1
ESTIMASI HARGA PUPUK OLAHAN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH BERDASARKAN BIAYA PRODUKSI DAN WILLINGNESS TO PAY (Studi Kasus : RSUP H Adam Malik Medan)
THASIA GINTING
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Harga Pupuk Olahan Sludge Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Biaya Produksi dan Willingness to Pay (Studi Kasus: IPAL RSUP H Adam Malik Medan) adalah benar kaya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan msupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor,
Juni 2014
Thasia Ginting H44100016
3
ABSTRAK THASIA GINTING. Estimasi Harga Pupuk Olahan Sludge Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Pendekatan Harga Produksi dan Willingness to pay (Studi Kasus: IPAL RSUP H Adam Malik Medan). Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Peningkatan jumlah rumah sakit di Indonesia menunjukkan akses terhadap kesehatan lebih mudah dan bervariatif, baik secara biaya maupun pelayanan. Namun terdapat konsekuensi yang harus diambil yaitu adanya ekstra beban yang menjadi permasalahan lingkungan. Hal ini terkait dengan limbah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas pelayanan kesehatan. RSUP Haji Adam Malik melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan oleh aktivitas medis dan non medis rumah sakit dengan membangun IPAL dengan metode tricling filter. Metode ini menghasilkan air dengan pH 7-7.7 yang layak dibuang ke ambien dan sludge yang dapat diolah kembali menjadi pupuk dengan menambahkan koagulan Fe2Cl3. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengestimasi harga pupuk yang dihasilkan dengan pendekatan biaya produksi, pendekatan WTP dan membandingkan harga dari kedua pendekatan tersebut. Harga pupuk hasil olahan IPAL dengan menggunakan perhitungan harga pokok produksi adalah Rp 910.05 per kg. Harga ini diperoleh dengan memperhitungkan biaya rata-rata dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Nilai WTP yang didapat adalah sebesar Rp 773.7 per rumah tangga per kg. Selisih harga antara metode biaya produksi dengan metode WTP adalah sebesar Rp 136.354. Selisih harga ini menunjukkan bahwa harga pupuk olahan IPAL dalam kondisi undervalue secara finansial di masyarakat sekitar RSUP H Adam Malik. Kondisi undervalue pupuk olahan tersebut dapat ditingkatkan melalui beberapa cara yaitu efisiensi penggunaan mesin penggiling, melakukan edukasi dan promosi ke masyarakat, dan melakukan penelitian dan pengembangan pupuk olahan IPAL. Kata kunci : biaya produksi, IPAL, pupuk olahan IPAL, rumah sakit, tricling filter, WTP
ABSTRACT THASIA GINTING. Estimated The Price of Fertilizer from Wastewater Treatment Plant Sludge Based on Production Approach and Willingness to Pay (Case Study: WWTP H Adam Malik Hospital Medan). Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA. An increasing number of hospitals in Indonesia shows access to health nowadays easier and varied, both in cost and service. There are consequences to be taken that is the extra load for environmental. It is caused by the waste from healthcare activities. Haji Adam Malik Hospital manage the waste from medical and nonmedical activities by build a Waterwaste Treatment Plant (WWTP) with tricling filter method. This method produces water with a pH of 7-7.7 which decent discharged into ambient and sludge can be recycled into fertilizer by adding coagulant Fe2Cl3. The primary objective of this study is to estimate the price of fertilizer with production cost approach and Willingness to Pay (WTP) approach and compare the prices of both approaches. Fertilizer prices from the cost of production approach is IDR 910.05 per kg. This price is obtained by calculating the average cost of raw material costs, direct labor costs and the overhead. WTP price obtained is IDR 773.7 per household per kg. The difference between the cost of production methods with the WTP method is IDR 136,354. This difference indicates that the price financially is in undervalued conditions in the surrounding community in H Adam Malik Hospital. This condition can be improved in several ways, efficient use of grinding machine, do education and promotion to the public, and do research and development. Keywords : fertilizer, hospital, production costs, tricling filter, wastewater treatment plant, WTP
5
ESTIMASI HARGA PUPUK OLAHAN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH BERDASARKAN BIAYA PRODUKSI DAN WILLINGNESS TO PAY (Studi Kasus : RSUP H Adam Malik Medan)
THASIA GINTING
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departmen Ekonomi Sumberdaya dan lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi
:
Estimasi Harga Pupuk Olahan Sludge Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Pendekatan Harga Produksi dan Willingness to Pay (Studi Kasus: IPAL RSUP H Adam Malik Medan)
Nama
:
Thasia Ginting
NIM
:
H44100016
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr Pembimbing I
Nuva, SP, M. Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
7
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala karunia dan berkat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Didasari dengan ketertarikan penulis mengenai ekonomi lingkungan yaitu mengenai limbah, penulis memiliki keinginan untuk mempelajari sisi ekonomi dari pengolahan limbah dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan manajemen Institut Pertanian Bogor dengan menyusun skripsi yang berjudul Estimasi Harga Pupuk Olahan Sludge Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Pendekatan Harga Produksi dan Willingness to Pay (Studi Kasus: IPAL RSUP H Adam Malik Medan). Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu 2. Kepada orang tua tercinta yaitu Mama Rinawati Sitepu, S. Kep, Ns dan Adik Ray Brema Ginting serta keluarga besar Ginting dan Sitepu atas doa, nasehat dan motivasinya. 3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr dan Ibu Nuva, SP, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 4. Bapak Ir Nindyantoro, M.SP dan Bapak Beny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji 5. Ibu Dr Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendidik dan mengarahkan penulis selama menempuh masa pendidikan. 6. Para dosen, staff dan seluruh civitas akademika Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB atas arahan, ilmu dan bimbingan selama menempuh masa pendidikan.
7. Sahabatku tersayang (Emelia Brenda Elizabeth Sitorus “Mia” dan Try Permata Sari Siagian “Sari”) yang selalu memberi pengalaman baru dan hadir setiap saat untuk membantu dan memberi semangat. 8. Keluargaku di IPB ( Icha, Bebet, Wiken, Rony, Edwin, Markus, Tian, Agam, Samuel, Pepi dan teman2 yang lainnya) yang selalu memberikan tawa canda, motivasi dan semangat. 9. Rekan sepergerakan di GMKI (BPC 2013-2014 dan rekan lainnya) yang selalu memberikan semangat dan nasihat dalam pengerjaan skripsi ini. 10. Rekan-rekan satu bimbingan (Viola, Rahmatullah, Puti, Dona, Deiby, Desi Harahap, Reza ‘Chibi”, Aldi) atas kerjasama, dukungan, dan saran selama proses pengerjaan skripsi. 11. Teman-teman seperjuangan ESL 47 atas segala masukan dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini. 12. Sahabatku di Medan (Nancy, Defa, kak Juli) yang selalu memberi semangat, doa dan motivasi jarak jauh. 13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan sripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan sripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi penulisann yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Bogor,
Juni 2014
Thasia Ginting
9
