UNAIR Sosialisasikan SNMPTNSBMPTN di Kabupaten Tuban UNAIR NEWS – Universitas Airlangga bekerjasama dengan Kancab Dinas Pendidikan Kabupaten Tuban sukses melaksanakan sosialisasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) untuk wilayah Kabupaten Tuban. Sosialisasi ini dilaksanakan di Aula SMK Negeri 1 Tuban, Jawa Timur, Kamis (26/1). Hadir dan sekaligus membuka sosialisasi ini adalah Drs. Edi Sukarno, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Tuban, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Selain itu juga sedikitnya 80 guru-guru SMA/SMK/MAN, tujuh diantaranya kepala sekolah, dan seorang Penilik Sekolah. Guru yang mengikuti sosialisasi kebanyakan guru bidang BK (Bimbingan dan Konseling). Bertugas memberikan sosialisasi dari Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR adalah Dr. Moh Anam Al-Arif, MP., Drh., Ikhsan Rosyid, SS., dan Bambang Edy Santosa, SE dari Pusat Informasi dan Humas (PIH). Dalam sambutannya, Drs. Edi Sukarno antara lain mengatakan, pertemuan semacam ini penting sekali dan sangat diharapkan oleh para guru dan pengelola sekolah, karena diharapkan bisa menggali informasi secara akurat mengenai penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi tahun ini. Sebab dengan hanya mengandalkan situs/website di jalur resmi, terkadang masih ada yang salah tafsir dan kurang jelas. Dengan adanya pertemuan maka bisa diadakan dialog, tanya jawab, dan informasi menjadi jelas. ”Dengan kejelasan informasi secara akurat, kami berharap jumlah siswa dari Kabupaten Tuban menjadi bertambah jumlahnya
yang diterima kuliah di perguruan tinggi negeri,” kata Edi Sukarno.
KETUA Tim sosialisasi dari UNAIR Dr. Moh Anam Al-Arif, MP, Drh memberikan cinderamata UNAIR kepada Kakancabdin Pendidikan Kab. Tuban Drs. Edi Sukarno (kanan). (Foto: BE Santoso) Dalam kesempatan ini Dr. Moh Anam Al-Arif dan Ikhsan Rosyid saling melengkapi menerangkan mengenai aturan baru dalam SNMPTN dan SBMPTN tahun 2017. Baik mengenai pengisian PDSS oleh pihak sekolah hingga finalisasinya, termasuk kuota penerimaan SNMPTN tahun ini yang menurun, yakni minimal 30 persen, SBMPTN minimal 30 persen, dan jalur Mandiri maksimal 10 persen. Sedang tahun lalu jalur SNMPTN sebesar 40 persen. Dalam dialog tanya jawab, antara lain dipertanyakan mengenai pengaruh nilai rapot dalam pemeringkatan siswa. Bahkan juga ditanyakan tentang finalisasi data oleh sekolah, khususnya apa saja yang tidak bisa diubah dan yang bisa diubah, termasuk persoalan linierisasi jurusan yang dipilih. Kemudian pengaruh nilai UNAS dalam SBMPTN, indeks sekolah dan pengaruh rekam jejak alumni sekolah di sebuah PTN, serta prestasi-prestasi yang bisa dicantumkan sebagai tambahan pertimbangan.
Termasuk yang menarik ditanyakan mengenai persyaratan Bidikmisi dan cara-cara pengajuannya. Bahkan penentuan mengenai uang kuliah tunggal (UKT) juga menjadi topik hangat. Diantara guru ada yang berharap UKT tahun 2017 ini tidak naik, bahkan berharap kalau bisa menurun. Dalihnya, sebagai siswa asal daerah pedesaan, faktor biaya kuliah menjadi pertimbangan melanjutkan-tidaknya studi mereka. “Ada siswa kami tahun lalu diterima di sebuah PTN di luar Jawa dengan mengajukan Bidikmisi. Ia lolos SBMPTN, tetapi setelah diverifikasi ternyata Bidikmisinya tidak lolos. Akhirnya siswa tersebut batal kuliah karena tidak mampu membayar UKT sebesar Rp 5 juta/semester,” kata seorang guru. (*) Penulis: BE Santoso
Budaya di Balik Media Sosial Kekinian dan Kemajuan Negara AKHIR-AKHIR ini, akun-akun bermotifkan bisnis banyak membanjiri media sosial. Mulai akun yang hanya menjual produkproduk umum, hingga yang mempromosikan barang dan jasa lainnya. Namun ternyata tidak semua akun itu mempertimbangkan aspek sosiologis. Pada akhirnya, mereka yang tidak bijak menjadikan apapun yang sedang tren di pasaran sebagai nilai jual untuk mendatangkan uang. Sayangnya, tren-tren yang digeluti peselancar media sosial ini ada pada kisaran cinta, jokes yang tidak jelas, dan bahkan sensual. Baik LINE atau pun Instagram, informasi yang disajikan tidak banyak yang positif. Sebaliknya, tak sedikit informasi yang disajikan justru kurang bermanfaat, bahkan negatif. Misalnya informasi-informasi yang hanya bergelut dalam beragam perasaan
