Dua Tim UNAIR Lomba Debat
Raih
Jawara
UNAIR NEWS – Mewakili almamater dalam sebuah kompetisi merupakan kebanggan tersendiri, apalagi ketika pulang dengan membawa predikat juara. Itulah yang dirasakan Inka Islamiyah (Sastra Indonesia 2013), Akhmad Mukhlason (Sastra Indonesia 2012), Yeni Masfiyah (Sastra Indonesia 2013) FIB Universitas Airlangga. Ketiganya merupakan tim juara I lomba debat yang digelar di Universitas Merdeka Pasuruan. Selain mereka ada satu tim UNAIR lagi yang meraih juara III. Satu tim lagi itu terdiri dari Rizki Ariyo Guntoro (Ilmu hukum 2013), Muhammad Fahmi Abdillah (Ilmu Hukum 2013), dan Febriana Nadapdap (Ilmu Hukum 2013). Kedua tim itu berhasil menyingkirkan 25 tim dalam seleksi paper dan mengalahkan delapan tim di babak penyisihan. Kompetisi debat dalam rangka Dies Natalis ke-31 Unmer Pasuruan ini mereka ikuti dengan berbagai persiapan. Saat ditemui di gazebo FIB UNAIR, Inka menjelaskan, ada beberapa kesulitan yang dihadapi sebelum bertanding. Pasalnya selain ia dan tim baru saja datang dari Kalimantan untuk mengikuti kompetisi yang sama, mosi yang diberikan panitia dari awal hingga akhir adalah impromtu dan hanya diberi waktu 15 menit untuk menyusun argumen. ”Mau tidak mau ya kami harus belajar dengan waktu yang singkat itu, tapi alhamdulillah kami sudah mencetak materi sejak awal, jadi bisa membantu,” jelasnya. Senada dengan Inka, Rizki Ario Guntoro juga menjelaskan beberapa kesiapan yang mirip dengan tim Inka. Hanya saja ia menekankan pentingnya bekal wawasan dengan banyak membaca dan mengelola opini dari bacaan yang sudah didapat. “Debat itu kan konsen dengan public speaking, jadi ya harus
banyak membaca, apalagi jika ada mosi seperti itu. Jadi kalau sudah banyak membaca bisa mengelola opini dari bacaan tersebut,” jelasnya. Ditanya harapannya ke depan mengenai dunia debat di UNAIR, keduanya memiliki pendapat berbeda. Belajar dari debat yang mengusung tema Revoluasi Budaya Generasi Muda tersebut Inka mengatakan bahwa pentingya ada regenarasi dari senior ke junior. Hal ini agar mahasiswa yang memiliki bakat dan kompetensi dalam berolah wacana bisa merasakan pengalaman yang sama. “Regenerasi itu penting sekali, agar setiap pengajuan izin ke pihak kampus biar tidak anak itu-itu saja, dan semoga dengan banyaknya juara yang kami raih bisa memotivasi,” imbuhnya. Rizki juga memiliki harapan tersendiri, ia lebih menekankan pentingnya ada sebuah wadah bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan public speaking yang bagus untuk dibina dalam sebuah unit. “Saya berharap untuk debat ada pengkaderan yang jelas, ke depan semoga bisa dibentuk di lembaga semacam UKM,” pungkasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor
: Bambang ES
UNAIR Gelar Dialog Kampus Merevolusi Mental Para Pemuda UNAIR NEWS – Dewasa ini bonus demografi menjadi perbincangan hangat. Pada tahun 2020–2030 nanti, Indonesia mencapai bonus
demografi. Penduduk usia produktif dalam rentang usia 15 – 60 tahun mendominasi piramida kependudukan. Peran pemuda perlu diperkuat agar prediksi bonus itu tak menjadi bencana. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bekerjasama dengan Universitas Airlangga menyelenggarakan Dialog Kampus bertema “Penguatan Peran Pemuda dalam Pembangunan Desa Berkelanjutan”, yang diselenggarakan di Aula Garuda Mukti, Senin (23/5). Hadir ratusan mahasiswa dari berbagai kampus dalam acara itu. Dalam acara ini menghadirkan lima pembicara, yaitu Ketua BKKBN dr. Surya Candra Surapaty, perwakilan United Nations for Population Fund (UNFPA) Anggraini Sari Astuti, Ketua Koalisi Muda Kependudukan Kartini Laras Makmur, Ketua Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dr. Sonny Harry B Harmadi, serta Guru Besar bidang Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia Prof. Dr. Jusuf Irianto, M.Comm. Dalam dialog yang dimoderatori oleh Drs. Suko Widodo, Msi itu, dr. Surya Candra mengatakan, bonus demografi terjadi hanya sekali dalam setiap sejarah bangsa. Agar bonus demografi itu bisa dimanfaatkan optimal, maka kualitas penduduk, khususnya pada usia produktif bisa meningkat apalagi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah berada di depan mata. Menurutnya, mental pemuda harus direvolusi. Ketiga hal yang perlu ditingkatkan adalah integritas, etos kerja, dan gotong royong. Ketua BKKBN itu juga mengingatkan pentingnya komunikasi interpersonal dalam lingkungan keluarga. Menurut Surya, kasus pembunuhan antaranggota keluarga yang marak di media massa belakangan ini, terjadi karena kurangnya komunikasi. “Anak bunuh ayah, atau sebaliknya, itu menurut saya adalah bencana kependudukan. Mereka harus kembali meningkatkan komunikasi,” tutur Surya. Sementara menurut Dr. Sonny, peran pendidikan tak kalah pentingnya dalam meningkatkan kualitas pemuda. Sayangnya,
kondisi ini tak dibarengi dengan penguatan infrastruktur lembaga pendidikan, seperti penambahan jumlah perguruan tinggi. “Awal kita merdeka tahun 1945, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 50 juta. Sekarang, menurut data terbaru jumlah penduduk Indonesia sekitar 256 juta orang. Namun, perguruan tinggi negeri kita tidak banyak bertambah. Kita hanya punya dua institut teknologi negeri. Jumlah balita (bayi dibawah lima tahun) kita banyak, maka PAUD (pendidikan anak usia dini) juga banyak. Tapi universitasnya tidak,” tutur Ketua Lembaga Demografi FE-UI itu. Peran Pemuda Pemuda memang memiliki energi yang berlebih, sehingga perlu ada medium positif demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kartini menjelaskan, pemuda yang memiliki akses informasi hendaknya banyak mencari tahu soal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Pasalnya, ia menilai, anak-anak muda kurang berperan dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals). Bidang kesehatan dan pendidikan adalah dua hal yang perlu dikuatkan dalam pembangunan desa. Kartini, mengatakan, anakanak muda bisa bergabung dengan komunitas atau organisasi yang mendalami kedua bidang itu. ”Ada organisasi namanya Gerakan Indonesia Mengajar yang fokus dengan bidang pendidikan. Ada organisasi yang bergerak di bidang kesehatan seperti Pencerah Nusantara. Itu organisasiorganisasi bagus yang bisa bikin kita menjadi bermanfaat bagi masyarakat,” tutur Kartini. Anggraini selaku perwakilan UNFPA mengatakan, bahwa pemuda perlu berkomitmen dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. “Pemuda dapat berinovasi dan terus kreatif. Selain itu, pemuda juga perlu showcase kepada stakeholder,” tutur Anggraini. (*)
Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Bambang Bes
UKM Orchestra UNAIR Sukses Menggelar Konser Perdana UNAIR NEWS – Untuk kali pertama sejak diresmikan menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pada tahun 2013, UKM Orchestra Universitas Airlangga menggelar konser perdananya yang bertajuk “Simfoni yang Indah”, Sabtu (21/5) malam. Konser tersebut digelar di Gedung Aula ABC (Airlangga Bussines Center) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR. Konser yang memang sudah lama direncanakan itu dihadiri tak kurang dari 300 penonton, baik dari kalangan sivitas akademika UNAIR maupun warga non-UNAIR. Chandra Dinata, pendiri UKM Orchestra UNAIR menyatakan rasa kegembiraannya atas terselenggaranya konser perdana UKM Orchestra ini. ”Ini merupakan konser perdana semenjak lima tahun memulai perjuangan komunitas ini, yakni tanggal 15 Januari 2011 lalu yang semula bernama Airlangga Violinist Community karena waktu itu yang bergabung masih terbatas teman-teman pemain biola. Kemudian tahun 2013 resmi menjadi UKM, hingga berjalan tiga tahun ini,” ujar Chandra. Ia berharap kelak UKM Orchestra UNAIR ini menjadi UKM musik yang menjadi ajang belajar dan silaturahim, baik antar-anggota maupun dengan civitas akademika UNAIR. “Konser ini sifatnya belajar dan silaturahim,” katanya. Sementara itu Dra. Sedianingsih, Ak., M.Si., Pembina UKM
Orchestra juga berharap bahwa konser perdana UKM Orchestra ini bisa menjadi ajang yang mampu mengundang sivitas akademika UNAIR yang ingin bergabung dengan UKM ini. Karena menurutnya, diantara anggota UKM Orchestra ada yang sudah lulus dan telah menjadi alumni. Konser perdana UKM Orchestra dengan sejumlah 30 players tersebut membawakan tak kurang dari 10 lagu pop hits tanah air. Meskipun terhitung sebagai UKM baru, namun UKM Orchestra telah beberapa kali dipercaya untuk mengisi hiburan pada acara-acara penting. Misalnya pada wisuda UNAIR sebagai salah satu langganan UKM Orchestra unjuk kebolehan. Diluar UNAIR, UKM Orchestra juga pernah dipercaya mengisi event yang diadakan Kompas Gramedia di Pakuwon Trade Center (PTC) dan event HI-LO di City of Tomorrow (Cito) Surabaya. “Airlangga Orchestra merupakan UKM yang terbuka untuk semua kalangan. Kami ingin memperkenalkan bahwa orchestra tidak melulu tentang musik klasik, menarik anak muda agar menikmati musik biola. Harapan kami, Airlangga Orchestra lebih dikenal masyarakat secara luas, khususnya masyarakat Kota Surabaya,” ujar Cahya Trisady, koordinator lapangan konser perdana UKM Orchestra UNAIR. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Bambang Bes
UKM Voli Adakan Kompetisi Bola Voli Tingkat Nasional UNAIR NEWS – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Voli Universitas Airlangga kembali mengadakan kompetisi nasional bertajuk “Airlangga National Volley Competition 2016”. Kompetisi
dilangsungkan Minggu, (15/5), bertempat di Gedung Olahraga Kampus C, UNAIR. Kompetisi ini menjadi sebuah ajang untuk menggali potensi mahasiswa antara perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Ini merupakan kompretisi kali kedua yang diadakan UKM Voli UNAIR. Antusias peserta tergolong tinggi. Ada 36 tim yang mengikuti kompetisi, terdiri dari 12 tim putri dan 24 tim putra. Mereka saling berkompetisi untuk mencetak poin. “ANVC ini terbentuk berawal dari mimpi para anggota UKM Voli, dan bahkan langsung terwujud dengan mengadakan kompetisi bertaraf nasional. Kami ingin membuat sebuah wadah, tidak hanya latihan saja, tapi juga mewadahi mahasiswa dari lintas universitas agar bisa bisa bertanding secara resmi dan profesional,” ujar Elfira Fitria Rohma, Ketua UKM Voli UNAIR. Berbagai perguruan tinggi nasional turut serta berkontribusi dalam perlombaan ini. Diantaranya Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Hasanudin (UNHAS), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Lamongan (UNISLA), Universitas Negeri Jember (UNEJ), dan beberapa PTN maupun PTS di Surabaya dan sekitarnya. Pada kompetisi ini, untuk kategori putra, juara 1 diperoleh tim dari IKIP Budi Utomo Malang, Juara 2 tim dari Universitas Jogjakarta, Juara 3 tim dari UNS Surakarta, dan Juara 4 diperoleh tim dari Universitas Muhammadiyah Jogjakarta. Sedangkan untuk kategori putri, juara 1 diperoleh tim dari UNS Surakarta, Juara 2 UNEJ, Juara 3 IKIP Budi Utomo Malang, dan Juara 4 dari UGM. “Melihat semangat para pemain, inginnya untuk ANVC kedepan tidak hanya terpusat di Jawa. Banyak dari luar Pulau Jawa yang ikut memeriahkan acara ini, seperti Papua, Sulawesi, dan sebagainya,” ujar Rizal Karim, koordinator pertandingan ANVC 2016. (*)
Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
UNAIR Jalin Kerjasama dengan PT Penjaminan Infrastruktur untuk Percepat Pembangunan UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus berupaya meningkatkan pembangunan infrastruktur demi berlangsungnya kehidupan akademik yang berkualitas. Untuk itu, berbagai kerjasama terus dilakukan, baik dengan sesama institusi pendidikan maupun institusi di luar pendidikan. Yang terbaru, UNAIR menjalin kerjasama dengan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), yang penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dilangsungkan di Ruang Rektor UNAIR, Jumat (20/5) kemarin. “Kerjasama dengan PT PII ini diharapkan dapat mempercepat realisasi pembangunan infrastruktur di UNAIR,” ujar Rektor Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA., seraya menambahkan bahwa kerjasama yang dijalin ini bukan untuk tujuan konsumtif, namun untuk investasi infrastruktur. “Kerjasama ini sudah kita rencanakan sejak dulu. Kalau bicara infrastruktur, maka kita tidak hanya bicara aspek teknis, tapi juga ada aspek ekonomi, hukum, dan sosial. Kebetulan UNAIR punya bidang di situ. Kita ingin melibatkan universitas dalam tiga keilmuan tersebut. Karena kenyataan di lapangan, tiga aspek ini menjadi hal yang penting,” kata Pratomo Ismujatmika, Senior Vice President Corporate Secretary PT PII. Pratomo juga menambahkan bahwa tenaga ahli infrastruktur di Indonesia cukup jarang. Melalui kerjasama dengan lembaga
universitas, diharapakan pasokan tenaga ahli bisa terpenuhi. Karena berdasarkan pengalamannya, pengerjaan proyek infrastruktur di Indonesia banyak yang menggunakan tenaga ahli dari luar. Karena itu pihaknya saat ini sedang berupaya menjalin kerjasama dengan 30 perguruan tinggi di Indonesia. UNAIR tercatat sebagai perguruan tinggi ke-23 yang akan bekerjasama dengan PT PII. “Harapan kami, kalau kami perlu ahli tertentu bisa ambil dari universitas terkait. Secara biaya juga lebih efektif. Dari universitas kan, juga lebih independen. Kami ingin berdayakan universitas untuk mencetak tenaga-tenaga ahli,” ujarnya. Ditambahkan juga bahwa kerjasama ini akan terus berlangsung, artinya tidak terbatas oleh waktu. Sehingga penandatanganan nota kesepahaman tersebut.
ini
sebagai
awal
dimulainya
kerjasama
Sementara ditemui dalam kesempatan berbeda, Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, S.Si, Apt., M.Kes, Ph.D yang membawahi bidang university holding mengatakan, kerjasama dengan PT PII akan mempercepat implementasi pembangunan infrastruktur di UNAIR. Jika pendanaan pembangunan hanya mengandalkan APBN, maka pembangunan infrastruktur akan berjalan lambat. Sehingga dampaknya tidak mampu untuk menjawab tantangan keilmuan yang semakin tinggi dan beragam. “Kedepan, pendanaan pembangunan yang akan direalisasikan yaitu untuk membangun Gedung Farmasi, Health Science Park, Syariah Tower, dan juga Agro Techno Park,” tambah Junaidi, seraya menambahkan bahwa kedepan UNAIR dapat membantu percepatan pembangunan dengan menyediakan ahli dalam bidang yang dibutuhkan. “Untuk infrastuktur, pembangunan tidak hanya diperukan orang teknik. Sebab pembangunan infrastruktur akan berdampak luas. Masalah tanah, hukum, terkait pertambahan nilai, dan sebagainya. Fakultas di UNAIR akan mampu mendukung itu. Kita
memang tidak punya fakultas teknik, tetapi kita bisa mendukung dari aspek yang tidak didapatkan dari institut atau fakultas teknik yang lain,” pungkas Junaidi. (*) Penulis : Binti Quryatul Masruroh Editor : Bambang Bes
Kejar Ranking 500 Dunia, FKG Lakukan MOU dengan Osaka University UNAIR NEWS – Percepatan menuju ranking 500 besar dunia terus dilakukan oleh segenap civitas akademika Universitas Airlangga (UNAIR). Termasuk, mereka yang berada di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG). Awal Mei lalu, Dekan FKG UNAIR Dr. R. Darmawan Setijanto, drg., M.Kes, dan Dekan FKG Osaka University Prof. Atsuo Amano menandatangani MoU. Darmawan yang di didampingi oleh Direktur RSGM FKG UNAIR, Prof. R. Coen Pramono, drg., SU., SP.BM(K) menyampaikan, MoU itu bertujuan untuk meningkatkan jumlah penelitian bersama dan publikasi internasional. MOU dengan Osaka University ini menyusul kerjasama lain dengan sejumlah FKG di Jepang yang sudah dijalanlan sebelumnya. Antara lain, dengan Hiroshima University, Kagoshima University, Tohoku University dan Niigata University. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan FKG UNAIR dengan kampus negeri Sakura adalah program kurikulum dengan International Dental Course (IDC). Melalui program ini, mahasiswa S1 bisa menempuh program pendidikan 4 tahun di Hiroshima University.
