perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009)
Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh: ANING UTAMI F 0207127
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada : ♥ Bapak Ibuku Tercinta ♥ Adikku Rika, Mela, Gavan Tersayang ♥ Mbah Kakung dan Mbah Putri yang selalu mendoakan, serta keluarga besarku yang selalu memberi dukungan. ♥ Sahabat-sahabatku yang mengisi hari-hariku ♥ Almamaterku
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Allah SWT berfirman, “ Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang Mengajarkan Manusia dengan Perantaraan Kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Q.S. Al Alaq, 3-5 )
Bila anda berpikir anda bisa, anda benar. Bila anda berpikir anda tidak bisa, anda pun benar. Karena itu ketika seseorang berpikir tidak bisa, maka sesungguhnya dia telah membuang kesempatan untuk menjadi bisa. (Henry Ford)
Perjalanan sejauh 1000 mil dimulai dengan 1 langkah. (Pepatah Cina Kuno)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segenap puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Non Keuangan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009)” dapat diselesaikan oleh penulis yang merupakan sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berhasilnya penulisan skripsi ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak yang dengan ketulusannya telah memberikan semangat, dorongan, serta pengarahan kepada penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1.
Prof.Dr.Bambang Sutopo, M.Com., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Dra. Endang Suhari, M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Reza Rahardian, SE., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Drs. Suseno, MM selaku pembimbing akademik.
4.
Heru Agustanto, SE., MS.M selaku pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah membimbing dan memberi petunjuk-petunjuk yang sangat berguna selama penulisan skripsi ini.
5.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna kesempurnaan skripsi ini atau ingin melanjutkan penelitian ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Maret 2011 Penulis
Aning Utami
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………………….. iv HALAMAN MOTTO ……………………………………………………………………….. v KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. vi DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL …………………………………………………………………………… xi DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………... xii ABSTRAK …………………………………………………………………………………... xiii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah ……………………………………………………… 1
1.2.
Batasan Masalah ……………………………………………………………… 5
1.3.
Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 6
1.4.
Tujuan Penelitian ……………………………………………………………... 7
1.5.
Manfaat Penelitian .…………………………………………………………… 7
BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Investment Opportunity Set (IOS) ……………………………………... 10 2.1.2. Jenis-Jenis Proksi IOS ………………………………………………….. 13 commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.3. Proksi IOS Dalam Penelitian …………………………………………… 15 2.1.4. Return Saham …………………………………………………………… 18 2.1.5. Abnormal Return ……………………………………………………….. 19 2.1.6. Bursa Efek Indonesia …………………………………………………… 20 2.1.7. Penelitian Terdahulu ……………………………………………………. 21 2.2. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………………… 22 2.3. Hipotesis ………………………………………………………………………….. 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ………………………………………………………………….. 28 3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampling ……………………………. 30 3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………………………………….... 32 3.4. Model Statistik …………………………………………………………………….. 38 3.5. Sumber Data ……………………………………………………………………….. 38 3.6. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………………… 39 3.7. Metode Analisis Data ……………………………………………………………… 39
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ……………………………………………………………………… 46 B. Statistik Deskriptif Data ……………………………………………………………49
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengolahan Data …………………………………………………………………. 50 1. Uji Asumsi Model a. Uji Normalitas Data ……………………………………………………….50 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Autokorelasi ………………………………………………………….. 52 b. Uji Multikolinearitas ……………………………………………………... 54 c. Uji Heteroskedasitas ……………………………………………………… 55 3. Pengujian Hipotesis a. Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R) …………………………………… 58 b. Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ……………………. 59 c. Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ……………………….. 59 D. Interpretasi Hasil ………………………………………………………………….. 61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………………….. 69 B. Keterbatasan ………………………………………………………………………. 71 C. Saran ………………………………………………………………………………. 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Jumlah Sampel ………………………………………………………………….. 32 Tabel IV.1. Populasi dan Sampel ……………………………………………………………. 47 Tabel IV.2. Daftar Perusahaan Sampel ……………………………………………………… 48 Tabel IV.3. Statistik Deskriptif ……………………………………………………………… 49 Tabel IV.4. Uji Normalitas ………………………………………………………………….. 51 Tabel IV.5 Uji Normalitas ………………………………………………………………….. 52 Tabel IV.6. Uji Autokorelasi ………………………………………………………………... 53 Tabel IV.7. Uji Multikolinearitas …………………………………………………………… 55 Tabel IV.8. Hasil Uji Regresi ……………………………………………………………….. 57 Tabel IV.9. Uji R ……………………………………………………………………………. 58 Tabel IV.10. Uji F ……………………………………………………………………………. 59 Tabel IV.11. Uji t …………………………………………………………………………….. 60 Tabel IV.12. Hasil Uji Regresi ………………………………………………………………. 61
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Kerangka Pemikiran …………………………………………………………… 23 Gambar IV.1. Uji Heteroskedasitas …………………………………………………………… 56
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP ABNORMAL RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN NON KEUANGAN (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009)
ANING UTAMI F0207127 Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap abnormal return saham perusahaan. Untuk mengukur IOS digunakan proksi Market to Book Value of Asset (MKTBA), Market to Book Value of Equity (MKTBE), Earning per share/ price ratio (E/P) dan Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA), karena IOS tidak dapat diobservasi (unobservable). Pertama, apakah Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Kedua, Apakah Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) sebagai salah satu proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Ketiga, apakah Earning per Share / Price Ratio (E/P) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Keempat, apakah Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Untuk menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode analisis regresi berganda. Teknik purposive sampling digunakan untuk memilih sampel dari data sekunder yang berada dalam populasi perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari Januari 2005 s.d. Desember 2009 diperoleh sampel sebanyak 34. Untuk mengukur pengaruh dari masingmasing variabel digunakan metode analisis berganda, dan regresi parsial yang digunakan untuk megukur model persamaan regresi. Persamaan ini menggunakan abnormal return saham sebagai variabel dependen dan IOS yang diproksi dengan MKTBA, MKTBE, EP dan CAPBVA sebagai variabel independen. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa proksi IOS, yaitu MKTBA, MKTBE, EP dan CAPBVA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap variabel abnormal return saham. MKTBA memiliki pengaruh positif signifikan terhadap variabel abnormal return saham. MKTBE memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap variabel abnormal return saham. EP memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel abnormal return saham. CAPBVA memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap variabel abnormal return saham. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan model regresi menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen, namun secara parsial tidak semua variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Kata kunci : Investment Opportunity Set (IOS), Market to Book Value of Asset (MKTBA), Market to Book Value of Equity (MKTBE), Earning per share/ price ratio (E/P) dan Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA), Return. commit toAbnormal user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF INFLUENCE OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) WITH ABNORMAL RETURN TO STOCK ON NON-FINANCIAL COMPANIES (Studies in Companies Listed on Indonesia Stock Exchange Period 2005-2009)
ANING UTAMI F0207127
This study aims to examine the effect of the investment opportunity set (IOS) of the company's abnormal stock return. To measure the IOS used proxy Market to Book Value of Assets (MKTBA), Market to Book Value of Equity (MKTBE), Earning per share / price ratio (E / P) and Capital Expenditure to Book Value of Assets (CAPBVA), because the IOS non-observable (unobservable). First, is the Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) as one of the proxy Investment Opportunity Set (IOS) has a positive and significant impact on the company's abnormal stock return. Second, is Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) as one proxy Investment Opportunity Set (IOS) has a positive and significant impact on the company's abnormal stock return. Third, whether the Earning per Share / Price Ratio (E / P) as one of the proxy Investment Opportunity Set (IOS) has a positive and significant impact on the company's abnormal stock return. Fourth, whether the Capital Expenditure to Book Value of Assets (CAPBVA) as one of the proxy Investment Opportunity Set (IOS) has a positive and significant impact on the company's abnormal stock return. To answer these problems, researchers used multiple regression analysis method. Purposive sampling technique is used to select a sample of secondary data that are in the population of listed companies in Indonesia Stock Exchange (IDX) from January 2005 until December 2009 obtained a sample of 34. To measure the influence of each variable used in multiple analysis methods, and partial regression model used to measure regression equation. This equation using the abnormal stock return as the dependent variable and the IOS proxy with MKTBA, MKTBE, EP and CAPBVA as independent variables. Regression analysis showed that IOS, namely MKTBA, MKTBE, EP and CAPBVA have a significant positive effect on abnormal stock return variables. MKTBA have a significant positive effect on abnormal stock return variables. MKTBE have a significant negative effect on abnormal stock return variables. EP had no significant positive effect on abnormal stock return variables. CAPBVA have no significant positive effect on abnormal stock return variables. From the results of this study concluded regression model showed that independent variables jointly affect the dependent variable, but partially, not all independent variables significantly influence the dependent variable. Keywords: Investment Opportunity Set (IOS), Market to Book Value of Assets (MKTBA), Market to Book Value of Equity (MKTBE), Earning per share / price ratio (E / P) and Capital Expenditure to Book Value of Assets ( CAPBVA), Abnormal Return.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada umumnya setiap manusia akan selalu berusaha untuk mencapai kondisi yang lebih baik di dalam kehidupannya, baik secara individu maupun dalam kehidupan berkelompok. Ketika hal ini dikaitkan pada dunia usaha, kondisi yang lebih baik ini akan dapat dicapai apabila perusahaan mampu mengalami perkembangan dengan pesat. Namun, perkembangan usaha yang pesat akan memerlukan pendanaan perusahaan dalam jumlah yang relatif besar. Untuk memenuhi kebutuhan akan dana tersebut, perusahaan dapat memperoleh dana dengan menjual saham kepada investor/calon investor di pasar modal bagi perusahaan yang sudah go public. Setiap entitas bisnis dalam menjalankan usahanya selalu memiliki harapan untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan diharapkan dapat memberikan aspek yang positif bagi perusahaan sehingga meningkatkan kesempatan berinvestasi di perusahaan tersebut. Bagi investor pertumbuhan perusahaan merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Penelitian Vogt dalam Nugroho dan Hartono (2002) menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh akan direspon positif oleh pasar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fokus penilaian kinerja perusahaan saat ini tidak hanya pada laporan keuangan, banyak yang memandang bahwa nilai suatu perusahaan juga tercermin dari nilai investasi yang akan dikeluarkan di masa yang akan datang. Myers (1977) menggambarkan nilai suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan invesment options (pilihan investasi) di masa depan. Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan oleh manajer di masa depan. Pilihan-pilihan investasi yang dilakukan perusahaan di masa depan tersebut kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) (Kallapur dan Trombley, 2001). Dalam dunia usaha, tujuan investor menanamkan modalnya dalam bentuk saham adalah untuk memperoleh keuntungan, yaitu dengan memaksimumkan kekayaan yang akan diperoleh, baik melalui deviden ataupun capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari menjual aktiva modal atau selisih harga jual dan harga beli surat berharga (Sartono, 1996). Tingkat keuntungan yang diharapkan haruslah lebih besar dibandingkan dengan jika mereka menanamkan dananya pada obligasi maupun deposito (Brigham, 2001).