(kegalauan, menyindir-nyindir, dan lainnya). Bahkan ada yang negatif (bahasanya kotor, ada perilaku menghina tetapi dibalut dengan kebahagiaan, juga konten-konten sensual). Padahal, kondisi sajian informasi yang seperti itu dapat membentuk budaya para pengguna media sosial, lebih-lebih para pemuda yang juga aktif di dalamnya. Sejalan dengan Horton dan Hunt (1987: 58), budaya adalah segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, semua kemampuan dan kebiasaan (Tylor dalam Damsar, 2015: 5). Bisa dikatakan, anggota masyarakat tak hanya mempelajari dan menjalani budaya yang ada, melainkan juga menciptakan budaya yang baru melalui proses belajar. Belajar adalah suatu usaha untuk menjadi mengerti kenyataan dan/atau mampu melakukan sesuatu. Jadi, selama manusia memahami kenyataan atau perilaku, pada saat itu juga dia bisa menghayatinya, membiasakannya dalam pikiran, melakukannya, dan bahkan menjadikannya sebagai salah satu prinsip kehidupan. Dan akhirnya, yang dipelajari itu akan menjadi bagian dari hidupnya, entah itu gaya bicara, diksi, dan bahkan paradigma. Dalam satu periode, manusia akan mempelajari dan menerapkan budaya yang dimunculkan lingkungannya, sembari merubah budaya itu berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang baru didapat. Hasilnya, bisa berupa kebudayaan positif (berpikir kritis, sopan, peduli sesama, dan hal positif lainnya), serta bisa juga berupa kebudayaan negatif (berpikir sederhana, emosional, dan bahkan individualistik), sebab bergantung kepada apa yang dipelajari dan diterimanya. Apabila kita kembali menengok media sosial, maka para pengguna bisa mempelajari dan membentuk budaya hidup yang tidak positif. Apalagi informasi-informasi itu disajikan secara berulang-ulang, meskipun terkadang dengan bentuk pesan yang berbeda. Dengan demikian, manakala suatu anggota masyarakat
aktif menelusuri media sosial, meskipun dia sudah berbudaya secara bagus (misalnya religious) maka budayanya akan berpotensi untuk mengalami perubahan: entah bercampur-baur dengan yang salah, bahkan tidak lagi religius. Gerakan Menuju Indonesia Lebih Baik Untuk mencegah munculnya budaya yang semakin negatif, maka ada baiknya bagi kita untuk menekan informasi-informasi yang tak berguna dan negatif. Caranya bisa dengan beragam macam. Kita bisa menyebarkan informasi lebih bermanfaat, tidak mendukung —seperti “like and share”— akun-akun yang menyebarkan informasi kurang bermanfaat dan cenderung merusak. Bahkan bila perlu melaporkan hal yang negatif kepada pihak berwenang. Informasi bermanfaat sebenarnya tidak hanya yang diproduksi oleh “Taste Made”. Makna manfaat itu sangat dalam jika ditelusuri secara analitis. Namun, singkatnya, kita bisa maknai itu sebagai upaya untuk berkontribusi dalam pembangunan negara. Misalnya memberikan informasi keilmuan memecahkan masalah bangsa, karya-karya ilmiah (teknologi, gagasan, dsb), motivasi hal positif, saling mengingatkan dalam kebaikan, update seputar pemerintahan, mengajari hidup harmonis dalam konteks multicultural Indonesia, dan kegiatan sosial lain yang berorientasi membantu pemerintah memberantas masalah-masalah yang belum tertangani. Sebenarnya ada banyak masalah yang bermunculan di masyarakat. Subyek yang menyelesaikan masalah masyarakat itu, menurut asumsi sosiologis, tidak hanya dilakukan oleh institusiinstitusi sosial (seperti institusi pendidikan, agama, organisasi, budaya dan lainnya) melainkan juga dilakukan oleh anggota masyarakatnya. Dengan menyeimbangkan semua bidang di negara ini, maka kemajuan pesat sudah didepan mata. Demikian pula dengan bidang budaya. Kemajuan suatu bangsa tidak hanya terletak pada banyaknya teknologi dan uang yang dipegang oleh anggota masyarakatnya,
melainkan kemajuan semua bidang negaranya. Namun apabila kita tidak meluangkan waktu untuk memahami kenyataan, menghayati masalah-masalah yang ada, merenungkan pemecahan masalahnya, penulis kira majunya bangsa hanya berbentuk angan-angan yang dibangga-banggakan. (*) Editor: Bambang Bes
Besok Lusa, Wisata Hati Bakal Bertandang Ke Masjid Ulul Azmi UNAIR NEWS – Yayasan Darul Quran melalui komunitas Wisata Hati bakal bertandang ke Masjid Ulul Azmi Kampus C Universitas Airlangga pada Ahad, 29 Januari mendatang. Acara tersebut merupakan kegiatan kerjasama dari komunitas Wisata Hati dengan Direktorat Sarana dan Prasarana, Ikatan Alumni (IKA) UNAIR, serta remaja masjid Ulul Azmi UNAIR. Dalam acara tersebut juga bakal mendatangkan langsung Ustaz Yusuf Mansur. Rencananya, acara akan berlangsung mulai pukul 11 siang atau menjelang Salat Zuhur hingga pukul 3 sore atau saat salat Ashar tiba. Ditemui di meja kerjanya, Afri Andiarto S.M., selaku perwakilan dari remaja masjid Ulul Azmi dan panitia acara menuturkan, acara yang digagas bersama ini merupakan acara rutin komunitas Wisata Hati. “Jadi ini memang acara rutin mereka, yang memilih masjid kita untuk dijadikan tempat acara,” terangnya Jumat sore (27/1). Afri juga menambahkan, acara yang terbuka untuk umum itu rencananya bakal dihadiri oleh 1000 jamaah, bahkan bisa lebih.
Untuk mengantisipasi membludaknya peserta, panitia akan memasang terop di serambi samping dan halaman depan masjid. “Perkiraan 1000 orang itu diacara biasanya yang mereka lakukan di hari kerja. Nah, besok ini bertepatan hari Ahad, jadi insya Allah bisa lebih dari itu,” papar Afri. Perihal tema yang akan disampaikan dalam acara tersebut, Ustaz Yusuf Mansur secara umum akan menyampaikan beberapa hal seputar sedekah, doa, quran, dan salawat. “Beliau sebenarnya tidak terlalu terpaku pada tema, tapi biasanya memang yang akan disampaikan adalah seputar hal yang sudah menjadi ciri khas beliau, yakni seputar sedekah, doa, quran, dan salawat,” pungkas Afri. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Binti Q. Masruroh
ASAD-C, Laboratorium Kadaver Berdesain Layaknya Kamar Operasi UNAIR NEWS – Departemen Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga memiliki laboratorium unggulan level internasional. Namanya Airlangga Surgical Anatomy Development Center atau ASAD-C. Tampilan ruang anatomi yang sejatinya tidak berubah sejak seabad lalu itu, kini telah di design ulang menjadi ruang laboratorium anatomi yang modern yang di sekelilingnya dilengkapi peralatan kedokteran relatif canggih. Penggagas berdirinya ASAD-C, Asra Al Fauzi, dr. Sp.BS,
menjelaskan bahwa tidak mudah membuat kadaver laboratorium selayaknya ASAD-C. Hal ini antara lain dikarenakan sulitnya memperoleh pasokan fresh cadaver. Permasalahan serupa juga terjadi di Amerika, Jepang, dan Eropa. Di Jepang dan Singapura, bila hendak praktik menggunakan cadaver, maka harus impor jenazah dari Amerika. Itupun tidak utuh, melainkan hanya bagian-bagian tubuh (body part) sesuai yang dipesan. Bahkan di Rusia sama sekali melarang penggunaan mayat untuk keperluan praktik kedokteran. Berdasarkan pengamatan Asra, pada beberapa venue di luar negeri, biasanya laboraturium kadaver dibuat secara dadakan di tempat workshop berlangsung, sehingga sifatnya bongkar pasang. Berbeda dengan milik ASAD-C, dimana semua perangkat telah dirancang dan disiapkan secara permanen. Suasana
dibuat
benar-benar
seperti
ruang
operasi
yang
sesungguhnya. Terdapat video tiga dimensi dengan layar monitor besar yang terpampang pada dinding. Peserta workshop dapat menyaksikan monitor dengan menggunakan kacamata khusus 3D (dimensi). Dan disini tersedia 100 kacamata 3D. Venue laboratorium ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas canggih. Antara lain sistem video operasi 3D, pendant, dan refrigerator fresh cadaver. Laboratorium kadaver ini sangat cocok untuk kegiatan workshop dan pelatihan anatomi manusia. Disini terdapat 20 meja operasi lengkap dengan peralatan pendant di atas meja masing-masing. Saluran listrik juga siap terpasang, sehingga tidak lagi terlihat silang sengkarut kabel oloran di lantai. ASAD-C juga sudah memiliki 16 refrigerator alat penyimpan mayat, hingga terjaga kesegarannya. Satu refrigerator bisa menyimpan dua kadaver. ”Kita memang membuat agar setiap peserta pelatihan merasa benar-benar berada dalam ruang operasi. Kami juga sudah bisa membuat pembuluh darah kadaver menjadi berwarna dengan
menyuntikkan zat tertentu. Arteri diberi warna merah. Memang tidak semua lab kadaver bisa melakukan, untuk itu perlu belajar khusus di luar negeri,” katanya. Dikisahkan, awalnya tidak mudah membentuk lab seperti ini. Selain biayanya besar juga tidak semua pihak mendukung, karena mereka tidak melihat urgensi dan peluang ke depannya. Tetapi akhirnya semua bisa diyakinkan sehingga terwujudlah ASAD-C. Sampai saat ini belum semua peralatan terpasang. Masih ada peralatan baru yang akan datang dalam waktu dekat ini, diantaranya peralatan C-AM yaitu semacam foto operasi tulang untuk melihat hasil pelaksanaan operasi tulang. Asra Al Fauzi menambahkan, obsesi ke depan ingin menjadikan ASAD-C sebagai venue klas dunia dalam tiga sisi: worldclass venue, worldclass equipment, dan worldclass instructor. Untuk menuju ke sana, kini berbagai upaya pembenahan terus dilakukan. Termasuk menjalankan manajemen terpadu. Dengan manajemen yang baik, maka penggunaan kadaver akan lebih efektif dan efisien yang pada gilirannya akan menurunkan ekonomi biaya tinggi. ”Kita patut berbangga. Apalagi lab seperti ini di Indonesia baru ada di UNAIR. Saya berani katakan, venue ini yang terbaik di Asia, atau setidaknya di Asia Tenggara. Di Chulalongkorn University Thailand juga ada, tetapi tak sebagus punya UNAIR, mereka tidak punya video 3D. Di Jepang juga tidak ada fasilitas 3D, sedang di Amerika saya juga sudah lihat,” katanya. (*) Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Bambang Bes
Tak Hanya Olahraga, Tubuh Perlu Pemenuhan Gizi yang Cukup UNAIR NEWS – Untuk memperoleh kondisi tubuh yang sehat, usaha yang dilakukan bukan hanya dengan olahraga semata. Dibutuhkan pemenuhan gizi yang sempurna, agar tujuan dari kombinasi antara olahraga dan pemenuhan gizi untuk mendapatkan hasil tubuh yang bugar pun bisa tercapai. Menyadari pentingnya informasi gizi yang dikombinasikan dengan olahraga, Departemen Gizi Kesehatan dengan Divisi Seni dan Olahraga, Asosiasi Mahasiswa Gizi, BEM Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, meluncurkan program NutriAerobik. Peluncuran program ini dilaksanakan usai senam sehat bersama di halaman selatan FKM, Jumat (27/1). Instruktur senam kali ini yaitu Muri Kuswari, M.Si Kepala Departemen Gizi Universitas Esa Unggul. Senam ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, M.S, selaku Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia. Usai senam, Prof. Hardinsyah memberikan informasi seputar tips-tips berolahraga dan pemenuhan gizi bagi kesehatan tubuh. Seperti katanya, olahraga yang baik dilakukan di pagi hari sebelum pukul delapan. Tujuannya, agar terpapar ultraviolet dan pro vitamin D. “Olahraga yang baik dilakukan di pagi hari dengan mengenakan pakaian yang meresap keringat dengan warna yang terang. Sehingga, vitamin bisa masuk dalam tubuh secara sempurna,”ujarnya. Ketua Departemen Gizi Kesehatan Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si, mengatakan, peluncuran Nutri Aerobik bertujuan untuk membudayakan olahraga sekaligus membudayakan pendidikan gizi.
