Dua Mahasiswi Jerman dan Estonia Ikuti Pertukaran Pelajar di Farmasi UNAIR UNAIR NEWS – Selama satu bulan, dua mahasiswa asing, Carmen Bohlinger asal Jerman dan Britt Lugenborg asal Estonia mengikuti Student Exchange Programme (SEP) 2016 di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. Carmen mengaku senang berkesempatan mengikuti program ini, selain program magang dan studi, mahasiswi asal Freiburg tersebut juga terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia dan keindahan alamnya. ‘‘Saya merasa senang bisa ikut program ini, saya ikut meninjau berbagai penyakit yang ditangani di rumah sakit, berbagi dengan mahasiswa, dan merasakan baiknya orang Indonesia,’’ ungkap Carmen Bohlinger, mahasiswi Jerman. Pada Jumat (23/9) lalu, diadakan pertemuan terakhir di Ruang Kuliah 2.1 FF UNAIR. Dalam acara tersebut Britt berhalangan hadir lantaran sudah meninggalkan Indonesia, sementara Carmen menikmati hari-hari terakhirnya di UNAIR. Agenda yang dikemas dengan menarik tersebut, dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan panitia SEP 2016. Hadir pula Wakil Dekan I FF UNAIR, Dr. Riesta Primaharinastiti, S.Si., M.Si., Apt dan Dr.rer.nat. Maria Lucia Ardhani Dwi Lestari, Apt. “Kegiatan ini diharapan berdampak positif dan memotivasi banyak mahasiswa, agar berkesempatan untuk mengikuti program pertukaran pelajar mendatang,” terang Dr. Riesta dalam sambutanya. “Kedua mahasiwi asing tersebut teribat dan mengamati bagaimana pelayanan selama magang baik di rumah sakit maupun di apotek,” tambah Kartika Dewi Pratiwi yang juga ketua Pantia SEP 2016.
Kegiatan ini diadakan oleh FF UNAIR untuk kesekian kalinya, perserta pertukaran pelajar seringkali dari mahasiswa asal negara-negara Eropa, namun sesekali juga dari belahan dunia lain seperti Amerika, Asia maupun Timur Tengah. Kegiatan ini berjalan dengan baik melalui kerjasama dengan International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF), Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (Ismafarsi), Rumah Sakit Universitas Airlangga, RSUD Dr. Soetomo, Apotek Semolowaru, dan Apotek Nahdha Farma.
Carmen Bohlinger asal Jerman (kiri) dan Britt Lugenborg asal Estonia (kanan)Saat Belajar Mengenai Gambelan Di SC Kampus C UNAIR. (Foto: Istimewa) Adapun agenda yang diikuti oleh kedua mahasiswi tersebut diantaranya; magang di RSUA, RSUD Dr. Soetomo, dan Apotek Semolowaru serta Apotek Nahdha Farma; mengunjungi seluruh departemen di FF, dan mengunjungi beberapa fasilitas di UNAIR seperti perpustakaan dan LPT, serta mengikuti sejumlah kegiatan Dies Natalis; menjadi pembicara dalam talkshow “Creative Pharmasist with Global Perspective”; belajar tari
dan kesenian bersama UKTK di Student Center kampus C UNAIR; dan berwisata ke sejumlah tempat di Malang dan Madura. ‘‘Program ini sudah dilaksanakan di Fakultas Farmasi selama 4-5 tahun, mahasiswa Farmasi UNAIR sudah menjadi anggota dalam International Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF), yang tentu saja memudahkan untuk menarik mahasiswa asing untuk datang kesini,’’ imbuh Kartika Dewi Lestari. (*) Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan
Pertukaran Mahasiswa Tingkat Lokal untuk Praktik Kebinekaan UNAIR NEWS – Universitas Airlangga menjadi perguruan tinggi yang turut serta mendukung berlangsungnya program Pertukaran Mahasiswa Tanah Air Nusantara (PERMATA). Bentuk dukungan tersebut berupa mengirim dan menerima mahasiswa dari perguruan tinggi se-Indonesia. PERMATA merupakan program peningkatan nasionalisme yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI. Sebanyak 13 mahasiswa yang berasal dari empat perguruan tinggi di Indonesia diterima UNAIR, Rabu (14/9). Keempat perguruan tinggi tersebut yaitu Universitas Sumatera Utara, Universitas Tadulako, Universitas Syah Kuala, dan Universitas Sam Ratulangi. 13 mahasiswa tersebut diterima langsung oleh Wakil Rektor UNAIR bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Djoko Santoso, dr., Sp.PD-KGH., Ph.D., FINASIM.
Pada saat acara penerimaan mahasiswa PERMATA, turut hadir Direktur SDM Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum., yang mewakili Direktur Pendidikan UNAIR, Dekan Fakultas Hukum UNAIR Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, SH, MH, dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS. Selama 6 bulan kedepan, ke-13 mahasiswa akan mengikuti kegiatan akademik maupun non akademik yang diselenggarakan di UNAIR, namun kegiatan yang menunjang softskill yakni berupa kegiatan di luar akademik merupakan kegiatan yang lebih ditonjolkan. Maka itu, selama enam bulan ke depan, mereka hanya mengambil matakuliah maksimal 12 SKS. Wakil Rektor I UNAIR, Prof. Djoko mengatakan, kesempatan tersebut merupakan bagian untuk mengamalkan sekaligus memperkuat kebinekaan. Pasalnya, mahasiswa bukan hanya akan belajar pada kegiatan akademik semata, namun juga belajar memahami pola masyarakat dari tempat yang berbeda dari asal mereka. Pihaknya juga memberikan wejangan kepada 13 mahasiswa yang akan menjalani studi di UNAIR. “Abad 21 ini adalah abad yang sulit diprediksi. Yang bisa menjawab tantangan adalah yang bisa menjaga kesehatan fisik, kesehatan spiritual, kesehatan mental, update intelektual, dan mengembangkan hubungan sosial,” ujar Prof Djoko. Sementara itu, Purnawan yang menjabat sebagai Direktur SDM UNAIR mengatakan, pertukaran mahasiswa ini merupakan ajang mahasiswa untuk belajar sebanyak-banyaknya agar memperoleh pengalaman yang dapat dibagi kepada teman-teman dari universitas asal. “PERMATA merupakan program yang dirancang pemerintah untuk mengenal Indonesia secara lebih luas. Program selama enam bulan nanti harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Baik pengalaman di kelas maupun di luar kelas. Pengalaman yang baik dari UNAIR bisa ditularkan kepada teman-teman dari universitas asal,” kata Purnawan.
Herman Syah dari Universitas Sumatera Utara yang menempuh Program Studi Pendidikan Ners mengaku senang dapat menjadi salah satu mahasiswa yang terpilih mengikuti program PERMATA. Ia berharap mendapatkan pengalaman yang banyak di UNAIR. “Banyak hal yang ingin saya dapatkan di sini. Meningkatkan nasionalisme, komunikasi lintas budaya. Harapannya selama enam bulan bisa dapat softskill yang lebih, pengalaman yang tidak belum pernah saya dapat di Sumatera Utara. Ketika saya kembali ke sana, bisa menularkan ke teman-teman apa yang saya dapat di sini,” ujar mahasiswa semester lima yang tergabung dalam organisasi rohani Islam dan BEM ini. Selain itu, Wulandari dari Universitas Syah Kuala yang mengambil Program Studi Akuntansi berharap bisa mendapatkan banyak relasi dan kenalan dari berbagai daerah. Ia juga menuturkan, banyak hal yang beda dari UNAIR dan Universitas Syah Kuala. Salah satunya penerapan syariat Islam yang mempengaruhi lamanya jam belajar dan keikutsertaan mengikuti kegiatan kampus. “Yang paling beda adalah bahasanya. Di sana semua menggunakan Bahasa Indonesia. Di sana kami menerapkan syariat Islam. Di sini hebat karena kuliah bisa sampai malam. Kalau di sana jam 6 malam kami ada peraturan untuk harus sudah keluar dari kampus,” ujar Wulandari. Sementara itu, ada enam mahasiswa UNAIR yang mengikuti program serupa. Mereka berasal dari Program Studi Budidaya Perairan dan Ilmu Kesehatan Masyarakat di UNAIR Program Studi Diluar Domisili (PDD) Banyuwangi. Masing-masing dari mereka mengikuti program di universitas tersebut di atas. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan