STUDI RANCANGAN SARANA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (WASTEWATER TREATMENT) PONDOK BANDUNG DI WILAYAH KANAL BANJIR BARAT PROVINSI DKI JAKARTA Arya Bakti Gewangga1, Donny Harisuseno 2, Emma Yuliani 2 2
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Universitas Brawijaya Universitas Brawijaya – Malang, Jawa Timur, Indonesia Jln. MT Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Permasalahan di daerah studi Pondok Bandung adalah kualitas air di wilayah layanan di bawah ambang batas baku mutu yang diijinkan, sehingga perlu direncanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum air limbah domestik dialirkan ke Kanal Banjir Barat. Tujuan utama studi untuk perencanaan dimensi IPAL berdasarkan debit air kotor dengan proyeksi penduduk hingga tahun 2030. Hasil studi sistem pengolahan secara berurutan terdiri dari Bak Penampungan Awal disertai Rak Jeruji Sampah dan Bak Pemisah Lemak sebagai pengolahan pendahuluan, Bak Ekualisasi sebagai pengolahan primer, Bak Biofilter Anaerobik-Aerobik sebagai pengolahan skunder, Bak Pengendapan Akhir sebagai pengolahan tersier, dan Bak Desinfeksi sebagai pengolahan akhir. Perencanaan IPAL Pondok Bandung membutuhkan luas lahan 262,00 m2. Total biaya pembangunan dan biaya pajak pelaksanaan adalah Rp. 1.538.784.000,-. Total Biaya tahunan terdiri dari jumlah biaya operasional dan biaya pemeliharaan konstruksi adalah Rp. 49.445.000,-. Kata kunci: Air Limbah Domestik, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Biofilter, Dimensi, Biaya.
ABSTRACT Problems in the study area Pondok Bandung is the quality of water in areas service in below the threshold of quality standard permitted. So planned Wastewater Treatment Installation (IPAL) before the domestic wastewater distributed to Kanal Banjir Barat. The main purpose of the study to planning dimension IPAL Based on wastewater discharge with population projection to 2030. The results of a study treatment system in sequence consisting of Reception Chamber accompanied of Bar Rack and Grease Trap Chamber is used as preliminary treatment, Equalization Chamber is designed as primary treatment, Anaerobic-Aerobic Bio-Filter is functioned as secondary treatment, Final Clarifier (Final Precipitation) is aimed for tertiary treatment, and Disinfection Chamber is operated as final treatment. Planning IPAL Pondok Bandung need area is 262 m2. Initial cost IPAL Pondok Bandung and tax cost, reaches Rp. 1.538.784.000,-. Annual Cost of IPAL Pondok Bandung that involves operational cost and construction maintenance cost is Rp. 49.445.000,-. Keywords: Domestic Wastewater, Wastewater Treatment Installation, Bio-Filter, Dimension, Cost.
1.
PENDAHULUAN Meningkatnya arus pembangunan di kota besar memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan penduduk. Peningkatan jumlah penduduk tersebut selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan di berbagai sektor penunjang kehidupan lainnya seperti sektor pemukiman dan perumahan yang tumbuh semakin cepat. Perkembangan sektor perumahan dan pemukiman tersebut menuntut adanya pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik yang lebih baik. Kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan rumah dan transportasi yang baik untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kota menyebabkan timbulnya masalah di perkotaan pada negara berkembang (Wulandari P, 2014). Kanal Banjir Barat melintasi daerah permukiman padat dan tempat kegiatan ekonomi yang menghasilkan limbah padat dan limbah cair serta sampah yang menyebabkan menurunnya kualitas air di Kanal Banjir Barat. Perlu solusi untuk menjaga kualitas air berdasarkan ambang batas yang diizinkan, salah satu cara adalah dengan membuat sarana instalasi pengolahan air limbah (wastewater treatment) sebelum air limbah domestik di buang ke Kanal Banjir Barat. Daerah studi berada di wilayah layanan Pondok Bandung terletak di Kelurahan Kotabambu Utara Kecamatan Palmerah Kota Jakarta Barat. Permasalahan yang terdapat di daerah studi adalah kualitas air di wilayah layanan Pondok Bandung di bawah ambang batas baku mutu yang dijinkan, secara fisik terlihat berdasarkan warna hitam air dan bau yang ditimbulkan dari sampel air. Sehingga perlu direncanakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum air limbah domestik dialirkan ke Kanal Banjir Barat. Perencanaan dimensi IPAL berdasarkan debit air kotor dengan proyeksi penduduk hingga tahun 2030.
2. a.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Studi Lokasi studi terletak di Pondok Bandung Kelurahan Kotabambu Utara Kecamatan Palmerah Kota Administrasi Jakarta Barat. Lokasi studi ditunjukkan pada Gambar 1.
Pondok Pondok Bandun Bandung g
Gambar 1. Peta lokasi studi Sumber: Direktoral Jenderal Ciptakarya Jabotabek, 2011. b. Data Pendukung Studi Pengumpulan data studi berupa data primer dan data skunder, data primer adalah data yang didapatkan dari hasil pengujian sampel air limbah dari lokasi rencana. Sedangkan data skunder adalah data yang sudah dikumpulkan, diolah dan disusun oleh instansi-instansi berwenang. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Barat, dan konsultan teknik PT. Beutari Nusa Kreasi. Data-data skunder yang dibutuhkan adalah: 1. Peta-peta yang terkait daerah pekerjaan yaitu, peta kondisi lokasi studi dan peta daerah layanan Pondok Bandung. 2. Dokumen penunjang (Kelurahan dan Masterplan). 3. Elevasi kondisi daerah studi. 4. Jumlah penduduk (data demografi). 5. Pendapatan pekerja DKI Jakarta, data harga bahan bangunan, dan data harga peralatan.
c.
Analisa Data Berdasarkan data pendukung maka perlu dilakukan analisa meliputi beberapa tujuan. Analisa studi sebagai berikut. Analisa ditunjukkan pada Tabel 1.
studi data data data
Tabel 1. Analisa data. No. Analisa Keterangan Data 1. Kondisi Menyesuaikan luas lokasi studi rancangan IPAL dengan luas lahan yang tersedia. 2. Kuantitas Didapatkan debit air berdasarkan jumlah limbah kebutuhan air penduduk (liter.orang-1.hari-1). Semakin besar jumlah kebutuhan air penduduk maka semakin besar kuantitas debit air limbah. 3. Kualitas air Didapatkan limbah berdasarkan hasil uji domestik sampel air limbah bekas (grey water) di kolam retensi. Parameter hasil pengujian meliputi pH, TSS, amonia, BOD, COD, organik, oil & grease. 4. Hidrolis Didapatkan pipa air berdasarkan elevasi kotor daerah layanan yang disesuaikan dengan kuantitas debit air limbah. 5. Rancangan Didapatkan anggaran berdasarkan volume biaya pekerjaan, harga satuan bahan, harga upah pekerja, dan harga satuan alat. Sumber: hasil analisa, 2015.
d. Diagram Alir Penyelesaian Studi Diagram alir penyelesaian studi ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram alir studi. Sumber: Hasil analisa, 2015. 3. a.
Pembahasan Perhitungan Populasi Daerah Layanan Daerah layanan diperoleh berdasarkan penetapan daerah tangkapan air limbah, sedangkan untuk penentuan batas daerah tangkapan berdasarkan luas polder Pondok Bandung kelurahan Kotabambu Utara kecamatan Palmerah yaitu sebesar 29,59 ha. Berdasarkan luas kelurahan Kotabambu Utara sebesar 68 ha, didapatkan kepadatan penduduk dari perbandingan jumlah penduduk tiap tahun dengan luas kelurahan. Kepadatan penduduk kelurahan dan populasi daerah layanan dari tahun 2013 hingga tahun 2030 ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Populasi penduduk daerah layanan tahun 2013-2030. Kepadatan Populasi daerah Tahun penduduk layanan -1 (jiwa.ha ) (jiwa) 2013 685,412 20.281 2014 692,924 20.504 2015 700,518 20.728 2016 708,195 20.955 2017 715,957 21.185 2018 723,803 21.417 2019 731,736 21.652 2020 739,756 21.889 2021 747,863 22.129 2022 756,059 22.372 2023 764,345 22.617 2024 772,722 22.865 2025 781,191 23.115 2026 789,753 23.369 2027 798,408 23.625 2028 807,158 23.884 2029 816,004 24.146 2030 824,948 24.410 Sumber: Hasil perhitungan. b. Perhitungan Debit Air Kotor Beberapa kaidah yang diterapkan dalam perencanaan pengolahan air limbah di wilayah layanan Pondok Bandung antara lain adalah: Konsumsi air masyarakat (Qam) Kebutuhan air bersih untuk setiap jiwa per hari untuk Kota Jakarta Barat sebesar 150 liter setiap jiwa per hari (Direktoral Jenderal Ciptakarya, 2011). Faktor maksimum kebutuhan air ( f ) = 1,15-1,20 Generasi air limbah rumah tangga suatu daerah yaitu sekitar 60-75% (Linsley, Ray K, 1991: 244), ditetapkan sebesar 75 %. Perhitungan debit air kotor untuk daerah layanan ditunjukkan pada Tabel 4. Skema pipa air kotor ditunjukkan pada Gambar 3.
Tabel 4. Debit air kotor saluran daerah layanan. Qr total (m3.dt-1)
Saluran S1
S1+S2+S6
= 0,0380
S2
S2+S3+S4
= 0,0123
S3
S3
= 0,0026
S4
S4+S5
= 0,0084
S5
S5
= 0,0014
S6
S6+S7+S8+S10+S12+S15
= 0,0255
S7
S7
= 0,0014
S8
S8+S9
= 0,0020
S9
S9
= 0,0002
S10
S10+S11
= 0,0044
S11
S11
= 0,0028
S12
S12+S13
= 0,0020
S13
S13+S14
= 0,0012
S14
S14
= 0,0004
S15
S15+S16
= 0,0074
S16
S16+S17+S18
= 0,0062
S17
S17
= 0,0011
S18
S18+S19
= 0,0044
S19
S19+S21
= 0,0033
S20
S20+S21
= 0,0032
S21
S21
= 0,0007
Sumber: Hasil perhitungan. c.
Dimensi pipa induk air kotor (main pipe) Letak pipa berada bersebelahan dengan saluran drainase yang sudah ada sebelumnya, pipa yang digunakan untuk perencanaan pipa induk air limbah adalah pipa PVC. Penggunaan pipa PVC memiliki keuntungan diataranya, lebih ekonomis, ringan dan tahan terhadap korosi. Perhitungan dimensi pipa induk air kotor berdasarkan debit air kotor total saluran ditambah dengan jagaan (Allowance) sebesar 20%-30% dari debit air kotor total saluran. Diameter pipa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan manning (Lecture UB, 2015:20). Skema pipa air kotor ditunjukkan pada Gambar 3, dan perhitungan dimensi pipa air kotor daerah layanan ditunjukkan pada Tabel 5.
Gambar 3. Skema rancangan jaringan pipa air kotor daerah layanan . Sumber: Hasil analisa, 2015.
Tabel 5. Dimensi pipa air kotor daerah layanan.
e.
Saluran
Debit pipa /Qp (m3.dt-1)
Diameter /D (m)
Tinggi muka air /H (m)
S1
0,0456
0,42
0,33
S2
0,0147
0,24
0,19
S3
0,0031
0,08
0,06
S4
0,0101
0,17
0,14
S5
0,0017
0,06
0,05
S6
0,0306
0,37
0,29
S7
0,0017
0,09
0,07
S8
0,0024
0,11
0,09
S9
0,0002
0,04
0,03
S10
0,0053
0,14
0,11
S11
0,0034
0,10
0,08
S12
0,0024
0,09
0,07
S13
0,0014
0,09
0,07
S14
0,0005
0,07
0,05
S15
0,0089
0,18
0,14
S16
0,0075
0,17
0,14
S17
0,0013
0,11
0,09
S18
0,0052
0,18
0,14
S19
0,0040
0,10
0,08
S20
0,0038
0,10
0,08
S21
0,0008
0,08
0,06
Sumber: Hasil perhitungan. d. Hasil Analisa Kualitas Air Limbah Hasil analisa kualitas air limbah diperoleh dari uji laboratorium sampel air di kolam retensi. Hasil analisa kualitas air limbah ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Data kualitas air limbah. No
Parameter
Satuan
1 pH rata-rata 2 TSS mg.L-1 3 Amonia mg.L-1 4 BOD mg.L-1 5 COD mg.L-1 6 Zat organik mg.L-1 7 Deterjen mg.L-1 8 Minyak dan lemak mg.L-1 Sumber: Lampiran hasil analisa laboratorium.
Hasil 9,82 23,20 17,60 50,80 72,00 59,60 0,78 3,03
Tahapan Pengolahan Air Limbah Desain tahapan proses IPAL sebagai berikut: 1. Debit air limbah yang berasal dari sistem perpipaan air kotor akan terkumpul pada bak penampungan awal, karena muka tanah layanan lebih rendah dibandingkan tanggul yaitu elevasi layanan adalah 6,00 m, elevasi tanggul adalah 7,22 m, dan elevasi outlet pipa air kotor S1 adalah 4,20 m, sehingga mebutuhkan penampungan awal dan sistem pemompaan. 2. Air limbah yang sudah terkumpul di bak penampungan awal kemudian melewati rak jeruji sampah (bar racks), dan dipompa dengan menggunakan pompa celup ke bak pemisah lemak (grease trap). 3. Dari bak pemisah lemak air limbah selanjutnya masuk ke pengolahan primer dialirkan ke bak ekualisasi (equlization chamber) secara gravitasi, selanjutnya ditambahkan asam klorida / hydrochloric acid (HCl). Air limbah dari bak akualisasi kemudian akan dipompa ke biofilter anaerobik. 4. Pemompaan dari bak ekualisasi akan masuk ke dalam pengolahan skunder yaitu biofilter anaerobik, kemudian dari biofilter anerob air limbah dialirkan secara grafitasi ke biofilter aerobik. Air limbah yang masuk pada biofilter aerobik juga mengalami penambahan kadar oksigen sebagai makanan mikroba pengurai dengan menggunakan blower. 5. Air limbah yang sudah mengalami pengolahan skunder akan masuk ke pengolahan tersier yaitu pengendapan akhir (final clarifier) hasil dari pengolahan ini terdiri dari lumpur dan air limbah, lumpur hasil pengolahan unit akan langsung dipompa menuju biofilter aerobik. 6. Air limbah selanjutnya masuk dalam proses pembunuhan kuman atau bak desinfeksi (desinfection chamber).
7. Air limbah yang sudah melalui tahapan proses pengolahan akan dialirkan ke Kanal Banjir Barat.
Diagram alir sistem pengolahan air limbah Pondok Bandung ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Diagram alir sistem pengolahan air limbah Pondok Bandung. Sumber: Hasil analisa, 2015. f.
Hasil Analisa Kuantitas Air Limbah Perencanaan IPAL dilakukan dengan mengolah debit air limbah domestik grey water yang berasal dari sistem perpipaan air kotor rencana untuk memenuhi baku mutu yang dizinkan dan dapat dialirkan ke kanal banjir barat. Perhitungan total produksi air limbah rencana yang masuk unit instalasi pengolahan air limbah berdasarkan buku Wastewater Treatment Plant (Syed R. Qasim, 1985: 29) adalah : Q rata-rata = Q S1 + Peresapan rata-rata = 0,0380 + 0,0043 = 0,0424 m3.dt-1 = 3666,87 m3.hari-1 Q puncak = Qpuncak + Peresapan puncak = 0,113 + 0,0068 = 0,121 m3.dt-1 = 10407,6 m3.hari-1 Q minimum = 0, 4 x Q rata-rata = 0, 4 x 0,04 m3.dt-1 = 0,017 m3.dt-1 = 1466,75 m3.hari-1 Q maximum = 2 x Q rata-rata = 2 x 0,0424 m3.dt-1 = 0,085 m3.dt-1 = 7333,74 m3.hari-1 Berdasarkan perhitungan debit air limbah diatas, maka selanjutnya dapat direncanakan dimensi IPAL.
g. -
Desain Unit IPAL Bak Penampungan Awal dan Rak Jeruji Sampah Bak penampungan awal berfungsi sebagai penyeragaman aliran air limbah, kemudian air limbah akan melewati rak jeruji sampah. Kriteria desain Bak Penampungan Awal dan Rak Jeruji Sampah ditunjukkan pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria desain Bak Penampungan Awal dan Rak Jeruji Sampah. Parameter desain Unit Kriteria Kapasitas aliran influent 7333,7 m3.hari-1 maksimum (Qmaks) 4 Panjang rencana bak m 8,50 penampungan awal (P) Lebar rencana bak m 3,00 penampungan (L) Kedalaman rencana bak m 3,40 penampungan awal (T) Jarak antar kisi (b) mm 25-50 Diameter kisi (d) mm 5-15 Sudut kemiringan o 45-60 jeruji (α) Sumber: Hasil analisa. Gambar dimensi Bak Penampungan Awal dan Rak Jeruji Sampah ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Potongan denah Bak Penampungan Awal dan Rak Jeruji Sampah. Sumber: hasil analisa, 2015. -
Bak pemisah lemak (grease trap) dan Bak Ekualisasi (Equalization Chamber) Bak pemisah lemak memerlukan tenaga pekerja untuk mengontrol endapan dan lapisan lemak, karena nilai masa jenis minyak dan lemak lebih kecil dari air limbah maka lapisan minyak akan berada di atas lapisan air. Kriteria desain Bak Pemisah Lemak ditunjukkan pada Tabel 8.
Bak ekualisasi berfungsi untuk menangkap benda kasar yang mudah mengendap yang terkandung dalam air baku, seperti pasir yang disebut partikel diskre. Pada Bak Ekualisasi ditambahkan asam klorida / hydrochloric acid (HCl) dengan berat molukul 62 berat ekuivalen 36,5 yang berfungsi untuk menurunkan konsentrasi pH (Metcalf & Eddy, 2004: 527). Kriteria desain Bak Ekualisasi ditunjukkan pada Tabel 9.
Tabel 8. Kriteria desain perencanaan Bak Pemisah Lemak. Parameter desain Unit Kriteria Kapasitas aliran influent maksimum m3.hari-1 7333,74 (Qmaks) Efisiensi penguragan oil & % 80 grease Panjang rencana m 4,00 bak grease trap (P) Lebar rencana bak m 2,50 grease trap (L) Kedalaman rencana m 4,40 bak grease trap (T) Jenis pipa distribusi PVC Panjang pipa (l) m 3,80 Diameter pipa inchi 8,00 distribusi (d) Sumber: Hasil analisa.
Tabel 9. Kriteria desain perencanaan Bak Ekualisasi. Parameter desain Unit Kriteria Kapasitas aliran influent puncak m3.hari-1 10407,66 (Qp) Efisiensi % 30 penguragan pH Panjang rencana m 6,00 bak ekulsasi (P) Lebar rencana bak m 5,00 ekulsasi (L) Kemiringan dasar mm.m-1 40-100 bak (Slope) Sumber: Hasil analisa. Berdasarkan kriteria desain, gambar dimensi Bak Pemisah Lemak dan Bak Ekualisasi ditunjukkan pada Gambar 6.
Gambar 6. Potongan denah Bak Pemisah Lemak dan Bak Ekualisasi. Sumber: Hasil analisa, 2015. Bak Anaerobik dan Bak Aerobik Bak Anaerobik dan Bak Aerobik dilengkapi media biofilter berupa sarang tawon (honey comb) yang bertipe crossflow. Pada Bak Aerobik dilengkapi ruang aerasi yang disertai blower, untuk menyuplai oksigen. Kriteria desain Bak Anaerobik ditunjukkan pada Tabel 10. -
Tabel 10. Kriteria desain perencanaan Bak Anaerobik. Parameter desain Unit Kriteria Karakteristik Roughing desain Jenis filter Plastik Kapasitas aliran influent m3.hari-1 7333,74 maksimum (Qmaks) Efisiensi penguragan % 40 - 70 konsentrasi BOD dan COD Panjang rencana bak biofilter m 6,50 anaerobik (P) Lebar rencana bak biofilter m 5,00 anaerobik (L) Kedalaman rencana bak m 5,00 biofilter anaerobik (T) Sumber: Hasil analisa.
Kriteria desain Bak ditunjukkan pada Tabel 11.
Aerobik
Tabel 11. Kriteria desain perencanaan Bak Aerobik. Parameter desain Unit Kriteria Karakteristik Roughing desain Jenis filter Plastik Kapasitas aliran influent maksimum m3.hari-1 7333,74 (Qmaks) Efisiensi penguragan BOD % 40-70 dan COD Panjang rencana ruang biofilter m 2,50 aerobik (Pa) Lebar rencana ruang biofilter m 5,00 aerobik (La) Kedalaman rencana ruang biofilter m 5,00 aerobik (Ta) Panjang rencana m 1,10 ruang aerasi (Pb) Lebar rencana m 5,00 ruang aerasi (Lb) Kedalaman rencana m 5,00 ruang aerasi (Tb) Sumber: Hasil analisa. Berdasarkan kriteria desain, maka gambar dimensi Bak Anaerobik dan Bak Aerobik ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Potongan denah Bak Anaerobik dan Bak Aerobik. Sumber: Hasil analisa, 2015. Bak Pengendapan Akhir dan Bak Desinfeksi. Bak pengendapan akhir berfungsi untuk mengurangi konsentrasi limbah hasil pengolahan sebelumnya, dan untuk menyuplai lumpur ke bak Aerobik sebagai regenerasi bakteri pengurai. Kriteria desain Bak Pengendap Akhir ditunjukkan pada Tabel 12. -
Tabel 12. Kriteria desain perencanaan Bak Pengendap Akhir. Parameter desain Unit Kriteria Kapasitas aliran influent maksimum m3.hari-1 7333,74 (Qmaks) Efisiensi % 14 penguragan BOD Efisiensi % 36 penguragan TSS Kedalaman rencana bak pengendapan m 3,0-5,0 (T) Panjang rencana bak pengendapan m 10-90 (P) Lebar rencana bak m 3,0-24 pengendapan (L) Slope lantai bak mm.m-1 60-160 Overflow rate m3.m-2 49-122 maksimum .hari-1 Sumber: Hasil analisa.
Bak Desinfeksi menggunakan chlorine dalam bentuk kougulan berupa senyawa kalsium hipoklorit (CaOCl2) yang lebih dikenal dengan kaporit, pemakaian kaporit dengan konsetrasi larutan 60%. Kriteria desain Bak Desinfeksi ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Kriteria desain perencanaan Bak Desinfeksi. Parameter desain Unit Kriteria Q effluent bak pengendap akhir m3.hari-1 7333,34 (Qmaks) Dosis kalsium mg.L-1 3-5 hipoklorit (CaOCl2) Kadar kalsium % 60 hipoklorit (CaOCl2) Waktu kontak (tc) menit 15-30 Panjang rencana m 4,00 bak desinfeksi (P) Lebar rencana bak m 5,00 desinfeksi (L) Kedalaman rencana m 4,00 bak desinfeksi (T) Sumber: Hasil analisa. Berdasarkan kriteria desain, maka gambar dimensi Bak Pengendap Akhir dan Bak Desinfeksi ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Potongan denah Bak Pengendap Akhir dan Bak Desinfeksi. Sumber: Hasil analisa, 2015. h. Rekapitulasi Desain IPAL - Konsentrasi effluen IPAL Berdasarkan perencanaan desain yang telah dilakukan didapatkan perkiraan konsentrasi influen dan effluen dari IPAL Pondok Bandung, rekapitulasi perkiraan konsentrasi influen dan effluen IPAL ditunjukkan pada Tabel 14: Tabel 14. Rekapitulasi perkiraan konsentrasi influen dan effluen IPAL. No.
Parameter
Influen
Effluen
1
pH TSS (mg.L-1) Amonia (mg.L-1) BOD (mg.L-1) COD (mg.L-1) Zat organic (mg.L-1) Minyak dan lemak (mg.L-1)
9,82
6,87
Removal % 30
23,20
4,45
81
17,60
4,54
74
50,80
10,48
79
72
14,86
79
59,60
26,91
55
3,03
0,54
82
2 3 4 5 6 7
Sumber: Hasil perhitungan.
Luas Lahan IPAL Perkiraan luas lahan yang digunakan untuk IPAL rancangan Pondok Bandung ditunjukkan pada Tabel 15: -
Tabel 15. Rekapitulasi luas lahan IPAL. Luas lahan No. Unit Pengolahan (m2) 1 Bak penampungan awal 25,50 2 Bak pemisah lemak 40,00 3 Bak ekualisasi 30,00 4 Biofilter anaerobik 32,50 5 Biofilter aerobik 18,00 6 Bak pengendapan akhir 65,00 7 Bak desinfeksi 20,00 Total Luas 208,00 Sumber: Hasil perhitungan Pada tabel diatas menunjukkan total luas rancangan IPAL Pondok Bandung adalah 208,00 m2, luas rancangan IPAL Pondok Bandung ditambah dengan ketebalan dinding beton adalah 261,24 m2, sehingga untuk proses pelaksanaan pembangunan IPAL dipersiapkan luas lahan sebesar 262,00 m2.
i. -
Rancangan Anggaran Biaya Biaya Investasi Awal IPAL Biaya pembangunan IPAL Pondok Bandung ditunjukkan pada Tabel 16: Tabel 16. Total biaya investasi awal (initial cost) IPAL. No
Jenis Kegiatan
Jumlah Harga (Rp.)
I.
Pekerjaan Persiapan
78.603.200,00
II.
Pekerjaan Tanah Jumlah Biaya Pekerjaan Struktur
41.408.735,20
III.
879.585.968,95
IV.
Pekerjaan Dinding
149.531.472,38
V.
Pekerjaan Perpipaan
226.449.645,83
VI.
Pekerjaan Elektrikal
16.951.000,00
VII.
Pekerjaan Lain-Lain
6.364.000,00
Jumlah Biaya (Rp.)
1.398.894.022,36 139.889.402,24
PPN 10% (Rp.) Jumlah Total
1.538.783.424,60
Jumlah Total Pembulatan
1.538.784.000,00
Sumber: Hasil perhitungan.
Biaya Investasi Awal IPAL Total biaya tahunan (annual cost) IPAL ditunjukkan pada Tabel 17: -
Tabel 17. Total biaya tahunan (annual cost) IPAL. No
Jenis Kegiatan
Jumlah Harga (Rp.) 37.200.000,00
I.
Gaji Operator
II.
Biaya Penerangan
125.925,00
III.
Biaya Listrik Pompa
509.155,08
IV. Biaya Listrik Blower Jumlah Biaya Operasional (Rp.) Jumlah Biaya Operasional 30 % (Rp.)
199.381,25 38.034.461,33
Jumlah Total
49.444.799,73
Jumlah Total Pembulatan
49.445.000,00
11.410.338,40
Sumber: Hasil perhitungan. 4.
Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Proyeksi jumlah penduduk daerah layanan untuk tahun 2030 menggunakan adalah 24.410 jiwa.
Debit air kotor rata-rata berdasarkan jumlah pemakaian air bersih penduduk daerah layanan adalah 0,0424 m3.dt-1, dan debit air kotor maksimum harian penduduk adalah 0,085 m3.dt-1. 2. Total luas rancangan IPAL Pondok Bandung adalah 208,00 m2, Sehingga untuk pelaksanaan IPAL dipersiapkan luas sebesar 262,00 m2. 3. Total biaya investasi awal (initial cost) IPAL adalah Rp. 1.538.784.000,-. Total Biaya tahunan (annual cost) IPAL adalah Rp.49.445.000,-. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk Kota Adminitrasi Jakarta Barat 2013. DKI Jakarta: Badan Pusat Statistik Jakarta barat. 2. Beutari Nusa Kreasi. 2013. Pengelolaan Drainase Berwawasan Lingkungan di Kanal Banjir Barat. Malang: Beutari Nusa Kreasi. 3. Direktoral Jendral Cipta Karya. 2011. Sistem Drainase Mandiri Berbasis Masyarakat Yang Berwawasan Lingkungan. DKI Jakarta: Direktoral Jendral Cipta Karya Jabotabek. 4. Linsley, Ray K. 1991. Water Resources engineering. New York: Mc Drow Hill Book Comapany Inc. 5. Metcalf dan Eddy, Inc. 1991. Wastewater egineering Third Edition. New York: Mc Drow Hill Book Comapany Inc. 6. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. 7. Syed R. Qasim. 1985. Wastewater Treatment Plant. New York: Mc Drow Hill Book Comapany Inc. 8. Wulandari P. 2014. Jurnal Ilmiah Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju-Sumatra Selatan). Palembang: Universitas Sriwijaya.