PENERAPAN METODE LATIHAN SEBAGAI UPAYA INTERNALISASI HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAQ DI KELAS IV MI DARUL FALAH 03 DAMARWULAN KELING JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Dalam Bidang Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Oleh: JUITA FITRIA NINGSIH NIM. 131310001313
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA' (UNISNU)
JEPARA
2015
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Juta Fitria Ningsih
NIM
: 131310001313
Progdi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Jepara, Agustus 2015 Penulis
JUITA FITRIA NINGIH NIM. 131310002992
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING Lampiran : Hal
: Naskah Skripsi Sdri. Juita Fitria Ningsih Kepada, Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara Di Jepara Assalamualaikum wr. Wb. Setelah saya mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya, maka bersama ini saya kirimkan Naskah Skripsi Saudari: Nama
: Juita Fitria Ningsih
NIM
: 131310001313
Fakultas
: Tarbiyah dan Keguruan
Judul
: “PENERAPAN METODE LATIHAN SEBAGAI UPAYA
INTERNALISASI
HASIL
BELAJAR
AQIDAH AKHLAQ DI KELAS IV MI DARUL FALAH 03 DAMARWULAN KELING JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.” Dengan ini saya mohon agar skripsi saudari tersebut dapat dimunaqosahkan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr. Wb. Jepara, Agustus 2015 Pembimbing
Drs. Maswan, MM. iii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam, semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat, dan para pengikutnya yang telah membawa dan mengembangkan Islam hingga seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat adanya usaha dan bantuan baik berupa moral maupun spiritual dari berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis tidak akan lupa untuk menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhtarom, HM., selaku Rektor UNISNU Jepara 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Bapak Drs. Maswan, MM., selaku pembimbing yang memberi bimbingan dan arahan, sehingga menambah wawasan kepada penulis. 4. Semua Dosen UNISNU Jepara yang memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dari mata kuliah yang ada. 5. Kepada Bapak Kepala Madrasah beserta Bapak dan Ibu guru MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara yang mengijinkan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Kepada keluargaku tercinta: bapak dan ibuku yang tidak pernah bosan memberikan kasih sayangnya kepadaku, saudara-saudaraku yang telah ikut v
memberikan motivasi, sehingga penulis lebih semangat untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 7. Kepada sahabat-sahabatku di UNISNU Jepara dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Semoga amalan yang diberikan kepada penulis akan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari sisi Allah SWT.Amin. Semoga skripsi yang sederhana ini dapat membawa manfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan umumnya bagi siapa saja yang ingin mengambil nilai-nilai positif dari isinya. Amin.
Jepara, Agustus 2015 Penulis
JUITA FITRIA NINGSIH NIM.131310001313
vi
ABSTRAK Juita Fitria Ningsih (NIM.131310001313),Penerapan Meode Latihan Sebagai Upaya Internalisasi Hasil Belajar Aqidah Akhlaq Di Kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi; Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Bentuk penerapan metode latihan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq. 2. Hasil penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq peserta didik di kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara Tahun Pelajaran2014/2015. Penelitian ini termasuk jenis penelitian field research (studi lapangan) yang berbentuk kualititatif dengan mengggunakan metode deskriptif. Adapun subyek dalam penelitian adalah peneliti dan guru, sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV berjumlah 13 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Hasil penelitian ini sebagai berikut: (1). Bentuk-bentuk metode latihan sebagai internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq kelas empat di MI Darul Falah Damarwulan 03 adalah sholat zuhur berjamaah, sholat dhuha berjamaah, membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran, serta berjabat tangan dan mengucapkan salam. (2). Hasil penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq pada siswa kelas IV secara umum berjalan dengan baik, karena para siswa cukup aktif dalam melaksanakannnya, meskipun masih ada sedikit siswa yang belum begitu peduli dengan latihan-latihan tersebut. Dari latihan tersebut para siswa dapat menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq dalam diri meraka. Metode latihan ini cukup berhasil, tetapi untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan metode lain yang bisa mendukung, sehingga para siswa tidak hanya dilatih dan dibiasakan di madrasah saja, tetapi dari latihan-latihan yang diterapkan tersebut para siswa bisa lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam latihan-latihan itu dan mampu menerapkannya dimanapun mereka berada dengan penuh kesadaran. Metode yang bisa digunakan untuk melengkapi metode latihan tersebut diantaranya adalah metode nasehat, uswatun hasanah yang dijalankan terus menerus. Nilai-nilai yang muncul dari penerapan latihan-latihan tersebut adalah nilai keimanan dan ketaqwaan selain nilai itu nilai-nilai lainnya yang ada pada latihan-latihan yang diterapkan , yaitu nilai: ikhlas, tawakkal, kebersihan, disiplin dan syukur. Pengaruh penerapan metode latihan tersebut pada hasil belajar aqidah akhlaq para siswa tidak diukur melalui tes tertulis atau dari segi kognitif , tapi bisa dilihat dari perubahan tingkah laku atau dari segi afektif peserta didik setiap hari. Nilai-nilai tersebut tumbuh serta dapat terinternalisasikan dalam hasil belajar aqidah akhlaq pada diri siswa dan dari masing-masing siswa tentunya berbeda, tergantung dari pemahaman dan kesadaran mereka dalam aqidah akhlaq mereka. Kata Kunci: Metode Latihan, Internalisasi Hasil Belajar Aqidah Akhlaq vii
MOTTO
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (Q.S. Al-Ahzab: 21).*
*
Departemen AgamaRI., Al-Qur’an dan Terjemah,(Jakarta:Depag RI.,1982),hlm.420
viii
PERSEMBAHAN
Ungkapan hati sebagai rasa Terima Kasihku Alhamdulllahirabbil’alamin…. Akhirnya aku sampai ke titik ini, sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb Serta shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta aku persembahkan skripsi ini. 1. Buat kedua orang tuaku yang memberikan do’a restu dalam melanjutkan kuliah sehingga dapat menyelesaikan dengan baik. Ananda yakin dengan restumu ananda bisa menjalankan studi hingga lulus S1, suatu hal yang dulu tak pernah terbayangkan, namun kini ananda bisa membuktikan. 2. Buat
calon
suami
tercinta
yang
memberikan
motivasi
dalam
menyelesaikan skripsi ini. 3. Buat Bapak Drs. Maswan, MM. yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Buat adikku tersayang yang memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah ini. 5. Buat teman-temanku senasib seperjuangan yang memberikan saran dan motivasi dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………….………………… i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING………………………….……………….. iii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….…………. iv HALAMAN KATA PENGANTAR..................................................................... v ABSTRAK……………………………………………………………………… vii HALAMAN MOTTO.......................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN.........................................................................
ix
HALAMAN DAFTAR ISI.................................................................................. x BABI
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. B. Penegasan Istilah ………………………………………………….. C. Rumusan Masalah ……………………………………………….. D. Tujuan Penelitian …………………………………………… E. Manfaat Penelitian……………………………………………… F. Kajian Pustaka……………… ……………………………………. G. Metode Penelitian…………………………………………………. H. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………
BAB II : LANDASAN TEORI A. Metode Latihan 1. Pengertian Metode Latihan ……………..…….……………... 2. Kelemahan dan Kelebihan Metode Latihan …………………. x
3. Bentuk- bentuk Metode Latihan…………………………… 4. Langkah-langkah Metode Latihan…………………………… B. Internalisasi Hasil Belajar 1. Pengertian Internalisasi Hasil Belajar……………………..... 2. Bentuk-Bentuk Hasil Belajar………………………..…….. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa…… C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq 1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq …………………... 2. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq…………………… . 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq……………. BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak dan Keadaan Geografis………………………………….. 2. Sejarah Berdirinya MI Darul Falah 03 Damarwulan…………… 3. Struktur Organisasi MI Darul Falah 03 Damarwulan…………... 4. Profil Guru dan Siswa MI Darul Falah 03 Damarwulan……… 5. Sarana dan Prasarana MI Darul Falah 03 Damarwulan………… BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Bentuk-Bentuk Metode Latihan yang Diterapkan di Kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan…………………………….. B. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………… BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………….
xi
B. Saran-Saran………………………………………………………. C. Kata Penutup …………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2011. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta : Kencana, 2010. Khoiri, Nur, Metodologi Pembelajaran PAI , Jepara: Diktat Kuliah INISNU Jepara. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,Jakarta: Rineka Cipta,2010. Hamid, Hamdani, dan Saebani, Beni Ahmad, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2013. Azwar, Saifuddin, Sikap Manusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1995. Sudjana, Nana, Penilaian
Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011. Ilyas,
Yunahar,
Kuliah
Aqidah
Islam,
Yogyakarta:
LPPI
Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 1993. Subagiyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta,1997. Hamalik,Oemar, Psikologi
Belajar & Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2012. Isjoni, Memajukan Bangsa dengan Pendidikann, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Sutikno, Sobry, Metode & Model-model Pembelajaran,Lombok: Holistica,2014. Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo,2014. Darajat, Zakiyah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam,Jakarta: Bumi Aksara,2008. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2012. xiii
Arikunto,Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), Jakarta: Rineka Cipta,
1998.
Emzir,Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data,Jakarta: Raja Grafindo Persada. Nata, Abuddin, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-Isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2013. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta,2010. Narti, Sri, Model Bimbingan Kelompok Berbasis Ajaran Islam untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014 Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan,Jakarta: PT. Bumi Aksara,2006. Suharto,Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2014. Komara, Endang, Penilaian Tindakan Kelas dan Peningkatan Profesionalitas Guru, Bandung: PT. Refika Aditama,2012. Zuhairi,dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,2012. Zuriah, Nurul, Metodologi Penelitian Soaial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara,2006. Qomar, Mujamil, Dimensi Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga Hamalik,Oemar,Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Bumi Aksara,2008. Porwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka,1976. Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam,Jakarta: Bumi Aksara,2011.
xiv
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
Nama Lengkap
: Juita Fitria Ningsih
NIM
: 131310001313
Alamat
: Damarwulan RT. 10 RW. 01 Keling Jepara
Tempat Tgl lahir
: Jepara, 28 Maret 1993
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Riwayat Pendidikan Formal 1. SD Negeri 01 Damarwulan Lulus Tahun Ajaran 2005 2. SMP Negeri 01 Keling Lulus Tahun Ajaran 2008 3. SMA Negeri 01 Donorojo Lulus Tahun Ajaran 2011 Demikian
riwayat
pendidikan
penyusun
ini
dibuat
dengan
sesungguhnya dan apabila terdapat kekurangan harap maklum.
Jepara, Agustus 2015
Juita Fitria Ningsih NIM. 131310001313
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk membangun kualitas kehidupan manusia melalui pendidikan persekolahan terus dilakukan dan tidak akan berhenti selama manusia ada. Proses itu berlangsung secara berkelanjutan. Keberadaan manusia saat ini ditentukan oleh proses pendidikan sebelumnya dan keberadaan manusia yang akan datang ditentukan oleh proses pendidikan saat ini. Kegagalan pendidikan pada suatu generasi akan membawa malapetaka bagi
generasi
berikutnya,
sebaliknya
keberhasilan
pendidikan
akan
menghasilkan suatu generasi tangguh yang siap menghadapi segala tantangan di masa datang. 1 Pembelajaran merupakan bagian atau elemen yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan pendidikan. Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi rendah. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru
dalam melaksanakan atau mengemas proses
pembelajaran. Pembelajaran yang di laksanakan secara baik dan tepat akan memberikan kontribusi sangat dominan pada siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit di kembangkan atau diberdayakan. 1
Dr .Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai,(Bandung: Alfabeta, 2011), Cet. 2, hlm.113.