Foto bersama Sivitas FKG dengan delegasi Osaka University (Foto: Istimewa) Ada pula, staff exchange, student exchange dan pendidikan S3 bagi dosen FKG di sejumlah universitas dengan beasiswa. Sementara itu, kuliah bersama dengan Video Conference yang kerap dilaksanakan merupakan jalan bagi dosen FKG UNAIR untuk dapat mengajar di level internasional. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
IKGA Berpartisipasi Aktif dalam Walk For Autism UNAIR NEWS – Sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat, FKG UNAIR melalui departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak (IKGA) berpartisipasi dalam acara sosial Walk for Autism (WFA) di
Balai Kota. Tidak sendirian, Departemen IKGA menggandeng Ikatan profesi Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) Pengda Jawa Timur. Event yang diselenggarakan Sabtu lalu (21/5) tersebut bertujuan untuk memperingati hari jadi kota Surabaya ke-723. Tim IKGA mengadakan pemeriksaan gigi gratis, konsultasi dan penyuluhan seputar kesehatan gigi anak. Pada kegiatan itu, banyak orang tua yang membawa putra-putri mereka untuk memeriksakan gigi. Sekaligus, memperkenalkan profesi dokter gigi. “Selain memeriahkan bulan kesehatan dalam rangka hari jadi kota Surabaya, apa yang kami lakukan juga bagian dari bakti Kedokteran Gigi Anak pada masyarakat”, ujar Kepala Departemen IKGA UNAIR, yang sekaligus Ketua Pengurus Pusat IDGAI, Udijanto Tedjosasongko, drg., Ph.D., Sp.KGA(K). Dia menjelaskan, acara ini diefektifkan IDGAI sebagai sarana memperkenalkan kompetensi keilmuan kedokteran gigi anak. Terutama, untuk anak-anak spesial. Juga, sebagai upaya menjalin kerjasama dengan para stake holder dan komunitaskomunitas yang berhubungan dengan anak-anak. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
PPJPI UNAIR Genjot Publikasi Jurnal Bereputasi Internasional UNAIR NEWS – Penelitian yang terpublikasi pada jurnal bereputasi adalah bagian dari membangun reputasi akademik
perguruan tinggi kelas dunia. Inilah yang mendorong Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) Universitas Airlangga untuk terus memberikan bimbingan kepada para pengelola jurnal tiap fakultas di lingkungan UNAIR. “UNAIR kan punya target pada 2019 harus masuk peringkat 500 besar kampus di dunia, dan salah satu faktor yang dilihat adalah publikasi jurnal ilmiahnya,” ujar Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, selaku Ketua PPJPI UNAIR. Menurut drg. Yanti, sapaan akrabnya, untuk mempercepat publikasi internasional, PPJPI UNAIR memberikan rangkaian pelatihan kepada para pengelola jurnal supaya dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Sebagian program PPJPI UNAIR telah dilaksanakan pada Maret hingga April, meliputi lokakarya pembuatan Digital Object Identifier dan metadata artikel pada Kamis (3/3), workshop manajemen jurnal pada Sabtu, (19/3), pelatihan layout sebuah artikel pada tanggal 19-22 April, dan pencegahan plagiarism pada Jumat, (29/4). Program tersebut merupakan program rutin dari PPJPI, bagi jurnal yang memang berpotensi untuk diterbitkan akan mendapatkan bimbingan langsung oleh PPJPI. “Itu adalah program rutin kami secara umum. Semua pengelola jurnal kita undang. Nanti untuk jurnal yang sudah terakreditasi dan mau reakreditasi, dia akan dapat treatment khusus salah satunya adalah pendampingan secara khusus,” terang drg. Yanti. Publikasi jurnal internasional menuntut kerja keras dari para pengelola untuk terus memperbaiki kualitas jurnal. Staf pengajar pada program studi Teknobiomedik, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR, berharap, percepatan publikasi artikel ilmiah ke jurnal internasional harus diprioritaskan. Pasalnya, pimpinan UNAIR menargetkan 307 artikel terindeks internasional. “Perjalanan kita sudah hampir separuhnya, tapi artikel kita
yang terindeks Scopus (lembaga pengindeks internasional –red) masih di angka 53. Kita sangat mengharapkan dukungan dari sivitas akademika,” terangnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
FH UNAIR Adakan Diskusi Upaya Penghapusan Hukuman Mati UNAIR NEWS – Fakultas Hukum Universitas Airlangga menggelar diskusi publik mengenai “Upaya Penghapusan Hukuman Mati Dalam Revisi KUHP” pada hari Rabu, (11/5), lalu. Diskusi ini merupakan kerjasama Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Human Right Studies) dan Lembaga Imparsial yang juga bergerak di bidang HAM. Pro-kontra mengenai penghapusan hukuman mati memang menjadi polemik di kalangan masyarakat, khususnya bagi para pengambil keputusan undang-undang. Bagaimana tidak, perdebatan sengit tersebut seakan-akan mengkritisi kembali apakah hukuman mati memang sudah tepat ketika hukuman yang selama ini diterapkan tidak mampu memberi jera bagi para pelaku. Diskusi ini juga menjadi respon atas perdebatan yang terjadi di Jakarta beberapa hari yang lalu ketika ada wacana berhembusnya eksekusi mati gelombang ketiga. Diskusi ini berlangsung menarik, dipimpin langsung oleh para ahli seperti, Woro Winardi dari Lembaga Imparsial, Wachid Habibullah dari LBH Surabaya, Dr. Otto Syamsudin dari Komnas HAM RI dan Prof. Didik Hendro dari Fakultas Hukum UNAIR. Dalam diskusi ini terdapat pembahasan mengenai sikap pro dan
kontra terhadap penghapusan hukuman mati karena hukum pidana sebagai ultimum remidium sebagaimana yang didiskusikan oleh Winardi dan Prof.Didik. Selanjutnya diikuti dengan pendapat setuju maupun sebaliknya. “Pemidanaan mati memang diperlukan. Namun ada klausul-klausul yang akan meniadakan hukuman mati. Mekanisme bisa melalui undang-undang RUU sendiri. Mekanisme bisa dituangkan dalam PP, karena UU tidak boleh mengatur secara kongkret. Salah satu tidak bisa di sahkan RUU, tidak ada sinkronisasi,” ujar Prof. Didik. Pelanggaran HAM sudah pasti memiliki konsekuensi. Dalam proses pidana, bahkan menyita pun dapat dikategorikan sebagai tindakan pelanggaran HAM. Namun perbuatan mereka diback up dengan Peraturan Perundang-undangan. Di lain sisi, pelaku kejahatan sendiri sudah melanggar HAM, jadi tidak perlu alasan lagi untuk melindungi hak asasi mereka. Yang harus diperhatikan adalah korban: negara, masyarakat, individu. “Yang menjadi aktor pelanggar HAM adalah negara. Ada aparat, hukum dan kekuasaan, sehingga negara adalah pelanggar ham,” ungkap Dr. Otto. Dr. Otto berpendapat bahwa sesuatu yang namanya melanggar hak asasi akan menjadi mudah apabila dilihat melalui relasi state actor, non state actors dan korporasi. Terjadi dalam sebuah operasi atau tidak, hal utama adalah mempertimbangkan korban. Berbagai kasus telah terjadi, namun belum ada kepastian hukum yang jelas. Banyak sekali proses hukum yang menyulitkan penegakan hukum dan perlindungan HAM di Indonesia. Terkait bagaimana hukuman mati bisa berjalan dengan baik maka harus dibenahi oleh aparat penegak hukum. Hukum juga harus mempertimbangkan rasa penyiksaan, hal demikian selayaknya diminimalisir supaya penyiksaaan tidak terlalu lama dan masih berperikemanusiaan. Salah satu yang menjadi masalah adalah belum adanya mekanisme didalam RUU KUHP. Abdul Rahman Usman, mahasiswa Magister Hukum Unair memberikan
respon kepada Prof. Didik. Abdul berpendapat bahwa hakim juga manusia, ketika sudah terlanjur memberi vonis mati dan ternyata dikemudian hari terjadi kekeliruan maka akan membawa dampak psikologis. Saat menyamakan konteks hukuman mati sebagai pelanggaran ham, hukuman penjara atau kebiri adalah juga pelanggaran HAM. “Supaya tidak salah memidana, maka diperlukan adanya profesionalitas. Polisi dan hakim jaksa agung harus profesional. Harus membedakan norma hukum pidana materiil dan formil (norma kewenangan),” jawab Prof. Didik. Prof. Didik menyimpulkan bahwa pidana mati akan diperlukan, namun harus dijalankan dengan selektif. Maka dari itu, negara perlu meningkatkan profesionalitas aparat penegak hukum guna memberikan jawaban dan kepastian hukum yang adil bagi para korban dan juga pelaku kejahatan. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor : Dilan Salsabila
Islamic Development Danai Riset di UNAIR
Bank
UNAIR NEWS – Dalam rangka pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Airlangga (UNAIR) menjalin kerjasama dengan The Islamic Research Research and Training (IRTI) Islamic Development Bank (IDB). Bentuk kerjasama yang dijalankan tersebut berkisar antara penyelenggaraan lokakarya, riset, dan pembangunan infrastruktur untuk sivitas akademika UNAIR. Demikian disampaikan Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih,
SE., M.T., Ak, CMA., selesai melakukan penandatanganan kerjasama kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan pihak IRTI IDB, di Jakarta, Kamis (19/5) kemarin. Dalam penandatanganan MoU itu UNAIR diwakili oleh Rektor, sedang IRTI IDB diwakili oleh Prof. Datuk Dr. Mohd Azmi Omar selaku Director General IRTI IDB. ”Dengan IRTI, nanti UNAIR akan menggelar workshop tematik yang terkait dengan koperasi syariah atau koperasi Islam. Selain itu juga ada donasi buku,” kata Prof. Nasih, kepada UNAIR NEWS, Jumat (20/5). Terkait dengan donasi buku yang dimaksud, Rektor menjelaskan bahwa jika seseorang atau lembaga di lingkungan UNAIR menulis buku terkait aspek ke-Islaman, maka IRTI-IDB akan memberikan reward atau hibah yang bisa digunakan untuk riset. Besarnya reward tersebut mencapai Rp 250 juta. Selain itu IRTI-IDB juga memberikan beasiswa dan berbagai program lainnya untuk civitas UNAIR. Menurut Prof. Nasih, kedepan peneliti UNAIR akan melakukan sejumlah riset yang berkaitan dengan keuangan mikro. “Kebetulan, IDB juga sedang fokus di microfinancing, seperti usaha-usaha kecil (UKM), sehingg UNAIR punya ladang besar disana, dan UNAIR akan lakukan beberapa hal. Begitu pula dengan kegiatan pertemuan ilmiah di level internasional,” tambah Guru Besar Akuntansi FEB UNAIR ini.
REKTOR UNAIR Prof. Mohammad Nasih (kedua dari kanan) atas nama UNAIR menandatangani dokumen kerjasama kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan IRTI IDB yang diwakili oleh Prof. Datuk Dr. Mohd Azmi Omar, Director General IRTI IDB (ketiga dari kiri), di Jakarta, Kamis (19/5). (Foto: Istimewa). “Dari aspek pembiayaan jangka pendek, kita berharap ada support kegiatan, seperti kegiatan training dan riset. Ini berlaku seluruh dunia, misalnya, yang sangat dekat ada workshop di Malaysia. Peserta-peserta yang menjadi pembicara akan dibiayai oleh IRTI. Dari kami juga begitu. UNAIR bias menyelenggarakan berbagai workshop yang bisa diikuti oleh masyarakat internasional,” kata Rektor. Terkait dengan pembiayaan infrastruktur, UNAIR berharap adanya dukungan dana terkait dengan wakaf dan pembangunan infrastruktur. “Kedepan, yang akan kami dorong adalah berkembangnya wakaf dan penyiapan infrastrukturnya. Kita berharap bisa di-support oleh IDB,” tutur Prof. Nasih mengakhiri keterangannya. (*)
Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Bambang Bes