Esensi pertumbuhan bagi suatu perusahaan adalah adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan (Chung & Charoenwong dalam Nugroho dan Hartono (2002)). Bagi perusahaan, pertumbuhan tersebut diharapkan dapat meningkatkan investasi dalam perusahaan tersebut, sedangkan dampak positif dari pertumbuhan perusahaan bagi investor adalah tingginya return atas investasi yang mereka tanamkan. Gaver dan Gaver dalam Fijrijanti
dan Hartono (2000), menyatakan kesempatan investasi atau pilihan-pilihan pertumbuhan (growth options) suatu perusahaan merupakan sesuatu yang
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melekat dan bersifat tidak dapat diobservasi (inherently unobservable). Oleh karena itu, Investment Opportunity Set (IOS) memerlukan sebuah proksi. Beberapa proksi dari Investment Opportunity Set (IOS) telah digunakan dalam literature akuntansi dan finansial. Beberapa peneliti sebelumnya menganjurkan untuk menggunakan beberapa proksi untuk melakukan pengujian empirik yang menguji hubungan antara investment opportunity set dengan kesempatan tumbuh. Penggunaan beberapa proksi dapat membuat penelitian tersebut lebih tepat dalam menetapkan karakteristik perusahaan dan sedikit kemungkinan terjadi kesalahan dalam menetapkan tingkat pertumbuhan perusahaan (Sami, 1999; Gaver & Gaver, 1993) . Pengukuran Investment Opportunity Set (IOS) sangat beragam, baik yang menggunakan faktor tunggal maupun dengan menggunakan kombinasi beberapa faktor. Sebagian besar menggunakan ukuran data-data pasar modal dalam menghitung Investment Opportunity Set (IOS) karena lebih banyak menggunakan ukuran harga saham dan market value of equity sebagai proksi dari Investment Opportunity Set (IOS). Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan oleh kombinasi berbagai kesempatan investasi. Nilai investment opportunity set ini dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva riil (merupakan nilai buku aktiva dan ekuitas perusahaan) dan nilai kesempatan tumbuh suatu perusahaan di masa yang akan datang yaitu berupa nilai pasar perusahaan (Smith dan Watts, 1992). Proksi IOS digunakan untuk menilai apakah perusahaan itu dikategorikan perusahaan bertumbuh atau tidak bertumbuh. Proksi IOS dinyatakan sebagai proksi yang valid sebagai proksi pertumbuhan, jika proksi
commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut dapat digunakan sebagai sinyal kondisi perusahaan emiten. Pertumbuhan yang selalu meningkat serta bertambahnya nilai asset perusahaan diharapkan tercapai sesuai dengan ekspektasi atau peramalan perusahaan. Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat yaitu berupa nilai buku aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan di masa depan. Berbagai penelitian tentang IOS telah berhasil membuktikan bahwa IOS merupakan proksi realisasi pertumbuhan perusahaan dan berhubungan dengan berbagai variabel kebijakanan perusahaan, yaitu antara lain kebijakan pendanaan atau struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan leasing, dan kebijakan kompensasi. Sami et al.(1999) menunjukkan bahwa teori IOS memiliki explanatory power yang lebih tinggi dalam hal kebijakan pendanaan dan kompensasi daripada aspek dividen. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah nilai IOS sebagai proksi pertumbuhan perusahaan memiliki hubungan dan korelasi yang tinggi dengan reaksi pasar yang direspon oleh para investor melalui perubahan return saham. Iswahyuni dan Suryanto (2000) menganalisis Perbedaan Perusahaan Tumbuh dan Tidak Tumbuh dengan kebijakan Pendanaan, Deviden, Perubahan Harga Saham dan Volume Perdagangan pada Bursa Efek Jakarta, dengan proksi Investment Opportunity Set (IOS), yang terdiri dari PPE/BVA, P/E, MVE/BE, MVA/BVA, CAP/MVA dan VAR. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh dalam hal pengambilan kebijakan pendanaan (book debt/equity), deviden, respon perubahan harga dan volume perdagangan,
commit to user 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sedangkan dalam hal pengambilan kebijakan pendanaan terdapat perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh (market debt/equity). Norpratiwi (2001) menguji korelasi antara IOS terhadap Return Saham dengan menggunakan proksi MKTBA, MKTBE, CAPBVA dan EP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya MKTBA, MKTBE dan CAPBVA mempunyai hubungan signifikan terhadap CAR, sedangkan EP tidak. Ketidakkonsistenan hasil penelitian terdahulu mengenai proksi IOS, mendorong peneliti mereplikasi penelitian Norpratiwi (2001), untuk menganalisis hubungan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Return Saham dengan menggunakan proksi MKTBA, MKTBE, E/P dan CAPBVA. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan sampel perusahan tumbuh untuk melihat lebih jelas apakah keempat proksi IOS tersebut berkorelasi terhadap Abnormal Return. Dari alasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Abnormal Return Saham Pada Perusahaan Non Keuangan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20052009)”.
1.2 BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Meneliti pengaruh antara Investment Opportunity Set (IOS) terhadap abnormal return saham perusahaan.
commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Sampel yang digunakan dalam penelitian harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan yang dijadikan sampel harus memiliki umur lebih dari 5 tahun pada tahun pengamatan. Hal ini didasari adanya anggapan bahwa perusahaan yang berusia 5 tahun atau lebih umumnya relatif mapan secara finansial. b. Perusahaan yang dijadikan sampel harus mempublikasikan secara lengkap laporan keuangan tahun 2005-2009. c. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak mengalami penurunan asset selama tahun pengamatan. d. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak memiliki total ekuitas dan laba yang negatif selama tahun pengamatan. e. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak boleh memiliki return = 0 selama tahun pengamatan.
1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dari penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
abnormal return
saham
perusahaan ? 2. Apakah Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) sebagai salah satu proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan ?
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Apakah Earning per Share / Price Ratio (E/P) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan ? 4. Apakah Capital Expenditure to Book Value of Asset
(CAPBVA)
sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan ?
1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Market to Book Value of Asset (MKTBA), Market to Book Value of Equity (MKTBE), Earning per share/ price ratio (E/P) dan Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) sebagai proksi-proksi dari Investment Opportunity Set ( IOS ) terhadap
abnormal return yang diterima para pemegang saham
perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Peneliti : Sebagai upaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menulis karya ilmiah, dan memperdalam pengetahuan terutama di bidang pasar modal. 2. Bagi Akademisi : a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikn bukti empiris maupun sebagai literatur tambahan mengenai Investment Opportunity Set
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(IOS) perusahaan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini dapat memacu penelitian yang lebih baik lagi mengenai Investment Opportunity Set (IOS) dan abnormal retun saham perusahaan. b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah referensi penelitian selanjutnya terutama mengenai pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap abnormal return khususnya bagi para pelaku pasar modal. c. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman melakukan suatu observasi dan menerapkan teori ke dalam penelitian, sehingga memberikan tambahan wawasan mengenai Investment Opportunity Set (IOS) dan abnormal return saham perusahaan. d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Investor dan Masyarakat : Investor dan calon investor memperoleh informasi yang benar tentang pengaruh dan hubungan ke empat proksi IOS khususnya terhadap Abnormal Return, karena informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dalam pengambilan keputusan di pasar modal sebagai akibat dari adanya mekanisme ekonomi dan ekspektasi pasar. Investor dapat menggunakan informasi tambahan ini dalam melakukan kegiatan di Bursa Efek Indonesia.
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Bagi Perusahaan : a. Sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan dalam menjalankan aktivitas pengembangan usahanya. b. Dapat memberi masukan kepada manajemen dalam mengatasi kebijakan investasi perusahaan.
commit to user 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Investment Opportunity Set (IOS) Istilah set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS) muncul setelah dikemukakan oleh Myers (1977) yang memandang nilai suatu perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in place (aset yang dimiliki) dengan invesment options (pilihan investasi) pada masa depan. Kole dalam Norpratiwi (2004) menyatakan nilai investment options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan manajer di masa depan yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan, sedangkan assets in place tidak memerlukan investasi semacam itu. Pilihan-pilihan investasi di masa yang akan datang ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Tjandra, 2005). Myers (1977) dalam Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) mengacu pada sejauh mana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran yang leluasa di masa mendatang oleh perusahaan. Menurut Myers (1977) dalam Smith dan Watts (1992), perusahaan adalah kombinasi antara nilai asset in place dengan pilihan investasi di masa
commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang akan datang. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang. Menurut Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (1993), nilai IOS bergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Pada dasarnya IOS merupakan pilihan kesempatan investasi masa depan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan aktiva perusahaan atau proyek yang memiliki net present value positif. Sehingga IOS memiliki peranan yang sangat penting bagi perusahaan, karena IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi dari aktiva yang dimiliki (assets in place) dan opsi investasi di masa yang akan datang, dimana IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan (Pagalung, 2003). Hal ini membuat IOS dapat mempengaruhi penilaian manajer, investor, dan kreditur terhadap perusahaan. Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas, penambahan aset, mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang, dan
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain-lain. Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan memiliki pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa proyek baru. Perusahaan yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau aktif melakukan penelitian & pengembangan. Gaver & Gaver (1993) juga menyatakan bahwa pilihan investasi di masa depan tidak hanya pada proyekproyek yang didanai dari kegiatan riset dan pengembangan, namun juga dengan kemampuan mengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan. Nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan investasi tidak selalu berwujud secara fisik tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebagai contoh apabila perusahaan memiliki kesempatan untuk melakukan pembelian suatu brand name, maka perusahaan harus dapat memanfaatkan setiap celah keunggulan dan kelemahan brand name tersebut untuk menghasilkan keuntungan yang besar di masa yang akan datang. Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain.
commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1.2. Jenis-jenis Proksi IOS Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk memahami pemikiran IOS (Myers dalam Subekti dan Kususma. 2000). Kallapur dan Trombley, yang dikutip Prasetyo.2000, menyatakan bahwa proksi-proksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Proksi IOS berbasis pada harga, merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi ini didasari pada anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place) dibandingkan perusahaan yang tidak tumbuh. IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut: a. Market value of equity plus book value of debt, b. Ratio of book to market value of asset, c. Ratio of book to market value of equity, d. Ratio of book value of property, plant, and equipment to firm value, e. Ratio of replacement value of assets to market value, f. Ratio of depreciation expense to value dan Earning Price ratio.
commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Proksi IOS berbasis pada investasi, merupakan proksi yang didasarkan atas pemikiran bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan (Iswahyuni dan Suryanto, 2002). Perusahaan-perusahaan yang memiliki IOS tinggi seharusnya juga memiliki tingkatan investasi yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu tertentu dalam suatu perusahaan. Proksi IOS yang merupakan proksi IOS berbasis investasi adalah : R&D expense to firm value ratio, R&D expense to total assets ratio, R&D expense to sale ratios, capital addition to firm value ratio, dan capital addition to asset book value ratio. Rasio-rasio yang sering digunakan oleh peneliti antara lain: 1) Rasio investment to net sales IONS, (Hartono 1999). 2) Rasio capital expenditure to book value asset CAPBVA, (Jones dan Sharma 2001). 3) Rasio capital expenditure to market value of assets (CAPMVA)
3. Proksi IOS berbasis pada varian (variance measurement) merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi ini didasarkan atas pemikiran bahwa pilihan investasi menjadi lebih bernilai ketika variabilitas dari asset meningkat (Kallapur, 2001). Proksi ini digunakan untuk mengamati variabilitas ukuran dan variabilitas
return.
