EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
DARSUS Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
2 Editorial
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Jangan Kalah, Mari Sebarkan Islam yang Cinta Damai Ratusan foto maupun video yang memperlihatkan kekejaman ISIS menyebar di internet. Di banding kekejaman yang dilakukan kelompok radikal lainnya yang terpampang di media sosial, dokumentasi kekejaman ISIS sangat vulgar, massif, dan dilakukan dengan euforia. Ironisnya, pelaku penyebaran video sadis itu adalah ISIS sendiri yang tujuannya untuk mempromosikan ISIS yang masih ‘hijau’, menakutnakuti pihak-pihak yang dianggapnya lawan dan atau untuk menunjukan bahwa ISIS sangat berkuasa di Irak dan Suriah. Sebagai manusia beragama dan beradab, kita sangat mengutuk aksi-aksi radikal ISIS itu. Kita semakin tidak sependapat dengan ISIS manakala ISIS melakukan aksi itu dengan mengatasnamakan “membenci karena Allah” tapi dalam aksi-aksi eksekusinya sangat berlebihan dan tidak lagi menghargai manusia bahkan ketika sudah menjadi mayat terbujur kaku sekalipun. Kekejaman Islam State of Iraq and Sham (ISIS) atau dengan nama alias barunya IS (Islam State atau Daulah Islamiyah) terhadap warga sipil, beragama Islam maupun nonMuslim, di dua negara Irak dan Suriah patut dikutuk keras. Implikasi dari kekejaman tersebut tidak hanya sebatas pada hilangnya nyawa ribuan manusia, tapi lebih dari itu adalah menumbuhkan kebencian di antara non-Muslim terhadap Muslim.
Secara ideoligis, ISIS memiliki kemiripan dengan gerakan politik Islam modern lainnya yang ada di dunia ini seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Taliban, Mujahiddin, dan Al Qaidah, yang menjadikan isu penegakkan Syariat Islam secara kaffah, Jihad dan Khilafat sebagai satu paket dari program jangka panjang. Tapi ISIS lebih berani untuk melangkah jauh dengan memproklamirkan pemimpinnya, Ibrahim Awwab alias Abu Bakar Al Baghdadi sebagai khalifah dan menerapkan hukum Syariah versi mereka di wilayah yang mereka kuasai secara otoriter. ISIS berpendapat bahwa salah satu pondasi dari penerapan Syariat Islam adalah dengan mengangkat seorang pemimpin yang bergelar ‘khalifah’. Oleh karenanya setelah ISIS berhasil mengangkat Abu Bakar Al Baghdadi sebagai khalifah, mereka menganggap sebagai pihak yang paling sah untuk memimpin dan mengatur umat Islam di seluruh dunia. ISIS telah memaksakan kehendak agar orang-orang yang berada di wilayah kekuasaannya untuk mengakui Al Baghdadi sebagai khalifah mereka. Adapun bagi yang tidak mau mengakuinya maka hukuman yang diputuskan melalui Mahkamah Syariah akan dijalankan. Dalam Mahkamah Syariah ISIS, orang-orang yang tidak mengakui Al Baghdadi sebagai khalifah maka mereka termasuk orang-orang
Alamat Email DARSUS:
[email protected] PIN BB 2A060ACC
SMS Centre DARSUS 0813 1594 5751
Penerbit: Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Pemimpin Umum: Sekr. Isyaat PB JAI, Pemimpin Redaksi: C. Sofyan Nurzaman, Editor: Rakeeman RAM Jumaan, Staff Redaksi: Dildaar Ahmad Dartono, Sukma Fadhal Ahmad, Ruhdiyat Ayyubi Ahmad Setting: Sukma Fadhal Ahmad, Distribusi: Zafarudin, Alamat Redaksi: Jl. Balikpapan I No. 10 Jakarta 10130. Fax: 0251-8617360 SMS Centre DARSUS 0813 1594 5751 email:
[email protected],
[email protected] Situs: www.darsus.info. Redaksi menerima naskah essai, opini, tinjauan buku, maupun berita-berita dari Jemaat di Indonesia. Percetakan: Gunabhakti Grafika.
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
yang menolak Syariah Islam dan hukumannya adalah hukuman mati. Memang aksi kontroversi ISIS ini mujarab membuat ISIS terkenal se-antero dunia, tentu saja dalam berbagai sudut pandang, namun secara global, pandangan negatif justru yang paling dominan muncul. Yang sangat mengherankan justru tanggapan dari faksi-faksi Salafi Jihad yang terkenal memiliki catatan hitam dalam melakukan aksiaksi eksekusinya terhadap pihak yang dianggap anti- Syariah Islam, pro-AS dan Syiah, atau kelompok yang dianggap sesat. Ternyata mereka juga menolak aksi kejam ISIS. Ini membuyarkan anggapan dan kekhawtiran tentang ISIS yang tadinya dianggap sebagai ‘rumah’ bagi kelompok-kelompok radikal yang ada, seperti Al Qaidah dan Mujahiddin. Tapi jika dicermati, penolakan itu hanya diarahkan pada tindakan kejam ISIS terhadap rakyat sipil dan simpatisan kelompok Islam politik saja, sementara pola pikir penegakan Syariah Islam, Jihad dan Khilafat yang masih berbau politis demi kepentingan kelompok tetap mereka pertahankan. Padahal sesungguhnya di sana lah letak masalahnya. Gerakan Islam politik lahir dari kelompok masyarakat Muslim yang merasa tidak puas terhadap pemerintah yang melakukan berbagai ketidak-adilan dan kejahatan. Gerakan itu muncul sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap pemerintah berkuasa dan sekaligus merealisasikan cita-cita untuk menerapkan Syariat Islam versi mereka di negara yang mereka kuasai. Wajar jika mereka dan ISIS pun memiliki pandangan yang sangat mirip tentang hal ini. Jika ISIS berpendapat bahwa salah satu pondasi dari penerapan Syariat Islam adalah dengan mengangkat seorang pemimpin yang bergelar ‘khalifah’ dan dicapai dengan jalan jihad, maka mereka pun berpendapat demikian. Hanya saja ISIS sudah lebih dulu memproklamirkan Abu Bakar Baghdadi sebagai khalifah. Seharusnya penolakan terhadap ISIS itu tidak hanya dialamatkan pada aksi-aksi kejam ISIS saja, namun juga harus diarahkan pada pola pikir yang salah tentang tujuan sejati Islam. Mereka harus diajak untuk memahami bahwa agama Islam sejatinya adalah sebuah agama yang berfungsi untuk mengenalkan
Editorial 3 manusia kepada Tuhan yang Maha Hidup dan membawa manusia kepada kesadaran fitrah bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan hanya untuk menyembah-Nya. Hadhrat Ahmad as. dalam bukunya Filsafat Ajaran Islam menerangkan, “Ketika aku merenungkan keseluruhan firman Allah Ta’ala, aku menemukan bahwa ajaran-ajarannya itu berusaha memperbaiki kondisi alamiah manusia dan mengangkatnya selangkah demi selangkah ke tingkat keruhanian yang lebih tinggi. Pada tahap awal, Allah Ta’ala bermaksud mengajar manusia ketentuan -ketentuan yang bisa disebut dasar, melalaui mana merubah kondisinya dari taraf binatang liar ke derajat akhlak tingkat rendah yang bisa dikatakan sebagai kebudayaan atau tamadhun. Kemudian dia melatih dan mengangkat manusia dari tingkat akhlak yang mendasar ke tingkat akhlak yang lebih tinggi. Sebenarnya kondisi alamiah demikian semua itu adalah satu kegiatan, hanya saja terdiri dari beberapa tingkatan. Allah Yang Maha Bijaksana telah memberikan sistem akhlak yang sedemikian rupa sehingga manusia bisa merambat dari tingkat akhlak yang mendasar ke tingkatan yang lebih tinggi. Tingkat ketiga dari perkembangan demikian itu adalah manusia berupaya memperoleh kecintaan dan keridhoan Penciptanya dimana keseluruhan wujud dirinya diabadikan kepada Allah Ta’ala. Pada tingkat inilah keimanan para Muslim disebut sebagai Islam yang bermakna penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala tanpa ada yang tersisa.” Memang diperlukan langkah yang tidak mudah, perlu kerja keras, ide kreatif dan keberanian untuk mengkampanyekan tujuan sejati dari diturunkannya ajaran Islam kepada Nabi Muhammad saw. itu. Kita harus menyadarkan mereka bahwa sesungguhnya berpolitik itu harus dipandang sebagai salah satu lahan dari ribuan lahan yang disediakan oleh Allah Ta’ala untuk dimanfaatkan demi meraih ridho-Nya, bukan malah sebaliknya demi tujuan politik Islam dikorbankan. Akhirnya, jika ISIS sanggup mengkampanyekan sikap radikal mereka ke pelosok dunia, maka seharusnya kita pun sanggup untuk mengkampanyekan ajaran sejati Islam ke seluruh pelosok dunia. Jangan kalah! Red [][]
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
4 Internasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Pancasila Falsafah Hidup Bernegara yang Unik
Indo nesi a : Pancasila adalah falsafah hidup berbangsa yang sangat unik. Dengan Pancasila, masyarakat Indonesia yang majemuk bisa diikat dalam satu jiwa kebangsaan. Di Indonesia, orangorang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lainlain mampu hidup berdampingan. Sementara di belahan dunia lain, sesama kaum beragama selalu mengalami pergesekan dan permusuhan yang disebabkan oleh sikap sentimen beragama. Pernyataan ini disampaikan Dr. Iftikhar Ahmed Ayaz, perwakilan dari Jemaat Ahmadiyah Internasional, pada acara
International Peace Symposium “Discourses and Practicies of Multicultularism and Peace in Indonesia” di University Clab Hall, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Rabu, 8 Oktober 2014. Dr. Ayaz, yang tercatat sebagai aktivis International Human Right berpendapat, dunia saat ini sangat membutuhkan model berbangsa seperti yang dipraktekkan di Indonesia. Negara-negara di dunia ini tidak lagi membutuhkan konsep-konsep dan perkataanperkataan yang sering disampaikan di berbagai pidato dan seminar-seminar kebangsaan, namun dalam prakteknya
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
sama sekali nihil. Ia menilai, kehidupan harmonis di Indonesia yang diikat oleh falsafah Pancasila bisa dijadikan model bagi kehidupan berbangsa oleh negara-negara lain. Oleh karenanya masyarakat Indonesia harus bangga dengan Pancasila dan harus memiliki rasa percaya diri untuk mempopulerkan Pancasila ke dunia internasional bahwa Pancasila itu adalah model terbaik bagi kehidupan yang harmonis di dalam suatu negara. Selain Dr. Ayaz, di acara yang diikuti oleh peserta terbatas itu, tampil juga pembicara lainnya, diantaranya; Dra.
