Delegasi UNAIR Raih Juara Kompetisi Studi Ekonomi Islam UNAIR NEWS – Delegasi Universitas Airlangga berhasil memperoleh juara pada kompetisi SELF (Sharia Economic Learning Forum) Student Converence Sustainable Development yang diadakan oleh Kelompok Studi Ekonomi Islam – Islamic Economist Society (KSEI ICON!) Universitas Udayana, Bali. Kompetisi tingkat nasional tersebut diselenggarakan pada 12-15 Mei lalu. Kompetisi yang telah berjalan ke-13 kali ini mengangkat tema “Pengoptimalan Sumber Daya yang Adil dan Seimbang untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia”. Ada lima subtema bahasan, yakni pariwisata, industri kreatif, agrokomplek, sosial politik, dan kelautan. Dengan paper berjudul “BERAGAM (Beras Analog Gembili): Upaya Pemanfaatan Gembili (Dioscorea esculenta) sebagai Pengganti Beras Konvensional untuk Mendukung Indonesia Sehat dan Sejahtera” Zuhairoh Naily S., Aprila Dila P., dan Ahmad Farid A. berhasil meraih juara I pada subtema agrokomplek. Ketiganya merupakan anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Penalaran UNAIR. Selain itu, tim lain yang beranggotakan Zakka Farisy B, Lusi Sulistyaningsih, dan Khaula Qurrata’ayun berhasil meraih juara I pada subtema kelautan. Paper yang mereka bawakan berjudul “Strategi Peningkatan Produktivitas Nelayan Gerbangkertosusila Melalui Sistem Tanggung Renteng Pada Koperasi Berbasis ITQS”. Ketiganya merupakan mahasiswa semester empat pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR. “Yang mendasari kelompok kami mengambil judul itu karena keinginan kami untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sektor kelautan dan perikanan Indonesia, dengan menggunakan koperasi sebagai medianya,” ujar Zakka Farisy yang
juga mendapatkan penghargaan sebagai Best Delegate. Ada tiga sesi pada kompetisi ini, terdiri dari presentasi paper, Focus Group Discussion (FGD), dan terakhir konferensi. Pada tahap presentasi dan FGD ditentukan pemenang pada masing masing subtema. Sedangkan tahap konferensi menentukan satu orang delegasi terbaik dari seluruh delegasi yang mengikuti rangkain acara kegiatan SELF hingga selesai. “Kami berharap semoga kedepannya dapat memotivasi teman-teman mahasiswa UNAIR yang lain untuk terus mengembangkan riset menurut keilmuannya masing-masing, sehingga mampu membawa nama Airlangga menjadi semakin baik,” pungkas Zakka. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Kembangkan Potensi Diri dengan Gelar Pemeran Wirausaha UNAIR NEWS – Bermula dari tugas kuliah pada mata kuliah Kewirausahaan, Muhammad Ali Ridho mahasiswa prodi Ekonomi Islam Universitas Airlangga angkatan 2013, bersama tim berhasil mengadakan pameran Creative Stick (CREASTIK). Pameran tersebut ia gelar bersama dengan anak-anak yatim piatu Al-Amal Surabaya, bertempat di Aula Fadjar Notonegoro Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR, Minggu (15/5). Pada mata kuliah yang diampu Luthfi Nur Rosyidi, S.E., M.M ini, mahasiswa diajak berlomba-lomba untuk menjalankan program wirausaha mereka. Wirausaha ini juga merupakan salah satu
usaha mempersiapkan diri dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). “Awalnya, program wirausaha ini hanya sebatas tugas kuliah. Dengan dana yang terbatas, kami berlima dalam satu tim bersama teman lain bertekat untuk mensukseskan kegiatan wirausaha ini. Akhirnya kami mengangkat tema “Creative Stick”. Kami juga bekerjasama dengan instansi lain untuk mendapat dana tambahan,” ujar Ridho, ketua panitia pada acara pameran CREASIK. Acara pameran CREASIK juga dihadiri Prof. Dr. Dian Agustia, SE, MSi, CMA, Ak, CA selaku Dekan FEB, Rahmat Sudaryono selaku perwakilan Pemerintah Kota Surabaya, dan 90 anak yatim piatu Al-Amal, Surabaya. Pada pameran ini juga terdapat talkshow dengan “Kuliah Nyambi Kerja” yang mengundang Andi Fakhrum Abadi selaku CEO Rudofa Tech, dan Diza Hanifa pemeran Serial Preman Pensiun sebagai pembicara. Para pembicara berbagi pengalaman seputar dunia wirausaha, serta memberikan motivasi kepada anak-anak panti asuhan. Pameran ini diikuti oleh 39 tim, yang masing-masing terdiri dari 5 orang. Mereka diminta untuk membuat sebuah usaha, dengan tujuan melatih softskill. Terutama, softskill dalam mengambil sebuah kebijakan yang nantinya menguntungkan banyak pihak, baik bidang entrepreneur maupun sociopreneur. Tim Ali, menggandeng panti 1000 stik es krim anak panti. Stik agar dapat melatih
asuhan Al-Amal Surabaya dengan membagikan dan perlengkapan lomba lainnya kepada anakes krim dikreasikan menjadi replika rumah kreativitas dan kerjasama antar tim.
Ada salah satu karya yang dibuat oleh Wulan Dari bersama tim yang mampu menarik perhatian Dekan FEB dengan karya “Panggung” mereka. Wulan Dari bersama tim berhasil meraih juara satu pada pameran tersebut. “Saya bangga dan mengapresiasi sekali, terutama kepada dosen yang mengajar pada mata kuliah kewirausahaan. Apabila saya
dosennya, saya akan memberikan nilai A plus. Program seperti ini harus terus dijalankan, apalagi berbau syariah,” jelas Prof Dian. (*) Penulis : Disih Sugianti Editor : Binti Q. Masruroh
Islamic Development Danai Riset di UNAIR
Bank
UNAIR NEWS – Dalam rangka pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Airlangga (UNAIR) menjalin kerjasama dengan The Islamic Research Research and Training (IRTI) Islamic Development Bank (IDB). Bentuk kerjasama yang dijalankan tersebut berkisar antara penyelenggaraan lokakarya, riset, dan pembangunan infrastruktur untuk sivitas akademika UNAIR. Demikian disampaikan Rektor UNAIR Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., M.T., Ak, CMA., selesai melakukan penandatanganan kerjasama kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan pihak IRTI IDB, di Jakarta, Kamis (19/5) kemarin. Dalam penandatanganan MoU itu UNAIR diwakili oleh Rektor, sedang IRTI IDB diwakili oleh Prof. Datuk Dr. Mohd Azmi Omar selaku Director General IRTI IDB. ”Dengan IRTI, nanti UNAIR akan menggelar workshop tematik yang terkait dengan koperasi syariah atau koperasi Islam. Selain itu juga ada donasi buku,” kata Prof. Nasih, kepada UNAIR NEWS, Jumat (20/5). Terkait dengan donasi buku yang dimaksud, Rektor menjelaskan bahwa jika seseorang atau lembaga di lingkungan UNAIR menulis
buku terkait aspek ke-Islaman, maka IRTI-IDB akan memberikan reward atau hibah yang bisa digunakan untuk riset. Besarnya reward tersebut mencapai Rp 250 juta. Selain itu IRTI-IDB juga memberikan beasiswa dan berbagai program lainnya untuk civitas UNAIR. Menurut Prof. Nasih, kedepan peneliti UNAIR akan melakukan sejumlah riset yang berkaitan dengan keuangan mikro. “Kebetulan, IDB juga sedang fokus di microfinancing, seperti usaha-usaha kecil (UKM), sehingg UNAIR punya ladang besar disana, dan UNAIR akan lakukan beberapa hal. Begitu pula dengan kegiatan pertemuan ilmiah di level internasional,” tambah Guru Besar Akuntansi FEB UNAIR ini.
