HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH PADA PELAKU USAHARUMAH MAKAN DI KELURAHAN BAHU KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Janis Anugerah Mikhael Warouw* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Minyak jelantah adalah minyak goreng yang digunakan secara berulang kali (≥2 kali) tanpa penambahan minyak yang baru. Minyak goreng digunakan berulang kali (minyak jelantah) akan mengalami oksidasi. Hal ini bisa menyebabkan iritasi saluran pencernaan, diare dan kanker. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah para pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Sampel sebesar 60 responden. Data diperoleh menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 orang (35%), responden yang memiliki sikap baik sebanyak 24 orang (40%) dan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 17 orang (34%). Berdasarkan analisis bivariat, terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,003) dan terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,000). Pengetahuan responden tentang penggunaan minyak jelantah responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 23 orang (38 %) dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang (62 %). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah. Sikap responden tentang penggunaan minyak jelantah yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 32 orang (53 %) dan responden yang memiliki sikap tidak baik yaitu sebanyak 28 orang (47 %). Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah. Kata kunci: Minyak jelantah, Pelaku Usaha Rumah Makan, Pengetahuan, Sikap, Tindakan
ABSTRACT Jelantah oil is cooking oil that was used repeatedly (≥ 2 times) without adding new oil. Cooking oil that was used repeatedly (jelantah oil) will be oxidation. This is can cause digestive tract, diarrhea and cancer. Besides, cooking oil will also undergo rancidity until damaging the texture and taste of food ingredients in cooking. The purpose of this research was to know the relationship between knowledge and attitude with the behavior of using jelantah oil at the small foodshop agents in Bahu, Malalayang subdistrict of Manado. This research was analitycal survey with cross sectional study design. The population in this research was all the small foodshop agents in Bahu Malalayang subdistrict of Manado. The sample was 60 respondents with consideration that it fills the criteria of the big sample was ≥ 40. The data received by using questioner. Data processing by using Fisher’s Exact test with trust degree 95 % and α = 0.05. Showed that the respondents who have good knowledge was 21 persons (35%), the respondents who have good attitude was 24 persons (40%) and the respondents who have good behavior was 17 persons (34%). Based on the bivariat test, there were relationship between knowledge and behavior in using jelantah oil at the small foodshop agents in Bahu Malalayang subdistrict of Manado, it was p = 0.003 and there were relationship between attitude with the behavior of using jelantah oil at the small foodshop agents in Bahu Malalayang subdistrict of Manado, it was p = 0.000. The respondents knowledge about using jelantah oil respondent who have not good knowledge was 23 persons (38%) and who have good knowledge was 37 persons (62%). There were relationship between knowledge with the behavior of using jelantah oil. Respondents attitude about using of jelantah oil who have good attittude was 32 persons (53 %) and respondents who does not have was 28 persons (47 %). There were relationships between attitude with behavior of using jelantah oil. Key word : Jelantah oil, The small foodshop agents, knowledge, attitude, behavior.
1
PENDAHULUAN Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar, biasanya digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng diperoleh dari hasil tahap akhir proses pemurnian minyak dan terdiri atas beragam jenis senyawa trigliserida (Kusnandar, 2010). Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan yang digoreng (Muchtadi, 2013).Jenis dan jumlah minyak goreng yang dikonsumsi sehari – hari sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Minyak goreng yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah yang berbahan baku minyak sawit (>70 %), diikuti dengan minyak kelapa (Lin, 2011) Oleh karena itu penggunaan minyak goreng seringkali digunakan dalam pengolahan bahan makanan yang digoreng (Fransiska, 2010). Masyarakat Indonesia biasanya menggunakan cara deep frying dalam menggoreng bahan makanan, yaitu dengan merendam seluruh bahan makanan dalam minyak panas. Dengan cara tersebut, akan diperoleh minyak goreng bekas. Minyak goreng bekas tersebut biasanya akan digunakan kembali dalam menggoreng bahan makanan yang lain atau dengan tanpa menambah sedikit minyak goreng yang baru pada minyak goreng bekas (Lin, 2011).Minyak goreng yang digunakan berulang kali (>2 kali) tanpa penambahan minyak goreng baru, biasanya disebut minyak jelantah (Fransiska, 2010). Pelaku usaha rumah makan memegang peran penting dalam pemenuhan kebutuhan makan. Seluruh bahan makanan sehari – hari biasanya diolah oleh ibu rumah tangga. Pengolahan makanan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga biasanya dilakukan dengan proses menggoreng, merebus, menumis dan olahan lainnya. Kenaikan harga bahan sembako setiap tahunnya membuat ibu rumah tangga berpikir ulang untuk mengelola
keuangan keluarga. Harga minyak goreng yang semakin membumbung tinggi membuat ibu rumah tangga sebagai pelaku usaha rumah makan untuk menghemat pemakaian minyak goreng. Salah satu cara yangpelaku usaha rumah makan adalah dengan menggunakan minyak goreng berulang kali tanpa mengetahui akibat yang akan ditimbulkan (Fransiska, 2010). Kebanyakan pelaku usaha rumah makansering melakukan penggorengan bahan makanan dengan cara terputus – putus, artinya minyak yang sudah terpakai didinginkan dan kemudian digunakan lagi untuk menggoreng bahan pangan lainnya. Pengetahuan masyarakat mengenai kolesterol dengan penggunaan minyak jelantah masih kurang, data ini didapatkan melalui observasi langsung kemasyarakat penggunaan minyak jelantah masih sering dilakukan, banyak ibu rumah tangga menggunakannya berkali-kali. (Nadirawati, 2010) METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain cross sectional study. Seluruh pelaku usaha rumah makan yang berada pada Kelurahan Bahu, yaitu 60 pelaku usaha rumah makan. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode totally sampling. Totally sampling adalah metode pengambilan sampel yang ditentukan berdasarkan besaran populasi yang akan diteliti. Instrumen penelitian alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang sudah ada dan telah di uji validitas dan realibilitas pada sebelumnya, dan meliputi kuesioner yang berisi identitas responden dan pertanyaan – pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan penggunaan minyak jelantah.Analisis data meliputi analisis univariat dan analisis bivariat
2
menggunakan Uji Chi Square dengan = 0,05. HASIL dan PEMBAHASAN Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang tidak dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak keluar (Notoatmodjo, 2011). Hasil penelitian karakteristik responden pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tamat SMA/Sederajat yaitu sebanyak 46 orang (77%) dan tingkat pendidikan responden yang paling sedikit ada dua tingkatan yaitu SMP yang sebanyak 7 orang (12%) dan juga tingkatan yang kedua yaitu Sarjana/Diploma yang sebanyak 7 orang (12%) juga. Apabila dilihat dari segi umur responden dapat diketahui bahwa responden yang berumur 2125 tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 orang (8%). Responden yang berumur 26-30 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 orang (7%), dan pengetahuan tidak baik sebanyak 5 orang (8%). Responden yang berumur 32-37 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 6 orang (10%), dan pengetahuan tidak baik adalah 4 orang (7%). Responden yang berumur 38-42 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 7 orang (12%), pengetahuan tidak baik sebanyak 4 orang (7%). Responden yang berumur 43-49 tahun yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 7 orang (12%), pengetahuan tidak baik sebanyak 3 orang (5%). Responden yang berumur 50-55 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 4 orang (7%), pengetahuan tidak baik sebanyak 3 orang (5%). Responden yang berumur 57-70 tahun yang memiliki pengetahuan baik adalah 3 orang (5%), dan pengetahuan tidak baik adalah 4 orang (7%). Dan responden yang terakhir berumur 75 tahun yang memiliki pengetahuan baik adalah 1 orang (2%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).Penggunaan