PERBEDAAN KECEMASAN ANTARA MAHASISWA KEDOKTERAN YANG MASUK LEWAT JALUR SELEKSI NASIONAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN) DAN SWADANA
SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
TAUFIK HIDAYANTO G0005190
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,19 Januari 2010
Taufik Hidayanto NIM. G0005190
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Perbedaan Kecemasan antara Mahasiswa Kedokteran yang Masuk Lewat Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan SWADANA Taufik Hidayanto, NIM / Semester: G0005190/IX, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Selasa, Tanggal 19 Januari 2010
Pembimbing Utama Nama : Yusvick M Hadin, dr., SpKJ NIP : 19490455.1976.09.1.001
....................................
Pembimbing Pendamping Nama : H.Djoko Suwito, dr., SpKJ NIP : 19580223.1985.11.1.001
....................................
Penguji Utama Nama : Prof. Dr. M Fanani, dr., SpKJ NIP : 19510711.1980.03.1.001
………………………
Anggota Penguji Nama : Made Setiamika, dr., SpTHT. NIP : 19550727.1983.12.1.002
....................................
Surakarta, ................................. Ketua Tim Skripsi
Sri Wahjono, dr., MKes. NIP 19450824.1973.10.1.001
Dekan FK UNS
Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr, MS. NIP 19481107.1973.10.1.003
ABSTRAK
Taufik Hidayanto, G0005190, 2010. Perbedaan Kecemasan antara Mahasiswa Kedokteran yang Masuk Lewat Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan SWADANA. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Jalur masuk Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekarang ini ada beberapa macam,yang paling banyak adalah SNMPTN dan SWADANA. Jalur masuk ini mempengaruhi tingkat kecemasan mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN dan SWADANA. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan skala LMMPI dan T-MAS. Dengan menggunakan uji hipotesis chi-square. Subjek penelitian adalah 60 sampel yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, terdiri dari 30 orang mahasiswa yang masuk lewat jalur SNMPTN dan 30 orang mahasiswa yang masuk lewat jalur SWADANA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN terdapat 14 orang yang mengalami kecemasan dan 16 orang yang tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pada Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA terdapat 23 orang yang mengalami kecemasan dan 7 orang yang tidak mengalami kecemasan. Dari uji statistik penelitian ini didapatkan X2hitung sebesar 5,711, sementara X2tabel (db = 1, α = 0.05) sebesar 3,841(p<0,005). Karena X2hitung lebih besar daripada X2tabel, sehingga hasil yang diharapkan signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN dan SWADANA.
Kata kunci : Kecemasan, SNMPTN, SWADANA
ABSTRACT
Taufik Hidayanto, G0005190, 2010. Anxiety Differences between the Entry Medical Students Through Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) and SWADANA. Medical Faculty of Sebelas Maret University. Types of admission to Medical Faculty of Sebelas Maret University. now there are several kinds, the most is SNMPTN and SWADANA. This pathway affects the level of student anxiety. The purpose of this study was to determine whether there are differences in anxiety among medical students coming through the SNMPTN and SWADANA. It is descriptively analytical research with cross sectional approach. It used questionnaire of biodata,questionnaire by L-MMPI and T-MAS scale. Then hypothesid test by Chi-square. This research involved 60 samples, Medical Faculty of Sebelas Maret University student which consists of 30 students who entered via the SNMPTN and 30 students who entered via the SWADANA. The results showed that medical students who entered via the SNMPTN 14 people who have experienced anxiety and 16 people who did not experience anxiety. While the medical students who entered via the SWADANA 23 people who have experienced anxiety and 7 people who did not experience anxiety. From this study statistical tests for X2Count obtained 5.711, while X2table (db = 1, α = 0.05) for 3.841 (p <0.005). Because X2Count greater than X2table, so the expected significant results. Thus, it can be concluded that there were statistically significant differences in anxiety among medical students coming through the SNMPTN and SWADANA.
