6 Mahasiswa FH Torehkan Prestasi pada Kompetisi Debat Nasional UNAIR NEWS – Jika ada pepatah mengatakan ‘hasil tidak akan menghianati usaha’, rasanya sangat tepat ditujukan bagi enam mahasiswa Fakultas Hukum (FH) UNAIR yang memperoleh posisi Runner Up dalam kompetisi debat nasional. Enam mahasiswa tersebut adalah Mega Indah P. (2013), Virga Dwi E. (2014), Dina Mariana (2015), Fransisca M (2013), Sefrina R (2014), dan Lia Sutini (2015). Tim yang terdiri dari enam mahasiswa itu mengikuti kompetisi debat yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Surakarta (UNS) pada 9-11 November 2016 silam. Dalam pelaksanaan kompetisi, mereka terbagi menjadi dua tim, yakni tim debat dan tim research. Selama satu bulan sebelum lomba berlangsung, berbagai persiapan mereka lakukan. Mulai dari membangun argumen antara pro dan kontra untuk setiap mosi yang diperlombakan, menjalani latihan rutin disela-sela jadwal kuliah, dan berusaha membagi waktu antara mengerjakan tugas kuliah dan persiapan kompetisi. Pada kompetisi ini, mereka yang mewakili Badan Semi Otonom (BSO) Masyarakat Yuris Muda Airlangga (MYMA), FH UNAIR. Tidak hanya menduduki posisi Runner Up, salah satu pembicara dari tim debat yakni Virga berhasil menjadi Best Speaker dalam kompetisi yang diikuti oleh 12 perguruan tinggi negeri maupun swasta di Indonesia ini. Meski demikian, keberhasilan mereka tak lepas dari bimbingan Dwi Utari Christina Rachmawati S.H., LL.M., dosen yang berperan sebagai pembimbing selama persiapan lomba hingga babak final. Atas usaha tim dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya MYMA berhasil menduduki posisi Runner Up.
Dina salah satu perwakilan dari tim debat mengaku bangga atas kemenangan timnya kali ini. Meski sempat pesimis ketika menunggu pengumuman peserta yang lolos semifinal, namun nyatanya rasa pesimis itu berakhir ketika tiga dewan juri memilih tim debat dari FH UNAIR sebagai salah satu peserta yang lolos untuk masuk final. Dina berharap, kemenangan timnya dapat menginspirasi dan memotivasi mahasiswa FH UNAIR lainnya. Sehingga FH UNAIR semakin berjaya, baik di kancah nasional maupun internasional. “Awalnya sempat pesimis apakah bisa masuk atau tidak ke semifinal. Karena lawannya bagus-bagus. Kita mengoptimalkan usaha hingga masuk final. Semoga kemenangan ini banyak menginspirasi dan memotivasi teman-teman yang lain,” ungkap Dina. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor
: Binti Q. Masruroh
Mengenal Hungaria Melalui Diskusi Bersama Ambasador UNAIR NEWS – Dalam rangka meningkatkan pembelajaran, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UNAIR mengadakan kuliah tamu yang dihadiri oleh Ambasador Hungaria untuk Indonesia H.E. Judit Nèmeth-Pach. Kuliah tamu pada Rabu, (30/11), ini dihadiri oleh staf pengajar FISIP beserta mahasiswa S I, S II,dan S III yang mengambil mata kuliah Eropa. Mengawali kuliah tamu, Drs, Falih Suaedi, M.Si, selaku Dekan Fisip mengucapkan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran perwakilan Hungaria untuk Indonesia tersebut. Selain
itu, Falih juga mengungkapkan bahwa masih banyak duta besar lainnya yang akan mengunjungi FISIP, dalam rangka berbagi ilmu. Kuliah tamu kali ini, mengangkat tema “Hungary’s State Identity and Foreign Policy”. Dalam pemaparannya, Judit Nèmeth-Pach menjelaskan tentang sejarah, transisi demokrasi, pembentukan politik dan ekonomi, sistem politik, pemerintahan, perekonomian, dan tantangan di Hungaria. Sekilas, Hungaria adalah negara di Eropa Tengah yang pernah mendapat pengaruh kuat dari Uni Soviet yang kental dengan sistem komunis. Saat itu, para petani bekerja pada negara dan tidak adanya kompetisi. Kendati demikian, pada 1980, rezim komunis menjadi tidak stabil hingga akhirnya berakhir dan terjadi transisi demokrasi mengembalikan Hungaria menjadi republik parlementer yang demokrasi. Gejolak tersebut juga dipicu oleh kekalahan Uni Soviet dalam berbagai perang. “Quite new 2011 finally we adopted the fundamental law, the main source of democratic principles. (Pada tahun 2011, kami telah mengadopsi hukum dasar, sumber utama prinsip-prinsip demokrasi,” tutur Judit Nèmeth-Pach saat memaparkan sistem politik Hungaria. Perekonomian Hungaria pun menunjukkan perkembangan yang baik melalui pertumbuhan GDP-nya. Hal tersebut terjadi karena adanya salah satu institusi di bidang perekonomian yaitu, Hungarian National Trading House yang menghubungkan usaha kecil menegah domestik ke pasar internasional. Pada acara yang dimoderatori oleh Radityo Dharmaputra tersebut, antusias peserta terlihat tinggi dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan. Salah satunya pertanyaan terkait isu global, yaitu kedatangan para pengungsi. “Pengungsi bukanlah ancaman, tetapi sesuatu yang harus dipelihara. Namun, Eropa tidak lagi dapat menampung pengungsi. Bahkan, Jerman dan Prancis telah menurunkan subsidinya,” jelas
Judit Nèmeth-Pach saat menjawab pertanyaan salah satu peserta diskusi.(*) Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
IDSC, Ajang Internasional Menemukan Ide Stabilitas Finansial UNAIR NEWS ̶ Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga menyelenggarakan call for paper dan Internasional Development Student Conference (IDSC), pada Senin (21/11). Tahun lalu, ajang ini masih dalam lingkup nasional, sedangkan tahun ini dibuka untuk lingkup internasional. Kali ini, IDSC mengangkat tema “Realizing the ASEAN Financial Stability Amidst Global Economic System Dynamics”. Kerentanan sektor finansial lebih tinggi dibandingkan dengan sektor nonfinansial menjadi latar belakang pentingnya mengkaji bagaimana kestabilan finansial di era masyarakat ekonomi ASEAN ini. “Banyak konferensi tentang MEA, berbagai upaya menghadapi MEA. Namun, IDSC lebih terfokus pada kestabilan finansial karena sektor finansial sangat volatile (mudah berubah,red) dan menarik untuk dikaji.” Jelas Zakka Farisy, Ketua acara yang juga mahasiswa jurusan Ekonomi Islam.
Para Juara Call for Paper IDSC 2016 dalam Awarding Night di Aula Fajar FEB UNAIR (Foto : Istimewa) Call for paper ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan luar negeri. Dari keseluruhan peserta yang mendaftar, terpilih 15 tim terbaik untuk mempresentasikan gagasannya. Tiga dari peserta terpilih berasal dari luar negeri, yaitu Nina Greig-Towers dari Australia, Sinatrya Shrestha dari Nepal, dan Valencia Joshua Brent S dari Filipina. Pada hari kedua, Selasa (22/11), presentasi secara keseluruhan menggunakan Bahasa Inggris. Tak sedikit penonton yang terlihat mengapresiasi kemampuan berbahasa Inggris para peserta. Tidak hanya itu, gagasan yang dikemukakan pun bervariasi dan kreatif. “Berbagai ide yang dipaparkan merujuk pada stabilitas finansial. Salah satu dari ide yang dipaparkan adalah menyamakan currency. Upaya ini dirasa mampu menstabilkan finansial antar negara,” ujar Adindha, salah satu penonton.
Esok harinya, Rabu (23/11), peserta diajak ke wisata Bromo untuk melihat sunrise. Tidak hanya jalan-jalan, para peserta juga menjalin keakraban satu sama lain. Sebelumnya, pada hari pertama mereka saling mengenalkan budaya daerah masing-masing di welcome party. Setelah field trip, panitia dan peserta melakukan awarding night di Aula Fajar FEB UNAIR. Pada saat itu, diumumkan pemenang dari call for paper. Hasilnya, tim Ajeng Pratiwi dari Universitas Negeri Jember di daulat sebagai juara I. Tim Iqbal Makbul Taher dari Universitas Indonesia meraih juara II, sedangkan juara III diraih oleh Tim Mohammad Zeqi Yasin dari Universitas Airlangga. Ada juga penghargaan Best Delegate yang diperoleh Muhammaf Mulfi dari Universitas Brawijaya, Best Speaker diperoleh Rahmah Yulia Dari Universitas Airlangga, dan Best Paper diraih tim Fajriansyah Hendra dari Institut Pertanian Bogor. Dengan berakhirnya awarding night, Zakka Farisy berharap, kegiatan ini mampu menjadi prime mover kegiatan-kegiatan bertaraf internasional di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sekaligus mendukung visi Universitas Airlangga menuju 500 World Class University.(*) Penulis : Siti Nur Umami Editor : Dilan Salsabila
Akhiri Kepengurusan, BEM FEB UNAIR Adakan Jalan Sehat di
Kota Batu UNAIR NEWS – Satu periode kepengurusan bukan hanya rentang waktu, tetapi tahap-tahap proses untuk tumbuh. Dalam kegiatan perpisahan ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) mengkonsep acara sedemikian rupa untuk mengapresiasi proses tersebut. Berkaitan dengan itu, pengurus BEM FEB periode baru dan lama mengadakan acara kekeluargaan di Kota Apel, Batu. Udara dingin Batu membawa suasana lain. Kesegaran pikiran setelah sejenak keluar dari rutinitas di Surabaya mendadak sirna oleh sejuknya udara kota apel itu. Sementara itu panitia perpisahan, yaitu Sobat BEM telah mempersiapkan serangkaian kegiatan yang berlangsung selama tiga hari pada 26-28 Desember 2016 di Vila Hamsa, Batu.
Sebelum berangkat jalan sehat seluruh peserta melakukan senam bersama. (Foto: Siti Umami)
Pada hari Selasa (27/12), panitia mengadakan jalan sehat dan undian. Rute jalan sehat melewati sawah-sawah yang hijau, kebun jeruk, dan perumahan warga. Sedangkan, pada malam hari, acara dikonsep dengan cukup syahdu. Seluruh anggota BEM duduk melingkar di tepi kolam yang hanya diterangi sinar lilin. Ketua BEM FEB 2016 M. Rusdinal, Badan Pengurus Harian (BPH), dan sebagian staf bercerita suka duka satu tahun bersama. Rasa haru tidak tertahankan, bahkan tetes air mata mewarnai malam itu. Seluruh peserta, baik anggota dan Sobat BEM saling berpegang tangan menyatukan hati. Rusdinal mengucapkan terima kasih kepada para personel yang telah bersinergi dalam mewujudkan berbagai program kerja selama satu periode kepengurusan. “Terima kasih banyak untuk sobat BEM yang telah membuat acara yang sangat menarik. Harapannya, baik sobat BEM, staf, dan deputi kepengurusan tahun ini dapat mendukung kepengurusan tahun depan,” ujar Rusdinal. Begitu pula dengan Rizky Ananda Putra yang bertindak sebagai ketua acara sekaligus staf Pengembangan Sumber Daya Manusia BEM FEB. “Banyak hal yang saya pelajari selama kepengurusan di BEM FEB. Belajar bagaimana memimpin sebuah kegiatan. Dari situ nilai-nilai untuk upgrade diri banyak saya kembangkan,” tuturnya. Selain Rizky, ada pula Indah yang merupakan staf kesejahteraan mahasiswa BEM FEB. Ia berharap, acara di Batu bukanlah sebuah perpisahaan melainkan awal dari perkenalan yang semakin erat dengan eks pengurus. “Kini, kita memang tidak lagi bekerja dalam satu rumah lagi, tapi ini bukan sebuah perpisahan. Ini membuatku semakin mengenal. Kita akan selalu menjadi keluarga,” kata Indah. BEM FEB UNAIR 2016, bersama, berkarya, menginspirasi!
Penulis: Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S
Alumni FE UNAIR Khitanan Massal
89
Gelar
UNAIR NEWS – Dalam rangka pengabdian masyarakat, alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFE) Universitas Airlangga angkatan 89 menggelar khitanan massal dengan melibatkan setidaknya 71 peserta asal Surabaya. Acara tersebut dilangsungkan di Masjid Ulul Azmi Kampus C, Minggu (24/12). Ketua IKAFE UNAIR tahun angkatan 89 M. Rusdy Kurniawan mengungkapkan, kegiatan bakti sosial serupa dilakukan secara rutin setiap tahunnya. “Tahun sebelumnya kita pernah mengadakan kegiatan serupa berupa santunan ke panti asuhan atau juga memberikan bingkisan kepada pasukan kuning (petugas kebersihan) Surabaya. Sedangkan, kesempatan tahun ini, kami mengadakan kegiatan khitanan massal yang diikuti oleh adikadik,” ungkap Rusdy.
Pengarahan dari pihak panitia. (Foto: Akhmad Janni) Khitanan massal diikuti anak-anak dengan usia 1 sampai 16 tahun secara gratis. Khitanan massal diikuti oleh sebanyak 71 anak yang sebagian besar belum genap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, mereka dikhitan oleh mantri. Usai dikhitan, setiap peserta mendapat bingkisan. Melalui pelaksanaan kegiatan itu, Rusdy berharap, kegiatan bakti sosial ini akan menggugah alumni yang lain untuk ikut berperan dalam membantu masyarakat. “Semoga dengan adanya khitanan ini bisa bermanfaat serta dapat menggugah alumnialumi yang lain juga,” tandasnya. Salah satu peserta khitan massal, Rizky yang masih berusia delapan tahun, tak merasa gugup ketika akan dikhitan. “Nggak gugup,” jawab Rizky singkat, ketika ditanya apakah dia gugup. Orang tuanya, Rosyid, tak lupa berterima kasih kepada pihak penyelenggara acara khitan.
Penulis: Akhmad Janni Editor: Defrina Sukma S
Rumah Sakit UNAIR Ditarget Mandiri Pada 1 Januari 2018 UNAIR NEWS – Rumah Sakit Universitas Airlangga ditarget menjadi rumah sakit yang mandiri pada 1 Januari 2018 mendatang. Hal itu diungkapkan oleh Rektor UNAIR Prof. Mochammad Nasih saat memberikan pengarahan di hadapan jajaran manajemen RS UNAIR dalam Rapat Kerja I, Sabtu (1/4). “Mulai 1 Januari 2018, kita akan menyerahkan pengelolaan operasional Rumah Sakit UNAIR sepenuhnya kepada manajemen dan Dewan Pengawas Rumah Sakit UNAIR. Jadi, keberadaan Dewan Pengawas RS UNAIR merupakan representasi universitas,” ungkap Nasih. Nasih mengatakan, status rumah sakit pendidikan di bawah Kemenristekdikti memiliki sejumlah konsekuensi logis. Ia mengingatkan agar RS UNAIR meluluskan dokter spesialis dan meningkatkan publikasi riset. “Itulah kontrak kinerja dengan Dikti. Pemerintah sudah mengeluarkan banyak dana untuk membangun rumah sakit ini, jadi setidaknya kita juga memberikan kontribusi ini kepada publik,” imbuh Nasih. Ia meminta agar manajemen RS UNAIR memperhatikan sejumlah asas pengelolaan seperti pengelolaan pendapatan secara mandiri, membiayai seluruh kegiatannya secara mandiri dari aspek operasional, pemeliharaan, maupun pengembangan sumber daya manusia, alat, bangunan, dan sistem.
“Kami yakin dan percaya sepenuhnya kepada pihak RS UNAIR. Maka kami mohon kerjasamanya agar semua berjalan sebaik-baiknya,” pinta Rektor. Menghadapi target semacam itu, Direktur RS UNAIR Prof. Nasronuddin mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan kebutuhan terhadap kemandirian tersebut sejak tahun 2016. Direktur RS UNAIR mengungkapkan empat langkah menuju kemandirian rumah sakit yang berdiri sejak lima tahun lalu. Yakni, menerapkan efisiensi pada pelayanan BPJS tanpa mengurangi kualitas. “Kita melakukan langkah-langkah efisiensi terkait layanan BPJS dengan tidak mengurangi kualitas sehingga tetap menarik dan membuat nyaman pasien,” tutur Nasron. Kedua, meningkatkan jumlah pasien umum yang berobat ke RS UNAIR melalui pendekatan profesional. Para dokter di RS UNAIR yang belum sepenuhnya memanfaatkan jatah tiga surat ijin praktik (SIP), akan didorong untuk menggunakan SIP tersebut di fasilitas kesehatan wilayah pinggiran. Tujuannya, agar tercipta potensi rujukan pasien tersebut ke RS UNAIR. Ketiga, membangun jejaring kerja sama dengan asuransi swasta. “Asuransi itu membawa pasien. Maka, kombinasi efisiensi BPJS dengan pasien umum, maka finansial akan membaik,” imbuh pakar penyakit tropik itu. Langkah-lainnya adalah meningkatkan pelayanan tata laksana yang sudah ada seperti pengobatan dengan stem cell, hemodialisis, ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU), termasuk pelayanan di eks Rumah Sakit Penyakit Tropik dan Infeksi. Selain di bidang sarana dan prasarana, pihaknya juga akan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan di RS UNAIR. Targetnya, persiapan pihak RS UNAIR dalam mendokumentasikan rencana-rencana tersebut akan rampung pada bulan September
2017 dan diserahkan pada Rektor UNAIR. Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Mahasiswa Pascasarjana Gelar Donor Darah UNAIR
NEWS
–
Himpunan
Mahasiswa
Sekolah
Pascasarjana
Universitas Airlangga (HIMASEPA-UNAIR) menggelar aksi donor darah Kamis (1/12) lalu. Kegiatan dilakukan di Gedung Sekolah Pascasarjana, bekerjasama dengan PMI Kota Surabaya. Event ini merupakan rangkaian program kerja dari HIMASEPA yang telah dirapatkan sebelumnya. Aksi donor darah ini merupakan bentuk dari kepedulian sosial dan kemanusiaan pengurus HIMASEPA dan seluruh sivitas akademika kampus. “Melalui kegiatan ini kami berharap dapat memberikan manfaat dan bisa membantu saudara-saudara kami yang benar-benar membutuhkan. Karena setetes darah kita bisa bermanfaat bagi nyawa mereka,” kata Andi Paerah, salah satu panitia. “Tak kurang dari 53 pendonor yang hadir. Termasuk, Wakil Direktur I Pascasarjana Prof. Dr. Anwar Ma’ruf., drh., M.Kes,” imbuh Ketua Pelaksana Nur Anilawati, mahasiswa S-2 PSDM. Para peserta terdiri dari mahasiswa dan pegawai/staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana. Tak ketinggalan, dari kalangan masyarakat umum yang ikut berpartisipasi untuk mendonorkan darahnya. Prof. Dr. Anwar Ma’ruf., drh., M.Kes mengatakan bahwa kegiatan
ini perlu diadakan setiap semester. “Alhamdulillah, kegiatan lancar berkat dukungan semua pihak. Yang pasti, kegigihan para panitia yang dengan penuh semangat menyiapkan segalah sesuatunya untuk acara ini,” kata Guru Besar Fakultas Kedoteran Hewan tersebut. Kegiatan ini bermanfaat, karena disamping sebagai bentuk kepedulian sosial, juga memberikan manfaat bagi kesehatan pendonor. Dengan mendonorkan darahnya, secara otomatis tubuh akan memproduksi darah baru sehingga badan lebih fresh. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
Tiga Prodi di Akreditasi A
Vokasi
Raih
UNAIR NEWS – Sebanyak tiga program studi di Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga, berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berdasarkan laman resmi BAN-PT, akreditasi itu berlaku hingga tanggal 24 November 2021. Ketiga prodi yang baru saja meraih akreditasi A adalah D-3 Pariwisata, D-3 Teknisi Perpustakaan, dan D-3 Manajemen Perhotelan. Status tersebut meningkat setelah sebelumnya meraih akreditas B pada tiga prodi. Hal itu diungkapkan oleh Dekan Fakultas Vokasi Dr. Widi Hidayat, S.E., M.Si., Ak, ketika ditemui, Rabu (7/12). “Mereka naik akreditasi semua karena sebelumnya B. Untuk sampai A, kita di Fakultas Vokasi berusaha keras. Kita banyak belajar dari mereka yang sudah diakreditasi,” tutur Widi.
Widi menjelaskan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan para dosen UNAIR yang berpengalaman di ranah akreditasi prodi. Dalam proses komunikasi, pihak Vokasi meminta saran demi peningkatan kualitas prodi ke depan. Selain itu, ia sempat meminta para dosen tersebut untuk melakukan simulasi proses akreditasi. “Istilahnya, kalau ujian gitu, kita ada bimbingan untuk melakukan tes. Jadi, teman-teman dari fakultas atau prodi lain itu sangat sangat membantu,” ujar Dekan Fakultas Vokasi. Ia mengaku, persiapan untuk menghadapi proses akreditasi memakan waktu tiga bulan. Dalam rentang waktu tiga bulan itu, ia menyiapkan segala keperluan, termasuk simulasi secara intensif. Terkait dengan prodi-prodi lainnya di Vokasi, pakar dalam buku “100 Pakar UNAIR” itu menghendaki agar setiap prodi melakukan benchmarking. “Cari benchmark yang sesuai. Misalnya, prodi Fisioterapi melakukan benchmark ke Avans Hodge School di Belanda, karena di sana sangat maju. Intinya, kita belajar dari orang lain,” imbuhnya seraya mengakhiri. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor
: Binti Q. Masruroh
Praktisi dan Sosiolog HAM Imam Prasodjo Dianugerahi
Soetandyo Award UNAIR NEWS – Pada puncak perayaan Dies Natalis ke-39 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, sivitas akademika menyelenggarakan acara Soetandyo Award dan Soetandyo Scholarship. Acara tersebut diselenggarakan di Aula Soetandyo FISIP UNAIR, Rabu (7/12). Beasiswa Soetandyo ini diberikan kepada 15 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki disiplin ilmu sosial, hukum, dan humaniora. Beasiswa Soetandyo diperuntukkan bagi mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhir skripsi, tesis, maupun disertasi yang membahas penelitian dengan topik pluralisme, keadilan sosial, hukum, hak dan hak asasi manusia (HAM), serta demokrasi. Seluruh mahasiswa penerima beasiswa Soetandyo itu berasal dari berbagai jenjang mulai sarjana, master, hingga doktoral. Penerima beasiswa itu berasal dari Universitas Palangkaraya, Universitas Jember, Universitas Riau, Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, Universitas Lampung, dan tentu saja Universitas Airlangga. Ketua Pusat Studi Soetandyo Prof. Dr. Budi Prasetyo, M.Si, mengatakan, penerima beasiswa itu telah melalui proses seleksi dari ratusan proposal penelitian yang dikirimkan ke panitia. Dari ratusan proposal itu, disaring sampai 30 besar, hingga akhirnya terpilih 15 penerima beasiswa. Selain acara pemberian beasiswa, dalam acara yang sama juga digelar penganugerahan penghargaan Soetandyo. Pada tahun ini, penghargaan Soetandyo diberikan kepada praktisi HAM sekaligus sosiolog Imam B. Prasodjo. Akademisi berusia 56 tahun itu merupakan penggagas Gerakan Nurani Dunia. Terkait dengan penghargaan Soetandyo, Prof. Budi menyampaikan, bahwa pihaknya menerima sekitar 30 nama calon penerima
penghargaan dari berbagai lembaga. Setelah dilakukan berbagai penyaringan, terpilih 10 nama hingga akhirnya mengerucut satu nama, yakni sosiolog Universitas Indonesia tersebut. Menurut Prof. Budi yang juga tim panitia Soetandyo Award, kriteria yang ditetapkan untuk penerima penghargaan ini adalah publikasi karya ilmiah dan pengabdian masyarakat. “Banyak akademisi yang bagus tetapi nggak punya karya riil di tengah masyarakat, khususnya di bidang hukum dan HAM. Mudah-mudahan penerima bisa meneruskan kiprah Soetandyo,” tutur Prof. Budi. “Kita memang mencari yang semirip mungkin dengan Soetandyo,” imbuh Wakil Dekan I FISIP. Usai menerima penghargaan tersebut, sosiolog Imam menyampaikan apresiasinya kepada sivitas akademika FISIP UNAIR atas penghargaan tersebut. Ia tak pernah menyangka akan dianugerahi penghargaan tersebut. “Jujur saja, saya merasa terhormat ketika dikabari bahwa saya dianugerahi penghargaan ini. Penghargaan ini memiliki nilai yang sangat tinggi. Bagi saya, penghargaan ini bernilai simbolik tentang perjuangan seorang tokoh akademisi kampus yang sekaligus sebagai aktivis sosial dan pejuang hak asasi manusia yang penuh dedikasi, tulus, dan konsisten sebagaimana yang tergambar dalam sosok Profesor Soetandyo Wignjosoebroto,” tutur Imam. Pemberian beasiswa dan penghargaan Soetandyo telah dilaksanakan sejak tahun 2015 bertepatan dengan perayaan Dies Natalis FISIP. Tahun lalu, beasiswa diberikan kepada sepuluh penerima. Pada tahun 2015 pula, penghargaan diberikan kepada pakar Antropologi Hukum Prof. Sulistyowati Irianto. Bangun keterbukaan Dekan FISIP Dr. Falih Suaedi dalam sambutannya menyampaikan, bahwa fakultas yang kini berusia 39 tahun itu akan terus membangun keterbukaan, sinergitas, dan kekeluargaan dalam menciptakan iklim akademis yang sehat.
“Sampai tahun 2020, kita akan terus bangun keterbukaan, sinergitas, dibungkus semangat kekeluargaan. Semoga hasilnya lebih dahsyat. Kita junjung nilai-nilai pluralisme, demokratisasi serta keadilan seperti kata Prof. Tandyo (sapaan akrab Soetandyo),” tutur Falih. “Ada 13 program studi di FISIP. Kurikulum akan terus dirancang agar tetap ada saling sapa. Integrated social science sebagaimana cita-cita Pak Tandyo,” imbuh Falih. Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Dekat dengan Kehidupan, Ilmu Hukum Administrasi dan Agraria diperlukan Berkelanjutan UNAIR NEWS – Disiplin ilmu hukum administrasi dan hukum agrarian terhitung yang konkret aplikasinya di masyarakat. Umumnya, pemerintah daerah setempat membutuhkan pemahaman tentang ilmu ini secara komprehensif. Jadi, para mahasiswa yang berkhidmat di ranah ini, jelas memiliki prospek bagus untuk mengabdi di masyarakat. Ilmu ini meliputi aspek-aspek yang bersentuhan langsung dengan warga. Misalnya, soal sertifikasi tanah dan hak kepemilikan. Termasuk, terkait keabsahan alas hak aset negara, yang dikelola pemerintah. “Kepastian hukum di cakupan yang bersinggungan langsung dengan
kebutuhan masyarakat dan pemerintah setempat, selaludiperlukan dan menjadi kebutuhan secara berkelanjutan setiap waktu,” kata Wakil Dekan II Fakultas Hukum Dr. Sri Winarsi, SH., MH. UNAIR selama ini sudah banyak mengisi peran tersebut. Dengan memberikan pengawalan, advokasi, maupun dijadikan narasumber pemda-pemda untuk berkonsultasi. Tidak hanya di Surabaya dan Jawa Timur, sumbangsih dan kiprah ksatria Airlangga juga mencapai daerah lain di luar pulau. Di antaranya, Sumatera dan Kalimantan. “Kami pernah diundang ke Kalimantan Utara untuk berdiskusi tentang hukum administrasi dan agraria di kawasan yang tergolong baru, hasil pemakaran itu,” ungkap perempuan kelahiran Mojokerto tersebut. Sementara itu, Fakutas Hukum yang memiliki banyak departemen atau spesifikasi keilmuan terus berupaya menebar manfaat di masyarakat. Termasuk, mengembangkan ilmu hukum agar lebih sesuai dengan tantangan zaman. Dekan Fakultas Hukum Prof. Dr. Abd. Shomad, Drs., SH., MH, mengatakan, secara umum kampus UNAIR memiliki tujuan untuk menjadi institusi yang melahirkanpara peneliti, pemerhati, pegiat, dan praktisi yang berakhlaqul karimah atau beretika baik. “Ilmu hukum sesuai fitrahnya menjadi ilmu yg memiliki karakter sui generis yang sarat nilai. Termasuk, nilai keadilan berlandaskan kearifan lokal dan religiusitas. Orientasi pendidikan hukum pada upaya menghasilkan yuris profesional harus fokus dan konsensisten dilaksanakan untuk menghasilkan generasi yang berperilaku baik dan berwawasan global,” papar dia. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh