Rektor Buka Khataman Quran Oleh Mahasiswa UNAIR UNAIR NEWS – Suasana di masjid Ulul Azmi di kampus C UNAIR terasa berbeda dari biasanya. Selepas salat Ashar, Kamis (3/11), sivitas muslim, mahasiswa UNAIR penghafal Alquran bersama jemaah masjid yang lain mengikuti pembukaan kegiatan Khataman Quran. Acara yang menjadi bentuk syukur dari peringatan Dies Natalis UNAIR ke-62 ini dihadiri oleh Rektor UNAIR, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA, bersama wakil rektor dan direktur serta pejabat fakultas di lingkungan UNAIR. Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Moh Nasih menyampaikan bahwa acara yang baru perdana ini diadakan, hendaknya patut untuk disyukuri. Terlebih dalam acara tersebut melibatkan mahasiswa-mahasiswa penghafal Alqur’an. “Ini merupakan hal yang patut kita syukuri,” tegas Prof. Nasih, Rektor ke-13 UNAIR ini. Ia seraya menyampaikan sangat mengapresiasi terhadap mahasiswa penghafal Quran. Selain itu, itu juga sangat pas dengan rencana didirikannya Unit Kegiatan Mahsiswa Tahfizdul Quran (UKMTQ) yang juga didukung sepenuhnya. ”Kami sangat menyambut baik dengan datangnya UKMTQ nantinya. Jaga UNAIR dengan hafalan-hafalan kalian,” tegas Rektor. Turut mendampingi rektor pada saat pembukaan itu, Direktur Kemahasiswaan Dr. M. Hadi Shubhan., SH., MH., CN., juga menyampaikan bahwa acara Khataman Alquran ini merupakan wujud dari semboyan Excellence with Morallity. Ia juga mengingatkan hadist Nabi Muhammad SAW tentang perintah menghiasi rumah dengan bacaan Alquran. ”Hiasilah rumahmu dengan bacaan Quran ini, juga bisa berarti menghiasi universitas yang juga merupakan rumah kita ini
dengan bacaan Quran,” jelasnya. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor : Bambang Bes
Atlet Denali Latihan Tarik Ban Truk Keliling Kampus UNAIR NEWS – Mendaki Gunung Denali (6.190 mdpl) tak hanya membutuhkan keterampilan teknik pendakian yang memadai, tetapi pendaki juga harus pandai membawa beban bawaannya sendiri. Bila di gunung-gunung lainnya porter dapat ditemui dengan mudah, namun tidak bagi Denali. Ketidakberadaan porter menghendaki para pendaki untuk bisa mengatur barang bawannya sendiri. Sedangkan, bila ditotal secara keseluruhan, beban yang dibawa pendaki untuk sampai ke puncak gunung tertinggi di Amerika Serikat bagian utara bisa mencapai 100 pon sampai 140 pon atau 50 hingga 70 kilogram. “Karena di Denali tidak ada porter, maka beban harus ditarik menggunakan kereta luncur,” terang M. Faishal Tamimi, ketua tim Airlangga Indonesia Denali Expedition (AIDEX) Wanala, Universitas Airlangga. Agar misi menuju puncak gunung yang berlokasi di Amerika Serikat bagian utara bisa tercapai dengan lancar, tim AIDEX berlatih membawa beban yang ditarik menggunakan kereta luncur atau sleds. Latihan dilakukan di area kampus C UNAIR pada Minggu (30/10). Jika seluruh barang bawaan dikemas dalam ransel, besar kemungkinan setiap pendaki membawa 2 ransel karier berukuran 60 liter dan 1 tas ransel daypack 35 liter. Karena itulah,
setiap pendaki Denali membagi barang bawaannya di ransel dan kereta luncur. Kereta luncur bukanlah benda asing yang ditemukan di Denali. Namun, atlet AIDEX –yang baru akan pertama kali mendaki Denali– masih merasa asing dalam menggunakan kereta luncur. Untuk mensiasati kereta luncur, selama berlatih, tim atlet mengganti kereta luncur dengan ban kendaraan truk atau kontainer dengan berat 15 hingga 20 kg. “Kegiatan ini sangat berat dan melelahkan, tidak mudah dari yang terlihat,” terang Bernat Yogi Abrian, atlet AIDEX yang juga mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tak hanya Bernat yang memandang pelatihan itu tak mudah. Rio, salah satu atlet AIDEX, bahkan turut membayangkan bagaimana cara menarik kereta luncur di McKinley –sebutan lain Denali– yang medannya bervariasi dan bersalju. “Menarik ban bekas di medan datar ini saja terasa sulit, apalagi menarik kereta luncur di medan yang bervariasi dan bersalju,” terang Rio. Dengan kondisi yang cukup berat, fisik atlet Denali juga harus terbiasa bekerja dalam tekanan dan fokus yang tinggi. Tentu saja, latihan ini harus dilakukan dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi. Mulai dari jarak 0,5 mil hingga 1 mil. Yasak, atlet AIDEX yang juga pendaki Elbrus pada tahun 2011, menuturkan pendakian di Elbrus (5.642 mdpl) menuntut atlet melewati trek menanjak selama 6 jam tanpa henti. “Ibaratnya, mendaki Elbrus, rasa capeknya dikalikan 10 kali lipat. Bila Denali, rasa capeknya mungkin bisa 15 hingga 20 kali lipat,” tutur Yasak, mahasiswa FISIP. Penulis : Wahyu Nur Wahid (anggota tim AIDEX) Editor: Defrina Sukma S
FKM Gelar Seminar Internasional Bahas Kesehatan dan Lingkungan UNAIR NEWS – Dalam rangka memperingati Dies Natalis Universitas Airlangga ke-62, Fakultas Kesehatan Masyarakat akan mengadakan Seminar Internasional yang bertajuk “1st SEHAT (Seminar on Environment and Health) Toward SDG’s Achievement 2030: Integration System on Environment and Health Sustainability”. Seminar ini akan digelar pada hari Selasa dan Rabu, 8 – 9 November 2016, di Ruang Kahuripan 300, Kantor Manajemen UNAIR. Selaku Ketua Panitia dan juga salah satu pembicara dalam seminar ini, Dr. R Azizah, SH., M.Kes mengatakan bahwa tujuan utama dari seminar ini yaitu menambah pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan lingkungan. Selain itu, seminar ini diharapkan menjadi wadah dalam pertukaran informasi dari beberapa disiplin ilmu yang berkaitan dengan permasalahan kesehatan dan lingkungan. “Tujuan dari seminar ini yang paling penting juga mengenalkan hasil riset perguruan tinggi. Perguruan tinggi kan memiliki hasil riset yang bagus. Kami berharap dari pertemuan di seminar ini, hasil riset tersebut bisa dijadikan rekomendasi untuk kebijakan daerah. Maka dari itu, kami juga menggandeng beberapa pemangku kebijakan dari Bappeda, DPRD, dan juga perusahaan swasta,” ujar Azizah. Selain Azizah, Seminar internasional ini nantinya akan diisi oleh beberapa praktisi, antara lain Veronique Mothelin (Direktur Institute Fraincais Indonesia – Surabaya), Prof.
Dato’ Dr. Nik Muhammad Nik Abd Majid ( University Putra Malaya), H. Bambang Wahyudi, SKM., MM., M.Kes (Ketua HAKLI), Drs. Bambang Wispriono, Apt., Ph.D (Ketua EHSA), Dr. Ir. H. RB Fattah Jasin, MS (Ketua Bappeda JATIM), Ir. Rizkian Chandra (Direktur PT. Semen Gresik), dr. Agung Mulyono (Ketua Komisi E DPRD JATIM), Dr. –ing. Hendra Wicaksono ( Dosen Karlsruhe Intitute of Technology Germany), Dr. Dr. Tri Edhi B. S, M.Si (Dosen Universitas Indonesia) dan Mr. Sharad Adykary dari World Health Organization (WHO) yang menjadi Keynote Speaker dalam seminar tersebut. Azizah berharap, seminar internasional ini mampu menjembatani stakeholder perusahaan swasta dan organisasi profesional, untuk bertukar informasi dan juga memungkinkan adanya kerja sama dalam mewujudkan lingkungan yang sehat. Karena perusahaan swasta juga memegang peran penting dalam mewujudkan lingkungan sehat sesuai dengan program CSR di setiap perusahaan. Hari kedua dalam seminar tersebut juga diadakan City Tour. Peserta seminar akan diajak berkeliling Jembatan Suramadu, Tugu Pahlawan, dan Hutan Mangrove. Untuk Informasi lebih lanjut mengenai Seminar Internasional ini bisa menghubungi CP: Marwah 085299654175, Edza website sehat.unair.ac.id Penulis : Faridah Hariyani Editor : Dilan Salsabila
082245433262
Atau kunjungi
Dosen UNAIR
UI
Studi
Banding
ke
UNAIR NEWS – Perwakilan rombongan Badan Pertimbangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (BPF FKM UI) menyampaikan apresiasinya kepada BPF FKM Universitas Airlangga terkait pemilihan ketua BPF. Pasalnya, pemilihan ketua BPF di UNAIR dipilih berdasarkan pelaksanaan musyawarah/mufakat. Itulah yang disampaikan oleh Prof. Hadi Pratomo dalam kunjungan kerja ke Senat Akademik dan BPF KM UNAIR, Kamis (3/11). Acara kunjungan kerja dilaksanakan di Aula Kahuripan 301, Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR. Dalam acara itu, sebanyak sembilan orang dari UI diterima oleh 12 pihak Senat Akademik, dan BPF KM UNAIR. Dalam acara kunjungan kerja itu, dibahas empat isu diskusi yang meliputi proses penyusunan norma akademik di tingkat universitas dan impementasi di fakultas, proses pengawasan penjaminan mutu akademik, sistem remunerasi sebagai bagian dari proses akademik, dan siklus penetapan anggaran. Terkait dengan pemilihan ketua BPF, Dekan FKM UNAIR Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S., mengatakan pihaknya lebih mengutamakan musyawarah di FKM. “Kami mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat karena lebih cepat,” tutur Prof. Tri. Senada dengan Dekan FKM UNAIR, Ketua Senat Akademik Prof. Dr. M. Amin, dr., Sp.P (K) turut menimpali pernyataan Prof. Tri. “Di Fakultas Kedokteran (FK) juga seperti itu,” tutur Prof. Amin yang juga Guru Besar FK UNAIR itu. Selain soal pemilihan ketua, mereka juga sempat menyinggung soal remunerasi. Setiap dosen di UNAIR yang memiliki jabatan struktural seperti kepala departemen, lembaga, atau unit kerja
lainnya, akan mendapat insentif prestasi kerja yang telah diatur oleh universitas. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Semangat Mahasiswa dalam Memperingati Sumpah Pemuda
UNAIR Hari
UNAIR NEWS – Mahasiswa PDD Universitas Airlangga di Banyuwangi, Apik Mila Sari (20), mengatakan, sebagai warga negara yang baik, dan apalagi sebagai bagian dari pemuda, sudah menjadi kewajiban untuk mencintai tanah tumpah darahnya, dan wajib untuk terus meningkatkan wawasan dan berkarya untuk negeri. ”Sehingga, memperingati Sumpah Pemuda merupakan salah satu bentuk cinta tanah air kami kepada Indonesia, mengingat perjuangan para pahlawan dan pemuda-pemuda pada masa itu, hanya satu; untuk Indonesia. Kini giliran generasi kami untuk meneruskan perjuangan melalui ilmu pengetahuan dan prestasi agar dapat membanggakan nama Indonesia dimasa mendatang,” kata Apik. Apik adalah satu puluhan mahasiswa PDD Universitas Airlangga Banyuwangi yang ikut serta dalam upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang diselenggarakan Pemkab Banyuwangi, di Lapangan Blambangan, Jumat (28/10) lalu. Setyo Agung Wahyudi, Bidang Kemahasiswaan PDD UNAIR Banyuwangi, menjelaskan, keikutsertaan mahasiswa UNAIR ini
dalam rangka meningkatkan kontribusi mahasiswa sebagai tonggak penerus bangsa, maka sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa PDD UNAIR Banyuwangi untuk turut serta dalam peringatan ini. Peringatan Hari Sumpah Pemuda sebagai agenda wajib bagi rakyat Indonesia itu diadakan setiap tanggal 28 Oktober. Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan RI. Bahkan, ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita bangsa dan berdirinya negara Republik Indonesia. Dengan mengenakan busana batik berbalut jas almamater UNAIR, semua mahasiswa berbaris rapi bersama dengan peserta upacara yang lain, baik dari jajaran Korpri dan staf Pemkab Banyuwangi serta unsur SKPD yang lain, lalu mengikuti jalannya upacara hingga selesai. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor: Bambang ES
Terinspirasi dari Ponpes Al-Qodir Berkembang Modern
UNAIR, Sleman
UNAIR NEWS – Pengabdian masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) mampu menginspirasi dan menggerakkan prospek kemajuan di bidang pendidikan, diakui dan dirasakan oleh KH Masrur Ahmad MZ, pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Al-Qodir, Dusun Tanjung, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. ”Ini benar-benar luar biasa. Ngomongnya sedikit, tetapi banyak
memotivasi santri-santri saya. Nggak tahu kenapa Allah membuka hati saya kok pintunya dari UNAIR. Apa karena orang-orang UNAIR ini dekat dengan Allah? Padahal di Yogyakarta ini kami juga dekat dengan UGM, juga Universitas Islam Negeri (UIN) yang anak-anaknya sering kesini. Tapi nggak tahu, pikiran saya mbukak setelah diampiri (disinggahi) UNAIR pasca-erupsi Merapi itu,” kata KH Masrur Ahmad MZ. Pengakuan itu ia sampaikan ketika menerima tim Pengmas UNAIR 2016 di Ponpesnya, Sabtu (29/10). Sejak pasca-erupsi Merapi tahun 2011, sivitas UNAIR ikut meringankan beban akibat bencana. Setiap menjelang dies natalis UNAIR, Tim Pengmas berkunjung ke sasaran pengmas, yaitu bantuan sapi perah untuk masyarakat Dusun Tanjung Desa Wukirsari, dan ke Ponpes AlQodir di alamat sama. Tim Pengmas 2016 ini dipimpin Dr. Ir. Sri Hidanah, MS., Sekretaris LP4M UNAIR. Turut hadir juga Prof. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si (mantan Ketua LPPM, kini Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan UNAIR), Prof. Romziah Sidik, drh., Ph.D (mantan Dekan FKH/perintis pengmas Yogya), Drs. Ec. Mashariono, MBA (IKA-UA/perintis), Dra. Widarmami (IKA-UA), Drh. Trilas Sardjito, MS (dosen FKH, pakar ternak domba), staf LP4M dan UNAIR NEWS. Sebagai orang Nahdlatul Ulama (NU), KH Masrur Ahmad mengaku malas dengan sekolahan yang ikut pemerintah. Ia ingin pondoknya hanya ngaji seperti era Walisanga. Itu dulu. Tetapi begitu kenal dengan visi dan misi UNAIR, ia mengaku terinspirasi. ”Orang UNAIR yang sama-sama seperti ini bisa jadi professor, masak saya tidak. Inilah inspirasi yang luar biasa, membuat kami mudah berjalan menjalani kehidupan dan akhirnya mendapat ridha dari Tuhan YME. Saya yakin masih banyak yang harus dijalani dan dikerjakan UNAIR untuk lebih maju lagi,” kata penulis buku “Islam Hijau, Refleksi Keagaman dan Kebangsaan Nahdlatul Ulama” (2014) ini.
Sekarang di Ponpes Al-qodir itu telah berkembang sekolah modern, Madrasah Ibtidaiyah (MI) sudah sampai kelas IV, yang Tsanawiyah (MTs) sudah kelas II, dan yang Aliyah (MA) sudah buka kelas I. Sudah juga mengembangkan perkoperasian dan memiliki produk air kemasan, mengembangkan ternak kambing dan pertanian. KH Masrur Ahmad juga sudah menghasilkan tiga buah buku.
USAI penyuluhan dan pelatihan tentang ternak domba, Pimpinan dan santri Ponpes Al-Qodir berfoto bersama tim Pengmas UNAIR 2016. (Foto: Bambang Bes) ”Saya pikir UNAIR ini lebih besar dalam membentuk saya dari pada Gus Mustofa Bisri. Dulu Gus Mus sudah mbisiki saya; ‘Kowe ki nek muleh, nuliso.’ (kamu kalau pulang, menulislah-Red). Tapi saya tidak nurut. Setiap ketemu selalu bilang begitu. Tetapi begitu ketemu Prof. Romziah dan Prof. Djoko, saya kok berpikir: iki aku kudu melu-melu (ini saya harus ikut-ikut). Inilah yang luar biasa, yang dulunya saya malas bikin sekolah modern karena mesti repot ini-itu, tapi begitu ada inspirasi dari UNAIR, maka luar biasa perubahan di pondok ini, jadi ini berkah UNAIR,” katanya. Menurut Drs. Ec. Mashariono, MBA., penasihat IKA-UA yang juga
perintis pengmas ini, awalnya UNAIR menyumbang buku-buku. Kemudian dalam kunjungan setiap tahun selalu “mampir” dan memberi sekadar bantuan, seperti, ternak domba, komputer, laptop dan LCD, pembelajaran tertentu misalnya manajemen perpustakaan, kesehatan remaja, dan tahun 2016 ini “Cara beternak domba” yang disampaikan oleh Drh. Trilas Sardjito, MS, ahli ternak domba FKH UNAIR. Kini domba yang dipelihara di Ponpes itu mencapai 15 ekor, dimana sebelumnya juga sudah banyak yang dimanfaatkan baik untuk keperluan pondok misalnya hajatan dan atau untuk kurban. (*) Penulis: Bambang Bes