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL…….…….…….…….…….…….….…….…….……..……..vi DAFTAR GAMBAR …….…….…….…….………..…….…….…….…..….….vi DAFTAR LAMPIRAN…….…….…….…….……..….…….…….….….……..vi 1 PENDAHULUAN…….…….……...………...…….…….…….…….…….…..1 1.1. Latar Belakang…….…….…….……….…….…….…….…….…….……1 1.2. Perumusan Masalah…….…….…….……….…….…….…….…….…….3 1.3. Tujuan Penelitian…….…….…….……….…….…….…….…….…….…6 1.4. Manfaat Penelitian…….…….…….…….…….…….……….…….……...6 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian…….…….……….…….…...7 2 TINJAUAN PUSTAKA…….…….…….…….…….…….…….…….…….…9 2.1. Air Limbah Rumah Sakit…….…….…….…….…….…….…….………..9 2.2. Pengolahan Limbah Cair…….…….…….…….…….…….…….……….10 2.3. Metode Tricling Filter…….…….…….…….…….…….…….……….…11 2.4. Pupuk Hasil Olahan IPAL…….…….…….…….…….…….……….…...12 2.5. Biaya Produksi…….…….…….…….…….…….…….…….…...….…...13 2.6. Penelitian Terdahulu…….…….…….…….…….…….…….…..….……14 3 KERANGKA PEMIKIRAN…….…….…….….….…….…….…..….…….19 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis…….…….…….…….…….……...……….19 3.1.1. Contingen Valuation Method…….……….….…….…..….………19 3.1.2. Willingness to Pay…….…….…….…….…….…….…..….……..20 3.1.3.Biaya Produksi…….…….…….…….…….…….……...…….……24 3.1.4. Harga Pokok Produksi…….…….…….…….…….…..….…….…24 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional…….…….…….…….……..…….…...25 4 METODE PENELITIAN …….…….…….…….…….…….….….…….…..29 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian…….…….…….…….…….….….…….…29 4.2. Metode Pemilihan Responden…….…….…….…….…….…….…….…29 4.3. Jenis dan Sumber Data…….…….…….……….….…….…….…….…...29 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data…….…….…….…….…….…….30 4.5. Estimasi Harga Pupuk Hasil Olahan IPAL…….…...…….…….…….….31 4.6. Estimasi Nilai WTP RespondenTerhadap Pupuk Olahan IPAL…………31 4.7. Analisis Faktor yang Mempengaruhi WTP…….…….…….…….………34 5 GAMBARAN UMUM…….…….…….…….…….…….…….…….…….…39 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.…….….…….….…….…...…….…39 5.1.1 RSUP H Adam Malik Medan.…….………….….…….….…….…39 5.1.2 Potensi IPAL RSUP H Adam Malik.…….….…….….……………40 5.2. Karakteristik Responden…………………………………………………40 5.2.1 Usia………………………………………………………………...40 5.2.2 Pendidikan Formal…………………………………………………41 4.2.3 Jenis Pekerjaan……………………………………………………..41 4.2.4 Tingkat Pendapatan………………………………………………...41 4.2.5 Jumlah tanggunga Keluarga………………………………………..42 4.2.6 Jarak Tempat Tinggal dari Rumah Sakit…………………………...42
4.2.7 Luas Lahan kosong………………………………………...………43 4.2.8 Status Kepemilikan Lahan…………………………………..……..43 4.2.9 Pengetahuan Mengenai Keberadaan IPAL…………………..….…43 4.2.10 Pengetahuan Mengenai Keberadaan Pupuk Olahan IPAL…..…...44 6 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….…….…..45 6.1 Estimasi Harga Pupuk dengan Metode Biaya Produksi……….……….…45 6.1.1 Proses Produksi Pupuk Organik………………………….………...45 6.1.2 Biaya Produksi………………………………………………….….46 6.1.2.1 Biaya Bahan Baku, Fe2Cl3 dan Listrik………….………....46 6.1.2.2 Biaya Tenaga kerja Langsung……………………………...46 6.1.2.3 biaya Overhead………………………………………….….47 6.1.2.4 Penentuan Harga Pokok Produksi……………………….....48 6.2 Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Pupuk Hasil Olahan IPAL.....48 6.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP……..…….….50 6.4 Membandingkan Harga Pupuk Metode Biaya Produksi dan WTP..……...55 7 SIMPULAN DAN SARAN………………………………………………..…59 7.1 Simpulan………………………………………………………..…………59 7.2 Saran…………………………………………………………..…………..60 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..………….61 LAMPIRAN……………………………………………………………..………63 RIWAYAT HIDUP……………………………………………………..………75
11
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Rumah Sakit di Indonesia 2005-2011…………………………...……..1 2. Statistik Regresi Pasien Masuk RSUP HAM 2013……………………...……..4 3. Jumlah Aliran Limbah IPAL 1 RSUP HAM 2013…………………..………...4 4. Penelitian terdahulu…………………………………………………..……….16 5. Metode Pengolahan dan Analisis Data………………………………..………30 6. Sebaran Responden Menurut Usia……………………………………...……..41 7. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal………………………..…...41 8. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan…………………………..…….41 9. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan ……………………..…….42 10. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga………..……….42 11. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari IPAL……..….……42 12. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Kosong…………………...……….43 13. Sebaran Responden Menurut Status Kepemilikan Lahan…………..………...43 14. Sebaran Responden Menurut Pengetahuan Keberadaan IPAL………..……...44 15. Sebaran Responden menurut Pengetahuan Keberadaan Pupuk Olahan IPAL…………….…….…….…….…….…….…….…….…….……...……..44 16. Pemakaian Bahan Baku Bulanan Produksi Pupuk……………………………46 17. Biaya Tenaga Kerja Langsung Bulanan……………………………………....47 18. Biaya Overhead Variabel Bulanan …………………………………………...48 19. Harga Pokok Produksi Pupuk Olahan……………………………………...…48 20. Distribusi rata-rata WTP Responden……………………………………..…..50 21. Hasil Estimasi Model Regresi Linear Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTP…..…….…….…….…….…….…….…….…….…….…….…….….....51 22. Perbandingan Harga Pupuk dengan Metode Biaya Produksi dan WTP……...55
DAFTAR GAMBAR
1. Proses Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit……………..…..……………...10 2. Mesin Penggiling………………………………………………..…………….12 3. Bak Penampungan Pupuk………………………………………..…………....13 4. Diagram Alur Kerangka Operasional……………………………..…………..27 5. Kangkung Dengan Pupuk IPAL dan Pupuk Kompos……………..………….32 6. Kurva WTP Responden……………………………………………...………..50
DAFTAR LAMPIRAN 1. Sertifikat Analisis……………………………………………………………63 2. Hasil Model Linear berganda………………………………………………..64 3. Peta Lokasi Penelitian………………………………………………………..67 4. Dokumentasi…………………………………………………………………68 5. Kuesioner…………………………………………………………………….69 6. Riwayat Hidup……………………………………………………………….75
13
1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Perkembangan rumah sakit di Indonesia terus meningkat dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Aktifnya para pelaku bisnis dalam berinvestasi di industri rumah sakit di Indonesia sejalan dengan upaya pemerintah menyediakan jasa layanan kesehatan kepada masyarakat. Hal ini menjadi pemicu bermunculannya rumah sakit baru dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Data pertumbuhan rumah sakit di Indonesia dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan peningkatan jumlah rumah sakit pada tahun 2005 sejumlah 995 rumah sakit menjadi 1370 rumah sakit (meningkat sebesar 27.37 %) pada 2011. Kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang semakin tinggi membuat jumlah rumah sakit di Indonesia meningkat. Peningkatan jumlah rumah sakit baik pemerintah maupun swasta memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat sekitar rumah sakit. Dampak positif antara lain memberi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, meningkatkan pendapatan masyarakat, menjadikan daerah sekitar rumah sakit menjadi ramai dan banyak kunjungan, dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan (Wachid 2012). Jumlah rumah sakit di Indonesia dari Tahun 2005 sampai 2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah rumah sakit umum di Indonesia Tahun 2005-2011 No
Pengelola 2005 2006 2007 Departemen 1 13 13 13 Kesehatan Pemerintah 2 43 43 43 provinsi Pemerintah 3 322 334 345 kab/Kota 4 TNI/Polri 110 110 110 Departemen 5 71 71 71 lain/BUMN 6 Swasta 436 441 451 Jumlah 995 1 012 1 033 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik Depkes RI, 2012
2008
2009
2010
2011
13
13
13
15
43
44
43
47
375
416
445
472
110
123
129
132
71
71
71
70
467 1 079
535 1 202
593 1 299
634 1 370
Peningkatan jumlah rumah sakit di Indonesia menunjukkan akses terhadap kesehatan lebih mudah dan bervariatif, baik secara biaya maupun pelayanan. Namun terdapat konsekuensi yang harus diambil yaitu adanya ekstra beban yang menjadi permasalahan lingkungan. Hal ini terkait dengan limbah yang dihasilkan
2
dari berbagai aktivitas pelayanan kesehatan. Semakin meningkat aktivitas pelayanan dan daya tampung pasien rumah sakit maka semakin banyak limbah rumah sakit yang dihasilkan. Secara umum terdapat dua jenis limbah yang dihasilkan rumah sakit yaitu limbah padat (klinis, non klinis dan infeksius) dan limbah cair. Sesuai dengan KepMen
58/MenLH/12/1995
tentang
pengelolaan
limbah,
rumah
sakit
mempunyai kewajiban mengolah limbah yang dihasilkan. Limbah padat dapat dikelola dengan penimbunan, pembakaran ataupun sanitary landfill sedangkan limbah cair harus diproses terlebih dahulu dengan menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) agar kadar pencemarnya tidak merusak lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan oleh IPAL akan dibuang ke saluran pembuangan kota, sungai ataupun diresapkan ke tanah. Limbah cair tersebut banyak mengandung bahan kimia baik bahan anorganik, organik, serta bakteri. Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Sekitar 10 sampai 15 persen dari keseluruhan limbah rumah sakit merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain merkuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik (Pristiyanto 2000). Perlu dilakukan pengendalian terhadap setiap kegiatan pembangunan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengolahan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (UU No 23 tahun 1997). Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit, maka rumah sakit sebagai salah satu pelaku pembangunan harus melakukan pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang kelingkungan ambien (lingkungan yang bebas dari polusi).
3
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah yang dikelola oleh pemerintah pusat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara. RSUP H Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992. Untuk mewujudkan RSUP sebagai Badan Layanan Umum (BLU) diperlukan pemberdayaan dan kemandirian Instalasi dan Satuan Medis Fungsional (SMF) sehingga produktif dan efisien. Pada tahun 2009 RSUP H Adam Malik berubah status menjadi Badan Layanan Umum (BLU) Penuh. Hal tersebut ditetapkan dengan penerbitan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 214/KMK.05/2009 pada tanggal 10 Juni 2009. RSUP Haji Adam Malik melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan oleh aktivitas medis dan non medis rumah sakit. RSUP Haji Adam Malik membangun IPAL untuk mengelola limbah cair. IPAL yang dimiliki oleh RSUP H Adam Malik menggunakan metode tricling filter (penyaringan dengan tetesan). Tujuan didirikannya IPAL di rumah sakit adalah untuk mengolah air limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit sehingga aman dibuang ke badan sungai. Selain menghasilkan air limbah yang aman dibuang ke lingkungan, IPAL menghasilkan endapan lumpur (sludge). Sludge yang dihasilkan apabila ditimbun dikhawatikan akan membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik (Hashimoto 1995). Sludge yang dihasilkan oleh IPAL juga masih mengandung nutrisi tanaman yang berasal dari dekomposisi senyawa organik. Nutrisi tanaman yang masih terkandung di dalam sludge dapat diolah menggunakan Fe2Cl3 liquid menjadi pupuk organik. Fe2Cl3 ini digunakan untuk mengeraskan bentuk sludge menjadi bentuk menyerupai tanah. Pengolahan sludge menjadi pupuk selain menjadi alternatif untuk mengurangi dampak lumpur yang dapat membahayakan lingkungan juga menghasilkan nilai ekonomi (Yazid 2003). 1.2
Perumusan Masalah
Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Medan adalah rumah sakit pemerintah terbesar kedua setelah RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Kunjungan atau jumlah registrasi pasien masuk ke rumah sakit ini dari hari ke hari terus
4
mengalami peningkatan. Pasien yang datang ke RSUP H Adam Malik tidak hanya saja berasal dari Kota Medan, tetapi ada juga yang berasal dari luar daerah di Sumatera Utara seperti Kaban Jahe, Siantar, Natal dan daerah lainnya. Statistik regristasi pasien masuk RSUP H Adam Malik dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Statistik regristasi pasien masuk RSUP HAM Tahun 2013 Bulan Instalasi Rawat Jalan (orang) Instalasi Rawat Inap (orang) Januari 17 641 2 553 Februari 16 291 2 438 Maret 16 052 2 511 April 17 429 2 513 Mei 16 914 2 542 Juni 15 405 2 397 Juli 17 464 2 406 Agustus 12 469 2 140 September 15 043 2 341 Oktober 15 417 2 556 November 14 874 2 391 Desember 14 518 2 420 Sumber: Pusat Informasi RSUP H Adam Malik Medan, 2013
Total (orang) 20 194 18 729 18 563 19 942 19 456 17 802 19 870 14 609 17 384 17 973 17 265 16 938
Peningkatan jumlah pasien masuk akan berbanding lurus dengan jumlah limbah padat maupun cair yang dihasilkan rumah sakit. Limbah cair yang dihasilkan di RSUP H Adam Malik dialirkan langsung melalui pipa pembuangan ke kolam penampungan. Dari kolam penampungan, air limbah langsung dialirkan ke IPAL rumah sakit. Total aliran dan rata-rata aliran air limbah IPAL 1 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah aliran limbah IPAL 1 RSUP HAM Tahun 2013 Total Aliran (m3) Januari 240 258 Februari 253 108 Maret 266 073 April 279 040 Mei 291 742 Juni 301 840 Juli 312 795 Agustus 323 028 September 331 563 Oktober 340 940 November 353 177 Desember 366 221 Sumber: Divisi Kesling RSUP H Adam Malik, 2013 Bulan
Rata-Rata Harian (m3/hari) 514 586 500 375 433 303 392 417 216 368 435 495
5
Permasalahan yang mendasar mengenai limbah adalah pengelolaan dan dampak yang akan terjadi apabila limbah tidak dikelola dengan baik atau bahkan tidak dikelola sama sekali. Salah satu dampak yang terjadi adalah meningkatnya pencemaran, kualitas lingkungan dan kesehatan akan semakin memburuk. Hal ini dapat merugikan masyarakat baik dari sisi sosial, lingkungan maupun ekonomi. RSUP H Adam Malik menggunakan IPAL dengan metode tricling filter. IPAL yang dimiliki oleh RSUP H Adam Malik adalah proyek bantuan Pemerintah Korea1. Bangunan IPAL ini resmi berdiri pada tanggal 21 Desember 2004. IPAL menghasilkan air bersih yang layak untuk dibuang ke lingkungan. IPAL dengan metode ini juga menghasilkan endapan lumpur (sludge) dari prosesnya. Sludge atau lumpur yang dihasilkan dari proses IPAL dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Pupuk yang dihasilkan dari sludge IPAL rumah sakit tidak berbahaya dan telah dilakukan uji laboratorium. Hasil uji laboratorium hasil pupuk olahan IPAL RSUP H Adam Malik dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemanfaatan pupuk yang dihasilkan rumah sakit selama ini digunakan sebagai pupuk bunga dan tanaman di halaman rumah sakit. Selain itu pupuk yang dihasilkan telah dimanfaatkan oleh sebagian karyawan rumah sakit termasuk perawat dan dokter sebagai pupuk untuk tanaman rumah mereka. Pengolahan dan pemanfaatan kembali olahan limbah akan sangat membantu mengurangi jumlah limbah di lingkungan rumah sakit. Selain itu juga memberikan nilai tambah pada limbah yang semula tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis. Nilai ekonomi dari hasil pengolahan IPAL dapat dilihat dari pengalokasian hasil olahan IPAL berupa air bersih selain dibuang ke sungai melalui goronggorong rumah sakit juga digunakan untuk mengisi air kolam pancing yang berjarak 1 Km dari rumah sakit. Residu pengolahan IPAL dalam bentuk lumpur dapat diolah menjadi pupuk organik. Pupuk hasil olahan IPAL nantinya dapat dimanfaatkan langsung oleh pihak rumah sakit atau dimanfaatkan oleh masyarakat. Masyarakat sekitar rumah sakit pada umumnya memiliki lahan bercocok tanam di halaman rumah mereka. Ada juga beberapa lahan perkebunan papaya, 1
Hasil wawancara langsung dengan teknisi IPAL RSUP H Adam Malik
6
terong dan pisang di sekitar wilayah rumah sakit. Masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah RSUP H Adam Malik menjadi potensi pasar pupuk hasil olahan IPAL. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan agar potensi IPAL RSUP Haji Adam Malik dalam bentuk pupuk olahan dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh pihak rumah sakit saja tetapi juga oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan permasalahan di atas, berikut adalah rumusan pertanyaan dalam penelitian ini : 1.
Berapa harga pupuk yang dihasilkan dari pengolahan IPAL RSUP H Adam Malik dengan menggunakan pendekatan biaya input?
2.
Berapa besar nilai uang yang bersedia masyarakat sekitar RSUP H Adam Malik berikan untuk membeli pupuk olahan IPAL?
3.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai uang yang bersedia dibayarkan responden terhadap pupuk yang dihasilkan dari olahan IPAL RSUP H Adam Malik Medan?
4.
Bagaimana perbandingan harga antara harga preferensi masyarakat dengan penetapan harga pupuk melalui biaya input? 1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi harga pupuk hasil olahan IPAL rumah sakit dengan mengambil contoh kasus di RSUP Haji Adam Malik Medan. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah : 1
Mengestimasi harga pupuk yang dihasilkan dari pengolahan IPAL RSUP H Adam Malik dengan menggunakan pendekatan biaya faktor produksi.
2
Mengestimasi nilai uang yang bersedia dibayarkan responden (WTP) untuk membeli pupuk yang dihasilkan dari olahan IPAL RSUP H Adam Malik Medan.
3
Mengkaji faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai uang yang bersedia dibayarkan responden terhadap pupuk yang dihasilkan dari olahan IPAL RSUP H Adam Malik Medan.
4
Membandingkan harga pupuk berdasarkan preferensi masyarakat dengan harga berdasarkan pendekatan biaya input.
7
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagi mahasiswa, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari pada masa perkuliahan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata dan mendapatkan pengetahuan baru disamping ilmu yang dimiliki sebagai pedoman dalam penelitian.
2.
Bagi pihak RSUP H Adam Malik Medan, penelitian ini berguna untuk memberi masukan bagi pengelola rumah sakit dalam menyikapi pendapat masyarakat sekitar mengenai pupuk olahan IPAL rumah sakit. Selain itu, penelitian ini juga memberi masukan terhadap harga pupuk hasil olahan IPAL yang dapat ditawarkan ke masyarakat.
3.
Bagi masyarakat, penelitian ini memberikan informasi baru mengenai pemanfaatan lumpur/ sludge menjadi pupuk organik dan dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk tanaman.
4.
Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai Sebagai sumbangan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah rumah sakit. Selain itu, penelitian ini juga sebagai informasi yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada pemanfaatan sludge IPAL menjadi pupuk. 1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Pengelolaan air limbah rumah sakit yang dilakukan oleh RSUP H Adam Malik telah menginternalisasi eksternalitas negatif yang dihasilkan oleh limbah cair rumah sakit. Penelitian ini hanya terbatas pada mengidentifikasi berapa harga pupuk yang diminta oleh masyarakat, harga pupuk berdasarkan biaya produksi dan membandingkan kedua harga tersebut. Penentuan harga pupuk yang diminta oleh masyarakat menggunakan pendekatan Willingness to Pay dengan metode Contingent Valuation Method (CVM). Konsep Willingness to Pay yang digunakan adalah berapa kesediaan masyarakat sekitar RSUP H Adam Malik untuk membeli pupuk yang dihasilkan dari pengelolaan IPAL RSUP H Adam Malik. RSUP H Adam Malik memiliki 2 IPAL yaitu IPAL 1 dan IPAL 2. IPAL yang hasil
8
sampingannya dikelola menjadi pupuk hanya pada IPAL 1 sehingga IPAL yang diamati hanya IPAL 1 yang berada di Gedung Q RSUP H Adam Malik. Perhitungan biaya produksi dimulai dari proses penarikan lumpur ke mesin penggiling.
Responden adalah orang yang bertempat tinggal dengan jarak
maksimal 1 km dari RSUP H Adam Malik. Jarak maksimal 1 km dari gedung IPAL ditentukan berdasarkan sebaran rumah warga di sekitar rumah sakit berada pada jarak 200 meter sampai 1000 meter dari gedung IPAL RSUP H Adam Malik.
9
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Air Limbah Rumah Sakit
Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya, Departemen Kesehatan RI (2005) menggolongkan limbah rumah sakit ke dalam beberapa bagian, yaitu: a.
Limbah benda tajam, yaitu obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian yang menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.
b.
Limbah infeksius, yaitu limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c.
Limbah jaringan tubuh, yang meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh. Biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.
d.
Limbah sitotoksik, yaitu bahan yang terkontaminasi oleh obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.
e.
Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan kedaluwarsa, obat yang terbuang karena karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses produksi obat.
f.
Limbah kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterenary, laboratorium, proses sterilisasi atau riset. Dalam hal ini dibedakan dengan buangan kimia yang termasuk dalam limbah farmasi dan sitotoksik.
g.
Limbah radioaktif, yaitu bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionuklida. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil
proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi: 1.
Limbah domestik cair yakni buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian
10
2.
Limbah cair klinis yakni air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah sakit misalnya air bekas cucian luka, cucian darah
3.
Limbah laboratorium; dan lainnya. Air limbah rumah sakit yang berasal dari buangan domestik maupun
buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat. Diagram proses pengolahan air limbah rumah sakit secara umum dapat dilihat seperti Gambar 1. DOMESTIK
LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
BAK PENAMPUN GAN
KLINIS
PENGOLAHAN BIOLOGIS DESINFEKSI
LAIN-LAIN
LABORATORIUM
SALURAN UMUM
PENGOLAHAN FISIKA KIMIA Sumber: Bakti Husada, 2010
Gambar 1. Proses Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit 2.2
Pengolahan Limbah Cair
Metode dan tahapan proses pengolahan limbah cair yang telah dikembangkan sangat beragam. Limbah cair dengan kandungan polutan yang berbeda kemungkinan akan membutuhkan proses pengolahan yang berbeda pula. Proses-proses pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara keseluruhan, berupa kombinasi beberapa proses atau hanya salah satu. Terdapat tiga tipe pengolahan limbah cair (Wibisono 1995), yaitu: 1.
Pengolahan Primer (Primary Treatment) Tahapan pengolahan limbah cair sebagian besar adalah berupa proses pengolahan secara fisik. Ada empat tahap dalam pengolahan primer, yaitu penyaringan, pretreatment, pengendapan dan pengapungan.
11
2.
Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment) Tahap pengolahan skunder merupakan proses pengolahan secara biologis, yaitu
dengan
melibatkan
mikroorganisme
yang
dapat
mengurai/mendegradasi bahan organik. Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri anaerob. Terdapat tiga metode pengolahan secara biologis yang umum digunakan yaitu metode penyaringan dengan tetesan (tricling filter), metode lumpur aktif (activated sludge) dan metode kolam perlakuan (treatment ponds/lagoons) 3.
Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment) Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau masyarakat. Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair. Umumnya zat yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer dan skunder adalah zat anorganik terlarut seperti nitrat, fosfat, dan garam-garaman. Pengolahan tersier meliputi berbagai rangkaian proses fisika dan kimia. Contoh metode pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan multimedia, precoal filter, microstaining, vacuum filter, penyerapan dengan karbon aktif, pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik. Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah.
Hal ini disebabkan biaya yang diperlukan
untuk melakukan proses pengolahan tersier cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis. 2.3
Metode Tricling Filter
Metode tricling filter adalah metode yang digunakan pada IPAL RSUP H Adam Malik. Pada metode ini, bakteri aerob yang digunakan untuk mendegradasi bahan organik melekat dan tumbuh pada suatu lapisan media kasar. Biasanya berupa sepihan batu atau plastik dengan ketebalan ± 1- 3 meter. Limbah cair kemudian dialirkan ke permukaan media dan dibiarkan merembes melewati media tersebut.
Selama proses perembesan, bahan organik yang terkandung dalam
12
limbah akan didegradasi oleh bakteri aerob. Setelah merembes sampai ke dasar lapisan media, limbah akan menetes ke suatu wadah penampungan dan kemudian disalurkan ke tangki pengendapan (Satinder et al 2009). Dalam tangki pengendapan limbah kembali mengalami proses pengendapan untuk memisahkan partikel padat tersuspensi dan mikroorganisme dari air limbah. Endapan yang terbentuk akan mengalami proses pengolahan limbah lebih lanjut, sedangkan air limbah akan dibuang ke lingkungan (BPPT 2010) 2.4
Pupuk Hasil Olahan IPAL
Air limbah yang diolah oleh IPAL akan menghasilkan air bersih dan lumpur (sludge). Sludge yang dihasilkan akan diamati setiap hari. Pengujian kandungan sludge diuji dengan SV-30 test. Tujuan dari tes ini adalah untuk memeriksa volume lumpur aktif, kualitas, dan seberapa baik mengendap (Bruce dan Smith 2004). Tes ini cepat, mudah dan harus dilakukan pada setiap layanan untuk memastikan kualitas limbah. Batasan kandungan lumpur adalah diantara 400-500 mg/L air olahan. Apabila kandungan lumpur di dalam air melebihi batas, maka lumpur yang terkandung akan ditarik ke dalam mesin penggiling (Gambar 2). Dalam pengolahan sludge menjadi pupuk ditambahkan Fe2Cl3 yang berguna untuk mengeraskan dan memadatkan sludge.
Gambar 2. Mesin penggiling Sludge yang telah dipadatkan akan di press/giling menggunakan mesin penggiling. Padatan yang menyerupai tanah akan dibuang ke bak penampungan, sedangkan air hasil penggilingan akan dialirkan kembali ke kolam pengolahan IPAL. Padatan yang dihasilkan ini yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Penggilingan biasanya dilakukan satu sampai dua minggu sekali. Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala teknis IPAL, dalam satu kali proses
13
penggilingan biasanya menghasilkan pupuk padatan sebesar 1m3 setara dengan 1700-2000 kg pupuk. Pupuk yang telah dihasilkan akan disimpan ke dalam bak penampungan. Bentuk bak penampungan pupuk pada IPAL RSUP H Adam Malik dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Bak Penampungan Pupuk 2.5
Biaya Produksi
Biaya dalam pengertian produksi adalah semua beban yang harus ditanggung oleh produsen untuk menghasilkan suatu produk. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang yang diproduksi perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang dan jasa diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian (Hansen dan mowen 2000) Biaya produksi terdiri dari bahan baku atau bahan dasar termasuk barang setengah jadi, bahan pembantu atau penolong, upah tenaga kerja, penyusutan peralatan produksi, uang sewa dan modal, biaya penunjang (biaya angkut, administrasi, pemeliharaan, keamanan dan asuransi), biaya pemassaran, dan biaya pajak. Berdasarkan jangka waktunya, biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Jangka panjang adalah jangka waktu dimana segala faktor produksi dapat berubah jumlah yang dibutuhkan. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi. Biaya produksi menurut Hanley dan Splash (1993) digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen utama dari biaya produksi, meliputi:
14
a. Biaya bahan baku (direct material cost) Merupakan biaya dari bahan yang digunakan secara langsung dalam produksi untuk menghasilkan barang produksi. b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) Merupakan biaya-biaya untuk tenaga kerja yang ditempatkan dan didayagunakan dalam menangani kegiatan proses produksi. c. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) Umumnya didefinisikan sebagai biaya tidak langsung meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan. Elemen-elemen dari biaya overhead diantaranya: biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya depresiasi dan amortisasi, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, biaya listrik dan air pabrik, biaya asuransi pabrik dan biaya operasi lainnya . 2.6
Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian terdahulu yang telah membahas tentang pengolahan sludge IPAL menjadi pupuk tanaman. Penelitian pemanfaatan sludge IPAL tersebut antara lain adalah IPAL perumahan, IPAL perusahaan sawit dan IPAL rumah sakit. Penelitian terdahulu kebanyakan meneliti tentang aspek fisik, kimia, dan biologi terkait pemanfaatan sludge IPAL menjadi pupuk tanaman, tetapi jarang dilakukan penelitian terkait aspek ekonominya. Dalam penelitian kali ini akan dibahas aspek ekonomi pemanfaatan pupuk hasil olahan sludge IPAL RSUP H Adam Malik Medan. Penelitian ini akan membahas terkait penentuan harga pupuk baik dari segi biaya produksinya maupun dari segi permintaan masyarakat sekitar. Konsep dan metode biaya produksi dan wliingness to pay dalam mengestimasi harga pupuk olahan IPAL telah banyak digunakan oleh para peneliti dalam menentukan harga barang dan jasa. Banyak kesamaaan antara penelitianpenelitian ini, namun terdapat juga beberapa perbedaannya. Perbedaannya antara lain yaitu dari segi lokasi, tujuan, jenis IPAL yang digunakan dan metode pengolahan IPAL. Fokus dalam penelitian ini adalah mengestimasi harga pupuk
15
yang diinginkan masyarakat dengan harga pokok produksi pupuk yang sesuai dengan biaya produksi pupuk tersebut. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk menentukan harga pupuk olahan IPAL adalah dengan menggunakan pendekatan harga produksi dan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). Tabel 4 akan menunjukkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengelolaan IPAL dan pemanfaatan sludge IPAL menjadi pupuk.
16
16
Tabel 4. Penelitian Terdahulu No
Nama/Tahun
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
1
Haqq
Analisis Efektivitas
-Mengkaji keragaan penolahan
-Analisis deskriptif untuk system
-IPAL RS menggunakan lumpur aktif
2009
Biaya dan
limbah RS Telogerejo
pengolahan limbah padat
dan tingkat efisiensinya lebih ari 60 %
Penilaian
-Menghitung dan menganalisis
-Menggunakan uji-t, regresi
untuk semua parameter
Masyarakat
efisiensi IPAL
linear, dan cost-effectiveness
-Besar UDC pengolahan limbah adalah
Terhadap
-Menghitung dan menganalisis
kualitatif untuk mengitung
Rp1.397,04
Pengelolaan
biaya pengolahan limbah cair yang
efisiensi
-Biaya penurunan per satu parameter
Limbah RS
dapat dibebankan pada pasien
-Deskriptif kuantitatif untuk
berpengaruh nyata pada penurunan
Telogorejo
-Menganalisis pengaruh biaya
penilaian masyarakat
konsentrasi IPAL
Semarang
terhadap penurunan konsentrasi
-Masyarakat sekita menilai pengolahan
parameter limbah
RS sudah baik
-Menganalisis penilaian masyarakat sekitar mengenai pengolahan limbah 2
Krismawati
Pengolahan Efluen
Mengetahui besarnya penurunan
- Metode fakultatif anaerob-
-Penurunan kadar COD dari air limbah
dan Abdia
Pond Fakultatif
COD, Nitrogen dan Phospor pada
fitoremediasi dengan parameter
POME meningkat dengan semakin
(2008)
Anaerobik IPAL
beragam waktu tinggal dan
hasil berupa penurunan COD
besarnya rasio volume lumpur dan
Industri Kelapa
mengetahui pengaruh rasio lumpur
dan penyerapan kandungan
lamanya waktu tinggal
Sawit Secara
anaerob terhadap perubahan COD,
nitrogen dan Phosphor
-Persentasi penyerapan kandungan
Fakultatif AnaerobikFitoremediasi Sebagai Pre-
Nitrogen dan Phospor.
nitrogen dan fospor meningkat dengan semakin besarnya rasio volume lumpur dan lamanya waktu tinggal
17
Tabel 4. Lanjutan No
Nama/Tahun
Judul
Tujuan
Metode
treatment Media
Hasil -Penggunaan tanaman apu-apu sebagai
Tumbuh Algae
fotoremediasi memberi hasil yang kurang signifikan
3
Yazid,
Kajian
Mengkaji pemanfaatan sludge IPAL
-Melakukan analisis kuantitatif
-Kandungan unsur hara mikro di dalam
Sukirno dan
Pemanfaatan
Kota Yogyakarta
dan kualitatif. -----Untuk analisis
sludge adalah Mg 79.31, Zn 117.6, Cu
Supriyatni
Sludge IPAL Kota
unsur mikro menggunakan
16.13, Ca 117.6, Fe 4.35 (ppm)
2007
Yogyakarta
metode irradiasi dalam reactor
Kandungan makro dalam pupuk adalah
Sebagai Pupuk
Kartini selama 10 jam.
N 4.10, P 640.51, K 3.04 (ppm)
Organik Ditinjau
Untuk analisis NPK dilakukan
Penggunaak sludge untuk pupuk organic
Dari Hasil Analisis
dengan generator netron
memerukan perlakuan khusus guna
Unsur Nutien
menurunkan kandungan Cu, Fe dan Zn
Tanaman
sampai dibawah nilai kritis agar tidak bersifat toksis bagi pertumbuhan tanaman
4
Alamsyah
Pengelolaan
rumah sakit pupuk kaltim
Data yang ada dicatat dan
RS Pupuk Kaltim mempunyai IPAL dan
2007
Limbah di Rumah
Mengidentifikasi pelaksanaan
dikelola, kemudian dikaji
insenerator yang efektif untuk mengelola
Sakit Pupuk
peraturan tentang pengoprasian
menggunakan metode penelitian
limbah dan mendapat sertifikat Proper
Kaltim Bontang
IPAL
deskriptif kualitatif untuk
Hijau
Untuk Memenuhi
Mengajukan ususlan langkah-
mendeskripsikan subjek
Pengelolaan limbah padat, cair dan gas
Baku Mutu
langkah yang harus dilakukan dalam
penelitian berdasarkan faktor
telah memenuhi Peraturan Pemerintah
Lingkungan
yang ada.
17
18 18
Tabel 4. Lanjutan No
Nama
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
meningkatkan kinerja pengelolaan
Menggunakan semi kualitatif
(BAPELDA, Kementriaan Lingkungan
limbah dan insenerator
untuk mengetahui jenis dari
Hidup, dan gubernur Kaltim)
objek penelitian dan volume objek penelitian Melakukan kajian untuk menyusun prosedur pengolahan limbah padat infeksus 5
Saibun
Kualitas Limbah
Mengetahui kualitas limbah cair
Data yang diperoleh dari hasil
Parameter suhu, pH, BOD, COD berada
2002
Cair Beberapa
beberapa rumah sakit yang dibuang
pengukuran laboratorium
dibawah baku mutu yang ditetapkan
Rumah Sakit yang
ke badan air Sungai Deli
dibandingkan dengan baku mutu
pemerintah
Dibuang ke Badan
-Mengetahui seberapa besar beban
limbah
Parameter NH3 dan TTS melampaui
Air Sungai Deli di
pencemaran limbah cair
rumah sakit
baku mutu yang ditetapkan PO43- untuk
Kota Medan
rumah sakit yang dibuang ke badan
Menghitung beban pencemaran
RS Gleneagles, Tembakau Deli dan
air Sungai Deli
Menghitung besar kontribusi
Putri Hijau melampaui baku mutu,
limbah cair untuk masing-
sedangkan untuk RS Glugur dan Marta
masing parameter limbah cair
Friska dibawah baku mutu yang
Menghitung jumlah limbah total
ditetapkan
yang dibuang ke badan air
Penurunan kualitas air Sungai Deli
Sungai DeliMenentukan jumlah
bukan hanya disebabkan oleh limbah
kadar fisik kimia badan air
cair dari rumah sakit kaena kontribusi
sebelum melewati rumah sakit
limbah cair rumah sakit
19
3 KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis berisi pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Kerangka teoritis pada penelitian ini terdiri dari Contingent Valuation Method (CVM), Willingness to Pay (WTP), biaya produksi dan harga pokok produksi 3.1.1 Contingent Valuation Method (CVM) Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi untuk barang-barang yang tidak diperdagangkan. Nilai ekonomi yang di dapat merupakan hasil pengukuran pada hubungan fungsi kepuasan dengan konsep Willingness to pay (WTP) dan Willingness to Accept (WTA). Contingent Valuation Method dipergunakan untuk mengestimasi nilai amenity atau estetika lingkungan yang merupakan public goods. Tujuan dari CVM yaitu untuk mengukur variasi nilai kompensasi dan nilai persamaan suatu barang yang ditanyakan (Hanley dan Spash 1993). Fungsi dari CVM yaitu menghitung nilai atau penawaran yang mendekati suatu barang atau jasa
jika pasar dari barang atau jasa tersebut ada. Pasar
hipotetik (kuisioner dan responden) sebisa mungkin harus mendekati pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuisioner dan alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak, biaya pembelian dan biaya masuk. Kuisioner CVM dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian benda publik, jenis kesanggupan, dan alat pembayaran, (2) pertanyaan tentang WTP yang diteliti, (3) pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden, seperti usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan lainnya. Dalam mengumpulkan data, teknik ini memiliki kebiasan yang merupakan kelemahan dari CVM. Kelemahan tersebut antara lain:
20
1.
Strategic bias yang muncul akibat ketidakjujuran responden yang mencoba memanipulasi hasil analisis Solusi: desain dari alat survei sehingga memperkecil kemungkinan hasil survei yang dilihat sebagai sumber kebijakan di masa depan.
2.
Information bias yang muncul dari kurang lengkapnya informasi yang diberikan oleh pewawancara kepada responden. Informasi tentang kondisi yang dihadapi, perubahan yang akan terjadi dan alternatif yang tersedia harus dipahami responden secara jelas. Solusi: desain yang berhati-hati dan terperinci dari alat survei serta alat penjelas yang tepat
3.
Instrument bias yang muncul dari reaksi subjek survei pada alat pembayaran yang dipilih atau ditawarkan seperti pajak, retribusi atau iuran. Solusi: desain dari alat sedemikian sehingga alat pembayaran dan aspek lainnya dalam kuisioner tidak mempengaruhi tanggapan subjek wawancara.
4.
Starting point bias yang muncul pada kasus permainan penawaran. Sebagai contoh, pilihan dari harga awal atau selang harga yang dipilih oleh
pewawancara
mungkin
mempengaruhi
hasil
wawancara.
Penawaran yang terlalu lama atau panjang membosankan responden. Solusi: desain dari alat survei sehingga pertanyaan open-ended memungkinkan dan starting point yang realistis. 5.
Hypothetical bias yang muncul karena ada masalah pada kondisi pasar atau kenyataan yang tidak riil. Untuk pemanfaatan atau menikmati barang publik, kesediaan membayar sering kali dipengaruhi oleh anggapan bahwa mereka berhak menikmati barang tersebut secara gratis. Solusi: desain dari alat survei sedemikian sehingga memaksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji dengan memberikan penjelasan kepada responden tentang pilihan-pilihan yang tersedia dengan berbagai konsekuensinya.
21
3.1.2 Willingness to Pay (WTP) Willingness to Pay (WTP) atau kesediaan untuk membayar merupakan salah satu bagian dari metode CVM yang akan digunakan dalam penelitian ini. Perhitungan WTP melihat seberapa jauh kemampuan individu dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai dengan standar yang diinginkan, dimana WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Hanley dan Spash 1993). Beberapa asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Pay (WTP) dari setiap responden adalah: 1.
Responden merupakan anggota masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian dan bersedia membayar untuk mendapatkan kualitas lingkungan yang lebih baik.
2.
Nilai WTP yang diberikan responden merupakan nilai maksimum yang bersedia dibayarkan untuk membeli pupuk hasil olahan IPAL RSUP H Adam Malik.
3.
Responden dipilih secara acak dari masyarakat yang ditemui disekitar lokasi penelitian ataupun yang tinggal dekat dengan lokasi penelitian. Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh besarnya penawaran
nilai WTP/WTA responden (Hanley dan Spash 1993) adalah: 1.
Bidding Game (Metode tawar-menawar) Metode yang digunakan dengan mempertanyakan kepada responden tentang sejumlah nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati
2.
Open-Ended Question (Metode pertanyaan terbuka) Menanyakan langsung kepada responden berapa jumlah maksimum uang yang ingin dibayarkan atau jumlah minimum uang yang ingin diterima akibat perubahan kualitas lingkungan. Metode ini memiliki kelebihan yaitu responden tidak perlu diberi petunjuk yang bisa mempengaruhi nilai awal yang ditawarkan sehingga tidak akan menimbulkan bias titik awal. Kelemahan metode ini terletak pada
22
kurangnya akurasi nilai serta terlalu besar variasinya selain itu seringkali ditemukan responden yang kesulitan menjawab pertanyaan yang diberikan terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner. 3.
Closed-Ended Question (Metode pertanyaan tertutup) Metode pertanyaan tidak jauh berbeda dengan open-ended question hanya saja bentuk pertanyaannya tertutup. Responden diberikan beberapa nilai WTA/WTP yang disarankan kepada mereka untuk dipilih, sehingga responden tinggal memberi jawaban sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka
4.
Payment Card (Metode kartu pembayaran) Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar atau kesediaan menerima, sehingga responden dapat memilih nilai maksimal/minimal sesuai dengan preferensinya. Metode ini dikembangkan untuk membatasi
bias
titik
awal
dari
metode
tawar-menawar.
Mengembangkan kualitas metode ini terkadang diberikan semacam nilai patokan yang menggambarkan nilai yang dikeluarkan oleh seseorang dengan tingkat pendapatan tertentu bagi barang lingkungan yang lain. Keunggulan metode ini adalah memberikan stimulan untuk membantu responden berpikir lebih leluasa tentang nilai maksimum atau minimum yang akan diberikan tanpa harus terintimidasi dengan nilai tertentu, seperti pada metode tawar menawar. Penggunaan metode ini dibutuhkan pengetahuan statistik yang baik. Selain metode tersebut, terdapat pula metode bertanya(contingent rangking). Metode ini tidak menanyakan langsung berapa nilai yang ingin dibayarkan atau diterima, tetapi responden diberi pilihan rangking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dengan nilai moneter yang berbeda. Responden diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai kepada yang tidak disukai. Metode ini menggunakan skala ordinal sehingga diperlukan pengetahuan statistik yang sangat baik dan jumlah sampel yang besar.
23
Nilai WTP responden dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan CVM memiliki enam tahapan (Hanley dan Spash 1993), yaitu: 1.
Membangun Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dapat membangun alasan mengapa responden seharusnya membayar terhadap suatu jasa lingkungan yang tidak memiliki
nilai
dalam
mata
uang.
Pasar
hipotetik
harus
menggambarkan penjelasan secara mendetail, nyata, dan informatif terhadap jasa lingkungan yang dipertanyakan sehingga responden dapat memberikan hasil yang akurat. 2.
Memperoleh Nilai Penawaran Terhadap WTP Setelah kuesioner selesai dibuat, maka tahap berikutnya adalah memperoleh nilai penawaran terhadap WTP. Tahapan ini dapat dilakukan melalui berbagai macam teknik wawancara, seperti: tatap muka, surat atau perantara telepon mengenai besarnya maksimum WTP yang bersedia dibayarkan. Kemungkinan terjadinya bias saat melakukan teknik-teknik wawancara tersebut bisa saja terjadi.
3.
Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP (Estimating Mean WTP) Dugaan nilai rata-rata WTP dapat dihitung setelah mendapatkan nilai penawaran. Bila rentang nilai penawaran yang didapat terlalu jauh, maka dapat dilakukan perhitungan nilai tengah. Nilai tengah penawaran tidak dipengaruhi oleh rentang yang cukup besar dan biasanya selalu lebih kecil daripada nilai rata-rata. Jika perhitungan nilai penawaran menggunakan nilai rata-rata, maka nilai yang diperoleh akan lebih tinggi dari yang sebenarnya.
4.
Menduga Kurva Permintaan WTP Kurva Permintaan WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan fungsi WTP. Fungsi WTP terdiri dari jumlah responden yang bersedia membayar dan besarnya nilai WTP yang bersedia dibayarkan oleh responden.
24
5.
Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluasi penggunaan CVM merupakan suatu penilaian sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan. Penilaian dilakukan dengan cara melihat tingkat keandalan (reability) fungsi WTP dengan nilai Rsquares (R2) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP.
3.1.3 Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang digunakan suatu faktor produksi untuk memproduksi suatu komoditi yang merupakan nilai kesempatan (opportunity) dari penggunaan faktor ini untuk kegiatan lainnya. Berdasarkan sifatnya biaya produksi menurut Suhartati dan Fathorrozi (2003) dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1.
Biaya tetap, merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak tergantung dari produksi yang dihasilkan.
2.
Biaya variabel, merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu, untuk pembayaran input variabel yang digunakan dalam proses produksi
3.
Biaya total, merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel dalam proses produksi Selain biaya-biaya diatas juga terdapat biaya variabel rata-rata, biaya
marjinal, dan biaya total rata-rata. Biaya variabel rata-rata merupakan biaya variabel total dibagi dengan jumlah unit keluarannya. Biaya marjinal merupakan kenaikan biaya total karena memproduksi satu unut tambahan output. Biaya total rata-rata merupakan biaya total dibagi dengan jumlah unit keluaran (Case dan Fair, 2003) 3.1.4
Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah seluruh biaya baik secara langsung
maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa yang merupakan operasi utama perusahaan dalam suatu periode
25
tertentu. Harga pokok produksi meliputi biaya penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (Supriyono 1999). Biaya overhead pabrik adalah biaya bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung serta biaya tidak langsung lainnya yang dapat ditelusuri secara langsung ke produk akhir Pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk perlu dipertimbangkan guna mengetahui jumlah biaya yang sewajarnya dibebankan kepada produk. Dua karakteristik yang perlu dipertimbangkan adalah (Horngren dan Foster 1987): 1.
Hubungan overhead pabrik dengan produk atau volume produksi. Pembebanan
biaya
overhead
pabrik
kepada
produk
perlu
diperhitungkan karena overhead pabrik adalah bagian dari biaya produk, tetapi pembebanan overhead pabrik sulit diperhitungkan karena biaya tersebut tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk akhir seperti pembebanan biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 2.
Overhead pabrik berurusan dengan elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan perubahan biaya overhead pabrik terhadap perubahan volume produksi. Apabila overhead pabrik tersebut dihubungkan dengan perubahan volume produksi makan biaya overhead pabrik dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel Terdapat dua metode dalam menentukan harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok yang dapat digunakan adalah metode variable costing dan metode full costing (Horngren dan Foster 1987). 1.
Metode harga pokok (full costing) suatau metode dalam penentuan harga pokok dengan memasukkan seluruh unsur biaya produksi, baik yang bersifat variable maupun yang bersifat tetap. Tarif biaya overhead pabrik total dapat dihitung dengan cara memperhitungakan tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik variabel.
2.
Metode harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok hanya memasukkan biaya produksi
26
yang bersifat variable saja. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam penentuan harga pokok. 3.2
Kerangka Pemikiran Operasional
Kegiatan rumah sakit yang begitu kompleks akan mengasilkan limbah baik limbah padat, cair dan udara. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal ini akan menyebabkan eksternalitas negatif bagi masyarakat yaitu menurunnya kualitas lingkungan baik udara, air dan tanah. Berdasarkaan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No 58/MenLH/12/1995 bahwa rumah sakit harus mengolah limbah yang dihasilkan dari aktivitas rumah sakit termasuk limbah cair. Pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair diolah menggunakan IPAL. RSUP H Adam Malik menggunakan metode tricling filter dalam operasional IPAL untuk mengolah limbah cair. Pengolahan IPAL dengan metode ini memberikan eksternalitas positif bagi lingkungan. IPAL menghasilkan air bersih yang layak dibuang ke ambien sebagai hasil utama proses pengolahan, selain itu juga dihasilkan sludge yang dapat diolah menjadi pupuk organik. Pupuk yang dihasilkan dari pengolahan IPAL rumah sakit memiliki potensi sebagai sumber pemasukan bagi rumah sakit. Oleh karena itu perlu diestimasi berapa besar harganya. Harga yang dicari adalah harga pokok produksi yang diperoleh dari perhitungan biaya produksi pupuk per satuan kilogram. Selain itu harga yang diminta oleh masyarakat sekitar selaku calon konsumen juga akan diperhitungkan. Kedua harga ini akan dibandingkan untuk menentukan rekomendasi untuk pengembangan pupuk hasil olahan IPAL RSUP H Adam Malik. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan profil IPAL RSUP H Adam Malik dan pengolahan pupuk yang dihasilkan. Analisis kualitatif digunakan unuk membandingkan harga yang diminta oleh masyarakat dengan harga pupuk berdasarkan biaya produksinya. Analisis kualitatif juga digunakan
27
untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh nyata dalam model WTP masyarakat terhadap pupuk olahan IPAL. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengestimasi harga pupuk yang diminta oleh masyarakat dan mengestimasi harga pupuk berdasarkan biaya produksinya. Hal yang dapat dijadikan bahan tambahan untuk pertimbangan dalam penentuan harga jual pupuk hasil olahan IPAL adalah harga berdasarkan persepsi masyarakat terhadap pupuk olahan IPAL melalui pendekatan WTP. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan feedback kepada pihak RSUP H Adam Malik dalam bentuk rekomendasi untuk pengembangan ekonomi pupuk hasil olahan IPAL. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian, dibuat alur pemikiran yang dapat dilihat pada Gambar 5.
28
Aktivitas Medis di RSUP H Adam Malik Medan Limbah Rumah Sakit
Pencemaran Lingkungan
Pembangunan IPAL Trecling Filter RSUP H Adam Malik Medan Pupuk Olahan IPAL
Estimasi harga pupuk hasil IPAL dengan pendekatan biaya produksi
Pendekatan Biaya Produksi
Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap pupuk
Contingen Valuation Method
Air Bersih
Faktor yang mempengaruhi nilai WTP
Analisis Regresi Linear Berganda
Rekomendasi untuk pengembangan ekonomi pupuk hasil olahan IPAL Keterangan : -------
= batasan penelitian = Aliran
Gambar 4. Kerangka Operasional
Membandingkan harga hasil WTP dengan pendekatan biaya produksi
Analisis Deskriptif Kualitatif
29
4
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
4.1
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Pengambilan data skunder dilaksanakan pada bulan Februari 2014 dan pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan April 2014. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive), karena IPAL di rumah sakit ini telah dimanfaatkan selain untuk mengelola air limbah menjadi air bersih yang layak dibuang ke ambien tetapi juga menghasilkan pupuk organik dari pengolahan residu sludge. 4.2 Metode Pemilihan Responden Metode pemilihan responden dilakukan dengan cara non-probability sampling yaitu teknik purposive sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Kriteria untuk menjadi responden adalah individu atau lembaga yang dianggap mengerti permasalahan yang terjadi dan mempunyai kemampuan dalam memberi masukan kepada pengambil kebijakan. Responden penelitian yaitu kepala keluarga atau anggota keluarga sebagai perwakilan dari rumah tangga yang memiliki halaman atau kebun untuk bercocok tanam. Jumlah responden adalah 100 kepala keluarga yang bermukim di sekitar lokasi IPAL RSUP H Adam Malik. Penetapan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu minimal sebanyak 30 data/sampel dimana data tersebut mendekati sebaran normal (Walpole 1982). 4.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Data dikumpulkan untuk penelitian ini dalam satu waktu tertentu. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
30
Data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Beberapa hal yang dibutuhkan dalam pengumpulan data primer meliputi: karakteristik responden, mengenai kesediaan atau ketidaksediaan dalam membeli pupuk yang dihasilkan, serta seberapa besar nilai yang bersedia dibayarkan. Data sekunder adalah data yang diperloleh dari dinas atau instansi terkait serta dari pustaka yang relevan dengan penelitian. Data skunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data lokasi sekitar daerah Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Medan, data hasil uji kelayakan pupuk, dan data biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan IPAL. Data tersebut dapat diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Medan, Badan Pusat Statistik (BPS), pengurus IPAL RSUP H Adam Malik, perpustakaan, internet dan media terkait. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Matriks metode analisis yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Metode pengolahan dan analisis data No
1
Tujuan Penelitian
Mengestimasi harga pupuk hasil IPAL
2
Mengestimasi nilai WTP responden terhadap pupuk yang dihasilakn IPAL
3
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya WTP
4
Membandingkan harga pupuk berdasarkan WTP masyarakat dengan pendekatan biaya produksi
Sumber Data dan Jumlah Sampel Data skunder, di dapat dari pengelola IPAL RSUP H Adam Malik Data primer, didapat dari masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi rumah sakit Data skunder, di dapat dari bagian Kesling RSUP HAM Data primer, didapat dari masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi rumah sakit Data primer dan skunder, di dapat dari pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti
Metode Pengumpulan Data Wawancara mendalam dengan pengelola IPAL RSUP HAM Kuisioner dengan 100 responden
Metode Analisis Data - Metode produktivitas dengan MS Excel ‘13
- Menggunakan metode CVM dengan MS Excel ‘13
Kuisioner dengan 100 responden
- Analisis regresi linier berganda dengan SPSS 17.0
- Kuisioner dengan 100 responden - Wawancara dengan pengelola IPAL RSUP HAM
- Analisis deskriptif kualitatif
31
Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan program Excel 2013 dan SPSS 17 For Windows. 4.5
Estimasi Harga Pupuk Hasil Olahan IPAL
Harga pupuk hasil IPAL diestimasi menggunakan pendekatan biaya input. Biaya input dibagi menjadi dua, yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Menurut Case and Fair (2003), biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus: TC = FC + VC………………………………………………………(1) Dimana: TC = Total Cost/Total Biaya (Rp) FC = Fix Cost/Biaya Tetap (Rp) VC = Variable Cost/Biaya Variabel (Rp) Biaya tetap terdiri biaya pengadaan mesin penggiling lumpur. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung, biaya perawatan mesin penggiling, biaya listrik dan biaya Fe2Cl3. Penentuan harga ekonomi pupuk hasil olahan IPAL didekati dengan menghitung harga pokok produksi dengan metode variable costing yang dikenal juga dengan direct costing. Metode variable costing menghitung biaya produksi variabel yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi diperoleh dari biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah barang (Hansen dan Moween 2003), dengan rumus: P = TC/Q……………………………………………………………(2) Dimana: P
= Price/Harga Pokok Produksi Pupuk(Rp/kg)
TC = Total Cost/Total Biaya (Rp) Q
= Quantity/Jumlah Produksi (Kg)
32
4.6
Estimasi Nilai WTP Responden Terhadap Pupuk Hasil Olahan IPAL Langkah selanjutnya setelah mengestimasi harga pupuk hasil olahan
IPAL
dengan
menggunakan
pendekatan
biaya
produksi
adalah
mengestimasi nilai ekonomi dari pupuk hasil olahan IPAL RSUP H Adam Malik. Besanya WTP responden dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan CVM. Pendekatan tersebut memiliki enam tahapan (Hanley and Spash, 1993), yaitu: 1.
Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibuat atas dasar skenario bahwa pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan IPAL RSUP H Adam Malik memiliki manfaat seperti pupuk urea (pupuk anorganik) dan berbentuk seperti pupuk kompos (pupuk organik). Pupuk olahan yang berasal dari sludge IPAL merupakan pupuk organik yang dapat menggemburkan tanah dan tidak merusak struktur dan tekstur tanah sedangkan pupuk urea adalah pupuk kimia yang bersifat higroskopis sehingga dalam jangka panjang akan merusak struktur dan tekstur tanah (tanah akan mengeras). Pupuk IPAL mengandung Nitrogen sebanyak 0.51 % (Lampiran 1). Berdasarkan penetapan standart Indonesia SNI-197030-2004 pupuk kompos mengandung mengandung minimal 0.4% Nitrogen. Pasar hipotetik yang dibentuk dalam skenario adalah: Pasar Hipotetik: IPAL RSUP H Adam Malik telah mengembangkan pengelolahan air limbah berbasis lingkungan. Sludge yang merupakan residu IPAL diolah kembali menjadi pupuk organik. Kualitas pupuk yang dihasilkan dari pengelolaan IPAL mendekati kualitas pupuk kompos pada umumnya. Kandungan nitrogen yang terkandung dalam pupuk hasil IPAL sebesar 0.51%, sedangkan dalam pupuk kompos sebesar 0.4% - 2.5 %. Sebagaimana umumnya pupuk organik, selain dapat menyuburkan tanah juga memiliki manfaat untuk menggemburkan tanah (struktur dan teksturnya)
Peneliti telah melakukan eksperimen dengan menanam kangkung menggunakan kedua pupuk tersebut. Hasil yang diperoleh menurut eksperimen dapat dilihat pada Gambar 6. Tanaman kangkung yang ditanam menggunakan pupukolahan IPAL (a) tidak jauh berbeda dengan tanaman kangkung yang menggunakan pupuk kompos (b). Hal
33
tersebut dapat dilihat dari warna hijau daun masing-masing tanaman, tinggi tanaman, besar daun tanaman dan bentuk daun tanaman yang sama-sama terhindar dari penyakit daun misalnya daun menggulung.
(a)
(b)
Gambar 5. Kangkung menggunakan pupuk olahan IPAL (a) dan kangkung menggunakan pupuk kompos (b) 2.
Memperoleh Nilai Penawaran WTP Survey dilakukan dengan wawancara langsung. Responden ditanya berapa maksimum WTP yang bersedia dibayarkan terhadap pupuk organik hasil olahan IPAL RSUP H Adam Malik, dalam hal ini digunakan cara payment card. Hal ini dilakukan karena metode ini lebih mudah dipahami oleh responden. Payment card merupakan salah satu metode yang dapat menghilangkan bias titik awal karena dalam metode ini sudah disediakan beberapa nilai yang dapat langsung dipilih oleh responden. Biaya yang ditawarkan berkisar dari Rp 500.00 sampai Rp 1 500.00 per pack. Harga minimum yang ditawarkan sebesar Rp 500.00 untuk mengindari undervalue terhadap nilai pupuk. Penetuan besarnya biaya tersebut berdasarkan harga pupuk kompos yang dijual di pasar pada tahun 2014 sebesar Rp5 000.00 – Rp 6000.00 per pack (5Kg).
3.
Menghitung Dugaan Nilai Rataaan WTP Perhitungan nilai rata-rata dan median dapat dilakukan setelah nilai WTP diketahui. Dugaan rata-rata dihitung dengan rumus: …...………..…………………………………(3)
34
Dimana:
4.
EWTP
= Dugaan rataan WTP (Rp)
Xi
= Jumlah tiap data
n
= Jumlah responden (orang)
i
= Responden ke-i yang bersedia membayar
Menduga Kurva Permintaan WTP Pendugaan kurva WTP akan dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut: WTP = f (jumlah responden, besarnya nilai WTP)….....……………(4) Dimana: Jumlah responden = Banyaknya responden yang bersedia membayar sejumlah nilai WTP tertentu (orang) Besarnya nilai WTP = Nilai maksimal yang bersedia dibayarkan responden (Rp)
5.
Mengevaluasi Penggunaan CVM Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan melihat tingkat keandalan fungsi WTP dengan melihat nilai R-square dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP. 4.7 Analisis Faktor yang Mempengaruhi WTP Analisis fungsi WTP digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi WTP responden. Alat analisis yang digunakan adalah model regresi linear berganda. Fungsi persamaannya adalah sebagai berikut: WTPi = β0 + β1USAi + β2PDKi + β3PDPi + β4JTKi + β5JTTi + β6LLKi+ β7DSKLi + β8DPTIi + β9DPTPi + εi……………….…………….(5) Dimana: WTP
= Nilai WTP
i
= responden ke-i
β0
= Intersep
35
β1.. β8 = Koefisien dari regresi USA
= Usia (tahun)
PDK
= Lamanya menenpuh pendidikan (tahun)
PDP
= Tingkat pendapatan (Rp)
JTK
= Jumlah tanggungan keluarga (orang)
JTT
= Jarak tempat tinggal (meter)
LLK
= Luas lahan kosong (m2)
DSKL = Status kepemilikan lahan (dummy) DPTI
= Pengetahuan tentang IPAL (dummy)
DPTP = Pengetahuan tentang pupuk olahan IPAL (dummy) Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan kosong, status kepemilikan lahan, pengetahuan tentang keberadaan IPAL, dan pengetahuan tentang keberadaan pupuk olahan IPAL. Semakin tinggi tingkat usia seseorang diharapkan cara berpikir seseorang untuk menerima hasil temuan baru semakin terbuka. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, diharapkan semakin tinggi pemahaman mereka tentang pengolahan IPAL dan pemanfaatan pupuk organik hasil pengolahan IPAL rumah sakit. Semakin besar tingkat pendapatan, semakin besar kemampuan finansial seseorang untuk membeli pupuk. Apabila status lahan responden adalah milik sendiri, maka kesediaan responden untuk membeli pupuk organik hasil olahan IPAL rumah sakit semakin tinggi dan sebaliknya. Apabila responden mengetahui keberadaan IPAL maka kesediaan responden untuk membeli pupuk hasil olahan IPAL rumah sakit akan semakin tinggi dan sebaliknya. Apabila responden mengetahui pupuk olahan IPAL maka kesediaan responden untuk membeli pupuk hasil olahan IPAL rumah sakit akan semakin tinggi dan sebaliknya. Variabel yang diduga mempengaruhi secara negatif adalah jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal, dan luas lahan. Hipotesis yang diduga adalah semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin kecil kemungkinan responden untuk mau membeli pupuk hasil olahan IPAL RSUP H Adam Malik. Semakin dekat jarak tempat tinggal dengan lokasi
36
IPAL RSUP H Adam Malik, maka semakin murah biaya transportasi untuk membawa pupuk. Hal ini menyebabkan kesediaan untuk membeli responden akan semakin besar. Semakin luas lahan kosong yang dimiliki, permintaan jumlah pupuk akan semakin banyak. Semakin banyak permintaan akan pupuk organik maka harga pupuk yang bersedia dibeli akan semakin rendah. Pengujian secara statistik terhadap model perlu dilakukan dengan cara pengujian regresi linear berganda, yaitu: a.
Uji Keandalan Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan CVM dilihat dengan nilai R-squre dari OLS WTP. Koefisien determinasi adalah suatu nilai statistik yang dapat mengetahui besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terkait dari suatu persamaan regresi (Firdaus, 2004). Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993) merekomendasikan 15 persen sebagai batas minimum dari Rsquare yang realibel.
b.
Uji Statistik F Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terkait. Prosedur pengujian menurut Juanda (2009) adalah: H0 = β1 = β2 = …= β = 0 atau tidak ada satupun variabel yang berpengaruh H1 = β1 = β2 = …= β ≠ 0 atau minimal ada satu variabel yang berpengaruh
…………….………………………………..…...(6) Dimana: n
= Jumlah sampel
k
= Jumlah peubah
JKK
= Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
KJG
= Jumlah kuadrat galat
37
Jika Fhit < Ftabel maka terima H0, artinya secara serentak variabel (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap (Y), dan sebaliknya. c.
Uji Statistik-t Uji statistik-t adalah untuk mengetahui masing-masing variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikatnya. Pengujian koefisien regresi secara individual dilakukan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi tersebut secara statistik signifikan atau tidak. Prosedur pengujian uji statistic t adalah (Walpole, 1982) H0 : βi = 0 atau variabel bebas tidak terpengaruh nyata terhadap variabel terkait H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
………………………….………………………….(7) Jika thit(n-k)
< tα/2
maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap (Y), dan sebaliknya. d.
Uji Multikoliniaritas Dalam model dengan banyak peubah sering mengalami masalah multikolinier yaitu terjadinya korelasi yang kuat antara peubahpeubah bebas. Masalah ada tidaknya multikolinier dalam sebuah model dapat dideteksi dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R-square) dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (χ2). Masalah multikolinear juga dapat dilihat langsung melalui hasil komputer, dimana apabila Varian Inflation Factor (VIF) < 10 maka tidak ada masalah multikolinier.
e.
Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi ini disebut heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas digunakan dengan uji White, yaitu dengan meregresikan residual kuadrat sebagai variabel
38
dependen, dengan variabel dependen ditambah dengan kuadrat variabel independen, dan perkalian dua variabel independen. Prosedur pengujiannya dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut: H0: Tidak ada heteroskedastisitas f.
H1: Ada heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi Uji autokoresi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Autokorelasi cenderung akan mengestimasi error standart lebih kecil dari nilai sebenarnya sehingga nilai statistik-t akan lebih besar. Uji yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji DW (Durbin Watson). Nilai statistik DW berada di antara 1.55 dan 2.46 menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus 2004).
g.
Uji Normalitas Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Data pada penelitian ini jumlahnya lebih dari 30, oleh sebab itu diduga data telah mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Penetapan uji ini adalah bahwa jika signifikan dibawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, artinya data tersebut tidak normal (Suliyanto 2005)
39
5 5.1 5.1.1
GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUP H Adam Malik Medan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik berdiri sebagai rumah
sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991 RSUP H. Adam Malik juga sebagai Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik Medan Secara geografis RSUP H Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No.17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Adapun batas-batas RSUP H Adam Malik adalah sebagai berikut: Sebelah Barat
: Pemukiman penduduk
Sebelah Timur
: Pemukiman penduduk (Jalan Bunga Lau 3)
Sebelah Selatan
: Jalan Bapelkes
Sebelah Utara
: Jalan Bunga Lau
Instalasi Pengolahan Air Limbah I RSUP H Adam Malik terletak pada gedung Q yang terpisah dari gedung utama rumah sakit. IPAL ini diresmikan pada tanggal 21 Desember 2004. Bangunan IPAL ini merupakan model W3. IPAL rumah sakit ini merupakan bantuan dari pihak Korea. Gedung IPAL memiliki beberapa ruangan, yaitu kolam filtrasi, ruangan mesin, ruangan penyimpan dan laboratorium. Kolam filtrasi berada di luar gedung dimana terdapat tiga kolam yang bertujuan untuk menghasilkan air bersih melalui proses aerob-anaerob. Ruang mesin terletak di dalam gedung yang terdiri dari mesin filtrasi, mesin penggiling, mesin desinfektan dan pipa untuk menyalurkan air olahan IPAL. Pipa ini akan menuju kolam yang terdapat di luar gedung. Kolam ini adalah kolam indikator yang terdiri dari dua kolam. Kolam pertama adalah kolam dengan indikator ikan mas sedangkan kolam kedua adalah kolam dengan indikator
40
bunga teratai. Terdapat tujuh teknisi yang memantau kinerja mesin. Laboratorium terdapat di dalam gedung sebelah ruangan mesin. Terdapat tiga laboran yang memantau kualitas air dan lumpur. 5.1.2
Potensi IPAL RSUP H Adam Malik Instalasi
Pengolahan
Air
Limbah
RSUP
H
Adam
Malik
menghasilkam air bersih dengan pH berkisar antara 7- 7.7 sebagai hasil utamanya. Air hasil olahan IPAL ini aman untuk dibuang ke lingkungan. Pemanfaatan air olahan IPAL ini hanya dimanfaatkan untuk bagaian perkebunan dan pertamanan rumah sakit. Lumpur (sludge) sebagai residu dari pengolahan air limbah ternyata juga dapat diolah kembali menjadi pupuk organik dengan menambah senyawa Fe2Cl3 sebagai pengikat lumpur. Instalasi pengolahan air limbah RSUP H Adam Malik juga menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar rumah sakit. Tenaga kerja yang diserap pada umumnya bekerja di bagian teknis IPAL. Pupuk olahan IPAL apabila dikembangkan akan menyerap lebih banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitar. 5.2 Karakteristik Responden Karakter umum responden yang diambil adalah masyarakat yang berdomisili di lingkungan sekitar RSUP H Adam Malik, yaitu yang berjarak maksimal 1 Km dari rumah sakit. Beberapa variabel yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah: usia, lama pendidikan formal yang telah ditempuh, pekerjaan, pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, jarak dari tempat tinggal ke RSUP H Adam Malik, luas lahan kosong yang dimiliki, status kepemilikan lahan, serta pengetahuan masyarakat tentang IPAL RSUP H Adam Malik. 5.2.1
Usia Responden Tingkat usia responden cukup bervariasi. Persentasi tertinggi
terdapat pada kelompok usia 29-39 tahun yaitu sebanyak 47 persen (47 orang). Kelompok usia tersebut mengindikasikan responden yang ditemui
41
berada pada usia produktif. Distribusi usia responden dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran responden menurut usia Usia (tahun) 18-28 29-39 40-50 51-61 >61 Sumber: Data Primer, 2014
5.2.2
Responden (orang)
Responden (%) 12 47 30 10 3
12 47 30 10 3
Lama Pendidikan Formal Sebagian besar responden yang ditemui memiliki latar belakang
Sekolah Menengah Atas (SMA), yaitu sebesar 36 persen (36 orang). Perbandingan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran responden menurut tingkat pendidikan Pekerjaan SD SMP SMA Diploma S1/S2 Sumber: Data Primer, 2014
5.2.3
Responden (orang)
Responden (%) 10 12 36 18 24
10 12 36 18 24
Jenis pekerjaan Sebagian besar responden yang ditemui di sekitar lokasi penelitian
memiliki pekerjaan sebagai petani, yaitu sebesar 29 persen (29 orang). Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Sebaran responden menurut jenis pekerjaan Pekerjaan Supir/ojek/becak Petani Pegawai swasta PNS/BUMN/Polri Wiraswasta Sumber: Data Primer, 2014
5.2.4
Responden (orang)
Responden (%) 12 29 17 24 18
12 29 17 24 18
Tingkat Pendapatan Sebagian besar responden memiliki pendapatan per bulan pada
tingkat Rp 1 500 000.00 – Rp 3 500 000.00 sebesar 39 persen (39 orang). Perbandingan distribusi pendapatan responden tiap bulannya dapat dilihat pada Tabel 9.
42
Tabel 9. Sebaran responden menurut tingkat pendapatan Tingkat Pendapatan