
18 jurnal
7 jurnal tidak memenuhi kriteria tahun 3 jurnal bahasannya bukan tentang derivatisasi 2 jurnal bahasannya tentang derivatisasi namun tidak menggunakan detektor fluoresens
kunci HPLC (High Performance Liquid Chromatography), fluorescence
derivatization, detectors,
reagents
derivatized, dan validation HPLC. Sebanyak 30 jurnal dan 3 buku diperoleh
untuk
kemudian
dijadikan
sumber acuan review artikel ini. Dari 30 jurnal yang didapat dilakukan skrining berdasarkan jurnal periode 2006-2016 dan bahasan mengenai derivatisasi pada KCKT yang menggunakan detektor fluorescence. Berdasarkan hasil skrining tersebut dari 30 jurnal yang termasuk kriteria inklusi yaitu ada 23 jurnal, sedangkan 7 jurnal termasuk kriteria eksklusi. Selain itu sumber data Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
5
Hasil Table 1. Derivatisasi Senyawa dengan berbagai jenis senyawa penderivat didalam KCKT dengan Detektor Fluoresens Analit
Derivator
Jenis
Matriks
T
tR (mnt)
(˚C)
Derivatisa
2-
(Nohara,
Cyanoace kolom
et
Post
Kolom
λex – λem LOD-
Fase gerak
(mL/m
si Idebenon
FR
(nm)
LOQ
358-409
0,1 / 12,5
nt) Plasma
50-
darah
75
10
al., tamide
2012).
Eluen=
ODS (inert sil Campuran
0,8
ODS-3,
etanol
Eluat=
150x4,6
mm mengandung
0,2
i.d,
60%
ukuran mmol/L
partikel 5 µm)
ng/mL
3 2-
Cyanoacetamide dan 3 mmol/L na-perklorat
PSS (Li, Guanidin
Post
Plasma
et
kolom
tikus
al., HCl
120
10-15
0,5
TSK gel 62500 0,1 M NaSO4 PWxL
250-435
250 ng/mL / 1µg/mL
2013).
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
Memanti
OPA
6
Pre kolom
Plasma
20
4,2
2,5
Chromolith
Asetonitril:0,02
ne
performance
5
(Zarghi,
(RP-18e,
(50:50) pH 4,6
et
100x4,6 mm)
al.,
bufer
335-440
-
PO4
/ 2
ng/mL
2010). Asam
OPA
Pre kolom
-
10
25
0,5
C18
ODS Elusi gradien
240-450
amino
150x4,6 mm 5 Pelarut A: 0,05 Asp
(Perucho
µm
5,88
2015).
metanol (95:5)
dan Gly,
Pelarut metanol
Tikus
ruan
(hami, et Cl
wistar
g
al.,
jantan
2013).
albino
MPH[15].
DIB-Cl
Pre kolom
Plasma
12
2
dan 448.
C18 (ODS-3 5 Metaanol:buffer µm
taurin,
B: GABA:
ddH2O (70:30) Pre kolom
dan
M Na-asetat pH Gln : 450.
, et al.,
Glutation FMOC-
-
Glu:452 260-315
250x4,6 PO4 (40:60)
15,26/25,4 2 µM
mm)
ruan g
10,6
1
C18 mm)
(250x4,6 Asetonitril:air (73:27)
330-460
-/
1
ng/mL
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
7
Keterangan: PSS (Propilenglikol alginat Sodium Sulfat); OPA (O-Phthaldi Aldehyde); FMOC-Cl (9-Fluorenyl Methyl Chloroformate); MPH (Methylphenidate); DIB-Cl (4-(4,5-diphenyl-1H-imidazol-2-yl)benzoyl chloride); T (Temperature); tR (time retention/waktu retensi); FR (Flow Rate/Laju alir); LOD/LOQ (Limit of Detection/Limit of Quantitation).
Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
8
produk reaksi tidak harus selalu stabil.
Pembahasan Pada dasarnya teknik derivatisasi ada dua jenis, teknik derivatisasi pra kolom dimana sampel direaksikan dengan reagen penderivat sebelum tahap pemisahan dan pendeteksian, serta teknik derivatisasi post kolom yang dilakukan setelah proses
Pada umumnya derivatisasi dilakukan terhadap senyawa amin alifatik, asam atau
alkohol
boleh memberikan respon. Pereaksi yang digunakan harus dengan volume sekecil mungkin untuk menghindari pelebaran pita (Adegoke, 2012). Menurut European Pharmacopoeia 7th Edition o-phthalaldehyde dengan reagen
pemisahan (Adegoke, 2012).
karboksilat,
Reagen yang digunakan harus stabil, tidak
yang
sulit
dideteksi pada konsentrasi rendah. Adapun beberapa kondisi yang memungkinkan dilakukannya derivatisasi pre kolom yaitu reaksi stoikiometri dan struktur senyawa hasil diketahui dengan pasti, rekasi harus berjalan cepat dan reprodusibel, senyawa derivator harus stabil dan dapat dipisahkan serta dapat dibedakan dari material awal
thiol digunakan untuk analisis senyawa dengan gugus amin primer, 9-fluorenyl methyl
chloroformate
dan
7-fluoro-4-
nitrobenzo-2-oxa-1,3-diazole
dapat
digunakan untuk analisis asam amino primer maupun sekunder. Reaksi derivatisasi yang ideal yaitu reaksinya berjalan cepat dan kuantitatif, menghasilkan
dengan
signal yang lebih kompatibel dibandingkan senyawa yang tidak diderivatisasi, produk
analisis, yang
derivatif
yang dihasilkan harus stabil selama proses
(Adegoke, 2012). Kondisi
analit
memungkinkan
dilakukannya derivatisasi post kolom yaitu
derivatisasi
dan
residu
tidak
dari
mengganggu
pereaksi proses
analisis (Ibrahim, et al., 2010).
walaupun reaksi harus berjalan cepat dalam waktu 2 menit, dan reprodusibel,
Preparasi sampel Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
9
Hal yang pertama dilakukan yaitu pengumpulan sampel dari objek penelitian. Setelah sampel dikumpulkan dilakukan penambahan
beberapa
reagen
seperti
buffer untuk mempertahankan kestabilan sampel
selama
penyimpanan.
Untuk
memisahkan sampel dari matriks juga dilakukan sentrifugasi atau vortex dengan kecepatan tertentu. Plasma atau cairan beningnya
yang
digunakan
didalam
analisis. Didalam analisis dengan KCKT ini pada umumnya banyak menggunakan metode standar internal dimana sampel yang
dianalisis
ditambahkan
dengan
sejumlah larutan standar yang berbeda dengan
sampel
kemiripan sifat.
namun
mempunyai
Alasan
menggunakan
metode standar internal didalam KCKT yaitu
untuk
meminimalisir
kesalahan
pengukuran akibat variasi volume yang diinjeksikan kedalam alat KCKT.
dengan
menggunakan
pelarut
cara
(λex – λem) Terdapat dua panjang gelombang yang digunakan didalam KCKT ini yaitu panjang gelombang eksitasi dan panjang gelombnag emisi. Panjang gelombang eksitasi merupakan panjang gelombang pada saat atom menyerap energi dan berpindah dari keadaan dasar menuju keadaan
eksitasi,
sedangkan
panjang
gelombang emisi yaitu panjang gelombang pada saat atom yang telah tereksitasi kembali
ke
keadaan
dasar
dengan
mengemisikan energi. Pemilihan panjang gelombang
analisis
sangat
penting
dilakukan untuk meningkatkan sensitifitas dan selektivitas dari sampel yang akan dianalisis karena sampel tersebut akan memberikan
serapan
maksimal
pada
panjang gelombang tertentu (Harahap, dkk., 2007).
Untuk sampel serbuk, preparasinya dilakukan
Penetapan panjang gelombang analisis
Penentuan senyawa penderivat
dilarutkan
yang
kemudian disaring dan dianalisis.
seuai,
Penentuan senyawa penderivat yang akan digunakan yaitu tergantung jenis Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
sampel
10
yang
dianalisis.
sekunder, aminoglikosida, serta senyawa
Halogenitrobenzofuran seperti 4-Chloro-7-
yang mengandung gugus fungsi –OH dan –
nitrobenzofuran (NBD-Cl) didalam larutan
SH,
berair ia bereaksi dengan asam amino
diderivatisasi
primer
dan
mengandung gugus –SH dan –NH2 (Hami,
isotiosianat juga sering digunakan sebagai
et al., 2013). Didalam derivatisasi, gugus –
senyawa penderivat untuk amin primer dan
SH pada glutation mudah teroksidasi
juga digunakan untuk analisis asam amino.
menjadi disulfida (-S-S) sehingga harus
Fluorescamin merupakan reagen spesifik
ditambahkan substansi pereduksi sebelum
untuk derivatisasi senyawa dengan gugus
derivatisasi
amino primer. O-phthaldialdehyde (OPA)
(NaBH4). Selain itu penambahan EDTA
dapat
dapat menghilangkan gangguan dari ion
dan
akan
sekunder.
digunakan
Isosianat
untuk
membentuk
glutation
dengan
analit FMOC
seperti
karena
Na-borohidrida
Ca2+,
arginin, agmantin, dan histidin yang
memfasilitasi oksidasi –SH menjadi –S-S.
mengandung peptida. Jenis reaksi yang
FMOC
terjadi
derivatisasi
maupun –NH2 pada glutation, namun
menggunakan senyawa penderivat OPA
karena sifat –SH yang mudah teroksidasi,
yaitu gugus isoindol dari sampel berupa
kromatogram yang dihasilkan tidak bagus.
senyawa
Sehingga gugus –SH dihilangkan dengan
amin
proses
primer,
asam
amino,
dapat
Na+,
cocok
senyawa derivat fluoresens dari glutation,
pada
Mg2+,
sebagai
dan
bereaksi
Ca2+
dengan
–SH
penambahan
OPA, asam borat dan merkaptoetanol yang
derivatisasi hanya terjadi antara FMOC
terdapat
dan
reagen
OPA
sendiri
–NH2
yang
agar
yang
maupun amin sekunder bereaksi dengan
pada
ion
Fe2+
reaksi
menghasilkan
(Perucho, et al., 2015). FMOC-Cl (9-
kromatogram yang baik (Hami, et al.,
fluorenylmethyl chloroformate) digunakan
2013).
untuk
derivatisasi
amin
primer
dan
Penentuan jumlah senyawa derivator Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
11
Ketika akan mereaksikan senyawa penderivat dengan sampel berupa senyawa yang tidak memiliki kromofor dan tidak berfluoresensi, jumlah senyawa penderivat yang digunakan harus berlebih agar reaksi derivatisasi berjalan sempurna dan produk derivat
yang
dihasilkan
akan
dapat
dianalisis dengan baik (Harahap, dkk., 2007). Namun untuk beberapa senyawa tidak
boleh
ditambahkan
senyawa
penderivat yang terlalu banyak karena akan bentuk kromatogram menjadi tidak stabil. Penentuan suhu proses derivatisasi
diinginkan tidak sempurna (Harahap, dkk., 2007). Penentuan suhu yang digunakan pada proses derivatisasi ini disesuaikan dengan sifat sampel yang akan dianalisis, ketika sampel yang akan dianalisis tahan terhadap panas maka proses derivatisasi dilakukan pada suhu yang cukup tinggi namun tidak sampai merusak sampel. Untuk sampel yang tidak tahan panas seperti asam amino atau protein maka dilakukan derivatisasi pada suhu 10˚C (Perucho, et al., 2015). Penentuan waktu inkubasi pada proses
Suhu merupakan salah satu faktor
derivatisasi
yang berpengaruh terhadap pembentukan senyawa derivat. Pada umumnya suhu ruangan 25˚-30˚C menjadi pilihan terbaik untuk dilakukannya proses derivatisasi. Jika suhu terlalu tinggi, maka senyawa derivat yang dihasilkan akan rusak dan terhidrolisis kembali. Begitu juga ketika suhu
yang
derivatisasi pembentukkan
diberikan terlalu senyawa
pada
proses
rendah
maka
derivat
yang
Waktu
inkubasi
pada
proses
derivatisasi tidak boleh terlalu lama dan tidak boleh terlalu cepat. Karena jika terlalu
lama
dikhawatirkan
senyawa
derivat yang dihasilkan akan berubah atau terhidrolisis kembali menjadi senyawa awal. Begitu juga ketika waktu yang diberikan pada saat inkubasi terlalu cepat, dikhawatirkan
reaksi
pembentukkan
senyawa derivat belum sempurna. Untuk Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
menentukan
12
waktu
inkubasi
optimal
Fase diam yang banyak digunakan disini yaitu oktadesil silika (ODS). Pemilihan
dilakukan optimasi terlebih dahulu.
laju alir digunakan untuk menunjukkan
Penentuan kondisi analisis optimum
hasil kromatogram, laju alir yang baik Penentuan
kondisi
analisis
optimum didapatkan dari hasil optimasi. Misalnya didalam penentuan fase gerak yang
digunakan
sebelum
dilakukan
analisis, dilakukan optimasi terlebih dahulu menggunakan berbagai fase gerak dengan berbagai perbandingan komposisi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan fase gerak yang baik yang dapat memisahkan dan mengelusi sampel dengan sempurna.
menyebabkan
kromatograam
yang
dihasilkan pun memiliki parameter yang baik seperti HETP (Height of packing Equivalent to a Theoritical Plate) yang rendah, lempeng teoritis (N) yang besar, dan resolusi (R) yang besar. Apabila nilai HETP rendah, artinya efisiensi kolom bagus. Efisiensi kolom semakin baik jika jumlah lempeng teoritis (N) meningkat. Semakin panjang L (panjang kolom) maka
Jenis elusi yang digunakan ada dua
semakin banyak jumlah lempeng teoritis
yaitu elusi gradien dan elusi isokratik.
dan efisiensi semakin baik. Sedangkan
Elusi
dengan
untuk resolusi (R), semakin tinggi resolusi
menggunakan fase gerak yang polaritasnya
maka pemisahan yang terjadi semakin baik
berubah-rubah
(Harahap, dkk., 2007).
gradien
yaitu
elusi
digunakan
untuk
menghilangkan pengotor yang terdapat
Validasi
pada pelarut atau senyawa penderivatnya dan
memperpendek
waktu
retensi,
sedangkan elusi isokratik yaitu selama prosses elusi fase gerak yang digunakan polaritasnya tetap (Zhang, et al., 2006).
Validasi
yang
dilakukan
yaitu
pembuatan kurva kalibrasi, uji linearitas, selektifitas dan spesifisitas, limit deteksi, limit kuantitasi, akurasi dan presisi. Kurva Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
13
kalibrasi didapatkan dari hasil perhitungan
merupakan konsentrasi terkecil yang dapat
regresi
diukur secara kuantitatif (ICH, 2005).
linier
secara
statistika
yang
menghubungkan luas puncak terhadap
Penentuan akurasi dapat dilakukan
konsentrasi. Persamaan kurva baku yang
dengan 2 cara yaitu dengan metode
didapat berupa y = ax + b, dimana y
simulasi (spiked placebo recovery) dan
merupakan luas puncak, x merupakan
metode
penambahan
konsentrasi. Uji linearitas dapat dilihat dari
addition
method).
nilai koefisien korelasi (r2) yang didapat,
dilakukan dengan cara sejumlah sampel
jika nilai r2 mendekati 1 yaitu > 0,998 itu
murni ditambahkan kedalam plasebo lalu
artinya pembentukkan senyawa derivat
dianalisis
antara sampel dengan senyawa penderivat
dengan
memenuhi uji linearitas (Zhang, et al.,
Sedangkan pada metode standar adisi,
2006).
sampel dianalisis lalu dan sejumlahh
Selektifitas
dan
spesifisitas
dan
(standard
Metode
simulasi
hasilnya
dibandingkan
sampel
sebenarnya.
kadar
merupakan kemampuan yang hanya dapat
larutan
mengukur zat yang akan dianalisis secara
sampel dan dianalisis kembali. Selisih
cermat walaupun didalamnya terdapat
kedua hasil analisis dibandingkan dengan
matriks (Zhu, et al., 2007).
kadar sebenarnya (Gonzales, et al., 2009).
Limit deteksi dan limit kuantitasi
Presisi
standar
baku
ditambahkan
merupakan
derajat
kedalam
kesesuaian
didapatkan dari kurva kalibrasi, LOD = 3.3
antara hasil pengukuran yang diperoleh
σ/S dan LOQ = 10 σ/S, dimana σ standar
dari beberapa pengulangan pada sampel
deviasi dan S adalah slope atau a pada
yang homogen. Presisi dinyatakan sebagai
persamaan kurva kalibrasi (n = 4). Adapun
keterulangan dan ketertiruan (Tranfo, et
limit
al., 2008)
deteksi
itu
sendiri
merupakan
konsentrasi terkecil yang dapat terdeteksi
Simpulan
oleh instrumen. Sedangkan limit kuantitasi Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
14
Derivatisasi untuk
merupakan
meningkatkan
teknik
deteksibilitas,
liquid chromatographic analysis of pharmaceuticals
and
other
sensitifitas, selektifitas dan spesifisitas
compounds. African Journal of
untuk
Pure
beberapa
senyawa
yang
tidak
berfluoresensi agar dapat dianalisis dengan metode
KCKT
yang
menggunakan
detektor fluoresens. Hal-hal yang harus diperhatikan didalam proses derivatisasi diantaranya yaitu jenis analit, senyawa penderivat dan jumlahnya, suhu, serta waktu inkubasi pada proses derivatisasi. Ucapan Terimakasih
kepada dosen pembimbing dan dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Konflik Kepentingan
dengan
konflik
penelitian,
kepentingan kepenulisan
(authorship), dan atau publikasi artikel ini. Daftar Pustaka
2012;6(14);129-140. 2. Angin BA. Teknik identifikasi cepat hasil pemisahan kromatografi menggunakan detektor fluoresensi. Jurnal
Penelitian
MIPA.
2008;2(1):28-32. 3. Charde
MS,
liquid
AS
Welankiwar,
chromatographywith
validation. International Journal of Pharmaceutical
Chemistry.
2014;4(2):57-61.
AVR, Reddy KC, Sharma HK, Handa VK, Dandala R, Bindu VM. Impurity profile study of lopinavir and validation of HPLC method for the
1. Adegoke OA. An overview of applications
Chemistry.
4. Chitturi SR, Bharathi CH, Reddy
Seluruh penulis menyatakan tidak potensi
Applied
Jitendra K. Method development by
Penulis mengucapkan terimakasih
terdapat
and
of
pre-column
derivatization reactions for the
determination
substances
in
of
lopinavir
related drug
substance. J Pharmaceut Biomed Anal. 2008; 48:1430–1440. Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
15
5. European
Pharmacopoeia
7th
to Paraquat. Iranian Journal of
Edition. European Directorate for
Pharmaceutical
the Quality of Medicines and
2013;12(4):911-916.
Healthcare.
Council
Eur.
Strasbourg 1:91-94.
MI,
9. Harahap Y, Hayun, Meriska S. Analisis Senyawa Derivat Antara
6. Gonzalez O, Iriarte G, Ferreirós N, Maguregui
Research.
Alonso
RM,
Natrium Alendronat dengan Dansil Klorida Secara Kromatografi Cair
Jiménez RM. Optimization and
Kinerja
Tinggi
Validation of a SPE-HPLCPDA-
Majalah
Farmasi
Fluorescence
Method
2007;18(2):88-95.
Simultaneous
Determination
for
the
Fluoresensi. Indonesia.
of
10. Ibrahim H, Eric C, Athena K, and
Combined
Pratrice P. Interest of Fluorescence
Cardiovascular Therapy in Human
Derivatization and Fluorescence
Plasma. J Pharmaceut Biomed
Probeassisted
2009; 50:630–639
Detection
Drugs
Used
in
7. Gupta V, Ajay DKJ, NS Gill, Kapil G. Development and validation of HPLC method: a review. Int. Res. J. pharm. 2012;2(4):17-25. 8. Hami Z, Mohsen A, Amir K, and
Short
Post
of
Phospholipids:
Review.
Analytical Procedures: Text and Methodology.
International
Liquid Chromatography Coupled
IFPMA, Geneva.
of
Molecules.
11. ICH Q2 (R1) (2005). Validation of
Conference
Determination
A
2010;15:352-373.
Mahmoud GK. High Performance
with Pre Column Derivatization for
Column
12. Joseph
on
RL.
Harmonization,
Principles
Of
Oxidized
Fluorescence Spectroscopy Third
Glutathione Level in Rats Exposed
Edition. Singapore: Springer; 2006. Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
16
13. Ku’Smierek
K,
Chwatko
G,
Glowacki R, Kubalczyk P, Bald E.
Cyanoacetamide.
Chem
Pharm
Bull. 2012;60(5):598-602.
Ultraviolet Derivatization Of Low-
16. Perucho J, R Gonzalo G, E Bazan,
Molecular-Mass Thiols For High
MJ Casarejos, A Jimenez E, MJ
Performance
Asensio, AS Herranz. Optimal
Liquid
Chromatography And Caphillary
Excitation
Electrophoresis Analysis. Journal
Wavelengths to Analyse Amino
Chromatography.
Acids
2011;B
879:1290-1307. 14. Li PL, Chun XL, Yi TX, Hai HL,
and
Emission
and
Optimize
Neurotransmitters
Quantification
using
Pre
Column
OPA
Hong BL, Xiao XH, Guang LY,
Derivatization by HPLC. Amino
and Hua SG. An HPLC Method for
Acids. 2015;47:963-973.
Microanalysis
and
Pharmacokinetics Sulfated Loaded
of
Marine
Polysaccharide Poly
PSS-
Lactic-Co-Gycolic
17. Prathap
B,
Srinivasa,
Akalanka P
Johnson,
Arthanarswaran. importance
A
of
D, and
P
review
RP-HPLC
in
Acid (PLGA) Nano Particles in Rat
analytical
Plasma. Mar Drugs. 2013;11:1113-
International Journal of Novel
1125.
Trends in Pharmaceutical Science.
15. Nohara Y, Junko S, Yoji Y, and Hiroaki
K.
Determination
of
method
GH
2013;3(1):15-23. 18. Tranfo G, Enrico P, Renata S,
Idebenon in Plasma by HPLC with
Daniela
Post
HPLC/MS/MS
Column
Derivatization
Fluorescence Using
2-
development.
P.
Validation Method
of
an with
Isotopic Dilution for Quantitative Determination of Trans, TransPrinted : 1693–1424 Online : 2089-9157
Farmaka Volume 4 Nomor 3
17
Muconic Acid in Urine Samples of
John
Workers Exposed to Low Benzene
Fluorescence
Concentrations. J Chromatogra B.
Quantification of Methyphenidate
2008; 867:26–30
in Human Plasma. J Chromatogr B
19. Zhang L, Tao MH, Xiao LF, Xue NL, Qing SW, Zhiwen Z, Xian YS. Determination
of
SM.
A
Novel
Methode
HPLC for
the
Analyt Technol Biomed Life Sci. 2007;858(1-2):91-95.
Glucosamine
Sulfate in Human Plasma by Precolumn High
Derivatization
Performance
using Liquid
Chromatography with Fluorescence Detection: Its Application to a Bioequivalence Study. Journal of Chromatography B. 2006;848:8-12. 20. Zarghi A, Alireza S, Seyed MF, Arash K, Babak M. Sensitive and Rapid
HPLC
Method
for
Determination of Memantine in Human
Plasma
using
OPA
Derivatization and Fluorescence Detection
and
Pharmacokinetics
Aplication Studies.
to Schi
Pharm. 2010;78:847-856. 21. Zhu HJ, Jun SW, Kennerly SP, Jennifer LD, C Lindsay D, and Printed : 1693–1424 Online : 2089-9157