Herdian Putranto, Mahasiswa Baru FH Penghafal Injil UNAIR NEWS – Diantara 1.865 calon mahasiswa baru (camaba) Universitas Airlangga yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN), Herdian Putranto adalah salah satu yang terhitung istimewa. Laki-laki beragama Kristen Protestan ini adalah pengafal Injil, kitab yang menjadi pedomannya dalam menjalani hidup. Herdian, camaba Fakultas Hukum UNAIR ini, memutuskan untuk mulai menghafal injil ketika masih duduk di bangku kelas tiga SMP. Tentu, tidak banyak pemuda seusianya yang bertekad untuk menghafal isi kandungan Injil. Tekadnya itu bermula dari perkumpulan pemuda gereja yang mendorongnya untuk lebih mendalami Injil. “Ada perkumpulan pemuda yang mendorong saya untuk selalu aktif dalam kegiatan gereja, dan selalu mengajak untuk menumbuhkan iman rohani saya. Dari situ saya mulai berkembang mempelajari Injil,” ucapnya ditemui UNAIR NEWS disela-sela waktu daftar ulang, Kamis (19/5). Alumnus SMAN 1 Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung ini mengaku, kandungan yang terdapat dalam kitab Injil-lah yang memotivasinya untuk mendalami kitab Injil. “Kitab Injil kan berisi pedoman hidup. Apalagi menginjak usia dewasa, banyak pergumulan hidup yang silih berganti kita hadapi. Untuk dapat melewati berbagai pergumulan hidup, saya rasa selain dengan berusaha kita harus mendekatkan diri dengan Tuhan melalui alkitab,” ucap laki-laki kelahiran Tulungagung, 1 Juli 1998 itu. Konsisten Pada mulanya, Herdian cukup mengalami kesulitan dalam proses
mempelajari kitab Injil. Sebab ketika itu, dalam seminggu, hanya satu kali kesempatan yang ia miliki untuk belajar, yakni ketika persekutuan doa di gereja. “Saya rasa-rasa, masa satu minggu sekali saya bisa hafalan. Lalu saya inisiatif sendiri ketemu dengan kakak pembina, menambah intensitas belajar tentang rohani menjadi dua hari sekali,” ujarnya. Herdian mengakui, sebelum menghafal, ada kesulitan dalam memahami isi dari kitab Injil. Namun seiring berjalannya waktu, dengan niat yang kuat, pada waktu duduk di bangku kelas tiga SMA-lah ia hafal seluruh isi kitab Injil. “Untuk semua orang nasrani harusnya hafal. Karena kitabnya sendiri masa nggak hafal,” candanya. “Tapi ada beberapa orang yang masih belum tergugah hatinya untuk menghafal kitab tersebut. Padahal, dalam kitab-kitab tersebut kita mendapat pedoman hidup dalam bersosialisasi,” tambahnya. Laki-laki berkulit sawo matang ini mengaku, dengan konsisten mempelajari Injil, ia semakin memahami bagaimana seharusnya menjalani kehidupan. Karena seperti yang ia tuturkan, kitab Injil merangkum pedoman-pedoman tentang menjalani hidup, dengan dasar menebarkan cinta kasih. Untuk menjaga kekonsistensian, setidaknya dalam satu hari, dua kali ia membaca kitab Injil. Sementara itu dalam bidang akademik, meski mengaku memiliki prestasi yang biasa-biasa saja, Herdian tercatat menduduki peringkat kedua tertinggi dalam Ujian Nasional bidang Ilmu Sosial se-Kabupaten Tulungagung. “Dalam pendidikan saya ini biasa-biasa saja, kok. Kayak anakanak biasa. Mungkin lebih tekun aja,” tuturnya malu-malu. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor : Nuri Hermawan
Calon Mahasiswa UNAIR Diimbau Teliti dalam Membawa Berkas Pendaftaran UNAIR NEWS – Ratusan calon mahasiswa baru (camaba) melakukan pendaftaran ulang setelah dinyatakan diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sejak Rabu (17/5) pagi, ratusan camaba memadati Airlangga Convention Center (ACC) Kampus C, UNAIR. Dalam SNMPTN tahun ini, UNAIR menerima sejumlah 1.865 camaba. Ada berbagai tahapan yang harus dilalui camaba dalam proses daftar ulang ini. Dalam proses verifikasi berkas, yang harus dibawa meliputi fotokopi legalisir dan dokumen asli ijazah/surat keterangan lulus, SKHUN/SKHUN Sementara, Akta Kelahiran/Surat Kenal Lahir, Surat Keterangan dari RT/RW, dan fotokopi Kartu Susunan Keluarga. Selain itu, mereka juga harus membawa pas foto berwarna dan surat pernyataan bebas narkotika dan obat-obatan terlarang. Di setiap loket ketika daftar ulang, camaba menunjukkan berkas-berkas yang dibawa. Kepala Seksi Registrasi Direktorat Pendidikan, Aris Setiawan, mengatakan, berdasarkan proses daftar ulang yang telah dilakukan, sejumlah camaba kurang teliti dalam membaca panduan. Sehingga ada berkas-berkas yang terlewat untuk dibawa. “Data harus dibawa. Kadang membacanya,” kata Aris.
anak-anak
kurang
teliti
Proses pendaftaran ulang ini akan berlangsung hingga hari Jumat, 19 Mei 2017. Aris menambahkan, camaba yang tidak
melakukan daftar ulang hingga tanggal yang dinyatakan gugur sebagai mahasiswa UNAIR.
ditentukan
“Yang tidak melakukan daftar ulang sampai tanggal 19 dianggap mengundurkan diri sebagai mahasiswa UNAIR,” ujar Aris. Listi Budiarti camaba asal Kalimantan Selatan mengaku lega bisa mengikuti proses daftar ulang. Tandanya, satu tahap telah dilalui sebelum ia secara resmi dinyatakan sebagai mahasiswa UNAIR. “Senang banget diterima di UNAIR dan mengikuti proses daftar ulang. Informasi seputar daftar ulang cukup bisa dipahami,” tutur alumnus SMAN 1 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, ini kepada UNAIR NEWS. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh
Tahun 2017, Nilai Tes SBMPTN Digunakan untuk Seleksi Jalur Mandiri UNAIR UNAIR NEWS – Ada kebijakan berbeda dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur Mandiri Universitas Airlangga. Seleksi penerimaan mahasiswa baru di UNAIR jalur Mandiri tak lagi menggunakan tes tulis, melainkan nilai tes SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri) tahun 2017. Hal tersebut disampaikan oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Mochammad Nasih, dalam jumpa pers di salah satu rumah makan di Surabaya, Rabu (19/4). “Pada tahun 2017, ada yang agak berbeda dengan jalur Mandiri.
Kami mensyaratkan, lulusan tahun 2015, 2016, dan 2017, yang ingin mengikuti seleksi jalur Mandiri UNAIR harus mengikuti ujian SBMPTN 2017. Pada waktu mendaftar jalur Mandiri, peserta harus menyertakan kartu SBMPTN,” tutur Nasih. Nasih mengatakan, penggunaan nilai ujian SBMPTN bukanlah tanpa sebab. Ia ingin agar proses seleksi jalur Mandiri berjalan lebih sederhana dari sebelumnya. Pasalnya, selama ini, peserta tes jalur Mandiri mengerjakan ujian tertulis berupa tes potensi akademik dan tes berdasarkan kelompok ilmu pengetahuan. Selain itu, soal ujian SBMPTN juga sudah memiliki bobot yang sesuai. Sehingga nantinya, para peserta jalur Mandiri cukup menggunakan nilai tes SBMPTN, prestasi-prestasi akademik dan kesiswaan selama sekolah, dan surat kesanggupan membayar biaya perkuliahan jalur Mandiri. Prodi tak harus sama Nasih berharap agar para peserta benar-benar mempertimbangkan program studi yang dipilih. Bila peserta kelompok ujian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SBMPTN 2017 ingin memilih program studi kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial di jalur Mandiri UNAIR, peserta diwajibkan mengikuti kelompok Ujian Campuran di SBMPTN 2017. “Misalnya, peserta SBMPTN memilih Kedokteran, tetapi dia ingin memilih Komunikasi saat jalur Mandiri. Dia harus mengikuti ujian IPC saat SBMPTN, baru bisa diterima di Komunikasi jalur Mandiri. Sebab, kita akan menggunakan nilai SBMPTN yang satu rumpun ilmu (untuk bisa diterima di jalur Mandiri UNAIR),” terang Nasih. Pada pendaftar Bidikmisi atau yang kurang mampu secara ekonomi, mereka akan dibebaskan biaya pendaftaran. Asalkan, mereka memiliki nomor pendaftar Bidikmisi. Di akhir jumpa pers, Rektor kembali mengimbau agar para
lulusan sekolah menengah atas yang ingin mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur Mandiri UNAIR, segera mempersiapkan diri lebih awal dengan mengikuti ujian SBMPTN 2017. Sementara itu, jadwal kegiatan jalur Mandiri akan segera diperbarui di laman Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru. Untuk mengikuti seleksi jalur Mandiri UNAIR, peserta kelompok IPA/IPS dengan dua pilihan program studi, dikenakan biaya formulir sebesar Rp 300ribu, sementara kelompok IPC dikenakan biaya sebesar Rp 500ribu. Pada tahun 2017, UNAIR akan menerima sebanyak 5.225 mahasiswa baru jenjang sarjana. Pada jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), UNAIR akan menerima 1.824 mahasiswa, jalur SBMPTN 1.830 mahasiswa, dan jalur Mandiri 1.571 mahasiswa. Penulis: Defrina Sukma S
UNAIR Kukuhkan 586 Mahasiswa Baru Pascasarjana free instagram followermake up wisudamake up jogjamake up prewedding jogjamake up wedding jogjamake up pengantin jogjaprewedding jogjaprewedding yogyakartaberita indonesiayogyakarta wooden craft
UKT dan Prasyarat Bidikmisi Harus Diperhatikan UNAIR NEWS – Salah satu pertanyaan yang kerap muncul saat sosialiasi terkait jalur penerimaan mahasiswa baru Universitas Airlangga ke berbagai daerah adalah biaya kuliah. Dalam sosialisasi SNMPTN dan SBMPTN 2017 di Bangkalan, salah satu guru mengajukan pertanyaan. “Bagaimana bila siswa pada semester satu nilainya bagus, tetapi fluktuatif pada semester selanjutnya, ditambah kondisi ekonomi mereka tidak mampu?,” tanyanya. Menjawab pertanyaan itu, pemateri dari Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR Taufik, S.T., M.Kom., mengatakan, biaya kuliah bergantung golongan uang kuliah tunggal (UKT). Di perguruan tinggi negeri, termasuk UNAIR, biaya kuliah dikelompokkan dalam enam golongan UKT. Besaran UKT di masingmasing golongan ditentukan berdasarkan kemampuan orang tua dan prodi. Di UNAIR, UKT golongan enam adalah mahasiswa penerima Bidikmisi. “Untuk yang tidak mampu, masih dibuka peluang untuk mendaftarkan beasiswa (Bidikmisi) bagi pelajar yang berprestasi,” tutur Taufik. Pada tahun ini, besaran UKT di UNAIR masih belum diputuskan oleh Rektor. Pada tahun 2017, pendaftaran sekolah dan siswa untuk Bidikmisi dimulai sejak tanggal 14 Januari lalu. Untuk proses SNMPTN dimulai pada 18 Februari sampai 6 Maret 2017, sedangkan untuk proses SBMPTN dimulai pada 8 April sampai 5 Mei 2017. Saat dinyatakan lolos SNMPTN/SBMPTN, dokumen-dokumen yang dilampirkan calon penerima Bidikmisi akan diverifikasi. Sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes., yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut mengatakan, proses verifikasi itu dilaksanakan agar
perguruan tinggi tak salah sasaran dalam memberikan beasiswa. Dalam proses verifikasi, tim survei akan mengunjungi langsung wilayah calon penerima yang terindikasi mampu secara ekonomi. “UNAIR tak mungkin salah sasaran karena nanti akan kita verifikasi dan melihat kondisi riilnya. Walaupun rumahnya jauh di pulau (terpencil), kita tetap akan datang. Pada saat survei kita akan mengajak pak RT/RW atau aparat setempat agar data juga valid,” tutur Bimo. Lalu, bagaimana bila orang tua atau wali siswa memiliki penghasilan yang tidak tetap? Bimo mengatakan, calon penerima Bidikmisi adalah mereka yang kedua orang tuanya atau walinya memiliki pendapatan kotor maksimal sebesar Rp 3 juta per bulan, atau yang bila dibagi jumlah anggota keluarga maksimal Rp 750 ribu setiap bulannya. Dokumen yang perlu dilampirkan dalam pendaftaran adalah surat keterangan lulus dari kepala sekolah, fotokopi rapor semester satu sampai enam yang dilegalisir, fotokopi ijazah yang dilegalisir, fotokopi nilai ujian akhir nasional yang dilegalisir, surat keterangan tentang prestasi/peringkat siswa di kelas dan bukti pendukung prestasi yang dilegalisir, serta Kartu Indonesia Pintar, Beasiswa Siswa Miskin atau yang sejenis. Bagi yang belum memenuhi syarat di atas, harus ada Surat Keterangan Penghasilan Orang Tua/Wali atau Surat Keterangan Tidak Mampu yang dikeluarkan aparat setempat, fotokopi kartu keluarga atau surat keterangan tentang susunan keluarga, fotokopi rekening listrik bulan terakhir (apabila tersedia aliran listrik), dan bukti pembayaran PBB (apabila mempunyai bukti pembayaran) orang tua atau wali. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Suasana Meriah Warnai Penyambutan Mahasiswa Mancanegara Baru UNAIR UNAIR NEWS – UNAIR melalui International Office and Partnership (IOP) menghelat acara bertajuk “Welcoming Reception International Student 2016”, pada Jumat, (23/9). Sebanyak 102 mahasiswa mancanegara baru dari jenjang S1, S2, S3 dan program AMERTA di UNAIR memadati Ruang Kahuripan 300, Gedung Manajemen. Acara tersebut bertujuan untuk menyambut kedatangan mahasiswa luar negeri yang baru bergabung dengan UNAIR. “Setiap tahun memang selalu ada penyambutan seperti ini untuk mahasiswa asing baru. Kali ini beberapa dari mereka (mahasiswa asing baru,red) juga akan tampil dengan menyanyikan lagu Surabaya, dan kami juga memberikan performance music keroncong untuk memperkenalkan kesenian surabaya pada mahasiswa asing ini,” ujar Mochamad Jalal, Selaku coordinator for International Service di IOP. Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor I, Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D., Sp.PD., K-GH., FINASIM. Dalam sambutannya, Prof. Djoko berpesan kepada mahasiswa asing baru untuk tetap berkarya dan memberikan yang terbaik untuk almamater. Diawal acara, mahasiswa asing juga turut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne Airlangga. Selain itu, mahasiswa yang datang dari berbagai belahan dunia tersebut disuguhi penampilan dari Grup Keroncong dan penampilan Tari Saman dari Mahasiswa UNAIR. Salah satu mahasiswa asing asal Thailand, Paween Rungtaweechai
mengungkapkan bahwa dirinya sangat takjub dengan penyambutan yang hangat oleh UNAIR. Mahasiswi yang mengambil jurusan S2 Hubungan International di Program beasiswa KNB (Khusus Negara Berkembang) ini mengaku sangat senang menjadi bagian dari universitas yang diidamkan. “Saya senang sekali bisa diterima di UNAIR. Karena ini (UNAIR,red) merupakan pilihan pertama saya. Saya berharap bisa berteman dengan mahasiswa asing yang lain dan juga mahasiswa lokal UNAIR untuk saling sharing,” ujar Paween.(*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Dilan Salsabila
Perguruan Tinggi Harus Banyak Menampung Mahasiswa Miskin Berprestasi UNAIR NEWS – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI periode 2009-2014 Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA memberikan orasi ilmiah kepada 1.506 mahasiswa baru pascasarjana. Orasi ilmiah tersebut disampaikan pada acara pengukuhan mahasiswa baru pascasarjana semester gasal tahun akademik 2016-2017 yang berlangsung di Airlangga Convention Center (ACC) UNAIR, Kamis (1/9). Melalui orasi ilmiahnya, Prof. Nuh memberikan pesan kepada mahasiswa baru agar menjalani studi bukanlah sekadar demi mendapatkan gelar. “Mengetahui tujuan dan konsekuensi. Toga menjadi tujuan apakah menjadi konsekuensi. Mulailah menata niat, niat mencari ilmu. Sebab tujuan mencari ilmu adalah meningkatkan kepribadian,” kata Prof. Nuh.
Mendikbud RI yang ikut menggagas diadakannya beasiswa Bidikmisi ini, berharap agar UNAIR menjadi perguruan tinggi yang lebih banyak lagi menampung mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi. “Perguruan tinggi yang baik bukan perguruan tinggi yang membeber mobil-mobil mewah berparkir. Tapi perguruan tinggi yang membeber karpet merah untuk anak-anak miskin berprestasi,” ujar profesor yang saat ini menjadi dosen bidang Teknik Elektro ini. Pada kesempatan ini, alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu mengatakan, kompetisi dan kerjasama adalah dua hal yang harus berjalan beriringan dalam menjalani hidup. “Hidup ini dibatasi dinding kerjasama dan dinding kompetisi. Jangan sekali-kali menganggap tidak penting kompetisi atau kerjasama. Pada dua-duanya lah hidup ini berjalan,” ungkapnya. Ia mengatakan agar mahasiswa memiliki visi misi yang jauh ke depan. Sebab, tantangan zaman semakin kompleks dan beragam. Ia mencontohkan dengan kehadiran teknologi mutakhir seperti munculnya Go-Jek dan Uber. “Permasalahan begitu kompleks, sebab persoalan manusia begitu banyak. Pesan saya, latih diri untuk bisa melihat jauh ke depan. Kita harus tahu tujuan hidup ke depan, sebab persoalan semakin kompleks. Kalau kita tidak bisa melakukan itu, kita akan jadi bangsa yang kalah,” ujar Prof. Nuh. “Pendidikan adalah sistem terbaik dan teruji untuk memotong persoalan dan rantai kemiskinan,” pungkasnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Pasutri Polisi, Kuliah Bareng S2 Kajian Ilmu Kepolisian UNAIR NEWS – Pasangan suami istri (Pasutri) itu terlihat lantang saat mengucapkan janji mahasiswa. Mereka menjadi pemandu para mahasiswa lain dari program S-2, S-3, pendidikan profesi dan spesialis, yang baru dikukuhkan oleh Rektor UNAIR Kamis pagi, (1/9) di Airlangga Convention Center (ACC). Suara yang terang, sudah barang tentu memudahkan mahasiswa lain yang mengikuti. Iptu Dian Sukma Purwanegara, SIK dan Iptu Dini Annisa Rahmat, SIK, adalah dua orang polisi yang baru mengenyam pendidikan di S-2 Kajian Ilmu Kepolisian Sekolah Pascasarjana. Mereka yang baru menikah pada Desember 2015 lalu itu kompak mendaftar tahun ini. “Kami sama-sama suka belajar. Dan jurusan yang kami pilih sangat tepat untuk memberi wawasan aplikatif pada profesi kami,” ujar Dian, pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kanit Pidana Ekonomi Satreskrim Polres Mojokerto itu. Dia mengutarakan, dalam perkuliahan nanti, selain ilmu kepolisian secara umum, dirinya pasti akan dibekali dengan seluk-beluk penyidikan. Topik itu jelas bakal membantu pekerjaannya. Sementara itu, bagi Dini Annisa, pengetahuan tentang aturan hukum bakal sangat membantunya dalam bertugas sebagai tenaga pendidik (Gadik) di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jatim, Mojokerto. Mengapa memilih UNAIR? Mereka menerangkan, selama ini para senior dan atasan di kepolisian Polda Jatim kerap memberi masukan dan rekomendasi tempat kuliah yang tepat. Dan, UNAIR, merupakan kampus yang disebut memiliki track record baik di kepolisian. Para lulusannya, terkenal berpotensi dan berwawasan luas. “Kami pikir, kampus ini memiliki mutu yang
sudah terjamin,” ungkap Dini Annisa. Saat ditanya apakah tidak takut kalau kesibukan kuliah akan mengganggu profesinya sebagai abdi negara di korps baju cokelat, Dini Annisa berdalih, dia dan suami selama ini sudah melatih diri untuk melakukan manajemen waktu sebaik mungkin. Bahkan, imbuh perempun kelahiran 23 Juli 1991 ini, mereka juga tidak takut kalau frekuensi pertemuan bakal terancam. “Yang penting pandai-pandai mengatur saja. Yang juga patut diperhatikan adalah kualitas waktu pertemuan,” urai dia. Mereka makin bersemangat untuk melanjutkan studi karena mendapat dukungan dari atasan. Di Polda Jatim, kata Dian Sukma, para pemimpin di masing-masing satuan selalu memberi support anggota yang ingin mengembangkan diri. Pasutri ini bertekad lulus bareng dan tepat waktu, alias tidak molor. Mereka juga berharap, keputusan untuk melanjutkan studi ini dapat meluaskan jaringan. Baik pada lingkup sesama anggota polisi, maupun di lingkup para akademisi. Jadi, selain bertambah pengetahuan, relasi pertemanan juga makin banyak. (*) Penulis: Rio F. Rachman Editor : Dilan Salsabila
Mensos Khofifah Titikkan Air Mata Saat Bernyanyi Hymne Airlangga UNAIR NEWS – Penutupan Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru (PPKMB) Universitas Airlangga berlangsung meriah.
Penutupan PPKMB dihadiri oleh seluruh mahasiswa baru UNAIR jenjang S-1, dan vokasional. Acara yang diadakan di Airlangga Convention Center (ACC) ini dihadiri Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa. Khofifah hadir sebagai alumnus UNAIR yang memberi motivasi kepada mahasiswa baru. Pada kesempatan menyanyikan Hymne Airlangga secara bersamasama, Khofifah sempat menitikan air mata haru. Hal ini dikatakan oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, yang berada persis di sebelah Khofifah. “Saya mendengar, ketika menyanyikan Hymne Airlangga, beliau terisak meneteskan air mata. Mengingat tahun 1984, beliau menyanyikan lagu yang sama di UNAIR,” ujar Rektor UNAIR disela-sela sambutannya. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan agar mahasiswa menjunjung tinggi motto UNAIR excellence with morality. “Kuncinya, kedisiplinan dan taati semua aturan yang sudah dibuat. Ambil contoh yang baik dari alumni-alumni kita,” ujar Prof. Nasih. Khofifah mengatakan, membangun jejaring kerjasama yang kuat baik di level pertemanan maupun universitas sangat penting. “Ruh perguruan tinggi negeri adalah persemaian antarkampus, antarprogram studi, antarmahasiswa dengan dosen, dan jejaring itu PR (pekerjaan rumah, red) kita bersama,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR ini. Pada kesempatan wawancara, Khofifah berucap syukur dapat bertemu dan membagi motivasi dengan mahasiswa baru. Ia menekankan pentingnya membangun jejaring antara universitas dengan alumni. “Saya sebagai alumnus FISIP tentu berucap syukur nikmat. Alhamdulillah semoga bisa membagikan apa yang kita punya apa yang kita dapat. Saat ini bertemu dengan mahasiswa baru. Tentu ada sedikit yang harus kita bangun bersama, banyak motivasi yang harus kita bagikan bersama, dan ada semangat untuk
berbuat yang terbaik untuk bangsa. Itu yang harus kita semai secara terus menerus,” ujar Khofifah. Pada kesempatan wawancara, perempuan kelahiran Surabaya 19 Mei 1965 ini mengharapkan sinergi antar alumni dan perguruan tinggi bisa ditingkatkan. “UNAIR punya alumni yang elemen profesinya sudah sangat banyak, baik di lini regional, nasional, maupun internasional. Sehingga sinergi dengan alumni dengan perguruan tinggi harus dibangun lebih maksimal lagi. Supaya hadirnya UNAIR diantara seluruh elemen dunia perguruan tinggi di Indonesia maupun negara lain bisa memberikan layanan terbaik bagi seluruh ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan dalam proses pembangunan,” ujar Khofifah. Khofifah juga menitipkan pesan kepada mahasiswa baru. Mensos itu berpesan agar mahasiswa baru bisa mengikuti jejak kesuksesan alumni UNAIR lainnya dan turut serta membangun bangsa. “Saya berharap Ksatria Airlangga bisa menjadi bagian yang mengambil kebijakan strategis di negeri ini,” kata Khofifah. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Penutupan PPKMB, Tiga Alumni FPK UNAIR Beri Motivasi Mahasiswa Baru UNAIR NEWS – Hari terakhir pelaksanaan Program Pembinaan Kebersamaan Mahasiswa Baru (PPKMB) di Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga ditutup dengan rangkaian
acara yang menarik. Acara yang digelar pada Jumat (26/8) tersebut, salah satunya dengan mengadakan talkshow bersama alumni berprestasi. Acara tersebut dihadiri tak kurang dari 311 mahasiswa baru FPK UNAIR dan PDD Banyuwangi. Tiga alumni berprestasi tersebut ialah Andri Budiono., S.Pi, Zaki Muhammad Wijaya., S.Pi, dan Sartoyo., S.Pi. Pada kesempatan itu, keduanya memaparkan kiprah mereka selama kuluah di FPK UNAIR. Mereka juga memaparkan mengenai potensi dunia perikananan di bidang wirausaha maupun di bidang pemerintahan. Pada sesi pertama, Andri alumnus FPK tahun 1999 tersebut memaparkan sepak terjangnya sebagai pengusaha di bidang penyedia stok ikan demersal dan cephalopoda yang disalurkan ke beberapa wilayah. Andri juga berpesan kepada seluruh mahasiswa baru FPK bahwa potensi perikanan dan kelautan Indonesia cukup besar. Maka dari itu, mahasiswa baru diharapkan lebih bisa menggali potensi tersebut dengan cara membuka usaha yang bergerak di bidang perikanan dan kelautan. Sesi selanjutnya, Zaki alumnus FPK tahun 2001 memaparkan seluk beluk pekerjaan yang ia tekuni. Saat ini, ia menjadi Manajer Teknis Balai Karantina Ikan Tanjung Perak Surabaya. Pada kesempatan ini, Zaki menjelaskan suka duka menjadi seorang manajer teknis di balai karantina. Ia juga memberi motivasi pada mahasiswa baru agar menekuni dengan baik dengan jurusan yang sudah dipilih. “Selama waktu kuliah jalani dengan sungguh–sungguh. Nanti jika ada yang kurang paham bisa dibantu dengan dosen. Berusaha semaksimal mungkin selagi masih bisa,” ujar Zaki. Pada sesi terakhir, hadir Sartoyo alumnus FPK UNAIR angkatan 2001 yang merupakan pemilik CV. Garuda Mas. Usaha yang digeluti Sutoyo bergerak di bidang distributor food additive budidaya untuk tambak, terutama udang. Sartoyo juga membeberkan kisahnya menjadi Presiden BEM Fakultas Kedokteran
Hewan (FKH) pada tahun 2003 ketika Program Studi Budidaya Perairan masih berada di fakultas ini. “Kalau kalian kuliah jangan lupa berorganisasi. Karena organisasi itu penting untuk menambah jaringan. Jangan cuma pintar di akademik tapi tidak punyak rekanan. Itu sama saja. Jadi saran saya, kalian harus berprestasi di bidang akademik maupun non akademik selama kuliah. Nanti pasti akan merasakan manfaatnya setelah kuliah,” tandas Sartoyo. (*) Penulis : Faridah Hariani Editor : Binti Q. Masruroh