REKTOR UNAIR Prof. Mohammad Nasih (kedua dari kanan) atas nama UNAIR menandatangani dokumen kerjasama kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan IRTI IDB yang diwakili oleh Prof. Datuk Dr. Mohd Azmi Omar, Director General IRTI IDB (ketiga dari kiri), di Jakarta, Kamis (19/5). (Foto: Istimewa). “Dari aspek pembiayaan jangka pendek, kita berharap ada
support kegiatan, seperti kegiatan training dan riset. Ini berlaku seluruh dunia, misalnya, yang sangat dekat ada workshop di Malaysia. Peserta-peserta yang menjadi pembicara akan dibiayai oleh IRTI. Dari kami juga begitu. UNAIR bias menyelenggarakan berbagai workshop yang bisa diikuti oleh masyarakat internasional,” kata Rektor. Terkait dengan pembiayaan infrastruktur, UNAIR berharap adanya dukungan dana terkait dengan wakaf dan pembangunan infrastruktur. “Kedepan, yang akan kami dorong adalah berkembangnya wakaf dan penyiapan infrastrukturnya. Kita berharap bisa di-support oleh IDB,” tutur Prof. Nasih mengakhiri keterangannya. (*) Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : Bambang Bes
Peduli Kesehatan Santri Ala Mahasiswa Ekonomi Islam UNAIR NEWS – Berbagai bentuk pengabdian masyarakat kini semakin beragam, mulai dengan mengajar di daerah marginal, penyuluhan kesehatan, sosialisasi tentang berbagai masalah kesehatan dan masih banyak ragam lainnya yang kini semakin digalakkan oleh mahasiswa. Dalam menerapkan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi, Mahasiswa Ekonomi Islam FEB UNAIR yang tergabung dalam tim 1000 SKS (Sosialisasi Kesehatan Santri) menyelenggarakan kegiatan di beberapa Pondok Pesantren (Ponpes) di Surabaya, Selasa (17/5). Pondok Pesantren Hidayatullah menjadi salah satu tempat kegiatan tersebut. Acara tersebut ditujukan kepada santri terkait pentingnya menjaga kesehatan santri, dalam praktiknya
para santri mendapatkan pemeriksaan langsung kesehatanya baik kesehatan mata, kulit maupun secara umum. “Fokus utama dari kegiatan ini adalah mengedukasian pentingnya kesehatan kepada para santri, dan pemeriksaan kesehatan mata, kulit dan umum,” ungkap Muhammad Dinulah, selaku ketua panitia. Pada acara tersebut, materi sosialisasi kesehatan disampaikan oleh Dian Febrina S,KM. Para santri yang hadir pun antusias merespon dengan baik, bahkan tampak sangat bersemangat serta banyak bertanya tentang pola hidup sehat. Setelah materi selesai disampaikan, dilanjutkan langsung dengan pemeriksaan kesehatan umum oleh pihak rumah sehat BAZNAS dan pemeriksaan mata oleh pihak Optic Visus. “Santri yang mengikuti acara ini banyak sekali, kurang lebih sekitar 200 anak,” ujar Ricky Nuari, salah satu Mahasiswa Ekonomi Islam UNAIR. Selain diadakan di Ponpes Hidayatullah, sosialisasi juga akan diadakan di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Siwalankerto Surabaya. Pesantren Ummul Quroo dan Al Fithrah yang akan dikunjungi pada akhir bulan Mei ini. Muhammad Dinullah menambahkan bahwa acara ini diharapkan dapat menjadi ajang untuk mengedukasi para santri untuk selalu menjalankan pola hidup yang sehat. “Semoga acara ini memberikan kebermanfaatan yang lebih besar kepada semua yang turut andil dalam kegiatan ini, serta sebagai sarana untuk syiar mahasiswa Ekonomi Islam UNAIR dan tolong menolong dalam kebaikan,” tambahnya. (*) Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan
Radio UNAIR Hibur Mahasiswa dengan Musik Akustik UNAIR
NEWS
–
Sebagai
bagian
pendekatan
kepada
sivitas
akademika, kru Radio Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan ‘Todaycoustic Goes To Campus’. Kali ini, kru Radio UNAIR berkesempatan untuk menampilkan empat grup musik akustik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Bertempat di Taman Griya Krida Mahasiswa FEB UNAIR, Selasa (17/5). Dalam penyelenggaraan acara musik akustik kali ini, Radio UNAIR bekerjasama dengan Departemen Seni dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa untuk menggelar acara selama satu setengah jam. Empat musisi akustik asal FEB UNAIR yang hadir adalah Moontown Pedestrian, Hurly Burly, SMFM, dan Lumiere. Masingmasing grup membawakan rerata tiga lagu. Afifah Nurrosyidah, kru pelaksana todaycoustic dari Radio UNAIR, mengatakan, acara ini diselenggarakan untuk mendekatkan Radio UNAIR kepada sivitas akademika. “Diharapkan lewat acara ini, Radio UNAIR bisa dikenal sebagai media mahasiswa yang juga bisa mewadahi minat dalam bermusik,” tutur Afifah. Tak sedikit mahasiswa asal Kampus B UNAIR yang datang ke tempat acara. Acara yang dilaksanakan pada jam istirahat itu berlangsung cair dan santai dengan penampilan grup musik dan candaan segar dari pembawa acara. Afifah juga berharap agar acara ‘Todaycoustic Goes To Campus’ ini bisa dihadirkan di seluruh fakultas di UNAIR. Radio UNAIR tak hanya kali ini sukses mengadakan pertunjukan off air. Sebelumnya, pada bulan Agustus 2015, Radio UNAIR menghadirkan band akustik asal Surabaya yang juga diawaki
alumni UNAIR, Silampukau. Acara musik piknik saat itu diselenggarakan menjelang senja di area danau Kampus C UNAIR dan dihadiri oleh mahasiswa, pegawai UNAIR, dan masyarakat sekitar. (*) Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S
Kunjungi UNAIR, Ketua BPK Berikan Materi Kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR NEWS – Kehadiran Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), Dr.Harry Azhar Azis untuk memberikan kuliah reguler di Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga, memberikan kesan tersendiri bagi mahasiswa. Pasalnya, materi kuliah mengenai otonomi daerah dikupas tuntas langsung oleh ahli ekonomi lulusan Oklahoma State University, Amerika serikat tersebut. Harry Azhar sendiri mengaku senang bisa bertatap muka langsung dengan mahasiswa dalam kuliah reguler. “Saya senang ketika memberikan kuliah dan diskusi langsung bersama mahasiswa, mereka punya kesempatan untuk bertanya apapun kepada saya,” ujarnya. Pembahasan materi kuliah pun berjalan seperti biasanya, Harry Azhar telah menyiapkan materi dalam bentuk slideshow kemudian mahasiswa dapat bertanya mengenai materi yang disampaikan terkait dengan APBD, dana alokasi serta hal-hal yang masih berhubungan dengan otonomi daerah. Diakhir sesi kuliah, mahasiwa yang aktif bertanya mendapatkan buku dari Harry Azhar
secara cuma-cuma. Mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk mengambil foto bersama. Disela – sela pembahasan, Harry Azhar juga memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus belajar secara sungguh-sungguh, meningkatkan indeks prestasi (IP) dan kemampuan berbahasa inggris. Beliau juga memotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. “Orang Indonesia punya hak untuk berpendidikan tinggi,” ungkap mantan Wakil Ketua Komisi XI DPR 2009-2014. Menurut salah satu Staf Pengajar FEB, Achmad Sholihin, S.E., M.Si., ini merupakan kali kedua Ketua BPK RI tersebut berkunjung sekaligus memberikan kuliah di Prodi Ekonomi Pembangunan. “Ketika Beliau (Harry Aziz,-red) berkunjung ke Surabaya, biasanya beliau mampir ke UNAIR untuk memberikan kuliah reguler, itu bagus untuk mahasiswa,” ujar Sholihin. Dosen FEB lainya, Nisfu Laila, S.E., M.Com., menilai, kehadiran beliau secara tidak langsung memberikan semangat bagi mahasiswa untuk terus semangat belajar. “Kehadiran Ketua BPK RI secara tidak langsung memberikan motivasi lebih bagi mahasiswa,” ujar Laila yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan III FEB UNAIR. Kuliah reguler tersebut diadakan pada Jumat (13/5) lalu dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama untuk mahasiswa Sarjana (S1) pada pukul 13.00, sesi kedua untuk mahasiswa Magister (S2) dan Doktor (S3) pada pukul 15.30. adapun materi yang disampaikan mengenai otonomi daerah dengan pendalaman materi yang berbeda untuk mahasiswa S1, S2 dan S3. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor : Dilan Salsabila
[Podcast] Mahasiswa Produksi Pemanis Berbahan Lidah Buaya
UNAIR Alami
UNAIR NEWS – Lidah buaya adalah salah satu tanaman yang memiliki berbagai macam khasiat, baik untuk kecantikan maupun kesehatan. Akan tetapi, masih jarang ditemukan olahan lidah buaya berupa makanan yang banyak digemari masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi Bisma Brata Atmaja (FEB 2014), Fania Andriana (FEB 2014), Indi Mumtaza (Farmasi 2014), Hady Palgunadi (FST 2014) dan Muhammad Yusuf (FEB 2015) untuk membuat sebuah terobosan baru, yakni pemanis berbahan lidah buaya yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat dan dapat memulai gaya hidup sehat. “Disini kami ingin memasyarakatkan lidah buaya dan mempermudah orang agar mengonsumsi lidah buaya. Maka hadirlah gulo ijo sebagai pemanis alami. Rasanya sama seperti gula biasa, tidak ada rasa lidah buaya tapi kita tetap mendapatkan manfaat lidah buaya,” Papar Hady. Selama memproduksi gulo ijo, banyak hambatan yang menghadang. Salah satunya adalah ketika memanaskan saringan lidah buaya dengan suhu yang terlalu tinggi, maka saringan lidah buaya tidak bisa digunakan lagi. Selain itu, tim juga harus melakukan perjalanan panjang untuk mendapatkan supplier lidah buaya dengan harga murah tapi memiliki kualitas yang baik. Gulo ijo dipasarkan dalam kemasan 125 gram. Untuk membuatnya, lidah buaya dikupas, kemudian dicuci dan diblender. Setelah berbentuk cair, lidah buaya disaring dan airnya dipanaskan sampai menyusut hingga mencapai takaran tiga perempatnya.