1
Keberhasilan anak didik sangat ditentukan oleh model atau pola mengajar dan metode mengajar yang diterapkan oleh guru, di samping komponen sistem pembelajaran lainnya. Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang komponen-komponen saling berinteraksi sebagai satu kesatuan. Komponen sistem pembelajaran itu antara lain mencakup siswa, guru, tujuan pembelajaran, metode mengajar, saranadan prasarana, evaluasi dan lingkungan pembelajaran. Setiap guru atau pendidik lainnya harus menguasai komponen-komponen itu dan terampil menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Kualitas hasil belajar aqidah akhlaq siswa kelas IV di MI Darul Falah masih relatif rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah siswa kurang berpartisipasi dalam aktifitas pembelajaran di kelas. Melalui proses pembelajaran diharapkan terjalin tingkah laku yang baik sebagai hasil belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi berbagai faktor salah satunya adalah model pembelajaran. Guru harus mampu menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga tercipta perbuatan belajar siswa yang lebih aktif, produktif, efisien. Pembelajaran aqidah akhlaq yang selama ini berlangsung agaknya terasa kurang terkait terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi “makna” dan
“nilai” yang perlu
diinternalisasikan dalam diri peserta didik, untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat, dan berperilaku secara konkrit-agamis dalam kehidupan sehari-hari.
2
Proses Internalisasi hasil belajar akidah akhlaq menjadi sangat penting bagi peserta didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilainilai agama dalam kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai. Upaya dari pihak madrasah untuk dapat menginternalisasikan hasil belajar akidah akhlaq kepada diri peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah dengan penerapan metode latihan di lingkungan madrasah. Dari pemaparan di atas, penelitian ini mencoba membahas tentang penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar akidah akhlaq kepada peserta didik di MI Darul Falah 03 Damarwulan .
B. Penegasan Istilah Untuk memudahkan pengertian judul skripsi ini, maka penulis menganggap perlu untuk memberikan penegasan istilah dalam judul skripsi ini, antara lain sebagai berikut : 1. Metode Latihan Metode asal kata dari bahasa inggris ”Methode” yang berarti cara. Dalam bahasa indonesia, menjadi metode yang berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang di tentukan.2
2
Nur Khoiri, M.Ag., Metodologi Pembelajaran PAI , (Jepara: t.p.t.t ), hlm.5
3
Latihan adalah sesuatu yang dibiasakan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya. Dengan pendekatan ini, siswa dibiasakan mengamalkan ajaran agama, baik secara individual maupun secara kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Jadi metode latihan yang dimaksud adalah suatu cara yang dilakukan oleh pendidik dengan memberikan latihan-latihan atau tugastugas kepada siswa terhadap suatu perbuatan tertentu, agar siswa mempunyai kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.3
2. Internalisasi Internalisasi adalah penghayatan,4pendalaman (sebuah proses), internalisasi sebagai upaya dalam menghayati hasil belajar akidah akhlaq. Sehingga hasil belajar akidah akhlaq dapat tertanam dengan baik pada diri peserta didik, untuk selanjutnya menjadi sumber motivasi bagi peserta didik dalam bergerak, bertindak dan berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari sesuai dengan hasil belajar akidah akhlaq.5
3
Drs. Syaiful Bahri Djamarah,M.Ag.,Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,(Jakarta: Rineka Cipta,2010),hlm.242. 4 Purwodarminto ,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1976). 5 Dr . Saifuddin Azwar,M.A., Sikap Manusia,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1995), Cet. 1, hlm.57.
4
3.Hasil Belajar Aqidah Akhlaq Hasil belajar merupakan kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 6Sedangkan aqidah adalah keyakinan/keimanan yang benar yang terealisasikan dalam perilaku akhlak mulia.7 Jadi hasil belajar akidah akhlaq adalah perubahan kelakuan yang telah dicapai melalui aktifitas belajar pada mata pelajaran aqidah akhlak peserta didik MI Darul Falah 03 Damarwulan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Dari penegasan istilah di atas, dapat diketahui bahwa judul skripsi ini adalah studi lapangan terhadap penerapan metode latihan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq, apakah hasil belajar tersebut sudah tertanam dalam diri peserta didik, sehingga nilai-nilai ajaran Islam diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Rumusan Masalah Dari uraian yang penulis paparkan di atas maka ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja bentuk metode latihan yang diterapkan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya untuk menginternalisasikan hasil belajar akidah akhlaq tahun 2014/2015 ? 6
Dr. Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar,(Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), Cet. 16, hlm.22. 7 Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam,(Yogyakarta: LPPI UniversitasMuhammadiyah Yogyakarta, 1993), Cet.2, hlm.1.
5
2. Bagaimana hasil pelaksanaan kegiatan penerapan metode latihan terhadap internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq di MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara tahun 2014/2015? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bentuk penerapan metode latihan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya internalisasi hasil belajar akidah akhlaq. 2. Untuk mengetahui hasil penerapan kegiatan penerapan metode latihan sebagai internalisasi hasil belajar akidah akhlaq peserta didik di kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2014/2015. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis a. Dapat memperoleh informasi ilmiah tentang penerapan metode latihan pada hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlaq. b. Dapat menemukan konsep-konsep teoritis yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan hasil belajar mata pelajaran aqidah akhlaq peserta didik kelas IV MI Darul Falah 03 Kecamatan Keling Kabupaten Jepara tahun pelajaran 2014/2015. 2. Secara Praktis a. Memperluas pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran.
6
b. Penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran. c. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan bagi para pengajar. e. Bagi madrasah penelitian ini bisa membantu tercapainya tujuan madrasah yang telah ditetapkan. f.
Sebagai bahan masukan dan evaluasi guru untuk mengadakan perbaikan dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik terutama pada mata pelajaran aqidah akhlaq.
g. Dapat memperluas cakrawala pengetahuan peneliti dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan islam, khususnya tentang penerapan metode latihan pada internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq. F. Kajian Pustaka Dalam penelitian skripsi ini,penulis akan menjelaskan tentang. Penerapan metode Latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar akidah akhlaq di kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara, pada tahun 2014/2015. 1. Penelitian sebelumnya dalam kajian semacam ini telah mendahului penelitian ini, diantaranya adalah: Khoirul Anam, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul”Penerapan Metode Pembiasaan Pada Lingkungan Keluarga Dalam Mendidik Religiusitas Anak Usia 6-12 Tahun di Dukuh Ngaran, Mlesee, Ceper, Klaten”, menjelaskan tentang
7
mendidik religiusitas anak yang dilakukan oleh keluarga dengan menggunakan metode Latihan di Dukuh Ngaran, Mlese, Ceper, Klaten. 2. Penelitian Siti Nur Hanifah, tahun 2003,Fakkultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “ Metode Pembelajaran PAI dalam Pembentukan Apresiasi Keagamaan Anak TK Terpadu Budi MuliaII
Yogyakarta”.
Penelitian ini membahasmengenai bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan dalam membentuk apresiasi keagamaan anak serta bagaimana hasil yang dicapai dari pelaksanaan pembentukan apresiasi keagamaan pada anak. Penelitian dengan pendekatan kualitatif,berkesimpulan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan dalam membentuk apersepsi keagamaan anak TK Terpadu Budi Mulia adalah metode keeladanan dan Latihan. Adapun hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pembentukan apersepsi keagamaan di TK Terpadu Budi Mulia sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3. Tulisan Abuddin Natadalam “Filsafat Pendidikan Islam”, ia membahas alat pokok yang digunakan untuk mencapai setiap sasaran program pendidikan, yaitu metode pengajaran. Metode Latihan untuk membina dan menanamkan rasa beragama pada anak. 4. Adapun karangan Dr. M. Sobry Sutikno yang berjudul “Metode dan Model-model Pembelajaran” ia membahas tentang metode serta model pembelajaran yang menjadikan pembelajaran lebih variatif, aktif, inovatif, dan menyenangkan.
8
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan data penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah, maka penulis menggunakan metode-metode penelitian yang pada prinsipnya adalah suatu cara kerja yang dipergunakan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Jenis penelitian ini adalah filed research, yaitu penelitian yang di lakukan di lapangan atau di lingkungan tertentu8. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang konkrit tentang penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlak di MI Darul Falah 03 Damarwulan. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini mencoba meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas perisiwa pada masa sekarang.9 Dalam hal ini mengamati tentang penerapan metode Latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlak di MI Darul Falah 03 Damarwulan tahun pelajaran 2014. Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif adalah dilakukan pada kondisi alamiah(naturalistik), lebih bersifat deskriptif, lebih menekankan pada proses, melakukan analisis data secara induktif dan lebih menekankan makna. 8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), (Jakarta:Rineka Cipta, 1998), hlm.11. 9 Prof. Dr. Emzir, M.Pd.,Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data,(Jakarta:Raja Grafindo Persada).
9
3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di MI Darul Falah 03 Damarwulan. 4. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek penelitian ini ada dua, yang pertama, informan kunci,yaitu kepala madrasah,guru mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV, waka kurikulum. Kedua, informan pendukung, yaitu siswa. 5. Sumber Data Penelitian pada hakikatnya adalah mencari data, dan data harus digali berdasarkan sumbernya. Data–data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber yang meliputi sumber primerdan sumber sekunder. a.Data Primer Data primer adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.10 Dalam penelitian ini data primer berasal dari narasumber yaitu kepala madrasah, guru mata pelajaran aqidah akhlak kelas IV, waka kurikulum, dan siswa. b.Data Sekunder Data sekunder atau data kedua merupakan data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari subyek penelitian.11 Data sekunder diperoleh dari para siswa dan para staf administrasi,disamping data-data yang berkaitan dengan judul penelitian.
10
P. Joko Subagiyo, Metode Penelitian Dalam Teoridan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta,1997), hlm. 92. 11 Ibid, hlm.93.
10
6. Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah sebagai instrumen kunci,oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia atau human instrument. Peneliti sebagai instrumen karena ia merupakan peneliti sekaligus pelaksana, pelaksanaan pengumpulan data analisis dan penafsiran data dan akhirnya ia menjadi pelopor-pelopor hasil penelitiannya. 7. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode12, antara lain sebagai berikut: a.Observasi Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. Jadi, observasi adalah cara mengumpulkan data dengan pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Pengalaman langsung merupakan alat yang tepat untuk menguji suatu kebenaran. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan biasanya peneliti akan menanyakan langsung kepada subyek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan terhadap keabsahan data tersebut, jalan yang ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data-data kegiatan belajar mengajar mata pelajaran aqidah akhlak di MI Darul Falah Damarwulan Keling Jepara.
12
Ibid., hlm.37
11
b.Interview/Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dengan cara wawancara dengan orang-orang yang penulis anggap penting. Yaitu pada kepala madrasah, guru mata pelajara aqidah akhlaq, waka kurikulum, dan siswa. c. Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang lebih akurat selain diperoleh dari sumber manusia juga diperoleh dari dokumen. Dokumentasi ini dapat berupa catatancatatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan sebagainya. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari metode observasi dan metode wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil dari observasi dan metode wawancara akan lebih dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah baik kehidupan pribadi maupun sekolaah. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa, keadaan sarana dan prasarana pembelajaran aqidah akhlak di MI Darul Falah Damarwulan Keling Jepara. 8. Metode Analisis Data Analisa data dalam penelitian kualitatif sejak sebelum memasuki lapamgan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam penelitian kualitatif analisa data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
12
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Dari data-data yang didapatkan dari lapangan kemudian peneliti menganalisa kemudian menghubungkan dengan teori yang telah diungkapkan sebagai dasar acuan dalam penelitian kali ini. Adapun analisa data dalam hal ini,meliputi antara lain:13 a. Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi dengan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang didapatkan dari data lapangan mengenai penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq di kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara pada tahun pelajaran 2014/2015. Dalam hal ini peneliti mencari data yang sesuai dengan penelitian (observasi, dokumentasi, dan wawancara) yang peneliti lakukan sehingga data sudah didapatkan kemudian peneliti melakukan penyajian data. b. Data display (penyajian data). Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat bagian hubungan antarakategori dan sejenisnya. Yaitu penerapan metode latihan sebagai upaya
13
Ibid. , hlm. 129.
13
internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq. Dalam hal ini peneliti menganalisis dari data yang sudah terkumpul kemudian membuat data-data tersebut dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sehingga hal ini akan dapat atau mudah disimpilkan oleh peneliti dari hasil data yang diperoleh. c. Verification (kesimpulan). Dalam penelitian kualitatif kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah-masalah yang dirumuskan sejak awal, jika didapat bukti-bukti yang valid dankonsisten maka akan didapatkan kesimpulan yang kredibel. Dalam hal ini, data yang diperoleh dari reduksi data dan penyajian data melalui observasi, dokumentasi dan wawancara mengenai penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka selanjutnya adalah menyimpulkan sehingga sudah menjawab dari rumusan masalah yang ada. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya belum jelas dan setelah diteliti bisa menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausalitas atau interaktif, hipotesis atau teori. Ilustrasi dari prosedur di atas adalah pertama, peneliti mengadakan pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan pedoman yang sudah disiapkan sebelumnya.
14
Pada saat itulah dilakukan pencatatan dan tanya jawab dengan informan. Dari informasi yang diterima tersebut seringkali memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru, baik pada saat wawancara berlangsung maupun sudah berakhir atau disebut proses wawancara mendata. Setelah data dilacak, diperdalam dan diuji kebenarannya, selanjutnya dicari maknanya berdasarkan kajian kritik yang digunakan, dengan cara pemilihan, pemilahan, dan penganalisaan data. Langkah selanjutnya data transformasikan dan disusun secara tematik dalam bentuk teks naratif sesuai dengan karakter masing-masing. Terakhir, dicari makna yang paling esensial dari masing-masing tema berupa focus penelitian yang dituangkan dalam kesimpulan.
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memberikan gambaran yang jelas dan agar pembaca segera mengetahui pokok-pokok pembahasan skripsi, maka penulis menyusun sistematika sebagai berikut : Bagian awal Pada bagian ini akan dimuat beberapa halaman, diantaranya adalah halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman transliterasi arab latin, halaman ucapan terimakasih dan halaman daftar isi.
15
Bagian Isi Pada bagian ini meliputi : BAB Pertama, berisi uraian tentang pendahuluan, yang menjadi landasan bagi bab-bab selanjutnya. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan dan ditutup dengan sistematika penulisan skripsi. BAB Kedua, berisi tentang tentang kajian teori yang mengupas tentang metode latihan, tujuan metode latihan, dan tinjauan tentang internalisasi hasil belajar. BAB Ketiga, membahas kondisi dan gambaran umum tentang MI Darul Falah 03 Damarwulan, yang pembahasannya terdiri atas letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan perkembangannya, struktur organisasi, keadaan guru, siswa, dan karyawan serta sarana dan fasilitas madrasah. BAB Keempat, membahas tentang pelaksanaan metode latihan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya menginternalisasi hasil belajar Aqidah Akhlak para siswaKelas IV dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bab ini pula dibahas analisis metode latihan terhadap internalisasi hasil belajar. BAB Kelima, merupakan akhir dari penelitian skripsi ini, yang berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Latihan 1. Pengertian Metode Latihan Beberapa pengertian
metode menurut para ahli, salah satunya
adalah menurut M. Sobry Sutikno dalam bukunya Metode & Modelmodel Pembelajaran bahwa metode secara harfiah berarti suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Metode asal kata dari bahasa inggris ”Methode” yang berarti cara. Dalam bahasa indonesia, menjadi metode yang berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang di tentukan.1 Metode merupakan hasil dari kemantangan belajar sang pendidik terhadap dirinya sendiri. Tidak semua guru dapat menjalankan metode yang sama dengan kualitas yang sama, kebaikan metode terletak pada ketepatan memilih dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Seorang guru dalam menjalankan
1
fungsinya
sebagai
guru
adalah
menguasai
Nur Khoiri, M.Ag., Metodologi Pembelajaran PAI , (Jepara: t.p.t.t. ), hlm.5
metode
pengajaran, agar siswa memiliki minat untuk menerima pelajaran yang disampaikan. Metode
pembelajaran
adalah
cara-cara
menyajikan
materi
pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik dalam upaya untuk mencapai tujuan.2 Oleh karena itu, guru harus memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan pembelajaran. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam membelajarkan, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang harus dijadikan dasar pertimbangan pemilihan metode mengajar,3 antara lain: a. Berpedoman pada Tujuan Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai dalam setiap kegiatan interaksi edukatif. Tujuan dapat memberikan pedoman yang jelas bagi guru dalam mempersiapkan segala sesuatunya dalam
rangka
pengajaran,
termasuk
pemilihan
metode
mengajar. Metode
mengajar
yang
guru
pilih
tidak
boleh
dipertentangkan dengan tujuan yang telah dirumuskan, tapi metode mengajar yang dipilih itu harus mendukung kemana kegiatan interaksi edukatif
berproses guna mencapai
tujuannya. 2
Dr. M. Sobry Sutikno,Metode & Model-model Pembelajaran,(Lombok: Holistica,2014),Cet.1, hlm.34. 3 Drs. Syaiful Bahri Djamarah,M.Ag., Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ,(Jakarta: Rineka Cipta,2010),Cet.3,hlm.229.
b. Perbedaan Individual Anak Didik Perbedaan individual anak didik perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. Aspek- aspek perbedaan anak didik yang perlu dipegang adalah aspek biologis, intelektual, dan psikologis. c. Kemampuan Guru Kemampuan guru bermacam-macam, disebabkan latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Kemampuan guru yang berpengalaman tentu lebih berkualitas dibandingkan dengan kemampuan guru kurang berpengalaman dalam pendidikan dan pengajaran. Dari latar pendidikan dan pengalaman mengajar akan mempengaruhi bagaimana cara memilih metode mengajar yang baik dan benar. Jadi, kemampuan guru patut dipertimbangkan dalam pemilihan metode mengajar. d. Sifat Bahan Pelajaran Setiap mata pelajaran mempunyai sifat masing-masing. Paling tidak sifat mata pelajaran ini adalah mudah, sedang, dan sukar. Untuk metode tertentu barangkali cocok untuk mata pelajaran tertentu, tetapi belum tentu pas untuk mata pelajaran ini. Penting mengenal sifat mata pelajaran sebelum pemilihan metode dilaksanakan.
e. Situasi Kelas Guru yang berpengalaman tahu benar bahwa kelas dari hari ke hari selalu berubah sesuai kondisi psikologi anak didik. Ketika guru berusaha membagi anak didik ke dalam beberapa kelompok, guru akan menciptakan situasi kelas kepada situasi yang lain.
Di sini tergambar metode mengajar mana yang
harus dipilih sesuai kelas dan tujuan yang ingin dicapai. Jadi, situasi kelas mempengaruhi pemilihan metode mengajar. f. Kelengkapan Fasilitas Fasilitas yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan. Ada metode tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas di suatu sekolah. Sekolah-sekolah yang maju biasanya mempunyai fasilitas belajar lengkap sehingga sangat membantu guru dalam melaksanakan pengajaran dalam kelas. Sekolah-sekolah di daerah terpencil pada umumnya kekurangan fasilitas belajar sehingga kegiatan interaksi edukatif berjalan apa adanya secara sederhana. g. Kelebihan dan Kelemahan Metode Jumlah anak didik di kelas dan kelengkapan fasilitas mempunyai andil tepat tidaknya suatu metode dipergunakan untuk membantu proses pengajaran. Metode yang tepat untuk pengajaran
tergantung
dari
kecermatan
guru
dalam
memilihnya. Pemilihan yang terbaik adalah mencari titik kelemahan suatu metode untuk kemudian dicarikan metode yang dapat menutupi kelemahan metode tersebut. Menurut Dr. Zakiah Darojat dalam bukunya Metode Khusus Pengajaran Agama Islam istilah latihan sering disama artikan dengan istilah ulangan. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran tersebut.4 Metode latihan adalah suatu cara menyampaikan materi pelajaran untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelhara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. 5 Islam
juga menganjurkan untuk menggunakan metode latihan
dalam memberikan materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini termasuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif. Latihan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin, Rasulullah SAW memerintahkan kepada orang tua, dalam hal ini para pendidik agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan shalat, takkala mereka berumur tujuh tahun. 4
Dr. Zakiah Drajat,dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,2008), hlm.302 5 Dr. M.Sobry Sutikno, Metode & Model-model Pembelajaran,(Lombok:Holistica,2014), Cet.1, hlm.51
2.
Kelemahan dan Kelebihan Metode Latihan Metode latihan juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran.6 Kelebihan metode latihan antara lain: a. Pengertian siswa lebih luas melalui latihan berulang-ulang. b. Siswa
siap
menggunakan
keterampilan
karena
sudah
dibiasakan. c. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan. Adapun kelemahan metode latihan adalah: a. Siswa cenderung belajar secara mekanis. b. Dapat menyebabkan kebosanan. c. Mematikan kreasi siswa. d. Menimbulkan verbalisme (tahu kata-kata tetapi tak tahu arti). 3.
Bentuk-Bentuk Metode Latihan Beberapa bentuk latihan sebagai usaha untuk menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq para siswa, di antara bentuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: a. Berjabat tangan dan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, guru, maupun karyawan. b. Melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid. c. Melaksanakan sholat dhuha berjamaah di masjid.
6
Nur Khoiri,M.Ag.,Metodologi Pembelajaran PAI,(t.p.t.t),hlm.55.
d. Membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai. e. Melaksanakan pesantren kilat bagi siswa di bulan Ramadan. f. Mewajibkan semua warga madrasah putera-puteri berpakaian muslim/ muslimah setiap hari. g. Melaksanakan peringatan-peringatan hari besar agama Islam dengan melibatkan semua warga madrasah. h. Mewajibkan membaca doa saat mulai pelajaran dan akhir pelajaran.7 Dari beberapa jenis kegiatan di atas yang difokuskan dalam penelitian ini adalah program berjabat tangan dan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, guru, maupun karyawan, sholat dzuhur berjamaah, sholat dhuha berjamaah, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran, membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai.
7
Dokumentasi Kepala Madrasah MI Darul Falah 03 Damarwulan, dikutip pada tanggal 20 Mei 2015.
4.
Langkah-Langkah Metode Latihan Agar proses pembelajaran dengan metode latihan berjalan lancar, dan menghasilkan tujuan belajar secara efektif perlu diperhatikan langkahlangkah berikut: a. Harus diusahakan latihan tersebut jangan sampai membosankan anak. b. Latihan betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian anak didik. c. Agar anak didik tidak ragu, maka anak didik lebih dahulu diberikan pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan.8 Prinsip – prinsip menggunakan metode ini9: a. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan tertentu. b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bias lebih sempurna. c. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. d. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa. e. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial
dan berguna.
8
Ibid.,hlm.55. Drs. Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014),Cet.13, hlm.87. 9
B. Internalisasi Hasil Belajar 1. Pengertian Internalisasi Hasil Belajar Internalisasi adalah penghayatan,10 pendalaman (sebuah proses), internalisasi sebagai upaya dalam menghayati hasil belajar akidah akhlaq. Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan hakikat sikap yang diterima itu sendiri dianggap oleh individu sebagai memuaskan. Sikap sedemikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk berubah selama system nilai yang ada dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan. 11 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
12
Keberhasilan pengajaran
dapat dilihat dari segi hasil belajarnya, proses pengajaran yang optimal memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Jadi internalisasi hasil belajar
adalah penghayatan atau
pendalaman yang menimbulkan perubahan kelakuan yang telah dicapai melalui aktifitas belajar. 2. Bentuk-Bentuk Hasil Belajar
10
Purwodarminto, Kamus mum Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1976). Dr. Saifuddin Azwar,M.A.,Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1995), Cet.2, hlm.57. 12 Dr. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2011), Cet.16,hlm.22. 11
Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan inteletual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotrik.13
a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkenaaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni : 1) Pengetahuan atau ingatan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali tentang rumus, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota dan sebagainya. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman. 2) Pemahaman adalah kemampun siswa untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori:
13
Ibid.
a) Tingkat rendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti sebenarnya, misalnya dari bhasa inggriske dalam bahasa Indonesia. b) Tingkat
kedua
adalah
pemahaman
penafsiran,
yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. c) Pemahaman pemahaman
tingkat
ketiga
ekstrapolasi.
atau Dengan
tingkat
tertinggi
ekstrapolasi
adalah
diharapkan
seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya. Meskipun pemahaman dapat dipilahkan menjadi tiga tingkatan di atas, perlu disadari bahwa menarik garis yang tegas antara ketiganya tidaklah mudah. Penyusun tes dapat membedakan item yang susunannya termasuk sub-kategori., tetapi tidak perlu berlarut-larut mempermasalahkan ketiga perbedaan itu. Sejauh dengan mudah dapat dibedakan antara pemahaman terjemah, penafsiran, dan ekstrapolasi, bedakanlah untuk kepentingan penyusunan soal tes hasil belajar. 3) Aplikasi adalah penggunaan abtraksi pada situasi kongkrek atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
4) Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. 5) Sintesis merupakan penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. 6) Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan,gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil,dll. Mengembangkan kemampuan evaluasi penting bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Mampu memberikan evaluasi tentang kebijakan mengenai kesempatan belajar, kesepatan bekerja, dapat mengembangkannpartisipasi serta tanggung jawabnya sebagai warga Negara. Mengembangkan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya. b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan social. Sekalipun bahan peljaran berisi ranah kognitif, ranah afektif harus menjadi bagian integral dari bahan tersebut dan harus tampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang komplek, yaitu: 1) Reciving atau penerimaan, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang dating kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala,dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control, dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. 2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang dari dirinya. 3) Valuing atau penilaian berkenaaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima niai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. 4) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu system organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk ke dalam organisasi adalah konsep tenyang niai, organisasi system nilai,dll. 5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pada
kepribadian dan tingkah lakunya. Kedalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik,yakni: 1) Gerakan reflex (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar), 2) Keterampilan pada gerakan dasar, 3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain, 4) Kemamapuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan, 5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang komplek, 6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative. 3. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu factor dari dalam diri siswa itu dan factor yang datang dari luar diri siswa atau factor lingkungan.14 Factor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Factor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan 14
Drs. Nana Sudjana, Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru Algensindo,2014),Cet.13, hlm.39
disadarinya. Siswa harus merasakan, adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi. Ia harus berusaha mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencapainya. Hasil yang diraih juga bergantung dari factor lingkungan. Artinya, ada factor-faktor yang berada diluar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil belajar pada hakikatnya tersirat dalam tujuan pengajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kedua factor di atas (kemampuan siswa dan kualitas pengajaran) mempunyai hubungan berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Artinya, makin tinggi kemampuan siswa dan kualitas pengajaran, makin tinggi pula hasil belajar siswa. Disamping factor kemampuan dan kualitas pengajaran itu, juga terdapat factor lain, seperti motivasi belajar, minat dan pehatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, factor fisik dan psikis. C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq 1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Mata pelajaran aqidah akhlaq merupakan cabang dari pendidikan agama islam. Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada
ya’qidu –‘aqidan –‘aqidatan. ‘Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah berarti keyakinan. Relevansi antara arti kata ‘aqdan dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh did alam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. 15 Secara terminology, terdapat beberapa definisi antara lain: a. Menurut Hasan al-Banna اﻟﻌﻘﺎ ﺋﺪ ھﻲ ا ﻻ ﻣﻮ را ﻟﺘﻲ ﯾﺠﺐ ان ﯾﺼﺪ ق ﺑﮭﺎ ﻗﻠﺒﻚ و ﺗﻄﻤﺌﻦ ا ﻟﯿﮭﺎ ﻧﻔﺴﻚ و ﺗﻜﻮن ﯾﻘﯿﻨﺎ ﻋﻨﺪ ك ﻻ ﯾﻤﺎ ز ﺧﮫ رﯾﺐ وﻻ ﯾﺨﺎ ﻟﻄﮫ ﺷﻚ
“Aqa’id (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu), mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keraguraguan”. b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy: ,واﻟﺴﻤﻊ واﻟﻔﻄﺮة,ا ﻟﻌﻘﯿﺪ ة ھﻲ ﻣﺠﻤﻮ ﻋﺔ ﻣﻦ ﻗﻀﺎ ﯾﺎ اﻟﺤﻖ اﻟﺒﺪ ھﯿﺔ اﻟﻤﺴﻠﻤﺔ ﺑﺎ ﻟﻌﻘﻞ ﻗﺎ طﻌﺎ ﺑﻮ ﺟﻮ دھﺎ و ﺛﺒﻮ ﺗﮭﺎ, و ﯾﺜﻨﻲ ﻋﻠﯿﮭﺎ ﺻﺪ ر ه ﺟﺎ ز ﻣﺎ ﺑﺼﺤﺘﮭﺎ,ﯾﻌﻘﺪ ﻋﻠﯿﮭﺎ اﻻﻧﺴﺎن ﻗﻠﺒﮫ ﻻ ﯾﺮي ﺟﻼ ﻓﮭﺎ اﻧﮫ ﯾﺼﺢ او ﯾﻜﻮن ا ﺑﺪا
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.(Kebenaran) itu dipatrikan (oleh manusia) di dalam hati (serta) di yakini kesahihan dan
15
Drs. H. Yunahar Ilyas,LC.Kuliah Aqidah Islam,(Yogyakarta: LPPI Universitas Muhammadiyah, 1993),Cet.2,hlm.1.
kebenarannya (secra pasti) dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Secara etimologi akhlaq adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian etimologi seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun. Jadi,
mata
pelajaran
aqidah
akhlaq
adalah
cabang
dari
PendidikanAgama Islam yang merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan
peserta
didik
untuk
mengenal,
memahami,
menghayati dan mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan AlQur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,dan latihan. 2. Tujuan Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Tujuan adanya mata pelajaran Aqidah16 adalah sebagai dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlaq yang mulia dan bermu’amalat dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT. Kalau tidak dilandasi dengan aqidah, sesorang tidaklah dinamai berakhlaq mulia bila tidak memiliki aqidah yang benar. Begitu seterusnya bolak balik dan bersinar.
16
Ibid., hlm.9.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah adalah:17 a. Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan lain-lain. b. Nubuwat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang Kitab-Kitab Allah, mu’jizat, karamat dan lain sebagainya. c. Ruhaniyat, yaitu pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syetan, Roh, dan lain sebagainya. d. Sam’iyyat, yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bias diketahui lewat Sam’I ( dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah seperti alam barzah, akhirat, azab kubur tanda-tanda kiamat,surga neraka,dan lainlain.) Disamping
sistematika di atas, pembahasan aqidah bisa juga
mengikuti sistematika arkanul iman yaitu: 18 a. Iman kepada Allah SWT. b. Iman kepada Malaikat. c. Iman kepada Kitab-Kitab Allah. d. Iman kepada Nabi dan Rosul. 17 18
Ibid., hlm.5. Ibid., hlm.6.
e. Iman kepada Hari Kiamat. f. Iman kepada Takdir Allah. Ruang Lingkup Akhlaq a. Akhlaq Pribadi . terdiri dari: 1). yang diperintahkan, 2). yang dilarang, 3).yang dibolehkan, 4). akhlaq dalam keadaan darurat. b. Akhlaq Berkeluarga, terdiri dari: 1) kewajiban timbal balik orang tua dan anak,2).kewajiban suami istri,3) kewajiban terhadap karib kerabat. c. Akhlak Bermasyarakat,
terdiri
dari:
1).
yang dilarang,
2).yang
diperintahkan, dan 3). kaedah-kaedah adab. d. Akhlaq Bernegara, terdiri dari: 1). hubungan antara pemimpin dan rakyat, 2). hubungan luar negeri. e. Akhlak Beragama,yaitu kewajiban terhadap Allah SWT. Dari sistematika ruang lingkup akhlaq diatas sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertical dengan Allah SWT maupun secara horisontal sesama makhluk-Nya.
BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Dan Keadaan Geografis MI Darul Falah 03 Damarwulan terletak di Desa Damarwulan RT. 11 RW.01, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Letak
bangunan
gedung MI Darul Falah 03 Damarwulan ini sangat strategis. Bangunan berdiri diatas tanah seluas 571 m2 dan luas bangunan 158 m2 ini berbatasan dengan: a. Sebelah Barat
: Perkebunan
b. Sebelah Utara
: Masjid Baitul Mukminin
c. Sebelah Timur
: TPQ Hidayatul Mubtadi’in 1
d. Sebelah Selatan : Rumah Warga Keadaan lingkungan madrasahpun dapat dikatakan baik, sebab keadaan madrasah yang bersih, tidak terlalu bising dan disekitar madrasah tersebut bukan daerah pertokoan serta letaknya juga jauh dari pasar.
2. Sejarah berdirinya MI Darul Falah 03 Damarwulan MI Darul Falah 03 Damarwulan memiliki akar sejarah yang cukup panjang. Untuk pertama kalinya gedung yang terletak di pedesaan ini digunakan sebagai tempat pendidikan. Oleh para tokoh agama serta tokoh masyarakat
desa damarwulan yang berawal dari kekhawatiran
banyaknya anak usia taman kanak-kanak mengenyam pendidikan di sebuah TK agama non muslim karena jangkaun yang lebih dekat, akhirnya mereka memusyawarahan untuk mendirikan lembaga pendidikan islam yang tujuan utamanya adalah anak-anak muslim bisa mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan yang sesuai agamanya. Dari situlah mulai berdirinya yayasan pendidikan Darul Falah. Pada tahun 2005 yang dimulai dari pendirian Raudhatul Athfal 03 Damarwulan, kemudian disusul pendirian MI Darul Falah 03 Damarwulan. Tempat pendidikan ini diberi nama “ MI Darul Falah ”, sebelumnya sempat pemilihan beberapa nama untuk madrash ini ada yang mengusulkan Darun Najah, kemudian Darus Salam dengan berbagai pertimbangan akhirnya dipilih Darul Falah yang memiliki makna sebuah harapan untuk menunjang rumah keselamatan atau kebahagian. Dibawah asuhan Bapak Sujoto Abdullah Salam sebagai ketua yayasan. Adapun realisasi berdirinya MI Darul Falah 03 Damarwulan ini berlangsung tanggal 25 Februari 2007. Pada periode pertama Madrasah ini dibawah pimpinan Bapak Ahmad Sadi, S.Pd.I. menjabat pada kurun waktu dari tahun 2007-2012. Dalam periode ini sudah mulai terasa adanya kestabilan dan ketertiban dalam organisasi madrasah. Hasil prestasi ujianpun mencapai kelulusan 100%, karena telah terbina dan tertanamkannya kedisiplinan guru dan muridnya. Karena Bapak Ahamd Sadi masa jabatannnya habis, maka sebagai pimpinannya dilimpahkan pada Bapak Abdul Hadi,S.Pd.I. Bapak
Abdul Hadi, S.Pd.I yang menjabat mulai tahun 2013 . Dalam periode ini mulai ditingkatkan penerapan pembiasan-pembiasaan pada siswa untuk mampu meningkatkan hasil belajarnya. Madrasah memperoleh bantuan kerjasama dari Australia (AUSAID) dan mulai tahun ini realisasi kerjasama AUSAID kelihatan sangat maju, sehingga dapat membangun lagi sebuah ruang kelas baru. Pada tahun ajaran 2013/2014 pula madrasah mendapat kepercayaan untuk mengadakan ujian sendiri.
3. Struktur Organisasi MI Darul Falah 03 Damarwulan Untuk mewujudkan tujuan pendidikan diperlukan adanya suatu koordinasi dan kerjasama yang baik dalam suatu struktur organisasi, sehingga kegiatan pendidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Susunan organisasi madrasah dibentuk berdasarkan keadaan dan kebutuhan madrasah masing-masing susunan organisasi MI Darul Falah 03 Damarwulan dipimpin langsung oleh kepala madrasah dan dibantu oleh wakilnya. Untuk membantu kepala madrasah dan wakilnya diperlukan beberapa staf bawahan, baik tenaga edukatif maupun administratif. Adapun struktur organisasinya sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH Kepala Sekolah Abdul Hadi, S.Pd.I
Komite Sekolah Sukamat, S.Pd.I
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL/GURU Tata Usaha Muhamadun Rian H.
Unit Perpustakaan Ali Shodikin, S.Sy
Guru Kelas I Juita Fitria N.
Guru Kelas II Kustrianawati
Guru Kelas III Sadi, S.Pd.I
Guru Kelas IV Abu Rozin Fuad
Guru Agama Abd.Hadi, S.Pd.I
Guru Olahraga Abu Rozin Fuad
Guru B. Inggris Fitria Ulfa, S.Pd.I
Guru M Lokal Sadi,S.Pd.I
SISWA
Guru Kelas V Ali Sodikin, S.Sy.
.............................
PENJAGA MASYARAKAT SEKITAR
Guru Kelas VI Ali Maschan
17
Personalia yang menangani proses pengajaran di MI Darul Falah 03 Damarwulan adalah Kepala madrasah sebagai pimpinan tertinggi dan dibantu oleh staf-stafnya di berbagai bidang.
4. Profil Guru dan Siswa MI Daru; Falah 03 Damarwulan a. Keadaan Guru Dari hasil penelitian mengenai tenaga pengajar di MI Darul Falah 03 Damarwulan Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ada 9 Guru, yang terdiri dari 7 laki-laki dan 2 perempuan. Untuk lebih rincinya lihat tabel I di bawah ini : TABEL I DAFTAR NAMA GURU MI DARUL FALAH 03 DAMARWULAN No Nama 1
Abdul Hadi, S.Pd.I
Mata Pelajaran Al
Qur’an
Status
Hadits GTY
(Kelas 4,5,6) 2
Abu Rozin Fuad
PKn. IPS
GTY
(Kelas 4,5,6) 3
Ali Shodikin, S.Sy
IPA (Kelas 4,5,6)
GTY
4
Juita Fitria Ningsih
MTK (Kelas 4,5,6) GTY Guru Kelas 1
5
Sadi, S.Pd.I
Guru Kelas 3,B.Jawa GTY (Kelas 4,5,6)
6
Muhammad Sofyan Atsauri
Akidah, Fiqih (Kelas GTY 4,5,6)
7
Ali Maschan
Bahasa Arab,
GTY
Tahasus (Kelas 4,5,6) 8
Kustrianawati
Guru
Kelas
B.Indonesia
2, GTY (Kelas
4,5,6) 9
Muhamadun Riyan Hidayat
Penjaskes (Kelas
GTY
4,5,6), TU.
b. Keadaan Siswa Anak didik adalah komponen inti dalam kegiatan pendidikan, maka anak didiklah sebagai pokok persoalan dalam interaksi edukatif. Guru perlu memahami karakteristik anak didik sehingga mudah melaksanakan interaksi edukatif. Tanpa adanya anak didik dalam proses belajar mengajar, kegiatan belajar atau interaksi belajar mengajar tidak mungkin dapat berjalan. Dari data yang terkumpul pada penelitian tentang jumlah siswa MI Darul Falah 03 Damarwulan adalah sebagai berikut; jumlah siswa seluruhnya 73 anak yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 13 siswa, kelas 2 sebanyak 13 dan kelas 3 sebanyak 14 anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel II di bawah ini :
TABEL II JUMLAH SISWA MI DARUL FALAH 03 DAMARWULAN 2014/2015 NO
KELAS
JUMLAH
1
1
13
L=8
P =5
2
2
13
L =7
P =6
3
3
14
L =6
P =8
4
4
13
L =5
P =8
5
5
13
L =5
P =8
6
6
7
L=5
P =2
73
L = 36
P = 37
Jumlah
KETERANGAN
Demikianlah tentang keadaan guru dan siswa di MI Darul Falah 03 Damarwulan. 5. Sarana dan Prasarana MI Darul Falah 03 Damarwulan Dalam kegiatan proses belajar mengajar, sarana dan fasilitas tidak boleh diabaikan, sebab sarana dan fasilitas merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya. Dan bagaimanapun juga sarana dan fasilitas itu ikut dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Dari data yang terkumpul pada penelitian ini terutama mengenai sarana dan fasilitas pendidikan dapat penulis laporkan sebagai berikut: Sarana dan fasilitas yang dimiliki MI Darul Falah 03 Damarwulan adalah: a. Lokal yang meliputi: 1). Ruang kepala madrasah ada satu local 2). Ruang guru ada satu local
3). Ruang kelas ada 6 kelas local 4). Ruang kantor / tata usaha ada satu local 5). Ruang perpustakaan ada satu local 6). Ruang UKS ada satu local 7). Ruang koperasi satu local 8). Kamar mandi ada 2 lokal b. Alat-alat perlengkapan belajar meliputi; 1). Kursi dan meja guru 2). Kursi dan meja tulis siswa 3). Papan tulis, kapur tulis dan penghapus 4). Papan data 5). Papan absen siswa 6). Papan pengumuman 7). Papan majalah dinding 8). Alat peraga yang terdiri dari gambar-gambar, peta dunia, peta indonesia, globe. c. Alat-alat 1). Lapangan volly, bulu tangkis, kasti dan lain-lain. 2). Bola (Volly, tenis meja, kasti), net dan raketnya. 3). Cakram dan peluru 4). Musik untuk senam 5). Lain-lain d. Peralatan Kepramukaan
1). Tenda dan bendera 2). Tongkat dan tali 3). PPPK 4).Lain-lain e. Perlengkapan perpustakaan yang meliputi; 1). Buku-buku, baik buku paket , buku bidang studi umum dan buku
bidang
agama
serta
bacaan-bacaan
lain
yang
menyangkut soal pendidikan dapat menaikkan prestasi belajar siswa-siswi. 2). Rak buku perpustakaan dan almari 3). Komputer 4). Meja dan kursi yang gunanya untuk membaca didalam perpustakaan 5). Lain-lain g. Alat-alat yang menyangkut masalah ketrampilan sudah cukup, terutama dalam bidang UKM. Secara umum pihak madrasah menyediakan semua kebutuhan siswa dalam hal buku-buku paket dan keperluan lain seperti olah raga, P3K, Kesehatan, Ibadah dan kesehatan madrasah itu semua dicukupi oleh madrasah dan demikian juga alat-alat pramukanya. Dengan melihat keterangan-keterangan diatas, maka keadaan fasilitas pendidikan di MI Darul Falah 03 Damarwulan adalah memadai.
BAB I V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Bentuk-bentuk Metode Latihan yang Diterapkan di Kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan
Ketika seseorang telah mengalami proses pendidikan tentu terdapat sesuatu yang diharapkan dapat terwujud, yaitu manusia yang utuh baik jasmani maupun rohani. Tujuan utama pendidikan adalah pendidikan akhlak. Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan murid mempelajari
segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang
adalah
dan
kesempurnaan
akhlak
keutamaan
jiwanya.1
Maka
untuk
menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq yang ditekankan pada peningkatkan nilai keimanan dan ketaqwaan siswa terhadap Allah SWT, madrasah menerapkan metode latihan yang pada penelitian ini di fokuskan pada siswa kelas IV. Beberapa bentuk latihan sebagai usaha untuk menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq para siswa, di antara bentuk kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berjabat tangan dan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, guru, maupun karyawan. 2. Melaksanakan sholat dzuhur berjamaah di masjid. 3. Melaksanakan sholat dhuha berjamaah di masjid. 4. Membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai. 5. Melaksanakan pesantren kilat bagi siswa di bulan Ramadan. 6. Mewajibkan semua warga madrasah putera-puteri berpakaian muslim/ muslimah setiap hari.
1
Nur Khoiri, M.Ag.,Metodologi Pembelajaran PAI,(Jepara: t.p.t.t),hlm.12.
7. Melaksanakan peringatan-peringatan hari besar agama Islam dengan melibatkan semua warga madrasah. 8. Mewajibkan membaca doa saat mulai pelajaran dan akhir pelajaran.2 Dari beberapa jenis kegiatan di atas yang difokuskan dalam penelitian ini adalah program berjabat tangan dan mengucapkan salam sewaktu bertemu teman, guru, maupun karyawan, sholat dzuhur berjamaah, sholat dhuha berjamaah, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran, membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai. Metode latihan juga digunakan oleh Al-qur’an dalam memberikan materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Latihan-latihan dalam pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Melatih anak shalat, lebihlebih dilakukan secara berjamaah itu sangat penting. Karena akan menjadi kebiasaan mereka sampai dewasa hingga akhir hayat mereka. Berikut ini hasil wawancara dengan Bapak kepala madrasah tentang dilaksanakannya latihan-latihan tersebut di MI Darul Falah 03 Damarwulan : “ Secara umum tujuan dari dilaksanakannya latihan-latihan tersebut adalah untuk memunculkan nila-nilai religious (KI 1), seperti yang diharapkan pada penerapan kurikulum baru kurikulum 2013.”3 Menjadikan siswa yang religious merupakan suatu usaha madrasah agar siswa-siswi dapat menjalankan ajaran-ajaran islam seperti ajaran aqidah akhlaq dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan yang lebih rinci tentang latihan tersebut dijelaskan oleh guru aqidah akhlaq sebagai berikut : “ Latihan-latihan ini bertujuan agar para siswa mampu menerapkannya pada hasil belajar aqidah akhlak dengan perubahan sikap mereka yang lebih baik.”4 2
Dokumentasi Kepala Madrasah MI Darul Falah 03 Damarwulan, dikutip pada tanggal 20 Mei 2015. Hasil wawancara tanggal 20 Mei 2015. 4 Hasil wawancara pada tanggal 20 Mei 2015. 3
Dari beberapa pendapat tentang tujuan latihan yang diterapkan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tujuan diterapkan latihan-latihan tersebut adalah agar peserta didik di MI Darul Falah 03 Damarwulan mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi dalam menjalankan latihan tersebut dan dapat terinternalisasi dalam hasil belajar aqidah dan diterapkan dalam diri peserta didik dan dalam kehidupan seharihari, sehingga tercapainya kompetensi inti 1 (KI 1) pada kurikulum 2013. Pada penelitian ini, dari beberapa latihan yang diterapkan yang akan dipaparkan adalah kegiatan : jama’ah sholat dzuhur, sholat dhuha, membaca suratsurat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran, berjabat tangan dan mengucapkan salam sewaktu bertemu dengan guru, karyawan, siswa. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada pemaparan latihan-latihan yang diterapkan di MI Darul Falah 03 Damarwulan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq, sebagai berikut: 1. Sholat Dzuhur Berjamaah Sholat dhuhur berjamaah wajib dilakukan oleh seluruh siswa kelas IV di MI Darul Falah 03 Damarwulan. Diberlakukan bagi siswa-siswi kelas IV sesudah jam ke6 atau pada jam istirahat kedua, yaitu pukul 11.45. Kegiatan tersebut dilakukan di Masjid yang berdekatan dengan MI Darul Falah, sudah ada kerjasama antara pihak madrasah dengan pengelola masjid tersebut, dan sudah dibentuk jadwal untuk imam dan pengawas sholat. Untuk lebih jelasnya, jadwal iman dan pengawas sholat dapat dilihat pada lampiran. Imam bertugas sebagai imam dalam sholat sekaligus memimpin berdzikir dan berdo’a bersama sesudah sholat. Berdzikir bersama biasanya membaca istighfar, tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 33 kali. Berdo’a bersama biasanya berdo’a untuk kedua orang-tua dan untuk keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa fungsi imam sholat sangat membantu jalannya kegiatan sholat berjama’ah. Apalagi sudah ada jadwalnya sendiri sehingga kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan tertib dan teratur. Kadang-kadang ada siswa yang malas melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, tetapi mereka selalu dikontrol agar semua siswa melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Pengontrolan ini dilakukan agar mereka terbiasa melaksanakan sholat lima waktu dan sebisa mungkin dilaksanakan secara berjamaah. Adanya pengontrolan ini seperti diungkapkan oleh Bapak Abdul Hadi : “ Untuk mengetahui siswa yang tidak mengikuti shalat dzuhur berjamaah, saya sendiri yang mengawasi jalannya shalat dzuhur berjamaah tersebut. Jadi , jika ada siswa yang tidak mengikuti langsung menghadap langsung dengan saya.”5 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan jamaah sholat dzuhur di MI Darul Falah 03 Damarwulan dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Diharapkan agar peserta didik terbiasa melaksanakan sholat secara berjamaah. Sholat merupakan tiang agama dan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, sedangkan apabila seseorang melakukan shalat bersama, sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang, yaitu imam dan ma’mum itulah shalat berjamaah. Adapun hukumnya adalah sunnah muakkad, shalat berjamaah bila dibandinkan dengan shalat sendirian maka pahalanya 27 derajat, sebagimana sabda Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.
ًﺻﻼَةِ اﻟْ َﻔ ﱢﺬ ﺑِ َﺴْﺒ ِﻊ َوﻋِ ْﺸ ِﺮ ﻳْ َﻦ َد َر َﺟﺔ َ ﻀ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َ ْﺻﻼَةُ اﳉَْﻤَﺎ َﻋ ِﺔ أَﻓ َ “Sholat jama’ah itu lebih utama dari pada sholat sendirian, dengan berlipat dua puluh tujuh derajat .”
5
Hasil wawacara tanggal 20 Mei 2015.
2. Sholat Dhuha Kegiatan sholat dhuha juga menjadi latihan di MI Darul Falah 03 Damarwulan
dan diwajibkan seperti sholat dzuhur berjamaah. Berikut ini hasil
wawancara dengan Bapak Sofyan Atsauri: “Saya selalu memberi nasehat pada anak-anak kelas empat untuk melaksanakan shalat dhuha agar mereka dilimpahkan rizki kemudahan dalam menerima pelajaran, terutama dalam aqidah akhlaq mereka. Dengan rajin melakukan ibadah-ibadah tersebut tentu tanpa sadar aqidah akhlaq mereka akan makin baik, bisa dilihat dari segi afektif siswa.” 6 Berdasarkan ungkapan di atas dan observasi yang dilakukan maka kegiatan melaksanakan sholat dhuha di kalangan siswa-siswi MI Darul Falah 03 Damarwulan cukup tinggi. Ada sebagian siswa yang melaksanakannya karena adanya dorongan dan nasehat dari guru, tetapi ada juga yang melaksanakannya karena sudah terbiasa di rumah, sehingga tumbuh kesadaran, seperti yang dikatakan oleh salah seorang siswa bernama Sibthi Ismatun Nafi’ah sebagai berikut : “Saya melaksanakan shalat dhuha karena dianjurkan oleh guru, tapi sebelum dianjurkan oleh guru saya dirumah sudah melaksanaknnya terkadang jika melihat ibu saya shalat dhuha dan saya diajak ibu, sehinggga saya terbiasa melaksanakan shalat dhuha.”7 Kegiatan sholat dhuha ini biasanya dilaksanakan pada jam istirahat pertama, yaitu pukul 09.15. Mereka melaksanakannya di masjid secara berjama’ah melaksanakannya sebanyak dua rekaat. Pelaksanaan shalat dhuha juga sudah terjadwal imam serta pengawas shalat. 3. Membaca Surat-Surat Pendek dan Asma’ul Husna Sebelum Pelajaran Dimulai Kegiatan membaca surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai merupakan latihan yang wajib dilakukan oleh semua siswa dan siswi di MI 6 7
Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2015. Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2015.
Darul Falah 03 Damarwulan terutama kelas IV agar para siswa lancar membaca Alqur’an, dimulai dari latihan membaca surat-surat pilihan tersebut.
Biasanya
dilakukan kurang lebih 20 menit, yang dipandu oleh guru yang mengajar pada jam pertama, tetapi apabila gurunya belum hadir maka kegiatan tersebut berjalan sendiri dengan dipimpin oleh ketua kelas. Cara membacanya dilakukan secara bersamasama. Menurut Bapak Sofyan Atsauri bahwa ada dua siswa yang belum lancar membaca surat pendek dan asma’ul husna, berikut ini hsil wawancaranya: “Tidak semua anak kelas empat lancar membaca surat pendek dan asma’ul husna apalagi kalau disuruh membaca sendiri-sendiri. Anak yang belum lancar saya beri saran untuk mengikuti tpq dan meminta bimbingan orang tua atau saudara dirumah sehingga lancar dalam membaca surat pendek dan asma’ul husna. Sehingga kedepannya memudahkan mereka membaca al-qur’an, karena orang islam wajib bisa membaca kitab sucinya dengan baik dan dengan memahami kandungan ayat-ayat al-qur’an maka sedikit demi sedikit aqidah akhlaq atau khususnya tingkahlaku dan budi pekerti mereka lebih baik sesuai dengan syariat islam.”8 Hal yang sama juga diungkapkan Bapak Ali Maschan sebagai berikut ini “Kegiatan tersebut merupakan sarana untuk melatih anak gemar membaca ayat-ayat al-qur’an sehingga membantu saya dalam menyampaikan materi bahasa arab. Dengan pembiasaan membaca surat pendek dan asma’ul husna, anak-anak tentu sudah mengenal huruf hijaiyah dengan baik dan mampu membacanya.”9 Berdasarkan pernyataan Bapak Sofyan Atsauri dan Bapak Ali Maschan maka kegiatan membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna tersebut bertujuan agar para siswa-siswi di MI Darul Falah 03 Damarwulan dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar sehingga mereka gemar membacanya dan dapat mengambil pelajaran darinya, serta memahami asma-asma Allah melalui asma’ul husna sehingga latihan tersebut bisa terinternalisasi dalam hasil belajar aqidah akhlaq mereka.
8 9
Hasil wawancara pada tanggal 21 Mei 2015. Hasil wawancara paa tanggal 21 Mei 2015.
4. Membaca Do’a Sebelum dan Sesudah Pelajaran Kegiatan membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran merupakan latihan yang diwajibkan bagi semua siswa-siswi di MI Darul Falah 03 Damarwulan. Kegiatan tersebut dipimpin oleh ketua kelas setelah guru yang akan mengajar masuk kelas. Sebelumnya mereka memberi salam, baru setelah itu mulai berdo'a. Do'a yang dibaca adalah sebagai berikut :
َارُزﻗ ِْﲎ ﻓَـ ْﻬﻤًﺎ ْ ِزْدﻧِﯩﻌِْﻠﻤَﺎ و Doa tersebut dibaca ketika jam pertama, sedangkan bacaan do’a pada jam terakhir atau ketika mau pulang adalah membaca Surat Al Asr. Manusia adalah makhluk lemah yang tidak berarti apa-apa di hadapan Allah SWT. Dalam segala usaha yang dilakukan manusia harus disertai dengan berdo’a, tanpa rahmat dan nikmat Allah SWT, manusia tidak akan bisa mencapai usahausahanya tersebut, bahkan tidak akan pernah ada di atas permukaan bumi ini. Dengan selalu berdo’a akan semakin mengingatkan dan mendekatkan diri pada Allah sehingga perilaku kita maupun aqidah akhlaq kita bisa terkendali dengan baik. 5. Berjabat Tangan dan Mengucapkan Salam Di lingkungan MI Darul Falah 03 Damarwulan di antara sesama warga madrasah (guru, karyawan, dan para siswa) dibiasakan “3 S” yaitu dibiasakan salam, senyum, dan sapa apabila bertemu. Kegiatan tersebut bertujuan agar di antara sesama warga madrasah terjalin hubungan yang harmonis dan dinamis. Semua warga madrasah dibiasakan untuk mengucapkan salam dan berjabat tangan pada setiap bertemu dengan para guru, karyawan dan siswa. Berjabat tangan dilakukan antara perempuan dengan perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki, walaupun masih ada sebagian siswa atau siswi yang berjabat tangan dengan guru perempuan atau guru
laki-laki. Hal ini biasanya dilakukan pada setiap pagi, awal memasuki lingkungan madrasah. Setiap guru dan karyawan yang bertugas piket harian diwajibkan untuk datang lebih awal, biasanya mereka sudah siap di depan pintu gerbang untuk mengawasi dan mengamati tingkah laku anak didik sambil berjabat tangan dengan para siswa yang baru memasuki pintu gerbang madrasah. Kegiatan tersebut merupakan program latihan yang diterapkan di MI Darul Falah 03 Damarwulan untuk membentuk lingkungan madrasah yang kondusif dengan semangat kekeluargaan, keakraban, dan kehangatan dengan menghargai orang lain, disiplin, dan bertanggungjawab. Dari kegiatan tersebut para siswa menjadi terbiasa menyapa dan berjabat tangan serta mengucapkan salam dengan teman-temannya, sehingga ada ikatan tidak ada jarak yang memisahkan di antara warga madrasah. B. Pembahasan Hasil Penelitian Beberapa latihan-latihan yang diterapkan di kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan, seperti yang dipaparkan diatas. Kegiatan latihan-latihan tersebut dilaksanakan diluar jam belajar mengajar di kelas. Semua guru terutama guru dibidang aqidah akhlaq selalu memberikan nasehat dan dorongan-dorongan agar para siswa menerapkan hasil belajarnya terutama ajaran aqidah akhlaqnya dengan penuh kesadaran. Selain itu para guru juga menjelaskan manfaat-manfaat dari latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan di madrasah. Menciptakan lingkungan madrasah yang islami, dengan latihan-latihan untuk melaksanakan ibadah, bertujuan agar para siswa lebih dekat dengan Allah SWT sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam latihan-latihan tersebut dapat terinternalisasi ke dalam hasil belajar aqidah akhlaq peserta didik.
Apabila nilai-nilai tersebut dapat terinternalisasi ke dalam hasil belajar aqidah akhlaq, tentu dapat membentuk
karakter peserta didik yang islami. Pendidikan
karakter sangat penting karena berkaitan dengan pembentukan mental dan sikap anak didik untuk menghadapi zaman modern, dimana nilai-nilai ajaran islam tersebut dapat dijadikan kontrol dari nilai-nilai yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Metode latihan merupakan salah satu upaya untuk menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq,
dari latihan yang secara berkelanjutan akan menciptakan
karakter siswa yang islami. Latihan
yang diterapkan di
MI Darul Falah 03
Damarwulan merupakan sarana bagi para siswa untuk melatih diri mengamalkan ajaran aqidah akhlaqnya. Seperti diungkapkan oleh Bapak Sofyan Atsauri sebagai berikut : “Anak-anak kelas empat ini ada yang memandang sebelah mata tentang mata pelajaran aqidah akhlaq, mereka sekedar mengetahui materi-materi saja tapi tingkah laku, sopan santun mereka sama sekali tidak mencerminkan dari hasil belajar aqidah akhlaq tersebut. Dan latihan ini diharapkan mampu terinternalisasikan dalam hasil belajar aqidah akhlaq mereka, sehingga dengan kesadaran mereka mampu menerapkannya dalam kehidupn sehari-hari.”10 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa latihan-latihan melaksanakan hasil belajar aqidah akhlaq membuat mereka bisa lebih faham tentang hasil belajar aqidah akhlaq dan dapat mengamalkannya dengan penuh kesadaran, sehingga tanpa disuruh atau dinasehati oleh guru atau orang tua mereka sudah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena ada juga siswa yang enggan melaksanakan kegiatan keagamaan dimadrasah, apalagi jika di rumah juga tidak dilatih, seperti pernyataan Bapak Abdul Hadi berikit ini: “Pelaksanaan latihan-latihan ini selalu dikontol, karena untuk mengantisipasi jika ada siswa yang enggan melaksanakannya terutama kelas empat yang memang program wajib bagi mereka.”11
10 11
Hasil wawancara pada tanggal 26 Mei 2015. Hasil wawancara pada tanggal 26 Mei 2015.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sofyan Atsauri berikut ini: “Bapak kepala madrasah selalu mengontrol pelaksanan latihan-latihan tersebut , karena ada siswa yang kadang tidak mengikuti latihan, dan juga tentunya untuk mengantisipasi kemalasan-kemalasan tersebut pada siswa yang lain.”12 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa ada sebagian siswa yang tidak melaksanakan latihan yang diterapkan, sehingga perlu dikontrol agar mereka dapat selalu melaksanakannya. Beberapa cara yang digunakan untuk memotivasi siswa dalam melaksanakan pembiasaan tersebut adalah dengan membirikan nasehat dan memberi mereka pengertian tentang manfaat-manfaat dari melaksanakannya latihan itu. Sangki yang diberikan jika berturut-turut tidak melaksanakan latihan-latihan tersebut adalah disuruh mengerjakan shalat sendiri, disuruh berdo’a sendiri di depan kelas, di bina oleh guru bimbingan konseling, dan yang terakhir dengan mendatangkan orangtua jika sangsisangsi tersebut belum membuat mereka sadar dalam melaksanakan latihan tersebut. Jadi agar latihan-latihan itu dilaksanakan oleh semua siswa kelas IV, maka diperlukan penguatan. Penguatan tersebut berupa nasehat dan hukuman serta contoh dari guru. Dari latihan yang diterapkan akan dapat melahirkan kesadaran, hal ini terjadi apabila nilai-nilai yang ada pada latihan tersebut dapat terinternalisasi dengan baik dalam hasil belajar aqidah akhlaq, sehingga diterapkan pada diri mereka. Faktor pendidikan Islam yang utama dengan lingkungan yang baik, sehingga latihan tersebut diperlukan. Jika hal tersebut diterapkan dengan baik maka mereka akan tumbuh dalam iman yang baik, berdasarkan etika Islam. Dari hasil observasi dan wawancara selama penelitian dapat dipaparkan bahwa tanggapan dan respon terhadap pendidikan aqidah akhlaq dan latihan yang diterapkan dimadrasah cukup baik. Hal ini seperti dituturkan oleh Sibthi Ismmatun Nafiah berikut ini:
12
Hasil wawancara pada tanggal 26 Mei 2015.
“Menurut Saya pendidikan aqidah akhlaq baik, dan lebih bagus lagi sambil bercerita dalam menyampaikan materinya. Saya dulu tidak suka pelajaran aqidah akhlaq ini menurut saya sulit, tapi dengan ada latihan tersebut saya sedikit paham tentang materi aqidah akhlaq. Dengan selalu berdo’a saya jadi bisa menjaga ucapan saya tidak berkata jorok. Dijelaskan bapak guru bahwa Allah mendengar do’a kita , jadi jika saya berkata jorok ,tidak salat,nakal pada teman tentu Allah mengetahui.”13 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa para siswa cukup tertarik dengan pelajaran aqidah akhlaq, tetapi mereka ingin agar dalam mengajar menggunakan berbagai metode, sehingga siswa tidak jenuh. Seperti diselingi dengan metode cerita dan tanyajawab, serta menggunakan berbagai media belajar tidak hanya ceramah dan menggunakan buku teks saja. Jika para siswa sudah senang dengan pelajaran tersebut maka mereka akan dapat menguasai pengetahuan aqidah akhlaq, tetapi pelajaran aqidah akhlaq tidak sebatas hanya pengetahuan saja, hal itu perlu diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pelajaran aqidah akhlaq berisi tentang keyakinan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari serta untuk berakhlaq terhadap Allah SWT.Agar para siswa terbiasa melaksanakan ajaran aqidah akhlaq, maka mereka perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mengamalkannya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak madrasah adalah dengan menerapkan latihan-latihan menjalankan ajaran aqidah akhlaq, diharapkan dari latihan tersebut dapat menjadikan akhlaq yang baik bagi para siswa. Hasil belajar aqidah akhlaq para siswa kelas IV meningkat dengan baik, sikap terhadap dewan guru semakin sopan, tuturkata yang semakin halus walaupun terkadang masih ada yang menggunakan bahasa yang kurang benar, rasa saling menolong yang semakin tinggi tidak memilih-milih teman dan sebagainya, namun masih ada siswa yang belum menerapkan dengan baik nilai-nilai dari metode latihan tersebut.14
13 14
Hasil wawancara pada tanggal 26 Mei 2015. Hasil observasi pada tanggal 26 Mei 2015.
Berikut ini beberapa nilai yang terkandung dalam latihan-latihanyang dapat diinternalisasikan pada hasil belajar aqidah akhlaq para siswa kelas IV di MI Darul Falah 03 Damarwulan: 1. Iman Iman yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Abdul Hadi sebagai berikut: “Iman adalah percaya sepenuh hati bahwa Allah itu di atas segala-galanya. Sehingga anak-anak di sini dilatih untuk menjalankan ajaran-ajaran islam dengan baik.”15 2. Tawakkal Tawakkal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segala keputusan kepada Allah SWT. Manusia hanya wajib berdo'a dan berusaha. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sofyan Atsauri sebagai berikut: “Anak-anak di sini dibiasakan berdo'a sebelum dan sesudah pelajaran agar mereka sadar bahwa apa-apa yang kita lakukan adalah kekuasaan Allah SWT. Jadi selalu saya nasehatkan kepada mereka bahwa kamu wajib berdo'a dan berusaha dengan selalu ingat kepada Allah dan jangan lupa belajar sehingga kamu menjadi anak-anak yang pintar tetapi tidak sombong.”16 3. Taqwa Taqwa adalah sikap memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga hal ini dapat dijadikan motivasi oleh para peserta didik untuk selalu mengamalkan ajaran aqidah akhlaqnya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Ikhlas
15 16
Hasil wawancara pada tanggal 27 Mei 2015. Hasil wawancara pada tanggal 27 Mei 2015.
Ikhlas adalah sikap berbuat tanpa pamrih atau semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah SWT. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Abdul Hadi sebagai berikut: “Anak-anak di sini saya anjurkan untuk selalu menolong sesama, di antaranya adalah untuk peduli terhadap nasib teman-temannya dan saya beritahukan bahwa apa-apa yang kita lakukan semata-mata untuk Allah SWT. Contoh kecil adalah meminjami alat tulis ketika teman tidak membawa dan tidak meminta imbalan atas pertolongannya tersebut dan lain-lain.”17
5. Disiplin Disiplin adalah ketaatan anak didik terhadap tata-tertib yang dijalankan oleh madrasah dan mengandung sanksi di dalamnya. Beberapa peraturan tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Kepala Madrasah sebagai berikut: “Kedisiplinan di sini di antaranya adalah datang kemadrasah sebelum pelajaran dimulai yaitu pukul 07.00 dan diberikan sanksi bagi yang datang terlambat. Mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tenang dan tidak gaduh, memakai seragam sesuai yang diwajibkan olehmadrasah, meminta izin kepada guru jika ingin keluar kelas ketika masih pembelajaran, membuat izin apabila tidak masuk madrasah, dan lain-lain.”18 6. Kebersihan Kebersihan adalah sesuatu yang tidak mengandung najis dan kotoran. Diantara beberapa bentuk kegiatan yang mengandung kebersihan seperti yang diungkapkan oleh Bapak Abu Rozin Fuad sebagai berikut: "Kebersihan di madrasah ini diwujudkan dengan menjalankan piket harian yaitu membersihkan lingkungan kelas setiap hari."19 7. Persaudaraan Persaudaraan adalah semangat persaudaraan bahwa setiap muslim adalah bersaudara. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut di MI Darul Falah 03 17
Hasil wawancara pada tanggal 27 Mei 2015. Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei 2015. 19 Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei 2015. 18
Damarwulan diterapkan program "3S", yaitu saling senyum, salam dan sapa di antara sesama wargamadrasah. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ali Maschan sebagai berikut: "Dengan kebiasaan bersalaman saling menyapa akan menumbuhkan kenyamanan dan persaudaraan di antara guru, karyawan, dan anak-anak, sehingga iteraksi kami setiap hari semakin akrab.”20
8. Syukur Syukur adalah sikap penuh terima kasih pada Allah SWT atas segala karunia dan nikmat yang telah diberikan-Nya. Bentuk rasa syukur tersebut seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sofyan Atsauri sebagai berikut: “Saya sering menasehati anak-anak bahwa kita harus bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan Allah pada kita, kita diberikan nikmat kesehatan, rizki pada orang tua kita sehingga kita bisa membeli kebutuhan kita dan lainya dan saya anjurkan kepada mereka untuk meluangkan waktu mereka untuk melaksanakan sholat Dhuha agar Allah senantiasa memberikan rizkiNya kepada kita.”21 Dari beberapa latihan-latihan yang diterapkan di MI Darul Falah 03 Damarwulan mengandung nilai-nilai seperti di atas, yang telah diinternalisasikan kepada hasil belajar aqidah akhlaq peserta didik terutama kelas IV. Nilai-nilai yang secara khusus hendak diinternalisasikan adalah nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan, karena kedua nilai inilah yang mendasari semua kegiatan keagamaan yang diterapkan. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Bapak Sofyan Atsauri sebagai berikut: "Nilai khusus yang hendak ditanamkan pada hasil belajar aqidah akhlaq para siswa adalah nilai keimanan dan ketaqwaan, dan itu otomatis ada dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, karena tanpa iman mereka tidak mau melaksanakannya dan kalau mereka sudah mau melaksanakannya berarti sudah 20 21
Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei 2015. Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei2015.
menambah ketaqwaan. Dan hal itu terus dikembangkan dengan tetap melaksanakannya dan kami jelaskan nilai-nilai lain, pada waktu kami mengajar di kelas."22 Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan nilai yang mendasari semua kegiatan yang berhubungan dengan aqidah akhlaq. Dengan iman, para siswa dengan senang melaksanakan latihan-latihan yang diterapkan dan dengan latihan-latihan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan ketaqwaan peserta didik. Untuk mengetahui lebih rinci mengenai nilai-nilai yang ada pada latihan-latihan yang diterapkan, dijelaskan sebagai berikut: a. Sholat dzuhur berjamaah Nilai yang dapat diambil dari latihan jamaah sholat dzuhur adalah sebagai berikut: 1) Nilai kebersihan, hal ini disebabkan karena sebelum sholat diwajibkan berwudlu. Dalam wudlu tersebut mengandung nilai kebersihan , baik kebersihan jasmani ataupun rohani. Kebersihan jasmani dapat terlihat dari kebersihan peserta didik sendiri serta kebersihan lingkungan belajar, dan hal tersebut diterapkan oleh mereka dengan penampilan yang bersih dan teratur, dan membersihkan ruang kelas sesuai jadwal yang sudah ada. Sedangkan kebersihan rohani akan tampak pada tingkah laku dan akhlak mereka, jika hatinya bersih maka akan menjalankan ajaran agama dengan penuh kesadaran. 2) Nilai persaudaraan, hal ini disebabkan karena dalam berjamaah maka akan berkumpul dalam suatu tempat untuk bisa saling mengenal, semuanya akan melakukan gerakan yang sama, sehingga tidak dibeda-bedakan. Semua sama di hadapan Allah yang membedakan seseorang adalah ketaqwaannya.
22
Hasil wawancara pada tanggal 30 Mei 2015.
3) Nilai disiplin, jika sudah terbiasa melaksanakan sholat apalagi mengerjakan sholat dengan berjamaah tepat waktu, maka akan dapat menumbuhkan sikap disiplin dan menghargai waktu. b. Sholat Dhuha Nilai yang dapat diambil dari sholat dhuha adalah rasa syukur, bahwa mereka mau melaksanakannya sebagai rasa terima kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rizki dan karunia-Nya, sehingga Allah akan menambah nikmat itu. c. Membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai Nilai yang dapat diambil dari membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai dimulai adalah nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Sebagaimana diketahui bahwa Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia. d. Membaca do'a sebelum dan sesudah belajar Nilai yang dapat diambil dari kegiatan membaca do'a tersebut adalah tawakkal kepada Allah. Bahwa manusia wajib berusaha dan berdo'a, dan hasilnya diserahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Peserta didik diajarkan berdo'a karena manusia itu tidak ada apa-apannya, semua adalah kekuasaan Allah SWT sehingga manusia wajib berusaha, dan dalam berusaha tidak lupa teriring dengan do'a. e. Berjabat tangan dan mengucapkan salam Nilai yang dapat diambil dari berjabat tangan dan mengucapkan salam adalah nilai persaudaraan. Dengan kegiatan tersebut akan menumbuhkan silaturrahmi, karena setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Setiap
muslim tidak boleh membeda-bedakan dalam berteman semuanya sama di hadapan Allah. Apabila nilai-nilai dari latihan-latihan tersebut dapat terinternalisasi pada hasil belajar aqidah akhlaq peserta didik maka tujuan pendidikan aqidah akhlaq dapat tercapai, dan hal ini berarti tujuan pendidikan nasional dapat tercapai juga yaitu untuk mencetak generasi bangsa yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung-jawab. Untuk mengetahui nilai-nilai apa saja muncul dan dirasakan oleh siswa berdasarkan latihan-latihan yang diterapkan, maka di bawah ini dipaparkan beberapa hasil wawancara dengan beberapa siswa sebagai berikut: Maulida Fiska Rini mengatakan: “Saya senang sekali dari latihan itu saya merasa tenang bisa shalat dhuhur tepat waktu, dan di rumah saya jadi terbiasa . ketika mendengar adzan langsung mengambil air wudlu.”23 Hal yang sama juga dialami oleh Ulfiana Fatmawati
sebagaimana
diungkapkan berikut ini: “Latihan itu membuat saya banyak beribadah karena saya selalu tersenyum ketika bertemu guru, teman, dan warga madrasah lainnya. Jadi saya rasa keimanan dan ketakwaan saya juga meningkat.”24 Ungkapan yang senada tetapi lebih variatif juga dikemukakan oleh Farhan Hazami sebagai berikut: “Dari latihan itu saya merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu melaksanakan perintahnya dan saya juga merasakan di beri rizki dari shalat dhuha itu saya menjadi juara di kelas empat.”25 Berdasarkan beberapa hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa pada umumnya para siswa melaksanakan latihan-latihan yang diterapkan dan merasakan 23
Hasil wawancara pada tanggal 6 Juli 2015. Hasil wawancara pada tanggal 6 Juli 2015. 25 Hasil wawancara pada tanggal 6 Juli 2015. 24
manfaatnya. Manfaat yang mereka rasakan di antaranya adalah merasa lebih dekat dengan Allah sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, sedikit demi sedikit dapat merubah kebiasaan mereka dari yang tidak melaksanakan ajaran agama menjadi melaksanakannya meskipun terkadang tidak konsisten. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan yang diterapkan kadang-kadang dilakukan dan kadang-kadang tidak, terutama jika mereka berada di luar madrasah karena tidak ada yang mengontrol. Apalagi kalau di rumah orang tuanya sibuk bekerja dan tidak memperhatikan pengamalan ajaran agama anak-anaknya. Kalau dimadrasah ada yang mengontrol yaitu para guru dan suasana yang mendukung dikarenakan semua siswa melaksanakan maka merekapun juga melaksanakannya, sebab ada perasaan malu kepada teman-temannya yang melaksanakan atau takut jika endapat sangsi dari bapak guru. Hal tersebut dibenarkan oleh Bapak Abdul Hadi seperti yang diungkapkan sebagai berikut: “Anak-anak kelas empat ini kebanyakan orangtua mereka tidak pedui terhadap agamanya mereka terlalu dimanja dan menyerahkan semuanya pada madrasah. Tetapi anak-anak di sini menurut pengamatan saya mereka melaksanakan latihan-latihan yang saya terapkan di madrasah dengan baik kalau di prosentasikan menurut saya ada 60 persen yang memang sadar akan latihan tersebut dan 30 persen setengah-setengah di madrasah saja melaksanakan di rumah jarang melaksanakan, dan 10 persen yang cuek saja kalau tidak dipaksa mereka tidak melaksanakan, dan itu biasanya ada dua anak pada kelas empat. Kendala utama dari kesadaran berprilaku, akidah akhlaq mereka adalah kurangnya perhatian orangtua ketika dirumah, di madrasah di latih dengan usaha dewan guru yang begitu serius tetapi di rumah di biarkan saja.”26 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata siswasiswi di MI Darul Falah 03 Damarwulan menjalankan latihan-latihan yang diterapkan dimadrasah dan juga menerapkannya di luar madrasah, walaupun nilai-nilai yang terkandung di dalam latihan-latihan tersebut belum dapat terinternalisasi dengan baik tetapi mereka menjadi terbiasa menjalankan ajaran agama atau latihan-latihan tersebut 26
Hasil wawancara pada tanggal 6 Juli 2015.
baik dimadrasah maupun di luar madrasah sehingga hal tersebut dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar aqidah akhlak pada diri mereka. Sedangkan kendala utama dalam menumbuhkan kesadaran beragama sehingga nilai-nilai ajaran Islam atau latihan-latihan tersebut dapat terinternalisasi dalam hasil belajar aqidah akhlaq para peserta didik adalah tidak ada dukungan dari orang tua atau keluarga, walaupun dimadrasah sudah dibiasakan tetapi di rumah tidak mengakibatkan tidak adanya kesinambungan antara pihak madrasah dan orang tua. Hal inilah yang menyebabkan tidak terinternalisasikan dengan baik nilai-nilai dari latihan-latihan yang hendak ditanamkan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan selama penelitian, dikemukakan bahwa latihan yang diterapkan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq kelas IV di MI Darul Falah 03 Damarwulan pada tahap transaksi nilai,agar latihan-latihan yang sudah menjadi kebiasaan akan menjadi bermakna dan dapat menjadi karakter sebagai pribadi yang Islami atau insan kamil. Beberapa metode untuk melengkapi metode pembiasaan adalah metode nasehat, hukuman dan uswah hasanah.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan dalam skripsi ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat peningkatan hasil belajar aqidah akhlaq siswa kelas IV MI Darul Falah 03 Damarwulan Keling Jepara dengan menerapkan metode latihan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil observasi serta wawancara yang menunjukkan siswa aktif dalam menjalankan latihan-latihan serta sikap dan perilaku siswa yang semakin meningkat. Bentuk-bentuk metode latihan sebagai internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq kelas empat di MI Darul Falah Damarwulan 03 adalah sholat zuhur berjamaah, sholat dhuha berjamaah, membaca surat-surat pendek dan asma’ul husna sebelum pelajaran dimulai, membaca do’a sebelum dan sesudah pelajaran, serta berjabat tangan dan mengucapkan salam. Hasil penerapan metode latihan sebagai upaya internalisasi hasil belajar aqidah akhlaq pada siswa kelas IV secara umum berjalan dengan baik, karena para siswa cukup aktif dalam melaksanakannnya, meskipun masih ada sedikit siswa yang belum begitu peduli dengan latihan-latihan tersebut. Dari latihan tersebut para siswa dapat menginternalisasikan hasil belajar aqidah akhlaq dalam diri meraka. Metode latihan ini cukup berhasil, tetapi untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan metode lain yang bisa mendukung, sehingga para siswa tidak hanya dilatih dan dibiasakan di madrasah saja, tetapi dari latihan-latihan yang diterapkan tersebut para siswa bisa lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam latihan-latihan itu dan mampu menerapkannya dimanapun mereka berada dengan penuh kesadaran.
B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Madrasah Agar dalam penerapan metode latihan tersebut dapat terinternalisasi dengan baik dan sesuai harapan ke dalam hasil belajar aqidah akhlaq peserta didik, maka adanya usaha madrasah untuk kerja sama dengan wali murid sehingga latihan-latihan di madrasah juga diterapkan di rumah. Sehingga akan menghasilkan tujuan yang maksimal dari penerapan metode latihan tersebut yaitu peserta didik berkarakter yang islami. 2. Bagi guru Dalam menerapkan metode latihan diharapkan kepada guru, khususnya guru aqidah akhlaq kelas empat dapat dijadikan contoh yang baik terhadap nilainilai yang terkandung dalam latihan-latihan yang diterapkan, sehingga nilai tersebut dapat terinternalisasi dalam hasil belajar aqidah akhlaq yang berupa perubahan sikap yang baik oleh peserta didik. Serta bagi guru aqidah akhlaq perlu dikembangkan system penilaian yang tidak hanya dari aspek kognitif tapi perlu dari aspek afektif. Karena pendidikan aqidah akhlaq berhubungan dengan budi pekerti sehingga perlu adanya penilaian perkembangan tingkah laku peserta didik. 3. Bagi siswa Sebagai seorang pelajar, diharapkan siswa untuk memperhatikan keterangan-keterangan guru yang disampaikan serta selalu aktif mengikuti dan melaksanakan latihan-latihan yang diterapkan madrasah sehingga bertambah pengetahuan dan mempunyai sikap yang sesuai ajaran agama.
C. Kata Penutup Alhamdilillah , penulis merasa bersyukur atas kehadirat Allah SWT dengan rathat, taufik, dan hidayah-Nya yang Allah SWT berikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat salam selalu tercurahkan kepangkuan baginda Rasulullah SAW semoga kita kelak mendapatkan ayafaat-Nya di hari kiamat nanti. Dalam penulisan skripsi ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena hasil karya seseorang pasti terbatasi ruang dan waktu, sehingga kritik dan saran yang penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Dengan mengharap ridlo Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca yang ingin mengambil manfaatnya. Amin
Pedoman Wawancara Tujuan : Memperoleh informasi mengenai penerapan metode latihan sebagai internalisasi hasil
belajar aqidah akhlaq kelas
IV MI Darul Falah 03
Damarwulan. Bentuk : Wawancara bebas Responden : Guru Mapel Aqidah Akhlaq kelas IV, Kepala MI Darul Falah 03 Damarwulan, dan Siswa.
Pertanyaan 1.Apa saja bentuk- bentuk metode latihan yang diterapkan pada siswa? 2.Bagaimana hasil dari penerapan metode latihan tersebut terhadap hasil belajar akidah akhlak siswa? 3. Apa tujuan diterapkannya latihanlatihan tersebut? 4. Apa tidak diperlukan pengawas salat ketika pelaksanaan jama’ah shalat dhuhur? 5. Bagaimana cara mengatasi anakanak yang enggan mengikuti latihanlatihan tersebut?
Jawaban Guru
6. Kenapa shalat wajib menjadi latihan yang wajib seperti shalat fardu? 7. Apakah para siswa kelas empat sudah lancar membaca alqur’an? 8. Bagaimana tanggapan para siswa terhadap ajaran-ajaran yang terkandung pada materi aqidah akhlaq?Apakah dengan adanya latihan ini bisa membantu siswa untuk melaksanakan ajaran-ajaran islam yang terkandung dalam materi aqidah akhlaq? 9. Apakah ada sanksi bagi siswa yang tidak mengikuti latihan-latihan tersebut? 10. apa saja cara-cara yang digunakan seorang guru untuk memotifasi siswa untuk semangat melaksanakan latihan tersebut? 11. Nilai apa yang hendak ditanamkan dari hasil belajar aqidah akhlaq? 12. Apakah adik sudah terbiasa
melakukan shalat dhuha sebelum ada latihan di madrasah ini? 13. Bagaimana tanggapan adik tentang mata pelajaran aqidah akhlaq? 14. Bagaimana perasaan adik setelah mengikuti latihan-latihan tersebut?
Jepara, Mei 2015 Pewawancara,
Juita Fitria Ningsih
HASIL OBSERVASI TENTANG HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAQ SISWA KELAS IV MI DARUL FALAH 03 DAMARWULAN Tanggal 26 Mei 2015 NO
NAMA
HASIL BELAJAR SISWA Kebiasaan Kepribadian Daya Ingat
Berprilaku
Sikap
1.
A.Farhan Hazami
A
B
A
A
B
2.
A.Zaki Amrozab
B
C
C
B
B
3.
Dewi Zuliana
B
B
C
B
B
4.
Elma Zainatun
B
B
A
A
B
5.
Frendi Setyawan
C
B
C
B
B
6.
Maulida Fiska Rini
A
B
C
B
B
7.
Muhammad Farid
B
C
C
B
B
8.
Nur Hayati
B
B
C
B
B
9.
Rio Ivandrian
C
B
B
C
C
10.
Rokis Maulana
B
B
C
C
B
11.
Sibthi Ismatun
A
B
B
A
B
Nafi’ah 12.
Siti Suryanti
B
B
C
B
B
13.
Ulfiana Fatmawati
A
B
A
B
B
Keterangan A = 78-90: Sangat Positif
D = 33-47 : Negatif
B =63-77: Positif
E =18-32 : Sangat Negatif
C = 48-62 : Cukup Positif