GAMBARAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI IBU DAN ANAK BALITA DI DAERAH RAWAN PANGAN KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009
SKRIPSI Oleh : FARIDA LUMBAN TOBING NIM. 071000228
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
2
GAMBARAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI IBU DAN ANAK BALITA DI DAERAH RAWAN PANGAN KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : FARIDA LUMBAN TOBING NIM. 071000228
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
3
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul : GAMBARAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DAN STATUS GIZI IBU DAN ANAK BALITA DI DAERAH RAWAN PANGAN KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2009 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : FARIDA LUMBAN TOBING NIM. 071000228 Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Desember 2009 dan Dinyatakan Lulus Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji
Ketua Penguji
Penguji I
Dra.Jumirah, Apt, Mkes NIP . 19580315 198811 2 001
Ernawati Nasution, SKM, Mkes NIP . 19700212 199501 2 001
Penguji II
Penguji III
Dr. Ir. Evawany. Y. Aritonang, MSi NIP. 132049788
Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes NIP. 19620529198903 2 001
Medan, 23 Desember 2009 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan
Dr. Ria Masniari Lubis, Msi NIP. 19531018198203 2 001
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
4
ABSTRAK
Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga dan Status Gizi Ibu dan Anak Balita di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009
Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang peka terhadapa masalah ketahanan pangan. Kecamatan Tanjung Beringin terdiri dari delapan desa, enam diantaranya masuk dalam golongan tahan pangan, satu desa termasuk agak rawan, dan satu desa masuk dalam golongan rawan pangan yaitu desa Nagur, dengan mayoritas pendduduknya adalah bertani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran ketahanan pangan keluarga dan status gizi ibu dan anak balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan cross sectional. Polpulasi adalah seluruh keluarga yang memiliki ibu dan anak balita umur 12-59 bulan. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yaitu sebanyak 80 keluarga. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu karakteristik ibu dan anak balita. Status gizi ibu diperoleh melalui pengukuran Antropometri Indeks Massa Tubuh menggunakan timbangan berdiri dan mikrotois., pengukuran berat badan anak balita diukur dengan menggunakan Dacin dan tinggi badan dengan mikrotois. Ketahanan pangan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner, konsumsi pangan ibu dan anak balita diukur dengan menggunakan food recall dan food frekuensi. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa tingkat ketahanan pangan keluarga sebagaian besar dalam kategori rawan pangan dengan kelaparan tingkat ringan, sedangkan tingkat konsumsi energi dan protein pada ibu balita sebagian besar pada kategori sedang yaitu masing-masing 48,75% dan 52,50%, demikian juga tingkat konsumsi masing-masing 50,00% dan 41,25%. Status gizi ibu sebagian besar berada pada kategori normal, dmikian juga dengan status gizi balita berdasarkan BB/U, TB/U, dan BB/TB sebagian besar berada pada kategori normal yaitu masing-masing 55,00%, 62,50%, dan 81,25%. Perlu peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan khususnya dalam hal penyediaan makanan di tingkat keluarga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi dan pengetahuan dalam hal penggalakan pemanfaatan pekarang sehingga akses terhadap pangan tambahan juga dapat dipenuhi.
Kata kunci : ketahanan pangan keluarga, daerah rawan pangan, status gizi ibu dan anak balita
i
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
5
ABSTRACT Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga dan Status Gizi Ibu dan Anak Balita di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 Mother and children under five are one group of people who are sensitive to issues of food security. Tanjung Beringin consists of eight villages, six of them went in groups hold food, a village including a little vulnerable, and one village in the category of food insecurity Nagur village, with the majority of the population is farming. The purpose of this research is to find a family preview of food security and nutritional status of mothers and children under five in food-insecure areas in the village of Tanjung Beringin Nagur Districtin 2009. This type of descriptive study with cross-sectional study design. Population is the whole family had a mother and young children aged 12-59 months. Sampling using simple random sampling technique that is as many as 80 families. The primary data obtained through direct interviews with respondents of the characteristics of mothers and children under five. Maternal nutritional status obtained through the anthropometric measurements Body mass index uses a scale up and mikrotois, weight measurements of children under five by using Dacin and height with mikrotois. Family food security is measured by using a questionnaire, the food consumption of mothers and children under five was measured by using a food recall and food frequency. The results showed that the level of family food security in the category most prone to starvation levels of light, while the level of energy and protein consumption in women under five categories used by most of the were respectively 48.75% and 52.50%, as well as consumption levels energy and protein in the majority of infants are in the category were respectively 50.00% and 41.25%. Maternal nutritional status largely on the normal category, as well as the nutritional status of infants under BB / U, TB / U and BB / TB mostly located in the normal categories respectively 55.00%, 62.50%, and 81, 25%. Need to increase knowledge of mothers through counseling conducted by health workers particularly in the provision of food at the family level is very important to support the improvement of nutrition and the promotion of knowledge in terms of utilization of the yard so that access to additional food can also be fulfilled.
Keywords: family food security, local food security, nutritional status of mother and children under five.
ii
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Farida Lumban Tobing
Tempat/tanggal lahir
: Lobunahot, 5 Juli 1981
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Kawin
Jumlah anggota keluarga
: 2 orang
Alamat Rumah
: Jl. Luku I No. 208 Padang Bulan Medan
Alamat Kantor
: Dolok Merawan
Riwayat Pendidikan
: 1. 1987 - 1993
: SD Negeri Nagatimbul
2. 1993 -1996
: SMP Negeri I Sibolga
3. 1996 – 1999
: SMU Negeri I Sibolga
4. 1999 – 2002
: Akademi Perawatan Darmo Medan
Riwayat Pekerjaan
: Staf Puskesmas Dolok Merawan Kab. Serdang bedagai
iii
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga dan Status Gizi Ibu dan Anak Balita di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009”. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda F. Tobing dan Ibunda L. Hutabarat yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing I Ibu Dra. Jumirah, Apt, Mkes dan DosenPembimbing II Ibu Ernawati Nasution, SKM, Mkes serta Dosen Penguji II Ibu Dr. Ir. Evawany. Y. Aritonang, MSi dan Dosen Penguji III Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, Mkes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
iv
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
8
2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, Mkes selaku Ketua Depertemen Gizi Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Dra. Irnawati Marsaulina S.MS.Dr selaku Dosen Pembimbing Akademik. 4. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis. 6. Teman- teman peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat. 7. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Medan,
Desember 2009
Penulis
Farida Lumban Tobing
v
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
9
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Abstrak.............................................................................................................. Abstract............................................................................................................. Riwayat Hidup ................................................................................................. Kata Pengantar................................................................................................ Daftar Isi........................................................................................................... Daftar Tabel ..................................................................................................... Daftar Gambar ................................................................................................
i ii iii iv vi ix xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1.2. Perumusan Masalah.................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 1.3.1. Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................. 1.4. Manfaat Penelitian....................................................................
1 1 5 5 5 6 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 2.1. Konsep Ketahanan Pangan Keluarga ...................................... 2.1.1. Sistem Ketahanan Pangan ............................................. 2.1.2. Indikator Ketahanan Pangan Keluarga ......................... 2.2. Status Gizi................................................................................. 2.3. Status Gizi Ibu .......................................................................... 2.4. Status Gizi Anak Balita............................................................ 2.5. Kerangka Konsep .....................................................................
7 7 9 11 13 15 15 17
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 3.3. Populasi dan Sampel .................................................................. 3.3.1. Populasi ......................................................................... 3.3.2. Sampel ........................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data........................................................ 3.4.1. Data Primer..................................................................... 3.4.2. Data Sekunder ................................................................ 3.5. Defenisi Operasional.................................................................. 3.6. Aspek Pengukuran...................................................................... 3.7. Pengolahan dan Analisis Data ...................................................
18 18 18 18 18 18 19 19 20 20 21 24
BAB IV HASIL PENELITIAN..................................................................... 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian......................................... 4.1.1. Geografi dan Topografi .................................................
25 25 25
vi
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
10
4.1.2. Demografi....................................................................... 4.1.3. Pendidikan ...................................................................... 4.1.4. Pekerjaan ........................................................................ 4.2. Gambaran Umum Responden.................................................... 4.2.1. Umur ............................................................................... 4.2.2. Pendidikan ...................................................................... 4.2.3. Pekerjaan ........................................................................ 4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga ............................................. 4.3. Pekerjaan Kepala Keluarga ....................................................... 4.4. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga........................................ 4.4.1. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Jumlah Anggota Keluarga .......................................................... 4.4.2. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Pendidikan Responden .................................................. 4.4.3. Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Responden 4.5. Ibu Balita..................................................................................... 4.5.1. Tingkat Konsumsi Energi Ibu Balita ............................ 4.5.2. Tingkat Konsumsi Protein Ibu Balita ........................... 4.5.3. Status Gizi Ibu Balita..................................................... 4.6. Anak Balita ................................................................................. 4.6.1. Umur dan Jenis Kelamin Anak Baita ........................... 4.6.2. Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita......................... 4.6.3. Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita........................ 4.6.4. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur ............................................................................... 4.6.5. Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur ............................................................................... 4.6.6. Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan .................................................................. BAB V PEMBAHASAN................................................................................ 5.1. Ketahanan Pangan Keluarga...................................................... 5.2. Konsumsi Pangan Ibu ................................................................ 5.3. Status Gizi Ibu ............................................................................ 5.4. Konsumsi Pangan Anak Balita .................................................. 5.5. Status Gizi Anak Balita.............................................................. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 6.1. Kesimpulan ................................................................................. 6.2. Saran............................................................................................
25 26 27 27 27 28 28 29 29 30 30 31 32 36 36 38 39 40 40 41 42 43 45 46 48 48 51 53 54 56 59 59 59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Master Data Ibu Balita Lampiran 2. Master Data Anak Balita Lampiran 3. formulir food frequency
vii
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
11
Lampiran 4. formulir food recall Lampiran 5. Kuesioner Ketahanan Pangan Keluarga Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Lampiran 7. Surat Keterangan selesai Penelitian dari Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin
viii
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
12
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Angka Kecukupan Gizi Anak Balita ......................................................
22
Tabel 3.2. Angka Kecukupan Gizi Wanita ..............................................................
22
Tabel 3.3. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia......................................
23
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Bringin Tahun2009...................... 26 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ............................................
26
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................................................................ 27 Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................... . 27 Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................................................................ 28 Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................................................................ 28 Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................................. 29 Tabel4.8. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ............................................ 29 Tabel 4.9. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.. 30 Tabel 4.10.Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ............................................ 31 Tabel 4.11.Distribusi Respondenberdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Pendidikan Responden di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................... 32
ix
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
13
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Pokok di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ....................................................................................................... 33 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Lauk di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ....................................................................................................... 33 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Sayuran di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ........................................................................................... 34 Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ....................................................................................................... 35 Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Minuman di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 35 Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Jajanan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ........................................................................................... 33 Tabel 4.18. Distribusi Tingkat konsumsi Energi Ibu Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009......................................... 37 Tabel 4.19. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Ibu Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................ 37 Tabel 4.20. Distribusi Tingkat konsumsi Protein Ibu Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009......................................... 38 Tabel 4.21. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Ibu Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................ 38 Tabel 4.22. Distribusi Status Gizi Ibu Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................ 39 Tabel 4.23. Distribusi Status Gizi Ibu Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 39 Tabel 4.24. Distribusi Anak Balita Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.............................. 40
x
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
14
Tabel 4.25. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009......................................... 41 Tabel 4.26. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................ 41 Tabel 4.27. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009......................................... 42 Tabel 4.28 Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009............................................................................ 43 Tabel 4.29. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ....................................................................................................... 44 Tabel 4.30. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan dengan Umur Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.............................. 44 Tabel 4.31. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ...................................................................................................... . 45 Tabel 4.32. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Tinggi Badan dengan Umur Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................ 45 Tabel 4.33. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 ........................................................................................... 46 Tabel 4.34. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan dengan Tinggi Badan Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009................ 47
xi
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan.................................
13
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian................................................................
17
xii
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan unsur yang sangat penting dalam membentuk kualitas sumberdaya manusia. Gizi seseorang sangat tergantung dari kondisi pangan yang dikonsumsinya. Pada tingkat keluarga, status gizi anak balita dipengaruhi oleh kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Ibu dan anak balita merupakan salah satu kelompok masyarakat yang sangat peka terhadap masalah ketahanan pangan. Status gizi anak balita merupakan salah satu indikator yang mencerminkan baik buruknya ketahanan pangan . Ketahanan pangan pada tingkat makro, dalam hal swasembada pangan di tingkat nasional dan regional, tidaklah secara otomatis memberikan garansi terhadap ketahanan pangan di tingkat keluarga, dan individu. Oleh karena itu, kerawanan pangan merupakan suatu isu-multidimensional dan memerlukan tinjauan yang lebih cermat terhadap sekumpulan parameter, tidak hanya bergantung pada produksi dan ketersediaan pangan saja. Kerawanan pangan terjadi bila penduduk mengalami kekurangan gizi yang disebabkan tidak tersedianya pangan, kurangnya akses sosial atau ekonomi terhadap pangan yang cukup, dan/atau konsumsi serta penyerapan bahan pangan yang tidak memadai ( FIA, 2008).
1
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
2
Berdasarkan data Susenas yang tertuang dalam Nutrition Map of Indonesia tahun 2006, jumlah penduduk rawan pangan tertinggi adalah daerah Istimewa Yogyakarta yaitu mencapai 20,0 %. Demikian pula jumlah anak balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi. Tinggginya proporsi keluarga rawan pangan dan anak balita kurang gizi menunjukkan bahwa ketahanan pangan pada tingkat keluarga dan individu juga belum terpenuhi. Masalah distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh terhadap harga, daya beli rumah tangga yang berkaitan dengan kemiskinan berpengaruh pula kepada konsumsi dan kecukupan pangan keluarga, (FIA, 2008 ) Pangan pada dasarnya merupakan kebutuhan manusia yang sangat asasi. Demikian asasinya pangan bagi kehidupan masyarakat, maka ketersediaannya harus dapat dijamin dalam kuantitas dan kualitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi humanistik masyarakat, yaitu hidup yang maju, mandiri, dalam suasana tentram, serta sejahtrera lahir dan batin (Siswono, 2002). Ketersediaan pangan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan keluarga, yang akhirnya mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Tingkat konsumsi pada anak balita sangat berhubungan erat dengan status gizi anak balita. Jika tingkat konsumsi anak balita mampu mencukupi semua kebutuhan gizinya, diharapkan itu akan menghasilkan status gizi yang baik dan terhindar dari penyakit defisiensi gizi. Tingkat konsumsi pangan anak balita dipengaruhi oleh persediaan pangan keluarga. Tidak cukupnya ketersediaan pangan keluarga menunjukkan adanya kerawanan pangan keluarga. Status gizi anak balita sangat rentan terhadap perubahan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
3
ketersediaan pangan di keluarga, dan status gizi anak balita merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk menilai status gizi masyarakat (Soekirman, 2000). Konsumsi pangan secara kuantitatif dilihat dari nilai energi (kalori) yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. Data yang disampaikan Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan dan Gizi (WKNPG) VIII menunjukkan, meski secara nasional ketersediaan energi tahun 2003 berada di atas kecukupan yaitu sebesar 3076 kkal namun rata-rata konsumsi baru mencapai 1989 kkal (90,4% dari kecukupan). Sementara untuk protein terjadi kelebihan dalam ketersediaan, yaitu 76,4 gram dan rata-rata konsumsi melebihi angka kecukupan yaitu sebesar 55,37 gram (110,7%). Menurut rekomendasi WKNPG VIII tahun 1998, kecukupan energi sebesar 2200 kkal dan protein 50 gram. Daya beli atau pendapatan keluarga yang memadai untuk memenuhi biaya hidup merupakan salah satu kunci ketahanan pangan keluarga. Keadaan ekonomi keluarga dan pola alokasi pendapatan menentukan daya beli keluarga terhadap pangan (Soekirman, 2000). Kerawanan pangan sangat dipengaruhi oleh daya beli keluarga yang ditentukan oleh tingkat pendapatannya. Rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein. Ketersediaan dan konsumsi pangan keluarga menjadi kurang, baik dalam jumlah , mutu, maupun keragamannya. Hal ini akan berdampak buruk terhadap status gizi ibu anak balita. Masalah gizi pada ibu yaitu kurang energi kronis (KEK) adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
4
atau secara kronis di tingkat keluarga yang tidak proporsional (biasanya seorang ibu “mengorbankan” dirinya), dan beratnya beban kerja ibu. Ibu yang kurang gizi pada umumnya mempunyai kapasitas fisik yang kurang untuk memberikan pelayanan secara optimal kepada keluarganya terutama balita. Masalah gizi pada anak balita timbul karena tidak tersedianya zat-zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak balita yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat, sehinggga kebutuhan zat gizi relatif besar bila dibandingkan orang dewasa. Dalam hal ini konsumsi makanan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Almatsier, 2001). Indonesia jumlah balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang pada tahun 2003 mencapai 27,5% dari total jumlah balita. Pada tahun 2004 mencapai 19,37% dari total jumlah balita. Pada tahun 2005 sebanyak 73.041 kasus balita yang mengalami gizi buruk di seluruh wilayah Indonesia. Sebanyak 2.580 balita mengalami marasmus, 88 mengalami kwashiorkor, 140 mengalami marasmus kwashiorkor serta sebanyak 70.203 mengalami kasus gizi non klinis (Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Kecamatan Tanjung Beringin terdiri dari delapan desa, enam diantaranya masuk dalam golongan tahan pangan, satu desa termasuk agak rawan, dan satu desa masuk dalam golongan rawan pangan yaitu Desa Nagur, dengan mayoritas penduduknya adalah bertani. Desa Nagur termasuk daerah rawan pangan berdasarkan skor kemiskinan dan prevalensi anak balita gizi kurang (data Badan Ketahanan Pangan Serdang Bedagai, 2008).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
5
Di Kecamatan Tanjung Beringin terdapat balita yang menderita gizi buruk sebanyak 8 orang (0,21%) dan yang menderita gizi kurang sebanyak 100 orang (2,64%). Di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai terdapat 728 orang anak balita. Dari hasil survei pendahuluan di desa tersebut masih ditemui anak balita yang menderita gizi buruk sebanyak 4 orang (0,54%) dan yang menderita gizi kurang sebanyak 22 orang (3,02%) (data Puskesmas Tanjung Beringin, 2008). Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik mengetahui bagaimana gambaran ketahanan pangan keluarga dan status gizi ibu dan anak balita di daerah rawan pangan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah, bagaimana gambaran ketahanan pangan keluarga dan status gizi ibu dan anak balita di daerah rawan pangan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran ketahanan pangan keluarga dan status gizi ibu dan anak balita di daerah rawan pangan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2009.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
6
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui ketahanan pangan keluarga di daerah rawan pangan. 2. Untuk mengetahui konsumsi pangan ibu balita di daerah rawan pangan 3. Untuk mengetahui konsumsi pangan anak balita di daerah rawan pangan 4. Untuk mengetahui status gizi ibu balita di daerah rawan pangan. 5. Untuk mengetahui status gizi anak balita di daerah rawan pangan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan program gizi bagi ibu dan anak balita. 2. Sebagai masukan bagi Badan Ketahanan Pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin. 3. Sebagai masukan bagi puskesmas agar lebih meningkatkan penyuluhan mengenai gizi yang baik bagi ibu dan anak balita.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Ketahanan Pangan Keluarga Ketahanan pangan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk mencukupi pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam Undang undang republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan dinyatakan bahwa , ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi keluarga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutu, aman, merata, dan terjangkau. Sehubungan dengan itu untuk mewujudkan ketahanan pangan tingkat keluarga
diperlukan kelembagaan pangan karena ketahanan pangan mempunyai
cakupan luas dan bersifat multisektoral meliputi aspek peraturan perundangan, organisasi sebagai pelaksana peraturan perundangan dan ketatalaksanaan (Soetrisno, 1996. Hal lain yang perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, pengusaha , lembaga swadaya masyarakat dan penduduk setempat. Kerjasama tersebut dimaksudkan sebagai penguatan sistem pangan lokal sehingga tercapai ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan keluarga dapat dicapai melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan jaminan ekonomi dan pekerjaan, bantuan pangan melalui jaringan pengaman sosial, peningkatan produksi dan pemasaran pangan, pendidikan dan penyuluhan, penelitian, monitoring dan evaluasi untuk membantu masyarakat menilai dan memperkuat ketahanan pangannnya (Suryana, 2003).
7
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
8
Ada dua bentuk ketidaktahanan pangan tingkat keluarga atau disebut juga rawan pangan yaitu 1. Ketidaktahanan pangan kronis yaitu: terjadi dan berlangsung secara terus menerus yang biasa disebabkan oleh rendahnya daya beli dan rendahnya kualitas sumber daya dan sering terjadi di daerah terisolir dan gersang. 2. Ketidaktahanan pangan akut terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh antara lain : bencana alam kegagalan produksi dan kenaikan harga yang mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menjangkau pangan yang memadai (Baliwati, 2004). Ketahanan pangan pada dasarnya bicara soal ketersediaan pangan (food availability), stabilitas harga (food price stability), keterjangkauan pangan/akses terhadap pangan (food accessibility). Ketersediaan pangan yang cukup berarti ratarata jumlah dan mutu gizi pangan yang tersedia di masyarakat dan di pasar mencukupi kebutuhan untuk konsumsi semua keluarga. Menjamin stabilitas harga pangan berarti menjaga agar tingkat konsumsi pangan rata-rata keluarga tidak menurun di bawah kebutuhan gizi yang dianjurkan akibat musim kering yang panjang,
bencana
alam
lainnya,
krisis
ekonomi
dan
politik.