minyak jelantah untuk menggoreng bahan makanan berprotein, akan menurunkan nilai gizi proteinnya, bahkan minyak jelantah yang sudah terlalu lama digunakan dapat membahayakan kesehatan tubuh, karena banyak mengandung senyawa peroksida (radikal) serta asam lemak trans (Muchtadi, 2013). Pengetahuan Responden terhadap Penggunaan Minyak Jelantah Hasil penelitian uji univariat terhadap responden memiliki pengetahuan baik sebanyak 37 orang (62%), dan responden yang memiliki pengetahuan tidak baik sebanyak 23 orang (38%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lin, 2011) karakteristik pengetahuan, sikap dan tindakan penjual gorengan tentang penggunaan minyak goreng dikawasan kampus universitas sumatera utara medan pada tahun 2011 yaitu pengetahuan penjual gorengan berdasarkan hasil wawancara mengenai penggunaan minyak goreng hanya 21 orang (67 %) penjual gorengan yang memiliki pengetahuan baik, 10 orang (32%) memiliki pengetahuan cukup. Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga tentang penggunaan minyak goreng berulang kali dikelurahan kleak kecamatan malalayang kota manado yaitu hasil penelitiannya berada pada kategori pengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%), pengetahuan cukup sebanyak 14 orang (28%) dan pengetahuan tidak cukup sebanyak 5 orang (10%). Hasil penelitian ini juga sama yang dilakukan oleh (Nadirawati, 2010) pengetahuan, sikap dan tindakan yang menunjukkan bahwa penggunaan minyak jelantah umumnya berada pada kategori baik sebanyak 9 orang (9,6%), responden yang 3
berkategori cukup sebanyak 36 orang (38,2%), dan yang berkategori kurang 49 orang (52,1%).Untuk mengukur tahu tentang sesuatu, dapat menyebutkan dan menanyakan mengenai hal tersebut sedangkan tingkat memahami adalah kemampuan mengingat dan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan dengan benar. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Pengetahuan sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2011). Sikap Responden terhadap Penggunaan Minyak Jelantah Hasil penelitian uji univariat responden terhadap sikap penggunaan minyak jelantah, dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sikap baik sebanyak 32 orang (53%), responden yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 28 orang (47%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lin, 2011) tentang karakteristik pengetahuan sikap dan tindakan penjual gorengan tentang penggunaan minyak goreng dikawasan kampus universitas sumatera utara medan sikap yang baik tentang penggunaan minyak goreng sebanyak 20 orang (64,5%). Sebagaian kecil lagi memiliki sikap yang sedang tentang penggunaan minyak goreng yaitu sebanyak 11 orang (35,5%). Tidak ada responden yang memiliki sikap kurang tentang penggunaan minyak goreng. Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Amelia, 2010) tentang karakteristik pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan minyak goreng dan program pengumpulan minyak jelantah dikota bogor yang berkategori netral sebanyak 117 orang (97,5%) dan responden yang berkategori positif sebanyak 3 orang (2,5%). Hasil penelitian ini sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fransiska, 2010) yaitu penelitiannya menunjukkan bahwa sikap ibu rumah tangga tentang penggunaan minyak goreng berulang kali diDesa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal tahun 2010 umumnya
berkategori baik sebanyak 97 orang (97%). Hasil penelitian ini juga sama dengan yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) yang menunjukkan bahwa sikap tentang penggunaan minyak jelantah diKelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado memiliki sikap baik sebanyak 36 orang (72%), responden yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 14 orang (28%). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.(Notoatmodjo, 2011). Tindakan Responden terhadap Penggunaan Minyak Jelantah Hasil penelitian uji univariat responden terhadap penggunaan minyak jelantah dapat diketahui bahwa responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 25 orang (42%), responden yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 35 orang (58%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Lin, 2011) tentang karakteristik pengetahuan, sikap dan tindakan penjual gorengan tentang penggunaan minyak goreng dikawasan Kampus Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2011 yaitu penelitiannya menunjukkan bahwa tindakan penjual gorengan tentang penggunaan minyak goreng pada kategori sedang sebanyak 23 orang (74,2%). Hasil penelitian ini juga sama seperti yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) diKelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado bahwa tindakan penggunaan minyak jelantah pada responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%) dan responden yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 14 orang (34%). Hasil penelitian ini sama juga dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fransiska, 2010) yaitu penelitiannya 4
menunjukkan bahwa tindakan ibu rumah tangga tentang penggunaan minyak goreng berulang kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal tahun 2010 berada pada kategori sedang sebanyak 23 orang (74,2%). Menurut (Notoatmodjo, 2011) bahwa sikap tidak selalu terwujud dalam setiap tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau situasi yang memungkinkan seperti sarana dan prasarana dan juga dukungan dari pihak lain. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa suatu sikap yang sudah positif terhadap nilainilai dalam kesehatan belum tentu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Penggunaan Minyak Jelantah pada Pelaku Usaha Rumah Makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Berdasarkan hasil penelitian uji bivariat diketahui bahwa nilai p value sebesar 0,003 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Hasil penelitian hubungan antara pengetahuan dengan tindakan terhadap penggunaan minyak jelantah menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 21 orang (35%) dan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 16 orang (27%), sedangkan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 4 orang (7%) dan responden yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 19 orang (32%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) yaitu penelitiannya menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%) dan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%), responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang (28%) sedangkan responden yang berpengetahuan tidak baik sebanyak 5 orang (10%) dan responden yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 17 orang (34%). Hasil
penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fransiska, 2010) yaitu penelitiannya menunjukkan bahwa 35 responden yang tingkat pengetahuannya baik, keseluruhannya memiliki tingkat tindakan yang baik juga dari 63 responden yang berpengetahuannya cukup terdapat 56 orang (56%) responden yang tindakannya baik dan 7 orang (7%) responden tindakannya cukup dari 2 responden yang tingkat pengetahuannya kurang terdapat 1 orang (1%) responden tindakannya cukup. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui presepsi. Presepsi adalah pengetahuan yang dihasilkan melalui indera penglihatan, indera penciuman, dan sebagainya. Setiap orang yang mempunyai presepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan fantasi. (Notoatmodjo, 2011). Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Penggunaan Minyak Jelantah pada Pelaku Usaha Rumah Makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Berdasarkan hasil penelitian uji bivariat diketahui bahwa nilai p value sebesar 0,000 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan diKelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Hasil penelitian antara hubungan sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap baik sebanyak 24 orang (40%), responden yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 8 orang (13%), sedangkan responden yang memiliki tindaka tidak baik sebanyak 28 orang (46%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ferat, 2012) yang menunjukkan bahwa hubungan sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga yang memiliki sikap baik 5
sebanyak 36 orang (72%) sedangkan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%), responden yang memiliki sikap tidak baik sebanyak 14 orang (26%) sedangkan responden yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 17 orang (34%). Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Fransiska, 2010) yaitu dimana keterkaitan tingkat sikap responden dengan tingkat tindakan responden tentang penggunaan minyak goreng berulang kali (>2 kali) menunjukkan bahwa dari 92 orang (92%) responden yang memiliki tingkat sikap baik terdapat 90 orang (90%) yang tingkat tindakan baik dan 2 orang (2%) responden yang tingkat tindakan cukup. Dari 8 orang (8%) responden yang memiliki tingkat sikap yang cukup terdapat 7 orang (7%) responden yang tingkat tindakan baik dan 1 orang (1%) responden yang tingkat tindakan cukup. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) (Notoatmodjo, 2011). KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Responden yang tindakan penggunaan minyak jelantah tidak baik yaitu sebanyak
2.
3.
4.
5.
35 orang (58 %) dan responden yang memiliki tindakan penggunaan minyak jelantah baik yaitu sebanyak 25 orang (42%). Pengetahuan responden tentang penggunaan minyak jelantah responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yaitu sebanyak 23 orang (38 %) dan yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 37 orang (62 %). Sikap responden tentang penggunaan minyak jelantah yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 32 orang (53 %) dan responden yang memiliki sikap tidak baik yaitu sebanyak 28 orang (47 %). Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada pelaku usaha rumah makan di Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado.
DAFTAR PUSTAKA Amelia, F, 2010. Perilaku Penggunaan Minyak Goreng Serta Pengaruhnya Terhadap Keikutsertaan Program Pengumpulan Minyak Jelantah di Kota Bogor.Jurnal llm. Kel. & Kons. Agustus 2010, Hal : 184 – 189. Vol 3 No : 2 Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kebijakan Kesehatan. Jakarta : Mutiara. Fauziah, Saifuddin, Ulfa. 2010. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Gorengan dan Minyak Bekas Hasil Penggorengan Makanan Jajanan di Workshop Universitas Hasanudin Makassar. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat.Hal : 1-9
6
Fadhilla, R.A. 2008. Analisis Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (kasus: rumah tangga di kota Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Fransiska, E. 2010. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu Rumah Tangga tentang Penggunaan Minyak Goreng Berulang Kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Ferat, I. 2012. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Penggunaan Minyak Jelantah pada Ibu Rumah Tangga diKelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jurnal, Vol.09 Hal 1-9 Handoko, Tiyono, Dewi T. 2009. Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah Menggunakan Adsorben H5-NZA dalam Reaktor Sistem Fluid fixed bed. Jurnal, Vol. 10, No. 2, Hal 121132. Jonarson. 2004. Analisa Kadar Asam Lemak Minyak Goreng yang Digunakan Penjual Makanan Jajanan Gorengan di Padang Bulan Medan Tahun 2004. Skripsi FKM. USU, Medan. Ketaren,
S. 2012. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta: PT. DIAN RAKYAT
Lin, L. W. 2011. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penjual Gorengan tentang Penggunaan Minyak Goreng di Kawasan Kampus Universitas Sumatera Utara Medan pada Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Machmud, A. 2014. Daur Ulang Minyak Goreng Bekas Pakai. Modul Minyak Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Universitas Sumatera Utara, Medan Muchtadi, D. 2013. Pangan dan Kesehatan Jantung. Bandung : Penerbit Alfabeta Nadirawati, dkk. 2010. Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Kolesterol dan Penggunaan Minyak Jelantah (Waste Cooking Oil) Di Desa Neglasari Kecamatan Bojong Picung Cianjur. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol 5, No.2, Juli 2010 Hal : 58-65 Notoatmodjo, S. 2011. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta : Rineka Cipta Rahayu, A. Husamah, Nugroho, A.D. 2007. Studi Frekuensi Penggorengan Dari Minyak Jelantah Bermerek dan Tidak Bermerek Terhadap Nekrosis Sel Hati. PKM Penulisan Ilmiah, Universitas Muhammadiyah Malang. Hal : 1-23
7
Ryaningsih, S. B. 2013. Kualitas Hygiene
Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal
Sanitasi Makanan Jajanan pada
Kesmas Nasional Vol. 2.No. 4. Hal
Pedagang
154-160
Makanan
di
Wilayah
Pasar Tradisional. Skripsi. Fakultas
Siti, A, dkk. 2010. Praktek Penggorengan Dan
Kesehatan Masyarakat Universitas
Mutu Minyak Goreng Sisa Pada
Mulawarman Samarinda. KEMAS
Rumah Tangga Di RT V RW III
10 (1) (2014) Hal :64 - 72
Kedungmundu
Tembalang
Semarang. Jurnal Prosiding Seminar Riyanto, A. 2011. Pengolahan dan Analisis
Nasional
Universitas
Data Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Muhammadiyah Semarang Hal :
Medika.
261-267.
Rukmini, A. 2007 Regenerasi Minyak Goreng Bekas
dengan
Arang
Standar Nasional Indonesia, 2013. Standar
Sekam
Nasional Indonesia Minyak Goreng.
Menekan Kerusakan Organ Tubuh.
(Online) Diakses 23 Mei 2014 Hal :
Seminar
1-12
Nasional
Yogyakarta:
Teknologi.
Universitas
Widya
Mataram Yogyakarta. Hal : A1-A9
Winarno, FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Sartika, R.A.D. 2009. Pengaruh Suhu dan
PT.
Gramedia
Pustaka
Utama.
Lama Proses Menggoreng (Deep Frying)
terhadap
Pembentukan
Asam Lemak Trans. Jurnal Kesmas Nasional, Makara, Sains, Vol.13, No.1.hal 23-28
Sartika, R.A.D. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak 8