Variabilitas
ukuran
digunakan
untuk
melihat
pertumbuhan aktiva perusahaan, sedangkan variabilitas return digunakan
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk mengamati pertumbuhan return perusahaan. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya : 1. Varian return (VARRET), (Gaver dan Gaver 1993, Smith dan Watts 1992, Baber, Janakiraman, dan Hyon Kang1996, Kallapur dan Trombley 1999, About 2001, Jones dan Sharma 2001) 2. Beta asset BETA, (Skinner 1993, Kallapur dan Trombley 1999). Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan
expenditure
perusahaan untuk
kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak dapat diobservasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain.
2.1.3. Proksi IOS Dalam Penelitian Sesuai dengan pernyataan dari Gaver dan Gaver (1993), yang menyatakan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) bagi perusahaan merupakan suatu yang bersifat tidak dapat diobservasi (unobsevable) maka diperlukan beberapa proksi untuk menentukan besarnya nilai IOS, agar dapat mengurangi kesalahan pengukuran apabila hanya menggunakan proksi tunggal. Dari ketiga klasifikasi proksi IOS, terdapat bermacam-macam proksi yaitu, proksi berbasis harga terdiri dari market to book value of equity ratio, market to book value of asset ratio, price earning ratio dan property, plant and equipment to book value of asset ratio, dimana data-data yang diperlukan
commit to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan data yang terdapat baik pada Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Dari uraian di atas dan dari data yang tersedia, beberapa proksi IOS yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah : market to book value of equity ratio; market to book value of asset ratio; earning to price/share ratio; property, Capital expenditure to book value of asset ratio. Penelitian ini menggunakan 3 proksi IOS berbasis harga (MKTBA, MKTBE, dan EP) dan 1 proksi IOS berbasis investasi (CAPBVA). Keempat proksi IOS tersebut merupakan proksi IOS yang paling informatif dan memiliki kandungan informasi (informasi content) yang paling tinggi dibandingkan proksi IOS yang lain. Proksi ini secara signifikan berhubungan dengan nilai peluang tumbuh investasi suatu perusahaan (Adam dan Goyal, 1999). Perusahaan yang mempunyai rasio MKTBA dan MKTBE yang tinggi akan memiliki pertumbuhan aset dan ekuitas yang besar. Smith dan Watts (1992) membuktikan bahwa perusahaan yang tumbuh memiliki rasio nilai pasar terhadap nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Rasio MKTBA dan MKTBE berkorelasi positif terhadap pertumbuhan aset dan ekuitas. Kallapur dan Trombley (1999) menemukan bukti atas korelasi ini secara signifikan. Rasio EP dapat menjadi indikasi pertumbuhan perusahaan, semakin besar nilai EP maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk bertumbuh. Rasio CAPBVA menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan yang dapat dimanfaatkan untuk tambahan investasi aset produktif sehingga dapat meningkatkan potensi pertumbuhan perusahaan.
commit to user 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Persoalan pemilihan proksi secara potensial merupakan hal yang penting, karena temuan pada penelitian-penelitian sebelumnya, pilihan proksi tersebut belum sepenuhnya robust (Kallapur san Trombley, 2001). Contohnya, Smith dan Watts (1992) menemukan bahwa beberapa koefisien regresi menjadi tidak signifikan ketika earning price ratio digunakan sebagai proksi IOS daripada market to book value of asset ratio. Ketika mereka menggunakan pengukuran R&D berdasarkan pada nilai pasar, banyak koefisien regresi menjadi tidak signifikan atau berubah data. Menyikapi
masalah
tersebut,
Kallapur
dan
Trombley
(1999)
memberikan perhatian atas permasalahan pemilihan proksi IOS dengan meneliti hubungan antara beberapa proksi IOS dengan realized growth, maka Kallapur dan Trombley (1999) beranggapan bahwa hubungan antara future value dan realized growth adalah pembanding yang tepat untuk mengevaluasi proksi IOS alternatif. Proksi IOS yang dipilih dalam penelitian ini adalah proksi IOS yang digunakan oleh Smith dan Watts (1992), Gaver & Gaver (1993), dan Norpratiwi (2004) yang merupakan proksi IOS paling valid sebagai proksi pertumbuhan. Proksi – proksi tersebut yaitu:
a. Rasio Market to Book Value of Asset (MKTBA) Rasio nilai buku aktiva terhadap nilai pasar. Pemilihan proksi ini dikarenakan dalam penelitian sebelumnya proksi ini secara konsisten memiliki korelasi yang signifikan dengan realisasi pertumbuhan perusahaan.
commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Rasio Market to Book Value of Equity (MKTBE) Rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar. Pemilihan proksi ini karena dapat mencerminkan besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang akan melebihi return dari ekuitas yang diinginkan.
c. Rasio EPS/Price Rasio laba per lembar saham. Rasio ini digunakan untuk mengukur pertumbuhan perusahaan dilihat dari earning power yang dimiliki oleh perusahaan.
d. Rasio Capital Expenditures to Book Value of Asset (CAPBVA) Rasio ini tidak termasuk dalam proksi IOS pertumbuhan melainkan
proksi
investasi.
Pemilihan
proksi
ini
untuk
menghubungkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan untuk aktiva produktif sehingga berpotensi sebagai indikator perusahaan tumbuh.
2.1.4. Return Saham Didalam melakukan investasi, investor selalu mempertimbangkan hasil yang akan diperoleh dimasa mendatang. Menurut Jones tingkat hasil yang diterima oleh investor dapat diperoleh melalui dua sumber yaitu (a) yield, adalah return yang merupakan suatu komponen dari investasi berupa cash flow income yang diterima secara berkala baik tahunan maupun tengah bulanan dan bisanya disebut dividen; (b) capital gain (loss) adalah return yang
commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diperoleh investor melalui perubahan harga yaitu antara harga beli dan harga jual. Dengan demikian komponen return tersebut terdiri dari dua hal, sehingga total keuntungan yang diperoleh investor dapat dirumuskan sebagai penjumlahan dari dua komponen diatas. Sehingga di dapat rumus sebagai berikut :
Ri, t
= Pi, t – Pi, t-1 Pi, t-1
Keterangan : Ri, t
: Return saham i pada bulan t
Pi, t
: Harga penutupan saham pada bulan t
Pi, t-1
: Harga penutupan saham pada bulan t-1
Dalam konsep investasi selalu ditegaskan bahwa pemodal selalu berpikir rasional, maksudnya adalah bahwa pemodal akan memilih investasi dengan return yang tertinggi apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memiliki risiko yang sama dan akan memilih investasi dengan risiko terendah apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memiliki return yang sama.
2.1.5. Abnormal Return Pengujian terhadap efisiensi harga menunjukkan ada kemungkinan untuk menimbulkan abnormal return. Abnormal return (excess return)
commit to user
didefinisikan sebagai perbedaan antara actual return dan expected return dari 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebuah strategi investasi, hal ini sesuai dengan pemyataan Jones (1996:276) : "Abnormal retum is return on a secerity beyond that expected on the basis of its risk". Pengukuran abnormal return ini diperoleh dengan cara mengurangkan antara return yang sesungguhnya diterima oleh investor dengan return yang diharapkan oleh investor, atau dengan kata lain dapat dirumuskan sebagai berikut : (Reilly, 1992:599) ARit = (Rit – E (Rit)) Dimana : ARit
= abnormal return saham selama periode t
Rit
= actual return saham selama periode t
E (Rit) = expected return saham selama peride t
Abnormal return dikatakan bernilai positif jika Rit > E (Rit) sedangkan nilainya negatif jika Rit < E (Rit). Apabila abnormal return bernilai negatif berarti pasar bereaksi negatif terhadap terjadinya suatu peristiwa, sebaliknya jika abnormal return bernilai positif berarti pasar bereaksi positif terhadap terjadinya suatu peristiwa.
2.1.6. Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dngan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional transaksi, Pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan derivative.
commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember 2007. BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Sistem JATS ini sendiri direncanakan akan digantikan sistem baru yang akan disediakan OMX.
2.1.7. Penelitian Terdahulu Subekti dan Kusuma (2000) telah melakukan penelitian dengan judul “Asosiasi antara Set Kesempatan Investasi dengan kebijakan Pendanaan dan Dividen Perusahaan, serta implikasinya pada perubahan harga saham.” Karakteristik penelitian ini adalah memperluas topik pembahasan mengenai implikasinya pada perubahan harga saham. Sampel yang digunakan yaitu perusahaan go public yang terdaftar di BEJ sejak tahun 1992 atau sebelumnya, tepatnya 1992-1996 subekti dan Kusuma (2000) menggunakan 5 nilai IOS, yaitu: PPE/BVA, MVE/BVE, P/E, MVA/BVA, CAP/BVA. Semua nilai IOS tersebut kemudian dianalisis menggunakan common factor analysis. Indeks faktor yang diperoleh selanjutnya diurutkan mulai dari yang tertinggi sampai pada yang terendah. Empat puluh persen indeks tertinggi merupakan kelompok perusahaan yang tumbuh, sebaliknya empat puluh persen indeks terendah merupakan kelompok perusahaan yang tidak tumbuh, sedangkan sampel yang indeks faktornya berada ditengah sebanyak dua puluh persen akan dihilangkan dari sampel karena dianggap kurang ekstrim untuk membedakan klasifikasi pertumbuhan perusahaan. Sebelum dikorelasikan, rata-rata realisasi pertumbuhan akan diperingkat dari yang tertinggi sampai yang terrendah berdasarkan peringkat nilai IOS. Hasilnya mengindikasikan
commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa pertumbuhan perusahaan tidak efektif jika diproksikan dengan satu variable IOS saja. Semakin banyak variabel IOS menunjukkan hasil yang semakin kuat (Sami dkk, 1999, dalam Subekti dan Kusuma). Nugroho dan Hartono (2002), melakukan penelitian dengan judul Gabungan Proksi IOS dan hubungannya terhadap Realisasi Pertumbuhan. Proksi IOS yang digunakan adalah proksi berbasis harga saham (MVE/BE, TOBINQ, VPPE dan VDEP), proksi berbasis investasi (IONS, CAPBVA dan CAPMVA), dan proksi berbasis pada varian (VARRET dan BETA). Hasilnya menunjukkan bahwa hasil uji korelasi pada semua model yang dikembangkan menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu bahwa IOS berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan, sehingga mampu memberi reaksi dan sinyal ke pasar modal, khususnya pada peristiwa disekitar tanggal publikasi laporan keuangan.
2.2 KERANGKA PEMIKIRAN Dalam penelitian ini Abnormal Return sebagai variabel dependen atau terikat dihubungkan dengan variabel independen yaitu market to book value of asset, market to book value of equity, earning per share / price ratio, capital expenditure to book value of asset.
commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: MKTBA
MKTBE Abnormal Return
E/P
CAPBVA
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran
2.3 HIPOTESIS Teori tidak dapat diuji. Supaya dapat diuji, teori harus dirinci menjadi proposisi-proposisi. Proposisi ini menurut Jalaludin Rakhmat, 1991, dalam Damayanti (2008) disebut hipotesis. Menurut Jogiyanto, 2005, dalam Damayanti (2008) hipotesis merupakan dugaan yang akan diuji kebenarannya dengan fakta yang ada. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan masalah ataupun sebagai dasar penelitian lebih lanjut. J. Suprananto, 1981, dalam Damayanti (2008) menyatakan bahwa anggapan atau asumsi sebagai suatu hipotesis juga merupakan data, akan tetapi karena kemungkinan tersebut bisa salah, apabila akan digunakan sebagai
commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dasar pembuatan keputusan harus diuji lebih dahulu dengan menggunakan data hasil observasi dan dinyatakan secara empiris. Setelah melihat uraian di muka, maka proposisi/hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut : a. Market Value to Book of Assets Ratio (MKTBA) Proksi
ini
digunakan
untuk
mengukur
prospek
pertumbuhan
perusahaan berdasarkan banyaknya asset yang digunakan dalam menjalankan usahanya.. Bagi para investor, proksi ini menjadi bahan pertimbangan dalam penilaian kondisi perusahaan. Indikasi adanya perusahaan yang bertumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh abnormal return. Semakin tinggi MKTBA semakin besar asset yang digunakan perusahaan dalam usahanya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, sehingga harga sahamnya akan meningkat, return saham meningkat dan pada akhirnya semakin tinggi pula abnormal return yang diperoleh. Rasio ini digunakan oleh Smith dan Watts (1992) dalam penelitiannya yang menghubungkan level IOS dengan kebijakan deviden dan pendanaan perusahaan dan hasil dari pengujian yang dilakukan menyatakan bahwa rasio MKTBA mempunyai korelasi yang signifikan terhadap kebijakan pendanaan dan deviden. Penelitian yang dilakukan oleh Hartono (1999) juga menunjukkan bahwa rasio ini memiliki korelasi yang signifikan terhadap kebijakan deviden. H 01
: Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return
commit to user saham perusahaan. 23
perpustakaan.uns.ac.id
H a1
digilib.uns.ac.id
: Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
b. Market Value to Book of Equity (MKTBE) Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham perusahaan, penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan suatu hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha, maka semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat, dan pada akhirnya semakin meningkat pula abnormal return yang diperoleh. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa rasio MKTBE memiliki korelasi yang signifikan dengan faktor umum. Korelasi yang signifikan antara MKTBE dengan pertumbuhan penjualan adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Rokhayati (2005). H 02
: Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
H a2
: Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
commit to user 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Earning per Share / Price Ratio (E/P) Rasio earning per share/price ratio atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki perusahaan. Perusahaan yang stabil akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan earning per share/price ratio, sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan earning per share/price ratio yang fluktuatif. Bila E/P perusahaan naik secara konsisten (tidak fluktuatif), dapat diartikan perusahaan sedang tumbuh. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap harga saham, dan pada akhirnya abnormal return yang diperoleh akan semakin tinggi. H 03
: Earning per Share / Price Ratio (E/P) tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
H a3
: Earning per Share / Price Ratio (E/P) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
d. Capital Expenditure to Book Value of Asset (CAPBVA) Para investor dapat melihat seberapa besar aliran modal tambahan suatu perusahaan dengan membagi capital expenditure dengan total asset. Semakin besar aliran tambahan modal saham, semakin besar kemampuan
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perusahaan untuk memanfaatkannya sebagai tambahan investasi, sehingga perusahaan tersebut mempunyai kesempatan untuk dapat bertumbuh. Dengan demikian akan mengakibatkan kenaikan harga saham pada perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan abnormal return perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara CAPBVA dengan variabel pertumbuhan perusahaan. Rasio CAPBVA yang dikorelasikan dengan pertumbuhan asset perusahaan tumbuh yang dilakukan oleh Rokhayati (2005) menghasilkan adanya korelasi yang signifikan antara kedua variabel. Hasil korelasi yang sama antara rasio CAPBVA sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return saham dilakukan oleh Norpratiwi (2004). Rasio ini tidak termasuk dalam proksi IOS pertumbuhan melainkan proksi investasi. Pemilihan proksi ini untuk menghubungkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan untuk aktiva produktif sehingga berpotensi sebagai indikator perusahaan tumbuh. CAPBVA mengukur jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya. Semakin besar nilai dari rasio CAPBVA akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai dari return suatu perusahaan (Rahmawati, 2006). H 04
:
Capital Expenditure to Book Value of Asset Ratio (CAPBVA) signifikan
tidak memiliki pengaruh positif dan terhadap
abnormal
return
saham
perusahaan. H a4
:
Capital Expenditure to Book Value of Asset Ratio
(CAPBVA) memiliki pengaruh positif dan signifikan
commit toreturn user saham perusahaan. terhadap abnormal 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 DESAIN PENELITIAN Desain penelitian ini adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien, dan efektif (Jogiyanto, 2004). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi : tujuan
studi,
tipe
hubungan antar variabel, lingkungan (setting) studi, unit analisis, horison waktu, dan pengukuran construct. 3.1.1 Tujuan Studi Tujuan
studi
penelitian
ini
adalah
hypothesis
testing
(pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara proksi-proksi yang terdapat pada IOS terhadap abnormal return.
3.1.2 Tipe Hubungan Variabel Tipe
hubungan
variabel
dalam
penelitian
ini
adalah
hubungan sebab-akibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah Abnormal Return yang dipengaruhi oleh variable independen yaitu market to book value of asset, market to book value of equity,
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
earning per share/price ratio , capital expenditure to book value of asset.
3.1.3. Lingkungan (setting) Penelitian Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting) penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan mengambil subyek penelitian pada beberapa proksi IOS pada perusahaan non keuangan yang terdapat di BEI.
3.1.4. Unit Analisis Unit
analisis
merupakan
tingkat
agregasi
data
yang
dianalisis dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain
penelitian
karena
mempengaruhi
proses
pemilihan,
pengumpulan, dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah beberapa proksi IOS, yaitu data yang dianalisis berasal dari data yang terdapat di BEI.
3.1.5. Horison Waktu Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study), yaitu
penelitian
sekaligus pada periode tertentu.
commit to user 28
yang
datanya
dikumpulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.2 POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL a. Populasi Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005 – 2009. Pilihan periode ini dilatarbelakangi karena penulis menganggap pada periode tersebut perekonomian berada pada masa sebelum, saat dan setelah terjadinya krisis, dengan asumsi bahwa pada periode ini perusahaanperusahaan berusaha untuk menata kembali kinerjanya. Salah satu kebijakannya adalah dengan merencanakan pilihan investasi yang mungkin dapat dilakukan di masa depan, dimana proyek investasi yang dipilih dapat mendatangkan keuntungan bagi perusahaan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan sampel penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang telah ditetapkan, sehingga sampel-sampel tersebut dapat mewakili keseluruhan populasi.
b. Sampel Perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 20052009. Pengambilan sampel perusahaan menggunakan metode
Purpossive
Sampling (Judgement). Metode Purpossive Sampling (Judgement) atau pengambilan sampel bertujuan berdasarkan pertimbangan tertentu merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yang melibatkan pemilihan subjek yang
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berada di tempat paling menguntungkan atau dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang diperlukan. Kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel ini adalah : 1. Perusahaan yang dijadikan sampel harus memiliki umur lebih dari 5 tahun pada tahun pengamatan. Hal ini didasari adanya anggapan bahwa perusahaan yang berusia 5 tahun atau lebih umumnya relatif mapan secara finansial. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel harus mempublikasikan secara lengkap laporan keuangan tahun 2005-2009. 3. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak mengalami penurunan asset selama tahun pengamatan. 4. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak memiliki total ekuitas dan laba yang negatif selama tahun pengamatan. 5. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak boleh memiliki return = 0 selama tahun pengamatan.
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III.1 Jumlah Sampel No. 1.
Keterangan
Jumlah Sampel
Perusahaan sampel terdaftar di BEI 1.811 selama periode pengamatan.
2.
Perusahaan
merupakan
lembaga (541)
keuangan, perbankan, sekuritas maupun perusahaan pemerintah. 3.
Perusahaan memiliki umur kurang dari 5 (129) tahun.
4.
Perusahaan
tidak
mempublikasikan
memiliki data
dan (5)
keuangan
lengkap selama periode pengamatan. 5.
Perusahaan yang mengalami penurunan (1529) asset dan ekuitas.
6.
34
Perusahaan sampel
Sumber : Data diolah
Dari keseluruhan populasi perusahaan yang terdaftar di BEI, sampel yang memenuhi kriteria-kriteria penelitian tersebut dan yang selanjutnya akan digunakan sebagai objek penelitian terdapat 1 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.3 DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL Berdasarkan pada permasalahan dan pengembangan yang diangkat dalam penelitian ini, maka variabel-variabel yang digunakan dan akan diteliti dapat didefinisikan dan diukur sebagai berikut ini :
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Variabel Independen Investment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set (IOS) adalah set kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas (Tjandra, 2005). Myers (1977) dalam Kallapur dan Trombley (1999) menyatakan bahwa istilah IOS mengacu pada sejauh mana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran yang leluasa di masa mendatang oleh perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan merupakan variabel independen adalah Investment Opportunity Set (IOS). Proksi-proksi yang mewakili nilai IOS dan kemudian dijadikan variabel independen
adalah MKTBA, MKTBE, E/P dan
CAPBVA. a) Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA)
MKTBA = T.aktiva - T.ekuitas + ( Jml lbr saham beredar X harga penutupan shm) Total aktiva
Keterangan T. aktiva (total aktiva) : Total kekayaan perusahaan. T. ekuitas (total ekuitas) : Modal yang berasal dari penjualan saham. Jml lbr saham beredar
: Jumlah lembar saham yang beredar.
Harga penutupan saham : Harga jual penutupan saham akhir tahun.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Market to book value of asset ratio (MKTBA) adalah rasio nilai pasiva dan saham istimewa dalam pembukuan ditambah nilai pasar saham biasa terhadap nilai asset total pembukuan (Iswahyuni dan Suryanto, 2002). Rasio MKTBA menjelaskan gabungan antara assets in place dan investment opportunities. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993), didapat bahwa nilai pasar mencerminkan adanya pertumbuhan nilai aktiva dan kesempatan untuk berinvestasi di masa datang. Hasil penelitian Kallapur dan Trombley (1999) menunjukkan rasio ini dapat digunakan sebagai proksi IOS. b) Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) MKTBE = Jumlah lbr saham beredar X harga penutupan saham Total Ekuitas
Keterangan T. ekuitas (total ekuitas) : Modal yang berasal dari penjualan saham. Jml lbr saham beredar
: Jumlah lembar saham yang beredar.
Harga penutupan saham : Harga jual penutupan saham akhir tahun.
Market to book value of equity (MKTBE) adalah rasio nilai pasar saham biasa terhadap nilai pembukuan saham biasa. Rasio MKTBE digunakan dengan mempertimbangkan pendapat Gaver
dan
Gaver
(1993)
bahwa
nilai
pasar
dapat
mengindikasikan commit kesempatan perusahan untuk bertumbuh dan to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan kegiatan investasi sehingga perusahaan dapat memperoleh pertumbuhan ekuitas dan aktiva. c) Earning per Share /Price Ratio (E/P) E/P
= Laba per lembar saham Harga penutupan saham
Keterangan Laba per lembar saham : Laba bersih perusahaan dibagi denganjumlah lembar saham yang beredar Harga penutupan saham : Harga jual penutupan saham akhir tahun.
Earning per share/price ratio (E/P) atau rasio laba per lembar saham terhadap harga pasar saham merupakan ukuran IOS untuk menggambarkan seberapa besar earning power yang dimiliki
perusahaan.
Perusahaan
yang
stabil
akan
memperlihatkan stabilitas pertumbuhan earning per share/price ratio (E/P), sebaliknya perusahaan yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan earning per share/price ratio (E/P) yang fluktuatif. Bila E/P perusahaan naik secara konsisten (tidak fluktuatif), dapat diartikan perusahaan sedang tumbuh. Semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka semakin menarik investasi pada perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak positif terhadap harga saham,
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pada akhirnya abnormal return yang diperoleh akan semakin tinggi. d) Capital Expenditure to Book Value of Asset Ratio (CAPBVA) CAPBVA
= Tambahan aktiva tetap dalam satu tahun Total aktiva
Keterangan Tambahan Aktiva Tetap : Pengurangan aktiva tahun bersangkutan dengan tahun sebelumnya. Total Aktiva
: Total kekayaan perusahaan.
Capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) digunakan untuk melihat besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan. Dengan tambahan modal saham ini perusahaan dapat memanfaatkannya untuk tambahan investasi aktiva produktifnya, sehingga berpotensi sebagai perusahaan bertumbuh. Rasio ini tidak termasuk dalam proksi IOS pertumbuhan melainkan
proksi
menghubungkan
investasi. adanya
Pemilihan
aliran
proksi
tambahan
ini
modal
untuk saham
perusahaan untuk aktiva produktif sehingga berpotensi sebagai indikator perusahaan tumbuh. CAPBVA mengukur jumlah aliran modal perusahaan yang digunakan untuk memperoleh aktiva tetapnya. Semakin besar nilai dari rasio CAPBVA akan
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpengaruh terhadap peningkatan nilai dari return suatu perusahaan (Rahmawati, 2006). 2. Variabel Dependen Abnormal Return Abnormal Return adalah merupakan idikator dari return yang diterima. Abnormal return (excess return) didefinisikan sebagai perbedaan antara actual return dan expected return dari sebuah strategi investasi, hal ini sesuai dengan pemyataan Jones (1996:276) : "Abnormal retum is return on a secerity beyond that expected on the basis of its risk". Untuk menentukan variabel abnormal return saham perusahaan, maka dapat dilakukan pengukuran dengan rumus : AR it = Rit – E (Rit) Keterangan AR it
: abnormal return saham selama periode t
Rit
: actual return saham selama periode t
E (Rit)
: expected return saham selama periode t
Sedangkan untuk menentukan expected return saham perusahaan, maka dapat dilakukan pengukuran dengan rumus : E (Rit) = αi + βi Rm Keterangan E (Rit)
: expected return saham selama periode t
αi
: intercept untuk saham ke-i
βi
: koefisien slope yang merupakan beta dari saham ke-i
Rm
: tingkat commit pengembalian indeks pasar pada periode t to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.4 MODEL STATISTIK Model statistik yang digunakan adalah regresi linear untuk menguji pengaruh Investment Opportunitu Set (IOS) terhadap abnormal return saham perusahaan. Secara matematis, persamaannya sebagai berikut :
ABNORMAL RETURN(t) = α + β1 MKTBA(t-1) + β2 MKTBE(t-1) + β3 E/P(t-1) + β4 CAPBVA(t-1) + e
Keterangan ABNORMAL RETURN : abnormal return saham MKTBA
: market to book value of asset ratio
MKTBE
: market to book value of equity ratio
E/P
: earning per share / price ratio
CAPBVA
: capital expenditure to book value of asset ratio
e
: nilai residual (standard error)
3.5 SUMBER DATA Menurut Indriantoro dan Supomo (1999), sumber data dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekumder. Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yang berupa data laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan yang sudah go public. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data yang dipublikasikan oleh Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI)
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang berupa Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode tahun 20062009, laporan keuangan perusahaan tahun 2009 dari www.idx.co.id, dan www.yahoo-finance.com . Data-data yang diperlukan antara lain : 1. Total aktiva 2. Total ekuitas 3. Laba per lembar saham 4. Jumlah lembar saham beredar 5. Harga penutupan saham bulanan (monthly)
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi . Observasi yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1999).
3.7 METODE ANALISIS DATA 3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan suatu analisis yang digunakan dalam penelitian, dengan menyajikan data mentah yang telah diolah menjadi data yang mudah dipahami. Data-data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan analisis statistik yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi proporsi.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis statistik deskriptif menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data melalui karakteristik distribusinya (Djarwanto, 2001). Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data penelitian seperti mean, standar deviasi, varians, modus, sum, range, minimum dan maksimum. 3.7.2 Uji Asumsi Model Uji Normalitas Data Normalitas data merupakan suatu asumsi terpenting dalam statistika parametrik, sehingga pengujian terhadap normalitas data harus dialkukan agar asumsi dalam statistika parametrik dapat terpenuhi. Pengujian normalitas data dapat dilakukan dengan melihat output chart yang dihasilkan yaitu berupa Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Persyaratan normalitas bisa dipenuhi jika nilai-nilai sebaran data terletak di sekitar garis diagonal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal). Cara
lain
yang
digunakan
adalah
Kolmogrof-Smirnov
(Sujianto, 2007). Dari tabel One-Sample Kolmogrof-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05 (
) untuk pengambilan keputusan
dengan pedoman : 1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal 2. Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05,
commit to user distribusi data adalah normal. 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3.7.3 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Autokolerasi Uji autokolerasi ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi ada kolerasi antar pengganggu pada periode t dengan (sebelumnya), yang sebagian kasus
kesalahan pada periode
ditemukan pada regresi yang datanya adalah time series. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji DurbinWatson. Panduan angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokolerasi bisa dilihat dalam table D-W. Namun demikian kriteria pengujiannya sebagai berikut : a. Angka D-W dibawah -1 berarti ada autokolerasi positif. b. Angka D-W di antara -1 sampai +3 berarti tidak ada autokolerasi. c. Angka D-W diatas +3 berarti ada autokolerasi negatif.
2. Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas ditujukan untuk melihat ada tidaknya kolerasi antara variabel independen dengan variabel independen lainnya. Bila dalam satu persamaan regresi berganda muncul gejala multikolinieritas dapat menyebabkan nilai yang diprediksi akan menjadi bias. Namun demikian jika nilai
besar
(mendekati angka 1) biasanya gejala multikolinieritas diabaikan, karena nilai biasanya dianggap tidak begitu besar. Sedangkan untuk nilai
yang kecil, gejala multikolinieritas sangat dipermasalahkan
commit to user karena nilai yang diprediksi semakin besar biasnya. 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cara lain untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah melalui nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing variabel. Dikutip dari buku Aplikasi Statistika dengan SPSS (Sujianto, 2007), Nugroho menyatakan jika nilai VIF tidak lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinieritas. Sebaliknya jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terdapat gejala multikolinieritas. VIF adalah suatu estimasi berapa besar multikolinieritas mengingatkan varian pada suatu koefisien estimasi sebuah variabel penjelasan. VIF yang tinggi menunjukkan bahwa multikolinieritas telah menaikan sedikit varian pada koefisien estimasi, akibatnya menurunkan nilai t. Untuk itu gejala multikolinieritas harus dihilangkan.
3. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat melalui residual atau error mempunyai
varian
yang
tidak
konstan
atau
berubah-ubah.
Heteroskedstisitas sangat berdampak terhadap hasil uji hipotesis baik uji t maupun uji F yang tidak akurat dan akhirnya akan membawa dampak pula pada keakuratan kesimpulan. Salah satu teknik mendeteksi Heteroskedstisitas adalah melalui pola gambar Scatterplot model tersebut. Jika penyebaran titik-titik data tidak berpola, maka dapat dikatakan model lolos dari Heteroskedstisitas (Nachrowi, 2006).
3.7.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independentcommit variable) terhadap variabel terikat (dependent to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variable), baik uji koefisien regresi secara individu (Uji t), atau uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F). Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi (Uji R) untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi. 1) Uji Koefisien Regresi Partial (t-test) Uji koefisien regresi partial (t-test) dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individual (parsial) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya. Hipotesis nol H0 yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol atau : H0 : bi = 0 Artinya, variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) apakah parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau : Ha : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Tahap pengujiannya : i. Menentukan hipotesis H 0 : βi = 0 H a : βi ≠ 0 ii. Menentukan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) dan 10% (α = 0,10)
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii. Menghitung nilai t iv. Kriteria pengujiannya adalah : i.)
H0 diterima dan Ha ditolak apabila thitung < ttabel. Hal ini berarti, bahwa variabel independen secara parsial
tidak
berpengaruh
terhadap
variabel
dependen. ii.)
H0 ditolak dan Ha diterima apabila thitung > ttabel. Hal ini berarti bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Koefisien Determinasi (R2) Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi. Barapa besar persentase variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), nilai R2 berada diantara 0 dan 1, semakin mendekati 1 berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati 1 menunjukkan bahwa variabel dalam model tersebut dapat mewakili permasalahan yang diteliti, karena dapat menjelaskan variasi yang terjadi pada variabel dependennya. Nilai (R2) sama dengan 0 (nol) menunjukkan variabel independen dalam model yang dibentuk tidak dapat menjelaskan variasi dalam variabel terikat (Gujarati, 2009).
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) Uji F statistik dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dengan Uji F dilakukan dengan langkah sebagai berikut : i. Menentukan hipotesis H0 : β1 = β2 = β3 = β4 Ha : β 1 ≠ β 2 ≠ β 3 ≠ β 4 ii. Menentukan Ftabel dengan tingkat signifikansi (α = 0,05) dan (α = 0,10) iii. Mencari nilai Fhitung kemudian membandingkannya dengan Ftabel iv. Kriteria pengujiannya adalah : i.) H0 diterima dan Ha ditolak apabila Fhitung ≤ Ftabel, artinya tidak ada pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. ii.) H0 ditolak dan Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel, artinya ada pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis tentang pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan market to value of asset ratio (MKTBA), market to book value of equity ratio (MKTBE), earning per share/ price ratio (E/P) dan capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) terhadap abnormal return saham Perusahaan. Hipotesis tersebut masih bersifat sementara yang memerlukan pengujian secara empiris, pengujian hipotesis lebih lanjut akan disajikan dalam bab ini. A. ANALISIS DATA Penelitian ini mengambil data dari sampel perusahaan-perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2005 – 2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) periode tahun 2005 – 2009 terdapat sampel 34 perusahaan dari semua perusahaan sebagai populasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode purposive judgement sampling untuk memperoleh sampel yang dianggap mampu mewakili populasi. Sampel tersebut dipilih berdasarkan beberapa kriteria berikut : 1. Perusahaan yang dijadikan sampel harus memiliki umur lebih dari 5 tahun pada tahun pengamatan. Hal ini didasari adanya anggapan bahwa perusahaan yang berusia 5 tahun atau lebih umumnya relatif mapan secara finansial. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel harus mempublikasikan secara
commit user lengkap laporan keuangan tahunto2005-2009. 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak mengalami penurunan asset selama tahun pengamatan. 4. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak memiliki total ekuitas dan laba yang negatif selama tahun pengamatan. 5. Perusahaan yang dijadikan sampel tidak boleh memiliki return = 0 selama tahun pengamatan. Tabel IV. 1 Populasi dan Sampel Tahun
Populasi
Sampel
2005
339 Perusahaan
5 Perusahaan
2006
339 Perusahaan
8 Perusahaan
2007
343 Perusahaan
11 Perusahaan
2008
393 Perusahaan
9 Perusahaan
2009
397 Perusahaan
1 Perusahaan
Jumlah
1.811 Perusahaan
34 Perusahaan
Sumber : Data ICMD 2006 – 2009
Dari keseluruhan populasi perusahaan yang terdaftar di BEI, sampel yang memenuhi kriteria-kriteria penelitian tersebut dan yang selanjutnya akan digunakan sebagai objek penelitian terdapat 34 perusahaan. Perusahaan yang digunakan merupakan semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selain perusahaan keuangan. Dafar nama perusahaan sampel adalah sebagai berikut akan ditampilkan secara ringkas dalam tabel berikut :
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV. 2 DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL NAMA PERUSAHAAN
KODE SAHAM
NO.
TAHUN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2005 2005 2006 2007 2008 2006 2007 2006 2005
PT. Fast Food Indonesia Tbk. PT. Fast Food Indonesia Tbk. PT. Fast Food Indonesia Tbk. PT. Fast Food Indonesia Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk. PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk. PT. AKR Corporindo Tbk. PT. AKR Corporindo Tbk. PT. Sorini Corporation Tbk. PT. Sorini Corporation Tbk. PT. Citra Tubindo Tbk. PT. Citra Tubindo Tbk. PT. United Tractors Tbk. PT. United Tractors Tbk. PT. United Tractors Tbk. PT. Darya-Varia Tbk. PT. Darya-Varia Tbk. PT. Darya-Varia Tbk. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. PT. Mandom Indonesia Tbk. PT. Mandom Indonesia Tbk. PT. Mandom Indonesia Tbk. PT. Mandom Indonesia Tbk. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. PT. Hero Supermarket Tbk. PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
FAST FAST FAST FAST MLBI MLBI MLBI MLBI MLBI SMART SMART SMART AKRA AKRA SOBI SOBI CTBN CTBN UNTD UNTD UNTD DVLA DVLA DVLA KAEF TCID TCID TCID TCID TLKM TLKM HERO CMNP
34
2007
PT. Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.
CMNP
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. STATISTIK DESKRIPTIF DATA Untuk mengetahui gambaran tentang market to book value of asset ratio (MKTBA), market to book value of equity ratio (MKTBE), earning per share/ price ratio (E/P) dan capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) sebagai proksi dari Investment Opportunity Set (IOS) terhadap abnormal return saham Perusahaan, maka dilakukan perhitungan statistik deskriptif. Sampel yang diteliti padapenelitian ini adalah pengamatan tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009 perusahaan yang terdaftar di BEI. Dibawah ini disajikan hasil statistik deskriptif perusahaan.
Tabel IV. 3 STATISTIK DESKRIPTIF PERUSAHAAN SAMPEL PERIODE TAHUN 2005 – 2009 Descriptive Statistics N mktba mktbe ep capbva lgar
34 34 34 34 34
Mean 1.438818 2.881589 .083203 .155618 -3.3706
Std. Deviation .3182087 1.1813648 .0369529 .1137153 .95546
Minimum 1.0132 1.2920 .0244 .0035 -5.52
Maximum 2.1269 5.6763 .1920 .4309 -1.74
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Data yang didapatkan di atas menjelaskan bahwa tidak terdapat rentang yang lumayan jauh antara maksimum dan minimum pada tiap proksi. Tetapi hal ini adalah sebuah kemakluman mengingat beragamnya perusahaan yang diambil sebagai sampel.
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. PENGOLAHAN DATA Pengolahan data di dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi
11.00 for windows sebelum melakukan analisis regresi untuk
mengetahui pengaruh antar variabel dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan pengujian asumsi klasik yang merupakan syarat untuk melakukan analisis regresi. Pengujian normalitas data dan asumsi klasik disajikan pada bagian berikut ini : 1. Uji Asumsi Model Uji Normalitas Data Uji normalitas data mempunyai tujuan untuk menguji variabel dependen dan independen dalam persamaan regresi, apakah keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model distribusi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal, karena bagi suatu variabel yang mempunyai karakteristik tidak normal maka dapat mengurangi ketepatan dalam pengujian hipotesis. Ghozali (2005) menyatakan bahwa analisis statistic parametric bekerja dengan asumsi bahwa semua variabel terdistribusi secara normal, apabila asumsi tersebut dipenuhi maka nilai residual dari analisis juga berdistribusi normal. Dalam penelitian ini, untuk menguji normalitas data digunakan uji statistic Kolmogrov-Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah dengan membandingkan p-value > nilai tabel signifikansi, maka data memiliki distribusi normal.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada praktiknya, jarang bahkan tidak pernah dijumpai kumpulan data yang berdistribusi normal, namun demikian kurva normal dapat digunakan untuk kumpulan data yang distribusinya mendekati normal (Djarwanto PS, 1993). Jika ditemukan data yang tidak berdistribusi normal maka dapat digunakan dua cara, yaitu metode trimming dan transformasi data kedalam bentuk log. Metode trimming dapat ditempuh dengan membuang sampel yang memiliki sifat outliers, yaitu sampel yang memiliki nilai diluar batas normal ketika dibandingkan dengan data lain dalam sampel tersebut. Karena pada dasarnya penyebab data tidak berdistribusi normal adalah adanya beberapa item data yang bersifat outliers. Sedangkan dengan mentransformasi sampel kedalam bentuk log, diharapkan sampel awal dapat memenuhi batas nilai yang ditentukan. Pada
Uji
Kolmogrov-Smirnov
yang
dilakukan,
probabilitas
signifikansi masing-masing variabel dependen maupun independen memiliki tingkat signifikansi dibawah α = 0,05. TABEL IV.4 Uji Normalitas Variabel
α
Signifikansi
Keterangan
MKTBA
0.05
0.776
Data Normal
MKTBE
0.05
0.750
Data Normal
EP
0.05
0.925
Data Normal
CAPBVA
0.05
0.722
Data Normal
AR
0.05
0.001
Data Tidak Normal
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel IV.4 diatas menunjukan bahwa variabel dependen yaitu abnormal return tidak terdistribusi secara normal. Selanjutnya untuk menormalkan distribusi, digunakan metode transformasi data ke dalam bentuk log. Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov ditunjukan sebagai berikut : TABEL IV.5 Uji Normalitas Variabel
α
Signifikansi
Keterangan
MKTBA
0.05
0.776
Data Normal
MKTBE
0.05
0.750
Data Normal
EP
0.05
0.925
Data Normal
CAPBVA
0.05
0.722
Data Normal
LGAR
0.05
0.505
Data Normal
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran) Dari Tabel IV.5 diatas menunjukan bahwa variabel LGAR terdistribusi secara normal, karena memiliki tingkat signifikansi diatas 0,05. 2. Uji Asumsi Klasik a) Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi pada kondisi serangkaian data dalam observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu maupun tempat yang berdekatan. Autokorelasi timbul karena
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan metode Durbin Watson (DW test). DW test digunakan untuk autokorelasi tingkat satu yang mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen (Ghozali, 2005). Penentuan ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan patokan nilai Durbin-Watson hitung yang berkisar antara 0 dan 4 (Gujarati, 2009). Bila nilai uji statistik Durbin-Watson lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 maka residual dari model regresi berganda tidak bersifat independen atau terjadi autokorelasi.
Tabel IV.6 Uji Autokorelasi Model Summaryd Model 1 2 3
R R Square .454a .206 .453b .205 .451c .203
Adjusted R Square .097 .126 .152
Std. Error of the Estimate .90809 .89322 .87990
DurbinWatson
1.324
a. Predictors: (Constant), capbva, mktba, ep, mktbe b. Predictors: (Constant), mktba, ep, mktbe c. Predictors: (Constant), mktba, mktbe d. Dependent Variable: lgar Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Hasil output SPSS di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,324 yakni lebih besar dari 1 dan lebih kecil dari 3. Hal ini menunjukkan bahwa residual random atau acak, sehingga tidak terjadi autokorelasi.
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Multikolinearitas adalah situasi dimana terdapat korelasi antar variabel independen satu dengan lainnya dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik sebaiknya tidak terdapat korelasi diantara variabel independennya. Jika antar variabel independen terjadi korelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005). Multikolinearitas dapat diukur dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang digunakan dalam model terbebas dari multikolinearitas. Menurut Gujarati, multikoleniaritas terjadi ketika VIF > 10. Akibat dari multikolinearitas adalah koefisien-koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Jika
terjadi
multikolinearitas
maka
variabel
yang
menyebabkan terjadinya multikolinearitas harus dikeluarkan dari model.
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Variabel MKTBA MKTBE EP CAPBVA
Tabel IV. 7 Uji Multikolinearitas VIF dan TOLERANCE Keterangan 1,644 dan 0,608 Tidak Terjadi Multikolinearitas 1,644 dan 0,608 Tidak Terjadi Multikolinearitas 1,126 dan 0,888 Tidak Terjadi Multikolinearitas 1,024 dan 0,976 Tidak Terjadi Multikolinearitas Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Dari Tabel IV.6 di atas ditunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1. Nilai VIF proksi MKTBA adalah 1,644 nilai tolerance 0,608; Nilai VIF proksi MKTBE adalah 1,644 nilai tolerance 0,608; Nilai VIF proksi E/P adalah 1,126 nilai tolerance 0,888; dan Nilai VIF proksi CAPBVA adalah 1,024 nilai tolerance 0,976. c) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah situasi dimana terjadi penyebaran titik data populasi yang berbeda pada regresi. Heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi bias. Metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah metode Glesjer, yang melalui dua tahap. Pertama, melakukan regresi tanpa memperhatikan ada atau tidaknya heteroskedastisitas kemudian menentukan nilai absolute residual. Kedua, melakukan regresi sederhana antara variabel pengganggu dan variabel independen. Apabila
nilai
signifikansi
>
0,05,
heteroskedastisitas pada model.
commit to user 54
maka
tidak
terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar IV.1 Uji Heteroskesdastisitas Scatterplot Dependent Variable: LGAR Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2
-3 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
3. Pengujian Hipotesis Setelah melalui proses uji asumsi model, yaitu uji normalitas data. Uji asumsi klasik, yaitu uji multikoleniaritas, uji autokorelasi dan uji heterokedastisitas, maka model persamaan regresi layak untuk diuji lebih lanjut, untuk menguji hipotesis diantara variabel-variabelnya. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Pengujian dilakukan secara simultan dengan tingkat signifikansi 0,05 atau 0,1. Di dalam penelitian ini variabel dependen yaitu abnormal return telah ditransformasikan ke dalam bentuk log untuk tujuan normalitas data. Transformasi tersebut telah mengakibatkan perubahan pada persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang didapatkan adalah :
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.8 Hasil Uji Regresi LGAR(t) = -3,776 + 1,214 MKTBA(t-1) - 0,465 MKTBE(t-1) + 0,049 EP(t-1) + 0,030 CAPBVA(t-1) (1,966) (-2,799) (0,287) (0,182)
Koefisien determinasi (R2) = 0,203 (20,3%) Nilai F = 3,956 Signifikansi (Sig.) = 0,030 Sumber : Data diolah
Keterangan LGAR
: log abnormal return saham
MKTBA : market to book value of asset ratio MKTBE : market to book value of equity ratio E/P
: earning per share / price ratio
CAPBVA : capital expenditure to book value of asset ratio
Dari persamaan regresi di atas menunjukan nilai koefisien regresi dari variabel MKTBA bernilai positif, yaitu sebesar 1,214. Hal ini berarti jika total Market-to-Book Value of Asset Ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return akan naik sebesar 1,214%. Nilai koefisien regresi dari variable MKTBE bernilai negative, yaitu sebesar 0,465. Hal ini berarti jika total Market-to-Book Value of Equity Ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return akan turun sebesar 0,465%. Nilai koefisien regresi dari variable EP bernilai positif, yaitu sebesar 0,049. Hal ini berarti jika total Earning per Share Ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return akan naik sebesar 0,049%. Nilai koefisien regresi dari variable CAPBVA bernilai positif, yaitu sebesar 0,030. Hal ini berarti jika total Capital Expenditure-to-Book Value of Asset Ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return akan naik sebesar 0,030%.
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,203 menunjukkan bahwa sebesar 20,3% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen dalam penelitian. Sedangkan Nilai F adalah sebesar 3,956 dengan signifikansi F sebesar 0,030 (p<0,05). Sementara dari hasil Ftabel adalah sebesar 3,956 pada tingkat signifikansi 5%. Nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikansi dibawah 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa secara simultan variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. 1) Pengujian Ketepatan Perkiraan (Uji R) Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis regresi. Seberapa besar variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. Tingkat ketepatan regresi yang dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2), nila R2 berada diantara 0 dan 1, semakin mendekati 1 berarti variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel IV.9 Uji R Model Regresi LGAR(t) = α + β1 MKTBA(t-1) + β2 MKTBE(t-1) + β3 E/P(t-1) + β4 CAPBVA(t-1) + e
R2 0,203
Adj.R2 0,152
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Hasil output pengujian SPSS di atas menunjukkan bahwa variabel abnormal return saham perusahaan dapat dijelaskan sebesar 20,3 % oleh variabel independen MKTBA, MKTBE, EP, dan CAPBVA. Hal ini terlihat dari nilai R square (R2) sebesar 0,203.
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan sebesar 79,7% dijelaskan oleh variabel lainnya diuar keempat variabel tersebut. 2) Pengujian Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji F statistik dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Tabel IV.10 Uji F Model Regresi LGAR(t) = α + β1 MKTBA(t-1) + β2 MKTBE(t-1) + β3 E/P(t-1) + β4 CAPBVA(t-1) + e
F Tabel 2,92
Sig. 0,05
F Sig. F Hitung 3,956 0,030
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai F adalah sebesar 3,956. Sementara dari hasil Ftabel adalah sebesar 2,92 pada tingkat signifikansi 5%. Nilai F adalah sebesar 3,956 dengan signifikansi F sebesar 0,030 (p<0,05). Sementara dari hasil Ftabel adalah sebesar 2,92 pada tingkat signifikansi 5%. Nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikansi dibawah 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa secara simultan variabel Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh terhadap variabel abnormal return saham perusahaan. 3) Pengujian Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial (individu) berpengaruh terhadap variabel dependen, dengan asumsi variabel independen yang lain konstan.
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel MKTBA MKTBE EP CAPBVA
digilib.uns.ac.id
Tabel IV.11 Uji t t 1,966 -2,799 0,287 0,182
Sig. 0,058** 0,009* 0,776 0,857
Keterangan. *). Signifikan pada tingkat 5% **). Signifikan pada tingkat 10%
Sumber : Print Out SPSS 11.00 (lampiran)
Dari hasil tersebut di atas proksi MKTBA dan MKTBE yang berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Probabilitas signifikansi (Sig.) proksi MKTBA sebesar 0,058 yang lebih kecil dari 0,1 dan probabilitas signifikansi (Sig.) proksi MKTBE sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan dua proksi variabel independen lainnya, yakni proksi EP dan CAPBVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Probabilitas signifikansi (Sig.) proksi EP sebesar 0,776 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan untuk proksi CAPBVA memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,857 yang lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa proksi MKTBA berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan, proksi MKTBE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Sedangkan EP dan CAPBVA berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. INTERPRETASI HASIL Setelah dilakukan uji ketepatan koefisien determinasi (Uji R), pengujian variabel secara simultan (Uji F) maupun pengujian variabel secara parsial (Uji t), maka diperoleh persamaan regresi : Tabel IV.12 Hasil Uji Regresi LGAR(t) = -3,776 + 1,214 MKTBA(t-1) - 0,465 MKTBE(t-1) + 0,049 EP(t-1) + 0,030 CAPBVA(t-1) (1,966) (-2,799) (0,287) (0,182)
Koefisien determinasi (R2) = 0,203 (20,3%) Nilai F = 3,956 Signifikansi (Sig.) = 0,030 Sumber : Data diolah
Keterangan LGAR
: log abnormal return saham
MKTBA : market to book value of asset ratio MKTBE : market to book value of equity ratio E/P
: earning per share / price ratio
CAPBVA : capital expenditure to book value of asset ratio
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut : 1. Hasil Pengujian Hipotesis Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,203 menunjukkan bahwa sebesar 20,3% variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen MKTBA, MKTBE, EP, dan CAPBVA dalam penelitian.
commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F adalah sebesar 3,956 dengan signifikansi F sebesar 0,030 (p<0,05). Sementara dari hasil Ftabel adalah sebesar 2,92 pada tingkat signifikansi 5%. Nilai Fhitung lebih besar daripada Ftabel dan nilai signifikansi dibawah 0,05 sehingga dapat
dinyatakan
bahwa
secara
simultan
variabel
Investment
Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh terhadap variabel abnormal return saham perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi (Sig.) proksi MKTBA sebesar 0,058 yang lebih besar dari 0,05 namun tidak lebih besar dari 0,1; probabilitas signifikansi (Sig.) proksi MKTBE sebesar 0,009 yang lebih kecil dari 0,05; probabilitas signifikansi (Sig.) proksi EP sebesar 0,776 yang lebih besar dari 0,05. Sedangkan untuk proksi CAPBVA memiliki probabilitas signifikansi sebesar 0,857 yang lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Hasil tersebut menunjukan bahwa proksi EP dan CAPBVA berpengaruh tidak signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Sedangkan untuk proksi MKTBA berpengaruh positif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Sedangkan, untuk proksi MKTBE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
2. Pengaruh Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) terhadap Log Abnormal Return Saham (LGAR) Persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan
commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
proksi MKTBA bernilai positif, yaitu sebesar 1,214. Hal ini berarti jika total market to book value of asset ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return saham akan naik sebesar 1,214%. Untuk mengetahui pengaruh variabel Investment Opportunity Set (IOS) dengan proksi MKTBA terhadap variabel LGAR secara parsial dapat dilihat dari tingkat signifikansinya sebesar 0,058 yang lebih besar dari α (0,05) namun tidak lebih besar dari α (0,1). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha1 diterima, berarti market to book value of asset yang merupakan proksi variabel Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap abnormal return saham. Kesimpulannya adalah variabel market to book value of asset memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel abnormal return. Sehingga kenaikan market to book value of asset akan menaikan abnormal return. Rasio antara nilai pasar terhadap nilai buku asset (MKTBA) mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan. Hal ini dapat dijelaskan melalui hubungan bahwa semakin tinggi MKTBA maka akan semakin tinggi nilai IOS perusahaan. Dengan nilai IOS yang semakin tinggi diharapkan
return saham akan semakin
meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2004) dan oleh Setyarini (2006) menyatakan adanya korelasi signifikan antara rasio MKTBA terhadap return saham pada saat pelaporan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio proksi IOS MKTBA berkorelasi positif terhadap CAR perusahaan tumbuh.
commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara dari penelitian ini yang menguji variabel MKTBA dengan abnormal return saham seluruh perusahaan kecuali perusahaan keuangan selama tahun 2005-2009 menghasilkan bahwa rasio MKTBA memiliki pengaruh positif dan signifikan positif terhadap variabel abnormal return saham. 3. Pengaruh Market to Book Value of Equity Ratio (MKTBE) terhadap Log Abnormal Return Saham (LGAR) Persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan proksi MKTBE bernilai negatif sebesar 0,465. Hal ini berarti jika total market to book value of equity ratio naik 1%, maka rata-rata abnormal return saham akan turun sebesar 0,465%. Untuk mengetahui pengaruh variabel Investment Opportunity Set (IOS) dengan proksi MKTBE terhadap variabel LGAR secara parsial dapat dilihat dari tingkat signifikansinya sebesar 0,009 yang lebih kecil dari α (0,05) dan α (0,1). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha2 diterima, berarti market to book value of equity yang merupakan proksi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh signifikan terhadap abnormal return saham. Rasio nilai pasar terhadap nilai buku ekuitas (MKTBE) mencerminkan adanya peluang investasi bagi suatu perusahaan. Collin and Kothari membuktikan bahwa perbedaan nilai pasar ekuitas terhadap
nilai buku merupakan cerminan peluang investasi
(Norpratiwi, 2004). Proksi MKTBE commit to userdapat menjelaskan pula bahwa 63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besarnya return dari aktiva yang ada dan investasi yang diharapkan di masa yang akan datang dapat melebihi return dari ekuitas yang diinginkan. Dalam penelitian Norpratiwi (2004) yang menguji seberapa pengaruh dari rasio MKTBE terhadap variabel return hasilnya adalah variabel MKTBE memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel return. Yang berarti semakin besar rasio dari MKTBE maka hal yang sama terjadi dengan variabel return. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa rasio market to book value of equity memiliki korelasi yang signifikan dengan faktor umum. Hasil serupa pun didapat dari penelitian yang dilakukan oleh Norpratiwi (2001) yang menyatakan bahwa Market to book value of equity ratio memiliki korelasi yang signifikan terhadap return saham perusahaan. Sehingga apabila abnormal return diproksikan sebagai reaksi pasar dan reaksi investor, maka dapat disimpulkan bahwa rasio MKTBE sebagai rasio proksi IOS mempunyai korelasi yang signifikan dengan return pasar dan mampu mempengaruhi kesempatan adanya perolehan abnormal return.
commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pengaruh Earning per share / Price (E/P) terhadap Abnormal Return Saham (LGAR) Persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan proksi E/P bernilai positif sebesar 0,049. Hal ini berarti jika total earning per share/price naik 5%, maka rata-rata abnormal return saham akan naik sebesar 0,049%. Untuk mengetahui pengaruh variabel Investment Opportunity Set (IOS) dengan proksi E/P terhadap variabel abnormal return secara parsial dapat dilihat dari tingkat signifikansinya sebesar 0,776 yang lebih besar dari α (0,05) dan α (0,1). Dengan demikian H0 diterima dan Ha3 ditolak, berarti earning per share/price sebagai proksi dari Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh tidak signifikan terhadap abnormal return saham.
5. Pengaruh Capital Expenditures to Book Value of Asset Ratio (CAPBVA) terhadap Abnormal Return Saham (LGAR) Persamaan regresi menunjukkan nilai koefisien regresi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan proksi CAPBVA bernilai positif sebesar 0,030. Hal ini berarti jika total capital expenditure to book value of asset naik 1%, maka rata-rata abnormal return saham akan naik sebesar 0,030%.
commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui pengaruh variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan CAPBVA terhadap variabel abnormal
return
secara
parsial
dapat
dilihat
dari
tingkat
signifikansinya sebesar 0,857 yang jauh lebih besar dari α (0,05) dan α (0,1). Dengan demikian H0 diterima dan Ha4 ditolak, berarti capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) sebagai proksi dari variabel Investment Opportunity Set (IOS) secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap abnormal return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) tersebut menyatakan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara Capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) dengan variabel pertumbuhan perusahaan. Rasio CAPBVA yang dikorelasikan dengan pertumbuhan aset perusahaan tumbuh yang dilakukan oleh Rokhayati (2005) menghasilkan adanya korelasi yang signifikan antara kedua variabel. Hasil korelasi yang sama antara rasio CAPBVA sebagai salah satu dari proksi IOS dengan return saham dilakukan oleh Norpratiwi (2004). Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anthi D.P. Anugrah (2007) Hasil uji regresi menunjukkan bahwa rasio proksi IOS CAPBVA tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Akan tetapi hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Aprilia Setyarini (2006) yang menguji korelasi antara CAPBVA dengan
commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cummulative Abnormal return (CAR) pada perusahaan tumbuh. Hal ini membuktikan bahwa kesempatan memperoleh return di pasar tidak berkorelasi positif dengan besarnya aliran tambahan modal saham perusahaan. Bagi perusahaan seharusnya dapat tambahan modal saham
memanfaatkan
sebagai tambahan aktiva produktifnya,
sehingga para investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi ke perusahaan. Bagi para investor apabila nilai IOS rendah, sebaiknya tidak disertai dengan nilai investasi yang tidak menguntungkan.
commit to user 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, terutama pada analisis data bab IV dimuka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Pada model regresi, yang menganalisis hubungan antara Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksi dengan MKTBA, MKTBE, EP, dan CAPBVA terhadap abnormal return saham, analisis data menunjukan bahwa secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2. Pada hipotesis I, yang menganalisis hubungan antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan market to book value of asset ratio (MKTBA) terhadap abnormal return saham, analisis data menunjukkan bahwa market to book value of asset ratio (MKTBA) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan baik, secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap
abnormal return
saham perusahaan. Sehingga kenaikan market to book value of asset ratio akan menaikan abnormal return saham perusahaan. 3. Pada hipotesis II, yang menganalisis hubungan antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan market to book value of equity ratio (MKTBE) terhadap abnormal return saham, analisis data menunjukkan bahwa market to book value of equity ratio
commit to user 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(MKTBE) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang negatif, secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. Sehingga kenaikan market to book value of equity ratio akan menurunkan abnormal return saham perusahaan. 4. Pada hipotesis III, yang menganalisis hubungan antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan earning per share/price ratio (E/P) terhadap abnormal return saham, analisis data menunjukkan bahwa earning per share/price ratio (EP) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan baik, secara simultan berpengaruh signifikan. Namun, secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan. 5. Pada hipotesis IV, yang menganalisis hubungan antara variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan dengan capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) terhadap abnormal return saham, analisis data menunjukkan bahwa capital expenditure to book value of asset ratio (CAPBVA) sebagai salah satu dari proksi Investment Opportunity Set (IOS) memiliki pengaruh yang positif dan baik, secara simultan berpengraruh signifikan. Namun, secara parsial CAPBVA sebagai proksi Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh tidak signifikan terhadap abnormal return saham perusahaan.
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Hasil peneltian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga proksi IOS yang berbasis terhadap harga, proksi Market to Book Value of Asset Ratio (MKTBA) merupakan proksi yang paling baik untuk digunakan dalam penelitian ini, kerena memiliki koefisien determinasi tertinggi.
B. KETERBATASAN Di dalam penelitian ini penulis menghadapi beberapa keterbatasan yang harus dihadapi. Beberapa hal tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil penelitian, beberapa keterbatasan masih memberikan hambatan dalam penelitian ini. Beberapa keterbatasan yang dihadapi penulis, antara lain : 1. Variabel Investment Opportunity Set (IOS) merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi (unobservable) sehingga memerlukan proksiproksi untuk mengukurnya. Dari beberapa penelitian terdahulu tentang IOS yang dilakukan baik oleh peneliti lokal maupun luar negeri, terdapat bermacam-macam proksi untuk mengukur IOS. Semakin banyak proksi yang digunakan untuk mengukur IOS, akan semakin tepat pengukuran variabel tersebut, sedangkan di dalam penelitian ini hanya menggunakan empat proksi untuk mengukur IOS. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara data keuangan pada ICMD maupun
laporan
keuangan
perusahaan
www.idx.co.id
commit to user 70
yang
diperoleh
dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Penggunaan periode pengamatan yang hanya 5 tahun dirasa kurang panjang jika ingin mengetahui pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) sebagai variabel pertumbuhan perusahaan.
C. SARAN Setelah
melakukan
penelitian,
mendapatkan
hasil
dan
mempertimbangkan keterbatasan penelitian, penulis memberikan saran terkait penelitian selanjutnya, antara lain : 1. Peneliti a. Hendaknya peneliti memperbanyak sampel penelitian untuk penelitian di masa yang akan datang, sehingga hasil yang diperoleh akan semakin akurat. b. Kemungkinan terdapat faktor-faktor lain yang tidak terungkap dalam model penelitian untuk menilai hubungan antara Investment Opportunity Set (IOS) terhadap abnormal return saham perusahaan. Diharapkan penelitian selanjutnya lebih mengembangkan hasil penelitian ini untuk mendapatkan faktorfaktor lain. 2. Akademisi a. Dalam penelitian lanjutan dapat memisahkan perusahaan sampel sesuai dengan karakteristik industrinya, karena hasil penelitian yang didapat akan lebih bermakna jika sampel yang
commit to user 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
digunakan dipisahkan berdasarkan karakteristik industrinya. Selain itu, untuk penelitian lanjutan dapat menggunakan pemilihan tahun periode pengamatan yang lebih panjang. Karena semakin panjang periode pengamatan semakin terlihat pertumbuhan suatu perusahaan. b. Dalam melakukan penelitian Investment Opportunity Set (IOS) selanjutnya, dapat menggunakan lebih banyak proksi yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu, sehingga dapat memperoleh gambaran tentang IOS secara lebih mendalam. 3. Investor dan masyarakat a. Untuk memudahkan para investor dan peneliti dalam menganalisis keadaan pasar modal, maka hendaknya bursa efek memberikan informasi yang lengkap dan akurat. Oleh karena itu para emiten juga diharapkan dapat memberikan laporan keuangan perusahaannya secara riil dan tepat waktu, sehingga informasi
ini
dapat
memberikan
prospek
pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang dengan akurat. b. Untuk mengetahui prospek pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pengukuran investment opportunity, semakin tinggi nilai rasio investment opportunity kemungkinan perusahaan untuk tumbuh akan semakin besar, karena investment opportunity pada akhirnya dapat mewujudkan realized growth. Dimana investasi merupakan salah satu kebijakan yang dapat
commit to userperusahaan, sehingga dengan mewujudkan perkembangan 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perkembangan tersebut perusahaan mengalami peningkatan nilai perusahaan yang tercermin melalui laba per lembar sahamnya, sehingga dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham melalui peningkatan dividen yang dibagikan. 4. Perusahaan Perusahaan mempertimbangkan Investment Opportunity Set (IOS) dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi di masa yang akan datang. Karena Investment Opportunity Set (IOS) merupakan prediksi pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengetahui seberapa besar pertumbuhan perusahaan tersebut yang akan memberikan dampak positif bagi perusahaan tersebut dalam melakukan suatu investasi.
commit to user 73