Mahasiswa UNAIR Gelar Kompetisi Hukum Nasional UNAIR NEWS – Airlangga Law Competition (ALC) 2016 telah sukses dilaksanakan pada 15-17 Januari 2016. Rangkaian acara ALC yang diadakan di gedung A, B dan C Fakultas Hukum (FH) Universitas Airlangga (UNAIR) tersebut meliputi lomba debat hukum nasional, dan lomba karya tulis ilmiah nasional. ALC merupakan salah satu media sebagai wujud kepedulian mahasiswa untuk menyadarkan kembali nilai-nilai dan kesadaran hukum dari masyarakat, yakni melalui pemikiran-pemikiran generasi muda, khususnya mahasiswa. Sejumlah 14 universitas se-Indonesia memperebutkan piala debat Prof. Kuntjoro, dan 10 universitas memperebutkan piala Asosiasi Pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Keberhasilan ALC 2016 ini tak lepas dari dukungan BEM FH UNAIR dan Badan Semi Ortonom (BSO) Masyarakat Yuris Muda Airlangga (MYMA) UNAIR.
Mahasiswa-FH-Membawa-Piala-debat-Prof.Kuntjoro-dan-piala-Asosiasi-Pengajar-HukumTata-Negara-dan-Hukum-Administrasi-Negara.
(Foto: Aulia Intani) Selain perlombaan, digelar pula seminar dengan tema “Menata Sistem Demokrasi Dalam Era Globalisasi di Indonesia”. Seminar ini dihadiri oleh 4 narasumber, yakni Drs. Priyatmoko, M.A, Dr. Harjono, S.H., MCL, Dr. Himawan Estu Bagijo, S.H., M.H., dan Dr. Herlambang P.W. S.H.,M.A. Seminar ini mengupas permasalahan-permasalahan demokrasi dalam sistem hukum Indonesia saat ini. Virga Dwi Efendi selaku ketua pelaksana ALC 2016 menyatakan puas dengan berlangsungnya seluruh rangkaian acara ALC. “Saya merasa bangga dan terharu melihat penyelenggaraan acara pada tahun pertama yang berjalan dengan amat baik ini. Acara ini pun mendapat animo teman-teman dari berbagai universitas untuk ikut berkompetisi. Kami berharap MYMA tetap dapat menyelenggarakan ALC pada tahun-tahun berikutnya,” ungkap Virga. Novta Rizky, mahasiswa dari Universitas Brawijaya Malang mengungkapkan terimakasihnya untuk penyelenggara ALC. “Terimakasih atas pengalaman dan fasilitas yang diberikan kepada delegasi kami, untuk panitia yang sangat berkompeten dan juga pembelajaran bagi kita agar bisa mengadakan acara sebagus ALC”, papar Novta. ALC 2016 juga turut mengundang tim Paduan Suara UNAIR dengan membawakan 7 buah lagu. Salah satu lagunya adalah lagu Rek Ayo Rek yang dikemas apik dalam nuansa jawa timuran. Selain paduan suara, ALC juga mengundang tim Teater Mata Angin UNAIR yang membawakan drama berjudul “Prabu Airlangga”.
Teater-Mata-Angin-UNAIR-Mementaskan-PrabuAirlangga. (Foto: Aulia Intani) Rangkaian acara ALC ditutup dengan pengumuman juara 1 lomba debat yang di peroleh oleh Universitas Hasanuddin, juara 2 Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juara 3 oleh Universitas Indonesia. Sedangkan juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah diperoleh oleh Tim A Universitas Brawijaya, juara 2 oleh Universitas Diponegoro, dan juara 3 oleh tim B Universitas Brawijaya.(*) Penulis: Aulia Intani Editor: Binti Q. Masruroh
RS UNAIR Siap Terima Pasien HIV/AIDS pada Maret 2016 UNAIR NEWS – RS UNAIR siap terima pasien HIV/AIDS pada Maret 2016. Untuk itu, RS UNAIR akan membentuk pusat pengobatan HIV/AIDS. Hal itu diungkapkan Direktur RS UNAIR, Prof. Dr.
Nasronuddin. Dia menargetkan RS UNAIR sudah memiliki ijin untuk melakukan pengobatan terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). “Minggu depan, kami siapkan struktur pusat yang akan melakukan pelayanan ARV. Kami juga segera melaksanakan training tenaga medis dalam melayani ODHA. Dalam dua bulan, saya menargetkan RS ini akan siap menerima pasien HIV/AIDS, dan mampu memberikan pengobatan ARV. Juga siap melayani rawat inap di RS Khusus Infeksi UNAIR,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR itu. Sementara itu guna menekan angka penularan HIV/AIDS dari ibu ke anaknya, Rumah Sakit Universitas Airlangga bekerjasama dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF) melakukan riset tentang “Prevent Mother to Child Transmission” (PMTCT) HIV/AIDS, yang dilakukan sejak tahun lalu. Hasil riset tersebut akhirnya dipresentasikan di depan para Kepala Puskesmas se-Kota Surabaya dan representasi UNICEF, yang dilaksanakan di lantai VIII RS UNAIR, Kamis (21/1). Presentasi hasil riset itu disampaikan sendiri oleh Direktur RS UNAIR Prof. Dr. Nasronudin, dr., Sp.PD-KPTI, FINASIM, didampingi Manajer Keperawatan RS UNAIR Purwaningsih, S.Kp., M.Kes. Riset program PMTCT itu dilakukan di sejumlah Puskesmas di Surabaya, seperti Puskesmas Dupak, Jagir, Perak Timur, Putat, Sememi, dan di RS Dr. Soetomo. Salah satu program PMTCT ini adalah mewajibkan ibu hamil untuk melakukan deteksi dini HIV/AIDS, sasarannya agar virus tidak menular kepada anak. Bagi ibu hamil yang mengidap HIV ia akan segera mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) dan mengurangi risiko penularan kepada anaknya. Bagaimana pelaksanaan program PMTCT di Surabaya? Purwaningsih yang juga peneliti PMTCT menjelaskan, bahwa sumber daya manusia yang dimiliki lima Puskesmas di Surabaya itu sudah mumpuni, dimana mereka sudah mendapatkan pelatihan sejak lima
tahun yang lalu. Sehingga kader-kader Puskesmas yang baru juga perlu diberikan pelatihan. Apalagi, tambah Purwaningsih, SDM yang dimiliki Puskesmas punya motivasi dan komitmen untuk mengatasi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Dari segi pelayanan laboratorium, disampaikan bahwa terkadang pegawai Puskesmas melaksanakan jemput bola kepada ibu hamil. Biasanya, pegawai Puskesmas bekerjasama dengan bidan swasta untuk melakukan deteksi dini HIV/AIDS terhadap ibu hamil. “Namun ada juga ibu hamil yang menolak obat ARV karena stigma di masyarakat. Sebagian besar dari mereka juga tidak termonitor setelah mendapat rujukan balik dari rumah sakit ke Puskesmas. Ada juga ibu hamil yang positif HIV namun tidak berani mengajak suaminya melakukan deteksi dini HIV/AIDS,” tutur mantan Dekan Fakultas Keperawatan UNAIR ini. Suami dari ibu hamil dengan HIV/AIDS juga merupakan bagian penting dari penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Prof. Nasron yang juga peneliti penyakit tropik mengatakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman dari suami, menyebabkan suami melarang istri untuk dideteksi dini HIV/AIDS. (*) Penulis : Okky Putri Editor: Bambang Bes
Program-Program UNAIR Diapresiasi Pengunjung GEF NUS 2016 UNAIR NEWS – Hari ketiga pelaksanaan Global Experience Fair (GEF) National University of Singapore (NUS) 2016 diisi dengan
presentasi dan pameran sejumlah universitas mitra dari berbagai negara. UNAIR turut berpartisipasi dengan menawarkan program-program Summer Course yang sudah dirancang dan berjalan selama ini. Juga, tambahan program baru dari beberapa fakultas yang akan dikelola bersama International Office of Partnership (IOP). Fakultas yang berkontribusi pada pada program-program baru ini adalah Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Farmasi (FF), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).Tak ketinggalan, Institute Tropical Diseases (ITD), yang ikut dalam rombongan delegasi UNAIR kali ini.
Presentasi oleh Dewi Sartika dari IOP Unair (Foto: Mustaghfiroh Yusuf /IOP) Presentasi dan promosi UNAIR mendapat apresiasi dari para pengunjung. Antusiasme untuk bertanya datang tidak hanya dari para mahasiswa NUS. Namun juga, dari perwakilan kampus dan lembaga mitra lainnya asal luar negeri.
Para wadek dan IOP serta perwakilan Dirpen berfoto sejenak di depan booth UNAIR (Foto: Mustaghfiroh Yusuf/IOP) Selain dalam rangkaian menarik minat mahasiswa NUS untuk melakukan Summer Course di UNAIR, GEF menjadi ajang bagi para wakil dekan untuk melakukan pendekatan, tukar informasi, serta membuka peluang kerjasama dengan universitas lain yang mengikuti acara ini. Termasuk, benchmarking bagaimana universitas lain mengemas serta menawarkan programnya. Para wakil dekan juga turut memberikan penjelasan kepada mahasiswa yang hadir dan bertanya. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Dua Peneliti UNAIR Penghargaan dari Kobe
Raih
UNAIR NEWS – Dua peneliti muda Universitas Airlangga yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Kobe – Jepang
menerima penghargaan dari pimpinan fakultas setempat pada akhir Oktober 2015. Kedua peneliti muda UNAIR itu adalah Laura Navika Yamani (peneliti di Institute of Tropical Disease UNAIR), dan Tutik Sri Wahyuni (peneliti ITD sekaligus dosen di Fakultas Farmasi UNAIR). Penghargaan bernama Young Investigator Award (YIA) 2015 diberikan oleh Prof. Kataoka, Dekan FK Universitas Kobe, kepada dua peneliti muda asal UNAIR itu. Penghargaan YIA itu sendiri merupakan bagian dari acara Kobe Homecoming Day (penyambutan mahasiswa baru-temu alumni, serta kuliah umum tentang riset). Panitia pelaksana Kobe Homecoming Day mengundang asisten profesor, dan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam acara ini. Dari 32 peserta lomba poster, juri menilai berdasarkan voting suara terbanyak. Pada kompetisi bidang poster itu, Laura membawakan materi risetnya yang berjudul ‘Ultra-deep Sequencing for Detection of Quasispecies Variants in the Major Hydrophilic Region of Hepatitis B virus in Indonesian patients’. Sedangkan, Tutik mempresentasikan risetnya yang berjudul ‘Antiviral Activities of Medicinal Plants from Indonesia against Hepatitis C Virus’. Berdasarkan penilaian audiens dan juri, Laura dan Tutik berhasil menyisihkan peserta lainnya dan memenangkan YIA 2015. “Penghargaan ini merupakan berkah dan buah manis dari research yang telah dikerjakan untuk studi doktoral saya di Graduate School of Medicine of Kobe University. Saya telah menyelesaikan publikasi paper sebagai syarat lulus studi dan dalam event ini saya mempresentasikan paper tersebut dalam bentuk poster,” tutur Laura, perempuan kelahiran 8 Januari 1986 ini. Tutik pun demikian. Dosen di FF UNAIR ini berharap bahwa raihan penghargaan YIA 2015 ini bisa menarik peneliti luar negeri terhadap perkembangan riset di Indonesia. “Dengan menerima penghargaan ini, saya makin termotivasi untuk lebih berkarya dan tentunya ini membuktikan bahwa mereka juga
mempunyai perhatian akan riset-riset yang membawa nama negara berkembang seperti Indonesia,” tutur Tutik, peneliti tamu di Universitas Kobe tahun 2011. Sebagai bentuk penghargaan ini, keduanya menerima sertifikat dan uang dengan nominal nilai sebesar 100.000 Yen. Tutik berencana menggunakan hadiah berupa uang ini untuk melanjutkan risetnya untuk mengembangkan anti-virus Hepatitis C dengan menggunakan tanaman dari Indonesia. “Dari hasil riset yang sudah berjalan ini telah diperoleh beberapa senyawa aktif sebagai anti-HCV dan akan dikembangkan untuk anti-viral yang lain. Peluang untuk mendapatkan senyawa aktif anti-viral dari tanaman yang lain juga masih terus kita gali hingga saat ini,” tutur Tutik. Lain Tutik, lain pula dengan Laura. Usai memenangkan YIA 2015, Luara kembali mempersiapkan ujian disertasi yang akan diselenggarakan pada Januari tahun 2016. “Kemungkinan sidang disertasi saya bulan Januari tahun depan dan Insya Allah bisa lulus bulan Maret 2016. Selain itu, saya berharap sisa waktu sekitar 5 bulan di Jepang bisa enjoy dan jalan-jalan ke tempat-tempat yang sangat ingin saya kunjungi, terutama daerah perumahan tradisional Jepang yang bersalju yaitu Shirakawa Go di kesempatan terakhir musim Indonesia,” kata Laura.
winter
sebelum
pulang
ke
Selain menerima penghargaan YIA 2015, keduanya juga telah menerima penghargaan kategori peneliti berprestasi dari Rektor UNAIR dalam Sidang Terbuka Universitas Airlangga dalam rangka Dies Natalis ke-61 UNAIR pada 10 November 2015. (*) Penulis: Defrina Sukma Nastiti Editor: Nuri Hermawan
UNAIR Kirim Delegasi Lengkap di GEF National University of Singapore UNAIR NEWS – Global Experience Fair (GEF) merupakan acara tahunan yang digagas oleh National University of Singapore (NUS). Gelaran pada 2016 tercatat merupakan penyelenggaraan kedua. Ajang yang digelar pada 18 sampai 20 Januari ini memberikan kesempatan bagi universitas mitra, industri, dan perusahaan, untuk menawarkan program riset bersama, magang dan short courses bagi para mahasiswa NUS. Tiap tahun, kampus yang terletak di Kent Ridge tersebut mengirimkan sekitar 1.500 hingga 2.000 mahasiswa keluar Singapura. Baik untuk program short course (summer course) maupun student exchange. Universitas Airlangga (UNAIR) ikut berpartisipasi dalam event ini. Bila tahun lalu, UNAIR hanya membawa “delegasi” dari Fakultas Ilmu Budaya, tahun ini perwakilan dan program yang ditawarkan lebih lengkap.
Poster Global Experience Fair (GEF) (Foto: nus.edu.sg) Yang hadir adalah perwakilan direktorat pendidikan, Institute of Tropical Disease (ITD), Internatinal Office and Partnership
(IOP), para Wakil Dekan enam fakultas (Fakultas Fakultas Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat, Politik).
3, Faculty Ambassador, dan perwakilan Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Bisnis, Fakultas Farmasi, Fakultas dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
“Tujuan UNAIR hadir adalah untuk memperluas jejaring kerjasama atau networking,” kata Staf Program Pendidikan Internasional Dr.rer.nat. Maria Lucia Ardhani Dwi Lestari, Apt. GEF dihadiri setidaknya oleh 30 universitas dan perusahaan mitra NUS. Ini kesempatan yang baik bagi UNAIR untuk go international. Juga, memperluas jejaring perwakilan fakultas dan ITD. Secara umum, ini merupakan langkah kongkret untuk bersumbangsih bagi dunia global. (*) Penulis: Rio F. Rachman
Rektor UNAIR Bentuk Penelitian Sel Punca
Pusat
UNAIR NEWS – Rektor UNAIR, Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menargetkan bahwa pada pertengahan tahun 2016, pusat sel punca sudah harus menghasilkan produk yang sudah bisa dijual. Oleh karena itu, Guru Besar bidang Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNAIR, ini berharap bahwa peneliti UNAIR sudah bisa menentukan penelitian yang akan menghasilkan output atau outcome tertentu. “Sehingga, hasil penelitian itu nantinya bisa digunakan oleh kelompok masyarakat. Kita menyediakan bahan untuk terapi. Misal, sel itu digunakan oleh RS Dr. Soetomo. Mereka yang melakukan terapi tapi kita yang melakukan produksi selnya,”
terang Prof. Nasih. Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah, Dr. Prihartini Widiyanti, drg., mengatakan sejumlah rencananya untuk mencapai target publikasi jurnal yang ditetapkan oleh Rektor UNAIR. Target publikasi jurnal itu sudah disesuaikan dengan peta kekuatan masing-masing fakultas. “Itu dilakukan agar fakultas bisa mengakselerasi dirinya sendiri, misalnya berkolaborasi dengan peneliti di negara lain. Kita buat itu agar bisa cepat mendongkrak publikasi. Bisa juga lewat key scientist karena mereka nantinya yang membina dosen-dosen muda yang belum punya pengalaman untuk melakukan publikasi internasional,” ujar Ketua PPJPI UNAIR. Ketua Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell, Dr. Purwati, dr., Sp.PD., FINASIM, mengatakan pihaknya memiliki tiga program jangka pendek untuk mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Pertama, ia akan mengembangkan pusat riset bagi mahasiswa S-1 sampai S-3, dan peneliti lainnya. Kedua, menghasilkan produk-produk riset yang bisa dipakai untuk bahan pengobatan, seperti kosmetik. Ketiga, membangun animal pre clinical trial. “Kita akan lakukan pembangunan animal pre clinical trial. Karena di Indonesia belum ada yang terstandar internasional,” tutur dr. Purwati. Lantik 52 Pejabat UNAIR Rektor melantik ketua dan sekretaris lembaga, direktur dan wakil rumah sakit, dan koordinator program studi di lingkungan UNAIR. Sebanyak 52 pejabat itu dilantik Rektor UNAIR di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, Selasa (12/1). Pelantikan itu dihadiri oleh Ketua Senat Akademik, Wakil Rektor UNAIR, Direktur dan Ketua Lembaga, Dekanat seluruh fakultas, dan perwakilan Ikatan Alumni UNAIR (IKA-UA). Pejabat yang dilantik itu terdiri dari 25 koordinator program
studi (KPS) di lingkungan Fakultas Kedokteran UNAIR, 8 KPS di lingkungan Sekolah Pascasarjana, dan 19 ketua, sekretaris, dan direktur pada lembaga dan rumah sakit UNAIR. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan bahwa dirinya ingin agar pejabat yang dilantik bisa mendorong sivitas akademika UNAIR berkontribusi lebih besar kepada masyarakat lokal dan internasional. Kontribusi yang dimaksud antara lain untuk mendorong publikasi internasional yang terindeks Scopus dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Selain itu, Rektor UNAIR juga ingin agar rumah sakit di lingkungan UNAIR bisa mandiri terutama dari segi finansial. Dalam pelantikan ini, ada dua lembaga baru yang dibentuk oleh Rektor UNAIR. Kedua lembaga itu adalah Lembaga Sertifikasi Profesi, serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell. Pembentukan lembaga sertifikasi profesi ini adalah melakukan standarisasi lulusan UNAIR. “Kita ingin ke depan semua lulusan UNAIR, di samping memegang ijazah juga memegang sertifikat profesi atau keahlian. Ke depan, yang digunakan dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) dan lainnya adalah sertifikat itu. Dengan sertifikasi ini kualitas lulusan kita lebih terstandarisasi dan bersaing di tingkat global,” tutur Prof. Nasih. “Kita akan mulai bertahap. Kita mulai dengan lulusan SI (Sistem Informasi). Lulusan SI, selain dapat ijazah, juga akan mendapat sertifikat keahlian itu. Itu yang kita ingin dorong. Mau di Malaysia, atau di Amerika lulusan kita akan diakui,” imbuh Rektor UNAIR. (*) Penulis: Defrina S. Satiti Editor : Nuri Hermawan
Rektor: Amalkan Ilmu Melalui KKN-BBM UNAIR NEWS – Sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Universitas Airlangga terus berupaya menghadirkan mahasiswa dan dosen ke tengah-tengah masyarakat. Melalui program Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat, mahasiswa diajak untuk belajar merumuskan dan menyelesaikan masalah di tengah publik. Rektor UNAIR, Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., melepas 2.327 mahasiswa dan 112 dosen pembimbing lapangan (DPL) untuk terjun dalam program KKN-BBM ke-53 UNAIR. Bertempat di Airlangga Convention Center, Senin (11/1), pelepasan KKN-BBM ke-53 UNAIR dihadiri oleh Wakil Rektor III, Direktur Pendidikan, Ketua Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M), Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi, dan tamu lainnya. Para mahasiswa dan dosen tersebut melaksanakan program KKN-BBM reguler di lima daerah, yaitu Surabaya (314 mahasiswa dan 18 DPL), Sampang (481 mahasiswa dan 24 DPL), Probolinggo (494 mahasiswa dan 23 DPL), Bojonegoro (507 mahasiswa dan 23 DPL), dan Nganjuk (495 mahasiswa dan 24 DPL). Selain itu, ada juga 104 mahasiswa dan 5 DPL yang mengikuti KKN-BBM Tematik Cipta Karya di sepuluh kelurahan yang berada di lima kecamatan di Surabaya, diantaranya Kecamatan Asemrowo, Bubutan, Krembangan, Semampir, dan Simokerto. Diantara para peserta KKN-BBM UNAIR, ada juga 36 mahasiswa asing yang terdiri dari 16 mahasiswa asal Malaysia dan 20 mahasiswa asal Brunei Darussalam. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan pada mahasiswa bahwa kegiatan belajar akan lebih optimal apabila disertai praktik dan contoh yang nyata. “Pengetahuan tidak ada gunanya
apabila tidak disertai amalan atau implementasi. Tunjukkan keunggulan Anda sebagai mahasiswa UNAIR. Keunggulan ini dibuktikan secara logis, sistematis, dan solutif dalam menghadapi masalah di masyarakat,” tutur Prof. Nasih. Seluruh kelompok peserta KKN-BBM akan melakukan pengabdian masyarakat pada empat bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi produktif, dan lingkungan. Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 11 Januari – 6 Februari 2016. Salah satu mahasiswa UNAIR peserta KKN-BBM reguler di Nganjuk, Ganang, menyampaikan bahwa ia dan rekan satu timnya akan mengadakan berbagai program, salah satunya di bidang kesehatan. “Kami akan mengadakan program cuci tangan dan sikat gigi bagi anak-anak usia dini. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki kesadaran terhadap perilaku bersih dan sehat,” tutur Ganang. Nur Izatin Asyiqin, mahasiswa asal Brunei Darussalam, yang melaksanakan KKN-BBM reguler di Nganjuk, bercerita bahwa ia dan rekan satu timnya akan memberikan pelatihan Bahasa Inggris kepada warga sekitar. “Dengan kehadiran kami di sana, saya berharap bisa membantu mereka untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris,” tutur Izatin.
Para mahasiswa melakukan persiapan sebelum diterjunkan KKN-BBM di Airlangga Convention Center (Foto: UNAIR News) Cipta karya Satu hal yang baru dari pelaksanaan KKN-BBM ke-53 UNAIR adalah penyelenggaraan KKN Tematik Cipta Karya yang dilangsungkan di 10 kelurahan di Surabaya. Program KKN Tematik Cipta Karya ini merupakan bentuk kerjasama dari UNAIR dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. Dalam pelaksanaannya, program KKN Tematik Cipta Karya yang pertama kali dilangsungkan oleh UNAIR ini mengajak mahasiswa untuk belajar bersama masyarakat di bidang sanitasi, penyediaan air minum, dan pemukiman. “Khusus untuk KKN Tematik Cipta Karya, kami baru terapkan di Surabaya tepatnya di sepuluh kelurahan. Sebab, program ini baru sebatas uji coba. Kalau yang di Surabaya ini hasilnya positif, maka program ini akan menyusul ke semua daerah,” tutur Ketua LP4M UNAIR, Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., M.Comm.
Dalam program KKN Tematik Cipta Karya ini, mahasiswa UNAIR diminta untuk memfasilitasi masyarakat untuk memelihara proyek pekerjaan umum yang telah dikerjakan oleh Kementerian PU dan Pera. “UNAIR menyediakan mahasiswa dan perangkatnya. Sementara, sasaran programnya adalah proyek-proyek cipta karya yang dibangun di Surabaya. Mahasiswa diminta untuk memfasilitasi bagaimana cara memberdayakan masyarakat, dan memanfaatkan proyek itu secara optimal, termasuk pemeliharaannya,” jelas Prof. Jusuf. “Mahasiswa tidak berperan pada aspek fisik, tapi mahasiswa diminta untuk memfasilitasi masyarakat untuk membentuk organisasi dalam memelihara proyek cipta karya itu,” imbuh Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR itu. (*) Penulis: Defrina Sukma Satiti
BPN Gresik dan FH Kerjasama Program Pelayanan Pertanahan Terpadu UNAIR NEWS – Badan Pertanahan Nasional (BPN) Gresik meluncurkan program pelayanan pertanahan terpadu pada Minggu lalu (10/1). Program ini dilatarbelakangi adanya kesulitan dalam proses pendaftaran tanah. Sebab, kerap terjadi perbedaan data dalam beberapa peta tanah yang dimiliki oleh desa dengan yang dimiliki oleh Kantor Pertanahan. Program ini bersemangat sinergitas. Langkah awal yang akan diambil adalah membuat kebijakan satu peta (one map policy) yang berbasis desa.
Program ini diresmikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala BPN Ferry Mursyidan Baldan di Desa Wotan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik. “Adanya kebijakan satu peta menjadikan layanan pertanahan makin efisien, berkepastian hukum dan menghindari mis-persepsi,” kata Ferry yang mengapresiasi gagasan tersebut. BPN dan Pemkab Gresik menggandeng Fakultas Hukum (FH) UNAIR untuk mengkaji segala aspek hukum dalam program anyar ini. Tujuannya, bersama-sama melakukan review atas aspek-aspek hukum untuk mendukung kebijakan ini. Juga, menghasilkan produk-produk hukum yang mendukung layanan tersebut. Pejabat Bupati Gresik, Akmal Budianto, menyambut positif kerjasama dengan FH UNAIR. “Program ini butuh perangkat hukum yang bisa memudahkan dan memberikan kepastian kepada aparatur desa dalam layanan pertanahan,” kata dia. (*) Penulis : FH UNAIR Editor: Rio F. Rachman
Optimalkan Potensi Airlangga Corner
Melalui
Selasa lalu (29/12), secara resmi Bank Mandiri menyerahkan gedung Airlangga Corner kepada pihak Universitas Airlangga. Gedung yang berlokasi tepat di pojok UNAIR kampus B, di pertigaan Jalan Dharmawangsa tersebut dibangun sejak tahun lalu dengan bantuan dana dari Bank Mandiri sebesar Rp 1,1 M. Gedung Airlangga Corner dibangun dua lantai, di mana lantai 1 akan digunakan untuk Apotek Pendidikan, dan display dari Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR, sedangkan lantai 2 digunakan untuk stand mahasiswa wirausaha UNAIR serta tempat diskusi.
Totok Priyambodo, Regional Wholesale Head Bank Mandiri Regional VII Jawa 3, menyampaikan bahwa hibah pembangunan gedung Airlangga Corner ini selain untuk mengembangkan kewirausahaan di UNAIR juga sebagai apresiasi untuk UNAIR yang telah menggunakan jasa Bank Mandiri dalam transaksi keuangannya. “Semoga bantuan ini bisa semakin mengeratkan tali silaturahmi Bank Mandiri dengan UNAIR,” kata Totok.
Rektor Unair M. Nasih (kanan) bersama Totok Priyambodo, Regional Wholesale Head Bank Mandiri Regional VII Jawa 3, saat prosesi penyerahan gedung Airlangga Corner. (Foto: UnairNews.com) Baik dari pihak Bank Mandiri maupun UNAIR mengharapkan, melalui Airlangga Corner ini semakin banyak wirausahawan dari kalangan mahasiswa UNAIR yang terbantu pemasaran produknya. “Selaras dengan Bank Mandiri yang ingin mencetak wirausahawanwirausahawan muda,” ungkap Totok. Sementara itu, Rektor UNAIR, Prof. Dr. M. Nasih, SE, MT, Ak., menjelaskan bahwa Airlangga Corner akan menjadi replika UNAIR di mana pengunjung bisa mengetahui UNAIR secara keseluruhan hanya dengan melihat Airlangga Corner. Produk akademik UNAIR, seperti obat-obatan dan jamu, cinderamata yang merepresentasikan UNAIR, sampai maket dan peta UNAIR, bisa dilihat di Airlangga Corner. “Kalau ingin tahu Universitas Airlangga, bisa berkunjung ke sini. Kalau main ke UNAIR, wajib berkunjung ke Airlangga Corner. Selain itu, di sini kita ingin kembangkan kewirausahaan. Ada apotek pendidikan, selain jualan juga untuk belajar para mahasiswa bagaimana melayani pelanggan. Ada produk jamu, yang nanti kita kemas dan pasarkan secara modern, sehingga produk lokal kita ini tidak punah,” papar Rektor.
Rektor berharap gedung Airlangga Corner ini nantinya selain untuk mengembangkan kemandirian di bidang finansial melalui aktivitas wirausaha, dan tempat belajar bagi mahasiswa, juga menjadi “jujugan” alumni. “Alumni bisa cangkrukan di sini, sambil minum kopi, dan sebagainya,” kata Prof. Nasih seraya tertawa.
Rektor Unair M. Nasih (kanan) bersama Totok Priyambodo, Regional Wholesale Head Bank Mandiri Regional VII Jawa 3, mengunjungi stan UnairNews.com (Foto: UnairNews.com) Pada acara serah terima gedung Airlangga Corner, Apotek Airlangga memamerkan beberapa produk jualannya, mulai dari obat-obatan, pembalut luka, dan beberapa bahan jamu. Sementara PIH UNAIR memamerkan souvenir UNAIR, mulai dari agenda, bolpen, dasi, mug, termos, kaos, dan sebagainya. Juga Radio UNAIR sebagai media elektronik UNAIR, dan Newsroom UNAIR. Terkait Airlangga Corner sebagai representasi UNAIR, Ketua PIH UNAIR, Drs. Suko Widodo, M.Si, mengatakan bahwa nantinya, melalui Airangga Corner, masyarakat bisa mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya tentang UNAIR. “Jadi Airlangga Corner ini etalasenya UNAIR. Melayani informasi sedetail mungkin, juga memungkinkan masyarakat untuk memberi masukan kepada UNAIR, serta memamerkan produk-produk inovatif sivitas UNAIR,” kata Suko. (ind)
Rektorat Apresiasi Unair News UNAIR NEWS – Peluncuran website baru Pusat Informasi dan Humas Unair Unair News mendapat apresiasi dari Rektor Unair M.
Nasih. Di sela kegiatan serah terima Airlangga Corner Selasa lalu (29/12), Rektor menyampaikan,di era modern seperti sekarang ini, digitalisasi merupakan sebuah keharusan. “Kita harus cakap menanggapi tantangan zaman,” kata Rektor. Wakil Rektor III Unair Prof Amin Alamsjah., Ir., PhD berpandangan serupa. Ide dilahirkannya UnairNews mesti diapresiasi. Dia berharap, PIH dapat melakukan pengembangan secara konsisten terkait konten. “Perlu ada forum diskusi sivitas akademika (mahasiswa, dosen, alumni, dan warga Unair). Baik via online, maupun tatap muka. PIH mesti bisa menginisiasi,” terang dia. Forum tersebut akan mendiskusikan berbagai topik hangat. Baik yang sifatnya lokal, nasional, maupun internasional. Misalnya, tentang Pilwali Surabaya, Prostitusi Artis, MEA, dan ISIS. Nantinya,
dibuat
semacam
notulensi.
Isinya,
beragam
rekomendasi dari semua sivitas akademika. Yang jelas, forum itu tidak boleh sekadar debat kusir tanpa gagasan solutif. “Saya siap diajak bertukar pikiran terkait konsepnya,” papar dia.