Selanjutnya, ditambah gula pasir dengan perbandingan 1:1. Terakhir, campuran lidah buaya dan gula dimasak dan jadilah gulo ijo. Selain memproduksi gulo ijo, Mahasiswa yang tergabung dalam tim PKM-K ini juga mengolah aneka minuman yang berbahan dasar lidah buaya dan tentu saja menggunakan pemanis gulo ijo. “Kami saat ini sedang bereksperimen membuat aloe vera menjadi nata de coco,” pungkas Hady. (*) Penulis : Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila
Dua Mahasiswi UNAIR Ikuti ASEAN University Games Juli Mendatang UNAIR NEWS – Tidak hanya cerdas, tapi juga tangkas, begitulah yang menyandang pada dua mahasiswi Universitas Airlangga yang terpilih menjadi perwakilan dari 10 altet panah. Keduanya dipilih oleh Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI), untuk mengikuti ASEAN University Games (AUG) ke 18 di Singapura pada tanggal 10-19 Juli 2016 mendatang. Dua atlet muda tersebut adalah Della Adisty Handayani, mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Tiara Sakti Ramadhani, mahasiswa Manajemen. Della dan Tiara akan berangkat bersama atlet panahan lainya dari berbagai kampus di Indonesia. Ditemui oleh wartawan UNAIR NEWS, Direktur Kemahasiswaan UNAIR, Dr. Hadi Subhan, SH., MH., CN., menuturkan bahwa pihak direktorat kemahasiswaan sangat mendukung beragam kegiatan mahasiswa yang bisa membawa nama
baik kampus. “Kemahasiswaan sangat mendukung semua kegiatan mahasiswa, apalagi yang berkaitan dengan perlombaan tingkat internasional,” ujar Hadi Subhan saat kedua atlet yang juga didampingi pembinanya, Nilam Andalia Kurniasari, SH., LL.M. di Ruang Direktur Kemahasiswaan, Senin (2/5). Optimis Saat ditanya mengenai kesiapannya mengikuti ajang bergengsi tersebut, Tiara sangat antusias mengikuti kegiatan ini, lantaran mahasiswi ini juga tengah mempersiapkan diri mengikuti Pekan Olahraga dan Seni (PON) September nanti. Tiara berharap, ajang ini juga menjadi langkah pertamanya untuk berkarir di ajang internasional. “Persiapan dan latihan kami sudah dimulai bersamaan dengan persiapan PON, BAPOMI pun memantau kami sejak lama untuk diikutsertakan di even mahasiswa se-ASEAN itu,” ujar Tiara. Sementara itu, Della menargetkan diri untuk mendapat medali emas pada ajang tersebut. Senada dengan Tiara, even ini juga menjadi dipersiapkan Della sebelum mengikuti ajang PON nanti. Della yang juga atlet panahan muda ini memiliki banyak prestasi diberbagai even panahan baik nasional maupun internasional seperti; 5 Medali Emas Kejurnas junior 2010; 2 Medali Emas dan 2 Perunggu Kejurnas Umum 2010; 2 Medali Perak Asian Grand Prix 2011, 1 Medali emas di PON 2012 Riau, 1 Medali Emas di SEA Games 2013 Myanmar. “Kalau buat AUG, saya menargetkan untuk mendapatkan emas,” pungkas Della dengan optimis. (*) Penulis : Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan
Belajar Demokrasi di Negeri Ginseng UNAIR NEWS – Korea Selatan merupakan salah satu negara jujukan bagi mahasiswa di Indonesia. Tak sedikit mahasiswa Indonesia berkesempatan untuk menimba ilmu di negara yang memiliki sebutan negeri ginseng itu. Kali ini, ada empat mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki kesempatan untuk menjalani studi di Universitas Nasional Chonnam, Korea Selatan. Keempat mahasiswa UNAIR tersebut adalah Duriati Asmawati (mahasiswa Ilmu Politik tahun angkatan 2012), Nurul Aisyah (mahasiswa Ilmu Politik tahun angkatan 2012), Debora Danisa (mahasiswa Ilmu Komunikasi tahun angkatan 2012), dan Rizka Amalia (mahasiswa Akuntansi tahun angkatan 2014). Keempatnya mengikuti program Spring 2016 di Universitas Nasional Chonnam (CNU) pada 28 Februari – 21 Juni 2016. Mereka memiliki beragam alasan memilih Korsel sebagai tujuan untuk menimba ilmu. Nurul mengatakan dirinya ingin merasakan atmosfer akademik di salah satu dari lima universitas terbaik di Korsel. Lain Nurul lain pula dengan Debora. Mahasiswa Komunikasi FISIP UNAIR itu semata-mata ingin menambah pengalaman dengan mengikuti program pertukaran mahasiswa. Duriati juga memiliki alasan sendiri mengapa ia memilih Korsel sebagai tempat jujukan belajar. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, ia ingin mengetahui bagaimana Korsel bisa menjadi salah satu Macan Asia. “Ada rasa ingin tahu bagaimana negara Korsel memadukan tradisi Konfusianisme dengan demokrasi yang berkiblat ke barat. Menariknya lagi, kampus tempat saya menimba ilmu merupakan tempat berkumpulnya aktivis Korsel pada saat itu untuk
menyatukan berdirinya negara berbasis demokrasi atau rakyat Korsel, terutama Gwangju,” tutur Duriati.
Mahasiswa Indonesia yang mengikuti organisasi KISSA berpose bersama mahasiswa Korea Selatan (Foto: Istimewa) Coffee hours Ada banyak kegiatan menarik yang mereka ikuti selama berada di Korsel. Bahkan mereka bergabung dalam sebuah klub diskusi dengan nama ‘CNU Coffee Hours’. Mereka tergabung dalam tiga grup yaitu Indonesian Coffee Hours, Korean Coffee Hours, dan Japanese Coffee Hours. Selain itu, mereka juga bergabung dalam KISSA (Korea International Students Support Association). “Di KISSA, kita turut membahas hal yang menjadi perhatian utama yaitu unifikasi Korea Selatan dan Korea Utara,” kata Nurul. Seraya mengamini perkataan Nurul, Duriati mengimbuhkan, ”Tentu isu unifikasi Korea peninsula (Korsel dan Korut) sangat menarik. Bagaimana kita bisa bertemu dan mendengarkan secara langsung kehidupan warga Korut yang mempertaruhkan nyawa dengan keluar dari negaranya.” “Selain itu, beberapa waktu yang lalu, pilkada serentak juga
dilaksanakan di Korsel. Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, saya tentu tertarik karena saya bisa melihat secara langsung proses demokrasi yang sedang berjalan di Korsel,” imbuh Duriati. Kegiatan mereka selama di Korsel tak hanya berdiskusi. Mereka juga mengikuti festival kebudayaan selama di Korea. Nurul menuturkan bahwa salah satu pengalaman terbaik dirinya selama berada di Korsel adalah mengikuti festival kebudayaan di Yeongam. “Salah satu pengalaman yang terbaik adalah ketika saya dan teman-teman mengikuti ‘GFN (Gwangju Foreign Language Network) 1 st’ di Yeongan WangIn Cultural Festival. Tim saya merupakan satu-satunya tim yang mewakili Indonesia di acara tersebut,” tutur Nurul. Dengan adanya sejuta pengalaman di negeri orang, mereka tentu berharap atmosfer akademis di CNU bisa dihadirkan di UNAIR. Salah satunya adalah kegiatan coffe hours yang bisa diaplikasikan di UNAIR. “Coffee
hours
dapat
mencakup
mahasiswa
asing
sehingga
pengembangan diri berjalan dua arah. Local student can learn English and other language tergantung grup yang diikuti. Mahasiswa asing juga bisa berteman dekat dengan mahasiswa lokal,” pungkas Nurul. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Dilan Salsabila
Komisi XI DPR Kunjungi UNAIR
