UNAIR Terima 1.865 Calon Mahasiswa Lewat SNMPTN UNAIR NEWS – Hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2017 telah diumumkan. Universitas Airlangga telah menerima sebanyak 1.865 calon mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN. Hasil tersebut diumumkan setelah sebanyak 29.546 lulusan sekolah menengah atas berebut kursi untuk masuk UNAIR. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, Ph.D., dr., Sp.PD., K-GH (FINASIM), ketika ditemui di ruangannya, Rabu (26/4). “Saya mengucapkan selamat kepada adik-adik mahasiswa yang berhasil diterima di Universitas Airlangga. Universitas Airlangga adalah salah satu perguruan tinggi negeri terbaik di Indonesia,” tutur Djoko. Persaingan dalam memperebutkan kursi di UNAIR terbilang sangat ketat. Terhitung, tingkat keketatan rata-rata seluruh program studi (prodi) adalah satu dibanding dua puluh. Artinya, setiap satu kursi di UNAIR diperebutkan oleh 20 pendaftar. Djoko mengatakan, calon mahasiswa baru UNAIR lewat SNMPTN didominasi oleh pendaftar dari Pulau Jawa. Dari 1.865 orang yang berhasil diterima, sebanyak 1.644 orang berasal dari Jawa, sementara 221 lainnya dari luar Jawa. Dari 1.644 orang tersebut, Jawa Timur masih mendominasi dengan angka 1.515 sementara luar Jatim sebanyak 349 orang. Meski didominasi oleh Jatim, calon mahasiswa baru UNAIR berasal dari 35 provinsi di Indonesia. ini artinya, sebaran calon mahasiswa baru UNAIR meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Hal unik lainnya yang didapat dari data penerimaan mahasiswa
baru UNAIR melalui jalur SNMPTN adalah perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki yang berhasil lolos. “Menariknya, jumlah laki-laki yang diterima sekitar 317, sedangkan perempuan lebih banyak. Yang perempuan mencapai 1.548 orang. Banyak perempuan yang lebih pintar,” ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran UNAIR. Program Studi S-1 Pendidikan Dokter dan S-1 Manajemen masih menjadi favorit pilihan pendaftar. Buktinya, sebanyak 1.775 pendaftar memilih S-1 Pendidikan Dokter, sedangkan 2.219 pendaftar memilih S-1 Manajemen. “Padahal, masing-masing kuotanya SNMPTN adalah 89 kursi (Pendidikan Dokter) dan 101 kursi (Manajemen),” imbuh Wakil Rektor I UNAIR. Djoko mengimbau agar pendaftar yang berhasil diterima di UNAIR segera melakukan daftar ulang. Proses verifikasi dokumen peserta pendaftaran ulang di UNAIR dilaksanakan pada 16 Mei 2017 bersamaan dengan pelaksanaan ujian tertulis SBMPTN 2017. Selain itu, peserta yang lolos, diminta untuk melakukan registrasi mahasiswa baru via dalam jaringan. Terkait informasi registrasi mahasiswa baru, akan segera diperbarui di laman http://ppmb.unair.ac.id. Selain itu, bagi peserta yang belum dinyatakan lolos, Djoko juga mengimbau agar mereka mencoba kembali melalui jalur seleksi bersama perguruan tinggi negeri (SBMPTN) dan jalur Mandiri. “Bagi yang belum beruntung, silakan mencoba lewat jalur SBMPTN (seleksi bersama perguruan tinggi negeri) yang sekarang sudah dibuka proses pendaftarannya. Selain itu, jalur Mandiri di UNAIR juga menggunakan nilai SBMPTN untuk proses seleksi,” tutur Djoko. Penulis: Defrina Sukma Editor: Nuri Hermawan
Pelajar Diharap Cermati Prodi yang Diminati UNAIR
NEWS
–
Memasuki
masa
penerimaan
mahasiswa
baru,
Universitas Airlangga melalui Pusat Informasi dan Humas (PIH), dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) mengadakan sosialisasi SNMPTN dan SBMPTN 2017 di Kabupaten Bangkalan. Sosialisasi digelar Rabu (1/2), bertempat di SMKN 2 Kabupaten Bangkalan, Madura. Acara dihadiri oleh Kepala SMKN 2 Kamus S.Pd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Pemkab Bangkalan Mariono. Sosialisasi dihadiri oleh kepala sekolah dan guru bimbingan konseling SMA/SMK/ Sederajat di Kabupaten Bangkalan. Pemateri dari PPMB UNAIR Taufik, S.T., M.Kom., menjelaskan, meski seorang pelajar memiliki jejak rekam akademis dan kesiswaan yang mumpuni, tak membuat pelajar tersebut bisa lolos dengan mudah dalam proses SNMPTN. Hal itu juga bergantung pada aspek penentu lainnya seperti indeks prestasi kumulatif alumni, indeks integritas sekolah, dan tingkat keketatan masing-masing program studi. Bila pelajar memang tak lolos SNMPTN, guru diharapkan terus mendorong siswa untuk belajar dengan rajin. Sebab, usai proses SNMPTN berlangsung, pelajar masih memiliki kesempatan untuk mengikuti SBMPTN. Dalam SBMPTN, siswa akan melakukan tes tulis secara bersamaan. Tes SBMPTN akan berlangsung pada tanggal 16 Mei 2017. Selain SBMPTN, ada pula jalur masuk Mandiri. Meski belum ada peraturan dan jadwal resmi dari UNAIR, Kemenristekdikti menetapkan kuota maksimal pada jalur Mandiri adalah 30 persen.
“Pada jalur Mandiri, kita juga adakan seleksi karena peserta tesnya cukup banyak,” tutur Taufik. Memilih Prodi Taufik mengatakan, guru hendaknya membantu siswa dalam memilih prodi. Caranya, dengan mengetahui seluk beluk prodi tersebut, daya tampung dan jumlah peminat, serta sesuaikan kemampuan dengan prodi yang diminati. “Guru lebih paham dengan kemampuannya adik-adik (pelajar, red). Kalau kemampuannya biasa-biasa saja, pilihlah yang passing grade-nya tidak begitu tinggi,” tutur Taufik. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Pusat Informasi dan Humas Dr. Bimo Aksono, drh., M.Si., meminta para guru dan siswa untuk mempertimbangkan jurusan di UNAIR Program Studi di Luar Domisili (PDD) Banyuwangi. Menurut data yang dilansir oleh PPMB UNAIR, tingkat keketatan di PDD Banyuwangi tak setinggi prodi yang berada di Surabaya. Ada empat prodi di UNAIR PDD Banyuwangi, yakni S-1 Kesehatan Masyarakat, S-1 Akuntansi, S-1 Pendidikan Dokter Hewan, dan S-1 Budidaya Perairan. “Fasilitasnya sama, dosennya sama. Hanya saja tempat kuliahnya di Banyuwangi. Prosesi pengukuhan mahasiswa baru dan wisuda tetap dilakukan di Surabaya,” tutur Bimo. Sebagai penutup, Bimo menyampaikan pesan kepada para guru dan kepala sekolah. Pertama, sekolah diharapkan untuk tidak melakukan pemeringkatan sendiri. Kedua, dalam pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, guru diharap berhati-hati dalam mengisi definisi kurikulum. “Bila ada hambatan dalam pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), gunakan menu bantuan. Karena menurut panitia pusat, bila ada pertanyaan pada hari itu, maka harus dijawab pada saat itu juga,” pesannya. (*)
Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
UNAIR Sosialisasikan SNMPTNSBMPTN di Kabupaten Tuban UNAIR NEWS – Universitas Airlangga bekerjasama dengan Kancab Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban sukses melaksanakan sosialisasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) untuk wilayah Kabupaten Tuban. Sosialisasi ini dilaksanakan di Aula SMK Negeri 1 Tuban, Jawa Timur, Kamis (26/1). Hadir dan sekaligus membuka sosialisasi ini adalah Drs. Edi Sukarno, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Tuban, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Selain itu juga sedikitnya 80 guru-guru SMA/SMK/MAN, tujuh diantaranya kepala sekolah, dan seorang Penilik Sekolah. Guru yang mengikuti sosialisasi kebanyakan guru bidang BK (Bimbingan dan Konseling). Bertugas memberikan sosialisasi dari Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR adalah Dr. Moh Anam Al-Arif, MP., Drh., Ikhsan Rosyid, SS., dan Bambang Edy Santosa, SE dari Pusat Informasi dan Humas (PIH). Dalam sambutannya, Drs. Edi Sukarno antara lain mengatakan, pertemuan semacam ini penting sekali dan sangat diharapkan oleh para guru dan pengelola sekolah, karena diharapkan bisa menggali informasi secara akurat mengenai penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi tahun ini. Sebab dengan hanya mengandalkan situs/website di jalur resmi, terkadang masih ada
yang salah tafsir dan kurang jelas. Dengan adanya pertemuan maka bisa diadakan dialog, tanya jawab, dan informasi menjadi jelas. ”Dengan kejelasan informasi secara akurat, kami berharap jumlah siswa dari Kabupaten Tuban menjadi bertambah jumlahnya yang diterima kuliah di perguruan tinggi negeri,” kata Edi Sukarno.
KETUA Tim sosialisasi dari UNAIR Dr. Moh Anam Al-Arif, MP, Drh memberikan cinderamata UNAIR kepada Kakancabdin Pendidikan Kab. Tuban Drs. Edi Sukarno (kanan). (Foto: BE Santoso) Dalam kesempatan ini Dr. Moh Anam Al-Arif dan Ikhsan Rosyid saling melengkapi menerangkan mengenai aturan baru dalam SNMPTN dan SBMPTN tahun 2017. Baik mengenai pengisian PDSS oleh pihak sekolah hingga finalisasinya, termasuk kuota penerimaan SNMPTN tahun ini yang menurun, yakni minimal 30 persen, SBMPTN minimal 30 persen, dan jalur Mandiri maksimal 10 persen. Sedang tahun lalu jalur SNMPTN sebesar 40 persen. Dalam dialog tanya jawab, antara lain dipertanyakan mengenai pengaruh nilai rapot dalam pemeringkatan siswa. Bahkan juga
ditanyakan tentang finalisasi data oleh sekolah, khususnya apa saja yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah, termasuk persoalan linierisasi jurusan yang dipilih. Kemudian pengaruh nilai UNAS dalam SBMPTN, indeks sekolah dan pengaruh rekam jejak alumni sekolah di sebuah PTN, serta prestasi-prestasi yang bisa dicantumkan sebagai tambahan pertimbangan. Termasuk yang menarik ditanyakan mengenai persyaratan Bidikmisi dan cara-cara pengajuannya. Bahkan penentuan mengenai uang kuliah tunggal (UKT) juga menjadi topik hangat. Diantara guru ada yang berharap UKT tahun 2017 ini tidak naik, bahkan berharap kalau bisa menurun. Dalihnya, sebagai siswa asal daerah pedesaan, faktor biaya kuliah menjadi pertimbangan melanjutkan-tidaknya studi mereka. “Ada siswa kami tahun lalu diterima di sebuah PTN di luar Jawa dengan mengajukan Bidikmisi. Ia lolos SBMPTN, tetapi setelah diverifikasi ternyata Bidikmisinya tidak lolos. Akhirnya siswa tersebut batal kuliah karena tidak mampu membayar UKT sebesar Rp 5 juta/semester,” kata seorang guru. (*) Penulis: BE Santoso
UNAIR Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru di Tiga Kabupaten UNAIR NEWS – Memasuki masa-masa penerimaan mahasiswa baru, Universitas Airlangga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan mengadakan acara sosialisasi mengenai seleksi penerimaan mahasiswa baru. Acara dilangsungkan di Sekolah Menengah Atas Negeri I, Bluluk, Lamongan, Rabu (25/1).
Acara sosialisasi itu dihadiri oleh kepala sekolah SMA negeri dan guru bimbingan konseling (BK) se-Kabupaten Lamongan. Tujuannya, untuk memaparkan informasi mengenai penerimaan mahasiswa baru yang akan dihadapi para pelajar kelas XII. Pasalnya, sebentar lagi mereka akan mengikuti seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan seleksi bersama perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Dari UNAIR, pihak yang memberikan pemaparan materi adalah Sekretaris Pusat Informasi dan Humas Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes. Dalam paparannya, Bimo mengatakan bahwa kuota penerimaan mahasiswa baru tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Tahun ini, kuota penerimaan SNMPTN sebanyak minimal 30 persen, SBMPTN minimal 30 persen, dan jalur Mandiri maksimal 10 persen. Dalam sosialisasi tersebut, ada salah satu guru menanyakan perihal pilihan program studi yang menjadi prioritas. “Bagaimana bila UNAIR ditempatkan bukan pada pilihan pertama?,” tanya salah satu guru. Menanggapi pertanyaan itu, Bimo mengatakan bahwa UNAIR tak menerima siswa yang menempatkan perguruan tinggi tertua di Indonesia wilayah Timur itu bukan sebagai pilihan pertama. “Bahwa bagaimana kita bisa membuka siswa yang memilih UNAIR sebagai pilihan kedua, ketika siswa yang menjadikan UNAIR sebagai pilihan pertama saja sudah membludak melebihi kuota,” tutur Bimo. Sosialisasi penerimaan mahasiswa baru ke daerah-daerah menjadi tugas rutin setiap tahunnya bagi UNAIR. Tahun ini, UNAIR mendapat jatah wilayah sosialisasi di Kabupaten Lamongan, Tuban, dan Bangkalan. Tahun sebelumnya, UNAIR mendapat tugas sosialisasi ke wilayah Nganjuk, Mojokerto, dan Surabaya.
Penulis: Agus Irwanto
Editor: Defrina Sukma S
Peserta SNMPTN Disarankan Pilih Jurusan yang Linier UNAIR NEWS – Pertanyaan yang kerap muncul mengenai penerimaan mahasiswa baru adalah kebimbangan para pelajar kelas XII dalam menentukan program studi (prodi). Misalnya, mengenai pemilihan prodi lintas jalur dalam seleksi nasional mahasiswa perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Menjawab keraguan itu, Ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) Universitas Airlangga (UNAIR) Drs. Suko Widodo, M.Si., menyarankan agar para calon peserta SNMPTN memilih jurusan yang linier. “Mengapa? Karena penilaian SNMPTN telah menetapkan mata pelajaran-mata pelajaran yang dinilai di masing-masing jurusan,” tutur Suko. Bagi pelajar jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), jejak rekam akademis rapor yang dinilai meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, dan Biologi. Bagi pelajar ilmu pengetahuan sosial (IPS), nilai rapor yang dilihat adalah mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi. Sedangkan, pelajar jurusan bahasa meliputi Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Sastra Indonesia, Antropologi, dan salah satu bahasa asing. “Sehingga ketika anak IPA memilih jurusan IPS maka secara otomatis nilai-nilai mata pelajaran Ekonomi, Sosiologi, dan Geografi akan kosong. Dengan begitu disarankan untuk SNMPTN memilih jurusan yang linier,” imbuhnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Suko dalam acara Talkshow Campus Expo yang diadakan oleh Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Kota Surabaya. Acara yang dihadiri oleh pelajar SMA se-Surabaya dan sekitarnya digelar Kamis (19/1) di DBL Arena Surabaya. Selain penjelasan mengenai pemilihan prodi lintas jurusan, Suko juga memaparkan secara singkat mengenai jalur penerimaan mahasiswa baru di UNAIR. Pada tahun 2017, UNAIR menerima mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN, SBMPTN (seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri), dan Mandiri. Terkait dengan perubahan kuota, UNAIR mengikuti aturan yang ditetapkan panitia pusat yakni minimal 30 persen untuk SNMPTN, minimal 30 persen untuk SBMPTN, dan maksimal 30 persen untuk Mandiri. Sedangkan, sisa 10 persen bergantung kebijakan masing-masing PTN. Selain perubahan kuota jalur penerimaan, sekolah dengan akreditasi A memiliki kuota 50 persen, akreditasi B 30 persen, akreditasi C 10 persen, dan non akreditasi 5 persen. Antusiasme audiens terlihat ketika sesi tanya jawab. Salah seorang siswa SMA Negeri 13 Surabaya, Tomy, menanyakan perihal indeks penilaian SNMPTN yaitu indeks prestasi kumulatif (IPK) alumni asal sekolah yang berkuliah di kampus tersebut. “Penilaian alumni tidak hanya dari yang lolos SNMPTN namun juga SBMPTN, dan Mandiri. Selain itu, IPK alumni juga berpengaruh pada track record sekolah tersebut,” tutur Suko. Pertanyaan lainnya yang muncul dari salah satu orang tua siswa dari SMA Muhammadiyah Surabaya. Ia menanyakan alur pendaftaran SNMPTN. “Apakah bisa siswa sekolah swasta mendaftar SNMPTN? Lalu, siapa pihak yang melakukan pengisian data?,” tanya seorang peserta talkshow. Menanggapi pertanyaan itu, Suko menegaskan bahwa sekolah negeri, swasta maupun kejuruan bisa mendaftar SNMPTN dengan
mengikuti ketentuan-ketentuan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Terkait pengisian data, diawali dari pangkalan data dan sekolah (PDSS) yang diisikan oleh pihak sekolah. Apabila siswa lolos dalam kuota berdasarkan akreditasi sekolah, tiap siswa akan mendapatkan kode voucher dari pihak sekolah untuk memverifikasi data yang telah diisikan sekolah dan memilih prodi yang diinginkan. Di akhir acara, Suko memberikan nasihat kepada para siswa, guru, dan orang tua murid. “Pilihlah program studi sesuai dengan minat dan bakat. Pilihlah sesuai passion Anda,” pungkasnya.
Penulis: Hedy Dyah Syahputri Editor: Defrina Sukma S
SNMPTN 2017 Lebih Selektif, Sesuai Pemeringkatan Panitia Pusat UNAIR NEWS – Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) akan dibuka pada Februari mendatang. Sosialisasi pun digalakkan untuk memberikan informasi yang akurat kepada calon mahasiswa. Panitia pusat pun mengundang seluruh Unit Humas (Hubungan Masyarakat) seluruh PTN seIndonesia untuk mengikuti sosialisasi SBMPTN dan SNMPTN 2017 pada Jumat,(13/1), di Century Park Hotel, Jakarta.
Terkait SNMPTN, kuota penerimaan siswa dengan prestasi unggul akan dibatasi dengan ketentuan berdasarkan akreditasi sekolah. Bagi sekolah dengan Akreditasi A, 50% terbaik di sekolahnya berhak mengikuti SNMPTN; Akreditasi B, 30% terbaik; Akreditasi C, 10% terbaik; Belum terakreditasi, 5% terbaik di sekolahnya. Dalam SNMPTN kali ini, tidak ada pemeringkatan siswa dari pihak sekolah. Sehingga, pemeringkatan hanya dilakukan oleh panitia pusat. “Tidak ada pemeringkatan dari sekolah, karena sistem pemeringkatan yang berbeda antar sekolah, maka pemeringkatan dilakukan oleh panitia pusat,” jelas Sekretaris Pusat Informasi dan Humas UNAIR Dr. drh. Bimo Aksono, MS. Untuk pemeringkatan oleh panitia pusat, calon peserta SNMTPN harus memiliki nilai rapor semester 1 sampai semester 5 (bagi siswa SMA/SMK/MA atau sederajat tiga tahun) atau nilai rapor semester 1 sampai semester 7 (bagi SMK empat tahun), yang telah diisikan pada Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Terkait pengisian PDSS oleh sekolah, kali ini harus diisi dan dilengkapi sejak awal pengisian. Pasalnya, banyak kasus dari sekolah calon peserta yang melompati pengisian data PDSS, namun lupa untuk tidak mengulang atau mengecek lagi. “Banyak kasus yang lupa tidak mengisi lagi, niatnya diloncati dulu karena bisa diisi nanti, tapi kelupaan, maka secara administrasi dinyatakan gagal,” ujar Bimo. Guna memperketat ketentuan pengisian PDSS, panitia pusat telah melampirkan surat pernyataan yang ditujukan kepada para Kepala Sekolah atau penanggung jawab pengisian PDSS. Sehingga, pengisian PDSS akan dilakukan dengan hati-hati dan benar. “Pada akhir pengisian, Kepala Sekolah harus mengisi surat pernyataan,” tandas Bimo. Setelah data PDSS diisi oleh pihak sekolah, siswa calon peserta harus melakukan verifikasi data rekam jejak prestasi
akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugasi oleh Kepala Sekolah dengan menggunakan NISN dan password yang telah diberikan kepada masing-masing Kepala Sekolah. Apabila siswa tidak melaksanakan verifikasi data rekam jejak prestasi akademik (nilai rapor) yang diisikan oleh Kepala Sekolah atau yang ditugaskan oleh Kepala Sekolah maka data yang diisikan dianggap benar dan tidak dapat diubah setelah waktu verifikasi berakhir. Selama pihak sekolah belum selesai finalisasi pengisian PDSS, maka siswa belum bisa melihat PDSS. Menurut Bimo, para siswa calon peserta harus berhati-hati dalam mengecek data dari sekolah. Pasalnya, apabila ada kesalahan data, akan dianggap gagal walaupun siswa calon peserta diterima di SNMPTN. “Jika ada permasalahan dengan PDSS, silakan menggunakan menu bantuan,” pungkasnya. Untuk informasi resmi terkait jadwal dan ketentuan pelaksanaan SNMPTN 2017, dapat diakses melalui: http://snmptn.ac.id/ Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S
Sederet hal Menarik yang Kamu Temui Jika Kuliah di Ilmu Sejarah UNAIR UNAIR NEWS – Sebagian dari kita, mungkin, menganggap bahwa mempelajari sejarah adalah hal yang membosankan. Hal itu disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yakni metode
pembelajaran sejarah yang kita terima di bangku sekolah tidak cukup efektif untuk membuat siswa menyenangi ilmu yang sesungguhnya penting ini. Betapa tidak, ilmu sejarah mengajak kita mempelajari rekaman peristiwa masa lalu dari semua dimensi kehidupan yang bisa menjadi penentu langkah kebijakan di masa depan. Kali ini, bersama Gayung Kasuma, S.S., M.Hum., selaku Koordinator Program Studi Ilmu Sejarah UNAIR, tim UNAIR NEWS mengulas tentang beberapa hal menarik jika anda kuliah di Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga. Selengkapnya sebagai berikut. 1. Dari Penulisan Kreatif, Membuat Film, Hingga Interpretasi Kebenaran Pada Prodi Ilmu Sejarah UNAIR, ada mata kuliah Penulisan Kreatif yang mengajarkan mahasiswa untuk menulis opini, feature, artikel, puisi, hingga menulis di media massa. Karya tulis yang dihasilkan dalam mata kuliah ini kemudian diterbitkan ke dalam sebuah buku. Tentunya, topik Penulisan Kreatif ini tetap dengan nuansa sejarah. Ada juga mata kuliah Visualisasi Sejarah. Karya yang dihasilkan mata kuliah ini yaitu film dokumenter yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Film merupakan media yang cukup efektif dalam penyampaian pesan, utamanya sebuah peristiwa sejarah. Departemen Ilmu Sejarah UNAIR pada tahun 2011 lalu, mendapat dana dari Program Hibah Kompetisi Institusi (PHKI) untuk sarana prasarana untuk perlengkapan membuat video oleh mahasiswa. “Ini mata kuliah yang saya kira mendukung. Apalagi ada wacana jangka panjang, syarat lulus tidak harus berupa skripsi yang dicetak, tapi bisa jadi seseorang yang punya kemampuan merekam masa lalu melalui sebauh film,” ujar Gayung.
Selain itu, mahasiswa diajak menginterpretasi peristiwa melalui matakuliah Metodologi dan Praktik Penelitian Sejarah yang di dalamnya terdapat kritik sumber. Seringkali, peristiwa sejarah memiliki beragam versi. Melalui kritik sumber, mahasiswa diajak untuk menafsirkan peristiwa sejarah dari beragam sumber. “Ada ucapan di kalangan akademisi bahwa sejarah itu milik orang yang menang, milik orang yang berkuasa. Kita tidak bisa menampik itu. Bisa jadi itu benar. Karena ditonjolkan untuk kepentingan tertentu. Bisa jadi ada relasi dengan kekuasaan, politik, dan beberapa kepentingan. Oleh karena itu ada kritik sumber,” ujar Gayung. 2. Peristiwa Sejarah Itu Tidak Pernah Titik “Perlu dicatat bahwa peristiwa sejarah itu tidak pernah titik, dia koma. Tidak akan berakhir sebuah peristiwa menjadi absolut,” ujar Gayung. Apa artinya? Selama proses temuan sumber yang baru, akan ada klarifikasi atau pelurusan sejarah. Di dalam prinsip sejarah ada istilah subjektifitas dan objektifitas. Selama penulisan sejarah hanya ditemukan sumber sebatas itu, ya hanya sebatas itu sejarah tercatat. Seperti kata Gayung, selama ada sumbersumber sejarah yang baru, maka sejarah akan ditulis ulang. 3. Menerima Keberagaman Versi Melalui kritik sumber, mahasiswa diajak menelaah sebuah peristiwa sejarah yang bersumber dari beragam versi. Mahasiswa harus memperhatikan beberapa hal, seperti siapa penulis sejarah dan dari mana sumber sejarah itu ditulis. “Oleh karena itu, dalam sejarah bangsa kita ada berbagai peristiwa-peristiwa yang menjadi kontrovesi. Akhirnya, belajar sejarah itu kita menerima beragam versi. Nanti kita akan menentukan terhadap Kritik Sumber,” kata Gayung.
Misalnya saja, materi sejarah di buku sekolah mengatakan bahwa Indonesia dijajah Belanda hingga 350 tahun lamanya. Namun, ketika masuk perguruan tinggi dan mempelajari sejarah, akan kita temukan fakta-fakta yang beragam. Sebab ternyata, Belanda membutuhkan waktu 300 tahun untuk menguasai wilayah-wilayah di Indonesia. Hal itu seperti yang dituturkan Gj Resink dalam bukunya Bukan 350 Tahun Dijajah (2012), dan Jos Wibisono dalam artikelnya di Majalah Historia berjudul Mitos 350 Tahun Penjahan (13/09/2011). Hal itu adalah contoh kecil betapa peristiwa sejarah di masa lalu, memiliki beragam versi sesuai kepentingan penulisnya. Pemahaman mahasiswa menjadi banyak dan beragam. Pada peristiwa G30S/PKI misalnya, kita tidak hanya mendapatkan cerita dari satu sumber saja. Namun bisa beragam sumber seperti versi pemerintah, versi tentara, versi pelaku, hingga versi korban. 4. Belajar dengan Berkunjung Langsung ke Sumber Sejarah Semua mata kuliah yang ditawarkan pada prodi Ilmu Sejarah, mengharuskan mahasiswa untuk berkunjung di tempat-tempat bersejarah. Misalnya, pada mata kuliah Musiologi mahasiswa berkunjung ke museum. Sehingga, belajar sejarah tidak melulu duduk di bangku dan membaca buku. Tapi berkunjung langsung ke objek peristiwa sejarah tersebut. 5. Museum Sejarah dan Budaya Adalah Satu-satunya di Indonesia Sejak Desember 2016 lalu, telah resmi dibuka Museum Sejarah dan Budaya UNAIR yang dikelola oleh Departemen Ilmu Sejarah. Museum ini menjadi musem ketiga di UNAIR setelah Museum Etnografi (FISIP) dan Museum Pendidikan Dokter (FK). Museum Sejarah dan Budaya UNAIR ini menyimpan benda-benda seperti buku kuno dan arsip penting dalam penelitian sejarah, serta foto dan benda yang merepresentasikan kegiatan sehari-hari manusia pada masa lalu, seperti proyektor kuno, keris, pedang, tombak, dan wayang. 6. Ilmumu Berguna Dimanapun Kamu Bekerja
Dari beragam ilmu yang diberikan itu, mahasiswa sejarah memiliki bekal kreatifitas dan softskill yang bisa diaplikasikan di tempat ia bekerja usai lulus kuliah. Gayung mengatakan, sebaran lulusan Ilmu Sejarah bekerja pada bidang yang beragam. “Lulus tidak harus kerja di bidang sejarah, tapi ekspresi diri berangkat dari sejarah. Di perusahaan misalnya, mahasiswa sejarah bisa menjadi orang yang melihat rekam perusahaaan di masa lalu. Mengapa mengalami kemunduran maupun kemajuan? Analisis itu untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan perusahaan,” ujarnya. Jika bekerja di bidang yang linier dengan bidang sejarah, salah satu pilihannya yaitu bekerja di bidang museologi, bekerja di permusiuman dengan menjadi kurator. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
Peduli Mahasiswa Kurang Mampu, UNAIR Canangkan Perubahan Mekanisme UKT UNAIR NEWS – Sebentar lagi, gerbang menuju kampus idaman akan dibuka. Calon mahasiswa siap bersaing untuk memperebutkan jatah kursinya di Perguruan Tinggi (PT) yang diharapkan. Berbagai persiapan telah dipertimbangkan sematang mungkin oleh pihak PT. Begitu juga dengan Universitas Airlangga (UNAIR). Dalam jumpa pers sosialisasi SNMPTN, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA mengatakan, UNAIR memiliki
sedikit perubahan dalam mekanisme prosedur pembayaran UKT (Uang Kuliah Tunggal). “Secara nominal, UNAIR tidak ada perubahan, hanya saja mekanismenya yang sedang kita pelajari,” ujarnya di hadapan awak media di Ruang Rektor, pada Senin (16/1). Berkaca pada banyaknya mahasiswa yang meminta keringanan UKT, Prof. Nasih mengungkapkan akan ada sedikit perubahan. “Kasus kita, ada mahasiswa yang dapat UKT 5. Namun di semester berikutnya minta keringanan, itu yang sedang kami pelajari. Nah, kita sedang merancang prosedur untuk pembayaran di awal, jadi dalam bentuk sumbangan universitas. Tapi nanti UKT-nya jadi lebih ringan,” jelasnya. Pertimbangan tersebut tercetus karena adanya perubahan kondisi ekonomi mahasiswa yang tak menentu. Kendati secara perhitungan menurun, namun menurut Prof. Nasih manfaatnya akan terasa secara sosial. “Ya kan banyak mahasiswa yang ditengah jalan ditinggal orang tuanya, atau di PHK (Putus Hubungan Kerja,red). UNAIR tetap menjamin, bagi mereka yang tidak mampu juga akan kami pikirkan,” ujarnya. “Kita ingin teman-teman kita yang tidak mampu juga bisa bersaing,” tambahnya. Namun prosedur tersebut masih mengikuti respons dari masyarakat. Apabila masyarakat menanggapi dengan positif, bukan tidak mungkin hal tersebut akan terealisasi. Namun, apabila respons masyarakat negatif, maka UNAIR akan tetap mengacu pada prosedur pembayaran UKT sebelumnya. Selain itu, terkait beasiswa bidik misi, Prof. Nasih menyerukan seluruh calon mahasiswa kurang mampu agar mendaftarkan diri pada program Bidikmisi. Kendati selama ini ada anggapan bahwa mahasiswa pelamar Bidikmisi yang tidak diterima di SNMPTN dan SBMPTN akan gagal. Namun, di UNAIR, mahasiswa Bidikmisi lewat jalur mandiri pun akan dipertimbangkan.
“Jadi jangan khawatir tidak diterima di jalur SBMPTN atau SNMPTN, karena UNAIR juga mempertimbangkan Bidikmisi lewat jalur mandiri,” jelasnya. “Mereka yang kaya kan bisa les privat, manggil guru ke rumah untuk ngajari juga bisa jadi lolos SNMPTN itu sudah lumrah. Nah, yang tidak mampu ini harus kita pikirkan,” imbuhnya. Terkait jumlah kuota penerimaan SNMPTN dan SBMPTN yang menurun, Prof. Nasih mengungkapkan bahwa pihaknya ingin lebih selektif dalam penerimaan calon mahasiswa baru. Menurutnya, hanya siswa yang punya potensi untuk masuk PT saja yang diterima. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Nasih juga sempat memberikan komentar terkait penggunaan tes masuk PT menggunakan sistem CBT (Computer Based Test). Untuk tahun ini, kuota tes melalui CBT secara nasional berjumlah 30.000 peserta. Sedangkan, UNAIR akan menyediakan kuota tes CBT sekitar seribu peserta. “Ke depan, CBT akan terus didorong. 30.000 itu masih gak sampai 5 persen dari total, itu kecil sekali. Oleh karena itu kita akan mendorong, kita mensupport penuh kebijakan itu,” pungkasnya.(*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Rektor UNAIR Ajak Calon Mahasiswa Termuda Berbincang UNAIR NEWS – Salah satu yang menarik perhatian dalam proses pendaftaran ulang calon mahasiswa baru Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Airlangga Convention
Center, Universitas Airlangga, Selasa (31/5), adalah kehadiran Rania Tasya Ifadha. Gadis berusia 15 tahun itu berhasil diterima pada program studi S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, UNAIR, tahun angkatan 2016. Rania jauh-jauh datang dari Semarang, Jawa Tengah, ke UNAIR dengan didampingi oleh ibunda tercinta, Suhartini. Mereka tiba di Surabaya sejak Senin (30/5), dengan diantar sang ayah Hasanudin. Namun, sang ayah tidak bisa menemaninya daftar ulang karena harus bergelut dengan pekerjaannya sebagai pelayar. Di hadapan ribuan calon mahasiswa baru UNAIR, Rektor Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, mengundang Rania dan ibunda untuk sejenak berbincang. “Saya undang calon mahasiswa baru Universitas Airlangga yang lahir pada bulan Februari tahun 2001. Berarti dia baru berusia 15 tahun dan diterima di Fakultas Kedokteran,” undang Rektor UNAIR yang disambut dengan tepukan tangan hadirin. Rania menuturkan, tekad menjadi dokter sudah tertanam sejak ia masih kecil. Ia tak ingin profesi dokter hanya sebatas citacita. Rania juga berkeinginan untuk hidup mandiri dan bersekolah di luar provinsi tempat ia tinggal. Setelah mendengar reputasi prodi S-1 Pendidikan Dokter FK UNAIR yang baik, maka ia memutuskan untuk mendaftar pada prodi tersebut. “Pertama sih, ada tekad dalam diri sendiri. Dari kecil saya ingin menjadi dokter, apalagi Pendidikan Dokter UNAIR memiliki akreditasi A. Selain memang udah minat, saya juga ingin mencoba ke tempat lain yang jauh dari rumah,” cerita Rania. Setelah diterima di FK UNAIR, Rania berharap agar ia bisa menjalani kuliah dengan lancar dan bisa menjadi dokter yang baik bagi masyarakat. “Semoga saya bisa menjadi dokter yang baik, menjalankan amanah, dan bisa membantu orang,” imbuh Rania. Sejak usia dua tahun, Rania sudah duduk di bangku PAUD
(pendidikan anak usia dini). Kemudian pada usia lima tahun, Rania mulai belajar di bangku sekolah dasar (SD). Ketertarikannya pada program kelas akselerasi dimulai sejak ia diterima di salah satu sekolah menengah pertama di Semarang. Pada saat itu, ibunya mencoba memantik minat Rania untuk mendaftar pada program kelas akselerasi. “Waktu SD-nya belum akselerasi. Pas SMP, saya ingin mencoba. Alhamdulillah, keterima. Kok, SMA ingin lagi. Ya saya daftar,” cerita Rania dengan didampingi ibunda. Dalam kesempatan wawancara bersama wartawan, Rektor UNAIR mengatakan pihaknya tak akan memberikan perlakuan khusus secara akademik maupun finansial kepada Rania. “Kalau perlakuan khusus, nanti dikira diskriminasi. Rania juga membayar tergantung UKT juga. Kalau berasal dari keluarga kaya, ya, berarti termasuk kelompok UKT VII,” canda Rektor UNAIR. Namun, Prof. Nasih tidak menampik akan memberikan bantuan psikologis kepada Rania, mengingat usianya yang masih amat belia tapi sudah akan menjalani kuliah. Menurut Prof. Nasih, hal ini wajar karena berdasarkan usia Rania, ia seharusnya masih belajar di bangku SMP. Prof. Nasih juga mengingatkan kepada Rania agar dirinya aktif bersosialisasi dengan rekan-rekan mahasiswa lainnya. “Di perguruan tinggi, tidak hanya sebatas kemampuan akademik yang ditonjolkan, maka Rania nanti perlu menyeimbangkan diri dengan cara berorganisasi, dan pelatihan. Kalau akademik, saya sudah yakin dengan kemampuan Rania. Ada bidang lain yang juga perlu ditekuni,” pesan Rektor. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
2.018 Mahasiswa Baru Jalur SNMPTN Berpeluang Daftar Ulang UNAIR NEWS – Sebanyak 2.018 calon mahasiswa baru Universitas Airlangga yang diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) hadir untuk mengikuti registrasi ulang di Airlangga Convention Center, Selasa (31/5). Tahap registrasi ulang ini dilakukan bersamaan dengan computer-based test (CBT) dan paper-based test (PBT) seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Jumlah 2.018 itu belum ditambah dengan 20 orang yang tidak hadir dalam tahap pendaftaran ulang pada Selasa (31/5). Salah satu dari mereka yang tidak hadir tercatat dengan alasan sakit. Jumlah tersebut akan difinalisasi pada Jumat (3/6) usai verifikasi berkas daftar ulang. Dari jumlah yang hadir pada proses daftar ulang, calon mahasiswa baru dengan angka terbanyak berasal dari program studi S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR sebanyak 127 orang. Disusul dengan prodi S-1 Akuntansi sebanyak 115 orang, dan S-1 Pendidikan Dokter sebanyak 102 orang. Proses registrasi ulang itu dilakukan setelah mereka melalui pra pendaftaran ulang yang dilaksanakan melalui regmaba.unair.ac.id yang dilakukan pada tanggal 11 – 17 Mei 2016. Setelah melalui pra pendaftaran ulang, calon mahasiswa baru diwajibkan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) sesuai dengan besaran yang telah ditetapkan. Pada proses registrasi ulang kali ini, calon mahasiswa baru diharuskan untuk membawa kelengkapan berkas berupa kartu
peserta SNMPTN 2016, dan ijazah sekolah menengah atas atau sederajat, atau membawa surat keterangan lulus dari sekolah. Peserta sudah memenuhi hall ACC UNAIR sejak pukul 08.00 WIB. Acara registrasi ulang itu dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak., Direktur Pendidikan Prof. Dr. Dra. Ni Nyoman Tri Puspaningsih, M.Si. Hadir pula dua alumni UNAIR yaitu Aan Hunaifi, senior pada perusahaan multinasional Haankook asal Korea Selatan, dan Vania Santoso, pengusaha muda AV Peduli yang pernah menjadi Duta Lingkungan UNAIR 2009-2012. Kedua alumni ini memberikan berbagai motivasi dan pengalaman hidup kepada seluruh calon mahasiswa yang datang. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengucapkan selamat kepada calon mahasiswa baru. “Jangan disia-siakan. Gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Bukan mahasiswa UNAIR kalau hanya pintar tapi tidak bermoral,” pesan Rektor UNAIR. Setelah sambutan, Prof. Nasih berbaur dengan calon mahasiswa baru dari setiap fakultas. Mereka diberi kesempatan untuk meneriakkan yel-yel agar suasana ACC menjadi meriah. Seketika, atmosfer dalam ACC menjadi pecah karena keseruan yang diciptakan antara pimpinan UNAIR dan calon mahasiswa baru. Prof. Nasih juga mengajak calon mahasiswa baru termuda UNAIR, Rania Tasya Ifadha, naik ke panggung untuk berdialog sejenak. “Apa yang membuat Rania ingin menjadi dokter?,” tanya Rektor UNAIR. “Saya ingin membantu orang lain untuk berobat,” jawab gadis berusia 15 tahun yang diterima sebagai calon mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran. Aan, selaku alumni, memberikan motivasai dengan mengimbau kepada calon mahasiswa baru untuk mengasah kemampuan akademik dan softskill semaksimal mungkin pada masa kuliah. Aan juga memberikan tiga ide yang menarik yang bisa dikembangkan di masa depan, yakni inovasi bidang kesehatan, anti-penuaan dini, dan konversi energi. (*) Penulis : Defrina Sukma S.
Editor
: Binti Q. Masruroh