Internasional 5
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Khofifah Indar Parawansa M.Si, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin MA, dan Romo Patrick Edward Charlie Burrows. Dra. Khofifah Indar Parawansah, M.Si., menyinggung praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, suku, ras, dan golongan marak terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, menurutnya, kondisi semakin parah karena tidak adanya ruang publik yang mempertemukan pihakpihak yang berkonflik untuk saling berdialog. Khofifah menegaskan pemerintah perlu membuka ruang publik untuk mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik. Dengan dibukanya ruang dialog diharapkan mampu meminimalisir kemungkinan munculnya berbagai aksi kekerasan serta saling berkompromi untuk kepentingan bersama. Bahkan sebagai wahana membangun ruang komunikasi bagi masyarakat Indonesia yang multikultur dan plural agar tidak melakukan kekerasan dalam menyelesaikan masalah sebagai upaya mewujudkan perdamaian. Upaya mewujudkan perdamaian, keadilan, dan kesetaraan dikatakan Khofifah harus dilakukan secara terstruktur dan komperehensif. Didukung dengan regulasi dan penegakan hukum dan kelembagaan yang kuat, kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, LSM, sektor privat serta dukungan masyarakat internasional. "Pemberian materi pendidikan multikultur yang diintegrasikan melalui kurikulum sekolah maupun penguatan konten bagi para tokoh agama
juga perlu dilakukan," terangnya. Menurutnya sosialisasi empat pilar bangsa juga perlu disebarluaskan secara lebih sistematis dan merata dengan metode yang lebih partisipator dan dialogis. Hal itu ditujukan agar komitmen sebagai bangsa yang plural dan multikultur dapat terwujud dalam sikap dan perilaku bangsa. Tak hanya itu dialog dan komitmen antar penyelenggara media perlu diintensifkan dengan melibatkan seluruh stakeholder termasuk ormas keagamaan agar wacana-wacana yang berkembang tidak menimbulkan keresahan dan memicu ketegangan di masyarakat. Dosen Fakultas Syari"ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A., menuturkan dalam upaya menciptakan keadilan selayaknya negara menunjukkan sikap netral terhadap berbagai kelompok sosial di masyarakat. Hal itu ditunjukkan dengan aparat negara yang tidak memihak salah satu kelompok dan re-
sponsif terhadap permasalahan yang muncul. "Jika ada yang melakukan kekerasan dikriminalisasikan ," jelasnya. Ditekankan pula oleh Siti, perlunya dilakukan penguatan fungsi penegakan hukum untuk mencegah berbagai bentuk kekerasan yang mungkin timbul. Juga mendorong masyarakat madani untuk menggerakan modal sosial bagi perdamaian warga. "Masyarakat juga butuh didorong melakukan resolusi konflik tanpa kekerasan," katanya. Acara simposium internasional itu terselenggara atas kerjasama Univeritas Gadjah Mada dan Humanity First Indonesia. Sfa [][]
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
6 Internasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Peace Symposium ke-11
Khilafat, Perdamaian dan Keadilan
Inggris: Upaya untuk mengenalkan ajaran Islam yang menjunjung tinggi perdamaian di seluruh pelosok dunia terus digalakkan oleh Khalifah Islam, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba.. Melalui berbagai cara, upaya itu direalisasikan. Salah satu yang menjadi agenda penting dari program tersebut adalah Peace Symposium Internasional yang rutin di gelar di masjid Baitul Futuh, Morden, London, Inggris. Pada tahun ini gelaran Peace Symposium memasuki tahun ke-11 dengan tema yang diusung “Khilafat, Perdamaian dan Keadilan”. Pada acara yang diadakan hari Rabu (29/10), Khalifah Islam menyoroti tindakan mengerikan yang dilakukan oleh oknum-oknum ekstrimis yang mengatasnamakan Islam seperti ISIS yang beroperasi di Irak dan Suriah. Hadhrat Khalifah menye-
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
but, apa yang dilakukan oleh kaum ekstrimis itu tidak hanya mempraktekkan kekejaman yang biadab tapi mereka juga telah mencemarkan nama Islam. Menurut Hadhrat Khalifah, dalam situasi seperti ini tugas seorang Muslim adalah mengingatkan orang-orang akan hakikat sebenarnya dari ajaran Islam dan berusaha untuk mempromosikan Islam yang Cinta Damai. “Sebagai Muslim adalah tugas kita untuk mengingatkan orang-orang pada hakikat dan damai Islam. Bahkan semua agama mengajarkan perdamaian seperti yang dapat dilihat dari kehidupan semua Nabi," sabda Khalifah. Hadhrat Khalifah melanjutkan, para pemimpin rohani atau Khalifah, jika iman mereka itu benar, maka mereka tidak akan pernah terlibat kekerasan. “Saya mengajak semua
orang yang baik hati untuk bersatu melawan kebencian dan melalui doa dan kerja keras untuk membawa perdamaian ke dunia." "Seratus tahun sejak Perang Dunia Pertama kami berdoa bagi mereka yang memberikan hidup mereka untuk negara mereka, itu adalah tugas kita untuk menghormati mereka dengan berjuang demi perdamaian, sehingga pengorbanan mereka tidak siasia," jelas Hadhrat Khalifah. Sementara itu, Rafiq Hayat, Presiden Jemaat Muslim Ahmadiyah Inggris, mengatakan, "Dari Kanada ke Timur Tengah pembunuhan berdarah dingin oleh ISIS dan lain-lain telah menyoroti isu ekstremisme dan mempertanyakan peran khilafat. Konferensi ini tepat waktu untuk mengeksplorasi perbedaan antara mitos dan realitas konsep khilafat sesungguhnya." Tahun ini piala The Ahmadiyya Muslim Prize for Advancement of Peace dianugerahkan kepada Magnus MacFarlane-Barrow Pendiri dan Ketua Mary's Meals, sebuah organisasi kemanusiaan yang bergerak dalam layanan penyediaan makanan dan pendidikan gratis bagi anak-anak di seluruh dunia. Sfa [][] Sumeber: Ahmadiyya Times
Internasional 7
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Peran Agama dalam Perdamaian Dunia
Kanada: “Pembunuhan dan kekerasan bukanlah prilaku Islami, melainkan tindakan orang‐orang yang tidak percaya pada Tuhan dan bahkan tidak memiliki nilai‐nilai kemanusiaan yang paling mendasar atau norma kesusilaan,” ungkapan Khalifah Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. itu disampaikan oleh Dr. Mohyiddin Mirza, perwakilan agama Islam dari Jemaat Ahmadiyah Kanada, pada acara “Canada: The 9th Annual World Religions Conference” dengan tema “Peran Agama d a l a m Perdamaian Dunia” yang diselenggarakan di Arts Centre Mainstage Universitas Red Deer College (RDC), Canada, pada Senin (27/10). Menurut Dr. Mohyiddin, pri‐ laku kekerasan tidak memiliki dasar dalam agama mana pun. Dalam paparannya Dr. Mo‐ hyiddin mengungkapkan bahwa Islam memandang kewajiban bagi setiap warga negara untuk
setia, loyal, berkhidmat dan rela berkorban demi negara di mana pun mereka tinggal, sebagai bagian dari persyaratan iman mereka. Selain perwakilan Islam, para sarjana yang mewakili Ateisme, Hindu, dan Kristen memberikan pandangannya terhadap tema terkait. Acara yang dihadiri oleh 550 orang peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum tersebut
sangat relevan dengan kondisi yang terjadi di Kanada mengin‐ gat beberapa hari sebelumnya di Kanada terjadi serangan ter‐ hadap para tentara yang sedang bertugas di Montreal, Ottawa, dan Parliament Hill, yang mene‐ waskan 9 orang tentara. Seran‐ gan itu dilatarbelakangi protes dari kelompok ekstrimis atas bergabungnya Kanada dalam koalisi anti‐ISIS yang beroperasi di Irak. Para peserta konferensi sepakat untuk meluncurkan se‐ buah resolusi mengutuk serangan dan pembunuhan berdarah dingin terhadap tentara Kanada. Resolusi itu disebut sebagai ekspresi rasa solidaritas dan diungkapkan kepada keluarga dan teman‐ teman korban. Presiden Red Deer College dalam sambutannya memuji jasa Jemaat Muslim Ahmadiyah dalam m e m p r o m o s i k a n kerukunan antaragama dan menyoroti p e n t i n g n y a konferensi ini di Red Deer College dan masyarakat pada umumnya. Dr. Guillermo Barron, moderator acara, dalam sambutannya berkomentar bahwa tidak semua perang berdasarkan agama. Politik, ketakutan dan kebencian kepada orang l u a r , imperialisme, dan ekonomi bisa menjadi faktor utamanya. Tapi terlalu sering, agama telah memainkan peran baik sebagai penyebab utama dari perang, atau sebagai alat beberapa agenda politik. Sfa[][] Sumber: Ahmadiyya Times
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
8 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Mesjid Baru di Vanua Levu Fiji: Berdasar Sabda Baginda Nabi Besar Muhammad saw. , di Akhir Zaman nanti semangat untuk menghidupkan agama dan menegakkan Syariat Islam akan berkembang di kalangan pengikut Imam Mahdi as. . Sekarang sudah terbukti, di mana pun anggota Jemaat Ahmadiyah berada, semangat untuk menghidupkan agama dan Syariat Islam sangat terlihat jelas. Di Vanua Levu, Negara Kepulauan Fiji, salah satu contohnya. Sejak Jemaat Ahmadiyah dikenalkan di sana pada tahun 1961, gerak Tabligh dan Tarbiyat Islam gencar dilakukan. Di pulau terbesar kedua di Fiji itu, Jemaat Ahmadiyah telah memiliki 4 cabang, dengan 4 buah banguan masjid dan satu rumah missi. Satu masjid yang terletak di Seaqaqa baru saja diresmikan, yaitu hari Jum’at, tanggal 12 September lalu. Jemaat Ahmadiyah berdiri
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
di Seaqaqa sejak tahun 1989, namun di sana sangat sulit untuk mendapatkan tanah yang layak untuk dibangun masjid di atasnya. Berkat pertolongan dari Allah Ta’ala, akhirnya Jemaat Seaqaqa memperoleh sebuah lahan, yang oleh Hadhrat Khalifah atba. di sebut sebagai lahan yang sangat luas dengan pemandangan yang sangat indah. Beliau atba. merestui di kawasan itu dibangun masjid. Masjid yang oleh Hadhrat Khalifatul Masih atba. diberinama Masjid Noor itu peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Amir dan Raisuttabligh Fiji, Mln. Fazalullah Tariq, pada hari Jum’at, 5 Juli 2014. Pembangunan masjid seluas 16x10 m2 memakan waktu sangat cepat, yaitu hanya selama 9 minggu. Total biaya untuk membangun masjid ini adalah sekitar $ 120.000. Menurut surat kabar The
Jet Newspaper, yang meliput acara peresmian menyebut, upacara peresmian ini dilakukan oleh Komisaris Wilayah Daerah Utara, Mr Alipate Bolalevu, dan dihadiri oleh lebih dari 200 anggota Ahmadi dari seluruh Fiji dan juga tamu dari berbagai Departemen Pemerintah. Vanua Levu sebelumnya dikenal sebagai Pulau Sandalwood. Pulau ini adalah pulau terbesar kedua di Negara Kepulauan Fiji. Pulau ini memiliki luas 5,587.1 km ² dengan jumlah penduduk sebanyak 135.961 (sensus tahun 2007) dan terletak 64 kilometer di sebelah Utara pulau terbesar Viti Levu. Sfa [][] (Sumber: Ahmadiyya Times, The Jet Newspaper, Wikipedia, ARH Library)
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Nasional 9
Wakil Presiden Ghana Minta Ahmadiyah Terus Dukung Pemerintah Membangun Bangsa Ghana: Wakil Presiden Negara Ghana, Kwesi Bekoe Amissah-Arthur, mendesak Raisuttabligh Jemaat Ahmadiyah Ghana untuk terus memberikan dukungan bagi upaya pemerintah terhadap pembangunan bangsa. Ia memohon doa dari Jemaat Ahmadiyah agar pemerintah berhasil menghadapi kesulitan ekonomi dan ia pun menekankan perlunya bagi Ghana milik agama-agama lain untuk bergandengan tangan dalam upaya memajukan bangsa. Pernyataan itu disampaikan Amissah-Arthur saat mengunjungi markas besar Misi Muslim Ahmadiyah di Accra dalam rangka mengucapkan selamat kepada Amir dan Raisuttabligh baru Mln. Maulvi Mohammed Bin Saleh. Wakil Presiden Ghana pun memuji Jemaat Muslim Ahmadiyah di negara itu atas kontribusinya terhadap keberlangsungan perdamaian antara berbagai agama dan kepercayaan. Ia menyanjung setinggitingginya jasa Amir dan Raisuttabligh terdahulu (alm) Maulvi Dr. Wahab Adam, yang meninggal pada tanggal 22 Juni lalu, atas pengkhidmatan tanpa pamrih
dan berdedikasi untuk membangun perdamaian di negeri Ghana. Amissah-Arthur meyakinkan Mln. Bin Shalih bahwa pemerintah Ghana akan mendukung penuh dan akan melakukan kerjasama demi tercapainya visi yang telah ditetapkan kepada dirinya. Menyambut Wakil Presiden, Maulvi Bin Saleh, menjelaskan bahwa Khalifah Jemaat Ahmadiyah Seluruh Dunia , Ha dhr at Mi rz a Masroor Ahmad atba., pada Jalsah Salanah yang lalu di Inggris, menetapkan dirinya sebagai Amir dan Raisuttbaligh yang bertanggung jawab atas Misi Muslim Ahmadiyah di Ghana, menggantikan Mln. Dr. Wahab Adam yang wafat. Mln. Bin Shalih pun
menyampaikan apresiasi dari Hadhrat Khalifah kepada Wakil Presiden yang telah mengatur pemakaman negara yang layak bagi Maulvi Dr. Wahab Adam dan menegaskan bahwa tekad Jemaat Muslim Ahmadiyah di G h a n a u n t u k me n j a g a perdamaian negara yang sedang dinikmati itu dengan cara menanamkan disiplin di antara semua anggotanya. Maulvi Bin Saleh berjanji kepada Wakil Presiden untuk tetap mendukungan pemerintah terhadap promosikan kepentingan kolektif masyarakat. Sfa[][] Sumber: Ahmadiyya Times dan www.ghanaweb.com
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
10 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Siapa yang Berhak Beri Pengakuan Agama? Jakarta: Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melontarkan pertanyaan sia‐ pakah yang berhak memberi pengakuan agama atau keper‐ cayaan tertentu dari suatu ko‐ munitas, apakah negara? Dan bagaimana pula bentuk pe‐ layanan bagi penganut agama minoritas di Tanah Air? Pertanyaan tersebut disam‐ paikan di atas mimbar di hada‐ pan para peserta seminar "Peta Masalah Pelayanan Ne‐ gara Terhadap Kehidupan Ber‐ agama" di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (20/09). Pada seminar tersebut LHS, sapaan akrab Lukman Hakim Saifuddin, dengan sabar mendengarkan seluruh pembi‐ cara dari kalangan umat mi‐ noritas. LHS yang ditemani be‐ berapa pejabat eselon I, seperti Kepala Pusat Keru‐ kunan Umat Beragama (PKUB) Mubarok, staf ahli Menag Mahasin, sejak Pukul 09.30 ‐ 12.30 WIB dengan tekun mendengarkan satu persatu pembicara. Pada seminar itu bertindak
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
selaku moderator Mahasin dengan pembicara Fajar (Maarif Institut), Pendeta Fa‐ vor Bancin, serta Sheila Soraya (Baha’ai). Peserta bukan hanya dari kalangan agama minoritas seperti Sunda Wiwitan, juga dari agama Tao dan Bahai. Moderator sempat mem‐ batasi pembicara dan mempri‐ oritaskan dari kalangan pen‐ ganut agama minoritas atau pemeluk agama lokal dan kalangan akademis seperti dari Universitas Indonesia (UI). Seminar tersebut, lanjut LHS, merupakan hasil perte‐ muan Focus Group Discussion (FGD) dua hari lalu di Hotel Mercure, Jakarta. FGD dibagi tiga kelom‐ pok: (1) Perlindungan Negara Terhadap di luar enam agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha d a n Konghucu), (2) Perlindungan Negara Terhadap Syiah dan Ahmadiyah, dan (3) Penanga‐ nan Negara dalam Penyele‐ saian Kasus‐kasus terkait Rumah Ibadat. Lukman menjelaskan, perlu
penyatuan persepsi siapa yang memiliki otoritas yang pantas menetapkan suatu komunitas sebagai pemeluk agama ter‐ tentu dengan kriterianya. "Saya memang harus mendengarkan langsung dari seluruh pembicara. Lantas, kita petakan masalah. Yang penting ke depan, aksinya dan solusinya bagaimana," ia men‐ gatakan. Intinya, dari sisi urusan agama terkait dengan imple‐ mentasi konstitusi, negara punya kewajiban melindungi dan memberi pelayanan selu‐ ruh umat beragama dengan segala kebutuhannya. Namun, ia melanjutkan, apakah negara punya otoritas untuk memberi pengakuan terhadap suatu komunitas sebagai pemeluk agama atau kepercayaan. Ia mengakui secara admin‐ istratif negara berkewajiban memberi pelayanan seperti pendidikan, kartu tanda pen‐ duduk (KTP), pernikahan dan sebagainya. Di sini, agama menjadi ranah formal. Lantas, legalitas menjadi perlu. Jika agama tidak perlu ada penga‐ kuan, lantas siapa di antara 240 juta penduduk Indonesia seharusnya dapat pelayanan negara. Ia juga melontarkan per‐ tanyaan. Apakah agama dan kepercayaan harus dibedakan atau dipisah pengertiannya. Ini perlu penyamaan persepsi pula. Negara, lagi‐lagi, untuk memberi pelayanan butuh le‐ galitas. Atau, lanjut dia, dalam menentukan suatu agama atau kepercayaan perlu ditetapkan bersama dengan seluruh majelis‐mejelis agama, setidaknya melibatkan Forum
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Lukman mengatakan, dalam kehidupan beragama, toleransi harus dimaknai bahwa negara memahami ter‐ hadap faham yang berbeda. Negara dituntut berlaku adil, namun negara membutuhkan pemahaman. Sebelumnya pada seminar tersebut, para pembicara menyampaikan hasil FGD. Khusus yang terkait dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No: 9 dan 8 tahun 2006, peserta menilai bahwa Status hukum PBM dianggap kurang memiliki kekuatan ho‐ kum; kurangnya sosialisasi di masyarakat dan aparatur ne‐ gara; Isi PBM masih banyak multi tafsir dan rentan penya‐ lahgunaan (pasal 14 ayat 3 kata memfasilitasi; pasal 14 ayat 2 huruf b; tentang reko‐ mendasi siapa yang lebih dulu antara kemenag dan FKUB). Belum optimalnya koordi‐ nasi antar instansi terkait (Kepolisian, pengadilan, dinas tata kota, dan lain‐ lain). Peran Forum Kerukunan Umat Beragama juga disoroti karena pengurus FKUB terka‐ dang kurang memahami sub‐ stansi PBM, pola rekrutmen pengurus FKUB kurang aspi‐ ratif dan representatif. Posisi FKUB yang tidak jelas dalam struktur pemerintahan, belum ada FKUB di tingkat nasional, peran dewan penasehat FKUB masih kurang maksimal dan tokoh adat belum didayaguna‐ kan secara maksimal oleh FKUB.