“Selama ini yang masih ada kan budaya tentang perbanyak berolahraga. Masih belum banyak mengetahui tentang olahraga yang benar, harusnya juga disertai dengan gizi yang baik. Sehingga diperoleh kebugaran yang optimal,” ujar Annis selepas senam sehat bersama. Annis berkata, sinar ultraviolet dan pro vitamin D yang masuk dalam tubuh di pagi hari akan membantu pembentukan tulangtulang. Dengan asupan yang baik, dengan menambahkan gerakan, akan diperoleh nafas dalam yang lebih panjang, jantung berdetak lebih kuat, sehingga bisa memompa otot-otot. Sirkulasi tubuh pun menjadi lebih bagus. Ke depan, program Nutri-Aerobik ini akan memiliki beragam kegiatan. Secara rutin, senam sehat akan dilakukan satu kali dalam seminggu dan dapat diikuti oleh seluruh sivitas akademika di UNAIR. Seperti hari ini, selepas senam dan aerobik akan diberikan informasi terkini seputar gizi. Ini yang membedakan program aerobik dengan Nutri-Aerobik. “Kita akan berikan tips-tips gizi yang mudah dijalankan. Nanti akan kita buat bertema. Misalnya, saat ini temanya tentang sel tulang, minggu depan bisa seputar gizi dan hipertensi atau gizi dan diabetes. Nanti akan selalu kita update,” tambah Annis. Informasi seputar gizi selepas senam itu akan diberikan oleh mahasiswa tingkat akhir dan dosen di Departemen Gizi. Annis berkata, informasi seputar gizi tidak perlu banyak-banyak. Yang penting tepat sasaran dan mudah untuk dipraktikkan. “Pesan gizi tak perlu panjang-panjang, cukup lima sampai tujuh menit. Yang penting kena sasarannya. Menyehatkan juga mengedukasi. Dengan Nutri-Aerobik ini, menjadi sehat, bugar, dan berprestasi. Itu yang kita harapkan dari kegiatan ini,” tambah Annis. Sosialisasikan pentingnya pemenuhan gizi
Departemen Gizi bersama BEM FKM juga sedang menyiapkan event pengukuran status gizi yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Masyarakat bisa mengetahui status gizi dan kesehatan dengan peralatan berupa cakram. “Kami juga ada semacam cakram, itu bisa mengukur diri sendiri. Cukup dengan mengetahui tinggi dan berat badan, sudah bisa tahu posisi gizi ada dimana. Apakah berat badan tergolong normal, kurus, atau kelebihan. Itu bisa diukur dengan mudah. Nanti akan kita sebar di masyarakat,” ungkap Annis. Saat ini, sedang direncanakan gerakan sarapan sehat nasional yang dipusatkan di Surabaya yang akan dilaksanakan pertengahan Februari mendatang. Kegiatan yang akan dilakukan yaitu sarapan sehat bersama, seminar pentingnya sarapan disertai dengan tips-tips kesehatan, lomba demo memasak sarapan sehat, lomba meracik makanan sehat, lomba mewarnai dan latihan mengajak sarapan dalam bahasa Jawa Timur-an untuk anak-anak. “Virus ini akan kita terapkan paling tidak di lingkungan UNAIR. Sehingga membudayakan berolahraga dengan benar, dan hidup dengan sehat. Setelah launching ini sukses, baru kira bisa roadshow ke daerah-daerah dan wilayah lain di Indonesia,” ujar Annis. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
Pakar Sejarah Tionghoa Bicara Pernak-pernik dan Harapan
Imlek UNAIR NEWS – Tahun Baru Imlek atau Sin Cia tak hanya berkaitan dengan urusan angpau atau selebrasi barongsai. Sin Cia juga merupakan perayaan menyambut musim semi, musim yang menurut etnis Tionghoa dipercaya memberikan kegembiraan kepada seluruh manusia. Tibanya musim semi dirasakan sebagai sesuatu yang membawa kehidupan baru, simbol tumbuhnya sesuatu yang baru dan memberikan harapan dan keinginan baru dalam hidup. Hari Raya Imlek juga menjadi momen pertemuan anggota keluarga sekali dalam setahun, mendekatkan yang jauh dan merekatkan yang dekat, saling silaturrahmi dan juga berbagi cerita. Perayaan ini terasa penting ketika setiap anggota keluarga maupun tetangga saling memberi kasih, saling mengayomi dan membuka lembaran baru. Itulah rangkuman awal perbincangan UNAIR News dengan Sintha Devi Ika Santhi Rahayu, S.S., M.A., selaku dosen Ilmu Sejarah UNAIR yang fokus dalam sejarah etnis Tionghoa. Sintha bercerita tentang harapan etnis Tionghoa yang disimbolkan pada perayaan Imlek. Menurutnya, etnis Tionghoa yang masih memegang tradisi leluhur, perayaan Imlek menjadi kegiatan rutinitas setiap tahunnya, perayaan yang sangat kental dengan sejarah panjang sebagai simbol harapan baru dalam sebuah kehidupan. “Perayaan Imlek sudah ada dan menjadi tradisi orang-orang Tionghoa ribuan tahun lalu, bahkan terkait dengan hal itu, keberadaan etnis Tionghoa di Indonesia lebih dulu ada bila dibandingkan dengan orang-orang Belanda,” tutur Shinta. “Perayaan Imlek dari masa kemasa itu berubah-ubah sesuai selera para penyelenggara atau yang merayakan Imlek serta bagaimana kebijakan pemerintah. Bahkan perayaan ini sempat dilarang pada era Orde Baru,” imbuhnya. Shinta juga bercerita banyak tentang perayaan Imlek, terkait
pernak-pernik perayaan Imlek yang ada hubungannya dengan ritual, tantangan, dan juga simbol pelengkap lainnya. Berbicara tentang ritual misalnya, perayaan Imlek yang identik dengan warna merah seperti rumah merah, lampion merah, amplop merah, kue merah, dan juga baju merah, hal tersebut menandakan bahwa etnis Tionghoa memiliki harapan untuk selalu diberikan kehidupan yang bahagia, makmur dan sejahtera. Kemudian, lanjut Shinta, ritual lain adalah memakai baju baru yang berarti membuka lembaran baru, menghidangkan berbagai jenis kue yang rasanya manis dan lengket dengan harapan selalu dijauhkan dari yang pahit atau jahat. “Memang banyak ritual dilakukan demi terwujudnya harapan, mulai dari rumah sendiri hingga puncak acara pada malam kelima yang biasa disebut Cap Go Meh,” cerita Shinta yang juga alumnus Ilmu Sejarah UNAIR.
Sintha Devi Ika Santhi Rahayu, S.S., M.A., ahli sejarah Tionghoa. (Foto: Istimewa) Seperti yang tadi disebutkan, selain ritual ada juga pantangan, di antaranya adalah bagi yang belum menikah, tidak boleh memberikan angpau, makan mi tidak boleh diputus atau
juga makan ikan tidak boleh dibalik. Hal tersebut berkaitan dengan harapan untuk diberikan jodoh, umur panjang dan juga dijauhkan dari segala kejahatan. “Tantangan-tantangan pada saat perayaan imlek diantaranya sudah dikenal dimasyarakat, seperti pemberian angpau kepada yang belum memiliki pasangan,” ungkap Shinta yang sesekali tertawa ketika bercerita. Ada hal lain yang juga menjadi pelengkap dalam perayaan Imlek, yaitu shio dan barongsai. “Tahun ini shionya adalah ayam api yang menandakan kepribadian yang jujur, energik, cerdas, fleksibel, dan memiliki rasa percaya diri yang kuat. Jadi harapan etnis Tionghoa pada tahun ini untuk Indonesia bisa jauh labih baik dari tahun 2016, “ tegasnya. “Nah untuk barongsai sendiri yang identik dengan binatang Singa, adalah kepercayaan mereka akan binatang singa bisa mengusir keburukan-keburukan, arwah-arwah jahat dan hal-hal yang tidak baik” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Janni Editor: Nuri Hermawan
Ikuti Puluhan Kompetisi, Mahasiswa Ini Terus Berprestasi Tanpa Henti UNAIR NEWS – Mahasiswa S-1 program studi Ekonomi Pembangunan Zeqi Mohammad Yasin ini telah menorehkan berbagai prestasi melalui banyak sekali kompetisi. Kompetisi yang sering
digeluti ialah kategori akademis seperti lomba karya tulis ilmiah dan debat. Bagi mahasiswa yang akrab disapa Zeqi, keikutsertaannya di berbagai kompetisi memiliki banyak manfaat. Manfaatnya, bisa menjadi bekal kehidupan setelah lulus kuliah, pengalaman berharga, dan menjalin relasi baru. Zeqi menganggap lomba merupakan mood booster bagi pribadinya. Dalam mengikuti lomba, Zeqi tak pernah menargetkan diri untuk menjadi juara. Ia berusaha untuk bersikap realistis dan tidak banyak berharap. Yang penting, adalah memaksimalkan kemampuan diri dengan berusaha yang terbaik. Namun, ia secara rutin melakukan evaluasi diri usai mengikuti kompetisi. “Setiap lomba tidak ada rasa optimis, justru ada ketakutan ketika terlalu optimis. Jatuhnya nanti kecewa. Intinya, terus berusaha mempersiapkan kekalahan terlebih dahulu,” tutur Zeqi yang juga Mahasiswa Berprestasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun 2015. Dari sekitar 56 kompetisi yang telah diikuti, lebih dari separuhnya berbuah kemenangan. Pencapaian terbarunya adalah Best Presenter di International Conference Islamic and Financial Inclusion 2017, juara I National Paper Iqtishoduna 2016, dan juara Conference.
III
International
Development
Student
Lantas, siapa yang menjadi motivasi bagi dirinya dalam mengikuti puluhan kompetisi itu? Zeqi menjawab, rekan-rekan seorganisasinya di Association of Sharia Economic Studies (AcSES) FEB UNAIR dan ibu adalah sosok yang berarti di balik pencapaiannya. Di sela-sela waktu senggang, pria kelahiran 29 September 1995 ini gemar menonton drama Korea. Mulai dari Goblin hingga Descendant of The Sun. Selain itu, Zeqi juga suka bermain badminton.
“Niatkan saja semua untuk belajar. Dunia kampus itu gila, pascacampus lebih gila. Meskipun teman-teman sudah sidang, bahkan menikah saya masih menikmati kompetisi. Semua untuk persiapan setelah lulus nanti,” jelas Zeqi yang saat ini sibuk menyelesaikan skripsi.
Penulis : Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma S
Studi Maskulinitas untuk Ciptakan Tatanan Gender yang Egaliter UNAIR NEWS – Secara spesifik, Dra. Nur Wulan, M.A., PhD menaruh perhatian pada bidang studi maskulinitas, atau normanorma kelelakian. Studi kelelakian mempelajari konsep kelelakian dalam masyarakat, dan representasinya dalam sastra. Representasi maskulinitas dalam sastra yang ia kaji khususnya mengacu pada sastra anak dan remaja. Bagi Wulan, sapaan akrabnya, konsep maskulinitas dan sastra anak dan remaja adalah dua hal yang penting. Sastra anak biasanya dikaitkan dengan peran sebagai sarana untuk mendidik. Sedangkan sastra untuk orang dewasa, memiliki misi yang lebih dari sekadar mendidik, yakni bisa jadi untuk mendobrak sebuah norma maupun menawarkan nilai yang bersifat subversi. Pada umumnya, apa yang ada dalam sastra anak dan remaja merefleksikan norma yang dianggap lebih ideal oleh sebuah masyarakat.
Studi ini Wulan pilih sebab tidak banyak studi membahas maskulinitas. “Umumnya, studi gender dibahas selama ini adalah studi feminisme keperempuanan. Sementara studi mengenai bagaimana laki-laki dalam sastra sangat minim,” ujar Wulan.
gender yang yang banyak atau norma representasi
Untuk itu, riset studi S-3 di Universitas Sydney yang ia tulis, mengambil topik konsep maskulinitas dalam sastra untuk anak dan remaja di Indonesia. Dalam dunia akademik tingkat global, pembahasan maskulinitas berkembang sekitar tahun 1980, dengan pelopor tokoh-tokoh dunia bagian utara. Sehingga, sumber-sumber mengenai studi maskulinitas bersumber pada penelitian mengenai laki-laki di Barat. “Di Indonesia, studi ini belum banyak diproduksi. Ini kesempatan yang masih luas karena belum banyak dieksplor dan membantu kita untuk memahami mengenai bagaimana laki-laki di Indonesia,” ujar dosen yang mengambil program magister di Universitas Auckland ini. Untuk menunjang kepakarannya, Nur Wulan mengikuti dua asosiasi skala internasional yaitu American Men’s Studies Association dan Inter Asia Cultural Studies Consortium. Di sana, ia memiliki banyak kesempatan untuk bertukar pikiran dengan akademisi dengan rumpun keilmuan yang sama dari berbagai belahan dunia. Sebagian besar yang ikut dalam asosiasi tersebut adalah orang-orang dari belahan dunia utara. “Saya memiliki banyak kesempatan untuk berkontribusi memberikan pemahaman kepada akademisi di dunia mengenai maskulinitas, agar pengetahuan mengenai maskulinitas lebih beragam dan imbang. Tidak hanya didominasi maskulinitas Barat,” ungkapnya. Dengan bergelut pada studi ini, Wulan memiliki keinginan untuk memperluas horizon pengetahuan masyarakat tentang maskulinitas dan feminitas agar imbang. Sebab selama ini, apa yang yang
bersumber dari Barat lebih sering dianggap sebagai nilai yang universal. Padahal, banyak hal yang tidak universal tapi dianggap universal karena yang memproduksi adalah orang Barat. Wulan berharap, studi maskulinitas di Indonesia bisa berkembang dan bisa memberi pemahaman mengenai konsep kelelakian. Dengan demikian laki-laki bisa lebih sadar bahwa untuk menjadi laki-laki sejati tidak harus straight, rasional, dan dominan. Agar ada sinergi antara laki-laki dan perempuan. “Studi gender masih banyak berkutat mengenai feminis dan keperempuanan. Sebetulnya, mempelajari maskulinitas studies itu sangat penting untuk menciptakan tatanan gender yang lebih egaliter. Karena selama ini yang dipelajadi dalam studi jender kan perempuan, feminisme. Laki-laki punya peran penting untuk mendukung gender order yang lebih egaliter,” tambahnya. (*) Penulis: Binti Q. Masruroh Editor: Nuri Hermawan
Doktor Ari Prasetyo, Dosen FEB yang Gigih Promosikan Kajian Sumber Daya Insani UNAIR NEWS – Dr. Ari Prasetyo SE., MSi. adalah salah satu akademisi yang “lahir” dari Departemeni Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNAIR. Namun saat ini, alumnus SMAN 9 Surabaya ini dipercaya menjadi Wakil Dekan III Fakultas Vokasi. Selain akrab dengan bidang ekonomi dan manajemen, lelaki yang berdomisili di kawasan Wonokromo, Surabaya, ini
juga mendalami kajian Islam. Kepakarannya adalah di bidang manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kepemimpinan Islam. Secara spesifik, Ari menyebut ini sebagai ranah Sumber Daya (SD) Insani. Dijelaskan pria yang aktif di CIEBERD (Center for Islamic Economics and Business Resource Development) UNAIR tersebut, secara umum prospek ekonomi Islam cukup gemilang. Terebih, dalam perkembangannya, bidang ini melahirkan sub-sub yang sangat beragam. Contohnya, keuangan syariah, kewirausahaan, SD Insani, dan lain sebangsanya. Tiap sub tadi, membangun wawasan keilmuan yang sinergis dan saling melengkapi sebagai kesatuan cabang ilmu ekonomi yang komprehensif. Saat ditanya soal kepemimpinan Islam yang selama ini dia eksplorasi dan sampaikan pada para mahasiswa sebagai bahan perkuliahan, Ari berdalih, cakupan sektor ini amat luas. Tidak terpaku pada satu agama saja. Benar, yang dijadikan teladan utama adalah Nabi Muhammad sebagai sosok pemimpin paripurna dalam Islam. Namun, gaya kepemimpinan tokoh-tokoh lain, baik yang beragama Islam maupun non-Islam, juga dikaji dengan mendalam. Hitler, Mussolini, hingga Saddam Hussein, tak luput dari pembahasan. Semua itu kemudian dikomparasikan dengan kriteria pemimpin ideal. Model kepemimpinan Nabi Muhammad juga dijelaskannya dengan detail dan tidak satu aspek semata. Misalnya, diketahui dari sejarah, kata Ari, Nabi Muhammad adalah sosok yang demokratis sekaligus otoriter. Maksudnya, di sejumlah kondisi, bersikap demokratis, dan dalam kondisi lain, otoriter. Yang harus diperhatikan adalah bagaimana pemimpin seharusnya bersikap dalam kondisi-kondisi tertentu. “Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sosok Nabi Muhammad,” ungkap dia. Kepemimpinan Islam tidak hanya membahas tentang leadership di level negara. Namun juga, di ranah perusahaan, lembaga, bahkan
di tingkat rumah tangga. Artinya, topik tesebut menyentuh semua elemen kehidupan sehari-hari. Selain mengajar di sejumlah subjek mata kuliah, Ari Prasetyo juga aktif berorganisasi. Dia kerap melakukan penelitian dan publikasi ilmiah. Termasuk, melaksanakan pengabdian masyarakat. Semua dilakukan demi mengimplementasikan semangat Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sejumlah publikasi yang pernah ditulisnya antara lain, berjudul Sikap Mahasiswa Atas Penayangan Iklan Produk Melalui Internet (ECommerce)dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Produk serta Pengelolaan Keuangan Negara dalam Konsep Epistimologi Islam (Islamic Finance National Seminar). Ari pun sering memberi pelatihan pada kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Mengingat, sektor riil tersebut memiliki peran sentral dalam pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Penulis: Rio F. Rachman Editor: Defrina Sukma Satiti
Dua Mahasiswa UNAIR Juara Catur se-Asia
Raih
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga tak pernah kering prestasi. Tak hanya dari bidang akademik, tetapi juga kemahasiswaan. Kali ini, prestasi keolahragaan berhasil ditorehkan mahasiswa UNAIR yang baru saja berlaga di ajang Grand Asian Chess Championship (GACC). Perlombaan yang diadakan oleh Universitas Malaya, Malaysia, tersebut digelar pada tanggal 18-24 Januari 2017. Delegasi UNAIR Tiara Nugraeni Eka S (mahasiswa Fakultas Farmasi tahun angkatan 2014) dan Moch. Alifudin Al Islami
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis tahun angkatan 2014), masingmasing berhasil meraih posisi Top Five Female Players dan 15th Placed Individual Category. Sebelum maju ke ajang internasional, mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Catur itu melakukan simulasi dengan mengadakan pertandingan lokal antarmahasiswa. Selain itu, mereka juga mendatangi tempat pusat latihan bersama para senior dari universitas lainnya. “Saat pelaksanaan UAS (ujian akhir semester), kami mendengar berita diadakannya GACC. Kami tertarik mengikuti perlombaan tersebut. Kami segera meminta permohonan izin ke rektorat dan memenuhi perlengkapan yang diperlukan,” tukas Tiara. Dengan bekal latihan rutin dan pengalaman pertandingan, Tiara dan Alif percaya diri menghadapi lawan yang berasal dari Malaysia, India, Srilanka, dan negara-negara di Asia lainnya. Walaupun sempat mengalami kekalahan di babak awal, namun di akhir pertandingan Tiara berhasil membalik keadaan dan selisih enam poin hingga akhirnya ia mendapatkan medali Top Five Female Players. Tak hanya itu, Alif pun berhasil menang melawan Woman Fide Master asal Srilanka dan menahan draw Woman Fide Master asal Malaysia. Dari pertandingan itu, ia memantapkan posisinya di peringkat 15 kategori individu. “Kami senang bisa memberikan sumbangsih sampai ke tingkat internasional. Kami sudah berusaha baik demi mengharumkan nama Indonesia dan Universitas Airlangga. Pokoknya lakukan saja apa yang disuka dan berikan kontribusi melalui hobi,” tutup Tiara. Penulis: Lovita Martafabella Editror: Defrina Sukma S