23 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH STUDI KASUS DI BMT BERINGHARJO YOGYAKARTA DAN BPRS MADINA MANDIRI SEJAHTERA YOGYAKARTA Edi Susilo Dosen Prodi Ekonomi Islam, FEB, Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara
[email protected]
ABSTRAK Risiko kredit atau risiko pembiayaan merupakan risiko yang paling signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial lembaga keuangan mikro seperti BMT Beringharjo dan BPRS Madina. Maka penerapan manajemen risiko pembiayaan yang baik untuk memitigasi terhadap risiko pembiayaan sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan penerapan manajemen risiko pembiayaan di BMT Beringharjo dan di BPRS Madina, serta untuk memberikan masukan kepada manajemen BMT Beringharjo, BPRS Madina dan lembaga keuangan lainnya serta pihak terkait untuk perbaikan kebijakan manajemen risiko pembiayaan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perbedaan regulasi dan pengawasan di kedua lembaga keuangan mikro syariah ini berdampak pada penerapan manajemen risiko. Regulasi manajemen risiko pembiayaan pada BPRS Madina telah diatur dan dilakukan pengawasan secara detail oleh Bank Indonesia, sementara regulasi yang mengatur penerapan manajemen risiko di BMT belum diatur secara detail, pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh kementerian koperasi dan UKM pun masih sangat lemah, sehingga BMT Beringharjo dalam penerapan manajemen risiko pembiayaan lebih kepada membuat regulasi sendiri (self regulation) untuk dijalankan dan dikontrol sendiri (self control).
Kata kunci : Risiko, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Pembiayaan.
24 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
PENDAHULUAN
dan tunggakan sampai kepada risiko
Latar Belakang Masalah
pasar. Dengan demikian, BPRS dan
1. Latar Belakang
BMT sebagai lembaga keuangan mikro
“Tak adalah
putus
kalimat
menggambarkan
dirundung yang
risiko”
tepat
mitigation) secara efektif.
lembaga
Risiko kredit atau risiko pembiayaan
keuangan bank maupun non bank dalam
merupakan risiko yang paling signifikan
operasionalnya
dari semua risiko yang menyebabkan
menyangkut
bagaimana
untuk
harus melakukan mitigasi risiko (risk
sehari-hari.
fungsi
utama
Hal
ini
lembaga
kerugian
potensial.
Risiko
kredit
keuangan mikro seperti BPRS dan BMT
(pembiayaan) adalah risiko yang terjadi
yaitu menghimpun dan menyalurkan
karena
dana dari masyarakat untuk BPRS, dari
menyebabkan
anggota dan calon anggota untuk BMT.
kewajiban
Kedua fungsi tersebut mengandung
(pembiayaan).
risiko yangtidak mungkin ditiadakan,
menyatakan bahwa manajemen risiko
karenalembaga keuangan seperti BPRS
kredit mencakup dua hal, yaitu risiko
dan BMTitu sendiri fungsi utamanya
proses putusan kredit, sebelum putusan
adalah mengelola risiko, dan bisnis
dibuat
utama BPRS dan BMTadalah bisnis
komitmen
berisiko. Dalam hal menghimpun dana,
pemantauan
BPRS dan BMT berhadapan dengan
Selanjutnya diperlukan pengukuran dari
risiko likuiditas, resiko operasional dan
risiko kredit, antara lain: limit systems
risiko lain bahkan risiko reputasi. Dalam
and credit screening, risk quality and
penyaluran dana, BPRS dan BMT
ratings,
menghadapi risiko pembiayaan macet
Sedangkan menurut PBI (Peraturan
kegagalan
debitur,
tidak
untuk
serta
dan
terpenuhinya
membayar
hutang
Bessis
(1998)
sampai kredit,
yang
menindaklanjuti ditambah proses
credit
risiko laporan.
enhancement.
25 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Bank Indonesia), proses manajemen
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
risiko
sekurang-kurangnya
Barat. Dengan pengalaman, besarnya
mencakup pendekatan pengukuran dan
asset yang dikelola dan luasnya jejaring
penilaian risiko, struktur limit dan
yang dimiliki, tentunya BMT ini telah
pedoman serta parameter pengelolaan
memiliki kerangka manajemen risiko
risiko, sistim informasi manajemen dan
pembiayaan yang baik.Dalam dua tahun
pelaporannya, serta evaluasi dan kaji
belakang
ulang
perlu
mempunya Net Performance Financing
melakukan manajemen terhadap risiko
(NPF) per Desember tahun 2010 sebesa
kredit
seluruh
8,40% dan per Desember 2011 sebesar
dengan
8,40%.
bank
manajemen.
yang
portofolio,
melekat
Bank
pada
yaitu
mengidentifikasi, mengukur, memonitor, mengontrol
risiko
kredit,
ini
BMT
Beringharjo
BPRS Madina Mandiri Sejahtera
serta
didirikan tahun 2007 di Kabupaten
memastikan modal yang tersedia cukup,
Bantul, DIY. Saat ini BPRS ini telah
dan dapat diperoleh kompensasi yang
memiliki asset sebesar Rp 32 milyar
sesuai atas risiko yang timbul.
(data
BMT Beringharjo adalah salah satu
per
Desember
2012)
dan
merupakan BPRS di DIY dengan 20
BMT yang saat ini terbesar di Daerah
orang
karyawan
dan
satu
kantor
Istimewa Yogyakarta. BMT ini berbadan
operasional. Dalam tiga tahun (2010-
hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah
2012), BPRS Madina
(KJKS), didirikan pada tahun 1994.
Performance
Sampai saat ini BMT Beringharjo telah
Desember tahun 2010 sebesar 0,25%
memiliki asset sebesar Rp 63 milyar,
dan per Desember 2011 sebesar 2,61.%,
dengan 107 karyawan dan 12 kantor
serta per Juni 2012 sebesar 1,88%.
(data per april 2012), tersebar di DIY,
BPRS ini berbadan hukum Perseroan
mempunya Net
Financing
(NPF)
per
26 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Terbatas dibawah pengawasan Bank
Yogyakarta
dan di BPRS Madina
Indonesia sebagai regulatornya. Menurut
Mandiri Sejahtera Yogyakarta.
Bank Indonesia per Juni 2011 n.p.l
2. Rumusan Masalah
kredit mikro dan menengah BPR di
Berdasarkan latar belakang, maka
Indonesia mencapai 8,19% . Ini berarti
rumusan masalah dalam penelitian ini
NPF BPRS Madina jauh dibawah rata-
adalah :
rata npl BPR secara nasional.
Bagaimana
Tinggi
rendahnya
NPF
penerapan
Manajemen
Risiko Pembiayaan di BMT Beringharjo
menunjukkan manajemen risiko di suatu
Yogyakarta
dibandingkan
dengan
lembaga.NPF yang tinggi menunjukkan
penerapan
Manajemen
Risiko
risiko
Pembiayaan di BPRS Madina Mandiri
yang
tinggi
pada
sisi
pembiayaannya, demikian pula NPF
Sejahtera Yogyakarta.
yang rendah mencerminkan rendahnya
3. Tujuan Penelitian
risiko
pembiayaan
lembaga.Dari
data
pada NPF
suatu tersebut,
Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui
nampak jelas perbedaan antara ke dua
diterapkannyamanajemen
lembaga
regulasi,
pembiayaan di BMT Beringharjo
monitoring, pengawasan serta lembaga
Yogyakarta dibandingkan dengan
yang menaungi
diterapkannya
manajemen
berbeda, maka penerapan managemen
pembiayaan
di BPRS Madina
risikonya pun berbeda. Maka penulis
Mandiri Sejahtera.
di
tertarik
atas.
BPRS dengan BMT
mengadakan
diterapkannya pembiayaan
Karena
penelitian
manajemen di
BMT
risiko
Beringharjo
2. Memberikan Manajemen BPRS
masukan BMT
Madina
risiko
risiko
kepada
Beringharjo, dan
lembaga
keuangan lainnya serta pihak terkait
27 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
untuk
perbaikan
kebijakan
potensi implikasi
manajemen risiko pembiayaan.
lembaga keuangan mikro -
Penelitian ini bermanfaat sebagai dalam
manajemen
risiko
Managemen
risiko
(risk
management)
4. Manfaat Penelitian
sumbangsih
negatif dari
Management risiko adalah proses
pengembangan keuangan
dari
mikro
mengelola
kemungkinan
besarnya kerugian yang terjadi pada
syariah. Manfaat lain dari penelitian ini
lingkup
adalah untuk membantu mitigasi risiko
diterima oleh lembaga keuangan
pada lembaga objek penelitian dan
mikro
lembaga
keuangan
mikro
pada
-
Sistem
dan
batas
managemen
yang
risiko
dapat
(risk
umumnya serta
sebagai bahan usulan
management system)
kebijakan
regulasi
Sistem managemen risiko adalah
kepada
lembaga/instansi terkait.
sebuah
LANDASAN TEORI & KAJIAN
untuk mengidentifikasi, mengukur
PUSTAKA
dan mengelola berbagai macam
1. Landasan Teori
risiko yang dihadapi oleh lembaga
Deutsche Technische
Gesellschaft
für
Zusammenarbeit
(GTZ)
metode
yang
sistematik
keuangan mikro -
Kerangka managemen risiko (Risk
(2000) memberikan definisi tentang
Management Framework)
manajemen
Kerangka management risiko adalah
risiko
untuk
lembaga
keuangan mikro sebagaiberikut:
panduan
untuk
para
manager
-
Risiko (risk)
lembaga keuangan mikro untuk
Risiko adalah kemungkinan dari
mendesain sistem managemen risiko
kerugian yang akan terjadi dan
yang terpadu dan menyeluruh untuk
28 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
membantu mereka berfokus pada
dengan tanggung jawab atas kerugian
risiko terpenting untuk mencapai
yang muncul dari aset tersebut. Artinya,
tujuan dengan efektif dan efisien.
return yang akan didapatkan sebanding
Dari
dapat
dengan risiko kerugian yang melekat
ditarik kesimpulan bahwa manajemen
dalam aset tersebut. Kaidah ini sangat
risiko adalah : rangkaian prosedur dan
berbeda
metodologi
berbasis
pengertian
yang
tersebut
digunakan
untuk
dengan
konsep
bunga.
keuangan
Konsep
bunga
return
dengan
mengidentifikasi, mengukur, memantau,
memisahkan
antara
dan mengendalikan risiko yang timbul
tanggung jawab untuk menanggung
dari kegiatan usaha lembaga keuangan
kerugian. Pemilik modal akan tetap
mikro.
mendapatkan
return
tanpa
harus
Menurut Khan dan Ahmed (2008),
menanggung risiko. Hal ini dilakukan
risiko merupakan unsur penting dalam
dengan menentukan return yang fixed
dunia keuangan syariah. Untuk itu,
(pasti)
ulama telah menyumbangkan beberapa
dipinjamkan.
pemikiran
tentang
risiko.
Dalam
atas
Deutsche
nominal
dana
yang
Gesellschaft
für
Zusammenarbeit
(GTZ)
keuangan syariah, terdapat dua aksioma
Technische
atau kaidah fiqh yang terkait dengan
(2000) menggolongkan jenis risiko pada
risiko, yakni al kharaj bi al dhaman dan
lembaga keuangan mikro kedalam tiga
al ghunmu bi al ghurm. Kedua kaidah
golongan risiko utama seperti dalam
ini menekankan adanya risiko dalam
tabel berikut:
realitas keuangan. Kedua kaidah fiqh ini memiliki arti bahwa setiap return yang didapat dari aset, secara intrinsik terkait
29 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Tabe.II. 1. Kategori Risiko pada Lembaga Keuangan Mikro Financial Risk Credit Risk Transaction risk Portfolio risk Liquidity Risk Market Risk Foreign exchange risk Investment portfolio risk
Operational Risk Transaction Risk Human resource risk Information & technology risk Fraud (Integrity) Risk Legal & Complience Risk
Strategic Risk Governance Risk Ineffective oversight Poor governace structure Reputation Risk External Business Risks Event risk
Sumber: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) (2000) hipotesis yang kuat secara teoritis
2. Kajian Pustaka Penelitian terdahulu yang terkait menarik
untuk
lembaga
keuangan
keunikan
dicermati, mikro
memiliki
analisis
yang
justru
sebaliknya.Hal ini menguatkan keunikan lembaga
keuangan
mikro
dalam
dibandingkan
operasionalnya yang berbeda dengan
dengan bank umum dalam penerapan
perbankan umum. Penelitian terdahulu
manajemen
dengan topik terkait dapat dilihat dari
analisis
tersendiri
karena
menghasilkan
risiko.Terkadang
yang
telah
eksis
alat dengan
tabel berikut:
Tabel II.2. Kajian pustaka atas penelitian terdahulu Pengaran g, Tahun Rahmadi, (2007)
Niswati, (2008)
Asal MM, UGM
Fak. Ekonom i UIN Malang
Topik Utama
Alat Analisis
Variabel Utama
Efektivitas Credit Scoring System Pada Kredit Segmen Mikro Di PT Bank Mandiri
MBSS (Micro Banking Scoring System) dan logistic regrestic
Umur Lama menetap Menabung Milik agunan
Aplikasi Manajemen Risiko pada BPR NUSUMMA Gondanglegi Malang
Pelaksanaan manajemen risiko
NPL 5 C’s
Hasil Penelitian Debitur diproses dengan credit scoring system MBSS (Micro Banking Scoring System) terdapat 81 debitur yang direkomendasikan dan 19 debitur tidak direkomendasikan. Kualitas 100 rekening di posisi 31 des 2006 menunjukkan 48 rekening performace loan (pl) , 52 rekening non performace loan (npl). Secara umum risiko kredit yang dihadapi adalah kredit bermasalah. Bila tidak diantisipasi maka akan menurunkan rentabilitas, mengganggu likuiditas sampai pada penurunan kepercayaan masyaraka kepada bank. Maka diperlukan strategi dan kebijakan untuk mengurangi dan
30 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
menurunkan kredit bermasalah dimana kebijakan tersebut tertuang dalam manajemen resiko kredit. Saadah, (2009)
Fak. Pertania n IPB
Penyalurandan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Melalui Lembaga Keuangan Mikro
Analisis proses penyaluran pembiayaan
Proses pencairan pembiayaan NPL
Proses penyaluran antara KBMT dan BPRS tidak jauh berbeda yaitu nasabah datang ke lembaga keuangan, mengisi formulir atau aplikasi yang telah disediakan dan melakukan wawancara antara nasabah dengan pihak lembaga. Setelah itu dari pihak lembaga mensurvey ke tempat usaha dan tempat tinggal nasabah, untuk memastikan usaha yang dijalankan nasabah, setelah itu pihak LKM merapatkan untuk memutuskan apakah pengajuan diterima atau ditolak. Penyaluran pembiayaan menurut sektor yang paling banyak adalahdalam bidang perdagangan dibandingkan sektor yang lain baik itu di KBMTmaupun di BPRS, sedangkan menurut besarnya pembiayaan, nasabah KBMTantara 1 juta sampai 4 juta dan BPRS antara 5 juta sampai 50 juta.
METODE PENELITIAN
55293. Indonesia dan di BPRS Madina
1. Lokasi Penelitian
Mandiri Sejahtera Jalan Parangtritis
Penelitian dilakukan dimana objek penelitian
beradayaitu
di
BMT
Beringharjo Ringroad Barat, Rt/Rw 8/15, Ds. Kaliabu, Kel.Banyuraden.Kec. Gamping, Kab. Sleman Yogyakarta.
Sewon Bantul. 2. Teknik Pengumpulan Data A. Riset Perpustakaan Adalah riset yang dilakukan di perpustakaan
dengan
membaca,
31 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
mengumpukan dan menyusun referensi
lembaga atau perusahaan benar-benar
baik buku, majalah, koran, internet,
telah diterapkan di lapangan kepada
jurnal, skripsi, tesis, desertasi dan
nasabahnya.
lainnya yang terkait dengan penelitian
Pengamatan (observasi) dilakukan
yang dilakukan.
dengan pengamatan langsung didasari
B. Riset Lapangan
landasan
teori,
pemahaman
dan
Riset yang dilakukan di lapangan
pengetahuan serta pengalaman peneliti
dimana objek penelitian berada dengan
akan masalah penelitian, tema dan objek
cara
mengumpulkan
maupun
sekunder
data
primer
penelitian atas penerapan manajemen
dengan
teknik
risiko pembiayaan di lapangan.
wewancara dan pengamatan langsung (observasi)
untuk memperoleh data
sesuai permasalahan penelitian yang dilakukan.
C. Teknik Analisis Data Pilihan
jenis
penelitan
yang
dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
Wawancara
dilakukan
dengan
deskriptif.
Penelitian
deskriptif
wawancara mendalam kepada pimpinan
dimaksudkan untuk mengukur dengan
(direksi,
syariah,
cermat fenomena sosial tertentu, dalam
pengurus, pengawas) dan karyawan
hal ini adalah studi kasus atas penerapan
yang
pekerjaan
manajemen
karyawan
lembaga keuangan mikro syariah.
komisaris,
terkait
pembiayaan
dewan
dengan
mulai
dari
terendah sampai pada jabatan kepala
risiko
pembiayaan
di
Menurut Spradley (1980) dalam
bagian atau manajer di lokasi penelitian.
Sugiyono
Wawancara
analisis data yang dilakukan dalam
juga
dilakukan
kepada
nasabah untuk memastikan bahwa data dan informasi yang diperoleh dari
penelitian
(2010),
terdapat
kualitatif,
yaitu
tahapan
analisis
32 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
domain, analisis taksonomi, analisis
itu pada tahap ini diperlukan analisis
komponensial dan analisis tema kultural.
lagi yang disebut analisis taksonomi.Jadi
Analisis domain (domain analysis)
analisis
taksonomi
adalah
dilakukan untuk memperoleh gambaran
terhadap
yang umum dan menyeluruh dari obyek
terkumpul berdasarkan domain yang
penelitian atau situasi sosial untuk
telah ditetapkan.
ditemukan
berbagai
domain
atau
keseluruhan
analisis
Analisis
data
yang
komponensial,
pada
kategori diperoleh dari pertanyaan grand
analisis komponensial, yang dicari untuk
dan
diorganisasikan dalam domain bukanlah
miniatur.
domain
Peneliti
tertentu
menetapkan
sebagai
pijakan
keserupaan dalam domain, tetapi justru
penelitian selanjutnya, makin banyak
yang memiliki perbedaan yang kontras.
domain yang dipilih maka akan semakin
Data
banyak waktu yang dipergunakan untuk
wewancara
penelitian.
terseleksi, dengan teknik pengumpulan
ini
dicari dan
melalui
observasi,
dokumentasi
yang
Analisis taksonomi, setelah peneliti
data yang bersifat triangulasi tersebut,
menentukan domain penelitian (analisis
sejumlah dimensi yang spesifik dan
domain), sehingga ditemukan domain
berbeda pada setiap elemen akan dapat
atau kategori dari situasi tertentu, maka
ditemukan.
selanjutnya domain yang dipilih oleh peneliti
ditetapkan
sebagai
Analisis
tema
budaya
atau
fokus
discovering culture themes, merupakan
penelitian. Pengumpulan data dilakukan
upaya mencari benang merah yang
secara
mengintegrasikan lintas domain yang
terus-menerus
melalui
pengamatan, wawancara mendalam dan
ada.
dokumentasi
merah
sehingga
data
yang
terkumpul menjadi banyak.Oleh karena
Dengan dari
ditemukannya hasil
analisis
benang domain,
taksonomi dan komponensial tersebut,
33 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
maka selanjutnya akan dapat tersusun
penelitian yaitu risiko kredit (risiko
suatu
pembiayaan).Jadi
konstruksi
bangunan
situasi
analisis
taksonomi
sosial/objek penelitian yang sebelumnya
yang dilakukan adalah dengan memilih
masih gelap atau remang-remang, dan
satu
setelah
pembiayaan untuk dilakukan penelitian
dilakukan
penelitian
maka
menjadi lebih terang dan jelas.
dilakukan
deskriptif taksonomi.
adalah
penelitian
studi kasus dengan analisis Analisis
risiko
yaitu
risiko
deskriptif penerapan manajemen risiko
Dari penjelasan di atas, penelitian yang
domain
taksonomi
pembiayaan tersebut di dua lembaga berbeda yaitu BMT Beringharjo dan BPRS Madina. HASIL PENELITIAN DAN
dilakukan setelah menentukan domain
PEMBAHASAN
penelitian yaitu manajemen risiko yang
Deskripsi
penerapan
manajemen
terdiri dari beberapa domain, yaitu
risiko pembiayaan dan perbandingan
:Risiko likuiditas, risiko pasar, risiko
penerapan
kredit (pembiayaan), risiko operasional,
pembiayaan di BMT Beringharjo dan
risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko
BPRS Madina dapat dilihat dari tabel
reputasi, risiko strategik.
berikut ini:
Dari delapan domain risiko diatas, dipilih satu domain untuk diadakan
manajemen
risiko
34 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Tabel V.1. Perbandingan penerapan manajemen risko pembiayaan di BMT Beringharjo dan BPRS Madina. BMT BERINGHARJO BPRS MADINA Regulasi dan Kebijakan 1. Regulasi
1. Regulasi
Regulasi yang dikeluarkan oleh
Regulasi tentang manajemen risiko telah
kementerian koperasi dan UKM secara
mengacu pada pilar Basel II, berpedoman
khusus tidak ada yang mengatur tentang
Peraturan Bank Indonesia Nomor
manajemen risiko. regulasi operasional dan
13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan
manajemen risiko lembaga bersifat self
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum
regulation (regulasi yang dibuat sendiri).
Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
2. Kebijakan segmentasi pasar dan
2. Segmentasi pasar pembiayaan
produk
Saat ini segmen utama BPRS Madina
Dari awal BMT Beringharjo konsisten
terbagi menjadi tiga cluster, yaitu:
melayani pedagang pasar tradisional,
property (pembiayaan konstruksi dengan akad istishna’)
dengan pola pembiayaan musyarakah.
mahasiswa dengan akad murabahah untuk pembelian laptop kepada mahasiswa penerima beasiswa dengan sistem potong beasiswa, kerjasama dengan kopma di kampus masingmasing.
sektor riil, yaitu para pengusaha mikro, kecil dan menengah, dengan akad murabahah, musyarakah dan mudharabah.
35 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Flowchart S.O.P Pembiayaan BMT Beringharjo
Flowchart S.O.P Pembiayaan BPRS Madina
Nasabah Pengajuan pembiayaan
Mitra/Anggota
1.
1.
Pengajuan pembiayaan
1. Dikembalikan untuk dilengkapi
J.M (Jasa Mitra) Menerima persyaratan
2.
Dikembalikan untuk dilengkapi
CS Menerima persyaratan
2. L.O (Lending Officer)
3.
Survey, Investigasi dan Analisa Pembiayaan
A.O Analisa awal dan investigasi
3. T
Call / memo
4.
Call/surat
Selesai
TolakSelesai
Ya Ya 5.
Komite Pembiayaan Cabang
4.
Laporan hasil survey dan analisa
Rapat dan analisa mendalam untuk pengambilan keputusan
Ya
T Selesai
Keputu san
komite
5. Dokumen akad
L. A (Lending Adm) Akad & Y pengikatan
Komite Pemby. Pusat Rapat dan analisa mendalam untuk pengambilan keputusan
6.
Komite Pembiayaan Rapat dan analisa mendalam untuk pengambilan keputusan
Ya Keputus an
Keputusan komite
7.
komite
T 6.
Teller
Laporan hasil survey dan analisa
A.O dan Adm Pemby Melakukan Survey, investigasi dan analisa pembiayaan.
Selesai
Y
Pencairan pembiayaan Adm Pembiayaan Membuat MPP (memo pencairan pembiayaan)
T Selesai
36 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
8. Selesai 7.
Keterangan:
Keputusan nasabah
9.
Tidak Selesai
1. Pengajuan pembiayaan dari mitra/anggota 2. JM menerima berkas, bila berkas belum lengkap, dikembalikan kepada mitra/anggota
Ya 10.
Adm Pemby Akad & pengikatan
Dokumen akad dan pengikatan notariat
untuk dilengkapi, bila sudah lengkap berkas siap untuk diproses. 3. L.O mengadakan survey, investigasi dan
Teller Pencairan pembiayaan
11.
analisa pembiayaan. Bila hasil survey tidak layak, maka ditolak (selesai), bila layak, maka dilanjutkan ke komite pembiayaan. 4. Rapat komite cabang sesuai kewenangannya
Pencairan dana nasabah
12. Keterangan:
(batas kewenangan cabang Rp. 25 juta)
1. Pengajuan pembiayaan dari nasabah
memutuskan pengajuan pembiayaan
2. C.S menerima berkas, bila berkas belum
mitra/anggota. Anggota komite cabang terdiri
lengkap, dikembalikan kepada nasabah
dari L.O, F.A (financial administrator), kabag
untuk dilengkapi, bila sudah lengkap berkas
marketing dan kepala cabang atau seluruh
siap untuk diproses.
karyawan cabang untuk cabang dengan
3. A.O menganalisa permohonan dan
karyawan dibawah 5 orang. Bila berdasarkan
melakukan wawancara awal dan investigasi
rapat komite cabang menolak pengajuan
untuk memastikan bahwa nasabah memiliki
mitra/anggota, maka L.O memberitahukan
karakter dan kejelasan data sesuai dengan
penolakan melalui telepon, sms atau surat
berkas pengajuan.
37 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
penolakan. Bila komite menyatakan layak,
4. Bila A.O telah memastikan bahwa nasabah
komite menyerahkan proses kelanjutannya
memiliki karakter yang baik dan
kepada adm. pembiayaan. Bila layak tetapi
kemampuan yang cukup berdasarkan analisa
diluar batas kewenangannya, maka dilanjutkan
awal, maka A.O melanjutkan proses
ke komite pembiayaan pusat, dengan terlebih
pembiayaan kepada Adm pembiayaan untuk
dahulu analis pusat melakukan survey,
melakukan survey bersama. Bila nasabah
observasi dan analisis. Komite pembiayaan
dinyatakan tidak layak, maka pengajuan
pusat terdiri dari fincing & treasury (FT), Legal
pembiayaan ditolak dan proses selesai.
& CRD (credit remedial), kepala cabang, analis
5. A.O dan administrasi pembiayaan
kantor pusat dan pengurus (untuk pengajuan
mengadakan survey, investigasi dan analisa
diatas Rp. 100 juta). Bila komite pusat menolak
pembiayaan. Survey bisa melibatkan Direksi
pengajuan berdasarkan hasil rapat dan
dan Komisaris sesuai kewenangan
analisanya, maka selesai. Bila komite pusat
pencairan. A.O dan adm pembiayaan
memutuskan layak, selanjutnya diserahkan
membuat laporan hasil survey dan analisa
kepada kepala cabang untuk kemudian
untuk dipresentasikan di komite
diserahkan kepada financing administrator
pembiayaan.
(F.A) di kantor cabang. 5. Adm pembiayaan menyiapkan akad dan order
6. A.O dan adm pembiayaan mempresentasikan hasil survey dan
notaris untuk pengikatan jaminan, membuat
analisanya kepada komite pembiayaan.
jadwal pencairan dan memberitahukan kepada
Komite pembiayaan menganalisa mendalam
mitra/anggota dan notaris. Akad, pengikatan
atas pengajuan dan memutuskan pengajuan
dan administrasi lainnya didokumentasikan
pembiayaan nasabah.
oleh adm pembiayaan dan diarsip. 6. Teller mencairkan pembiayaan berdasarkan memo yang telah diaproval (disetujui) oleh
7. Rapat komite memutuskan pengajuan pembiayaan nasabah. Bila berdasarkan rapat komite menolak pengajuan nasabah, maka
38 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Direksi.
A.O memberitahukan penolakan melalui
Pembiayaan cair, mitra/anggota menerima dana dari
telepon, sms atau surat penolakan. Bila
teller dengan menanda tangani slip dan dokumen
komite menyatakan layak, komite
yang diberikan oleh teller.
menyerahkan proses kelanjutannya kepada adm. Pembiayaan. 8. Direksi membuat MPP (memo pencairan pembiayaan) yang berisi: a. Jumlah plafon yang disetujui b. Jangka waktu c. Besarnya margin atau nisbah bagi hasil d. Pola angsuran 9. Bila nasabah menolak MPP, nasabah bisa mengajukan keringanan sesuai yang diminta untuk direvisi. Bila nasabah setuju maka proses dilanjutkan dengan pengakadan. 10. Adm pembiayaan menyiapkan akad dan order notaris untuk pengikatan jaminan, membuat jadwal pencairan dan memberitahukan kepada nasabah dan notaris. Akad, pengikatan dan administrasi lainnya didokumentasikan oleh adm pembiayaan dan diarsip. 11. Teller mencairkan pembiayaan berdasarkan memo yang telah diaproval (disetujui) oleh Direksi.
39 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
12. Pembiayaan cair, nasabah menerima dana dari teller dengan menanda tangani slip dan dokumen yang diberikan oleh teller. 3. Kewenangan dan limit pembiayaan Limit kewenangan kantor cabang adalah dibawah
3. Kewenangan dan limit pembiayaan Nilai Pembiayaan
Kewenangan
Rp. 25 juta, jumlah plafon Rp. 25 juta dan diatasnya
Pencairan
kewenangan ada di kantor pusat, diatas Rp. 100 juta
Sampai dengan
kewengangan ada pada pengurus.
nilai Rp. 15 juta Rp. 15,1 juta -
Direktur
Direktur dan Dirut
Rp 50 juta Rp. 50,1 juta –
Direktur, Direktur
Rp. 100 juta
Utama dan 1 anggota Komisaris
Rp. 100,1 juta –
Direktur, Direktur
Rp 150 juta
Utama dan 2 anggota Komisaris
> Rp 150 juta
Direktur, Direktur Utama dan 3 anggota Komisaris (lengkap)
Prosedur Umum Pembiayaan 1. Pengajuan Pembiayaan
1. Pengajuan Pembiayaan
Persyaratan yang diminta untuk kepada
Persyaratan yang diminta untuk kepada
mitra/anggota adalah:
mitra/anggota adalah:
1. Kopi identitas diri (KTP , SIM, atau paspor)
1. Kopi identitas diri (KTP , SIM, atau paspor)
2. Kopi akte nikah (bagi yang sudah menikah)
2. Kopi akte nikah (bagi yang sudah menikah)
40 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
3. Kopi kartu keluarga.
3. Kopi kartu keluarga.
4. Kopi rekekening koran/rekening giro atau kopi
4. Kopi rekekening koran/rekening giro atau
buku tabungan di Bank antara 3 s/d 6 bulan
kopi buku tabungan di Bank antara 3 s/d 6
terakhir.
bulan terakhir.
5. Slip gaji dan surat keterangan bekerja dari perusahaan. 6. Anggaran dasar dan perijinan usaha jika pemohon memiliki usaha formal.
5. Slip gaji dan surat keterangan bekerja dari perusahaan. 6. Anggaran dasar dan perijinan usaha jika pemohon memiliki usaha formal.
Semua mitra BMT Beringharjo saat ini adalah mitra perorangan. Bila ada pengajuan perusahaan, maka cukup wakil atau orang yang bertanggung jawab atas perusahaan yang tanda tangan akadnya. 2. Investigasi dan Analisa Pembiayaan
2. Investigasi dan Analisa Pembiayaan
Penilaian atas kelayakan mitra/anggota didasari atas
Penilaian atas kelayakan mitra/anggota didasari
penilaian dan analisa: Penilaian watak (character,
atas penilaian dan analisa: watak (character),
kemampuan (capacity), modal (capital), agunan
kemampuan (capacity), modal (capital), agunan
(collateral), prospek usaha nasabah (condition of
(collateral), prospek usaha nasabah (condition of
economy)
economy)
Survey dan analisa pembiayaan dilakukan oleh LO
Survey dan investigasi dilakukan dua kali, survey
dan manajer cabang, bila pengajuan pembiayaan
awal dilakukan oleh AO, bila AO memandang
melebihi kewenangan kantor cabang, maka penilaian layak maka dilakukan survey lanjutan yang dan analisa 5’C dilakukan oleh tim analis
melibatkan pejabat sesuai kewenangannya dari
pembiayaan kantor pusat.
kabag sampai komisaris bisa terlibat untuk melakukan survey dan analisa pembiayaan.
41 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
3. Keputusan Atas Permohonan Pembiayaan
3. Keputusan Atas Permohonan Pembiayaan
Seluruh keputusan pembiayaan ditentukan oleh rapat
Seluruh keputusan pembiayaan ditentukan oleh
komite, baik komite kantor cabang maupun komite
rapat komite, anggota komite adalah A.O, kabag,
pusat sesuai kewenangannya. Komite cabang terdiri
direksi dan komisaris sesuai kewenangannya.
dari LO, kabag marketing, adm pembiayaan, manajer cabang. Komite pusat terdiri dari manajer cabang, CRD, analis pusat, FT, pengurus (untuk jumlah Rp. 100 juta dan diatasnya). 4. Pencairan Pembiayaan
5. Pencairan Pembiayaan
Di kantor pusat BMT Beringharjo tidak ada
Tanda tangan akad dilakukan oleh pejabat sesuai
transaksi, seluruh transaksi pencairan pembiayaan
kewenangannya. Kewenangan terendah ditanda
dilakukan di kantor cabang. Jadi meskipun transaksi
tangani oleh direktur kemudian berjenjang ke
diluar kewenangan kantor cabang, tetapi tanda
direktur utama, satu orang komisaris, dua orang
tangan akad tetap dilakukan oleh kepala cabang
komisaris sampai komisaris lengkap sesuai
dengan persetujuan dari kantor pusat, sesuai
kewenangannya. Teller melakukan pencairan
kewenangannya.
dana ketika sudah ada memo pencairan dari direktur.
6. Monitoring Pembiayaan dan Pembinaan Mitra/Anggota
6. Monitoring Pembiayaan Monitoring yang dilakukan oleh BPRS Madina
BMT Beringharjo memiliki sistem monitoring dan
yaitu dengan mendatangi nasabah dalam satu
pembiayaan yang baik karena mitra/anggota di pasar
bulan sekali atau dua bulan sekali. Hal demikian
tradisional pada umumnya melakukan transaksi
dirasa kurang efektif dalam konteks pembinaan,
secara harian, dengan demikian hubungan personal
namun dari aspek monitoring dengan tujuan
dan emosional dapat terbangun secara intens.
untuk mengetahui perkembangan usaha nasabah,
Pembinaan dan pendampingan dilakukan dengan
hal demikian sudah cukup.
42 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
program Binar (bina mitra) yaitu model pembinaan dan pendampingan selama satu tahun dalam aspek spiritual dan managerial. 7. Pelunasan Pembiayaan
2. Pelunasan Pembiayaan
Pelunasan yang sesuai jatuh tempo dan jangka
Bila terjadi pelunasan pembiayaan secara normal
waktu sesuai akad bila jaminan dilakukan
sesuai jadwal dalam akad, BPRS Madina akan
pengikatan sebelumnya, BMT Beringharjo
membuat surat tanda lunas untuk proses roya
mengeluarkan surat tanda lunas untuk proses roya.
jaminan. Bila terjadi pelunasan sebelum jatuh
Bila mitra melunasi pembiayaan sebelum jatuh
tempo, BPRS Madina memberi diskon dua kali
tempo, maka mendapatkan diskon dengan hanya
margin (catatan: BPRS Madina memakai sistem
membayar margin pada bulan bersangkutan.
flat dalam menghitung angsuran pokok dan
(catatan : BMT Beringharjo memakai sistem sliding
margin/bagi hasilnya).
dalam menghitung bagi hasil/ marginnya).
Penanganan Pembiayaan bermasalah Penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan
Penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan
dengan cara:
dengan cara:
a. reschedulling,
a. reschedulling,
Penjadwalan kembali tenggat waktu yang telah
Upaya rescheduliing dilakukan dengan
disepakati di dalam akad pembiayaan untuk
memperpanjang jangka waktu pembiayaan
dilakukan kaji ulang, disebabkan kemampuan
misalnya dari 2 tahun menjadi 3 tahun atau 4
mitra/anggota yang telah mengalami penurunan
tahun, sesuai kemampuan nasabah berdasarkan
dengan angsuran yang mulai menandakan
analisa yang dilakukan oleh bank dan negosiasi
kemacetan dengan memperpanjang waktu angsuran
ulang atau bisa dengan memperpanjang jangka
atau merubah sistem angsuran.
waktu angsuran, misalnya semula angsuran
43 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
b.
reconditioning
ditetapkan setiap bulan kemudian menjadi 3
Bila reschedulling yang telah diterapkan ternyata
bulanan.
tidak berhasil, maka dilakukan langkah
b.
reconditioning dilakukan dengan cara mengubah
Rekondisi yang dilakukan BPRS Madina lebih
sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang
luwes dan sesuai kemampuan nasabah dimasa
semula disepakati bersama pihak mitra/anggota dan
datang dalam mengangsur. Rekondisi yang
bank yang kemudian dituangkan dalam akad
dilakukan adalah mengkonversi pembiayaan
pembiayaan baru
jangka pendek menjadi pembiayaan jangka
c. Restructuring
menengah atau jangka panjang. Berbeda dengan
BMT Beringharjo dalam restrukturisasi pembiayaan
sistem konvensional yang mengkonversi bunga
adalah perpanjangan waktu pembiayaan dengan
menjadi pokok pembiayaan, menurunkan suku
perubahan yang jauh dari akad semula, mengingat
bunga atau penghapusan bunga. Dalam sistem
kemampuan mitra/anggota yang sudah jauh dari
syariah rekondisi akan tergantung dari akadnya.
kemampuan semula. Selain perpanjangan waktu
Bila akadnya murabahah, maka BPRS Madina
adalah penambahan fasilitas pembiayaan dengan
tidak boleh menambahkan margin yang telah
asumsi bisnis yang dijalankan oleh mitra/anggota
ditetapkan di awal walaupun jangka waktunya
akan mengalami pemulihan dan perbaikan bila
bertambah panjang dari akad awal. Bila akadnya
fasilitas pembiayaan ditambah, berdasarkan analisa
musyarakah atau mudharabah, maka nasabah
yang dilakukan oleh analis. Pengambil alihan asset
cukup mengembalikan pokok pembiayaan
mitra/anggota juga dilakukan dengan cara BMT
sebagai konsekuensi dari syirkah (usaha
membeli asset mitra/anggota dengan asumsi
patungan) yang mengalami kerugian.
pembelian asset tersebut akan memulihkan bisnis
c.
dan meningkatkan kemampuan mitra/anggota dalam
Selain perpanjangan waktu adalah penambahan
mengangsur.
fasilitas pembiayaan dengan asumsi bisnis yang
reconditioning
Restructuring
dijalankan oleh nasabah akan mengalami
44 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
d. Eksekusi jaminan
pemulihan dan perbaikan bila fasilitas
Eksekusi jaminan adalah langkah terakhir bila
pembiayaan ditambah, berdasarkan analisa bank.
seluruh cara sudah tidak bisa menghasilkan solusi.
Pengambil alihan asset nasabah juga dilakukan
BMT Beringharjo menghindari proses eksekusi
dengan cara bank membeli asset nasabah dengan
jaminan dengan cara litigasi (jalan formal) melalui
asumsi pembelian asset tersebut akan
lembaga peradilan atau badan piutang lelang negara,
memulihkan bisnis dan meningkatkan
karena proses ini memakan energi, biaya dan waktu
kemampuan nasabah dalam mengangsur.
yang besar dengan hasil yang belum tentu
d. Eksekusi jaminan
memuaskan, maka pendekatan persuasif secara
Selama ini BPRS Madina belum pernah
personal dilakukan agar mitra/anggota mau dengan
menempuh langkah eksekusi jaminan dengan
kesadarannya sendiri menjual assetnya untuk
cara litigasi (eksekusi jaminan melalui proses
melunasi pembiayaan di BMT Beringharjo. Bila
peradilan atau lelang negara). Sampai saat ini
langkah persuasif sudah tidak bisa lagi, baru
langkah reschedulling, reconditioning dan
ditempuh langkah litigasi (eksekusi jaminan melalui
restrukturing masih dirasa cukup memadai dalam
lembaga formal).
menangani pembiayaan bermasalah.
KESIMPULAN DAN SARAN
BPRS telah diatur secara detail oleh
1. Kesimpulan
Bank Indonesia melalui Peraturan
Dari uraian dan pembahasan di atas, dapat
diambil
kesimpulan
sebagai
Bank
Indonesia
Nomor
13/23/PBI/2011 Tentang Penerapan
berikut:
Manajemen
1. Perbedaan regulasi dan pengawasan
Umum Syariah Dan Unit Usaha
ini
berdampak
manajemen
pada risiko.
penerapan
Risiko
Bagi
Bank
Syariah.
Regulasi
Regulasi yang mengatur penerapan
manajemen risiko pembiayaan pada
manajemen risiko di BMT belum
45 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
diatur secara detail, pelaksanaan
umum
pengawasan yang dilakukan oleh
berjalan dengan baik dengan
kementerian koperasi dan UKM pun
kelemahan pada sistem yang
masih sangat lemah, sehingga BMT
belum on line dan pengawasan
Beringharjo
pusat
dalam
penerapan
pembiayaan
yang
telah
terbatas
untuk
12
kantor
manajemen risiko pembiayaan lebih
mengendalikan
kepada membuat regulasi sendiri
cabang yang tersebar di DIY,
(self regulation) untuk dijalankan
Jateng, Jatim, Jabar dan DKI
dan dikontrol sendiri (self control).
Jakarta.
2. Kesimpulan penerapan manajemen
b. BPRS
Madina
risiko pembiayaan di kedua lembaga
menjalankan
tersebut adalah:
prosedur
a. Organisasi pembiayaan BMT
ketentuan
Beringharjo secara
baik
pengawasan
dan
pembiayaan Bank
sesuai
Indonesia.
berjalan
Organisasi pembiayaan BPRS
di
tingkat
Madina telah berjalan dengan
oleh
dewan
baik
pengawas
pengurus
kebijakan
belum
pengawas manajemen maupun dewan
telah
merangkap
mulai
dari
tingkat
komisaris sampai karyawan.
syariah,
2. Saran
jabatan
Saran untuk BMT Beringharjo :
direktur dan manager. Hal ini
1. Karena regulasi dan pengawasan
menimbulkan tumpang tindih
yang dilakukan oleh kementerian
tugas
jawab.
koperasi dan UKM serta dinas
organisasi
terkait masih sangat lemah sehingga
pembiayaan dibawahnya sudah
BMT Beringharjo membuat regulasi
berjalan dengan baik. Prosedur
sendiri (self regulation), disarankan
dan
Sedangkan
tanggung fungsi
46 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
untuk meniru
atau
berpedoman
pembiayaan konstruksi dengan akad
II,
istishna’ yang dilakukan kepada
walaupun aturan itu diperuntukkan
setiap pembeli rumah, pencairan
perbankan, namun sebagai bahan
dana dari setiap pembeli akan
dalam membuat kebijakan, standar
diterima
tersebut
untuk
perumahan dengan jumlah plafon
lembaga
sejumlah akumulasi pencairan para
karakteristiknya
pembeli perumahan tersebut. Hal ini
kepada
standar
pilar
sangat
diaplikasikan keuangan
Basel
baik pada
yang
sama dengan perbankan.
oleh
pengembang
rawan akan pelanggaran BMPP
2. Dengan jaringan 12 kantor cabang
(Batas
Maksimal
Pencairan
yang tersebar di DIY, Jateng, Jatim,
Pembiayaan), disamping segmen ini
Jabar dan DKI Jakarta, maka BMT
berisiko tinggi.
Beringharjo
harus
segera
mengaplikasikan sistem informasi pembiayaan yang on line dari kantor cabang
ke
kantor
pusat
DAFTAR PUSTAKA A. Karim (2004, 2010) “ Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. PT. Raja Grafindo Persada Jakarta.
dan Idris,
memperkuat fungsi audit internal. Saran untuk BPRS Madina: 1. Perlu dibentuk komite kebijakan pembiayaan
untuk
menghasilkan
kebijakan dan sistem manajemen
M.B (2006), “Analisis Pendapatan Dan Risiko Kredit Antar Segmen pada PT. Bank Rakyat Indonesia”. Tesis S.2. Program Magister Manajemen UGM.
Bessis, J. (1998) “Risk Management in Banking”. West Sussex; John Wiley @ Sons Ltd. dikutip dari; www.bankirnews.com
risiko pembiayaan yang handal dan Efendi, S. dkk, (2012), “Metode Penelitian Survey” LP3ES.
aplikatif. 2. Mengkaji
ulang
segmentasi
pembiayaan untuk property, karena
Fisher, S. “Risk Management in Top Priority in Bank Restructuring”. Dikutip dari naskah presentasi tentang “Building World Class
47 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Risk Management. Capabilities in Indonesia: Overview Risk Management (2001).” Jakarta: The Boston Consulting Group. dikutip dari; www.bankirnews.com Ismawan, B. dan Budiantoro, S (2005).“Keuangan Mikro Sebuah Revolusi Tersembunyi dari Bawah”.Gema PKM Indonesia. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor :351/KEP/M/XII/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 91/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Khan, dan Ahmed, (2008) “Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah” , penerjemah dan pengantar Ikhwan Abidin Basri, (Bumi Aksara, Jakarta). Mauraga, (2011).“Penilaian Profil Risiko Kredit (Credit Risk)” BankirNews / Tuesday, 31 May 2011 10:44 Miswanto, (2009). “Manajemen Resiko Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Dan Unit Simpan Pinjam (USP)”. Disampaikan dalam Proverty Alleviation and Microfinance Forum-MICRA Indonesia. Maliki, R. (2006), “Analisis Perhitungan Resiko Kredit Menggunakan Metode Value At
Risk pada BPRS X”Tesis S.2 Program Magister Manajemen UGM. Muhamad, (2006).“Bank Syariah, Analisis kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman”. , Ekonosia, Yogyakarta N. Idroes (2008),“Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia”, PT Raja Grafindo Persada Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 39/PER/M.KUKM/XII/2007 Tentang Pedoman Pengawasan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 35.3/PER/M.KUKM/X/2007 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Dan Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi Rahmadi, A. (2007). “Efektivitas Credit Scoring System Pada Kredit Segmen Mikro Di PT Bank Mandiri”. Tesis S.2. Magister Manajemen UGM. Saadah, H. (2009), “Penyaluran dan Pengembalian Kredit Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Melalui Lembaga
48 EKONOMI BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Vol. IV, No. 2, Agustus 2015
Keuangan Mikro (Kasus KBMT dan BPRS di Bogor”. Skripsi S.1. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor. Selamet dan Hoscaro (2008), “Manajemen Risiko Bank Syariah”, Sudarsono (2008), “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta. Sumitro, W. (2004), “Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-
Lembaga Terkai”, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang-undang Nomer 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syari’ah, www.bi.co.id Undang-Undang Nomor 25 Tahun1992 Tentang Perkoperasian. www.bmt-beringharjo.com