Sedangkan
keterjangkauan/akses pangan, yaitu menjamin agar tidak ada penduduk yang lapar karena tidak mempunyai sarana untuk memproduksi atau tidak mampu membeli pangan yang dibutuhkan (Soekirman, 2000).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
9
2.1.1. Sistem Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu sistem atas subsistem ketersediaan. Distribusi dan konsumsi ( Dewan Ketahanan Pangan, 2006). Kerangka sistem ketahanan pangan adalah : 1. Subsistem ketersediaan Subsistem ketersediaan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari tiga sumber yaitu : produksi dalam negeri, impor pangan dan pengelolaan cadangan pangan. Dengan jumlah penduduk yang besar dan kemampuan ekonomi yang relatif lemah, maka kemauan untuk menjadi bangsa yang mandiri di bidang pangan harus terus diupayakan. 2. Subsistem Distribusi Subsistem Distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien, sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. 3. Subsistem Konsumsi Subsistem Konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, di samping juga efisien untuk mencegah pemborosan. Acuan kuantitatif untuk konsumsi pangan adalah Kecukupan Gizi rekomendasi Widya Karya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004, dalam satuan rata-rata per kapita per hari, untuk energi sebesar 2.000 kkal dan protein 52 gram. Acuan untuk menilai tingkat keragaman
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
10
konsumsi pangan adalah Pola Pangan Harapan dengan skor 100 sebagai pola yang ideal (Dewan Ketahan Pangan, 2006). Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan pemerintah juga melakukan kebijakan yang berkaitan dengan keanekaragaman/diversifikasi konsumsi pangan. Diversifikasi konsumsi pangan adalah upaya untuk menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi yang mencakup pangan sumber energi dan zat gizi, sehingga memenuhi kebutuhan akan pangan dan gizi, sesuai dengan kecukupan baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya. Tetapi persepsi yang timbul di masyarakat terhadap diversifikasi konsumsi pangan hanya diartikan terbatas pada penganekaragaman bahan makanan pokok, padahal sebenarnya yang dimaksud adalah keanekaragaman pangan secara keseluruhan baik dari golongan pangan sumber karbohidrat maupun pangan sumber zat gizi lainnya dan tidak hanya mengenai keanekaragaman jenis bahan makanan tetapi juga kenekaragaman macam masakan yang dihidang. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketahanan pangan antara lain (Thaha,dkk, 2002) : a. Kebijakan harga dan struktur kelembagaan pemasaran yang tepat. b. Akses yang buruk. c. Pola konsumsi, kebiasaan, dan budaya setempat. d. Penerapan teknologi yang tidak tepat guna. e. Tingkat pengetahuan dan pendidikan masyarakat. f. Gangguan atau bencana alam.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
11
Situasi ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yang masih lemah, dapat ditunjukkan oleh (Dewan Ketahanan Pangan, 2006) : a. Penduduk rawan pangan yaitu yang mengkonsumsi kurang 90% dari konsumsi yang direkomendasikan sebesar 2000 kkal/kap/hari, Penduduk sangat rawan yaitu yang mengkonsumsi kurang dari 70 % dari konsumsi yang direkomendasikan b. Ditemukannya balita kurang gizi Menurut data Badan Ketahanan Pangan tahun 2008, Kabupaten Nias Selatan termasuk daerah rawan pangan berdasarkan skor kemiskinan dimana seluruh kecamatan dikategorikan daerah sangat rawan pangan yakni 8 kecamatan. Ketersediaan pangan berdasarkan konsumsi normatif sangat mengkhawatirkan, ada 5 kecamatan dikategorikan sangat rawan pangan , dari akses pangan dan pendapatan 7 kecamatan dikategorikan rawan pangan dan berdasarkan persentase anak dengan berat badan di bawah standard sebesar 32,8 persen anak balita dengan berat badan dibawah standar (FIA, 2008). 2.1.2. Indikator Ketahanan Pangan Keluarga Dengan semakin disadari pentingnya untuk selalu memantau kondisi ketahanan pangan, maka upaya-upaya terus aktif dilakukan untuk mengembangkan berbagai metoda pengukuran dan peramalan agar sedapat mungkin menggambarkan keadaan yang sebenarnya sedang atau akan terjadi. Maxwell dan Frankenberger (1992) menyatakan bahwa pencapaian pangan dapat diukur dari berbagai indikator. Indikator tersebut dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu indikator proses dan indikator dampak. Indikator proses
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
12
menggambarkan situasi pangan yang ditunjukkan oleh ketersediaan dan akses pangan, sedangkan indikator dampak meliputi indikator langsung maupun tidak langsung. Indikator ketersediaan pangan berkaitan dengan produksi pertanian, iklim, akses terhadap sumber daya alam, praktek pengelolaan lahan, pengembangan institusi, pasar, konflik regional, dan kerusuhan sosial. Indikator akses pangan meliputi antara lain sumber pendapatan, akses terhadap kredit modal. Indikator akses pangan juga meliputi strategi keluarga untuk memenuhi kekurangan pangan. Indikator dampak digunakan sebagai cerminan konsumsi pangan yang meliputi dua kategori yaitu secara langsung yakni konsumsi dan frekuensi pangan dan secara tidak langsung meliputi penyimpangan pangan dan status gizi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Khomsan (1999) bahwa indikator ketahanan pangan di Jawa diukur dari indikator tingkat konsumsi energi atau protein yang ditentukan oleh konsumsi beras , tahu dan tempe. Ketahanan pangan merupakan konsep yang multidimensi yaitu meliputi mata rantai sistem pangan dan g izi mulai dari produksi, distribusi, konsumsi dan status gizi. Oleh karena itu Chung (1997) merangkum berbagai indikator tesebut dalam kerangka konsep seperti berikut ini (Baliwati, 2004).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
13
Ketahanan pangan
Ketersediaan pangan
Sumberdaya : Fisik ,manusia, sosial
Akses pangan
Produksi : pertanian, non pertanian
Pemanfaatan pangan
Konsumsi pangan
Status Gizi
Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan (Chung,1997) 2.2. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan utilitas zat gizi makanan. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status gizinya baik atau tidak (Riyadi, 2001). Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan (energi, protein, lemak dan zat gizi mikro lain) dan status kesehatan. Pengaruh langsung dari status gizi dipengaruhi oleh tiga faktor tidak langsung yaitu ketahanan pangan, perawatan ibu dan anak yang cukup dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
14
Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan bio fisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, dkk, 2002). Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah gizi yaitu : 1. Kurang energi protein, khususnya pada anak-anak dan bumil 2. Obesitas pada semua kelompok umur (WKNPG, 1979). Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain : berat badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggang, tebal lemak bawah kulit. Pengukuran status gizi anak secara antropometri pada anak balita dapat dilakukan dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks berat badan menurut panjang/tinggi badan (BB/TB), indeks panjang/tinggi badan menurut umur (TB/U). Pengukuran status gizi pada wanita usia subur dapat dilakukan dengan menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Supariasa, dkk, 2002). Alat ukur yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan (Supariasa, dkk, 2002) : 1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain. 2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya ketelitian penimbangan maksimal 0,1 kg.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
15
3. Skala mudah dibaca. 4. Cukup aman menimbang anak balita. 2.3. Status Gizi Ibu Pentingnya status gizi ibu perlu dilihat dari berbagai aspek. Selain bahwa akses terhadap keamanan pangan dan terhadap pelayanan kesehatan setinggitingginya merupakan hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu juga mempunyai dampak secara sosial dan ekonomi. Secara umum, kurang gizi pada ibu dikaitkan dengan kemiskinan, ketidakadilan gender, serta hambatan terhadap akses terhadap berbagai kesempatan dan pendidikan. Kurang gizi juga banyak dikaitkan dengan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang adekuat, tingginya fertilitas dan beban kerja yang tinggi. Secara spesifik, penyebab Kurang Energi Kronis (KEK) adalah akibat dari ketidakseimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi. Yang sering terjadi adalah adanya ketidaktersediaan pangan secara musiman atau kronis ditingkat rumah tangga yang tidak proporsional (biasanya ibu “mengorbankan” dirinya), dan beratnya beban kerja ibu (FKM UI, 2007). 2.4. Status Gizi Anak Balita Terdapat dua penyebab langsung dari status gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita yaitu : a. Karena jumlah dan mutu makanan anak yang tidak memadai. b. Karena keadaan kesehatan anak, apakah sehat atau sakit.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
16
Kedua sebab langsung tersebut berhubungan erat dengan sebab tidak langsung yaitu cukup tidaknya persediaan pangan di rumah tangga, pola asuh anak, dan sanitasi lingkungan, air bersih dan pelayanan kesehatan dasar. Munculnya masalah pada ketiga penyebab tidak langsung terkait dengan akar masalah yang menjadi latar belakang ketiga sebab tidak langsung tersebut, yaitu masalah ketahanan pangan dan kemiskinan. Hubungan antara penurunan produksi, pendapatan dan upah riil terhadap konsumsi keluarga dan status gizi balita bersifat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor, seperti redistribusi pendapatan sektor pemerintah dan swasta, akses terhadap tabungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan sosial lainnya.
Kesemuanya
itu
berkaitan
dengan
kemampuan
keluarga
dalam
memepertahankan diri menghadapi krisis. Penurunan pendapatan ini terkait dengan penurunan tingkat ketahanan pangan keluarga dan terjadinya masalah gizi kurang. Menurut hukum Engel, pada saat terjadinya peningkatan pendapatan, konsumen akan membelanjakan pendapatannya untuk pangan dengan porsi yang semakin kecil. Sebaliknya bila pendapatan menurun porsi yang dibelanjakan untuk pangan makin meningkat. Menurut data Susenas (1996 dan 1998) pengeluaran untuk pangan bagi keluarga miskin berkisar antara 60-80 persen dari pendapatan. Ketidakberdayaan keluarga miskin menyebabkan terjadinya kerawanan pangan
yang menjadi penyebab rendahnya konsumsi pangan dan
timbulnya masalah gizi kurang pada anak balita (Soekirman, 2000).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
17
2.5. Kerangka Konsep Untuk melihat gambaran ketahanan pangan keluarga dan status gizi ibu dan anak balita, dapat digambarkan dalam skema berikut ini : Daerah rawan pangan
Ketahanan pangan keluarga
Konsumsi Pangan Ibu dan anak balita
Status gizi anak balita
Status gizi ibu
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan : Daerah rawan pangan mempengaruhi ketahanan pangan keluarga. Ketahanan pangan keluarga juga mempengaruhi konsumsi pangan ibu dan anak balita yang akhirnya mempengaruhi status gizinya.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan survei dengan rancangan penelitian cross sectional (sekat silang) bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk melihat gambaran ketahanan pangan keluarga dengan status gizi ibu dan balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2009. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Waktu penelitian mulai bulan Juni sampai Oktober tahun 2009. Adapun alasan pertimbangan dalam pemilihan lokasi yaitu desa ini merupakan desa rawan pangan. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki ibu dan anak balita umur 12-59 bulan bertempat tinggal di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai yang berjumlah 398 keluarga. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang diteliti adalah keluarga yang memiliki ibu dan anak balita umur 12-59 bulan. Respondennya adalah ibu. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) :
18
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
19
N n = -------------1 + N (d)2
398 n = ------------1 + 398 (0,1)2 n = 80 keluarga Keterangan : N = Besar populasi N = Besar sampel d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan,
yakni
10% atau 0,1 3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yaitu : karateristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan), karakteristik anak balita ( umur, jenis kelamin), pengukuran indeks massa tubuh
ibu dengan menggunakan timbangan
berdiri untuk berat badan dan Mikrotois untuk tinggi badan, Pengukurun berat badan anak balita dengan menggunakan Dacin dan tinggi badan menggunakan Mikrotois. Ketahanan pangan keluarga diukur dengan menggunakan kuesioner, konsumsi pangan ibu dan anak balita
diukur dengan menggunakan food recall dan food
frekuensi.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
20
3.4.2. Data sekunder Data sekunder meliputi data-data yang di peroleh dari kantor desa, dan instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian ini seperti Badan Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, dan Puskesmas. 3.5. Defenisi Operasional 1. Daerah rawan pangan adalah kondisi daerah yang tidak mempunyai akses secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup dalam kualitas, kuantitas, beragan, aman untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan. 2. Ketahanan pangan keluarga adalah kecukupan pangan yang dikonsumsi keluarga selama 12 bulan terakhir yang dinilai dari aspek kualitatif berdasarkan ketersediaan dan akses pangan, dari aspek kuantitatif berdasarkan konsumsi pangan ibu dan anak balita. 3. Konsumsi pangan ibu dan anak balita adalah jenis pangan, frekuensi pangan dan jumlah energi dan protein yang di konsumsi ibu dan anak balita per hari. 4. Status gizi balita adalah keadaan gizi balita umur 12-59 bulan yang diukur dengan tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan( BB/TB) dibandingkan dengan standar WHO tahun 2005. 5. Status gizi ibu adalah keadaan gizi ibu yang diukur berdasarkan IMT menurut standar WHO.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
21
3.6. Aspek Pengukuran a. Tingkat ketahanan pangan secara kualitatif, diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner (Bickel, dkk, 2000). 1. Terjamin : Jika 2 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan ; sering; kadang-kadang; ya; hampir setiap bulan; beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. 2. Rawan kelaparan, dikelompokkan atas tiga kategori yaitu : a. Rawan dengan kelaparan tingkat ringan : jika 3-5 dari 18 pertanyaan yang ada diantaranya dijawab dengan; sering; kadang-kadang; ya; hampir setiap bulan; beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. b. Rawan dengan kelaparan tingkat sedang : jika 6-8 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan; sering; kadang-kadang; ya; hampir setiap bulan; beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. c. Rawan dengan kelaparan tingkat berat : jika >9 dari 18 pertanyaan yang ada, diantaranya dijawab dengan; sering; kadang-kadang; ya; hampir setiap bulan; beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan. b. Tingkat ketahanan pangan secara kuantitatif yaitu konsumsi pangan diperoleh berdasarkan jawaban responden terhadap food frequency dan food recall 2 x 24 jam, melalui wawancara dengan ibu. Hasil analisis bahan makanan dihitung rata-rata konsumsi energi dan protein, kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
22
Tabel 3.1. Angka Kecukupan Gizi Anak Balita No 1 2
Umur (tahun) 1-3 4-5
Energi (kkal) 1250 1700
Protein (gr) 23 32
Tabel 3.2. Angka kecukupan Gizi Wanita No 1 2 3
Umur (tahun) 16-19 20-45 46-59
Energi (kkal) 2000 2200 2100
Protein (gr) 51 48 48
Menyusui : 0-6 bulan
:
Energi + 700 kkal
:
Energi + 500 kkal
Protein + 16 gr 7-12 bulan
Protein + 12 gr Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes RI (1990), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat : Baik
: ≥ 100% AKG
Sedang : >80 – 99% AKG Kurang : 70 – 80% AKG Defisit : < 70% AKG c. Status Gizi Ibu Status gizi ibu diperoleh melalui pengukuran Antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT) kemudian membandingkan dengan standar WHO. Kategori Ambang Batas IMT dibagi atas tiga yaitu :
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
23
Tabel 3.3. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia kategori Kekurangan berat badan tingkat berat Kekurangan berat badan tingkat ringan
Kurus Normal
IMT < 17,0 17,0-18,5 >18,5-25,0 >25,0-27,0 >27,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan Kelebihan berat badan tingkat berat
Gemuk
Sumber : Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang dewasa, Jakarta. hlm. 4
d. Status Gizi Balita Status
gizi
balita
diperoleh
melalui
pengukuran
antropometri tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan( BB/TB) dengan menggunakan standar WHO 2005 dalam skor simpangan baku ( standart deviation score = Z- score) dengan rumus (Depkes RI, 2008): Kategori berdasar a.
kan BB/U yaitu :
Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
b. Kurang
: ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c.
: < -3 SD
Sangat kurang
Kategori berdasarkan TB/U yaitu : Normal
: ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
b. Pendek
: ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c.
: < -3 SD
a.
Sangat pendek
d. Tinggi
: > 2 SD s/d ≤ 3 SD
e.
: > 3 SD
Sangat tinggi
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
24
Kategori berdasarkan BB/TB yaitu : a. Sangat Kurus
: < -3 SD
b. Kurus
: ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c. Normal
: ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
d. Gemuk
: > 2 SD s/d ≤ 3 SD
e. Sangat gemuk
: > 3 SD
3.7. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan dimasukkan ke dalam program SPSS versi 11,5 kemudian data diolah, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
25
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografi dan Topografi Kecamatan Tanjung Beringin merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Serdang Bedagai. Luas Wilayah Kecamatan ini adalah 735.737 Ha dengan ketinggian 0 – 8 meter dari permukaan laut dengan temperatur udara rata-rata 320C. Kecamatan Tanjung Beringin terdiri dari 8 desa, yaitu : Desa Pematang Terang, Pematang Ceramai, Tebing Tinggi, Bagan Kuala, Pekan Tanjung Beringin, Mangga Dua, Nagur dan Desa Sukajadi. Desa Nagur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun batas-batas Desa Nagur adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Mangga Dua Sebelah Selatan berbatasan dengan Pekan Tanjung Beringin Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Mengkudu 4.1.2. Demografi Jumlah penduduk Desa Nagur menurut data monografi desa tahun 2009 sebesar 5.854 jiwa dengan 1496 kepala keluarga yang terdiri dari 3007 orang laki-laki dan 2847 orang perempuan.
25
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
26
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis Kelamin Jumlah No. Golongan Umur Persentase Laki-laki Perempuan 1. 0 – 5 tahun 342 386 728 12,44 2. 6 – 15 tahun 452 481 933 15,94 3. 16 – 25 tahun 652 695 1.347 23,01 4. 26 – 35 tahun 769 864 1.633 27,90 5. 36 – 45 tahun 363 443 806 13,77 6. > 45 tahun 187 220 407 6,95 Jumlah 2.765 3.089 5.854 100,00 Sumber : Data Demografi Desa Nagur Tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 26-35 tahun yaitu 1.633 orang (27,90%) dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur > 45 tahun yaitu 407 orang (6,95%). 4.1.3. Pendidikan Dari data distribusi penduduk di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2008 dapat juga dibagi menurut pendidikannya seperti dalam tabel berikut ini Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Pendidikan Penduduk Jumlah Persentase 1. Tidak Sekolah 799 13,65 2. TK 178 3,04 3. SD 2.279 38,93 4. SLTP 1.430 24,43 5. SLTA 1.005 17,17 6. Akademi/PT 163 2,78 Jumlah 5.854 100,00 Sumber : Data Demografi Desa Nagur Tahun 2008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk yang paling banyak adalah SD yaitu 2.279 orang (38,93%) dan yang paling sedikit adalah Akademik/PT yaitu 163 orang (2,78%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
27
4.1.4. Pekerjaan Profil Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin tahun 2008 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan penduduk sebagian besar petani dan nelayan, hal ini dapat dilihat berdasarkan jenis pekerjaannya seperti pada tabel berikut ini. Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Pekerjaan Penduduk Jumlah Persentase No. 1. Pegawai Negeri Sipil 326 10,58 2. Nelayan 1.221 39,64 3. Wiraswasta/Pedagang 48 1,56 4. Petani 1.448 47,01 5. Jasa Angkutan 37 1,20 Jumlah 3.080 100,00 Sumber : Data Demografi Desa Nagur Tahun 2008
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pekerjaan penduduk yang paling banyak adalah petani yaitu 1.448 orang (47,01%) dan yang paling sedikit adala Jasa Angkutan yaitu 37 orang (1,20%). 4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Umur Dari hasil penelitian ini diperoleh distribusi responden berdasarkan umur, seperti yang tertera dalam tabel berikut. Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Umur (Tahun) Jumlah Persentase 1. 24 12 15,00 2. 25 – 29 31 38,75 3. 30 – 34 21 26,25 4. > 34 16 20,00 Jumlah 80 100,00 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak adalah umur 25-29 tahun yaitu 31 orang (38,75%) dan yang paling sedikit adalah umur 24 tahun yaitu 12 orang (15,00%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
28
4.2.2. Pendidikan Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar tergolong masih rendah, hal ini terlihat dari tabel berikut ini. Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Pendidikan Jumlah Persentase 1. Tamat SD 31 38,75 2. Tamat SLTP 27 33,75 3. Tamat SLTA 19 23,75 4. Akademi/PT 3 3,75 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tamat SD yaitu 31 orang (38,75%) dan yang paling sedikit adalah Akademik/PT yaitu 3 orang (3,75%). 4.2.3. Pekerjaan Dari hasil wawancara dengan responden, didapat data tentang pekerjaan responden dimana dari data diketahui bahwa pekerjaan ibu sebagai petani sebanyak 17 orang (21,25%), untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Pekerjaan Jumlah Persentase 1. PNS 2 2,50 2. Pedagang/Wiraswasta 3 3,75 3. Petani 17 21,25 4. Tidak Bekerja/Ibu Rumah Tangga 58 72,50 Jumlah 80 100,00 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah tidak bekerja yaitu 58 orang (72,50%) dan yang paling sedikit adalah Pegawai Negeri Sipil yaitu 2 orang (2,50%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
29
4.2.4. Jumlah Anggota Keluarga Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 2 keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga ≥8, untuk lebih lengkapnya dapat diketahui dari tabel 4.7. Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah Persentase 1. ≤ 4 orang 35 43,75 2. 5-7 orang 43 53,75 3. ≥ 8 orang 2 2,50 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah 5-7 orang yaitu 43 responden (53,75%) dan yang paling sedikit adalah ≥ 8 orang yaitu 2 keluarga (2,50%). 4.3. Pekerjaan Kepala Keluarga Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan kepala keluarga yaitu petani dan nelayan, dan hanya beberapa kepala keluarga yang pekerjaannya pedagang/wiraswasta, karyawan swasta, buruh dan PNS, dan untuk jumlah persentasenya dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Distribusi Kepala Keluarga Menurut Pekerjaan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pekerjaan PNS Pedagang/Wiraswasta Nelayan Petani Karyawan Swasta Buruh Jumlah
Jumlah 1 3 29 42 3 2 80
Persentase (%) 1,25 3,75 36,25 52,50 3,75 2,50 100,00
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
30
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pekerjaan kepala keluarga yang paling banyak adalah petani yaitu 42 orang (52,50%) dan yang paling sedikit adalah pegawai negeri sipil yaitu 1 orang (1,25%). 4.4. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 80 keluarga, hanya 5 keluarga yang ditemukan dengan tingkat katahanan pangan berada pada kategori terjamin dan 5 keluarga diantaranya berada pada kategori rawan tingkat berat, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 4.9. Distribusi Keluarga Berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Jumlah Persentase 1. Terjamin 5 6,25 2. Rawan dengan kelaparan tingkat ringan 40 50,00 3. Rawan dengan kelaparan tingkat sedang 30 37,50 4. Rawan dengan kelaparan tingkat berat 5 6,25 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan kuesioner yang disusun oleh Bickel, dkk., diperoleh data tingkat ketahanan pangan keluarga yang dapat dilihat pada tabel di atas diketahui bahwa tingkat ketahanan pangan keluarga dengan kategori terjamin sebanyak 6,25%, rawan dengan kelaparan tingkat ringan sebanyak 50,00%, rawan dengan kelaparan tingkat sedang 37,50% dan rawan dengan kelaparan tingkat berat sebanyak 6,25%. 4.4.1. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Jumlah Anggota Keluarga Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 2 keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga ≥8 orang dengan tingkat ketahanan pangan keluarga berada
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
31
pada kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang dan berat, dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.10.Distribusi Keluarga Berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Jumlah Anggota Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No 1. 2. 3. 4.
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Terjamin Rawan dengan kelaparan tingkat ringan Rawan dengan kelaparan tingkat sedang Rawan dengan kelaparan tingkat berat Jumlah
Jumlah Anggota Keluarga ≥ 8 orang 5-7 orang ≤ 4 orang n % n % n % 0 0,00 1 20,00 4 80,00 0 0,00 21 52,50 19 47,50
5 40
1
3,33
19
63,34
10
33,33
30
1
20,00
2
40,00
2
40,00
5
2
2,50
43
53,75
35
43,75
80
n
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah anggota keluarga terbanyak adalah 5-7 orang yaitu 43 keluarga yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori terjamin 1 keluarga, keluarga dengan kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan 21 keluarga, keluarga dengan kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang 19 keluarga, keluarga dengan kategori rawan dengan kelaparan tingkat berat 2 keluarga. 4.4.2. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Pendidikan Responden Tingkat ketahanan pangan keluarga kategori rawan pangan sebagian besar berada pada tingkat pendidikan ibu balita sekolah dasar, jadi dari hasil penelitian diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka tingkat ketahanan pangan keluarga lebih tahan pangan, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
32
Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Menurut Pendidikan Responden di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009 No 1. 2.
3.
4.
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Terjamin Rawan dengan kelaparan tingkat ringan Rawan dengan kelaparan tingkat sedang Rawan dengan kelaparan tingkat berat Jumlah
Pendidikan Responden SD
SMP
SMA
Akademik/P T n % 3 60,00 0 0,00
n
n 0 3
% 0,00 7,50
n 1 21
% 20,00 52,50
n 1 16
% 20,00 40,00
23
76,67
5
16,67
2
6,67
0
0,00
30
5
100,00
0
0,00
0
0,00
0
0,00
5
31
38.75
27
33,75
19
23,75
3
3,75
80
5 40
Dari tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat ketahanan pangan keluarga yang paling banyak berada dalam kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan yaitu 40 responden yang terdistribusi
pada tingkat pendidikan SMA ada 16 responden
(40,00%), SMP ada 21 responden (52,50%) dan tingkat pendidikan SD ada 3 responden (7,50%), sedangkan tingkat ketahanan pangan keluarga terendah berada dalam tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin dan rawan dengan kelaparan tingkat berat yaitu masing-masing 5 responden. 4.4.3. Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Responden Dari hasil wawancara dengan 80 responden dengan mempergunakan daftar frekuensi makan menurut jenis bahan makanan yang dikonsumsi secara berulang kali dan terus menerus (frekuensi) pada periode tertentu, maka diperoleh gambaran frekuensi makan pada responden berdasarkan pengelompokan jenis bahan makanan yang tercantum pada tabel sebagai berikut:
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
33
Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Pokok di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Frekuensi
Jenis Bahan Makanan Makanan Pokok - nasi
3x sehari
2x sehari
1x sehari
n
%
n
%
N
14
17,50
61
76,25
5
Jarang
%
n
6,25
%
0
0
Tidak Pernah n % 0
0
Jumlah n
%
80
100
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa frekuensi makan dan jenis bahan makanan pada makanan pokok yaitu nasi dikonsumsi 80 responden (100%) dengan frekuensi 3x sehari sebanyak 14 responden, 2x sehari sebanyak 61 responden dan 1x sehari sebanyak 5 responden. Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Lauk di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis Bahan Makanan Lauk Pauk Ikan basah/segar Ikan teri Ikan asin Daging ayam Daging babi Tahu Tempe Telur Daging lembu
1-3x sehari n % 0 0
4-5x seminggu n % 0 0
Frekuensi 1-3x Jarang seminggu n % n % 14 17,50 66 82,50
Tidak Pernah n % 0 0
n 80
% 100
0 0 0
0 0 0
0 36 0
0 45,00 0
46 22 3
57,50 27,50 3,75
34 22 77
42,50 27,50 96,25
0 0 0
0 0 0
80 80 80
100 100 100
0
0
0
0
0
0
0
0
80
100
80
100
0 0 0 0
0 0 0 0
62 62 0 0
77,50 77,50 0 0
18 18 75 0
22,50 22,50 93,75 0
0 0 5 80
0 0 6,25 100,00
0 0 0 0
0 0 0 0
80 80 80 80
100 100 100 100
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.13. dapat diketahui bahwa jenis lauk pauk yaitu ikan asin, tahu, dan tempe, lebih banyak di konsumsi pada frekuensi 4-5x seminggu, sedangkan ikan basah/segar, ikan teri, dan telur lebih banyak
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
34
dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan daging ayam, , dan daging lembu jarang dikonsumsi. Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Bahan Makanan Sayuran di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis Bahan Makanan Sayuran Bayam Kangkung Daun ubi Kol Sawi Terong Kacangpanjang Toge Sawi pahit Buncis
1-3x sehari n % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4-5x seminggu n % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frekuensi 1-3x seminggu n % 56 70,00 31 38,75 80 100,00 58 72,50 14 17,50 26 32,5 16 20,00 21 26,25 0 0 5 6,25
Jarang n 24 39 0 22 66 54 64 59 80 75
% 30,00 48,75 0 27,50 82,50 67,50 80,00 73,75 100,00 93,75
Tidak Pernah n % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah n 80 80 80 80 80 80 80 80 0 80
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis bahan makanan sayuran yaitu bayam, daun ubi, kol lebih banyak dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan sawi, terong, kacang panjang, toge, sawi pahit dan buncis banyak yang jarang mengonsumsinya.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
35
Tabel 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Buah di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Frekuensi Jenis Bahan Makanan Buah Pepaya Jeruk Pisang Jambu Semangka Belimbing Mangga Salak Apel Pir Stroberi Anggur Sawo Nanas
1-3x 4-5x sehar seming i gu n % n % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1-3x seminggu n 15 5 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
% 18,25 6,25 17,50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
n 65 75 66 80 80 80 80 80 80 80 0 80 80 80
Jumlah
Tidak Pernah
Jarang % 81,25 93,75 82,50 100,00 72,09 76,74 100,00 100,00 100,00 100,00 0 100,00 100,00 100,00
n 0 0 0 0 12 10 0 0 0 0 80 0 0 0
% 0 0 0 0 27,91 23,25 0 0 0 0 100,00 0 0 0
n 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
% 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis makanan buah yaitu pepaya, jeruk, pisang, ada dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, tetapi sebagian besar responden jarang mengkonsumsinya, sedangkan buah semangka, belimbing, mangga, salak, apel, pir, anggur, sawo dan nanas jarang di konsumsi, dan responden tidak pernah mengonsumsi buah stroberi. Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Minuman di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis Bahan Makanan Minuman Susu Teh manis Kopi Sirup Fanta Sprite Sosro Limun
n 0 8 0 0 0 0 0 0
1-3x sehari % 0 10,00 0 0 0 0 0 0
4-5x seminggu n % 0 0 21 26,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frekuensi 1-3x seminggu n % 11 13,75 51 63,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jarang n 69 0 80 80 80 80 80 80
% 82,25 0 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tidak Pernah n % 0 0 0 0 10 23,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah n 80 80 80 80 80 80 80 80
% 100 100 10 100 100 100 100 100
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
36
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis minuman yaitu teh manis lebih banyak dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan minuman susu, kopi, sirup,
fanta,
sprite,
sosro,
limun
lebih
banyak
responden
yang
jarang
mengonsumsinya. Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan dan Jenis Makanan Jajanan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Jenis Bahan Makanan Jajanan Permen Coklat Donat Gorengan Es krim Mie Bakso Keripik/ kerupuk Wafer Roti/kue
% 13,75 0 0 0 0 0 0
4-5x seminggu n % 29 36,25 5 6,25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Frekuensi 1-3x seminggu n % 35 43,75 2 2,50 5 6,25 22 27,50 0 0 57 71,25 18 22,50
n 5 73 75 58 75 23 62
0 0 0
6 0 7
74 19 73
0 61 0
1-3x sehari n 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7,50 0 81,75
92,50 23,75 91,25
Jumlah
% 6,25 91,25 93,75 72,50 93,75 28,75 77,50
Tidak Pernah n % 0 0 0 0 0 0 0 0 5 6,25 0 0 0 0
n 80 80 80 80 80 80 80
% 100 100 100 100 100 100 100
0 76,25 0
0 0 0
80 80 80
100 100 100
Jarang
0 0 0
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis makanan jajanan yaitu permen, mie, mie, keripik/kerupuk dan roti/kue lebih banyak dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan, coklat,donat, gorengan, es krim, bakso, wafer, jarang di konsumsi. 4.5. Ibu 4.5.1. Tingkat Konsumsi Energi Ibu Ibu yang tingkat konsumsi energinya yang berada pada kategori baik hanya sebanyak 14 orang (17,50%), jadi meskipun tingkat konsumsi energi ibu sebagian besar berada pada kategori sedang, namun pada kategori kurang dan defisit masih tinggi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
37
Tabel 4.18. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Ibu di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Tingkat Konsumsi Energi Ibu Jumlah Persentase 1. Baik 14 17,50 2. Sedang 39 48,75 3. Kurang 22 27,50 4. Defisit 5 6,25 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori tingkat konsumsi energi ibu yang paling banyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 39 (48,75%), sedangkan tingkat konsumsi energi yang paling sedikit adalah kategori defisit, yaitu sebanyak 5 (6,25%). Tabel 4.19. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Ibu Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga
No
1. 2. 3. 4.
Tingkat Konsumsi Energi Ibu
Baik Sedang Kurang Defisit Jumlah
Rawan dengan Kelaparan Tingkat Berat
Rawan dengan Kelaparan Tingkat Sedang
Rawan dengan Kelaparan Tingkat Ringan
n 0 0 0 5 5
n 0 12 18 0 30
n 9 27 4 0 40
% 0,00 0,00 0,00 100,00 6,25
% 0,00 30,77 81,82 0,00 37,50
% 64,29 69,23 18,18 0,00 50,00
Terjamin
n 5 0 0 0 5
% 35,71 0,00 0,00 0,00 6,25
n
14 39 22 5 80
Dari tabel 4.19. dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi ibu terbanyak berada dalam kategori sedang yaitu 39 yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan rawan dengan kelaparan tingkat ringan ada 27 (69,23%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang ada 12 (30,77%), sedangkan tingkat konsumsi energi ibu terendah berada pada kategori defisit yaitu 5, yaitu berasal dari keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat berat.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
38
4.5.2. Tingkat Konsumsi Protein Ibu Dari 80 ibu didapat bahwa 24 orang (30,00%) tingkat konsumsi proteinnya masih kurang, namun dari hasil penelitian juga diketahui bahwa tidak ada ditemukan ibu yang tingkat konsumsi proteinnya berada pada kategori defisit, dimana hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.14. Tabel 4.20. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Ibu di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Tingkat Konsumsi Jumlah Persentase Protein Ibu 1. Baik 14 17,50 2. Sedang 42 52,50 3. Kurang 24 30,00 Jumlah 80 100,00 Tabel 4.20 menunjukkan bahwa kategori tingkat konsumsi protein ibu yang paling banyak pada kategori sedang, yaitu sebanyak 42 (52,50%), sedangkan tingkat konsumsi protein ibu terendah berada pada kategori baik yaitu 14 (17,50%). Tabel 4.21. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Ibu Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga
No
1. 2. 3.
Tingkat Konsumsi Protein Ibu Baik Sedang Kurang Jumlah
Rawan dengan Kelaparan Tingkat Berat n 0 0 5 5
% 0,00 0,00 20,83 6,25
Rawan dengan Kelapara nTingkat Sedang N 0 11 19 30
% 0,00 26,19 79,17 37,50
Rawan dengan Kelaparan Tingkat Ringan n 9 31 0 40
% 64,29 73,81 0,00 50,00
Terjamin
n 5 0 0 5
% 35,71 0,00 0,00 6,25
n
14 42 24 80
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi protein ibu terbanyak berada dalam kategori sedang yaitu 42, yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan rawan dengan kelaparan tingkat ringan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
39
ada 31 (73,81%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang ada 11 (26,19%), sedangkan tingkat konsumsi protein ibu terendah berada pada kategori baik yaitu 14, yaitu pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 5 (35,71%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan ada 9 (64,29%). 4.5.3. Status Gizi Ibu Dari hasil pengukuran status gizi ibu didapat bahwa jumlah ibu dengan status gizi kurang masih tinggi yaitu sebesar 37,50% dan ibu dengan status gizi sangat kurang juga masih ditemukan, hasil tersebut disajikan di tabel 4.16 Tabel 4.22. Distribusi Status Gizi Ibu di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Status Gizi Ibu Jumlah Persentase 1. Normal 48 60,00 2. Kurus 30 37,50 3. Sangat Kurus 2 2,50 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa status gizi ibu paling banyak berada pada kategori normal sebanyak 48 (60,00%), sedangkan status gizi ibu terendah berada pada kategori sangat kurus 2 orang (2,50%). Tabel 4.23. Distribusi Status Gizi Ibu Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
No
1. 2. 3.
Status Gizi Ibu
Normal Kurus Sangat Kurus Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Kelaparan Kelaparan Kelaparan Terjamin Tingkat Tingkat Tingkat Berat Sedang Ringan n % n % n % n % 0 0,00 6 12,50 37 77.08 5 10,42 3 10,00 24 80,00 3 10.00 0 0,00 2 100,00 0 0,00 0 0.00 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
48 30 2 80
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
40
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi ibu terbanyak berada pada kategori normal yaitu 48 yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 5 (10,42%), kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan ada 37 (77,08%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang ada 6 (12,50%), sedangkan status gizi ibu balita terendah berada pada kategori sangat kurus yaitu 2 (100,00%), yaitu pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat berat. 4.6. Anak Balita 4.6.1. Umur dan Jenis Kelamin Anak Balita Pada penelitian ini, diperlukan data umur dan jenis kelamin balita yaitu untuk menentukan status gizi balita, dari hasil penelitian diperoleh umur dan jenis kelamin balita berdasarkan interval yang telah ditentukan peneliti, seperti pada tabel 4.24. berikut ini. Tabel 4.24. Distribusi Anak Balita Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No 1 2 3 4
Umur Anak Balita 12-24 bulan 25-36 bulan 37-48 bulan 49-59 bulan Jumlah
Jenis Kelamin L P 8 13 10 9 15 20 3 2 36 44
Jumlah
Persentase
21 19 35 5 80
26,25 23,75 43,75 6,25 100,00
Dari tabel 4.24. menunjukkan bahwa umur balita terbanyak adalah umur 3748 bulan yaitu 35 balita (43,75%) dan yang paling sedikit adalah umur 49-59 bulan yaitu 5 balita (6,25%) dan jenis kelamin balita yang paling banyak adalah perempuan yaitu 44 balita (55,00%) dan yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 36 balita (45,00%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
41
4.6.2. Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita Dari hasil penghitungan jumlah konsumsi energi pada balita, diketahui bahwa tingkat konsumsi energi balita pada kategori baik hanya sebanyak 8 balita (10,00%), untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dari tabel 4.25. Tabel 4.25. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita Jumlah Persentase 1. Baik 8 10,00 2. Sedang 40 50,00 3. Kurang 27 33,75 4. Defisit 5 6,25 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kategori tingkat konsumsi energi balita yang paling banyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 40 balita (50,00%), sedangkan tingkat konsumsi energi yang paling sedikit adalah kategori defisit, yaitu sebanyak 5 balita (6,25%). Tabel 4.26. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Anak Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
N o
Tingkat Konsumsi Energi
Anak Balita
1. 2. 3. 4.
Baik Sedang Kurang Defisit Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Terjamin Kelaparan Kelaparan Kelaparan Tingkat Tingkat Tingkat Berat Sedang Ringan n % n % n % n % 0 0,00 0 0,00 3 37,50 5 62,50 0 0,00 7 17,50 33 82,50 0 0,00 0 0,00 23 85,18 4 14,82 0 0,00 5 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
8 40 27 5 80
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi energi balita terbanyak berada dalam kategori sedang yaitu 40 balita, yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat ringan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
42
ada 33 balita (82,50%), dan rawan dengan kelaparan tingkat sedang ada 7 balita (17,50%), sedangkan tingkat konsumsi energi balita terendah berada pada kategori defisit yaitu 5 balita (100,00%), yaitu pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat berat. 4.6.3. Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita Seperti halnya tingkat konsumsi energi balita, konsumsi protein juga masih tergolong rendah, hal ini dapat diketahui dari jumlah balita yang tingkat konsumsi energi pada kategori baik hanya sebanyak 13 balita (16,25%), untuk lebih lengkapnya ada di tabel berikut Tabel 4.27. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita Jumlah Persentase 1. 2. 3. 4.
Baik Sedang Kurang Defisit Jumlah
13 33 29 5 80
16,25 41,25 36,25 6,25 100,00
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kategori tingkat konsumsi protein balita yang paling banyak adalah pada kategori sedang yaitu 33 balita (41,25%) dan yang paling sedikit adalah kategori defisit yaitu 5 balita (6,25%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
43
Tabel 4.28. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
No
1. 2. 3. 4.
Tingkat Konsumsi Protein Anak Balita Baik Sedang Kurang Defisit Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Kelaparan Kelaparan Kelaparan Terjamin Tingkat Tingkat Tingkat Berat Sedang Ringan n % n % n % n % 0 0,00 0 0,00 10 76,92 3 23,08 0 0,00 6 18,18 25 75,76 2 6,06 0 0,00 24 82,76 5 17,24 0 0,00 5 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
13 33 29 5 80
Dari tabel 4.28. menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein balita terbanyak berada dalam kategori sedang yaitu 33 balita yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 2 balita (6,06%), kategori rawan tingkat ringan ada 25 balita (75,76%), dan kategori dengan kelaparan rawan tingkat sedang ada 6 balita (18,18%), sedangkan kategori tingkat tingkat konsumsi protein terendah berada pada kategori defisit yaitu 5 balita, berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat berat. 4.6.4. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur Dari hasil penelitian didapat jumlah balita gizi kurang (BB/U) di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2008 tergolong sangat tinggi (42,50%) dan dari 80 balita masih ada ditemukannya balita dengan staus gizi pada kategori sangat kurang, untuk melihat lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
44
Tabel 4.29. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Status Gizi Anak Balita Jumlah Persentase 1. Normal 44 55,00 2. Kurang 34 42,50 3. Sangat Kurang 2 2,50 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi balita (BB/U) terbanyak berada pada ketegori normal yaitu 44 balita (55,00%), sedangkan status gizi (BB/U) terendah berada pada kategori sangat kurang yaitu 2 balita (2,50%) Tabel 4.30. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan Berat Badan dengan Umur Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
No
1. 2. 3.
Status Gizi
Anak Balita
Normal Kurang Sangat Kurang Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Kelaparan Kelaparan Kelaparan Terjamin Tingkat Tingkat Tingkat Ringan Berat Sedang n % n % n % n % 0 0,00 7 15,91 32 72,73 5 11,36 3 8,82 23 67,65 8 23,53 0 0,00 2 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
44 34 2 80
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa status gizi (BB/U) terbanyak berada pada kategori normal yaitu 44 balita yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 5 balita (11,36%), kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan 32 balita (72,73%), dan kategori rawan tingkat sedang 7 balita (15,91%), sedangkan status gizi balita (BB/U) terendah berada pada kategori sangat kurang yaitu 2 balita, yaitu pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat berat.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
45
4.6.5. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Sebagian besar status gizi balita TB/U) berada pada kategori normal (81,25%) dan dari hasil penelitian tidak ada ditemukannya status gizi pada kategori sangat pendek, untuk lebih jelasnya dapat diketahui dari tabel berikut. Tabel 4.31. Distribusi Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Status Gizi Anak Balita Jumlah Persentase 1. Normal 65 81,25 2. Pendek 15 18,75 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi balita (TB/U) berada pada ketegori normal yaitu 65 balita (79,30%), sedangkan status gizi (TB/U) yang berada pada kategori pendek yaitu 15 balita (18,75%). Tabel 4.32. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan Tinggi Badan dengan Umur Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
No
1. 2.
Status Gizi
Anak Balita
Normal Pendek Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Kelaparan Kelaparan Kelaparan Terjamin Tingkat Berat Tingkat Tingkat Sedang Ringan n % n % n % n % 0 0,00 28 43,08 32 49,23 5 7,69 5 33,33 2 13,33 8 53,34 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
65 15 80
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi balita balita (TB/U) terbanyak berada pada kategori normal yaitu 65 balita, yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 5 balita (7,69%), kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan 32 balita (49,23%),dan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
46
kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang 28 balita (43,08%), sedangkan status gizi balita (TB/U) pada kategori pendek yaitu 15 balita, berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat ringan 8 balita (53,34%), kategori rawan tingkat sedang 2 balita (13,33%) dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat berat 5 balita (33,33%). 4.6.6. Status Gizi Anak Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan Dari hasil penelitian diperoleh status gizi balita (BB/TB) dengan kategori kurus sebanyak 26 balita (32,50%) dan untuk melihat lebih jelasnya dapat diketahui pada tabel dibawah ini Tabel 4.33. Distribusi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009. No. Status Gizi Anak Balita Jumlah Persentase 1. Normal 50 62,50 2. Kurus 26 32,50 3. Sangat Kurus 4 5,00 Jumlah 80 100,00 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa status gizi balita (BB/TB) terbanyak berada pada ketegori normal yaitu 50 balita (62,50%), sedangkan status gizi (BB/TB) terendah berada pada kategori sangat kurus yaitu 4 balita (5,00%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
47
Tabel 4.34. Distribusi Status Gizi Anak Balita berdasarkan Berat Badan dengan Tinggi Badan Menurut Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2009.
No
1. 2. 3.
Status Gizi
Anak Balita
Normal Kurus Sangat Kurus Jumlah
Tingkat Ketahanan Pangan Keluarga Rawan Rawan Rawan dengan dengan dengan Kelaparan Kelaparan Kelaparan Terjamin Tingkat Tingkat Tingkat Berat Sedang Ringan n % n % n % n % 1 2,00 9 18,00 35 70,00 5 10,00 3 11,54 18 69,23 5 19,23 0 0,00 1 25,00 3 75,00 0 0,00 0 0,00 5 6,25 30 37,50 40 50,00 5 6,25
n
50 26 4 80
Dari tabel 4.34. menunjukkan bahwa status gizi balita (BB/TB) terbanyak berada pada kategori normal yaitu 50 balita yang terdistribusi pada keluarga dengan kategori tingkat ketahanan pangan keluarga terjamin ada 5 balita (10,00%), kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan 35 balita (70,00%), kategori rawan dengan kelaparan tingkat sedang 9 balita (18,00%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat berat 1 balita (2,00%), sedangkan status gizi balita (BB/TB) terendah pada kategori sangat kurus yaitu 4 balita, berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan dengan kelaparan tingkat sedang 3 balita (75,00%), dan kategori rawan dengan kelaparan tingkat berat 1 balita (25,00%).
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
48
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Ketahanan Pangan Keluarga Dari hasil penelitian tentang ketahanan pangan keluarga yang dilakukan terhadap 80 keluarga, ternyata hanya ada 5 keluarga dengan kategori tingkat ketahananan pangan terjamin dan 75 keluarga berada dalam kategori rawan tingkat ringan hingga berat. Gambaran ketahanan pangan keluarga tersebut mencerminkan ketidakmampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan baik jumlah maupun mutu gizinya bagi seluruh anggota keluarga yang menunjukkan adanya kerawanan pangan keluarga (house food in security), berarti akses keluarga terhadap pangan tidak memadai dan ketersediaan pangan keluarga tidak cukup. Menurut Hasan (1995) resiko ketidaktahanan pangan pada tingkat keluarga timbul karena faktor rendahnya pendapatan atau rendahnya produksi dan ketersediaan pangan maupun faktor geografis. Sedangkan menurut Susanto (1996) kondisi ketahanan pangan keluarga dipengaruhi tidak hanya oleh ketersediaan pangan dan kemampuan daya beli tetapi juga oleh beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan aspek sosio-budaya. Menurut Adi (2005) bahwa ketahanan pangan keluarga di daerah rawan pangan gizi Kabupaten Kediri sebagian besar berada dalam kategori rawan pangan, hal ini semakin berat pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga 5-6 orang, dimana sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan rendah, pendidikan gizi ibu balitanya juga rendah, hal ini menyebabkan konsumsi paangan di keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga pada saat terjadinya rawan pangan jumlah balita dengan KEP meningkat. 48
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
49
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan sebagian besar keluarga bekerja sebagai petani dengan tidak punya lahan dan nelayan, dengan penghasilan yang tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dilihat dari jumlah anggota keluarga ada kecenderungan keluarga yang jumlah anggota keluarganya > 4 orang masuk dalam kategori tingkat ketahanan pangan rawan, hal ini menunjukkan bahwa dengan relatif tingginya jumlah anggota keluarga pada keluarga rawan pangan juga berdampak pada buruknya ketahanan pangan keluarga. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian di beberapa wilayah Asia, Afrika dan Amerika Latin yang menunjukkan bahwa anak-anak dalam keluarga yang anggotanya besar menghadapi resiko besar menderita kekurangan gizi. Hal ini disebabkan karena jumlah makanan yang dimakan keluarga besar dan miskin cenderung lebih rendah dibandingkan dengan jumlah makanan yang dimakan keluarga yang lebih kecil dengan tingkat pendapatan yang sama (Eckholm dan Newland, 1984 dalam Khomsan et al., 1997). Studi Latief et al.,
(2000) juga menunjukkan bahwa distribusi pangan yang
dikonsumsi semakin memburuk pada rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota cukup besar. Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Soehardjo (1990), bahwa keluarga yang berpenghasilan rendah, mempergunakan sebagian besar dari keuangan untuk membeli makanan dan jika besar keluarga bertambah, maka pangan untuk keluarga akan berkurang. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, maka tingkat ketahanan pangan keluarga menjadi lebih baik. Tingkat pendidikan yang relatif rendah pada keluarga yang rawan pangan terkait erat
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
50
dengan kemiskinan yang mereka hadapi. Dalam kondisi miskin, yang berarti terbatasnya pendapatan, mereka masih kesulitan untuk memenuhi kebutuhan primer seperti pangan, sehingga pendidikan bukan merupakan prioritas utama mereka. Padahal, seandainya masyarakat mempunyai kemudahan dalam mengakses pendidikan yang lebih baik dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan mereka. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh responden adalah nasi, tetapi hanya14 responden mengkonsumsi dengan frekuensi 3x sehari dan selebihnya mengkonsumsi nasi 12x/hari. Rendahnya konsumsi nasi yang digunakan sebagai bahan makanan pokok menunjukkan rendahnya tingkat ketahanan pangan keluarga. Nasi merupakan sumber karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat gizi penghasil energi. Situasi ketahanan pangan di tingkat keluarga yang masih lemah, dapat ditunjukkan oleh (Dewan Ketahanan Pangan, 2006) : c. Penduduk rawan pangan yaitu yang mengkonsumsi kurang 90% dari konsumsi yang direkomendasikan sebesar 2000 kkal/kap/hari, Penduduk sangat rawan yaitu yang mengkonsumsi kurang dari 70 % dari konsumsi yang direkomendasikan d. Ditemukannya balita kurang gizi Dari hasil penelitian juga ditemukan konsumsi energi responden yaitu ibu, ada 5 responden dengan konsumsi energi dengan kategori defisit atau kurang dari 70% , 5 responden dengan konsumsi energi dalam kategori baik dan 70 responden dengan konsumsi energi dalam kategori kurang dan sedang. Hal ini menunjukkan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
51
bahwa hanya 5 responden yang termasuk dalam kategori tahan pangan atau tingkat ketahanan pangan terjamin dan 75 responden dalam kategori rawan pangan. Konsumsi ikan asin, tahu, dan tempe, lebih banyak di konsumsi pada frekuensi 4-5x seminggu, sedangkan ikan basah/segar, ikan teri, dan telur lebih banyak dikonsumsi pada frekuensi 1-3x seminggu, sedangkan daging ayam, dan daging lembu jarang dikonsumsi. Makanan ini adalah sebagai sumber protein utama dan dari hasil penelitian ini menunjukkan frekuensi konsumsinya rendah dan variasi yang kurang, menunjukkan rendahnya ketahanan pangan keluarga. 5.2. Konsumsi Pangan Ibu Balita Kebutuhan energi terutama dipenuhi oleh bahan makanan pokok. Sebagian besar wilayah Indonesia, bahan makanan pokok itu adalah beras (nasi) (Sediaoetama, 1991). Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Kebutuhan protein terutama dipenuhi dari makanan lauk-pauk seperti daging, ikan, telur dan kacang-kacangan (Sediaoetama, 1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat ketahananan pangan terjamin, konsumsi energi ibu balitanya berada dalam kategori baik dan ditemukan bahwa ada kecenderungan keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan, konsumsi energi ibu balitanya berada dalam kategori sedang hingga defisit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat ketahananan pangan terjamin, konsumsi protein ibu balitanya berada dalam kategori baik dan ditemukan bahwa ada kecenderungan keluarga dengan tingkat ketahanan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
52
pangan kategori rawan, konsumsi protein ibu balitanya berada dalam kategori sedang hingga kurang. Dilihat dari hasil penelitian tersebut hanya sebagian kecil dari ibu balita yang konsumsi energi dan proteinnya dalam kategori baik, ibu yang konsumsi energi dan proteinnya baik berasal dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan terjamin dan hanya sebagian kecil dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan rawan tingkat ringan, hal ini menunjukkan bahwa semakin baik ketahanan pangan keluarga maka konsumsi energi dan protein ibu balitanya akan tercukupi baik dari jumlah maupun kualitasnya. Rendahnya jumlah ibu dengan konsumsi energi dan protein dalam kategori baik disebabkan rendahnya ketahanan pangan keluarga, keluarga tidak mampu menyediakan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sementara ibu membutuhkan gizi yang cukup karena harus mengurus anak dan keluarga dan biasanya ibu mengorbankan dirinya apabila pangan keluarga kurang. Rendahnya ketahanan pangan keluarga dan rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein, ketersediaan dan konsumsi pangan keluarga menjadi kurang baik jumlah , mutu maupun keragamannya, Hal ini berpengaruh terhadap status gizi ibu balita (Soekirman, 2000). Ibu berperan sebagai penentu menu hidangan keluarga sekaligus penentu pendistribusian dalam keluarga. Meskipun mempunyai otoritas (wewenang), ibu tidak pernah memprioritaskan dirinya dalam pendistribusian makan dalam keluarga. Pertimbangan dalam menyusun menu keluarga, ibu lebih banyak menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan serba terbatas, dari pada pertimbangan lain, termasuk aspek gizi dan kesehatan karena keterpaksaan.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
53
Mengingat ibu mempunyai peran dominan dalam menjaga dan mengatur mutu dan jumlah makanan dalam keluarga, sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan pangan gizi dan kesehatan agar dapat mengatur makanan untuk keluarga. 5.3. Status Gizi Ibu Balita Status gizi ibu balita di Desa Nagur Kecamatan Tanjung Beringin sebagian besar adalah status gizi normal sebanyak 48 orang (60,00%), yang terdistribusi pada kategori tingkat ketahanan pangan terjamin (10,42%) dan kategori rawan tingkat ringan (77,08%) dan kategori rawan tingkat sedang (12,50%), sedangkan status gizi terendah berada pada kategori sangat kurus yaitu (2,50%), yaitu berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan tingkat berat. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada kecenderungan keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan tingkat sedang dan berat, status gizi ibu balitanya berada dalam kategori kurus dan sangat kurus. Masih ditemukan status gizi kurang dan sangat kurang sebesar (40,00%) hal ini disebabkan rendahnya tingkat ketahanan pangan keluarga, dilihat dari konsumsi energi dan protein dari 80 ibu balita hanya 14 ibu balita yang konsumsi energi dan proteinnya dalam kategori baik, selebihnya berada dalam kategori sedang hingga deficit, hal ini dilatarbelakangi oleh tingkat ketahanan pangan keluarga yang dalam kategori rawan, sehingga konsumsi pangan ibu tidak mencukupi untuk kebutuhannya, sementara ibu membutuhkan gizi yang cukup karena harus mengurus anak dan keluarga dan biasanya ibu mengorbankan dirinya apabila pangan keluarga kurang. Rendahnya ketahanan pangan keluarga dan rendahnya tingkat pendapatan memperburuk konsumsi energi dan protein, ketersediaan dan konsumsi pangan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
54
keluarga menjadi kurang baik jumlah , mutu maupun keragamannya, Hal ini berpengaruh terhadap status gizi ibu balita (Soekirman, 2000). Secara sederhana dikemukakan bahwa gizi adalah suatu proses yang terjadi pada makhluk hidup untuk mengambil dan menggunakan zat-zat yang ada dalam makanan untuk mempertahankan hidup, pertumbuhan dan menghasilkan energi. Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan dan tubuh manusia di dalam lingkungan hidup manusia (Soekirman, 2000). 5.4. Konsumsi Pangan Anak Balita Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat konsumsi energi yang paling banyak dalam kategori sedang (50,00%) yang terdistribusipada kategori tingkat ketahanan pangan rawan tingkat ringan (82,50%) dan kategori rawan tingkat sedang (17,50%) sedangkan tingkat konsumsi energi terendah berada pada kategori defisit (6,25%), yaitu berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan tingkat berat. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada kecenderungan balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan, tingkat konsumsi energi balitanya berada dalam kategori sedang hingga defisit. Tingkat konsumsi protein yang paling banyak dalam kategori sedang (41,25%), yang terdistribusi
pada kategori tingkat ketahanan pangan terjamin
(6,06%) dan kategori rawan tingkat ringan (75,76%) sedangkan tingkat konsumsi protein terendah berada pada kategori defisit (6,25%), yaitu berada pada kategori tingkat ketahanan pangan keluarga rawan tingkat berat. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa ada kecenderungan balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
55
pangan kategori rawan, tingkat konsumsi energi balitanya berada dalam kategori sedang hingga defisit. Dilihat dari hasil penelitian tersebut hanya sebagian kecil dari balita yang konsumsi energi dan proteinnya dalam kategori baik, hal ini disebabkan rendahnya ketahanan pangan keluarga, kurangnya persediaan pangan keluarga menyebabkan konsumsi energi dan protein anak balita tidak mencukupi kebutuhannya baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Dari hasil penelitian ditemukan ada 2 orang anak balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan terjamin tetapi konsumsi proteinnya dalam kategori sedang, hai ini disebabkan kurangnya pengetahuan ibu dalam memilih makanan yang bergizi baik kepada anaknya, pemberian jenis makanan yang kurang bervariasi, serta adanya kebiasaan keluarga bahwa anak balita tidak baik mengkonsumsi ikan, sementara anak balita membutuhkan gizi yang cukup untuk pertumbuhannya. Masalah konsumsi pangan dan gizi bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari suatu sistem yang ditentukan oeh berbagai faktor yang saling terkait. Masalah yang berkaitan dengan konsumsi pangan dan gizi seperti tingkat pendapatan, ketersediaan pangan setempat, teknologi, tingkat pengetahuan, kesadaran masyarakat mengenai gizi, kesehatan dan faktor-faktor sosial budaya seperti kebiasaan makan, sikap dan pantangan masyarakat terhadap bahan makanan tertentu dan adat-istiadat (Soehardjo,1996) Menurut Supariasa (2000) Kurang Energi dan Protein adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
56
Salah satu penyebab kerawanan gizi anak balita adalah perhatian orang tua akan gizi anaknya. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan pengetahuan gizi ibu. Kurangnya pengetahuan ibu, masa bodoh dan curiga terhadap makanan tertentu dapat menyebabkan gizi kurang pada anak walaupun bahan makanan cukup tersedia (Suryana, 2003). Dalam arti dengan tingginya pendidikan ibu, lebih cepat mengerti dan menyerap informasi kesehatan serta lebih cepat dan mudah menerapkannya dalam kehidupan keluarga sehari-hari. Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Sediaoetama (1991), yang menyatakan
bahwa
semakin
baik
pengetahuan
gizi
ibu,
semakin
dapat
memperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilihnya untuk dikonsumsi. Mereka yang tidak memiki pengetahuan gizi akan memilih makanan yang menarik panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang baik pengetahuan gizinya lebih banyak mempergunakan pertimbangan dan pengatahuan tentang nilai gizi makanan. 5.5. Status Gizi Anak Balita Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan utilitas zat gizi makanan (Riyadi, 2001). Menurut Meylina, (2000), bahwa anak yang bergizi baik akan tumbuh sesuai dengan potensi genetisnya namun sebaliknya anak yang kekurangan gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Status gizi yang di bahas dalam penelitian ini didasarkan pada hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan anak balita dari rumah tangga responden.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
57
Analisis data status gizi dilakukan dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), indeks panjang badan menurut umur (TB/U), dan indeks berat badan menurut panjang badan (BB/TB). Berat badan adalah parameter antropometeri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Tinggi
badan pada suatu waktu merupakan hasil pertumbuhan secara
kumulatif semenjak lahir, oleh karena itu dapat dipakai sebagai gambaran riwayat status gizi masa lampau. Panjang badan juga merupakan indeks yang paling sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan sosial ekonomi (Habicht, 1983). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa status gizi balita berdasarkan BB/U, ada kecenderungan balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan tingkat sedang dan berat, status gizi balitanya berada dalam kategori kurang hingga sangat kurang. Status gizi balita berdasarkan TB/U, ada kecenderungan balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan tingkat sedang dan berat, status gizi balitanya berada dalam kategori pendek dan status gizi balita berdasarkan BB/TB, ada kecenderungan balita dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan kategori rawan tingkat sedang dan berat, status gizi balitanya berada dalam kategori kurus hingga sangat kurus. Hasil penelitian menunjukkan anak balita yang berasal dari keluarga dengan tingkat ketahanan pangan terjamin mempunyai status gizi dalam kategori normal. Meskipun sebagian besar balita berada dalam kategori status gizi normal, masih
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
58
ditemukan anak balita dengan kategori status gizi kurang, hal ini disebabkan konsumsi gizi yang tidak cukup memenuhi kebutuhan anak balita yang dalam masa pertumbuhan, kurangnya pengetahuan ibu dalam memberikan perawatan terhadap anak ditambah lagi kondisi lingkungan yang tidak mendukung karena sering banjir, yang memungkinkan balita mudah terkena penyakit infeksi. Ketahanan pangan keluarga yaitu tersedianya pangan yang
cukup baik
jumlah dan mutunya dapat mempengaruhi konsumsi pangan anak balita. Jika konsumsi pangan anak balita mampu mencukupi kebutuhan gizinya, diharapkan akan menghasilkan status gizi yang baik. Menurut Andarini (2009), daerah yang tergolong rawan pangan Nias Selatan dengan tingkat ketahanan pangan keluarga yang sangat rendah seperti Kecamatan Lolomatua ditemukan persentase anak balita dengan berat badan di bawah standar sebesar 40 % dari total balitanya. Gangguan gizi pada masa anak-anak berdampak negatif bukan hanya pada pertumbuhan fisik tetapi juga pada perkembangan mental dan intelektual masa remaja dan dewasa (Seifert & Hoffnung, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi dan ketahanan pangan keluarga, karena semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, maka semakin baik pula status gizi anak balita.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan : 1. Tingkat ketahanan pangan keluarga responden umumnya berada
dalam
kategori rawan dengan kelaparan tingkat ringan (50,00%) dan sedang (37,50%). 2. Tingkat konsumsi energi dan protein pada ibu umumnya berada dalam kategori sedang (52,50%) dan kurang (30,00%). 3. Tingkat konsumsi energi dan protein pada anak balita umumnya berada dalam kategori sedang (48,75%), kurang (27,50%) dan defisit (6,25%). 4. Status gizi anak balita berdasarkan BB/U 55,00% dalam kategori normal, status gizi anak balita berdasarkan TB/U 81,25% dalam kategori normal dan status gizi anak balita berdasarkan BB/TB 62,50% dalam kategori normal 5. Status gizi ibu hanya 60,00% dalam kategori normal.
6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dimana masih ditemukan keluarga dengan rawan pangan dan konsumsi pangan yang kurang pada ibu dan anak balita yang berdampak pada masalah gizi kurang pada ibu dan anak balita oleh karena itu disarankan perlunya peningkatan pengetahuan ibu melalui penyuluhan-penyuluhan kerjasama dengan petugas kesehatan khususnya tentang penyediaan makanan dalam keluarga yang sangat penting untuk mendukung perbaikan gizi dan mensosialisasikan
59
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
60
pemanfaatan pekarangan yang sering dikenal dengan tabula pot (tanaman, buah dan sayuran pada pot) dan tabulakar (tanaman, buah dan sayuran pada pekarangan) atau apotik hidup kerjasama dengan lintas program seperti puskesmas sehingga akses terhadap pangan tambahan juga dapat terpenuhi.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
61
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Baliwati, F. Y, Ali Khomsan dan C. M Dwiriani, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta. Badan Ketahanan Pangan, 2007. Food Insecurity Atlas, Medan. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Serdang Bedagai, 2008. Berg, A., 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional, CV. Rajawali, Jakarta. Catur Adi, 2005. Coping Mechanism Keluarga Miskin dalam Mempertahankan Ketahanan Pngan Keluarga dan Status Gizi Balita pada Saat Rawan Pangan. http :/ www. lppm.unair.ac.id, diakses 2 Desember 2009. Dewan Ketahanan Pangan, 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan, Jakarta. Depkes RI, 2000. Pedoman Kampanye Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi), Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Depkes RI, 2008. Pedoman Kampanye Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi), Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Jakarta. Pertumbuhan Anak, Interpretasi Indikator Pertumbuhan Anak. Kerjasama Depkes RI, WHO November 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Habicht, 1983. Penilaian Situasi Pangan Dan Gizi di Wilayah Kerja Plan Indonesia Program Unit Lembata. Dalam http://nttacademia.org/Flores/Lembata_Situasi-Pangan_Report-FNS-Completedraft.pdf. diakses tanggal 10 September 2009. Jahari, A. B.,2002. Dalam Lokakarya Perumusan Indikator Kelaparan, Kerja Sama Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi Lembaga Penelitian IPB dan Ketahanan Pangan (BBPK), Deptan. Bogor. Khomsan, A. D. Sukandar, U. Sumarwan, dan D. Briawan. 1997. Pangan Sebagai Indikator Kemiskinan. Media Pangan dan Gizi Keluarga. XXI (1): 34-39
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
62
Latief, D., Atmarita, Minarto, A. Basuni, dan R. Tilden. 2000. Konsumsi Pangan Tingkat Rumahtangga Sebelum dan Selama Krisis Ekonomi. Dalam A.K Setia et. Al. Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta, 29 Februari – 2 Maret 2000. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Meylina E. 2000. Studi tentang Pola Pengasuhan Anak, Status Gizi dan Perkembangan Anak Baduta di Desa Cibatok 2 Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor (Skripsi) IPB. Bogor. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Rineka Cipta, Jakarta. Profil Puskesmas Tanjung Beringin, 2008. Riyadi, H., 2001. Metodologi Penilaian Status Gizi Secara Antropometri, Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. Saliem, H. P., M. Ariani, Y. Marisa, Purwantini. 2002. Analisis Kerawanan Pangan Wilayah dalam Perspektif Desentralisasi Pembangunan. Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pembangunan. Bogor. Syarifah Fouziati,2007. Status Gizi dan Pola Makan Anak Balita Serta Ketahanan Pangan Keluarga di Desa Labuhan Keude Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Aceh Timur 2007. Skripsi Mahasiswa FKM-USU, Medan. Suryana, A, 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan, Bpfe, Jakarta. Siswono, 2002. Pedoman Umum Penanganan Daerah Rawan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, Jakarta. Soediaetama AD., 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jilid II. Cetakan VI. Penerbit Dian Rakyat, Jakarta. Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Suhardjo, 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Bumi Aksara, Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman. 2002. Penilaian Status. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
63
Seifert, K.L & R.B. Hoffnung. 1997. Child and Addolescent Development. Houghton Mifflin Co. USA. Boston.
Thaha, AR, Veni Hadju, Satoto dan Hadinsyah, 2002. Pangan dan Gizi, Penerbit DPP Pergizi Pangan Indonessia, Bogor. Yuli Andarini, 2009. Tugas Mata Ajaran Ekologi Pangan dan Gizi. http :// Nadhroh. Blog.unair.ac.id. diakses 2 Desember 2009.
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
64
Frekuensi Makan Berdasarkan Jenis Makanan Jenis Bahan Makanan A.MakananPokok - nasi
Frekuensi 3x sehari
2x sehari
N
%
n
%
N
14
17,5
61
76,25
5
1-3x sehari
1x sehari % 6,25
4-5x seminggu
1-3x seminggu
Jarang n 0
% 0
Jarang
Tidak Pernah n % 0
Jumlah n
%
0
80
100
Tidak Pernah
B. Lauk Pauk - ikan basah /segar - ikan teri - ikan asin - daging ayam - daging babi - tahu - tempe - telur - daging lembu
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 36 0 0 62 62 0 0
0 0 45,00 0 0 77,50 77,50 0 0
14 46 22 3 0 18 18 75 0
17,50 57,50 27,50 3,75 0 22,50 22,50 93,75 0
66 34 22 77 0 0 0 5 80
82,50 42,50 27,50 96,25 0 0 0 6,25 100,00
0 0 0 0 80 0 0 0 0
0 0 0 0 100 0 0 0 0
80 80 80 80 80 80 80 80 80
100 100 100 100 100 100 100 100 100
C. Sayuran - bayam - kangkung - daun ubi - kol - sawi - terong - kacang panjang - toge - sawi pahit - buncis
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 31 80 58 14 26 16 21 0 5
70,00 38,75 100,00 72,50 17,50 32,5 20,00 26,25 0 6,25
24 39 0 22 66 54 64 59 80 75
30,00 48,75 0 27,50 82,50 67,50 80,00 73,75 100,00 93,75
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
D. Buah - pepaya - jeruk - pisang - jambu - semangka
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
15 5 14 0 0
18,25 6,25 17,50 0 0
65 75 66 80 80
81,25 93,75 82,50 100,00 72,09
0 0 0 0 12
80 80 80 80 80
100 100 100 100 100
- belimbing
0
0
0
0
0
0
80
76,74
10
80
100
- mangga - salak - apel - pir - stroberi - anggur - sawo - nanas
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0
80 80 80 80 0 80 80 80
100,00 100,00 100,00 100,00 0 100,00 100,00 100,00
0 0 0 0 80 0 0 0
0 0 0 0 27,9 1 23,2 5 0 0 0 0 100 0 0 0
80 80 80 80 80 80 80 80
100 100 100 100 100 100 100 100
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
65
E.Minuman - susu - teh manis - kopi
0 8 0
- sirup - fanta - sprite - sosro - limun
0 0 0 0 0
F. Jajanan - permen - coklat - donat - gorengan - es krim
11 0 0 0 0
- mie - bakso - keripik/kerupuk - wafer - roti/kue
0 0 0 0 0
0 10,00 0 0 0 0 0 0
13,75 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 21 0 0 0 0 0 0
0 26,25 0 0 0 0 0 0
11 51 0 0 0 0 0 0
13,75 63,75 0 0 0 0 0 0
69 0 80
82,25 0 100,00
0 0 10
80 80 80 80 80
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
0 0 0 0 0
29 5 0 0 0
36,25 6,25 0 0 0
35 2 5 22 0
43,75 2,50 6,25 27,50 0
5 73 75 58 75
6,25 91,25 93,75 72,50 93,75
0 0 0 0 5
0 0 6 0 7
0 0 7,50 0 8,75
57 18 74 19 73
71,25 22,50 92,50 23,75 91,25
23 62 0 61 0
28,75 77,50 0 76,25 0
0 0 0 0 0
0 0 23,2 5 0 0 0 0 0
0 0 0 0 6,25 0 0 0 0 0
80 80 80
100 100 100
80 80 80 80 80
100 100 100 100 100
80 80 80 80 80
100 100 100 100 100
80 80 80 80 80
100 100 100 100 100
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
66
FORMULIR FOOD RECALL 24 JAM
Hari/tanggal : Hari ke :
waktu
Nama Masakan Jenis
Bahan Makanan Banyaknya URT gr
Pagi/jam
Siang/jam
Malam/jam
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
67
Lampiran Kuesioner Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009
No.Kode Responden Nama Kepala Keluarga Pekerjaan Kepala Keluarga Tanggal wawancara
: : : :
I. Data Ibu 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan terakhir : 4. Pekerjaan : 5. Penghasilan : 6. Jumlah Anggota Keluarga : 7. Berat Badan : II. Data Anak 1. Nama : 2. Tanggal Lahir : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Berat Badan : 6. Tinggi Badan : Lampiran : Kuesioner Ketahanan Pangan Keluarga 1. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini ibu pernah merasa khawatir, pangan untuk keluarga sering habis, sementara ibu tidak punya uang untuk membelinya ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 2.
Dalam 1 tahun terakhir ini pernahkah pangan yang dibeli habis dan ibu punya uang untuk membelinya ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu
tidak
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
68
3.
Dalam 1 tahun terakhir ini pernahkah keluarga ibu tidak mampu makan yang seimbang ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 4. Dalam 1 tahun terakhir ini ibu pernah, hanya mampu menyediakan sedikit anggaran belanja untuk makanan balita, karena ibu kehabisan uang untuk membeli pangan ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 5.
Dalam 1 tahun terakhir apakah anak ibu dan keluarga pernah kurang makan karena tidak mampu membeli makanan ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu
6. Apakah dalam 1 tahun terakhir ini anak ibu pernah kurang makan dikarenakan tidak mampu memberikan makanan yang cukup ? ( ) Sering ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak pernah ( ) Tidak tahu 7. Dalam 1 tahun terakhir ini, dimulai dari bulan ini ke belakang, apakah ada anggota keluarga ini yang pernah dikurangi pangannya dikarenakan ketiadaan uang ? ( ) Ia ( ) Tidak, langsung ke pertanyaan nomor 9 ( ) Tidak tahu, langsung ke pertanyaan nomor 9 8. (Jika, jawaban diatas, ia) berapa kali ini terjadi ? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan ( ) Tidak tahu 9. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah ibu pernah makannya sedikit karena ibu tidak punya cukup uang untuk membeli pangan ? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
69
10. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah ibu pernah merasa lapar tetapi tidak bisa makan dikarenakan ibu tidak mampu membeli pangan yang cukup ? ( ) Ia ( ) Tidak ( ) Tidak tahu 11. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah ibu mengalami penurunan BB dikarenakan tidak cukup biaya untuk pangan ? ( ) Iya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu 12. Dalam 1 tahun terakhir ini, apakah pernah, ibu atau anggota keluarga lainnya tidak makan dalam sehari dikarenakan tidak ada uang untuk memperoleh pangan ? ( ) Iya ( ) Tidak, langsung kepertanyaan no. 14 ( ) Tidak tahu, langsung kepertanyaan no. 14 13. (Jika, jawaban diatas, iya) berapa kali ini terjadi ? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan ( ) Tidak tahu 14. Dalam 1 tahun terakhir ini, mulai bulan ini kebelakang, apakah ibu ada mengurangi jumlah jajan anak dikarenakan tidak punya cukup uang untuk pangan ? ( ) Iya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu 15. Dalam 12 bulan terakhir ini, apakah ada anak ibu yang tidak pernah rutin makannya karena tidak punya cukup uang untuk pangan ? ( ) Iya ( ) Tidak, langsung kepertanyaan no. 17 ( ) Tidak tahu, langsung kepertanyaan no. 17 16. (Jika, jawaban diatas, iya) berapa kali hal seperti ini terjadi ? ( ) Hampir setiap bulan ( ) Beberapa bulan tetapi tidak setiap bulan ( ) Hanya satu atau dua bulan ( ) Tidak tahu 17. Dalam 1 tahun terakhir ini, pernahkah anak ibu menderita kelaparan tetapi anda tidak mampu membeli pangan lagi ?
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.
70
( ) Iya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu 18. Dalam 1 tahun terakhir ini, pernahkah anak ibu tidak makan selama sehari dikarenakan ketidakcukupan uang untuk membeli pangan ? ( ) Iya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu
(Sumber : Bickle, dkk : USDA. 2000 dari Skripsi Syarifah Fouziati,2007))
Farida Lumban Tobing : Gambaran Ketahanan Pangan Keluarga Dan Status Gizi Ibu Dan Anak Balita Di Daerah Rawan Pangan Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009, 2010.