Key words: Anxiety, SNMPTN, SWADANA
PRAKATA
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan berkat dan kasih-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan SWADANA” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas atas dukungan yang diberikan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Sri Wahjono, dr., MKes. selaku Ketua Tim Skripsi beserta seluruh staf skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bantuan. 3. Yusvick M Hadin, dr., SpKJ. selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 4. A.Djoko Suwito, dr., SpKJ. selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, nasehat, pengarahan, dan motivasi bagi peneliti. 5. Prof. DR. M Fanani, dr., SpKJ. selaku Penguji Utama yang telah menguji skripsi ini. 6. Made Setiamika, dr., SpTHT. selaku Anggota Penguji yang telah menguji skripsi ini. 7. Seluruh staf bagian Jiwa RSUD Moewardi yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini. 8. Papa, mama, adik, mbah, om dan tante tercinta yang senantiasa memberikan doa, cinta, bimbingan dan motivasi pada peneliti. 9. Distika, Ryan, Leon, kontrakan d’Orange, kontrakan melati indah, LAAS Solo, teman-teman PBL dan seluruh teman angkatan 2005 atas semangat dan bantuannya. Dalam menghadapi persaingan global, diperlukan individu-individu yang lebih mampu berkompetisi. Maka dari itu universitas negeri di Indonesia telah menetapkan beberapa jalur masuk yang mampu menyaring mahasiswa yang berkualitas dimasa depan, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi apakah terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara mahasiswa dengan dua jalur masuk yang berbeda. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bermanfaat untuk semua pihak, bagi ilmu kedokteran pada umumnya dan bagi pembaca pada khususnya.
Surakarta, 19 Januari 2010
Peneliti DAFTAR ISI
PRAKARTA……………………………………………………….................... vi DAFTAR ISI…………………………………………………………………… vii DAFTAR TABEL……………………………………………………………… ix DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………
x
DAFTAR SKEMA…………………………………………………………….. xi BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………
1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………...
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………
3
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….....
3
D. Manfaat Penelitian………………………………………………… 3 BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………..
5
A. Tinjauan Pustaka…………………………………………………..
5
B. Kerangka Pemikiran……………………………………………...
15
C. Hipotesis………………………………………………………….
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 16 A. Jenis Penelitian…………………………………………………...
16
B. Lokasi Penelitian…………………………………………………. 16 C. Subjek Penelitian…………………………………………………. 16 D. Teknik Sampling………………………………………................. 16E. Rancangan Penelitian……………………………………………… 17 F. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………………...
18
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………..………………
19
H. Instrumen Penelitian……............................................................... 20 I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data.....................................
20
J. Teknik Analisis Data……………………………………………… 21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................
22
A. Hasil Penelitian................................................................................. 22 BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………..
25
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN................................................................. 26 A. Simpulan.......................................................................................... 26 B. Saran................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 28 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN dan SWADANA Tabel 2. Perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan SWADANA.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Biodata Responden. Lampiran 2. Kuesioner Skala L-MMPI. Lampiran 3. Kuesioner Skala TMAS. Lampiran 4. Tabel hasil kuesioner TMAS.
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Pemikiran penelitian. Skema 2. Rancangan Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana-perasaan awal yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah atau resah), maupun respon fisiologis tertentu. Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang akan datang dengan ditandai dengan adanya kekhawatiran karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan (Gail, 2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang menjadi stressor dalam kehidupan mahasiswa adalah tuntutan dalam pendidikan. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk memahami, mendalami, dan mampu mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu faktor pencetus kecemasan pada mahasiswa. 1
Kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam pelajaran, tapi ketenangan jiwa juga mempunyai pengaruh atas kemampuan untuk menggunakan kecerdasan tersebut (Daradjat, 1988). Kecemasan tidak hanya mempengaruhi motorik dan viseral tetapi juga mempengaruhi
persepsi,
belajar,
dan
berpikir.
Kecemasan
cenderung
menghasilkan kebingungan dan distorsi persepsi. Distorsi tersebut dapat mengganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat, mengganggu kemampuan menghubungkan satu hal dengan yang lain (Kaplan dan Sadock, 2005). Karena itu dengan adanya kecemasan tentu akan mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Besarnya keinginan seorang siswa untuk melanjutkan jenjang pendidikan di kedokteran membuat mereka mencoba berbagai test masuk perguruan tinggi. Di UNS sendiri banyak sekali jalur masuk yang digunakan,tetapi yang paling banyak peminatnya adalah jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan jalur SWADANA. Jalur masuk perguruan tinggi negeri bisa menjadi faktor external penyebab kecemasan pada mahasiswa. Perbedaan jalur masuk antara SNMPTN dan SWADANA sangat mencolok,baik dari segi test maupun biaya masuk. SNMPTN di nilai lebih kompetitif karena diikuti oleh ribuan peserta dan persaingan sangat ketat sehingga siapapun yang lulus dari test tersebut akan mudah mengikuti kuliah di jurusan kedokteran. Lain halnya dengan jalur SWADANA yang diikuti oleh peserta yang tidak lulus SNMPTN, kurang kompetitif dan biayanya mahal
sehingga yang masuk lewat jalur SWADANA biasanya agak kesulitan mengikuti kuliah di jurusan kedokteran. Dari data di atas, peneliti ingin mengetahui adakah perbedaan kecemasan yang bermakna pada mahasiswa dengan penggunaan kedua jalur masuk tersebut.
B. Rumusan Masalah Apakah ada perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang Masuk Lewat Jalur SNMPTN dan SWADANA.
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang Masuk Lewat Jalur SNMPTN dan SWADANA.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang Masuk Lewat Jalur SNMPTN dan SWADANA. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi tim kemahasiswaan FK UNS tentang system peneriamaan mahasiswa baru
apakah sesuai dengan kejiwaan (khususnya kecemasan) mahasiswa dan agar dapat dicari solusi yang tepat untuk menyiasati masalah tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Kecemasan a.
Pengertian Kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari bahasa latin “augustus” yang berarti kaku dan “ango-ana” yang berarti mencekik. Kecemasan adalah kondisi emosional yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh perasaan-perasaan subjektif seperti ketegangan, ketakutan, dan kekhawatiran dan juga ditandai dengan aktifnya system saraf pusat (Trismiati, 2004). Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya ancaman dan memiliki kualitas menyelamatkan hidup. Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman akan sesuatu yang baru dan belum pernah dicoba (Kaplan dan Saddock, 2005). Kecemasan adalah suatu manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang sedang mengalami tekanan perasaan (fruktasi) dan pertentangan batin (konflik). Rasa cermas timbul akibat melihat dan mengetahui adanya bahaya yang mengancam dirinya (Daradjat, 1983).
5
Kecemasan merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatis yang menandakan suatu kegiatan berlebih dari susunan autonomik (Kaplan dan Sadock, 2005). b.
Epidemiologi Perkiraan yang diterima untuk prevalensi gangguan kecemasan umum satu tahun terentang antara 3 (tiga) sampai 8 (delapan) persen. Sebanyak 25% pasien yang ditemui psikiater didiagnosis mengalami gangguan kecemasan. Kemungkinan 50% pasien dengan gangguan kecemasan umum memiliki gangguan mental lainnya. Rasio wanita dan laki-laki kirakira 2 (dua) berbanding 1 (satu), tetapi rasio wanita dan laki-laki yang mendapat perawatan inap untuk gangguan tersebut adalah sama. Di negara berkembang yang padat penduduk seperti Pakistan prevalensi depresi dan kecemasan mencapai 33,62 %. Faktor-faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan timbulnya depresi dan kecemasan di negara tersebut mencakup status pendidikan yang rendah, status pernikahan (bercerai, janda, berpisah), dan status sebagai ibu rumah tangga (Khan et al., 2007). Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita,wanita lebih cemas akan ketidakmampuanya dibanding laki-laki, laki-laki lebih aktif dan eksploratif, sedangkan wanita lebih sensitive. Selain itu laki-laki berfikir lebih rasional dibandingkan dengan wanita yang berfikir cenderung emosional. Penelitian lain menunjukan bahwa laki-laki lebih rileks dibandingkan wanita (Trismiati, 2004).
c.
Etiologi Sebab-sebab kecemasan menurut Ngemron dan Masudi (2001) antara lain: 1) Ketakutan yang terus menerus karena kesusahan dan kegagalan yang bertumpuk-tumpuk. 2) Menurut Freud adanya keinginan atau pikiran dari alam bawah sadar yang tidak dapat dipersepsikan, hingga ditekan ke alam bawah sadar dan tidak dapat mampu diterima lagi. 3) Menurut Adler adanya kecenderungan menonjolkan diri yang terhalangi. Menurut Horney, sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan bersifat lebih umum. Dapat berasal dari berbagai kejadian dalam kehidupan atau dalam diri seseorang itu sendiri (Trismiati, 2004).
d.
Patofisiologi Kehidupan manusia selalu dipengaruhi oleh rangsangan dari luar dan dari dalam berupa pengalaman masa lalu dan faktor genetik. Rangsangan tersebut dipersepsi oleh panca indera, diteruskan dan direspon oleh sistem saraf pusat, sesuai pola hidup tiap individu. Bila yang dipersepsi adalah ancaman, maka responya adalah suatu kecemasan. Di dalam sistem saraf pusat, proses tersebut melibatkan jalur Cortex cerebri-Limbic sistem RAS (Reticular Activating System)-Hypothalamus yang memberikan impuls kepada kelenjar hipofise untuk mensekresikan mediator hormonal
terhadap target organ yaitu kelenjar adrenal, yaitu memacu sistem saraf otonom melalui mediator hormonal yang lain (catecholoamine). Hiperaktifitas sistem saraf otonom menyebabkan timbulnya kecemasan. Keluhannya sangat beraneka ragam seperti sakit kepala, pusing, serasa mabuk, cenderung untuk pingsan, banyak berkeringat, jantung berdebardebar, sesak napas, dan lain sebagainya. Pada penderita dengan gangguan kecemasan terdapat petunjuk adanya gangguan pada reseptor serotonin tertentu yaitu 5HT-1A, namun terbatas pada penderita dengan hipersekresi kortisol atau yang menunjukkan manfistasi berupa stress berat (Drevets et al., 2008). e.
Gejala Klinis Gejala
awal
sindrom
kecemasan
dapat
dikenali
dengan
memperhatikan adanya keluhan psikis dan somatis sebagai berikut (Mudjaddid, 2006): 1) Gejala psikis. Penampilan berubah, sulit konsentrasi, mood berubah, mudah marah, cepat tersinggung, gelisah, tak bisa diam, timbul rasa takut.
2) Gejala somatis. Sakit kepala, sistem
gangguan tidur, keluhan berbagai
kardiovaskular,
sebagainya
sistem
sistem,
misal
pernafasan, gastrointestinal dan
Selain gejala-gejala tersebut, menurut Kartini (2000), beberapa simptom kecemasan yang khas antara lain: 1) Terdapat hal-hal yang mencemaskan hati; hampir setiap kejadian menyebabkan timbulnya rasa takut dan cemas. 2) Disertai emosi-emosi kuat dan sangat tidak stabil 3) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delution of persecution (delusi dikejar-kejar) 4) Sering merasa mual dan muntah 5) Selalu dipenuhi ketegangan-ketengangan emosional dan bayanganbayangan kesulitan yang imajiner. Pada pemeriksaan fisik terdapat nadi yang sedikit lebih cepat (biasanya tidak lebih dari 100 per detik), pernapasan yang cepat, kadangkadang hiperventilasi dengan keluhan-keluhan yang menyertainya (Maramis, 2005). Penderita dengan gangguan kecemasan umum dapat pula menunjukkan disfungsi seksual atau berkurangnya rangsangan seksual (Kendurkar dan Kaur, 2008). f.
Penatalaksanaan Penatalaksanaan dari kecemasan secara garis besar adalah sebagai berikut (Kartini, 2000): 1) Menemukan sumber dari macam-macam ketakutan, kesusahan, dan kegagalannya
2) Memberikan jalan adjustment yang sehat serta memupuk kemauan dan motivasi agar orang yang bersangkutan berani memecahkan kesulitan hidupnya Terapi psikofarmaka juga bisa digunakan. Yang banyak digunakan oleh psikiater adalah obat anti cemas (anxiolytic) dan obat anti depresi (anti depressant) yang juga berkhasiat sebagai obat anti stress. Cara kerja psikofarmaka
ini
adalah
dengan
jalan
memutuskan
sirkuit
psikoneuroimunologi sehingga stressor psikososial yang dialami oleh seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektif, psikomotorik, dan organ-organ tubuh (Hawari, 2006). Penelitian menunujukkan
yang
dilakukan
Virtual
Reality
oleh (VR)
Gorini
dan
mempunyai
Riva
(2008)
potensi
dalam
penatalaksanaan pasien dengan GAD (General Anxiety Disorder). VR merupakan salah satu bentuk terapi yang menggabungkan perangkatperangkat teknologi audio dan visual untuk membantu proses relaksasi pasien. Perangkat-perangkat teknologi audio dan visual
tersebut akan
memudahkan pasien dalam menciptakan bayangan-bayangan dalam ingatan atau imajinasi yang menyenangkan sehingga dapat membantu proses relaksasi. Dengan demikian, relaksasi dapat dilakukan oleh pasien sendiri tanpa bantuan terapis.
2. SNMPTN
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) adalah salah satu cara untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Seperti kita tahu, perguruan tinggi negeri selalu mengadakan tes seleksi untuk calon mahasiswanya. Secara serentak, berbagai Perguruan Tinggi di seluruh Indonesia yang terbagi dalam berbagai rayon menyelenggarakan SNMPTN ini. Soal-soal SNMPTN berupa pilihan ganda, dengan nilai 4 untuk setiap jawaban benar, -1 untuk setiap jawaban salah, dan 0 untuk tidak menjawab. Jawaban dikerjakan di LJK (Lembar Jawab Komputer) dan dikoreksi dengan komputer. Untuk mencegah bocoran soal SNMPTN, biasanya para pemuat soal dikarantina satu atau dua hari menjelang waktu pelaksanaan SNMPTN (Pulangasih, 2008) Pelaksanaan SNMPTN 2009 di bawah koordinasi dan tanggung jawab Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI). Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri ini merupakan satu-satunya pola seleksi yang dilaksanakan secara bersama oleh seluruh Perguruan Tinggi Negeri dalam satu sistem yang terpadu dengan menggunakan soal yang sama atau setara dan diselenggarakan secara serentak.
3. SWADANA
SWADANA adalah progam penerimaan mahasiswa baru pendidikan tingkat Strata 1 yang diperuntukkan bagi mereka yang memenuhi syarat untuk menjadi mahasiswa S-1. Merupakan progam reguler yang kurikulum, proses belajar mengajar, staf pengajar dan sarana/prasarana lainnya adalah sama dengan mahasiswa yang diterima melalui progam PMDK maupun SNMPTN, hanya sumber pembiayaanya bersifat swadana (tanpa subsidi). Peserta SWADANA adalah peserta SNMPTN dan PMDK yang memenuhi syarat yang telah ditentukan. Penentuan calon mahasiswa swadana dilaksanakan
dengan mengolah data skor nilai PMDK atau skor nilai
SNMPTN dengan hasil skor yang memenuhi angka kewajaran diterima (Anonim, 2006).
4. PMDK Jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK) ini adalah jalur yang tidak menggunakan test,namun harus berprestasi sejak berada di SMA (Anonim, 2006). Jalur masuk PMDK sendiri di bagi menjadi 3 : a. PMDK Prestasi akademik b. PMDK Prestasi olahraga dan seni c. PMDK prestasi khusus
5. PBUS
Jalur penelusuran bibit unggul sekolah (PBUS) adalah jalur yang tidak menggunakan test,yaitu di seleksi dari mahasiswa yang tidak di terima pada pendaftaran jalur PMDK,tetapi biasanya biaya kuliah akan lebih mahal dari pada jalur PMDK (Anonim, 2006).
6. TMAS (The Taylor Minnesota Anxiety Scale) sebagai instrumen Dalam penelitian ini digunakan instrumen pengukur kecemasan Trait Manifest Anxiety Scale (TMAS) dari Janet Taylor. Tingkat kecemasan akan diketahui dari tinggi rendahnya skor yang didapatkan. Makin besar skor maka tingkat kecemasan makin tinggi, dan makin kecil skor maka tingkat kecemasan makin rendah. Kuesioner TMAS berisi 50 butir pertanyaan , dengan 2 pilihan ”ya” dan ”tidak”. Responden menjawab sesuai dengan keadaan dirinya dengan memberi tanda (X) pada kolom jawaban ya atau tidak. Jawaban ”ya” diberi skor 1 dan jawaban ”tidak” diberi skor 0. Kemudian seluruh skor dijumlahkan dan dicari rata-ratanya lalu dibandingkan dan diolah dengan menggunakan chi square. TMAS mempunyai derajat validitas yang cukup tinggi, akan tetapi dipengaruhi juga oleh kejujuran dan ketelitian responden dalam mengisinya (Azwar, 2007). Karena itu peneliti menggunakan tes
L-MMPI untuk
menghindari terjadinya perhitungan hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran responden. 7. L-MMPI (Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
Merupakan tes kepribadian yang terbanyak penggunaannya di dunia sejak tahun 1942. Dikembangkan oleh Hathaway (psikolog) dan Mc Kinley (psikiater) dari Universitas Minnesota, Mineapolis, USA sejak tahun 1930-an (Butcher, 2005). Dalam penelitian ini hanya dipergunakan skala L dalam keseluruhan tes MMPI. Skala L dipergunakan untuk mendeteksi ketidakjujuran subjek termasuk kesengajaan subyek dalam menjawab pertanyaan supaya dirinya terlihat baik (Graham, 2005). Tes ini berfungsi sebagai skala validitas untuk mengidentifikasi hasil yang mungkin invalid karena kesalahan atau ketidakjujuran subjek penelitian. Tes terdiri dari 15 soal dengan jawaban ”ya” atau ”tidak” atau ”tidak menjawab” dengan nilai batas skala adalah 10, artinya apabila responden mempunyai nilai ≥ 10 maka jawaban responden tersebut dinyatakan invalid.
B. Kerangka Pemikiran
Jalur masuk FK UNS
SNMPTN
SWADANA
- Peserta banyak - Biaya murah karena di subsidi - Lebih kompetitif - Mahasiswa terdiri dari golongan Kaya, Menengah keatas dan menengah kebawah
- Peserta terbatas - Biaya sangat mahal - Kurang kompetitif. - Mahasiswa hanya terdiri dari golongan Kaya dan Menengah keatas
Kurang cemas
Lebih cemas
Skema 1. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Terdapat perbedaan kecemasan yang bermakna antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN dan SWADANA.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional,yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurohman, 2004). B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. C. Subyek Penelitian Mahasiswa angkatan 2008. Jumlah mahasiswa angkatan 2008 yang masuk lewt jalur SNMPTN diambil sebanyak 30 orang dari 143 orang secara acak dan mahasiswa angkatan 2008 yang masuk lewat jalur SWADANA diambil sebanyak 30 orang dari 47 orang juga secara acak. D. Cara Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling. Purposive karena sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini yang dipilih sebagai subyek penelitian hanya mahasiswa angkatan 2008 saja.
16
Mahasiswa angkatan 2008 dipilih karena : 1. Merupakan angkatan pertama yang menggunakan jalur SNMPTN yang dulu disebut SPMB 2. Tekanan dari luar dianggap lebih rendah dibanding mahasiswa angkatan Lain karena masih baru Setelah dilakukan pencuplikan secara purposive sampling dilanjutkan pencuplikan dengan metode random sampling. Pencuplikan random sederhana dilakukan terhadap mahasiswa angkatan 2008 dimana masing-masing diambil 30 sampel secara acak antara mahasiwa SNMPTN dan SWADANA sehingga masing-masing subjek atau unit populasi memiliki peluang yang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel (Murti, 2006). E. Identifikasi Variabel 1. Variabel bebas Jalur masuk SNMPTN dan SWADANA 2. Variabel terikat Kecemasan 3. Variabel luar: Keadaan lain yang dapat menyebabkan kecemasan adalah : a. Kematian salah satu / semua anggota keluarga dalm waktu kurang dari 3 bulan. b. Perpisahan / perceraian orang tua. c. Menderita sakit kronis. F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas Mahasiswa FK UNS angakatan 2008 yang masuk melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan SWADANA. 2. Variabel terikat Kecemasan dalam penelitian ini adalah keadaan pada subjek penelitian, diukur dengan TMAS, sebagai cut off point yaitu : a. Cemas
: bila skor TMAS ≥ 21
b. Tidak cemas
: bila skor TMAS < 21
G. Rancangan Penelitian
Mahasiswa Kedokteran Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS
Angkatan 2008 (masuk lewat jalur SNMPTN )
Angkatan 2008 ( masuk lewat jalur SWADANA )
Formulir biodata + Kuesioner L-MMPI
Formulir biodata + Kuesioner L-MMPI
Kelompok kontrol
Subjek penelitian
Kuesioner TMAS
Kuesioner TMAS
Tidak cemas
Cemas
Tidak cemas
Chi Square
Skema 2. Rancangan Penelitian
Cemas
H. Instrumen Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 1. Formulir biodata 2. Kuesioner L-MMPI 3. Kuesioner TMAS I. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data 1. Responden mengisi biodata. 2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka kebohongan sampel. Bila responden menjawab “tidak” maka diberi nilai 1. Bila didapatkan angka lebih besar atau sama dengan 10 maka responden invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian. 3. Responden
mengisi
kuesioner TMAS
untuk
mengetahui
angka
kecemasan. Pengukuran kecemasan adalah dengan menggunakan kuesioner TMAS. Responden dinyatakan cemas bila jawaban “ya” sama atau lebih dari 21, dan tidak cemas bila jawaban “ya” kurang dari 21. Skala yang digunakan adalah skala nominal, skala yang paling sederhana disusun menurut kategorinya atau fungsi bilangan hanya sebagai simbol untuk mnembedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya. 4. Dilakukan random sampling untuk memperoleh jumlah tiap kelompok sebanyak 30 orang.
J. Teknik Analisa Data
Uji analisis yang digunakan adalah chi square (X2). Chi square adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. 2 Rumus dasar chi square adalah : X = å
( Fo - Fh) 2 Fh
Keterangan : X2= chi square Fo= frekuensi diperoleh dari sampel Fh= frekuensi yang diharapkan dari populasi Interpretasi nilai X2 sebagai berikut (Sugiono, 2005): 1. Derajat kebebasan untuk nilai-nilai X2 adalah 1 2. Taraf signifikasi yang dipakai adalah 5%, dengan ketentuan jika Xo (Xhitung)2 > Xh (Xtabel)2 5 %, maka nilai X2 kita katakan signifikan. Sebaliknya jika Xo (Xhitung)2 < Xh (Xtabel)2 5%, maka nilai X2 dikatakan non signifikan. Dengan : Xo = chi square yang diperoleh Xh = chi square yang diharapkan
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Setelah dilaksanakan penelitian terhadap 60 sampel yang telah memenuhi syarat, responden melakukan pengisian kuesioner dengan instrumen TMAS untuk mengetahui ada tidaknya kecemasan. Dari 60 sampel tersebut diperoleh data sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasar mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN dan SWADANA No. 1. 2.
Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN SWADANA Jumlah
Jumlah
Persentase
30 30 60
50% 50% 100%
Tabel 2. Perbedaan kecemasan antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan SWADANA
No. 1.
2.
Keterangan Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA Jumlah
Cemas
Tidak Cemas
Jumlah
14
16
30
23
7
30
37
23
60
22
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN terdapat 14 orang yang mengalami kecemasan dan 16 orang yang tidak mengalami kecemasan. Sedangkan pada Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA terdapat 23 orang yang mengalami kecemasan dan 7 orang yang tidak mengalami kecemasan. Dalam penelitian ini data yang didapat dianalisis dengan uji statistik chi square untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kecemasan. Untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh signifikan, terlebih dahulu dihitung derajat kebebasannya (db). Data yang diperoleh disajikan dalam tabel 2 x 2 sebagai berikut : Keterangan
Cemas
Tidak Cemas
a
b
c
d
Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA
Jadi : db = (jumlah lajur-1)(jumlah baris-1) = (2-1)(2-1) =1
Kemudian nilai X2 dihitung dengan rumus : X2 =
N (ad-bc)2 (a+b)(c+d)(a+c)(b+d) 60 (14.7-16.23)2
=
(14+16)(23+7)(14+23)(16+7) =
60.72900 765900
=
5,711
Berdasar taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan (db) 1, maka nilai X2 tabel adalah 3,841. Dari penelitian diperoleh nilai X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA lebih cemas daripada Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN.
BAB V PEMBAHASAN
Dari penelitian diperoleh hasil yang sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan kecemasan bermakna antara mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan SWADANA. Dimana Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA memiliki rata-rata skor TMAS yang lebih tinggi, dengan kata lain lebih cemas daripada Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Jalur
seleksi
SWADANA
kurang
kompetitif
dibandingkan
seleksi
SNMPTN,sehingga banyak mahasiswa SWADANA yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran. 2. Biaya yang sangat mahal menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa yang masuk lewat jalur SWADANA. 3. Mahasiswa yang masuk lewat jalur SNMPTN yang berhasil bersaing dengan ribuan peserta lain untuk masuk di kedokteran,lebih siap mengikuti pelajaran. Berdasar
faktor-faktor
tersebut
di
atas,
dapat
disimpulkan
adanya
kecenderungan mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA memiliki kemungkinan mengalami kecemasan lebih besar dibandingkan masuk lewat jalur SNMPTN.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut : 1. Mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SWADANA lebih cemas daripada mahasiswa kedokteran yang masuk lewat jalur SNMPTN. B. SARAN 1. Pihak Kemahasiswaan FK UNS perlu meninjau tentang sistem peneriamaan mahasiswa baru apakah sesuai dengan kejiwaan (khususnya kecemasan) mahasiswa
dan
perlu
mengantisipasi
terjadinya
kecemasan
dengan
memberikan pengarahan dan bimbingan kepada mahasiswa khususnya yang masuk lewat jalur SWADANA. 2. Bagi mahasiswa, perlu lebih meningkatkan kemampuannya dengan giat belajar, berpikir positif, menjadikan belajar sebagai suatu kebiasaan yang menyenangkan bukan sebagai tuntutan sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kecemasan.
26 3. Perlu penelitian lebih lanjut dan dengan sampel lebih besar untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Penerimaan mahasiswa baru. http://www.spmb.uns.ac.id. (2 juni 2009).
Azwar.2007.Konsep Pengukuran Validitas.Jakarta: Gunadharma Press, p:60.
Butcher J.N. 2005. A Beginner’s Guide to the MMPI-2. Second Edition. Washington D.C.: American Psychological Association, pp: 3-5
Daradjat Z. 1988. Kesehatan Mental. Jakarta: CV Aji Masagung, p:106.
Gorini A. dan Riva G. 2008. The potential of virtual reality as anxiety management tool: A randomized controlled study in a sample of patients affected by generalized anxiety disorder. Trials 9:25. http://www.trialsjournal.com/content/9/1/25 (16 Oktober 2008)
Graham J.R., 1990. MMPI-2 Assessing Personality and Psychopathology. New York: Oxford University Press, pp: 23-5
Gail S.W.2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC, p:144
Hawari D. 2006. Manajemen Stres, cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, pp: 130-2
Kaplan H.I dan Sadock B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara, pp: 2-3.
Kartini Kartono. 2000.Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju, pp: 120-1, 194-5
Kendurkar K. dan Kaur B. 2008. Major depressive disorder, obsessive-compulsive disorder, and generalized anxiety disorder: do the sexual dysfunctions differ? Prim Care Companion J Clin Psychiatry. 10(4): 299– 305.http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?tool=pubmed&pubme did=18787674 (16 Oktober 2008)
28
Khan H., Kalia S., Itrat A., Khan A., Kamal M., Khan MA., Khalid R., Khalid S., Javed S., Umer A., Naqvi H. 2007. Prevalence and demographics of anxiety disorders: a snapshot from a community health centre in Pakistan. Annals of General Psychiatry. 6:30. http://www.annals-generalpsychiatry.com/content/6/1/30 (20 Oktober 2008)
Langgulung H. 1999. Teori-Teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka Al-Husna, pp: 96-7
Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press. pp : 69, 89
Markam, S.S., 1999. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, pp: 41-2
Mudjaddid, E. 2006. Pemahaman dam Penanganan Psikosomatik Gangguan Ansietas dan Depresi di Bidang ilmu Penyakit dalam. In : Ilmu Penyakit dalam Jilid II. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p: 913
Pulangasih. 2004. snmptm. http://www.shvoong.com (20 juli 2008)
Ridwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta, pp: 20-1
Sarwono S.W. 2002. Psikologi Sosial, Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka, p: 305
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta, p: 61
Taufiqurohman MA. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian untuk Ilmu Kesehatan. Klaten: CGSF(The Community of Self Help Group Forum), pp:62-8
Terry Conley. 2006. Breaking free from the anxiety trap. http://www.wshg.org.uk.(4 Agustus 2008). Trismiati. 2004. Perbedaan tingkat kecemasan antara pria dan wanita akseptor kontrasepsi mantap di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. http://www.psikologi.binadarma.ac.id/jurnal/jurnal_trismiati.pdf.(10 September 2008).