Bahas RUU Pengampunan Pajak UNAIR NEWS – Setelah menerima kunjungan dari Komisi II DPR-RI di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) beberapa hari lalu, UNAIR kembali menerima kunjungan dari Komisi XI DPR-RI, Kamis (21/4). Kunjungan komisi yang melingkupi urusan keuangan, perencanaan pembangunan nasional, perbankan, lembaga keuangan tersebut diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR. Selain ingin mendapat masukan mengenai RUU Pengampunan Pajak dari pakar di FEB, Komisi XI juga mendapat masukan pakar dari FH UNAIR dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur. ‘‘Kunjungan kami kali ini bermaksud untuk mendapatkan masukan dari akademisi yang hadir sebagai pertimbangan terkait RUU Pengampunan Pajak yang kita bahas,’’ ujar Ir. H. Soepriyatno, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI di awal sambutannya. Terkait RUU tersebut, Dr. Elia Mustikasari SE., M.Si., Ak., selaku dosen FEB UNAIR menjelaskan tiga belas poin penting yang menjadi masukan bagi Komisi XI. Salah satu poinnya menyebutkan bahwasanya RUU ini perlu disetujui untuk penguatan APBN, penguatan cadangan devisa, mengurangi tekanan nilai tukar, meningkatkan likuiditas dalam perekonomian, mendorong Direktorat Jenderal Pajak untuk mengembangkan sistem perpajakan nasional dan keterbukaan wajib pajak di masa mendatang. Di negara berkembang fenomena pajak tersebut dapat berpengaruh pada PDB negara hingga kisaran 30-40 persen dari uang negara. Untuk itu kiranya pengampunan pajak dapat mampu mengurangi angka kegagalan tersebut. ”Untuk memberlakukan undang-undang ini, perlu yang namanya sistem administrasi yang kuat dan juga basis data yang kuat pula terkait dengan hal-hal semacam transaksi bisnis,” ujarnya. Dari segi hukum, Dr., Rr. Herini Siti Aisyah S.H., M.H.,
menjelaskan bahwa kendala penegakan hukum ini dapat dilihat dari empat hal, yakni perlawanan pasif, perlawanan aktif, tax avoidance dan tax evasion. Perlawaan yang dimaksud adalah perlawanan terhadap pemberlakuan peraturan baik secara langsung maupun tidak, secara pasif maupun aktif. Sedangkan dua hal terakhir dimaksudkan sebagai sebuah kendala yang melihat mengenai penghindaran terhadap pajak dengan cara melanggar maupun tidak melanggar undang-undang. ”Tax amnesty harus dipersiapkan secara matang dan hati-hati sebelum disahkan, disamping itu masyarakat juga harus mendukung,’’ jelasnya. Dalam pembahasan mendalam mengenai masukan RUU tersebut, banyak muncul tanggapan dan masukan dari beberapa pihak yang terlibat. MM., Ir. Andreas Eddy Susetyo dari Fraksi PDIP memberikan masukan terkait masukan yang telah diberikan. Ia menilai bahwa RUU ini masih menjadi perdebatan antara kelompok yang setuju dan tidak. Baginya, RUU ini tidaklah mudah, butuh tim ahli yang tepat untuk memformulasikanya. Sementara itu, Evi Zainal Abidin, B. Com dari Fraksi Partai Demokrat memberikan tanggapan mengenai pengesahan RUU ini. baginya, RUU ini tidak mudah, harus ada pertimbangan terkait kesejahteraan dan kemaslahatan rakyat. Ia juga menyinggung mengenai waktu yang diberikan oleh pemerintah yang terlalu singkat untuk kemudian disahkan nantinya pada bulan juni. “RUU ini baru diberikan pada 12 April lalu oleh Pemerintah, kita (Komisi XI,-red) tidak bisa menilai apakah ini bisa diselesaikan dalam waktu singkat,” tambah salah satu Fraksi Partai Demokrat tersebut. (*) Penulis : M. Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan