KARAKTERISTIK PENDERITA GLAUKOMA DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007
SKRIPSI
Oleh :
HENNY MAHRANI HSB NIM. 041000127
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
KARAKTERISTIK PENDERITA GLAUKOMA DI RDU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh : HENNY MAHRANI HSB NIM. 041000127
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul KARAKTERISTIK PENDERITA GLAUKOMA DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007 Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : HENNY MAHRANI HSB NIM : 041000127 Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Januari 2009 dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji Ketua Penguji
Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH NIP. 130702002
Penguji I
drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 390009523
Penguji II
Penguji III
dr. Achsan Harahap, MPH NIP. 130318031
MPH Drs. Jemadi M.Kes NIP. 131996168
Medan, Maret 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Dekan
dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP. 131124053
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRAK Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang demikian tinggi atau tidak normal, sehingga mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau buta. Berdasarkan Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0.2% kebutaan akibat glaukoma, terdapat 0.16% kebutaan kedua mata, dan 0.04% kebutaan satu mata.. Untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain Case Series. Populasi adalah 143 penderita. Dari hasil penelitian didapat proporsi penderita glaukoma terbanyak pada umur < 40 tahun (39,9%), jenis kelamin perempuan (56,6%), suku Batak (37,7%), agama Islam (75,5%), pendidikan SLTA/Sederajat (34,3%), pekerjaan Pelajar/mahasiswa (18,9%), status kawin (76,9%) dan di dalam Kota Medan (86,7%). Umur rata-rata 47,05 tahun (47 tahun), lebih dari satu keluhan utama (40,5%), glaukoma primer (79,0%), tekanan intraokuler > 20 mmHg mata kanan (56,6%) dan mata kiri (51,7%), tekanan intraokuler rata-rata mata kanan 25,43 mmHg (25 mmHg), tekanan intraokuler rata-rata mata kiri 24,87 mmHg (25 mmHg), tidak ada riwayat penyakit (79,0%), riwayat penyakit hipertensi (56,7%), obatobatan (100%). Hasil uji chi-square terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan (p=0,008), tidak terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri (p=0,054), tidak terdapat perbedaan proporsi antara jenis kelamin penderita glaukoma dengan jenis glaukoma (p=0,051), tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan (p=0,522), tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri (p=0,298). Dengan diketahuinya karakteristik penderita glaukoma, diharapkan kepada pihak RSU. Dr. Pirngadi Medan untuk mengadakan penyuluhan kepada penderita yang mempunyai jenis riwayat penyakit hipertensi tentang penyakit glaukoma agar dapat segera memeriksakan matanya ke rumah sakit serta melengkapi sistem pencatatan kartu status penderita glaukoma terutama pendidikan dan pekerjaan.
Kata kunci: Glaukoma, Karakteristik Penderita
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
ABSTRACT Glaucoma is characterized by significantly increase in eye pressure that can lead to order eye diseases including part or total blindness. Based on the survey conducted by Ministry of Health of Indonesia in 1996, from 0,2% the blindness caused by the glaucoma, it is found that both eyes blindness count for 0,16% and one sided blindness is 0,04%. In order to know the characteristics of glaucoma patients in RSU Dr. Pirngadi in 2007, a study had been conducted by using Case Series and sample is total sampling as much as 143 patients data. Result shows that the highest proportion of patients with glaucoma are at age < 40 years (39,9%), female (56,6%), Batak ethnic (37,7%), Moslem (75,5%), senior high school or the same degree (34,3%), private servant (31,5%), married (76,9%), and live in Medan (86,7%). The average age is 47,05 years, pain in the eyes or head ache (41,2%), primary glaucoma (79,0%), the intraocular pressure > 20 mmHg of the right eye (56,6%) the left eye (51,7%), average intraocular pressure of the right eye 25,43 mmHg, average intraokuler pressure of the left eye 24,87 mmHg, no accompanying disease (79,0%), hypertention (56,7%), on medicine (100%). The result of the Chi-square test found out the difference between age proportion and seriousness of right intraocular pressure (p=0,008), no difference of age proportion and the seriousness of left aye intraocular pressure (p=0,054), no difference in proportion between sex and type of glaucoma (0,051), no difference in proportion between sex and seriousness the intraocular pressure of the right eye (0,522), no difference in proportion between sex and seriousness the intraocular pressure of the left eye (0,298). By knowing the characteristic of the glaucoma patient, it is expected that the RSU. Dr. Pirngadi Medan will provide health promotion and information abaut glaucoma to patients with hypertention to have aye examination so as to prevent glaukoma. It is also recommend that medical record should have also information regarding education and occupation.
Key word : Glaucoma, Patient’s characteristic
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Henny Mahrani HSB
Tempat/Tanggal Lahir
: Medan, 20 September 1986
Agama
: Kristen Protestan
Status Perkawinan
: Belum Kawin
Jumlah Anggota Keluarga
: 3 (tiga) Orang Bersaudara
Alamat
: Jl. Lembaga Pemasyarakatan Gg. Jaya Pura Tanjung Gusta Medan.
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Tahun 1992 – 1998
: SD Khatolik Budi Murni 7 Medan
2. Tahun 1998 – 2001
: SMP Free Methodist I Medan
3. Tahun 2001 – 2004
: SMU Negeri 12 Medan
4. Tahun 2004 – 2008
: FKM USU Medan
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Karakteristik Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku ketua Departemen Epidemiologi FKM USU dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Ibu drh. Rasmaliah, Mkes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan
waktu
dan
pikirannya
dalam
memberikan
petunjuk
dan
bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 4. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Pegawai di FKM USU Medan. 7. Kepala bagian Rekam Medik RSU. Dr. Pirngadi Medan dan seluruh pegawai yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian ini. 8. Kepada Orang tua tercinta Drs. K. Hasibuan dan S. Butar-Butar, abangku Renhard dan adikku Harry, serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan semangat kepada penulis. 9. Teman-temanku : Dwi, Rospida, Juminah, Ezra, Imel, Nerida, Lastiar, Nove, Nurmaya, Betty, Iwan, B’Zaro, K’Tince, K’Mertha, K’Imel dan seluruh rekan peminatan epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas perhatian dan kebersamaannya. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan,
Januari 2009 Penulis
Henny Mahrani HSB
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... i ABSTRAK ..................................................................................................................... ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 4 1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4 1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 6 2.1 Anatomi Mata................................................................................................ 6 2.2 Pengertian Glaukoma .................................................................................... 9 2.3 Klasifikasi Glaukoma .................................................................................... 10 2.3.1 Glaukoma Primer .............................................................................. 10 2.3.2 Glaukoma Sekunder .......................................................................... 14 2.3.3 Glaukoma Kongenital ....................................................................... 16 2.3.4 Glaukoma Absolut ............................................................................ 17 2.4 Epidemiologi ................................................................................................. 17 2.4.1 Distribusi Frekwensi ......................................................................... 17 2.4.2 Determinan (Faktor-faktor yang mempengaruhi) ............................. 18 2.5 Gejala-gejala dan Keluhan Penderita Glaukoma .......................................... 20 2.6 Tingkat Keparahan ........................................................................................ 22 2.7 Kerusakan Saraf Optik .................................................................................. 22 2.8 Defek Lapang Pandangan ............................................................................. 22 2.9 Diagnosis ....................................................................................................... 23 2.10 Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma .................. 24 2.11 Pencegahan Glaukoma ................................................................................ 25 BAB 3 KERANGKA KONSEP ................................................................................... 28 3.1 Model Kerangka Konsep .............................................................................. 28 3.2 Defenisi Operasional ..................................................................................... 28 BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................................. 33 4.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. 33 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 33 4.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................... 33
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
4.2.2 Waktu Penelitian ............................................................................... 33 4.3 Populasi dan Sampel ..................................................................................... 34 4.3.1 Populasi ............................................................................................. 34 4.3.2 Sampel ............................................................................................... 34 4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 34 4.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 34 BAB 5 HASIL PENELITIAN ...................................................................................... 35 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................. 35 5.2 Sosiodemografi ............................................................................................. 37 5.3 Keluhan Utama.............................................................................................. 39 5.4 Jenis Glaukoma ............................................................................................. 40 5.5 Tingkat Keparahan ........................................................................................ 41 5.6 Riwayat penyakit........................................................................................... 42 5.7 Penatalaksanaan Medis ................................................................................. 43 5.8 Analisis Statistik ........................................................................................... 43 5.8.1 Umur Berdasarkan Jenis Glaukoma .................................................. 43 5.8.2 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata kanan ...................................................... 44 5.8.3 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri.......................................................... 45 5.8.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Glaukoma .................................... 45 5.8.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata kanan ...................................................... 47 5.8.6 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri.......................................................... 47 5.8.7 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma ............................................................ 48 5.8.8 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma ............................................................ 50 5.8.9 Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit ............................... 51 BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................................ 52 6.1 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Sosiodemografi ....... 52 6.1.1 Umur ................................................................................................. 52 6.1.2 Jenis Kelamin .................................................................................... 53 6.1.3 Suku .................................................................................................. 54 6.1.4 Agama ............................................................................................... 55 6.1.5 Tingkat Pendidikan ........................................................................... 56 6.1.6 Pekerjaan ........................................................................................... 57 6.1.7 Status Perkawinan ............................................................................. 58 6.1.8 Tempat Tinggal ................................................................................. 59 6.2 Umur rata-rata Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ................................................................................................... 63
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.3 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama ....... 64 6.4 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma ....... 64 6.5 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan .. 65 6.5.1 Tekanan Intraokuler Mata Kanan...................................................... 66 6.5.2 Tekanan Intraokuler Mata Kiri.......................................................... 67 6.6 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan dan Mata kiri................... 67 6.7 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit .... 68 6.8 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit ................................................................................. 69 6.9 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ................................................................................. 70 6.10 Analisis Statistik ......................................................................................... 71 6.9.1 Umur Berdasarkan Jenis Glaukoma .................................................. 71 6.9.2 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata kanan ...................................................... 72 6.9.3 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri.......................................................... 73 6.9.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Glaukoma .................................... 75 6.9.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata kanan ...................................................... 76 6.9.6 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri.......................................................... 77 6.9.7 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma ........................................................... 78 6.9.8 Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma ............................................................ 79 6.9.9 Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit ............................... 80 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 82 7.1 Kesimpulan ................................................................................................... 82 7.2 Saran.............................................................................................................. 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 : Master Data Lampiran 2 : Output SPSS Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Lampiran 4 : Surat Selesai Penelitian
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Sosiodemografi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .....................................................................................
38
Umur Rata-rata Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .........................................................
40
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .....................................................................................
41
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Kombinasi Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .........................................................................
42
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .........
42
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .....................................................................................
43
Tekanan Intraokuler Rata-rata pada Mata Kanan dan Mata Kiri Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................
44
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .....................................................................................
45
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .....................................................................................
45
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .......................................................................................
46
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................
47
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
Tabel 5.4.
Tabel 5.5.
Tabel 5.6.
Tabel 5.7.
Tabel 5.8.
Tabel 5.9.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ...........................................................................
48
Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ..........................................................................
49
Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................
50
Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................
51
Tabel 5.16. Perbedaan Distribusi Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................
52
Tabel 5.17. Perbedaan Distribusi Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................
53
Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Pada Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ...............................................................
53
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1.
Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Umur di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 55
Gambar 6.2.
Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ............................................................................... 56
Gambar 6.3.
Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Suku di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 57
Gambar 6.4.
Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Agama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 58
Gambar 6.5.
Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .............................................................................. 59
Gambar 6.6.
Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Pekerjaan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 60
Gambar 6.7.
Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Status Perkawinan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ..............................................................................
Gambar 6.8.
Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .............................................................................. 62
Gambar 6.9.
Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .............................................................................. 64
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ..............................................................................
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
61
65
Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................... 66 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................ 67 Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .............................................................................. 68 Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................................. 69 Gambar 6.15. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ................................................................. 70 Gambar 6.16. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .............................................................................. 71 Gambar 6.17. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ................... 72 Gambar 6.18. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................ 73 Gambar 6.19. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................................. 75 Gambar 6.20. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 76 Gambar 6.21. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keprahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 ........................................................................................... 77
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Gambar 6.22. Diagram Bar Perbedaan Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................... 78 Gambar 6.23. Diagram Bar Perbedaan Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................................. 79 Gambar 6.24. Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Pada Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 .................................................... 77
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, dan salah satu bidang yang tak kalah pentingnya dari bidang lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.1 Indra penglihatan merupakan panca indra yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap proses peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Hal ini erat kaitannya dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta kualitas harapan hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.2 Mata membutuhkan sejumlah tekanan tertentu agar dapat berfungsi baik. Pada beberapa orang, tekanan bola mata ini dapat meninggi sehingga menyebabkan kerusakan pada saraf optik yang mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau buta. Kerusakan saraf optik ini dapat berupa penyakit glaukoma.3 Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita kebutaan, sedangkan pada tahun 1996 meningkat menjadi 45 juta penderita kebutaan.4 Angka kebutaan Bangladesh pada tahun 1996 tercatat 1% dari jumlah penduduk, Myanmar 0,9% dari jumlah penduduk, Bhutan 0,8% dari jumlah
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
penduduk, India 0,7% dari jumlah penduduk, Srilangka 0,5% dari jumlah penduduk, Korea selatan 0,4% dari jumlah penduduk, Thailand 0,3% dari jumlah penduduk.5,6 Berdasarkan Survey Departemen Kesehatan pada tahun 1982 angka kebutaan Indonesia tercatat 1,2% dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1996 meningkat menjadi 1,5% dari jumlah penduduk.5,7 Berdasarkan hasil survey World Health Organisation (WHO), penyebab utama kebutaan tahun 2002 adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), penyakit yang berhubungan dengan degeneratif (8,7%), corneal opacities (5,1%), diabetes retinopathy (4,8%), trakhoma (3,6%), lain-lain (17,6%).8 Prevalensi (angka kejadian) glaukoma tahun 1996 di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat 0,27% hingga 5,6%, Swedia 0,86%, Inggris 0,64%, dan Jamaika 1,4%.9 Berdasarkan Survey Kesehatan Indra tahun 1993-1996, sebesar 1,5% penduduk Indonesia mengalami kebutaan dengan penyebab utama adalah Katarak (0,78%), Glaukoma (0,20%), Kelainan Refraksi (0,14%), penyakit yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%).5,10 Berdasarkan Survei Departemen Kesehatan Indonesia tahun 1996, dari 0.2% kebutaan akibat glaukoma, terdapat 0.16% kebutaan pada kedua mata, dan 0.04% kebutaan pada satu mata.11 Berdasarkan bank data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), distribusi penyakit mata dan adneksa pasien rawat inap menurut golongan sebab sakit adalah : Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (2.106 pasien), Katarak dan gangguan lain lensa (9.493 pasien), Glaukoma (1.119 pasien), Penyakit mata dan
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
adneksa lainnya (3.985 pasien). Sedangkan distribusi penyakit mata dan adneksa pasien rawat jalan menurut golongan sebab sakit adalah : Konjungtivitis dan gangguan lain konjungtivitis (116.938 pasien), Katarak dan gangguan lain lensa (53.065 pasien), Glaukoma (10.160 pasien), Penyakit mata dan adneksa lainnya (232.188 pasien).12 Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum dr.Soetomo, pada tahun 1996-1997, jumlah penderita glaukoma tercatat 450 pasien. Di antara jumlah itu, 75% datang pada stadium lanjut, yang berarti sudah sulit untuk ditolong. Pada tahun 2006, total pasien glaukoma di Rumah Sakit Umum dr.Soetomo mencapai 639 orang. Rinciannya, 320 laki-laki dan 316 perempuan. Sedangkan pada tahun 2007, jumlah pasien menjadi 876 orang, terdiri atas 427 laki-laki dan 449 perempuan.9 Berdasarkan data kasus baru penderita glaukoma di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2000, dampak yang terjadi akibat glaukoma pada seluruh penderita glaukoma yang datang ke poliklinik mata adalah 36% menderita kebutaan pada kedua mata, dan 44% menderita kebutaan pada satu mata.13 Berdasarkan laporan data pada tahun 2006 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang menjadi pusat rujukan penderita glaukoma, dalam setahun tercatat 300-400 penderita glaukoma baru. Sedangkan penderita glaukoma yang berobat tiap hari sekitar 25 orang.14 Hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan ditemukan bahwa terdapat 143 penderita glaukoma pada tahun 2007.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karekteristik penderita glaukoma di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tahun 2007. 1.2 Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita glaukoma di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tahun 2007. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita glaukoma di Rumah Sakit Umum
dr. Pirngadi Medan tahun 2007. 1.3.2
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal). b. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita glaukoma. c. Untuk mengetahui distribusi penderita glaukoma berdasarkan keluhan utama. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan (tekanan intraokuler mata kanan dan tekanan intraokuler mata kiri). f. Untuk mengetahui tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan dan mata kiri.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan riwayat penyakit. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita glaukoma berdasarkan penatalaksanaan medis. i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan jenis glaukoma. j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma. k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma. l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan jenis glaukoma. m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma. n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma. o. Untuk mengetahui perbedaan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan berdasarkan jenis glaukoma. p. Untuk mengetahui perbedaan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri berdasarkan jenis glaukoma. q. Untuk mengetahui perbedaan proporsi riwayat penyakit berdasarkan jenis glaukoma.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
1.4 Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tentang penderita glaukoma dalam upaya perencanaan pencegahan kebutaan dengan mengenal secara dini karakteristik penderita glaukoma. b. Sebagai
bahan
masukan/informasi
bagi
peneliti
lain
melakukan/melanjutkan penelitian tentang penderita glaukoma.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
yang
ingin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata 2.1.1
Kornea19 Kornea adalah selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea rata-
rata orang dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian tengah. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah di limbus, cairan mata dan air mata. Kornea terdiri dari lima lapisan, yaitu : epitel, membran Bowman, stroma, membran Descement dan endotel. 2.1.2
Sklera19,20 Sklera adalah selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera mempunyai kekakuan tertentu dan tebal 1 mm. Permukaan luar sklera diselubungi oleh lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu episklera, yang banyak mengandung pembuluh darah sedangkan pada permukaan sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna coklat, yaitu lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroit. 2.1.3
Uvea19 Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata, yang terdiri dari 3 bagian,
yaitu: a. Iris, mempunyai permukaan yang relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil. Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan dan melebarkan pupil. Pupil dapat mengecil akibat suasana cahaya yang terang dan melebar akibat suasana cahaya yang redup atau gelap. b. Badan siliar, terdiri dari dua bagian, yaitu : korona siliar yang berkerut-kerut dengan tebal 2 mm dan pars plana yang lebih halus dan rata dengan tebal 4 mm. c. Koroid, berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat besar, yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya. 2.1.4
Lensa19 Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti
cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi (terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm. 2.1.5
Badan Kaca19,20 Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara
lensa dan retina. Badan kaca tediri dari 99% air dan 1% terdiri dari 2 komponen, yaitu: kolagen dan asam hialuron. Fungsi badan kaca adalah mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan meneruskan sinar dari lensa ke retina. 2.1.6
Retina Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsang dari cahaya. Retina dialiri darah dari 2 sumber, yaitu : lapisan koriokapiler yang mengaliri darah pada 2/3 bagian luar retina, sedangkan 2/3 bagian dalam retina dialiri darah dari cabang-cabang arteri retina sentral.19
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Sel-sel pada lapisan retina yang paling luar berhubungan langsung dengan cahaya. Sel-sel tersebut adalah sel-sel kerucut (cone) dan batang (rod). Sel kerucut (cone) berfungsi untuk penglihatan terang, warna dan penglihatan sentral. Sedangkan sel batang (rod) berfungsi untuk penglihatan dalam keadaan redup atau gelap.21 Berikut adalah gambaran anatomi mata dan peninggian tekanan di dalam bola mata.
Gambar 2.1 Anatomi Mata Manusia14
Gambar 2.2 Peninggian Tekanan di dalam Bola Mata14
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
2.2 Pengertian Glaukoma Glaukoma merupakan suatu keadaan dimana tekanan mata seseorang demikian tinggi atau tidak normal. Sehingga mengakibatkan kerusakan pada saraf optik dan mengakibatkan gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang atau buta.15 Tekanan mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg.16,17 Didalam mata terdapat cairan mata yang terdiri dari 99,9% air murni (akuos humor) bening yang mengalir terus. Pengaliran cairan ini didalam bola mata seperti air yang berada di dalam kolam tertutup yang bertukar dan mengalir terus. Bila terjadi gangguan pengeluaran cairan maka air akan terbendung di dalam kolam. Demikian pula jika cairan mata tidak dapat keluar maka tekanan di dalam bola mata akan naik dan merusak saraf penglihatan.17,18 Di dalam bola mata sebelah depan terdapat apa yang disebut dengan bilik mata depan. Bilik mata depan merupakan ruangan di dalam mata yang dibatasi kornea, iris, pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (akuos humor). Cairan mata (akuos humor) mengatur oksigen dan makanan seperti : gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya untuk kornea dan lensa. Cairan mata (akuos humor) mempunyai kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat. Cairan mata (akuos humor) dihasilkan oleh jonjot badan siliar yang terletak di belakang iris. Melalui celah iris dan lensa, cairan mata (akuos humor) keluar melalui pupil dan terus ke bilik mata depan. Setelah itu, melalui jaring trabekulum cairan mata (akuos humor) masuk ke dalam saluran yang disebut kanal Schlemm menuju ke pembuluh darah. Normalnya antara produksi cairan mata (akuos humor) dan aliran keluarnya
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
adalah seimbang. Jika aliran keluarnya terhambat atau produksinya berlebihan, maka tekanan bola mata akan meninggi (cairan akuos humor tidak sama dengan air mata).3,15 2.3 Klasifikasi Glaukoma Glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 20,22 2.3.1 Glaukoma Primer Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak diketahui. Glaukoma primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut tertutup atau glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma simpleks atau glaukoma kronik.20,22,23 2.3.1.1 Glaukoma Sudut Tertutup a. Sudut Tertutup Akut Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Pada glaukoma sudut tertutup terjadi penutupan pengaliran keluar cairan mata secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala serta perasaan mual dan muntah.16,20,23 Keadaan mata menunjukkan tanda-tanda peradangan seperti kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, penglihatan kabur disertai dengan adanya halo (pelangi disekitar lampu).20,24 Serangan glaukoma mudah terjadi pada keadaan ruang yang gelap seperti bioskop yang memungkinkan pupil melebar, dan akibat mengkonsumsi beberapa obat tertentu seperti antidepresan, influenza, antihistamin, antimuntah serta obat yang
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
melebarkan pupil. Keluhan ini hilang bila pasien masuk ruang terang atau tidur karena terjadi miosis yang mengakibatkan sudut bilik mata terbuka.25 Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma sudut tertutup akut. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma sudut tertutup akut karena serangan dapat berulang kembali pada suatu saat.20 b. Sudut Tertutup Kronik 15 Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan keluar cairan mata tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat bertambahnya jaringan parut. c. Sudut Tertutup dengan Hambatan Pupil 26 Sudut tetutup dengan hambatan pupil adalah glaukoma dimana ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup disertai dengan hambatan pupil. Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung sehingga bilik mata depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang kedepan akan mendorong iris ke depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mendorong cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah iris. d. Sudut Tertutup tanpa Hambatan Pupil 26 Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, tanpa disertai dengan hambatan pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah sempit sejak semula (bersifat herediter), sehingga menyebabkan gangguan penglihatan cairan bilik mata depan ke jaring trabekulum.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Hambatan aliran cairan mata (akuos humor) dapat terjadi karena penutupan sudut bilik mata yang dapat terjadi sedikit demi sedikit sampai tertutup sama sekali atau mendadak tertutup sama sekali. Masing-masing keadaan memberikan gambaran klinik yang berbeda-beda antara lain : 1) Penutupan Sudut Mendadak (Acute Angle Closure) Penutupan sudut terjadi secara mendadak atau tiba-tiba sehingga aliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata depan menjadi terhalang sama sekali. Faktor pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah menonton film di bioskop, berada dalam ruangan yang gelap atau minum terlalu banyak. 2) Penutupan Sudut Intermedit (Intermettent Angle Closure) Pada umumnya sudut bilik depan sudah sempit sejak semula dan dapat menyebabkan gangguan aliran cairan mata (akuos humor) menuju ke jaring trabekulum. Perjalanan penyakit biasanya berupa serangan-serangan yang singkat dan hilang timbul. Sesudah setiap kali serangan sudut bilik mata depan terbuka kembali, akan tetapi keadaan sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti semula (menjadi lebih sempit). 3) Penutupan Sudut Menahun (Chronic Angle Closure) Dapat terjadi karena penutupan sudut yang perlahan-lahan atau merupakan kelanjutan serangan intermitet yang sudah menimbulkan sinekia (perlekatan iris dengan kornea pada sudut bilik mata) yang luas. Dapat juga terjadi karena serangan mendadak yang tidak diatasi dengan baik.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
2.3.1.2 Glaukoma Sudut Terbuka a. Glaukoma Sudut Terbuka Kronik (Simpleks) 20,26 Glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) adalah glaukoma yang penyebabnya tidak ditemukan dan disertai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka. Pada umumnya glakoma sudut terbuka kronik (simpleks) ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun, walaupun penyakit ini kadang kadang ditemukan pada usia yang lebih muda. Diduga glaukoma diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50% penderita. Secara genetik penderitanya adalah homozigot. Pada penderita glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat pada jaring trabekulum dan kanal Schlemm. Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan sehingga terdapat gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita. Gangguan akibat tingginya tekanan bola mata terjadi pada kedua mata, sehingga ditemukan gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma simpleks terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan progresif sampai berakhir dengan kebutaan. b. Glaukoma Steroid 23 Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Pada pasien glaukoma steroid akan terjadi peninggian tekanan bola mata dengan keadaan mata yang terlihat dari luar putih atau normal. Pasien akan memperlihatkan kelainan funduskopi berupa ekskavasi papil glaukomatosa dan kelainan pada lapang pandangan. Bila steroid diberhentikan maka
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
pengobatan glaukoma steroid masih diperlukan sama seperti pengobatan pada glaukoma lainnya. c. Glaukoma Tekanan Rendah (Normal) Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan dimana ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang khas glaukoma tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang tidak tinggi (normal).14,26 Penyebab dari tipe glaukoma bertekanan rendah (normal), berhubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf optik mata, yang dapat mengakibatkan kematian dari sel-sel saraf optik yang bertugas membawa impuls/rangsang dari retina menuju ke otak.27 d. Glaukoma miopi atau pigmen 26 Glaukoma miopi dan pigmen adalah glaukoma primer sudut terbuka dimana pada pemeriksaan gonioskopi ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada jaring trabekulum. Pada stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata, yang tinggi dan adanya halo (pelangi disekitar lampu) karena adanya edema pada kornea. Sesudah stadium permulaan dapat diatasi biasanya tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata dapat terkontrol. 2.3.2
Glaukoma Sekunder 23 Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab timbulnya.
Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-kelainan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti : kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
2.3.2.1 Glaukoma Dibangkitkan Lensa 22 Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada glaukoma sekunder. Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa, dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik mata akibat mencembungnya lensa mata. 2.3.2.2 Glaukoma Neovaskuler 26 Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan oleh bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris. Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring trubekulum. Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal, misalnya : kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah, penyakit pembuluh darah sistemik, serta penyakit tumor mata. 2.3.2.3 Glaukoma Maligna 26 Glaukoma maligna adalah suatu keadaan peningkatan tekanan intrakuler (TIO) atau tekanan pada bola mata oleh karena terdapatnya hambatan siliar (ciliary block). Hambatan siliar pada glaukoma maligna terjadi karena penempelan lensa dengan badan siliar atau badan kaca dengan badan siliar. Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan cairan mata (akuos humor) hasil produksi badan siliar di bagian belakang yang mendesak ke segala arah. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya pendangkalan bilik mata depan.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
2.3.2.4 Glaukoma dengan Hambatan Pupil 26 Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang timbul akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik mata belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan relatif. Pada hambatan yang bersifat total, glaukoma terjadi akibat perlekatan iris dengan lensa ataupun iris dengan badan kaca. Hal ini biasanya terjadi sesudah peradangan. Pada hambatan yang bersifat relatif, glaukoma terjadi akibat iris dan pangkal iris terdorong kedepan, sehingga menutup sudut bilik mata depan. Akibatnya terjadi tekanan yang lebih tinggi di bilik mata belakang dibandingkan dengan bilik mata depan. 2.3.3
Glaukoma Kongenital Glaukoma kongenital merupakan suatu keadaan tingginya tekanan bola mata
akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen depan bola mata. Gangguan perkembangan embriologik dapat berupa kelainan akibat terdapatnya membran kongenital yang menutupi sudut bilik mata depan pada saat perkembangan bola mata, kelainan pembentukan kanal Schlemm, dan kelainan akibat tidak sempurnanya pembentukan pembuluh darah bilik yang menampung cairan bilik mata.23,27 Akibat pembendungan cairan mata, tekanan bola mata meninggi pada saat bola mata sedang dalam perkembangan sehingga terjadi pembesaran bola mata yang disebut sebagai buftalmos.16,23 Gejala-gejala glaukoma kongenital biasanya sudah dapat terlihat pada bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan pada glaukoma kongenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada bayi yang menderita
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
glaukoma kongenital, hal ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin menghindari sinar sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala dan matanya.23,27 2.3.4
Glaukoma Absolut 16,20 Glaukoma absolut adalah suatu keadaaan akhir semua jenis glaukoma dimana
tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, mata keras seperti batu dan disertai dengan rasa sakit. 2.4 Epidemiologi 2.4.1
Distribusi frekuensi Glaukoma merupakan penyakit yang tidak dapat diobati, akan tetapi bila
diketahui sejak dini dan segera dilakukan tindakan medis maka glaukoma dapat dikontrol untuk mencegah kerusakan lanjut atau kebutaan pada mata.11 Berdasarkan penelitian Saaddine dkk (2002) di Amerika Serikat, angka prevalensi glaukoma lebih tinggi pada usia >65 tahun (11,7%) dibanding dengan usia 50-64 tahun (4,9%).28 Menurut penelitian Oriza Sativa (2002) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, dari 86 penderita miopi yakni 43 miopi ringan dan 43 miopi sedang terdapat 1 orang penderita dengan sangkaan glaukoma pada miopi ringan dan 11 orang penderita pada miopi sedang.29 Berdasarkan penelitian Tabar Malem Bangun (2003) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, dari 20 penderita glaukoma simpleks terdapat rata-rata tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata sebesar 26,0 mmHg, dengan rata-
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
rata umur 42,8 tahun, usia termuda 16 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (70%).30 2.4.2
Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi) Faktor-faktor yang mempengaruhi glaukoma antara lain adalah :
a. Usia Glaukoma merupakan salah satu penyebab kebutaan yang umumnya menyerang orang berusia diatas 40 tahun. Risiko terkena glaukoma akan meningkat pada umur 40 – 64 tahun sebesar 1% dan pada umur 65 tahun keatas sebesar 5%.3,9 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena (2006) di Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita hipertensi yang telah berumur ≥ 60 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar 6 kali lebih besar.32 b. Gender (Jenis Kelamin) Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih ditemukan bahwa pria 3 kali berisiko daripada wanita, sedangkan pada orang kulit hitam, penderita pria sama resikonya dengan wanita.26 c. Ras Resiko terserang glaukoma sangat tinggi pada ras Afrika.3 Berdasarkan ras, orang kulit hitam mempunyai resiko 7 kali lebih besar terserang glaukoma dibandingkan orang kulit putih.15
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Pada orang kulit putih ditemukan bahwa glaukoma primer sudut terbuka, berisiko 4 kali lebih besar daripada glaukoma primer sudut tertutup, sedangkan pada orang Indonesia glaukoma primer sudut tertutup berisiko lebih besar daripada glaukoma sudut terbuka.20,22,23 d. Riwayat Keluarga Apabila dalam keluarga ada yang terkena Glaukoma, disarankan agar anggota keluarga yang lain sebaiknya memeriksakan mata secara rutin apabila umur telah lebih dari 40 tahun.3 Mereka yang memiliki riwayat glaukoma pada anggota keluarga berisiko 4-8 kali lebih besar untuk terserang glaukoma.3,9 Resiko terbesar terdapat pada hubungan kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dengan anak-anak.3 e. Diabetes Mellitus Penyakit Diabetes Mellitus (DM) dipercaya meningkatkan terjadinya resiko terkena glaukoma.3 Penderita Diabetes Mellitus (DM), beresiko 2 kali lebih sering terkena glaukoma.15 Sebesar 50% dari penderita Diabetes mengalami penyakit mata dengan resiko kebutaan 25 kali lebih besar.32 f. Hipertensi Penderita hipertensi pun berisiko lebih tinggi terserang glaukoma daripada yang tidak mengidap penyakit hipertensi. Penderita hipertensi, beresiko 6 kali lebih sering terkena glaukoma.14 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena (2006) di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita yang telah
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
menderita hipertensi ≥ 5 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar 4 kali lebih besar.31 g. Trauma Kelainan mata seperti kelainan lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan katarak atau radang mata dan lain-lain, dapat menyebabkan terjadinya glaukoma.27 Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan mata yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu.23 h. Miopi Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk berkembangnya glaukoma. Bentuk anatomi mata orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya yang lebih sering terkena glaukoma.27 i. Obat-obatan Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya Glaukoma adalah Pemakaian obat-obatan yang mengandung steroid secara rutin dalam jangka waktu yang lama misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Pemakai obatabatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.3 2.5 Gejala-gejala dan Keluhan Penderita Glaukoma Gejala dini glaukoma tidak ada yang menunjukkan gejala yang berarti, karena sebagian orang hanya merasakan gejala yang hampir sama dengan penyakit mata
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
lainnya, seperti mata buram, sakit mata, atau timbul pelangi jika melihat sorot lampu (adanya halo), yang terjadi karena adanya tekanan yang tinggi pada mata sehingga membuat mata menjadi bengkak, akibatnya pembiasan cahaya menjadi terganggu.3 Penderita dapat mengalami glaukoma dalam stadium dini dan menengah selama bertahun-tahun tanpa merasakan gejala awal. Sebagian besar penderita glaukoma datang ke dokter spesialis mata setelah keluhan dirasakan pada stadium lanjut dan sudah mengalami kebutaan.14 Ada dua keluhan pasien Glaukoma, yang pertama adalah pada glaukoma akut (mendadak) yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokular (TIO) atau tekanan di dalam bola mata yang tinggi secara mendadak. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kebutaan dalam waktu relatif cepat yaitu dalam hitungan hari. Gejalanya adalah mendadak nyeri pada mata, sakit kepala, kelopak mata bengkak, mata merah, melihat pelangi disekitar sumber cahaya atau lampu (adanya halo), dan mual sampai muntah.22,23 Yang kedua adalah pada glaukoma kronis (menahun) yaitu penyakit mata yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraokuler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata secara perlahan-lahan. Biasanya muncul diusia 40 tahun keataspada glaukoma kronis (menahun) saraf mata mengalami kerusakan dan kematian yang spesifik, sehingga mengakibatkan kehilangan lapang pandangan sesuai dengan beratnya Glaukoma. Namun terkadang glaukoma kronis (menahun) terjadi tanpa keluhan.14
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
2.6 Tingkat Keparahan 33 2.6.1
Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler11 Tekanan intraoluler (TIO) atau tekanan di dalam bola mata seseorang,
tidaklah sama dari hari ke hari ataupun dari jam ke jam. Oleh karena itu, perlu melakukan pemeriksaan teratur yakni 3-4 kali setahun. Tekanan bola mata yang norml berkisar antara 15-20 mmHg. Tekanan diatas 20 mmHg dianggap sudah ”high normal” dan sudah harus diwaspadai. 2.7 Kerusakan Saraf Optik11 Terdapat 1.200.000 sel saraf optik yang tersusun di belakang bola mata. Dokter mata dapat melihat saraf optik dengan alat oftalmoskop melalui manik mata yang dilebarkan. Warna dan bentuk mangkok (papil) optik dapat menentukan adanya kerusakan akibat glaukoma disertai berat kerusakan yang terjadi. 2.8 Defek Lapang Pandangan Gangguan pada lapang pandangan merupakan gangguan yang terjadi akibat kerusakan saraf. Pemeriksaan lapang pandangan merupakan pemeriksaan yang perlu dilakukan pada pasien dengan glaukoma.11 Tanda awal hilangnya lapang pandang biasanya terlihat berupa adanya area lengkungan yang tidak terlihat atau gelap (Blind Spot) sedikit diatas atau dibawah penglihatan sentral. Daerah gelap ini akan meluas apabila tidak diobati atau ditangani sehingga daerah yang sempit seperti kita melihat pada lubang kunci (tunnel vision).3
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Mata Normal
Mata dengan Glaukoma (Blind Spot)
Mata dengan glaukoma tingkat lanjut (Tunnel Vision)
Gambar 2.3 Gambaran Proses Hilangnya Penglihatan oleh Penderita Glaukoma.3
2.9 Diagnosis Setiap orang perlu melakukan pemeriksaan matanya secara teratur. Apabila seseorang mengetahui mempunyai faktor risiko untuk terserang glaukoma maka seseorang tersebut memerlukan pemeriksaan yang lebih sering. Pemeriksaan mata pada umumnya sebaiknya dilakukan setiap 3-5 tahun sekali, namun bila usia telah mencapai lebih dari 40 tahun maka pemeriksaan mata dilakukan setiap 1-2 tahun sekali. Pemeriksaan mata dilakukan setiap tahun sangat penting pada orang yang memiliki faktor risiko.15 Pemeriksaan ulang 3-4 kali setahun pada penderita glaukoma sangat perlu. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah tekanan bola mata tidak memberikan kerusakan baru pada saraf optik.15 Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaukoma maka dokter mata akan melakukan pemeriksaan dasar glaukoma seperti pemeriksaan saraf optik, tekanan
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
bola mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga pemeriksaan diatas tidak normal maka diagnosis glaukoma sudah dapat dibuat.15 Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat diagnosis antara lain : 11 a) Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata akan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita glaukoma. Dalam anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan pribadi. b) Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau dengan alat pengukur tekanan bola mata lainnya. c) Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan yang terjadi pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi. Oftalmoskopi adalah alat untuk memeriksa mata bagian dalam terutama saraf mata, dengan cara mengeluarkan sinar untuk menyinari bagian dalam mata, sehingga bentuk dan warna syaraf optik dapat dilihat. d) Untuk melihat keadaan lapang pandangan, maka dilakukan uji dengan cara membuat peta lengkap lapang penglihatan dan gangguan penglihatan pada daerah penglihatan. e) Pemeriksaan gonioskopi, yaitu pemeriksaan sudut bilik mata dengan menggunakan lensa gonioskopi yang disebut goniolens. 2.10
Penatalaksanaan Medis Terhadap Penanggulangan Glaukoma Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, namun pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Penderita glaukoma dapat dirawat dengan obat tetes mata, operasi laser dan pembedahan. Menurunkan tekanan pada
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
mata dapat mencegah kerusakan penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan kerusakan penglihatan.32 Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan untuk penanggulangan terhadap penderita glaukoma antara lain adalah : 27 2.10.1 Non Operasi a) Tetes mata : cara ini merupakan yang paling umum dan sering serta harus dilakukan secara teratur. Sebagian pasien mendapatkan respon yang bagus dari obat tetes mata dan sebagian lainnya tidak mendapatkan respon, namun pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya. b) Laser (laser trabeculoplasty) : ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit. 2.10.2 Operasi Pembedahan (trabeculectomy) : biasanya dilakukan jika tetes mata dan penanganan dengan laser telah gagal dalam mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki lapang pandangan yang telah rusak . 2.11
Pencegahan Glaukoma Tidak ada satu pun usaha yang dapat mencegah timbulnya glaukoma pada
seseorang. Pengetahuan mengenal glaukoma adalah untuk mencegah terjadinya kebutaan akibat glaukoma. Masalah kebutaan juga menjadi masalah publik karena
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
berpengaruh pula terhadap masalah ekonomi seperti : hilangnya produktifitas, menjadi beban keluarga, beban pendamping, beban pemerintah, dan lain-lain. Adapun hambatan dalam pencegahan glaukoma adalah : kurangnya partisipasi masyarakat, kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya tenaga profesional dan kurangnya fasilitas.33 Ada empat tingkat pencegahan yang dapat mencegah terjadinya kebutaan pada penderita glaukoma, yaitu : 2.11.1 Pencegahan Primordial Pencegahan primordial adalah pencegahan yang baru dikenal. Tujuan dari pencegahan primordial adalah untuk menghindari kemunculan atau kemapanan di bidang sosial, ekonomi dan pola kehidupan yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko penyakit. Sasaran dari pencegahan primordial adalah masyarakat yang sehat secara umum.34 Mengingat besarnya masalah kebutaan di dunia, WHO pada tanggal 30 September 1999, mencanangkan komitmen global Vision 2020: The Right to Sight untuk mendorong pencegahan gangguan penglihatan dan kebutaan. Dalam upaya mencapai Vision 2020, WHO menetapkan setiap hari Kamis pada bulan Oktober minggu kedua sebagai peringatan Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD).10 2.11.2 Pencegahan Primer Untuk dapat mencegah kebutaan diperlukan kerjasama banyak pihak diantaranya adalah : dari pihak masyarakat dalam hal peningkatan pengetahuan, pengertian dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mata, dari pihak rumah Sakit Mata dalam bentuk pelayanan dan penyuluhan kesehatan mata baik didalam maupun
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
diluar Rumah Sakit, dari LSM, Individu, Profesional serta Sektor swasta, dan lainlain.32 2.11.3 Pencegahan Sekunder Kebutaan karena glaukoma dapat dicegah dengan pemeriksaan dini sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan saraf mata yang lebih parah dapat dicegah. Bahkan, bila ditemukan lebih awal, saraf mata yang belum rusak karena glaukoma itu masih bisa dipertahankan dengan obat tetes mata, laser, dan tindakan operasi pembedahan.7 2.11.4 Pencegahan Tersier Walaupun kerusakan yang sudah terjadi akibat glaukoma tidak dapat diperbaiki lagi, tetapi dengan pemeriksaan dan pengobatan yang teratur maka kerusakan dapat dihambat seminimal mungkin.3
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Model Kerangka Konsep
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Karakteristik Penderita Glaukoma di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Sosiodemografi Umur Jenis Kelamin Suku Agama Pendidikan Pekerjaan Status Perkawinan Tempat Tinggal) Umur rata-rata Keluhan Utama Jenis Glaukoma Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler rata-rata Riwayat Penyakit Penatalaksanaan Medis
3.2 Defenisi Operasional 3.2.1
Penderita Glaukoma adalah penderita yang dinyatakan menderita glaukoma berdasarkan hasil diagnosa dokter seperti yang tertera pada kartu status.
3.2.2
Umur adalah usia penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, sewaktu berobat di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan, yang dikategarikan atas : 3,9 1. < 40 tahun 2. 40 – 64 tahun 3. ≥ 65 tahun.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
3.2.3
Jenis Kelamin adalah jenis kelamin penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4
Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri si penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
3.2.5
Batak Jawa Melayu Minang Dan Lain-lain Tidak Tercatat
Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. Islam 2. Kristen
3.2.6
Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5.
Tidak Sekolah/SD SMP SMA / Sederajat Akademi / Perguruan Tinggi Tidak Tercatat
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
3.2.7
Pekerjaan adalah aktifitas utama atau kegiatan yang dilakukan secara rutin oleh penderita glaukoma di luar atau di dalam rumah seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
3.2.8
PNS / TNI / POLRI Pegawai Swasta/Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Petani Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja Dan lain-lain Tidak Tercatat
Status Perkawinan adalah ada atau tidaknya pasangan hidup yang dimiliki penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. Kawin 2. Tidak Kawin
3.2.9
Tempat tinggal adalah tempat tinggal dimana penderita glaukoma menetap, seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. Dalam Kota Medan 2. Luar Kota Medan
3.2.10 Keluhan utama adalah jenis keluhan atau gangguan fisik yang sering dirasakan penderita glaukoma berdasarkan anamnesis dokter seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 22,23 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nyeri pada Mata Sakit Kepala Kelopak Mata Bengkak Mata Merah Adanya Halo Mual Muntah Buta.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
3.2.11 Jenis Glaukoma adalah berbagai jenis glaukoma yang diderita oleh penderita glaukoma seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 1. Glaukoma Primer : suatu jenis glaukoma yang penyebab timbulnya glaukoma tidak diketahui. Dibagi menjadi 2, yakni glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka.20 2. Glaukoma Sekunder : adalah suatu jenis glaukoma yang penyebab timbulnya glaukoma diketahui. Terdiri dari : glaukoma dibangkitkan lensa, glaukoma neovaskuler, glaukoma maligna, dan glaukoma dengan hambatan pupil.10,23 3. Glaukoma Kongenital : adalah suatu keadaan tingginya tekanan bola mata akibat terdapatnya gangguan perkembangan embriologik segmen depan bola mata.10,23 4. Glaukoma Absolut : adalah suatu keadaaan akhir semua jenis glaukoma dimana tajam penglihatan sudah menjadi nol atau sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.10,20,22 3.2.12 Tingkat Keparahan adalah derajat keparahan yang dialami oleh penderita glaukoma berdasarkan tekanan intraokuler (TIO) mata kanan dan mata kiri seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas : 33 1. ≤ 20 mmHg (normal) 2. > 20 mmHg (tinggi) 3.2.13 Riwayat Penyakit adalah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh penderita glaukoma selama ini yang beresiko untuk menimbulkan glaukoma, yang dikategorikan atas : 1. Tidak ada 2. Ada 14,23,33 Jenis riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita oleh penderita glaukoma adalah sebagai berikut : a. Diabetes mellitus b. Hipertensi c. Trauma d. Myopia
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
3.2.14 Penatalaksanaan Medis adalah segala usaha/tindakan-tindakan medis yang dilakukan terhadap penderita glaukoma, sesuai dengan yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas : 27 1. Obat-obatan 2. Operasi.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan desain case series yang akan menggambarkan karakteristik penderita glaukoma di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan tahun 2007. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Alasan
pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan adalah salah satu rumah sakit di kota Medan yang memiliki fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam mengelola penderita glaukoma dan belum pernah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya serta tersedianya data tentang penderita glaukoma. 4.2.2
Waktu Penelitian Penelitian mulai dilaksanakan dari bulan Juni tahun 2008 sampai dengan
Januari tahun 2009. Kegiatan yang dilakukan adalah pencarian literatur, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, konsul skripsi dan sidang skripsi.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah data penderita glaukoma yang tercatat
dalam laporan rekam medik rumah sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 yakni sebesar 143 kasus. 4.3.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah data penderita glaukoma yang tercatat
dalam laporan rekam medik rumah sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2007, besar sampel adalah sama dengan populasi (total sampling). 4.4 Metode Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status atau rekam medik di rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dan dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan. 4.5 Teknik Analisis Data Data yang terkumpul dicatat dan diolah dengan menggunakan komputer program SPSS. Data univariate dianalisa secara deskriptif dan data bivariate dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dan uji Anova pada taraf nyata 0,05 yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, diagram pie, dan diagram batang.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian35 Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritso Bysonoince dan pemimpinnya dipercanyakan kepada seorang putera Indonesia yaitu Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Pada tahun 1947 nama Rumah Sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan yang dipimpim oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya Rumah Sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan pada tahun 1952. Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 150 tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979 RSU Pusat Propinsi Medan diberi nama RSU Dr. Pirngadi Medan. Sejak berdirinya FK USU tanggal 20 agustus 1952, maka RSU Dr. Pirngadi Medan secara otomatis dipakai sebagai tempat kepaniteraan klinik para mahasiswa FK USU, walaupun penandatanganan perjanjian kerja sama antara FK USU dengan RSU Dr. Pirngadi Medan sebagai Teaching Hospital (RS Pendidikan) FK USU baru dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 1968.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Sejalan dengan palaksanaannya otonomi daerah, maka berdasarkan Perda Kota Medan No. 30 tahun 2002 tanggal 6 September 2002 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota Medan sebutan dalam organisasi adalah Badan Pelayanan Kesehatan RSU. Dr. Pirngadi Kota Medan. Organisasi dipimpim oleh seorang Kepala Badan yang membawahi 5 bidang yaitu : Bidang Perencanaan dan Rekam Medik, Bidang Pelayanan Medis dan Penunjang Medis, Bidang Keperawatan, Bidang Pendidikan dan Penelitian, Bidang Pemeliharaan. Sesuai dengan tugasnya RSU Dr. Pirngadi Medan melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan pencegahan akibat penyakit, pemulihan dan rujukan, maka RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut : menyelenggarakan pelayanan medis,
menyelenggarakan
Pelayanan
Penunjang
medis
dan
non
medis,
menyelenggarakan asuhan keperawatan, menyelenggarakan pelayanan rujukan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan, nyelenggarakan administrasi umum dan keuangan. RSU Dr. Pirngadi Medan menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis yaitu : Instalasi Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi, Pelayanan Kedokteran Kehakiman, Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.2 Sosiodemografi Proporsi penderita glaukoma berdasarkan sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan tempat tinggal di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.1 No.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Sosiodemografi di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Sosiodemografi f %
1
Umur < 40 tahun 40 – 64 tahun ≥ 65 tahun
2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Total
3
4
5
6
Total Suku Batak Jawa Melayu Minang Dan lain-lain Tidak Tercatat Total Agama Islam Kristen Total Pendidikan Tidak Sekolah/SD SLTP SLTA/Sederajat Akademi/Perguruan Tinggi Tidak Tercatat Total Pekerjaan PNS / TNI / POLRI Pegawai Swasta / Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa Petani
57 42 44 143
39,9 29,3 30,8 100
62 81 143
43,4 56,6 100
54 30 20 7 7 25 143
37,7 21,0 14,0 4,9 4,9 17,5 100
108 35 143
75,5 24,5 100
4 13 49 15 62 143
2.8 9.1 34.3 10.5 43.3 100
12 45 2 24
8,4 31,5 1,4 16,8
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
7
8
Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja Dan lain-lain Tidak Tercatat Total Status Perkawinan Kawin Tidak Kawin Total Tempat Tinggal Dalam Kota Medan Luar Kota Medan Total
10 15 5 30 143
7,0 10,5 3,5 21,0 100
110 33 143
76,9 23,1 100
124 19 143
86,7 13,3 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat karakteristik penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 terbanyak adalah pada kelompok umur < 40 tahun sebanyak 57 orang (39,9%), kemudian kelompok umur ≥ 65 tahun sebanyak 44 orang (30,8%) dan kelompok umur 40 – 64 tahun sebanyak 42 orang (29,3%). Penderita glaukoma yang terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan sebanyak 81 orang (56,6%), sedangkan penderita laki-laki sebanyak 62 orang (43,4%). Suku yang terbanyak adalah Batak sebanyak 54 orang (37,7%), dan yang paling sedikit adalah suku Minang sebanyak 7 orang (4,9%), serta dan lain-lain sebanyak 7 orang (4,9%). Agama yang terbanyak adalah Islam yaitu 108 orang (75,5%), dan yang paling sedikit adalah Kristen sebanyak 35 orang (24,5%). Berdasarkan pendidikan sebanyak 62 orang (43,3%) yang tidak tercatat, kemudian dari data yang tercatat yang terbanyak adalah pendidikan SLTA/Sederajat
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
sebanyak 49 orang (34,3%), dan yang paling sedikit adalah tidak sekolah/SD sebanyak 4 orang (2,8%). Berdasarkan pekerjaan sebanyak 35 orang (24,5%) yang tidak tercatat, kemudian dari data yang tercatat yang terbanyak adalah pegawai swasta/wiraswasta sebanyak 45 orang (31,5%), dan yang paling sedikit adalah pelajar sebanyak 2 orang (1,4%). Berdasarkan status perkawinan yang terbanyak adalah yang berstatus kawin yaitu sebanyak 110 orang (76,9%), sedangkan penderita yang tidak berstatus kawin sebanyak 33 orang (23,1%). Berdasarkan tempat tinggal yang terbanyak adalah yang berasal dari kota medan yaitu sebanyak 124 orang (86,7%), sedangkan yang berasal dari luar kota medan sebanyak 19 orang (13,3%). 5.3 Umur Rata-rata Umur rata-rata penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.2
Umur Rata-rata Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Umur Rata-rata (Tahun) Rata-rata 47,05 SD 21,728 95% CL 43,46 – 50,64 46,18% Coefision of Variation (CoV) Minimum 11 Maksimum 89 Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa umur rata-rata penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 47,05 tahun (47 tahun), Standard
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Deviation (SD) 21,728 dengan nilai Coefisien of Variation 46,18% (>10%), menunjukkan bahwa umur rata-rata penderita glaukoma bervariasi dimana umur minimum 11 tahun dan maksimum 89 tahun. 5.4 Keluhan Utama Proporsi penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 berdasarkan keluhan utama yaitu nyeri pada mata, sakit kepala, kelopak mata bengkak, mata merah, adanya halo, mual dan muntah serta buta dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.3 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Distribusi Proposi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jumlah Keluhan Utama f % Nyeri pada Mata 59 41,2 Sakit Kepala 59 41,2 Mata Merah 24 16,7 Kelopak Mata Bengkak 23 16,0 Buta 18 12,5 Mual Muntah 15 10,4 Adanya Halo 3 2,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa keluhan utama terbanyak yang diderita oleh penderita glaukoma adalah Nyeri pada Mata dan Sakit Kepala yaitu masing-masing sebanyak 59 orang (41,2%), dan keluhan utama yang paling sedikit adalah adanya halo yaitu sebanyak 3 orang (2,1%). Berdasarkan keluhan, penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 mempunyai kombinasi keluhan utama. Adapun kombinasi keluhan utama penderita glaukoma dapat dilihat pada tabel 5.4 :
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5.4 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Kombinasi Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Kombinasi Keluhan Utama f % Nyeri pada Mata + Sakit Kepala 27 18,8 Sakit Kepala 21 14,7 Buta 18 12,6 Mata Merah 16 11,2 Nyeri pada Mata 12 8,4 Nyeri pada Mata + Kelopak Mata Bengkak 12 8,4 Kelopak Mata Bengkak 11 7,7 Sakit Kepala + Mual 11 7,7 Nyeri pada Mata + Mata Merah 8 5,6 Mual Muntah 4 2,8 Adanya Halo 3 2,1 Total 143 100 Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa penderita glaukoma yang terbanyak
berdasarkan kombinasi keluhan utama adalah Nyeri pada Mata + Sakit Kepala sebanyak 27 orang (18,8%), dan yang paling sedikit adalah adanya Halo yaitu sebanyak 3 orang (2,1%). 5.5 Jenis Glaukoma Proporsi penderita glaukoma berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.4 : Tabel 5.5 No. 1. 2. 3.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Glaukoma f % Glaukoma Primer 113 79,0 Glaukoma Sekunder 12 8,4 Glaukoma Absolut 18 12,6 Jumlah 143 100 Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar jenis glaukoma yang
terbanyak diderita adalah glaukoma primer yaitu sebanyak 113 orang (79,0%), glaukoma absolut sebanyak 18 orang (12,6%), sedangkan yang paling sedikit adalah
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
glaukoma sekunder yaitu sebanyak 12 orang (8,4%), dan tidak terdapat jenis glaukoma kongenital, hal ini dikarenakan tidak ada penderita glaukoma yang masih bayi di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007. 5.6 Tingkat Keparahan Proporsi penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.6 No. 1.
2.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Tingkat Keparahan (mmHg) f % Tekanan Intraokuler Mata Kanan ≤ 20 62 43,4 > 20 81 56,6 Total 143 100 Tekanan Intraokuler Mata Kiri ≤ 20 69 48,3 > 20 74 51,7 Total 143 100 Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa tingkat keparahan yang dilihat
berdasarkan tekanan intraokuler pada mata kanan dan mata kiri, yang terbanyak adalah lebih besar dari 20 mmHg yaitu masing-masing sebanyak 81 orang (56,6%) pada mata kanan, dan 74 orang (51,7%) pada mata kiri, sedangkan tekanan intraokuler ≤ 20 mmHg sebanyak 62 orang (43,4%) pada mata kanan dan 69 orang (48,3%) pada mata kiri. 5.7 Tekanan Intraokuler Rata-rata pada Mata Kanan dan Mata Kiri Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan dan mata kiri penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.7 :
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5.7
Tekanan Intraokuler Rata-rata pada Mata Kanan dan Mata Kiri Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Tekanan Intraokuler Rata-rata pada Mata Kanan (mmHg) Rata-rata 25,43 SD 10,582 95%CI 23,69 – 27,18 Coefisien of Variation (COV) 41,61% Minimum 0 Maksimum 79 Tekanan Intraokuler Rata-rata pada Mata Kanan (mmHg) Rata-rata 24,87 SD 9,547 95%CI 23,30 – 26,45 Coefisien of Variation (COV) 38,38 Minimum 8 Maksimum 59 Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 25,43 mmHg (25 mmHg), Standard Deviation (SD) 10,582 dengan nilai Coefisien of Variation 41,61% (> 10%), menunjukkan bahwa tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan penderita glaukoma bervariasi dimana tekanan intraokuler minimum 0 mmHg dan maksimum 79 mmHg. Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 24,87 mmHg (25 mmHg), Standard Deviation (SD) 10,582 dengan nilai Coefisien of Variation 41,61% (> 10%), menunjukkan bahwa tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri penderita glaukoma bervariasi dimana tekanan intraokuler minimum 8 mmHg dan maksimum 59 mmHg. 5.8 Riwayat Penyakit Proporsi penderita glaukoma berdasarkan Riwayat Penyakit di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.8 :
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5.8 No. 1. 2.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Riwayat Penyakit f % Tidak Ada 113 79,0 Ada 30 21,0 Total 143 100 Berdasarkan tabel 5.8 terdapat 113 orang (79,0%) yang tidak memiliki
riwayat penyakit, dan 30 orang (21,0%) yang memiliki riwayat penyakit. Berdasarkan riwayat penyakit, dari 143 penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007, terdapat 30 orang yang mempunyai riwayat penyakit. Adapun jenis riwayat penyakit penderita glaukoma adalah sebagai berikut : Tabel 5.9 No 1. 2. 3. 4.
Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Riwayat Penyakit f % Hipertensi 18 12,6 Diabetes Mellitus 5 3,5 Trauma 4 2,8 Miopia 4 2,8 Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa jenis riwayat penyakit terbanyak
yang diderita oleh penderita glaukoma adalah hipertensi yaitu sebanyak 18 orang (12,6%), dan jenis riwayat penyakit yang paling sedikit adalah trauma dan myopia masing-masing sebanyak 4 orang (2,8%). Kombinasi jenis riwayat penyakit dialami oleh 1 orang yaitu dengan jenis riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. 5.9 Penatalaksanaan Medis Semua penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007, sebanyak 143 orang (100%) menggunakan obat-obatan dalam penatalaksanaan medis (100%).
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10
Analisis Statistik
5.10.1 Umur Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.10
No 1 2 3
Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Umur (tahun) Total Jenis Glaukoma < 40 40 – 64 ≥ 65 f % f % f % f % Glaukoma Primer 52 46,0 38 33,6 23 20,4 113 100 Glaukoma Sekunder 2 16,7 2 16,7 8 66,6 12 100 Glaukoma Absolut 3 16,7 2 11,1 13 72,2 18 100 Berdasarkan tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa penderita glaukoma
dengan jenis glaukoma primer terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 52 orang (46,0%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun yaitu sebanyak 38 orang (33,6%). Penderita dengan jenis glaukoma sekunder terbanyak pada kelompok ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 8 orang (66,6%), diikuti oleh kelompok umur < 40 tahun dan 40-64 tahun yaitu sebanyak 2 orang (16,7%). Penderita dengan jenis glaukoma absolut terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 13 orang (72,2%), diikuti dengan kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (16,7%). Analisis menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 3 sel (33,3%) expected count yang besarnya kurang dari 5.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.2 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.11
No 1 2
Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Umur (tahun) Total Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler < 40 40-64 ≥ 65 f % Mata Kanan (mmHg) f % f % f % ≤ 20 33 53,2 17 27,4 12 19,4 62 100 > 20 24 29,6 25 30,9 32 39,5 81 100 X2=9,682 df=2 p=0,008 Berdasarkan tabel 5.11 diatas menunjukkan bahwa tingkat keparahan tekanan
intraokuler mata kanan penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 33 orang (53,2%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun yaitu sebanyak 17 orang (27,4%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 32 orang (39,5%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun yaitu sebanyak 25 orang (30,9%). Berdasarkan analisis statistik chi-square diperoleh nilai p<0,05 artinya, terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.3 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.12
Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Umur (tahun) Total Tingkat Keparahan No Tekanan Intraokuler < 40 40-64 ≥ 65 f % Mata Kiri (mmHg) f % f % f % 1 ≤ 20 29 42,0 25 36,2 15 21,8 69 100 2 > 20 28 37,8 17 23,0 29 39,2 74 100 X2=5,828 df=2 p=0,054 Berdasarkan tabel 5.12 diatas menunjukkan bahwa tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 29 orang (42,0%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun yaitu sebanyak 25 orang (36,2%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun yaitu sebanyak 29 orang (39,2%), diikuti kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 28 orang (37,8%). Berdasarkan analisis statistik chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya, tidak terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi jenis kelamin penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.13
No 1 2 3
Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Kelamin Total Laki-laki Perempuan Jenis Glaukoma f % f % f % Glaukoma Primer 50 44,2 63 55,8 113 100 Glaukoma Sekunder 8 66,7 4 33,3 12 100 Glaukoma Absolut 4 22,2 14 77,8 18 100 2 X =5.965 df=2 p=0.051 Berdasarkan tabel 5.13 di atas menunjukkan bahwa penderita glaukoma
dengan jenis glaukoma primer terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 63 orang (55,8%), diikuti jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 50 orang (44,2%). Penderita dengan jenis glaukoma sekunder terbanyak pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 8 orang (66,7%), diikuti jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 4 orang (33,3%). Penderita dengan jenis glaukoma absolut terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 14 orang (77,8%), diikuti jenis laki-laki yaitu sebanyak 4 orang (22,2%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya, tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan jenis glaukoma.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.14
No 1 2
Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Kelamin Total Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Laki-laki Perempuan f % Mata Kanan (mmHg) f % f % ≤ 20 25 40,3 37 59,7 62 100 > 20 37 45,7 44 54,3 81 100 X2=0,410 df=1 p=0,610 Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa tingkat keparahan tekanan
intraokuler mata kanan penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 37 orang (59,7%), diikuti jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 25 orang (40,3%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 44 orang (54,3%), diikuti jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 37 orang (45,7%). Berdasarkan analisis statistik uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya, tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.6 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Proporsi jenis kelamin penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.15
No 1 2
Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Kelamin Total Tekanan Intraokuler Laki-laki Perempuan Mata Kiri (mmHg) f % f % f % ≤ 20 33 47,8 36 52,2 69 100 > 20 29 39,2 45 60,8 74 100 X2=1,085 df=1 p=0,316 Berdasarkan tabel 5.15 diatas menunjukkan bahwa tingkat keparahan tekanan
intraokuler mata kiri penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 orang (52,2%), diikuti jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (47,8%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 45 orang (60,8%), diikuti jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 29orang (39,2%). Berdasarkan analisis statistik uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 artinya, tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
5.10.7 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.16
No. 1 2 3
Perbedaan Distribusi Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan (mmHg) Jenis Glaukoma n SD x Primer 113 24,14 9,248 Sekunder 12 29,92 15,012 Absolut 18 30,56 13,156
Berdasarkan tabel 5.16 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 113 orang penderita glaukoma primer dengan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 24,14 mmHg (24 mmHg), terdapat 12 orang penderita glaukoma sekunder dengan tekanan intrakuler rata-rata pada mata kanan sebesar 29,92 mmHg (30 mmHg), terdapat 18 orang penderita glaukoma Absolut dengan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 30,56 mmHg (31 mmHg). Nilai probabilitas pada Test of Homogeneigy of Variances adalah 0,000 (<0,05), artinya varians berbeda sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan. 5.10.8 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel 5.17 :
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tabel 5.17
No. 1 2 3
Perbedaan Distribusi Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri (mmHg) Jenis Glaukoma n SD x Primer 113 23,07 7,984 Sekunder 12 28,25 9,176 Absolut 18 33,94 13,041
Berdasarkan tabel 5.17 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 113 orang penderita glaukoma primer dengan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 23,07 mmHg (23 mmHg), terdapat 12 orang penderita glaukoma sekunder dengan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 28,25 mmHg (28 mmHg), terdapat 18 orang penderita glaukoma absolut dengan tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 33,94 mmHg (34 mmHg). Nilai probabilitas pada Test of Homogeneigy of Variances adalah 0,001 (<0,05), artinya varians berbeda sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan. 5.10.9 Riwayat Penyakit Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi riwayat penyakit penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.18
No 1 2
Distribusi Proporsi Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Pada Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Jenis Glaukoma Total
Riwayat Penyakit Tidak Ada Ada
Glaukoma Primer
f 90 23
% 79,6 76,7
Glaukoma Sekunder
Glaukoma Absolut
f 10 2
f 13 5
% 8,9 6,6
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
% 11,5 16,7
f
%
113 30
100 100
Berdasarkan tabel 5.18 diatas menunjukkan bahwa penderita glaukoma yang tidak memiliki riwayat penyakit terbanyak pada jenis glaukoma primer yaitu sebanyak 90 orang (79,6%), diikuti jenis glaukoma absolut yaitu sebanyak 13 orang (11,5%). Penderita glaukoma yang memiliki riwayat penyakit terbanyak pada jenis glaukoma primer yaitu sebanyak 23 orang (76,7%), diikuti jenis glaukoma absolut yaitu sebanyak 5 orang (16,7%). Analisis menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) expected count yang besarnya kurang dari 5.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Sosiodemografi 6.1.1
Umur Proporsi penderita glaukoma berdasarkan umur di RSU Dr. Pirngadi Medan
tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
29.4% 39.9%
< 40 tahun >= 65 tahun 40 – 64 tahun
30.8%
Gambar 6.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Umur di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan berada pada kelompok umur < 40 tahun yaitu sebanyak 39,9% dan yang terkecil berada pada kelompok umur 40-65 tahun yaitu sebanyak 29,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Made Suratnasih (1996), yang melakukan studi retrospektif deskriptif di RSUP Dr. Kariadi Semarang, bahwa penderita glaukoma paling banyak pada umur kurang dari 40 tahun (40%).36
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.1.2
Jenis Kelamin Proporsi penderita glaukoma berdasarkan jenis kelamin di RSU Dr. Pirngadi
Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
43.4%
Perempuan Laki-laki
56.6%
Gambar 6.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.2 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56.6% dan laki-laki sebanyak 43.4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yunihartati S (1996), yang melakukan studi retrospektif di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, bahwa penderita glaukoma paling banyak pada jenis kelamin perempuan (70,6%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (29,4%).37 Glaukoma merupakan penyakit yang tidak memandang perbedaan jenis kelamin. Dalam penelitian ini jumlah penderita yang berjenis kelamin perempuan
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
lebih besar dibandingkan dari pada jumlah penderita berjenis kelamin laki-laki, hal ini disebabkan karena perempuan berisiko mengalami hipertensi pada saat kehamilan, terutama tiga bulan sebelum melahirkan dan pada saat mengkonsumsi pil kontrasepsi, serta pada saat terjadinya monopause, dimana hipertensi merupakan salah satu faktor risiko untuk terkena glaukoma.38 Penelitian ini didukung oleh data Departemen Kesehatan Indonesia (2004), yang mencatat penderita glaukoma pada pasien rawat inap paling banyak pada jenis kelamin perempuan (55,8%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (44,2%) dan pada pasien rawat jalan paling banyak berjenis kalamin perempuan (57%) dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki (43%).12 6.1.3
Suku Proporsi penderita glaukoma berdasarkan suku di RSU Dr. Pirngadi Medan
tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 40
37.7
35 Proporsi (%)
30 25
21 17.5
20
14
15 10 5
4.9
4.9
Minang
Dan Lainlain
0 Batak
Jawa
Tidak Tercatat
Melayu
Gambar 6.3 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Suku di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.3 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan terbanyak adalah suku Batak yaitu sebanyak 37,7%, dan yang paling sedikit adalah suku minang serta dan lain-lain yaitu masing-masing sebanyak 4,9%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bangun TM (2003), yang menggunakan desain case series di RS. H. Adam Malik Medan, bahwa penderita glaukoma paling banyak pada suku Batak (75%).30 Hal ini bukan berarti suku batak beresiko untuk menderita glaukoma namun erat kaitannya dengan jumlah pengunjung yang datang ke RSU. Dr. Pirngadi Medan adalah suku batak. 6.1.4
Agama Proporsi penderita glaukoma berdasarkan agama di RSU Dr. Pirngadi Medan
tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
24.5%
Islam Kristen
75.5%
Gambar 6.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Agama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.4 menunjukkan bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan terbanyak beragama Islam yaitu sebanyak 75,5%, dan yang paling kecil agama Kristen yaitu sebanyak 24,5%. Penyakit glaukoma tidak dipengaruhi oleh agama tertentu. Dalam penelitian ini jumlah agama Islam lebih besar daripada agama-agama yang lainnya. Hal ini bukan berarti agama Islam berisiko untuk menderita glaukoma namun erat kaitannya dengan jumlah pengunjung yang datang ke RSU. Dr. Pirngadi Medan adalah agama Islam. Penelitian ini didukung oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara tahun 2004, yang mencatat proporsi agama Islam menduduki urutan pertama yaitu 65,45%.39 6.1.5
Tingkat Pendidikan Proporsi penderita glaukoma berdasarkan tingkat pendidikan di RSU Dr.
Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 50 45
43.3
Proporsi (%)
40
34.3
35 30 25 20 15
10.5
10
9.1 2.8
5 0 Tidak Tercatat
SLTA / Sederajat
Akademi / PT
SLTP
Tidak Sekolah / SD
Gambar 6.5 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan yang tercatat terbanyak adalah SLTA/Sederajat 34,3%, Akademi/Perguruan Tinggi 10,5%, SLTP 9,1% dan yang terendah adalah yang berpendidikan Tidak Sekolah/SD yaitu sebanyak 2,8%, sedangkan yang tidak tercatat yaitu sebanyak 43,3%, Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bangun TM (2003), yang menggunakan desain case series di RS. H. Adam Malik Medan, bahwa penderita glaukoma paling banyak pada tingkat pendidikan SLTA/Sederajat (50%).30 6.1.6
Pekerjaan Proporsi penderita glaukoma berdasarkan pekerjaan di RSU Dr. Pirngadi
31.5 21 16.8 10.5
8.4
7
Dan lain-lain
Ibu Rumah Tangga
PNS / TNI / POLRI
Petani
Tidak Tercatat
3.5
1.4 Pelajar/Mahasiswa
15 10 5 0
Tidak Bekerja
35 30 25 20
Pegawai Swasta / Wiraswasta
Proporsi (%)
Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Pekerjaan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan yang tercatat terbanyak adalah pegawai swasta/wiraswasta
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
yaitu sebanyak 31,5%, petani 16,8%, tidak bekerja 10,5%, PNS/TNI/POLRI 8,4%, Ibu Rumah Tangga 7,0%, Dan lain-lain 3,5%, pelajar/mahasiswa 1,4%, sedangkan yang tidak tercatat pekerjaannya yaitu sebanyak 21,0%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Made Suratnasih (1996), yang melakukan penelitian secara deskriptif dan perspektif di delapan Kabupaten Propinsi Bali, yang menyatakan bahwa pekerjaan terbanyak penderita glaukoma adalah petani (31,67%), sedangkan pelajar/mahasiswa (7,67%).39 6.1.7
Status Perkawinan Proporsi penderita glaukoma berdasarkan status perkawinan di RSU Dr.
Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
23.1% Kawin Tidak Kawin
76.9%
Gambar 6.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Status Perkawinan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan yang berstatus kawin yaitu sebanyak 76,9% dan yang tidak
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
kawin sebanyak 23,1%. Penyakit glaukoma tidak dipengaruhi oleh status perkawinan. Dalam penelitian ini jumlah penderita yang berstatus kawin lebih besar daripada jumlah penderita yang tidak berstatus kawin, hal ini disebabkan karena terdapat 91,6% penderita glaukoma yang datang berkunjung ke RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 telah berusia dewasa atau ≥ 17 tahun (terlampir). 6.1.8
Tempat Tinggal Proporsi penderita glaukoma berdasarkan tempat tinggal di RSU Dr. Pirngadi
Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
13.3%
Dalam Kota Medan Luar Kota Medan
86.7%
Gambar 6.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tempat Tinggal di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.8 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan yang berasal dari dalam Kota Medan yaitu sebanyak 86,7% dan yang paling terkecil adalah berasal dari luar Kota Medan sebanyak 13,3%. Hal ini dikarenakan RSU. Dr. Pirngadi berada di tengah kota Medan, sehingga
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
masyarakat yang banyak memanfaatkan pelayanan RSU. Dr. Pirngadi Medan adalah yang bertempat tinggal di kota Medan dan RSU. Dr. Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan di kota Medan. 6.2 Umur Rata-rata Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Umur rata-rata penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 47,05 tahun (47 tahun), Standard Deviation (SD) 21,728 dengan nilai Coefisien of Variation 46,18% (>10%), yang menunjukkan bahwa umur rata-rata penderita glaukoma bervariasi dimana umur minimum 11 tahun dan maksimum 89 tahun. Glaukoma dapat terjadi pada semua golongan umur. Penelitian Bangun TM (2003), di RS. H. Adam Malik Medan, yang memperoleh umur rata-rata penderita glaukoma adalah 42,80 dengan umur termuda 16 tahun dan umur tertua 64 tahun.30
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.3 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama Penderita glaukoma berdasarkan keluhan utama di RSU Dr. Pirngadi Medan
41.2
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
41.2
16.7
16
12.5
10.4
Ha lo a
un ta h
Bu ta
ua lM
Ad an y
M
M
at a
Be ng ka k
M er ah at a
M Ke lo pa k
Sa kit
Ny er ip ad a
Ke pa la
2 M at a
Proporsi (%)
tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 6.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Keluhan Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.9 dapat dilihat bahwa keluhan utama pada penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan terbanyak adalah nyeri pada mata dan sakit kepala masing-masing dengan proporsi sebanyak 41,2%, mata merah 16,7%, kelopak mata bengkak 16,0%, buta 12,5%, mual muntah 10,4%, dan yang paling sedikit adalah adanya halo yaitu sebanyak 2,0%. 6.4 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar 6.10 :
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
8.4% 12.6% Glaukoma Primer Glaukoma Absolut Glaukoma Sekunder
79.0%
Gambar 6.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Dari gambar 6.10 diatas dapat dilihat bahwa proporsi jenis glaukoma terbanyak pada jenis glaukoma primer yaitu sebanyak 79,0% diikuti glaukoma absolut yaitu sebanyak 12,6% danyan paling sedikit adalah glaukoma sekunder yaitu sebanyak 8,4%. Hal ini dikarenakan pada jenis glaukoma primer, terjadi peninggian tekanan intraokuler (TIO) secara mendadak. Tekanan yang mendadak ini akan memberikan rasa sakit yang sangat di mata dan di kepala serta perasaan mual dan muntah, sehingga penderita jenis glaukoma primer akan segera mencari pelayanan kesehatan di rumah sakit.11 6.5 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan intraokuler biasanya mempunyai tekanan yang sama antara mata kanan dan mata kiri atau perbedaan yang ringan sebanyak 1-3 mmHg, bila mata
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
kanan dan mata kiri mempunyai tekanan intraokuler yang berbeda 3-5 mmHg atau lebih maka dapat dicurigai kemungkinan glaukoma. Proporsi tingkat keparahan penderita glaukoma dapat dilihat berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan dan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri, yakni sebagai berikut : 6.5.1
Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Proporsi penderita glaukoma berdasarkan tekanan intraokuler mata kanan di
RSU Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
> 20 mmHg
43.4%
<= 20 mmHg
56.6%
Gambar 6.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.11 dapat dilihat bahwa proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan terbanyak adalah > 20 mmHg yaitu sebesasr 56,6% dan yang terendah adalah ≤ 20 mmHg yaitu sebanyak 43,4%.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.5.2
Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Proporsi penderita glaukoma berdasarkan tngkat keparahan tekanan
intraokuler mata kiri di RSU Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada gambar 6.12 :
> 20 mmHg
48.3%
51.7%
<= 20 mmHg
Gambar 6.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.12 dapat dilihat bahwa proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan terbanyak adalah > 20 mmHg yaitu sebesasr 51,7% dan yang terendah adalah ≤ 20 mmHg yaitu sebanyak 48,3%. 6.6 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan dan Mata Kiri Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 25,43 mmHg (25 mmHg), Standard Deviation (SD) 10,582 dengan nilai Coefisien of Variation 41,61% (> 10%), menunjukkan
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
bahwa tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan penderita glaukoma bervariasi dimana tekanan intraokuler minimum 0 mmHg dan maksimum 79 mmHg. Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 adalah 24,87 mmHg (25 mmHg), Standard Deviation (SD) 10,582 dengan nilai Coefisien of Variation 41,61% (> 10%), menunjukkan bahwa tekanan intraokuler rata-rata pada mata kiri penderita glaukoma bervariasi dimana tekanan intraokuler minimum 8 mmHg dan maksimum 59 mmHg. 6.7 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Proporsi penderita glaukoma berdasarkan riwayat penyakit di RSU Dr. Pirngadi Medan dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
21.0% Tidak Ada Ada
79.0%
Gambar 6.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.13 dapat dilihat bahwa proporsi riwayat penyakit penderita glaukoma terbanyak adalah tidak memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 79,0% dan yang memiliki riwayat penyakit yaitu sebanyak 21,0%.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Seseorang yang tidak memiliki riwayat penyakit, bukan berarti tidak mempunyai risiko untuk terkena glaukoma. 6.8 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Riwayat Penyakit Proporsi penderita glaukoma yang memiliki riwayat penyakit berdasarkan jenis riwayat penyakit di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
2.8%
2.8%
Hipertensi Diabetes Mellitus Trauma
12.6%
Miopia
3.5%
Gambar 6.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Adanya Riwayat Penyakit di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.14 dapat dilihat bahwa proporsi adanya riwayat penyakit penderita glaukoma terbanyak adalah hipertensi yaitu sebanyak 56,7% diikuti dengan yang memiliki lebih dari satu riwayat penyakit yaitu sebanyak 3,4%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Magdalena C (2006), yang menggunakan desain case control di RSU. Dr. Soetomo Surabaya bahwa salah satu
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
faktor risiko penderita glaukoma adalah hipertensi. Penderita yang telah menderita hipertensi ≥ 5 tahun, berisiko mengalami glaukoma 4 kali lebih besar dibandingkan dengan yang telah menderita hipertensi < 5 tahun. 6.9 Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Proporsi penderita glaukoma berdasarkan penatalaksanaan medis di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
0%
Obat-obatan Operasi
100%
Gambar 6.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Glaukoma Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.15 dapat dilihat bahwa proporsi penderita glaukoma berdasarkan penatalaksanaan medis yang terbanyak adalah obat-obatan yaitu sebanyak 100%. Hal ini dikarenakan obat-obatan yang digunakan bukan untuk mengobati glaukoma, melainkan bertujuan untuk menjaga tekanan intraokuler agar tetap dalam keadaan normal sehingga tidak merusak saraf optik.11
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.10
Analisis Statistik
6.10.1 Umur Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 80 66.6
70
72.2
Proporsi (%)
60 50 40 30
46
< 40 tahun 40 - 64 tahun
33.6
>= 66 tahun 20.4
20
16.7 16.7
16.7 11.1
10 0 Glaukoma Primer
Glaukoma Sekunder
Glaukoma Absolut
Gambar 6.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.16 diatas dapat dilihat bahwa penderita glaukoma dengan jenis glaukoma primer terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun (46,0%), diikuti kelompok umur 40-60 tahun (33,6%). Penderita dengan jenis glaukoma sekunder terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun (66,6%), diikuti kelompok umur < 40 tahun dan 40-60 tahun (16,7%). Penderita dengan jenis glaukoma absolut terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun (72,2%) dan diikuti kelompok umur < 40 tahun (16,7%). Analisis menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 3 sel (33,3%) expected count yang besarnya kurang dari 5.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.10.2 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intrakuler mata kanan penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 60 53.2
Proporsi (%)
50 39.5
40 30 20
29.6 30.9
27.4
< 40 tahun 40-64 tahun >= 65 tahun
19.4
10 0 <= 20 mmHg
> 20 mmHg
Gambar 6.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.17 diatas dapat dilihat bahwa tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun (53,2%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun (27,4%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun (39,5%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun (30,9%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p<0,05 (p=0,008), artinya terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
mata kanan dengan umur penderita glaukoma. Proporsi penderita glaukoma pada umur < 40 tahun lebih banyak pada tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan ≤ 20 mmHg, sedangkan umur 40 – 64 tahun dan ≥ 65 tahun lebih banyak pada tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan > 20 mmHg. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa risiko terkena glaukoma akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur, dimana tekanan intraokuler seseorang demikian tinggi (> 20 mmHg). 11 6.10.3 Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Proporsi umur penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intrakuler mata kiri penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 45 40
42 39.2
37.8
36.2
Proporsi (%)
35 30 25
21.8
23
< 40 tahun 40-64 tahun
20
>= 65 tahun
15 10 5 0 <= 20 mmHg
> 20 mmHg
Gambar 6.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.18 dapat dilihat bahwa tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur < 40 tahun (42,0%), diikuti kelompok umur 40-64 tahun (37,8%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada kelompok umur ≥ 65 tahun (39,2%), diikuti kelompok umur < 40 tahun (36,2%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,054), artinya tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri dengan umur penderita glaukoma. Proporsi penderita glaukoma pada umur < 40 tahun, 40 – 64 tahun, maupun ≥ 65 tahun memiliki risiko yang sama untuk mengalami tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri ≤ 20 mmHg ataupun > 20 mmHg.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
6.10.4 Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Glaukoma Proporsi jenis kelamin penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 90 77.8
80 66.7
Proporsi (%)
70 55.8
60 50
44.2
40
Laki-laki Perempuan
33.3
30
22.2
20 10 0 Glaukoma Primer
Glaukoma Sekunder
Glaukoma Absolut
Gambar 6.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.19 di atas dapat dilihat bahwa penderita glaukoma dengan jenis glaukoma primer terbanyak pada jenis kelamin perempuan (55,8%), diikuti jenis kelamin laki-laki (44,2%). Penderita dengan jenis glaukoma sekunder terbanyak pada jenis kelamin laki-laki (66,7%), diikuti jenis kelamin perempuan (33,3%). Penderita dengan jenis glaukoma absolut terbanyak pada jenis kelamin perempuan (77,8%), diikuti jenis laki-laki (22,2%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,051), artinya tidak terdapat perbedaan antara jenis kelamin dengan jenis
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
glaukoma. penderita glaukoma laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengalami jenis glaukoma primer, sekunder ataupun absolut. 6.10.5 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan Proporsi jenis kelamin penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 70 59.7 60
54.3
Proporsi (%)
50
45.7 40.3
40
Laki-laki
30
Perempuan
20 10 0 <= 20 mmHg
> 20 mmHg
Gambar 6.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kanan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.20 dapat dilihat bahwa tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin perempuan (59,7%), diikuti jenis kelamin laki-laki (40,3%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin perempuan (54,3%), diikuti jenis kelamin laki-laki (45,7%).
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,522), artinya tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan dengan jenis kelamin penderita glaukoma. Proporsi penderita glaukoma pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengalami tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan ≤ 20 mmHg ataupun > 20 mmHg. 6.10.6 Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri Proporsi jenis kelamin penderita glaukoma berdasarkan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 70 60.8 60
Proporsi (%)
50
52.2 47.8 39.2
40
Laki-laki Perempuan
30 20 10 0 <= 20 mmHg
> 20 mmHg
Gambar 6.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Berdasarkan Tingkat Keparahan Tekanan Intraokuler Mata Kiri di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007 Berdasarkan gambar 6.21 menunjukkan bahwa tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma ≤ 20 mmHg terbanyak pada jenis kelamin
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
perempuan (52,2%), diikuti jenis kelamin laki-laki (47,8%). Tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri penderita glaukoma > 20 mmHg terbanyak jenis kelamin perempuan (60,8%), diikuti jenis kelamin laki-laki (39,2%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,298), artinya tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri dengan jenis kelamin penderita glaukoma. Proporsi penderita glaukoma pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk mengalami tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri ≤ 20 mmHg ataupun > 20 mmHg. 6.10.7 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma Tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
30.56
Jenis Glaukoma
Absolut
Sekunder
29.92
Primer
24.14
0
5
10
15
20
25
30
35
Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan (mmHg)
Gambar 6.22 Diagram Bar Perbedaan Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kanan Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.22 dapat dilihat bahwa penderita glaukoma primer mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 24,14 mmHg (24 mmHg). Penderita glaukoma sekunder mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 29,92 mmHg (30 mmHg). Penderita glaukoma absolut mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 30,56 mmHg (31 mmHg). Nilai probabilitas pada Test of Homogeneity of Variances adalah 0,000 (<0,05), artinya varians berbeda sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan. 6.10.8 Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma Tekanan intraokuler pada mata kiri berdasarkan jenis glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Jenis Glaukoma
Absolut
33.94
Sekunder
28.25
Primer
23.07
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri (mmHg)
Gambar 6.23 Diagram Bar Perbedaan Tekanan Intraokuler Rata-rata Pada Mata Kiri Berdasarkan Jenis Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.23 menunjukkan bahwa penderita glaukoma primer mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 23,07 mmHg (23 mmHg). Penderita glaukoma sekunder mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 28,25 mmHg (28 mmHg). Penderita glaukoma absolut mempunyai tekanan intraokuler rata-rata pada mata kanan sebesar 33,94 mmHg (34 mmHg). Nilai probabilitas pada Test of Homogeneity of Variances adalah 0,001 (<0,05), artinya varians berbeda sehingga uji Anova tidak dapat dilakukan. 6.10.9 Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Proporsi jenis glaukoma berdasarkan riwayat penyakit penderita glaukoma di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : 90
79.6
76.7
80
Proporsi (%)
70 60 Primer
50
Sekunder
40
Absolut
30 16.7
20 10
8.9
11.5 6.6
0 Tidak Ada
Ada
Gambar 6.24 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Glaukoma Berdasarkan Riwayat Penyakit Pada Penderita Glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Berdasarkan gambar 6.24 dapat dilihat bahwa penderita glaukoma yang tidak memiliki riwayat penyakit terbanyak pada jenis glaukoma primer (79,6%), diikuti jenis glaukoma absolut (11,5%). Penderita glaukoma yang memiliki riwayat penyakit terbanyak pada jenis glaukoma primer (76,7%), diikuti jenis glaukoma absolut (16,7%). Analisis menggunakan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) expected count yang besarnya kurang dari 5.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
BAB 7 KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan 7.1.1
Karakteristik penderita glaukoma di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi, paling banyak terdapat pada kelompok umur < 40 tahun (39,9%), jenis kelamin perempuan (56,6%), suku Batak (37,7%), agama Islam (75,5%), pendidikan tidak tercatat (43,3%), pekerjaan tidak tercatat (24,5%), status kawin (76,9%) dan di dalam Kota Medan (86,7%).
7.1.2
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan keluhan utama adalah nyeri pada mata dan sakit kepala (41,2%).
7.1.3
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan jenis glaukoma adalah glaukoma primer (79,0%)
7.1.4
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan riwayat penyakit adalah tidak ada riwayat penyakit (79,0%)
7.1.5
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan jenis riwayat penyakit adalah hipertensi (12,6%)
7.1.6
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan tekanan intraokuler adalah pada mata kanan > 20 mmHg (56,6%) dan pada mata kiri (51,7%)
7.1.7
Proporsi terbanyak penderita glaukoma berdasarkan penatalaksanaan medis adalah obat-obatan (100,0%)
7.1.8
Terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan (p=0,008)
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
7.1.9
tidak terdapat perbedaan proporsi umur dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri (p=0,054)
7.1.10 Tidak terdapat perbedaan proporsi antara jenis kelamin penderita glaukoma dengan jenis glaukoma (p=0,051) 7.1.11 Tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan (p=0,522) 7.1.12 Tidak terdapat perbedaan proporsi jenis kelamin dengan tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri (p=0,298) 7.1.13 Tidak terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kanan dengan jenis glaukoma (p=0,347) 7.1.14 Terdapat perbedaan proporsi tingkat keparahan tekanan intraokuler mata kiri dengan jenis glaukoma (p=0,046) 7.2 Saran 7.2.1
Diharapkan kepada pihak RSU. Dr. Pirngadi Medan untuk mengadakan penyuluhan kepada penderita yang mempunyai jenis riwayat penyakit hipertensi tentang penyakit glaukoma agar dapat segera memeriksakan matanya ke rumah sakit untuk mencegah terjadinya kerusakan saraf optik yang lebih lanjut.
7.2.2
Diharapkan kepada pihak RSU. Dr. Pirngadi Medan untuk melengkapi sistem pencatatan kartu stastus penderita glaukoma terutama pendidikan dan pekerjaan.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI, 1992. Undang-undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1992 Bab V Pasal 10. Jakarta. 2. Depkes RI, 1998. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta. 3. Jakarta Eye Center, 2008. JEC Glaucoma Center. http://www.jakarta-eye-center.com/default.asp? 4. WHO, 2008. Global Trends in the Magnitude of Blindness and Visual Impainment. http://www.who.int/topics/blindness/en/&sn=x&oi=translate. 5. Sianturi, G, 2004. Angka Kebutaan di Indonesia Tertinggi di Asia Tenggara. http://www.gizi.net/eng/index.shtml 6. Maria, N, Talka, T, 2007. Oftalmologi Sosial. http://www.lib.fkuii.org/index.php?option=dokumen&task=doc_download 7. PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), 2008. Glaukoma, Kuncimya Deteksi Dini. Malang. http://www.klikpdpi.com/modules.php? 8. WHO, 2008. Cause of Blindness and Visual http://www.who.int?topics/blindness/en/&sa=x&oi=translate.
Impairment.
9. PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), 2008. Diabetes Picu Glaukoma Neovaskuler. Malang. http://www.klikpdpi.com/modules.php? 10. Depkes RI, 2007. Setiap Menit Satu Anak di Dunia akan Manjadi Buta. http://www.depkes.go.id/index.php? 11. Ilyas, S, 2007. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi III. Penerbit CV. Sagung Seto. Jakarta. 12. Depkes RI, 2004. Distribusi Penyakit Mata dan Adneksa Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan Menurut Sebab Sakit di Indonesia Tahun 2004. http://bankdata.depkes.go.id/data%20intranet/sharing%20folder/ditjen%20yan medik/seri%203/tabels. 13. Sumantri, I, 2008. Deteksi Kebutaan. http://kurniawandwijayanto.blogspot.com/2008/05/deteksi-kebutaan.html. 14. Medicastore (Apotik Online dan Media Informasi Obat – Penyakit), 2006. Obat Mata. http://www.medicastore.com/obat_mata/index.htm.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
15. Ilyas, S, 2001. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi). Edisi II. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 16. Radjamin, dkk,1993. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedoteran. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. 17. Ilyas, S, 1989. Masalah Kesehatan Mata Anda dalam Pertanyaanpertanyaan. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 18. Youngson, R, 1995. Penyakit Mata. Penerbit Arcan. Jakarta. 19. Vaughan, D, Asbury, T,1996. Oftalmologi Umum. Alih bahasa : Waliban. Penerbit Widya Medika. Jakarta. 20. Ilyas, S, 1999. Ilmu Penyakit Mata. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 21. Misbach, J, 1999. Neuro-Oftalmologi Pemeriksaan Klinis dan Interpretasi. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 22. Ramatjandra, Ilyas, S, 1991. Klasifikasi dan Diagnostik Banding Penyakitpenyakit Mata. Penerbit Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia. Jakarta. 23. Ilyas, S, 2003. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi II. Penerbit Fakultas kedoteran Universitas Indonesia. Jakarta. 24. Elkinton, AR, 1996. Petunjuk Penting Kelainan Mata. Penerbit PT Khaw. Jakarta. 25. Depkas RI, 2007. Jenis-jenis Glaukoma. http://www.litbang.depkes.go.id/index.htm. 26. Ilyas, S, dkk, 2003. Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan III. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 27. Ilyas, S, 2000. Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 28. Saaddine, dkk, 2002. Prevalence of Visual Impairment and Selected Eye Diseases Among Persons Aged ≥ 50 Years With and Without Diabetes. http://www.cdc.gov/health/disease.htm 29. Satiza, O, 2002. Tekanan Intraokular pada Penderita Miopi Ringan dan Miopi Sedang. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
30. Bangun, TM, 2003. Perubahan Pupil Cycle Time pada Penderita Glaukoma Simpleks. Penerbit Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 31. Magdalena, C, 2006. Besar Risiko Kejadian Glaukoma Pada Penderita Hipertensi di Rumah Sakit Umum DR. Soetomo. http://
[email protected] 32. PERDAMI (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia), 2008. Peringatan Hari Glaukoma Sedunia. http://www.perdami.or.id/2008/index.php 33. Schachat, A, 1994. Oftalmologi. Alih bahasa : Waliban. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 34. Beaglehole, R, Bonita, R, Kjellstrom, T, 1997. Dasar-dasar Epidemiologi. Alih Bahasa : Adi Heru Sutomo. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 35. RSU. Dr. Pirngadi Medan, 2006. Propil RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2006. Medan 36. Suratnasih, M, 1996. Pola Distribusi Penyakit Mata di RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Ophthalmologica Indonesiana, Vol. 16, No. 3. 37. Yunihartati, S, 1996. Trabekulektomi pada penderita glaucoma di RSUP. Dr. Sardjito. Ophthalmologica Indonesiana, Vol. 16, No. 4. 38. Soeharto, I, 2004. Serangan Jantung dan Stroke Hubungannya dengan Lemak dan Kolesterol. Edisi II. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 39. Susila, N, 1996. Prevalensi Kebutaan dan Pola Penyakit Mata di Delapan Kabupaten di Propinsi Bali. Ophthalmologica Indonesiana, Vol. 16, No. 3.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Lampiran 2
Frequency Table Umur Penderita Glaukoma
Valid
< 40 tahun 40 - 64 tahun >= 65 tahun Total
Frequency 57
Percent 39.9
Valid Percent 39.9
Cumulative Percent 39.9
42
29.4
29.4
69.2
44
30.8
30.8
100.0
143
100.0
100.0
Umur Dewasa Penderita Glaukoma
Frequency Valid
< 17 tahun >= 17 tahun Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
8.4
8.4
8.4
131
91.6
91.6
100.0
143
100.0
100.0
Jenis Kelamin Penderita Glaukoma
Valid
Laki-laki Perempu an Total
Frequency 62
Percent 43.4
Valid Percent 43.4
Cumulative Percent 43.4
81
56.6
56.6
100.0
143
100.0
100.0
Suku Penderita Glaukoma
Valid
Batak
Frequency 54
Percent 37.8
Valid Percent 37.8
Cumulative Percent 37.8
Jawa
30
21.0
21.0
58.7
Melayu
20
14.0
14.0
72.7
Minang
7
4.9
4.9
77.6
7
4.9
4.9
82.5
25
17.5
17.5
100.0
143
100.0
100.0
Dan Lainlain Tidak Tercatat Total
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Agama Penderita Glaukoma
Valid
Islam
Frequency 108
Percent 75.5
Valid Percent 75.5
Cumulative Percent 75.5
35
24.5
24.5
100.0
143
100.0
100.0
Kristen Total
Pendidikan Penderita Glaukoma
Frequency Valid
Tidak Sekolah / SD SLTP SLTA / Sederajat Akademi / Perguruan Tinggi Tidak Tercatat Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
4
2.8
2.8
2.8
13
9.1
9.1
11.9
49
34.3
34.3
46.2
15
10.5
10.5
56.6
62
43.4
43.4
100.0
143
100.0
100.0
Pekerjaan Penderita Glaukoma
Frequency Valid
PNS / TNI / POLRI Pegawai Swasta / Wiraswasta Pelajar / Mahasiswa Petani Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja Dan Lain-lain Tidak Tercatat Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
12
8.4
8.4
8.4
45
31.5
31.5
39.9
2
1.4
1.4
41.3
24
16.8
16.8
58.0
10
7.0
7.0
65.0
15
10.5
10.5
75.5
5
3.5
3.5
79.0 100.0
30
21.0
21.0
143
100.0
100.0
Status Perkawinan Penderita Glaukoma
Valid
Kawin Tidak Kawin Total
Frequency 110
Percent 76.9
Valid Percent 76.9
Cumulative Percent 76.9
33
23.1
23.1
100.0
143
100.0
100.0
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tempat Tinggal
Frequency Valid
Dalam Kota Medan Luar Kota Medan Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
124
86.7
86.7
86.7
19
13.3
13.3
100.0
143
100.0
100.0
Descriptives
Umur Penderita Glaukoma
Statistic 47.05
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
5% Trimmed Mean
Std. Error 1.817
43.46 50.64 47.06
Median
49.00
Variance
472.103
Std. Deviation
21.728
Minimum
11
Maximum
89
Range
78
Interquartile Range
44
Skewness Kurtosis
-.093
.203
-1.362
.403
Keluhan Utama
Frequency Valid
Nyeri Pada Mata Sakit Kepala Kelopak Mata Bengkak Mata Merah Adanya Halo Mual dan muntah Buta > 1 Keluhan Utama Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
12
8.4
8.4
8.4
21
14.7
14.7
23.1
11
7.7
7.7
30.8
16
11.2
11.2
42.0
3
2.1
2.1
44.1
4
2.8
2.8
46.9
18
12.6
12.6
59.4
58
40.6
40.6
100.0
143
100.0
100.0
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Kombinasi Keluhan Utama
Frequency Valid
Nyeri pada mata dan sakit kepala
Valid Percent
Cumulative Percent
27
18.9
46.6
46.6
12
8.4
20.7
67.2
8
5.6
13.8
81.0
Sakit kepala dan mual muntah
11
7.7
19.0
100.0
Total
58
40.6
100.0
Nyeri pada mata dan kelopak mata bengkak Nyeri pada mata dan mata merah
Missing
Percent
System
Total
85
59.4
143
100.0
Jenis Glaukoma
Frequency Valid
Glaukoma Primer Glaukoma Sekunder Glaukoma Absolut Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
113
79.0
79.0
79.0
12
8.4
8.4
87.4
18
12.6
12.6
100.0
143
100.0
100.0
Tekanan Intraokular Mata Kanan
Frequency Valid
<= 20 mmHg > 20 mmHg Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
62
43.4
43.4
43.4
81
56.6
56.6
100.0
143
100.0
100.0
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Descriptives
Tekanan Intraokular Mata Kanan
Statistic 25.43
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
Std. Error .885
23.69
Upper Bound
27.18
5% Trimmed Mean
24.56
Median
22.00
Variance
111.984
Std. Deviation
10.582
Minimum
0
Maximum
79
Range
79
Interquartile Range
12
Skewness
1.671
.203
Kurtosis
4.499
.403
Tekanan Intraokular Mata Kiri
Frequency Valid
<= 20 mmHG > 20 mmHg Total
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
69
48.3
48.3
48.3
74
51.7
51.7
100.0
143
100.0
100.0
Descriptives
Tekanan Intraokular Mata Kiri
Statistic 24.87
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound Upper Bound
23.30 26.45
5% Trimmed Mean
24.09
Median
22.00
Variance Std. Deviation
Std. Error .798
91.139 9.547
Minimum
8
Maximum
59
Range
51
Interquartile Range
7
Skewness
1.399
.203
Kurtosis
1.443
.403
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Riwayat Penyakit
Frequency Valid
Tidak Ada Ada Total
Percent
113
Cumulative Percent
Valid Percent
79.0
79.0
79.0 100.0
30
21.0
21.0
143
100.0
100.0
Jenis Riwayat Penyakit
Frequency Valid
Diabetes Melitus Hipertensi
Valid Percent
Cumulative Percent
4
2.8
13.3
13.3
17
11.9
56.7
70.0
Trauma
4
2.8
13.3
83.3
Myopia
4
2.8
13.3
96.7
1
.7
3.3
100.0
100.0
> Diabetes + Hipertensi Total Missing
Percent
System
Total
30
21.0
113
79.0
143
100.0
Penatalaksanaan Medis
Frequency Valid
Obatobatan
143
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Cumulative Percent 100.0
Crosstabs Jenis Glaukoma * Umur Penderita Glaukoma Crosstabulation Umur Penderita Glaukoma Jenis Glaukoma
Glaukoma Primer
< 40 tahun
40 - 64 tahun
>= 65 tahun
52
38
23
113
45.0
33.2
34.8
113.0
46.0%
33.6%
20.4%
100.0%
91.2%
90.5%
52.3%
79.0%
36.4%
26.6%
16.1%
79.0%
Count Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Umur Penderita Glaukoma % of Total
Glaukoma Sekunder
Count
2
2
8
12
4.8
3.5
3.7
12.0
16.7%
16.7%
66.7%
100.0%
3.5%
4.8%
18.2%
8.4%
1.4%
1.4%
5.6%
8.4%
Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Umur Penderita Glaukoma % of Total Glaukoma Absolut
Count
3
2
13
18
7.2
5.3
5.5
18.0
16.7%
11.1%
72.2%
100.0%
5.3%
4.8%
29.5%
12.6%
2.1%
1.4%
9.1%
12.6%
Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Umur Penderita Glaukoma % of Total Total
Count
57
42
44
143
57.0
42.0
44.0
143.0
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Umur Penderita Glaukoma % of Total
Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 27.586(a) 25.900 17.483
4 4
Asymp. Sig. (2-sided) .000 .000
1
.000
df
143
a 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.52.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tekanan Intraokular Mata Kanan * Umur Penderita Glaukoma Crosstabulation Umur Penderita Glaukoma Tekanan Intraokular Mata Kanan
<= 20 mmHg
40 - 64 tahun
% within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Umur Penderita Glaukoma % of Total
33
17
12
62
24.7
18.2
19.1
62.0
53.2%
27.4%
19.4%
100.0%
57.9%
40.5%
27.3%
43.4%
23.1%
11.9%
8.4%
43.4%
24
25
32
81
32.3
23.8
24.9
81.0
29.6%
30.9%
39.5%
100.0%
42.1%
59.5%
72.7%
56.6%
16.8%
17.5%
22.4%
56.6%
Count Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Umur Penderita Glaukoma % of Total
Total
>= 65 tahun
Count
Expected Count
> 20 mmHg
Total
< 40 tahun
Count
57
42
44
143
57.0
42.0
44.0
143.0
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Umur Penderita Glaukoma % of Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 9.682(a) 9.861 9.562
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .008 .007
1
.002
df
143
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.21.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tekanan Intraokular Mata Kiri * Umur Penderita Glaukoma Crosstabulation Umur Penderita Glaukoma < 40 tahun Tekanan Intraokular Mata Kiri
<= 20 mmHG
29
25
15
69
27.5
20.3
21.2
69.0
% within Tekanan Intraokular Mata Kiri
42.0%
36.2%
21.7%
100.0%
% within Umur Penderita Glaukoma
50.9%
59.5%
34.1%
48.3%
% of Total
20.3%
17.5%
10.5%
48.3%
Count
28
17
29
74
29.5
21.7
22.8
74.0
% within Tekanan Intraokular Mata Kiri
37.8%
23.0%
39.2%
100.0%
% within Umur Penderita Glaukoma
49.1%
40.5%
65.9%
51.7%
% of Total
19.6%
11.9%
20.3%
51.7%
Expected Count
Total
Total
>= 65 tahun
Count
Expected Count
> 20 mmHg
40 - 64 tahun
Count
57
42
44
143
57.0
42.0
44.0
143.0
% within Tekanan Intraokular Mata Kiri
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
% within Umur Penderita Glaukoma
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
39.9%
29.4%
30.8%
100.0%
Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.828(a) 5.909 2.379
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .054 .052
1
.123
df
143
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.27.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Jenis Glaukoma * Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Crosstabulation Jenis Kelamin Penderita Glaukoma
Jenis Glaukoma
Glaukoma Primer
Count Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Glaukoma Sekunder
Count Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Glaukoma Absolut
Count Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Total
Count Expected Count % within Jenis Glaukoma % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Total
Laki-laki 50
Perempuan 63
113
49.0
64.0
113.0
44.2%
55.8%
100.0%
80.6%
77.8%
79.0%
35.0%
44.1%
79.0%
8
4
12
5.2
6.8
12.0
66.7%
33.3%
100.0%
12.9%
4.9%
8.4%
5.6%
2.8%
8.4%
4
14
18
7.8
10.2
18.0
22.2%
77.8%
100.0%
6.5%
17.3%
12.6%
2.8%
9.8%
12.6%
62
81
143
62.0
81.0
143.0
43.4%
56.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
43.4%
56.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5.965(a) 6.210 2.091
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .051 .045
1
.148
df
143
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tekanan Intraokular Mata Kanan * Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Crosstabulation Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Laki-laki Tekanan Intraokular Mata Kanan
<= 20 mmHg
% within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
25
37
62
26.9
35.1
62.0
40.3%
59.7%
100.0%
40.3%
45.7%
43.4%
17.5%
25.9%
43.4%
37
44
81
35.1
45.9
81.0
45.7%
54.3%
100.0%
59.7%
54.3%
56.6%
25.9%
30.8%
56.6%
62
81
143
62.0
81.0
143.0
43.4%
56.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
43.4%
56.6%
100.0%
Count Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Total
Perempuan
Count
Expected Count
> 20 mmHg
Total
Count Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kanan % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .522
.221
1
.638
.411
1
.521
Value .410(b)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (2-sided)
.610 .407
1
Exact Sig. (1-sided)
.319
.523
N of Valid Cases
143 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.88.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Tekanan Intraokular Mata Kiri * Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Crosstabulation Jenis Kelamin Penderita Glaukoma Laki-laki Tekanan Intraokular Mata Kiri
<= 20 mmHG
% within Tekanan Intraokular Mata Kiri % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total Count Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kiri % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total Total
Perempuan
Count
Expected Count
> 20 mmHg
Total
Count Expected Count % within Tekanan Intraokular Mata Kiri % within Jenis Kelamin Penderita Glaukoma % of Total
33
36
69
29.9
39.1
69.0
47.8%
52.2%
100.0%
53.2%
44.4%
48.3%
23.1%
25.2%
48.3%
29
45
74
32.1
41.9
74.0
39.2%
60.8%
100.0%
46.8%
55.6%
51.7%
20.3%
31.5%
51.7%
62
81
143
62.0
81.0
143.0
43.4%
56.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
43.4%
56.6%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correction(a) Likelihood Ratio
1
Asymp. Sig. (2-sided) .298
.761
1
.383
1.085
1
.297
Value 1.085(b)
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Exact Sig. (2-sided)
.316 1.077
1
Exact Sig. (1-sided)
.191
.299
N of Valid Cases
143 a Computed only for a 2x2 table b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 29.92.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
Oneway Descriptives Tekanan Intraokular Mata Kanan
Glaukoma Primer
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 22.42 25.87
Mean
113
24.14
9.248
.870
12
29.92
15.012
4.334
20.38
39.45
18
30.56
13.156
3.101
24.01
143
25.43
10.582
.885
23.69
Glaukoma Sekunder Glaukoma Absolut Total
Std. Deviation
N
Minimum
Maximum
7
79
0
59
37.10
14
50
27.18
0
79
Test of Homogeneity of Variances Tekanan Intraokular Mata Kanan Levene Statistic 8.730
df1
df2 2
Sig. .000
140
ANOVA Tekanan Intraokular Mata Kanan Sum of Squares 901.507
Between Groups
df 2
Mean Square 450.753 107.145
Within Groups
15000.279
140
Total
15901.785
142
F 4.207
Sig. .017
Descriptives Tekanan Intraokular Mata Kiri
Glaukoma Primer
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
7.984
.751
95% Confidence Interval for Mean Lower Upper Bound Bound 21.58 24.56
113
23.07
Glaukoma Sekunder
12
28.25
9.176
2.649
22.42
Glaukoma Absolut
18
33.94
13.041
3.074
27.46
143
24.87
9.547
.798
23.30
Total
50
34.08
19
37
40.43
14
59
26.45
8
59
Tekanan Intraokular Mata Kiri df1
df2 2
140
Maximum
8
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic 7.868
Minimum
Sig. .001
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008
ANOVA Tekanan Intraokular Mata Kiri
Between Groups
Sum of Squares 1985.106
df 2
Mean Square 992.553 78.262
Within Groups
10956.628
140
Total
12941.734
142
F 12.682
Sig. .000
Crosstabs Riwayat Penyakit * Jenis Glaukoma Crosstabulation
Riwayat Penyakit
Tidak Ada
Jenis Glaukoma Glaukoma Glaukoma Glaukoma Primer Sekunder Absolut 90 10 13
Count Expected Count
9.5
14.2
113.0
79.6%
8.8%
11.5%
100.0%
79.6%
83.3%
72.2%
79.0%
62.9%
7.0%
9.1%
79.0%
23
2
5
30
23.7
2.5
3.8
30.0
76.7%
6.7%
16.7%
100.0%
20.4%
16.7%
27.8%
21.0%
16.1%
1.4%
3.5%
21.0%
113
12
18
143
113.0
12.0
18.0
143.0
79.0%
8.4%
12.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
79.0%
8.4%
12.6%
100.0%
Count Expected Count % within Riwayat Penyakit % within Jenis Glaukoma % of Total
Total
Count Expected Count % within Riwayat Penyakit % within Jenis Glaukoma % of Total
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value .663(a) .637 .415
113
89.3
% within Riwayat Penyakit % within Jenis Glaukoma % of Total Ada
Total
2 2
Asymp. Sig. (2-sided) .718 .727
1
.519
df
143
a 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.52.
Henny Mahrani Hsb : Karakteristik Penderita Glaukoma Di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007, 2009 USU Repository © 2008