Syiah dan Ahmadiyah Terkait dengan Persoalan Syiah dan Ahmadiyah, dalam seminar tersebut diungkap bahwa masih dirasakan kurangnya informasi utuh mengenai permasala‐ han tentang Syiah dan Ahmadiyah. Komunikasi antara peme‐ luk Syiah dan Ahmadiyah dan kelompok intoleran juga be‐ lum optimal. Masih kurangnya komunikasi antara aparat pe‐ merintah dengan pemeluk Syiah dan Ahmadiyah. Ditengarai adanya aparatur pemeritah yang ikut mem‐ fasilitasi penyebaran keben‐ cian kelompok intoleran ter‐ hadap pemeluk Syiah dan Ahmadiyah. Tidak adanya ke‐ seragaman sikap aparat dalam penggunaan wewenang dan fungsi mereka terhadap kon‐ flik keagamaan. Ada sejumlah peraturan perundang‐undangan yang bersifat diskriminatif terhadap kelompok Syiah dan Ahmadi‐ yah dan kelompok minoritas keagamaan lainnya. Kurangnya koordinasi antar ‐lembaga dan instansi terkait kewenangan dan kebijakan dalam menyelesaikan atas persoalan mengenai Syiah dan Ahmadiyah. Kurangnya pemahaman tentang hak‐hak kewargane‐ garaan dari semua pihak yang berkepentingan dalam penye‐ lesaian persoalan yang dialami oleh pemeluk Syiah dan Ahmadiyah. Persepsi tentang gangguan dan ancaman terhadap stabili‐ tas dan keamanan masih men‐ dominasi berbagai kebijakan
Nasional 11 atas persoalan yang dialami oleh pemeluk Syiah dan Ahmadiyah. Tidak adanya sanksi tegas yang memberikan efek jera terhadap pelaku kekerasan terhadap pemeluk Syiah dan Ahmadiyah serta kelompok minoritas keagamaan lainnya. Juga dirasakan politisasi isu pemeluk Syiah dan Ahmadiyah untuk kepentingan tertentu. Kurang tersosialisasinya pera‐ turan perundangan dan kebi‐ jakan terkait perlindungan kebebasan beragama bagi warga Negara. Ada ke‐ cenderungan Fatwa Majelis Ulama diambil sebagai satu‐ satunya rujukan dalam men‐ yatakan kesesatan Syiah dan Ahmadiyah. Lemahnya pemahaman hak ‐hak warga Negara dari se‐ bagian aparat Negara yang menyebabkan ketidaknetralan dalam menyelesaikan persoa‐ lan terkait hak‐hak konstitusi kelompok minoritas keaga‐ maan Sementara yang terkait dengan layanan negara, dis‐ inggung masalah pelayanan KTP, Akta perkawinan, kelahi‐ ran, pengurusan jenazah, pen‐ didikan agama, pemberian remisi, grasi, dan jaminan kea‐ manan pendirian rumah ibadah. Zaenal Abidin [][] Sumber: http:// www.antarakalbar.com/ berita/326644/menag‐siapa‐ yang‐berhak‐beri‐pengakuan‐ agama‐
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
12 Nasional
Tasikmalaya: Seiring dengan terus bertambahnya anggota di Jemaat Citeguh, maka diperlukan sebuah sarana peribadatan yang memadai, yang mampu menampung jamaah yang ada. Sejak pertama direncanakan, anggota sangat antusias dan sangat mendukung relokasi dan pelebaran masjid di kelompok Nagrak. Hal ini dikarenakan masjid yang sebelumnya sudah tidak mampu menampung seluruh anggota. Rencana ini kemudian dicetuskan dalam suatu rapat Majlis Amilah di Jemaat Lokal dan kemudian dibuatlah sebuah proposal untuk mewujudkannya. Awal kegiatan pembangunan masjid adalah pencarian lahan yang strategis. Akhirnya ditentukan tanah seluas ± 320 m2 milik keluarga besar Sanuji. Lahan itu kemudian
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
dibeli dengan dana yang didapatkan melalui perjanjian anggota. Letak masjid yang akan dibangun ini pun tidak begitu jauh dari masjid yang sebelumnya. Masjid ini berlokasi di Kampung Nagrak, Desa Tenjowaringin, Salawu, Tasikmalaya. “Baiturrahim”, itulah nama yang diberikan oleh Amir Nasional JAI untuk masjid yang akan dibangun. Pembangunan masjid Baiturrahim ini diawali dengan peletakkan batu pertama dan doa bersama yang dipimpin oleh Amir Nasional, pada tanggal 11 November 2011 pukul 11.00. Oleh sebab itu, didirikan 11 tiang untuk penopang masjid sekaligus untuk menandai waktu dimulainya pembangunan masjid ini. Setelah peletakkan batu pertama, pembangunan masjid
pun dimulai. Sekitar Bulan Mei 2012 pembangunan dimulai dengan membenteng sekeliling bangunan masjid terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan ada lokasi di samping masjid yang berupa selokan kecil dan sawah milik warga. Lalu dimulailah pembentengan, sekaligus pendirian pondasi serta 11 tiang masjid yang mendapat biaya tambahan dari Jaidad PB JAI sebesar Rp30 juta ditambah dana dari anggota yang keseluruhannya menghabiskan ± Rp86 juta. Antusiasme anggota sangat tinggi, selain menyumbangkan materi mereka juga menyumbangkan waktu dan tenaga, hingga kaum ibu pun tidak mau kalah dalam mengambil berkat, ber-fastabiqul khairat, dalam pembangunan masjid Baiturrahim. Ini juga merupakan perwujudan dari janji LI bahwa “Saya berjanji akan selalu siap mengorbankan jiwa, harta, waktu dan anak-anak saya demi kepentingan agama dan bangsa”. Dengan sukarela, para LI bahkan LI lansia dari cabang Citeguh (keseluruhan terdiri dari 8 kelompok) turut membantu mengangkut batu, koral, pasir dan bahan-bahan bangunan lainnya. Pekerjaan yang sama sekali tidak ringan dan tidak biasa dilakukan oleh perempuan ditambah lagi kondisi jalan yang dilalui pun tidak mudah karena mereka harus bolak balik melewati
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
tanjakan dan turunan. Hal ini terus berlanjut hingga berharihari, semua anggota baik itu Khuddam, Lajnah, Anshar, bergotong royong mengangkut bahan-bahan bangunan dengan menggunakan roda maupun secara estafet. Proses pembangunan terus berlanjut, setelah membenteng dan membuat pondasi, selajutnya yaitu pembuatan tiangtiang bambu atau yang disebut “stut” sebagai penahan dak coran. Ibu-ibu juga ikut membantu untuk mengangkut bambu-bambu untuk bahan pembuatan tiang tersebut. Bambu-bambu yang panjangnya ± 4 m satu per satu diangkut secara bergotong royong sejauh ± 500 m ke lokasi pembangunan masjid. Selain itu, ibu-ibu yang ada di sana juga membantu dalam pemasangan tiang-tiang bambu dengan cara memegangi bambu dari bawah. Setelah dihitung-hitung, bambu yang dipakai sekitar 2000 batang, lalu setelah dipotong-potong menjadi 3000 batang yang terpasang. Bambu -bambu tersebut merupakan sumbangan anggota sebanyak 18 orang dari berbagai Jemaat Lokal di Wilayah Tenjowaringin. Tiba saat pengecoran, pada tahap ini Jemaat Lokal lain diundang untuk membantu. Untuk pelaksanaannnya, panitia membagi waktu tugas untuk setiap Jemaat Lokal. Setiap Jemaat Lokal diminta untuk mengirimkan 25-30 orang kaum pria. Dimulai dari shift 1 (jam 7 pagi – 11 siang) yaitu Jemaat Lokal Cigunung Tilu dan Sukasari. Namun, ternyata kaum ibu pun tidak mau ketinggalan sehingga
yang datang hampir 200 orang, keseluruhan dengan pribumi yaitu ± 300 orang. Dilanjutkan shift 2 dimulai dari jam 11 – jam 3 sore dan shift 3 (pribumi) jam 3 sore sampai malam. Alhamdulillah, pukul 4 sore pengecoran utama sudah rampung, tapi malam harinya dilanjutkan dengan menghaluskan dasar lantai dak hingga pukul 10 malam. Diperkirakan yang hadir hingga sore sekitar 900 orang dari semua cabang termasuk orang-orang ghair ahmadi ± 122 orang yang terdiri dari aparat negara (polsek & koramil), anggota FPI, aparat pemerintah setempat, bahkan ustadz dan ulama di wilayah Tenjowaringin. Nampaknya mereka memberikan restu untuk pembangunan masjid Baiturrahim ini. Ibu-ibu ghair Ahmadi yang dulu apriori kepada Jemaat justru ikut membantu. Aparat pemerintah yang dulu pernah mengeluarkan surat pelarangan pembangunan masjid ini turut membantu meskipun hanya setengah hari karena beliau sendiri harus melaksanakan piket di kantornya. Pada kesempatan ini pula Dede (Koramil) dan Adar (Polsek Salawu) membantu mencangkul pasir sampai habis. Sedangkan kaum ibu yang lainnya pun tidak tinggal diam pada saat pengecoran, mereka bertugas menyiapkan dan menyediakan konsumsi yang diarahkan langsung oleh Ketua Daerah LI. Konsumsi berupa nasi bungkus, untuk pagi disediakan 300 bungkus, shift ke 2: 300 bungkus dan shift ke 3: 270 bungkus dan
Nasional 13 untuk malam disediakan prasmanan karena hanya 50 orang. Konsumsi menghabiskan 40 kg daging sapi, 50 kg daging ayam, 50 kg kentang, 25 kg cabe, minyak goreng 26 kg. Alhamdulillah sumbangan beras yang dikumpulkan dari para anggota sebanyak 120 kg. Selain itu, mendapat sumbangan ikan 50 kg dari orang Pameungpeuk, Garut yang juga seorang anggota FPI. Sampai saat ini, pembangunan sudah menghabiskan dana Rp216 juta. Selanjutnya adalah pembangunan tahap 3 yaitu menyelesaikan lantai bawah agar dalam waktu dekat bisa digunakan. Sampai saat ini banyak yang menyumbang walaupun setelah pengecoran, ditabung untuk tahap ke 3 pembangunan. Donasi dari beberapa badan termasuk PPLI dan anggota mencapai 9 juta. Tahap 3 ini insya Allah akan dilakukan bulan Desember awal, yaitu memugar stut (bambu penahan dak coran). Ternyata tidak hanya di kelompok Nagrak saja yang sedang dalam tahap pembangunan masjid. Di kelompok lainnya, yaitu Masjid AnNasrun di kelompok Nyalindung pun sedang direnovasi. Hal ini dilakukan karena kondisi masjid yang bangunannya sudah mulai dimakan usia, ditambah lagi masih berdinding bilik bambu. Renovasi masjid ini bertujuan untuk pelebaran dan pembangunan masjid yang permanen. Pembangunannya ditargetkan selesai dalam 1 bulan. Nida LI CITEGUH [][] (Sumber: http:// ahmadiyyapriatim.blogspot.com)
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
14 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
LENGKAPI FASILITAS BARU, LANCARKAN KEGIATAN DI GRIYA BAMBU
Markaz: Suasana malam terasa sejuk. Sisa-sisa bau 'ampo' tanah bekas disiram gerimis masih terasa. Delapan unit sepeda motor terlihat berjajar rapi di jalan depan Griya Bambu, Kamis (16/10) malam itu. Gerbang utama tampak terbuka. Di dalam, puluhan orang sedang bercengkerama. Mulai dari dua set kursi kayu jati hingga halaman seluas hampir 18 meter persegi penuh terisi. Diperkirakan, jumlahnya mencapai 40 orang lebih. Pemilik Griya Bambu “DAAR EL-JUMAAN” Kemang-Bogor sedang memberikan sambutan terkait acara 'Ngariung Malam' sambil memperkenalkan fasilitas baru. “Griya Bambu ini didedikasikan untuk persemaian cinta kemanusiaan dan toler-
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
ansi,” kata Rakeeman R.A.M. Jumaan, pemilik Griya Bambu “DAAR EL-JUMAAN” Kemang, Bogor mengawali sambutan. Pengajar mata kuliah Ilmu Perbandingan Agama (The Comparative Study of Religions) di Jamiah Ahmadiyah Indonesia tersebut membuka acara 'Ngariung Malam' itu dengan sambutan. Setelah sambutan dari pemilik, dilanjutkan dengan sambutan dari para tamu yang hadir. Tamu yang hadir duduk lesehan di halaman beralaskan permadani. Halaman seluas 18 meter persegi ini dapat menampung hingga 30 orang. Sambutan pertama disampaikan oleh Yosi Ridwan Hidayat. Mantan Ketua PC PMII Komisariat STAINU Jakarta itu dengan singkat memberikan sambutannya. Intinya, bahwa Griya Bambu selama
ini telah menjadi tempat berkumpul yang nyaman bagi mahasiswa STAINU dan juga PMII Kab. Bogor khususnya PK Kampus STAINU Jakarta di Hambulu. “Kami sangat senang menerima undangan Dr. Rakeeman,” kata Fauzan Amin saat diminta memberi sambutan. “Ini merupakan kehadiran saya yang kedua kali di Griya Bambu. Sebelumnya, sekitar empat bulan lalu, saya juga pernah kemari. Saya berasal dari Sumenep dan kebetulan aktif di PMII juga.” Fauzan Amin adalah salah seorang peserta acara 'Ngariung Malam' yang diselenggarakan oleh Griya Bambu “DAAR ELJUMAAN” Kemang, Bogor. Mantan Ketua Forum Komunikasi Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis Seluruh Indonesia (FKMTHI) itu kini mengelola semacam pondok pesantren di Sawangan, Depok. Didampingi temannya, malam itu dia sengaja hadir untuk mengikuti acara. Ketua/Qaid Pemuda (Majlis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia) Kemang, Reza Anugerah Ahmad, sedang memberikan sambutan. Mahasiswa Fak. Hukum Universitas Ibnu Khaldun (UIKHA) Bogor tersebut sangat senang bisa berkumpul disini. S a mb u t a n b e r i k u t n y a disampaikan secara berturutturut oleh perwakilan dari berbagai organisasi kemahasiswaan/kepemudaan/ keagamaan. Misalnya, sambutan dari Ketua BEM STAINU Jakarta, dari PUSAD Paramadina dan Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) Jakarta, Generasi Pemuda
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Candali (Rancabungur, Bogor) dan juga Ketua Pemuda Ahmadiyah (Majlis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia) Kemang, Bogor. Semuanya menyambut positif setiap acara yang diselenggarakan di Griya Bambu ini. Selain untuk memupuk silaturahim dan persaudaraan (ukhuwah), juga untuk membahas agenda bersama toleransi. Sebenarnya Griya Bambu telah mengundang komunitas/ organisasi lainnya, misalnya dari Gereja Kristen Pasundan (GKP) Tanahsareal, Bogor yang akan hadir sekitar lima orang. Sayangnya, mereka berhalangan hadir. “Aduh maaf, Pak, saya lupa mohon izin tadi tidak keburu karena ada acara sampai jam 18.30. Lalu teman-teman yang lain sedang latihan untuk acara
pernikahan putranya Pak Sianipar, 18 Oktober 2014. Saya besok pagi harus ke Cikarang juga mesti siapkan materi. Tidak sempat lagi datang. Maaf, ya Pak. Semoga lain kali bisa. Thanks,” kata Pdt. Lelly Sundoro menyampaikan permohonan maaf. Suasana cair dengan perbincangan penuh kekeluargaan dan persaudaraan. Gelak tawa terdengar mengiringi acara. Sekat-sekat karena baru jumpa sudah mulai pudar. Acara 'Ngariung Malam' diakhiri dengan santap malam makan khas suatu daerah di Jawa Timur. Sambil menikmatinya, mereka melanjutkan perbincangan satu sama lain. Informasi kegiatan dari berbagai organisasi juga disampaikan dalam kesempatan itu. Misalnya, Pusat Studi Agama
Nasional 15
dan Demokrasi (PUSAT) Paramadina akan merilis laporan Kebebasan Beragama, Nopember nanti. Ciputat School akan menayangkan film dokumenter "Milk". Dan warga Desa Candali akan menyelenggarakan Perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram. Tepat pkl. 24.00 WIB seluruh rangkaian acara berakhir. Satu per satu tetamu mulai meninggalkan lokasi. Suasana Griya Bambu yang tadinya ramai kini mulai berangsur sepi. Hanya suara gemericik air dari pancuran di kolam yang mendominasi. Suara serangga dan binatang liar lainnya semakin menambah kealamian tempat ini. RAM [][]
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
16 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Lima (5) Langkah Mendidik Anak Pluralis Menjadi
pluralis bukan berarti menyamaratakan setiap agama. Jika menyamakan semua agama itu adalah sinkretisme. Menjadi pluralis berarti menjadi pribadi yang damai dengan segala perbedaan (pluralitas). Menerima segala bentuk perbedaan identitas di masyarakat, mulai dari suku, agama, ras, status ekonomi, agama, dll. Sayangnya kondisi pluralisme masyarakat akhir-akhir ini tengah terusik. Berbagai tindakan intoleransi dan kekerasan menghiasi mata anak-anak dan remaja melalui berbagai kaca media. Sengketa rumah ibadah, ketegangan antar mazhab agama, penghakiman keabsahan agama menjadi isu yang banyak di konsumsi remaja dewasa ini. Jika tidak diantisipasi kondisi tersebut dapat terinternalisasi dalam alam bawah sadar mereka dan dicontoh mereka di kemudian hari. Oleh sebab itu, berikut ini langkah sederhana mendidik anak supaya menjadi pribadi pluralis dan menghargai perbedaan. 1. Jadi orang tua pluralis Jika orang tua mendambakan anak yang menghargai perbedaan, tentu harus dimulai dengan memberikan contoh nyata kepada anak bahwa
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
sikap pluralis itu indah. Oleh sebab itu, orang tua harus memulainya terlebih dulu. Gus Dur menjadi bapak pluralisme karena Gus Dur kecil acap kali melihat perdamaian dari ayahnya yang bersahabat dengan luar kelompoknya. Anak-anak akan lebih mudah meniru perbuatan kedua orang tuanya daripada sekedar menerima perintah. 2. Tanamkan nilai universal Timbulnya kebencian dan intoleransi disebabkan karena pola berpikir seseorang tertutup, serta pendidikan yang sempit. Jadi, ajarkan kepada putra-putri mengenai pentingnya sikap terbuka (open mind). Selain itu, jangan ragu untuk mengajarkan nilai-nilai agama sebagai basis moral anak-anak. Sikap intoleran bukan berasal pendidikan agama, namun pemahaman yang diberikan salah. Pendidikan agama selain dimaknai sebagai benteng moralitas, juga dimaknai sebagai relasi keindahan sebagai makhluk ciptaan tuhan yang beragam. Tanamkan nilai universal yang terdapat dalam semua agama seperti keadilan, kemanusiaan, kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, dan menjaga lingkungan, dll. 3. Tanamkan nilai demokrasi Untuk menopang kehidupan yang damai dengan
segala jenis keberagaman, diperlukan suatu tatanan kenegaraan dan kemasyarakatan yakni demokrasi. Menanamkan demokrasi secara sederhana berarti melatih menyuarakan hak, menunaikan kewajiban, mentaati peraturan, serta menghargai hak orang lain. 4. Berikan arti penting perdamaian Masa anak-anak dan remaja adalah masa yang tidak akan terlupakan. Banyak kenangan yang akan disimpan dalam memori mereka sampai mereka dewasa. Oleh sebab itu, berikan arti penting perdamaian. Damai itu indah. 5. Buat persaudaraan sejati Jangan terlena dengan keadaan damai. Karena hal tersebut bisa menjadikan anak apatis dan hanya ingin menikmati perdamaiannya sendiri, tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya. Jalinlah persaudaraan di luar lingkungannya. Ajaklah anak-anak anda sesekali bakti sosial. Ajak dia respectterhadap kondisi sosial. Demikian tips singkat mendidik anak pluralis, semoga bermanfaat.(ICRP). M. Mukhlisin [][] Sumber: http:// www.satuislam.org/opini/5langkah-mendidik-anak-pluralis/
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Nasional 17
Wahid Institute: Sepanjang 2013, 245 Politik Intoleransi
Jakarta:
Peneliti The Wahid Institute, Alamsyah M. Djafar mengatakan, pemerintah belum mengambil kebijakan yang menjamin kebebesan beragama di Indonesia. Hal itu ditandai dengan pengungsian warga Ahmadiyah dan Syiah. Bahkan, laporan tahunan kebebasan beragama sepanjang tahun 2013 the Wahid Institute menyebutkan, jumlah pelanggaran sebanyak 245 kasus atau peristiwa dengan 278 tindakan. "Sumber dari kasus -kasus ini pada mulanya lahir dari rangkaian penerapan apa yang disebut sebagai 'politik intoleransi' baik yang dilakukan negara maupun warga negara," kata Djafar seperti yang dikutip dari kertas kerja Internatonal NGO Forum on Indonesia (INFID) di Grand Willow, Hotel Royal Kuningan, Jl. H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (15/10).
Politik intoleransi, lanjut Djafar, adalah lawan dari 'politik toleransi' yang dimaknai sebagai kesediaan mengakui dan memperluas hak-hak dasar dan kebebasan sipil terhadap orang-orang dan kelompok-kelompok yang berbeda dari sudut pandang kita sendiri. Politik toleransi itu penting, sebab pertama toleransi dapat membantu menjaga masyarakat bersama-sama. Bahkan dalam menghadapi konflik yang intens. Kedua toleransi merupakan bagian dari hak-hak sipil dimana individuindividu dapat harapkan di alam demokrasi. Ketiga intolerasi melanggar kebebasan individu atau warga negara karena kebebasan dan toleransi dua hal yang saling terkait. Djafar menambahkan, untuk melihat politik toleran dijalankan negara atau tidak, dapat dilihat dari Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2015. Dalam dokumen ini, nampak Negara tampak bersikap netral terhadap agama yang dipeluk warganya, namun dalam praktiknya tidak. Buktinya, kata dia, Keme-
nag sebagai tangan pemerintah, sering dikritik lantaran dianggap melanggengkan diskriminasi berbasis agama dan kenyakinan. Negara masih 'kikuk' memosisikan agama, satu sisi, mesti mengakui peran penting agama tapi di saat bersama harus bersikap netral dan adil terhadap setiap agama. "Ini tampak pada kebijkan 'agama resmi' atau 'agama yang diakui' yang mencakup Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha. Pemerintah juga menganggap aliran kebatinan bukan sebagai agama," kata Djafar. Padahal, kata Djafar, intervensi keyakinan dan politik intoleransi negara semacam ini dalam praktiknya berdampak jauh pada praktik-praktik diskriminasi. Diskriminasi yang terlembaga ini dalam jangka panjang melahirkan sikap intoleransi dan diskriminasi level warga negara. Bayu Probo [][] Sumber: http:// www.satuharapan.com/readdetail/read/wahid-institutesepanjang-2013-245-politikintoleransi
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
18 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Upaya Komnas HAM Ungkap Diskriminasi di Tasikmalaya Tasikmalaya :
Jajaran pengurus Jemaat Ahmadiyah daerah Tasikmalaya menerima kunjungan kerja komisioner Komnas HAM Imdadun Rahmat. Ditemani 2 orang staffnya Imdadun Rahmat menyatakan bahwa kedatangannya ke kota Tasikmalaya sebagai kunjungan kerja menanggapi surat pengaduan Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya terkait perihal adanya pelanggaran HAM dalam pencatatan nikah warga Ahmadi di kota Tasikmalaya serta masalah persyaratan naik haji yang terdapat syarat pernyataan bukan penganut Jemaat Ahmadi-
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
yah dan masih adanya masjid yang belum dapat difungsikan. Hadir dari pihak Jemaat Ahmadiyah Mln. Syaeful Uyun mubaligh wilayah Priangan Timur, Mubaligh Jemaat Ahmadiyah Kawali Mln. Nurul Haqq, Ketua Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya Drs. Dadang Budiman, Ketua Jemaat Ahmadiyah Singaparna Nanang Ahmad Hidayat, Ketua Jemaat Ahmadiyah Sukapura Atek Upriyatna, Ketua Jemaat Ahmadiyah Indihiang Bpk Tatang, Qaid Wilayah MKAI Priangan Timur Budi Badrussalam, Qaid MKAI Tasikmalaya Agus Ahmad Tahir
dan Sekr. Tabligh Jemaat Ahmadiyah Tasikmalaya Dindin Sarifudin. Pertemuan yang diadakan dari pukul 19.30 WIB dan berakhir pukul 22.30 WIB membahas mengenai pengaduan Jemaat Ahmadiyah daerah Tasikmalaya mengenai pencatatan pernikahan dan masalah naik haji. Mln Syaeful Uyun sebagai yang mewakili Jemaat Ahmadiyah daerah Tasikmalaya membuka pertemuan dengan gambaran umum permasalahan yang ada terkait masalah naik haji disampaikan bahwa ada persyaratan dalam mengurus naik
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
haji surat pernyataan bukan Ahmadiyah dan ini juga menjadi syarat saat pembayaran di bank, sebuah lembaga usaha tak semestinya turut campur dalam keyakinan nasabahnya. Pernyataan syarat naik haji bukan penganut Ahmadiyah juga ditemui pada poster yang terpasang di kantor Departemen Agama kota Tasikmalaya dan di Kantor Urusan Agama (KUA). Terkait pernikahan di kota Tasikmalaya ada syarat bukan penganut Ahmadiyah yang harus ditanda-tangani calon yang akan mencatatkan pernikahannya. Hal yang tentunya tidak masalah bila ditandatangani oleh mereka yang bukan penganut Ahmadiyah, masalah timbul bagi warga Ahmadiyah penandatanganan surat itu menjadi legalitas pernyataan keluar dari Jemaat Ahmadiyah yang biasanya dipublikasikan melalui media secara besar-besaran dan kebanyakan warga Ahmadi menolak surat pernyataan tersebut dan lebih memilih mencatatkan pernikahan di luar kota Tasikmalaya. "Sebelum bertugas di kota Tasikmalaya saya lama bertugas di Semarang dan hanya menemukan di kota Tasikmalaya peraturan diskriminatif masalah pernikahan," ujar Mln. Syaeful Uyun. "Anehnya surat sakti yang menjadi pegangan petugas KUA yang tidak mau menikahkan warga Ahmadi berasal dari Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah kota Tasikmalaya tidak berstempel resmi," tambahnya. Hal lucu lain yang disampaikan Mln Syaeful Uyun dituturkan, surat pernyataan bu-
kan Ahmadi dalam syarat pernikahan berasal dari Kepala Departemen Agama Kota Tasikmalaya yang meminta rekomendasi dari tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah di mana Kepala Depag dan Ketua Tim Penanganan Jemaat Ahmadiyah kota Tasikmalaya adalah orang yang sama. Menanggapi laporan dari Mln. Syaeful Uyun terkait dua hal di atas komisioner Komnas HAM meminta agar Jemaat Ahmadiyah melengkapi data aduan yang nantinya akan disampaikan kepada pihak terkait sebagai bukti bahwa kebijakan publiknya telah memakan korban. Imdadun Rahmat juga menambahkan bahwa selanjutnya akan menuju Ciamis untuk memeriksa di lapangan terkait Masjid Ahmadiyah Ciamis yang pada awal Juni 2014 sempat disegel oleh Satpol PP. "Kami mengirim surat panggilan terhadap Bupati Ciamis terkait penyegelan masjid yang dijawab melalui surat, setelah itu surat panggilan kedua kami kirimkan serta menjawab surat Bupati bahwa surat panggilan dijawab dengan surat tidak sesuai prosedural," kata Imdadun Rahmat. Ia menjelaskan, surat panggilan kedua kepada Bupati dipenuhi dengan mengirim wakilnya yaitu Ketua Satpol PP Ciamis. Saat itu Ketua Satpol PP mengancam akan memperkarakan warga Ahmadi yang telah membuka segel. Menjawab ancaman Ketua Satpol PP itu Imdadun Rahmat mengatakan bahwa ia akan balik memperkarakan Ketua Satpol PP Ciamis atas
Nasional 19 penyalahgunaan wewenang. Mendengar jawaban tersebut Ketua Satpol PP terdiam. Sementara itu, Atek Upriyatna, Ketua Jemaat Ahmadiyah Sukapura memaparkan panjang lebar mengenai laporannya terkait tiga poin yang menimpa Jemaat Ahmadiyah Sukapura sejak tahun 2007. Hal senada disampaikan oleh Nanang Ahmad Hidayat selaku Ketua Jemaat Ahmadiyah Singaparna. Di akhir pertemuan Imdadun Rahmat menyampaikan terima kasih atas masukan dari Jemaat Ahmadiyah Daerah Tasikmalaya dan atas penerimaannya dalam suasana kekeluargaan. Ia berjanji akan berusaha membantu sesuai dengan kewenangannya selaku Komisioner Komnas HAM. Doni Sutriana & Sfa [][] Sumber: http:// ahmadiyyapriatim.blogspot.com/
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
20 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Nyalindung yang Dilindungi Jemaat
lokal ini bernama Jemaat Nyalindung. Kalau dalam bahasa Indonesia artinya berlindung. Nyalindung ini merupakan salah satu Jemaat lokal di Kabupaten Garut. Sesuai dengan namanya dan karakteristik daerahnya, Nyalindung merupakan sebuah daerah yang berada di bawah dataran rendah atau dalam bahasa Sunda disebut “di lebak”. Karena untuk menjangkau rumah-rumah anggota sendiri kita harus melewati jalanan yang menurun dengan jalan yang berupa tanah merah. Arti Nyalindung dapat juga berarti daerah yang tersembunyi atau terlindungi, karena di daerah tersebut banyak ditumbuhi pohon-pohon yang cukup besar. Jemaat Ahmadiyah bisa sampai di Nyalindung merupakan salah satu jasa dari tokoh yang berasal dari daerah itu sendiri, bernama Warsa. Sampai sekarang jumlah anggota di sana sekitar 100 orang, terdiri dari Anshar, Khuddam, LI, Nashirat, Abna dan Banath. Di Nyalindung berdiri sebuah masjid yang dibangun dan berada di atas lahan seorang ghair Ahmadi yang sangat mukhlis. Karena kemukhlisannya itu, ia mengikhlaskan masjid untuk
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
digunakan aktivtias beribadah bersama antara para Ahmadi dan masyarakat setempat. Namun beberapa waktu yang lalu terjadi kesalahpahaman antara pihak ahli waris pemilik lahan dengan para Ahmadi, berkenaan dengan fungsi masjid sebagai tenpat menshalatkan mayat. Saat itu salah satu keturunan pemilik lahan meninggal dunia dan pihak keluarga menginginkan agar jasad yang meninggal di shalatkan di dalam masjid. Para Ahmadi yang memahami aturan Fiqih tentang tata cara pengurusan jenazah menolak untuk menshalatkan jenazah di dalam masjid, alasannya berdasar Hadits Nabi saw. jenazah dilarang di bawa dan dishalatkan dalam masjid. Alasan yang berdasar Fiqih Islam itu tidak diterima oleh pihak keluarga dan mereka memutuskan untuk mengambil alih masjid. Dengan bantuan anti-Ahmadiyah Garut dan sekitarnya, akhirnya masjid diambil alih oleh mereka. Setelah masjid diambil alih, kegiatan berjalan dengan berkelompok dan dibagi di beberapa rumah anggota. Adapun saat bulan Ramadhan yang lalu, untuk melaksanakan shalat Tarawih dibagi menjadi 3 kelompok besar. Setiap kelompok tersebut bisa dikunjungi oleh Mubaligh
Ahmadiyah yang bertugas di Garut dan sekitarnya. Kegiatan berkelompok ini ternyata berdampak positif, karena mampu meningkatkan jumlah Ahmadi yang aktif dalam berkegiatan. Kepengurusan Khuddam yang baru terbentuk jadi salah satu buktinya. Setelah sering dikunjungi oleh Qaid Daerah Garut Fathan Mubaraq, kepengurusan Majelis Khuddamul Ahmadiyah Jemaat Nyalindung terbentuk, dengan Qaid Majelis terpilih Hen-hen. Tak lama setelah itu, Jemaat Nyalindung memutuskan untuk membeli lahan kosong yang letaknya tidak jauh dari masjid yang lama. Mereka berharap dapat segera membeli tanah dan mendirikan masjid. Tak perlu waktu lama, seorang Ahmadi dari Jemaat Garut Kota bersedia untuk membiayai pembangunan masjid tersebut. Adapun untuk dana pembelian tanahnya, para Ahmadi di sana bergerak cepat dengan membuat perjanjian. Dalam waktu beberapa minggu sudah terkumpul dana kurang lebih Rp.1 juta. Angka itu terbilang besar mengingat sebagian besar Ahmadi di Nyalindung bermatapencaharian sebagai petani, peternak, dan buruh. Masyarakat sekitar sebenarnya tidak terlalu mem-
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
permasalahkan apa dan bagaimana itu Ahmadiyah. Hanya beberapa oknum masyarakat yang merasa tidak senang dengan keberadan Ahmadiyah dan mencoba untuk menggoyangnya, namun tidak berhasil. Terbukti ternyata banyak masyarakat setempat yang bertanya-tanya pada para Ahmadi, kapan Jemaat akan mendirikan masjid? Mungkin, mereka sudah tidak sabar ingin ikut shalat berjamaah dan mengaji bersama di masjid baru milik Jemaat. Ketika Hari Raya Idul Fitri yang lalu, shalat Ied dilaksanakan di rumah beberapa
orang Ahmadi. Ternyata banyak ghair Ahmadi yang ikut melaksanakan shalat Ied bersama para Ahmadi, sehingga jumlah yang hadir melebihi tempat yang disediakan, hingga halaman dan teras rumah dijadikan tempat shalat. Lalu bagaimana dengan masjid di Nyalindung yang diambil alih itu? Menurut Ahmadi yang menjadi saksi mata saat dia hendak pergi ke tempat shalat Ied, dia melihat hanya ada dua orang yang berada di masjid itu. Memang sudah bukan rahasia lagi bahwa semenjak masjid itu diambil alih, makmum
Nasional 21 yang biasa shalat di situ adalah orang-orang bayaran dari luar kampong Nyalindung. Kini masjid itu nampak tidak terpelihara. Di dalam masjid berderet asbak rokok yang disimpan di pinggiran jendela. Masjid yang dahulu ramai dengan kegiatan memuji Allah Ta’ala, sekarang sepi dan kotor. Dengan semakin bergairahnya para Ahmadi menghidupkan agama dan syariat Islam, semoga Nyalindung selalu dilingungi. Amin Adinda Firdhausya Zakhra & Sfa[][]
Garut: Sebuah pemandangan ‘sejuk’ terlihat di Gang Bao, Kelurahan Muara Sanding, Garut Kota, pada Minggu (21/10). Sebuah pemandangan yang merupakan ciri khas dan jati diri bangsa Indonesia. Puluhan warga Gang Bao bergotong royong melakukan perbaikan jalan yang menghubungkan dua RW, yaitu RW 05 dan 06, Muara Sanding. Jalan itu melewati masjid Jemaat Ahmadiyah Sanding yang sudah berdiri sejak puluhan tahun lalu dan meru‐ pakan masjid pertama Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Para Ahmadi yang tinggal di sana ikut serta dalam aksi itu, dan berbaur dengan warga. Aksi kerja bakti bersama ini menjadi bukti bahwa para Ahmadi selama ini hidup harmonis di mana saja dan dengan siapa saja mereka tinggl. Semoga di masa depan jati diri Bangsa Indonesia ini bisa terus dipertahankan. [][]
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
22 Nasional
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
MTA Shooting Dua Hari di Singaparna
Tasikmalaya : Jemaat Ahmadiyah Singaparna kedatangan kru MTA Indonesia sebanyak 5 orang untuk melakukan peliputan kegiatan di Singaparna. Mereka melakukan liputan acara selama dua hari, yaitu Sabtu dan Minggu (18-19/10). Kegiatan itu sendiri difokuskan di masjid Baitur Rahim, Babakan Sindang, Cipakat, Singaparna. Terdapat 5 acara yang dili-
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
put MTA, 4 acara untuk anakanak dan 1 sesi acara untuk kaum Lajnah. Acara untuk anak-anak yaitu Children Corner yang terdiri dari dua sesi acara; sesi yang pertama mengambil tema keutamaan AlQuran dan yang kedua bertemakan pentingnya menghormati orang tua. Kemudian drama tentang manfaat sayuran, penyampaian pidato yang dilakukan oleh seorang
NAI bernama Gaida Safa dengan tema keutamaan AlQur’an, dan liputan cara untuk membuat pudding wortel. Kegiatan berlangsung pada hari pertama para peserta sangat antusias. Para Athfal dan NAI sangat aktif dalam memberikan jawaban yang dilontarkan oleh narasumber. Dalam Children Corner tersebut ada penampilan pidato dari dua orang NAI dan pelantunan syair yang dilakukan para peserta NAI. Pada acara yang dilaksanakan pada hari kedua dilakukan oleh para NAI yang mengambil liputan tentang cara membuat puding wortel, drama tentang manfaat sayuran. Di hari kedua ini pun para LI diliput sedang membuat kerajinan tangan dari bungkus kopi bekas menjadi berbagai macam benda yang menarik. Setelah acara itu selesai dilanjutkan dengan penampilan pidato yang disampaikan oleh seorang NAI bernama Gaida Safa. Didalam pidato yang disampaikannya ia mengatakan bahwa Al-Qur’an itu sangat penting untuk dijadikan sebagai petunjuk bagi hidup kita. Dan acara pun berakhir pada pukul 14.00 wib dengan diakhiri oleh makan bersama serta perpisahan dengan crew MTA yang akan kembali ke Markaz. Dina, Ketua LI Singaparna menyebut, persiapan untuk acara kali ini dilakukan dua bulan dan di mana satu bulannya lagi dihabiskan untuk latihan. Nurhadiyana, Fazal & Sfa [][]
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
Seluruh Agama Boleh Hidup di Indonesia Jakarta: Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin menegaskan seluruh agama boleh hidup di Indonesia. Agama ini misalnya Bahai, Yahudi, dan agama lain. Hal itu sesuai dengan tafsir Mahkamah Konstitusi atas UU no 1 PNPS tahun 1965 tentang Pencegahan Penodaan Agama. "Kalau dalam UU 1 PNPS,
itu eksplisit. Misalnya itu tidak hanya yang disebut, sekadar contoh saja. Misalnya Zoroaster (agama di Persia Red), Yahudi, Shinto. Itu yang eksplisit disebutkan. Bukan berarti yang tidak disebutkan tidak termasuk, karena itu misalnya," jelas Lukman. Lukman mengingatkan pemerintah wajib bersikap adil kepada setiap warga negara, apa pun agama yang dianutnya. Ini karena UUD 1945 menjamin hak kebebasan beragama bagi warga negaranya. "Konstitusi, negara, pemerintah, berkewajiban untuk
‘Idul Adha di Alor, Anggota DPRD dan MUI dapat Bagian Alor-Nusa Tenggara Timur: Jamaah Muslim Ahmadiyah di Pulau AlorNTT, menggelar shalat Idul Adha 1435 H, pada (5/10/2014) dengan aman dan tentram. Bersamaan dengan shalat ‘Idul Adha yang ditetapkan Pemerintah. Shalat Idul Adha dilakukan di Shalat Center (Rumah Misi) Jemaah Muslim Ahmadiyah Alor di Kampung Belaha, Desa Wolwal Tengah, Kec. Alor Barat Daya, NTT. Shalat ‘Idul Adha diikuti 19 orang Jamaah dari 6 kepala keluarga. Bertindak selaku Imam sekaligus Khotib yaitu Mln. Ahmad Hayat Heriyanto. Dalam Khutbahnya, Mln.
Ahmad Hayat Heriyanto menyampaikan bahwa berkurban itu harus dengan niat yang tulus demi mencari keridhaan Allah Ta’ala, bukan untuk riya. Menurutnya, berdasar keterangan Al-Quran, yang sampai kepada Allah Ta’ala itu bukanlah daging dan darah dari hewan yang dikorbankan, melainkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala semata. Mln. Hayat juga membakar semangat para Ahmadi di Alor untuk tidak menyerah terhadap segala cobaan dan ujian yang mereka alami sebagai seorang Muslim di Akhir Zaman ini yang telah beriman kepada Imam Mahdi as. seba-
Nasional 23 memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap setiap umat beragama, terhadap setiap warga negara sesuai dengan agama yang dianutnya," tambahnya. Menurut Lukman, UUD Indonesia telah menjamin itu sejak awal. "Itu jelas dalam pasal 29 konstitusi kita, jaminan perlindungan itu, kemerdekaan untuk memeluk dan menjalankan ajaran agama dan kepercayaan itu." Heru Hendratmoko [][]. Suber: www.beritasatu.com
gai penerus perjuangan suci Hadhrat Rasulullah saw.. “Dan pada saat ini Jemaat Alor sedang mendapat ujian dari Allah melalui orangorang yang menentang Jemaat ini. oleh karena itu, kita sebagai Pengikut Imam Mahdi dan Masih Mau’ud as. dan sudah mengikrarkan diri mengorbankan jiwa, raga, harta, waktu, dan kehormatan demi kepentingan agama Islam, maka hendaklah kita berupaya menunjukkan iman dan ketakwaan kita kepada Allah Ta’ala melalui pengkhidmatan kepada Jemaat ini dengan cara mengorbankan harta, waktu dan kehormatan kita, demi untuk memelihara Jemaat ini dengan niat meraih keridhaan Allah Ta’ala,” terangnya. “Berkurban asal katanya adalah qoroba (dekat), jadi mengorbankan harta, waktu dan kehormatan kita demi Agama Allah Ta’ala berarti kita mendekatkan diri kita kepada-Nya. Insya Allah,
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
24 Nasional
pengorbanan kita akan tercatat di sisi-Nya sebagai orang yang bertakwa. Amiiin,” tambah Mln. Hayat. Selepas pelaksanaan shalat Jemaat Alor sejumlah warga yang ada di sekitar Rumah Misi Jemaat Muslim Ahmadiyah Alor berdatangan. Di antara mereka ada Manu (Pendeta), Sahrir (imam masjid jami’ Babul Khair), Iskandar (anggota DPRD Kab. Alor), dan para tokoh agama serta tokoh mayarakat. Alhamdulillah, pada tahun ini hewan kurban yang
EDARAN KHUSUS UNTUK KALANGAN SENDIRI | SEJAK 1978 | ISSN 1907-7793
Volume IX, Nomor 10, Edisi Oktober 2014
disembelih Jemaat Alor sebanyak 5 ekor kambing. Hewan-hewan kurban tersebut adalah kiriman dari para Ahmadi dari Jemaat Jakarta Barat, Lenteng Agung, Tangerang dan Ende-Flores. Acara penyembelihan hewan kurban itu dipimpin oleh Amin Rigai sebagai Ketua Jemaat Ahmadiyah Alor. Dari 5 hewan kurban tersebut, satu ekor kambing diserahkan kepada panitia pembangunan Masjid AlMuhajirin, untuk didistribusikan kepada jamaah
Masjid Al-Muhajirin dan empat ekor kambing lainnya disembelih di depan halaman Rumah Misi Alor. Hewan kurban itu dibagikan kepada para Ahmadi Alor, masyarakat di sekitar, Kades, anggota Polres Alor, Kesbangpol Alor, Depag Alor, Kajari Alor, Polsek ABAD, Camat ABAD, Babinsa Wolwal, serta beberapa anggota DPRD Alor, MUI Kecamatan dan MUI Kabupaten Alor. Mln. Ahmad HH & Sfa [][]