Rektor UNAIR M. Nasih, Tersesat di Tempat yang Benar UNAIR NEWS – Perjalanan hidup dialami oleh semua orang. Likulikunya tidak sama. Ada yang dengan mudah dan serba enak. Ada yang turun-naik dan pasang-surut. Ada pula yang kesuksesannya dilalui dengan perjuangan dari bawah. Begitu pula dengan yang dijalani Prof. Dr. H. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak, CMA., yang kini mengemban amanah sebagai Rektor Universitas Airlangga periode 2015-2020. Bungsu dari enam bersaudara anak seorang guru ngaji Abdul Wahab (alm) dan ibu Djuwariyah ini, sejak kecil ibaratnya tiada hari tanpa masjid. Remaja aktif sebagai Remas (remaja masjid), saat mahasiswa aktivis UKM-KI dengan home-base di masjid, memperoleh pekerjaan yang pertama pun berawal dari masjid, bahkan bertemu jodohnya pun juga dari masjid. “Bagi saya, masjid itu tempat yang damai, ya tempat ngaji, tempat belajar, kajian ilmu, dan tempat berorganisasi, dan sebagainya,” katanya ketika berbincang-bincang dengan kru Redaksi WARTA UNAIR, di ruang kerjanya. Jadi, kariernya sebagai guru dan kemudian sekarang memimpin universitas ini, juga berawal dari masjid. Kisahnya begini, ia mendapat informasi lowongan pekerjaan itu untuk formasi dosen Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR), almamaternya. Setelah ikut tes dan diterima, dalam perjalanan waktu kemudian memperoleh beasiswa studi lanjut ke S2 dan ke-S3, membina karir hingga akhirnya menjadi Rektor UNAIR Ke-13 ini. Senang di Masjid Tinggal bersama orang tuanya di kota kelahirannya, Gresik, praktis hanya sampai lulus SD. Selanjutnya Moh Nasih kecil sudah harus berpisah dengan orangtua. Semula ia akan “dipondokkan” ke Ponpes Gontor. Tetapi tidak jadi, dan
akhirnya “menyeberang” ikut kakak dan sekolah di sebuah SMP di Babat, Kab. Lamongan. Disinilah ia membantu sang kakak yang antara lain berjualan obat. ”Waktu itu harapan kami sih pagi sekolah, sore ngaji ke Langitan (Pondok Pesantren – red). Tapi tidak terlalu berhasil, dan hanya saat Posoan saja saya mondok disana, bukan nyantri,” katanya. Setelah lulus SMP, ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP) di Lamongan, yang kini menjadi SMAN 2 Lamongan. Karena jarak sekolah dengan rumahnya jauh, maka ia indekos. Kebetulan kosnya juga dekat masjid dan sekolah Islam, sehingga Nasih juga senang karena bisa lebih lama berdiam di masjid daripada di kamar kos. Sama seperti saat SMP, pagi hari sekolah, sore hingga malam ngaji atau “mondok” di surau. Karena itu ia mengaku sudah terbiasa dengan full day shcool. Dan, tempat ”mondoknya” itu sekarang menjadi PP Darul Ma’arif Lamongan. Lulus SLTA tahun 1985 ia hijrah ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Ia mendaftar via SBM-PTN di empat jurusan yaitu Akuntansi UNAIR, Kedokteran UNAIR, Teknik Sipil ITS, dan Manajemen UNEJ Jember. “Ternyata garis tangan saya ada pada jurusan Akuntansi UNAIR,” kata Pak. Nasih, sapaan akrabnya. Karirnya Menanjak Ketika pertama menginjakkan kaki di kampus UNAIR, kebiasaan sebagai Remas masih berlanjut. Masjid itulah sebagai jujukan Nasih. Disela-sela kuliah itulah ia aktif berorganisasi pada UKKI (Unit Kegiatan Kerohanian Islam – sekarang UKMKI), ya melakukan kajian-kajian, belajar mata kuliah, dan mengembangkan ketrampilan menulis artikel untuk dikirim ke berbagai surat kabar. ”Artikel pertama saya dimuat Harian Suara Indonesia (SI)
Malang. Selanjutnya juga di beberapa media. Ya lumayan dapat honor Rp 50.000/tulisan bisa untuk traktir teman,” katanya. Mengaku meraih kebanggan dari tulisan-tulisannya yang dimuat media massa, menjelang lulus S1 Nasih melamar jadi wartawan di Harian Prioritas, namun tidak diterima. Kemudian bekerja sebagai konsultan di sebuah perusahaan. Tetapi karena terjadi perbedaan pendapat dengan atasannya, Nasih memilih keluar. Lagi-lagi masjid menjadi jujugan favouritnya untuk menenangkan diri. Di masjid UNAIR pulalah ia mendapat pekerjaan sebagai PNS di UNAIR karena lolos tes tahun 1992. “Setahun setelah mendapat pekerjaan, saya menikah dengan Triyani Purnamawati, kawan aktivis di UKKI UNAIR. Tetapi yang seperti ini bukan hanya saya lo, banyak juga yang ketemu jodohnya disana,” kenang Pak Nasih sambil tertawa. Membangun mahligai rumahtangga dengan Triyani Purnamawati, alumni Fakultas Psikologi UNAIR, Prof. Moh Nasih kini dikaruniai dua orang putera, yaitu Muhammad Fata Fatihuddin (kuliah FK UNAIR) dan Muhammad Nathiq Ulman (SMAN 2 Surabaya). Lima tahun menjadi dosen di FEB, Moh Nasih mendapat beasiswa untuk studi S2 jurusan Teknologi Industri di Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus S2, sebenarnya ia mau ambil S3 sekalian di ITB, tetapi karena terlalu lama menunggu promotor yang akan membimbing, ia memilih kembali saja ke Kota Surabaya dan menempuh S3-nya di UNAIR. Kariernya semakin menanjak. Antara lain karena dipercaya menjadi Direktur Keuangan UNAIR, kemudian diangkat untuk menjabat Wakil Rektor II UNAIR sejak 2010, dan kemudian dikukuhkan menjadi Guru Besar (Professor) pada 29 Nopember 2014. ”Itulah garis tangan saya. Kalau dulu saya jadi di pondok, mungkin saya bekerja di Depag seperti saudara-saudara saya. Begitu juga kalau diterima jadi wartawan, mungkin kisahnya juga akan lain. Jadi rupanya, in shaa Allah saya ini tersesat
di tempat yang benar,” kata Prof. Moh Nasih sambil tertawa di tengah percakapan dengan Tim WU itu. (*) Penulis: TIM WARTA UNAIR Editor: Bambang Bes
UNAIR Jadi Tuan Rumah Pertemuan Majelis Wali Amanat Sebelas PTN UNAIR NEWS – Perwakilan Majelis Wali Amanat (MWA) dari Sebelas Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) akan menghadiri ‘Pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN BH’ di Universitas Airlangga, 17-18 Maret 2016. Pertemuan tersebut akan membahas ‘Implementasi Good Governance PTN BH untuk Mewujudkan World Class University’. Sebanyak sebelas perwakilan MWA yang akan hadir tersebut berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Padjadjaran (UNPAD), Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Hasanuddin (UNHAS), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Iman Prihandono, Ph.D, selaku Sekretaris Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga (Foto: UNAIR NEWS) “Sejak ada status PTN-BH, belum pernah sekalipun ada pertemuan bersama MWA. Mengingat pentingnya peran MWA bagi PTN-BH, pertemuan MWA ini dirasa menjadi perlu,” ujar Sekretaris MWA UNAIR, Iman Prihandono, Ph.D, usai menghadiri rapat persiapan penyelenggaraan pertemuan Forum Komunikasi MWA PTN-BH di Kantor Manajemen UNAIR, Senin (7/3). Pertemuan tersebut, lanjut Iman, juga akan membahas isu-isu bersama yang saat ini dihadapi oleh PTN-BH seperti penyamaan persepsi mengenai peran MWA dalam mendukung pengelolaan keuangan PTN-BH yang transparan dan akuntabel sebagai bagian dari otonomi keuangan yang dimiliki PTN-BH. “Selain itu juga bagaimana peran MWA dalam mendukung masingmasing PTN-BH untuk mencapai standar world class university. Kita harus menyamakan persepsi bahwa tugas MWA ini sangat penting bagi PTN-BH,” lanjut doktor lulusan Macquarie Law School ini.
Rencananya, Menristekdikti M Nasir, Menkeu Bambang Brodjonegoro, Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil serta Ketua/Wakil Ketua Komisi X DPR RI akan diundang menjadi pembicara dalam pertemuan tersebut. Penulis : Yeano Andhika
Alumni dan Mahasiswa All Out Bantu Korban Banjir Sampang UNAIR NEWS – Tim UNAIR yang terjun ke lokasi bencana banjir Sampang benar-benar all out. Mereka mengerahkan segenap tenaga untuk meringankan beban masyarakat di sana. Rachmat Muttaqin, alumni FISIP yang dulu aktif di UKM Menwa menjelaskan, pada Rabu malam (2/3), lima personel berangkat ke Sampang. Mereka meluncur ke Pulau Garam dengan menggunakan tiga unit sepeda motor. Selain Muttaqin, ada pula tiga anggota Menwa dari berbagai fakultas dan seorang sukrelawan dari Fakultas Psikologi. “Di sana, kami langsung berkoordinasi dengan posko-posko. Kami dipersilakan melakukan survey dan pengamatan lapangan. Dari situ, kami tahu kalau ada di kawasan yang belum tersentuh bantuan. Yakni, Panggung dan Paseyan,” kata dia.
Penuh sesak : suasana di dalam posko kesehatan (Foto: UNAIR NEWS) Mereka pun memutuskan untuk fokus mendistribusikan bantuan berupa barang dan tenaga guna ikut bersih-bersih lingkungan di sana. Barang yang diberikan pada penduduk sekitar antara lain bahan makanan, pakaian, obat-obatan, serta perkakas atau kebutuhan sehari-hari lainnya. Pada Jum’at (4/3), sejumlah alumni dan Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) menyusul hadir. Mahagana adalah sekumpulan mahasiswa lintas UKM dan eksponen. Misalnya, Menwa, Pramuka, KSR PMI, Wanala, Mapanza, BEM, dan lain-lain. Tepatnya, pada Sabtu sore (5/3) tim dari UNAIR itu baru kembali dari Sampang. “Ini merupakan tugas dan tanggungjawab sosial kami. Wujud nyata pengabdian untuk masyarakat bangsa dan negara,” kata Muttaqin. (*)
Penulis: Rio F. Rachman
Drainase di Lingkungan Kampus C UNAIR Mulai Dibersihkan UNAIR NEWS – Program pembersihan dan normalisasi drainase di lingkungan kampus C Universitas Airlangga (UNAIR) sudah dimulai pada 22 Februari 2016 lalu. Memang belum semua, dan baru pada drainase di tepi jalan antara Asrama Mahasiswa putera hingga Fakultas Kedokteran Hewan (FKH). Tetapi langkah awal ini akan berlanjut hingga semua drainase terkeruk lumpur dan kotorannya. Bahkan dimungkinkan juga membuat normalisasinormalisasi dengan membuat sudetan agar laju air menjadi lancar. Agus Sutiyono, S.Sos., Kasi Lingkungan, Subdit Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), Direktorat Sarana dan Prasarana UNAIR, menjelaskan bahwa pengerukan dan normalisasi drainase ini dilaksanakan bersama Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (PUBMP) Pemkot Surabaya. Pembersihan drainase ini terinspirasi dari pekerjaan serupa di kampus B yang dilakukan oleh RSU Dr. Soetomo. Selanjutnya Direktorat Sarpras mengajukan permohonan via surat kepada Dinas PUBMP per 1 Februari 2016. Dilakukan survey oleh petugas PUBMP pada 15 Februari dan pembersihan pertama menggunakan alat berat (beko) pada 22 Februari 2016. Karena hujan lebat dan banjir di berbagai tempat di Kota Surabaya, oleh Pemkot beko sementara dialihkfungsikan sementara ke Jl. Ngaglik untuk mengatasi sumbatan drainase disana, kemudian digeser lagi ke Jl. Darma Husada untuk pekerjaan serupa. ”Jadi pembersihan lanjutan pada drainase lainnya di kampus C,
kita menunggu instruksi lebih lanjut dari Pemkot selaku yang punya alat berat,” kata Agus Sutiyono kepada UNAIR News. Pekerjaan pengerukan sungai yang paling besar dan lebih berat diperkirakan Agus adalah drainase yang menghubungkan antara Asrama Puteri hingga terusannya hingga samping kanan gedung Student Center (SC) dan yang membelah antara kampus FKM dan FST. Karena kondisi drainase lebih lebar diperkirakan nanti juga diperlukan ponton agar pengerukan bisa maksimal, bahkan jika diperlukan juga bisa dibuat sudetan-sudetan dan normalisasi untuk memperlancar lajunya air. “Mengapa dinormalsiasi, karena saluran yang melewati sawahsawah itu juga banyak di kanan-kirinya yang ruwet karena rumput dan tanaman lain yang tak teratur, karena kondisi juga belum diplengseng,” tambah Agus seraya optimis bila semua drainase sudah dibersihkan maka laju jalannya air hujan itu akan lancar. (*) Penulis: Bambang Bes
Dinkes Sampang Apresiasi Tim Tanggap Bencana UNAIR UNAIR NEWS – Hujan yang mengguyur Sampang sejak Jumat (26/2) lalu telah mengakibatkan 13 desa terendam banjir. Ketinggian air di beberapa titik bervariasi tergantung kontur masingmasing daerah, mulai dari 70 – 100 sentimeter. Dampak banjir kini mulai dirasakan. Selain aktivitas warga yang sempat lumpuh total, mereka juga mewaspadai penyakit yang berbahaya. Keadaan tersebut menggugah Tim Tanggap Darurat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo untuk
berperan dalam menangani warga korban banjir di Sampang. Kunjungan tim tanggap darurat diterima langsung oleh Wakil Bupati Sampang H. Fadhilah Budiono dan Kepala Dinas Kesehatan dr. Firman Pria Abadi pada Senin (29/2). Dalam sambutannya, Dekan FK UNAIR Prof. Soetojo, Dr., dr., Sp.U, yang turut serta mendatangi korban banjir Sampang, menyampaikan bahwa pihaknya mengaku khawatir dengan penyakit Leptospirosis yang dapat mengancam kesehatan warga pasca banjir. Kedatangan tim tanggap bencana ke Sampang memperoleh apresiasi positif dari Pemerintah Kabupaten Sampang. “Saya senang sekali terhadap respon dari pihak UNAIR yang mencari informasi terlebih dahulu mengenai kebutuhan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Hal ini memudahkan kami dalam menangani berbagai masalah kesehatan yang timbul pasca banjir,” ujar dr. Firman Pria Abad, Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Sampang. Keterlibatan UNAIR memang diharapkan untuk membantu pemulihan keadaan warga di bidang kesehatan. Sulistiawati, dr., yang turut serta dalam rombongan mengatakan bahwa sebelum mengunjungi Sampang, pihak UNAIR terlebih dahulu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, untuk mengetahui kebutuhan warga. “Bantuan seperti logistik, minuman isotonik, obat-obatan khususnya antibiotik sangat bermanfaat membunuh dan menghambat bakteri penyebab infeksi terutama bakteri Leptospira sp. Agar tidak terjadi overlap, tim tanggap bencana berinisiatif untuk menghubungi Dinkes Sampang. Kami juga mengusulkan beberapa bantuan yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama pasca banjir,” tutur Sulistiawati, dr. Pendirian posko Bertepatan dengan kunjungan tim, aktivitas warga di Sampang sudah berangsur normal. Debit air sungai sudah menyusut, pertokoan kembali dibuka, dan siswa mulai bersekolah. Sejumlah warga juga mulai bergotong royong membersihkan sisa-sisa
banjir. Dari total 13 desa yang terendam banjir, tim medis mengunjungi 12 desa. Bertempat di Dusun Grugul, tim tanggap bencana dibantu oleh Cindy Cecilia, dr., (dokter internship lulusan FK UNAIR) mendirikan posko kesehatan. Posko kesehatan UNAIR didirikan di pelataran rumah warga dan menyelenggarakan pengobatan gratis. Dalam waktu yang relatif singkat, posko kesehatan UNAIR langsung dikerumuni warga. Warga berdatangan dengan keluhan masing-masing. Sebagian besar diantara mereka mengeluhkan penyakit gatal-gatal. Dengan adanya posko kesehatan ini, diharapkan dampak pasca bencana terutama di bidang kesehatan dapat diminimalisir dan memberikan kemudahan akses bagi warga korban banjir. (*) Penulis: Dwi Astuti Editor: Defrina Sukma S
Senam Pagi Plus Bazaar, Konsep Baru Eratkan Sivitas Unair News – Ada yang berbeda dengan senam pagi yang diadakan di halaman Universitas Airlangga kali ini, Minggu (28/2). Senam pagi yang rutin diadakan tiap bulan, dengan bergilir pada masing-masing fakultas di UNAIR tersebut, kali ini mengusung konsep yang berbeda dari acara-acara sebelumnya. Panitia senam pagi kali ini adalah dari Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNAIR. Jika sebelumnya acara senam sehat hanya dilakukan sebatas senam, jalan sehat, serta tebar benih ikan di danau Kampus C, pada senam pagi kali ini tersedia juga
stand bazaar yang diperuntukkan bagi sivitas UNAIR maupun masyarakat umum yang ikut memeriahkan acara. Senam pagi kali ini cukup banyak menarik perhatian. Dari 1.200 kupon dan kupon tambahan tanpa makan yang dibagikan, seluruhannya habis diserbu peserta. Berbagai macam hadiah hiburan serta hadiah utama menjadi salah satu magnet kuat bagi peserta untuk mengikuti acara sampai selesai. “Konsep bazaar ini sebenarnya terkait dengan beberapa stakeholder, terutama dibidang perikanan. Harapan kedepan dengan diadakannya senam pagi dengan konsep yang berbeda kali ini yaitu dapat menjadi trendsetter untuk acara senam pagi selanjutnya,” ujar Kustiawan Tri Pursetyo, selaku ketua panitia pelaksana senam pagi FPK. Yang lebih unik lagi dari senam pagi kali ini yaitu setiap pengambilan hadiah utama yang berupa sepeda mini, sepeda gunung, mesin cuci, dan juga kulkas, peserta yang beruntung harus bergoyang di depan semua peserta yang datang. “Goyang sampai panggungnya bolong,” celoteh MC saat Deny Setyawan, salah satu mahasiswa UNAIR yang beruntung mendapatkan sepeda mini. Deny, sapaan akrab mahasiswa tersebut yang juga hobi melucu itupun langsung menunjukkan kebolehannya bergoyang dalam berbagai gaya. Mulai ngebor, gaya Uut Permata Sari, sampai gaya patah-patah. Sontak saja tingkah Deny ini membuat seluruh peserta senam pagi itu terpingkal-pingkal. (*) Penulis: Dwi Astuti Editor: Binti Q. Masruroh
Rangkuman Berita Media Tentang UNAIR Hari Ini (2/3/16) Server Lemot, Siswa Cemas Pendaftaran SNMPTN memang sudah dibuka mulai kemarin. Namun, pada hari pertama pendaftaran, server SNMPTN malah lemot. Akibatnya, banyak siswa yang belum bisa log in. Begitu pula yang dirasakan Pramesvara Naori Rachmadhani dari SMAN 6. Ia merasa gelisah karena hingga pukul 11.50 WIB, dia belum dapat log in ke akun SNMPTN. Dia ingin mendaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Wakil kurikulum SMA Negeri 21 Moch Arifana mengatakan pada hari pertama pendaftaran, siswa memang melihat sendiri ke laman dengan menggunakan ponsel. Pihak sekolah pun juga tidak bisa mengecek langsung siswa yang masuk dalam kuota 75 persen. Namun, pihak sekolah memfasilitasi guru BK agar dapat membantu siswa dalam mematangkan jurusan. Jawa Pos hal 25 dan 35 dan Radar hal 1 dan 2, Selasa, 1 Maret 2016 — Buku Penutup Novel Supernova Bikin Decak Kagum Sebuah novel karya Dewi lestari (Dee) berjudul Supernova sukses membuat penggemar setianya berdecak kagum. Buku penutup kisah Supernova yang berjudul Inteligensi Embun Pagi juga digadang-gadang melebihi kesuksesan dari buku pertamanya. Begitu pula yang dirasakan Abdul Rosid Novianto, mahasiswa Universitas Airlangga. Meski pada awalnya dia mengalami kesulitan dalam memahami kata-kata yang ada dalam buku, namun dia merasa buku ini menghadirkan nuansa baru bagi para pembaca.
Jawa Pos hal 17, Selasa, 1 Maret 2016 — Negeri Darurat Bencana (Opini Dosen FISIP UNAIR, Bagong Suyanto) Bencana yang belakangan melanda Indonesia, di satu sisi bisa dipersepsi sebagai takdir, namun riset menunjukkan bahwa aktivitas manusialah yang menjadi penyebab utama perubahan iklim global. Studi Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga pada tahun 2015 menemukan beberapa dampak perubahan iklim, antara lain, sarana prasarana menjadi rusak, merebaknya wabah penyakit, terutama pernapasan, kekeringan dan kekurangan sumber air, bencana alam, dan ujungnya harga pangan semakin mahal karena penurunan produksi komoditas pertanian. Oleh karena itu, untuk meyiasati dampak perubahan cuaca yang merugikan, upaya yang dikembangkan adalah membangun kemampuan adaptasi masyarakat dan mengurangi risiko ancaman akibat bencana. Republika hal 6, Selasa, 1 Maret 2016 — Operasi Plastik, Pria Lancipkan Dagu dr Iswinarno Doso Saputro SpBP (RE) yang saat ini mengambil gelar spesialis di FK UNAIR mengatakan ada anggapan di kalangan pria muda jika dagu lanip merupakan petanda bahwa orang tersebut terlihat lebih smart. Banyak diantara mereka yang memilih melakukan operasi plastik untuk memperbaiki dagunya. Sebenarnya, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk meruncingkan dagu atau geniolpasty. Pertama, chin implant yakni memasang implan dari silikon padat. Kedua, memakai teknik memotong tulang dagu sekitar 1 cm. Menurutnya, implan memiliki kelebihan bisa dilepas. Jika sudah bosan, implan tinggal diangkat dan diganti sesuai keinginan. Namun, memakai tulang sendiri pun juga lebih hemat karena tidak perlu pasang
lepas. Selain meruncingkan dagu, menurut dr. Iswinarno, pria juga suka memperbaiki bentuk kantung mata. Jawa Pos hal 36, Rabu, 2 Maret 2016 — Ajak Anak Muda Inspirasi Masyarakat Dalam acara “Berani Memulai Startup!” yang digelar Lenovo di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, Marsha Chikita Fawzy mengajak anak muda melakukan hal-hal positif lewat sebuah komunitas bernama kelas inspirasi di FEB UNAIR. Dia berbagi tips menginspirasi masyarakat mengingat dia adalah pelaku start up. Chiki yang memang hobi menggambar itu memanfaatkan hobinya untuk mencari pengalaman dan bekerja pada sebuah rumah produksi yang melahirkan kartun Upin Ipin asal Malaysia. Namun, pada tahun 2012, dia memilih kembali ke Indonesia dan mendirikan sendiri rumah produksi dengan berbekal pengalamannya selama bekerja di Malaysia. Melalui program Lenovo Siap Maju Inspiration Hunt, diharapkan anak muda khususnya yang berada di usia produktif untuk memulai langkahnya dalam menggapai impian. Seputar indonesia hal 11, Surya hal 13 dan 16 dan Radar hal 5, Rabu, 2 Maret 2016 — 904 Siswa Daftar SNMPTN UNAIR Berdasar data per Selasa (2/3), jumlah pendaftar SNMPTN di UNAIR sudah mencapai 904 orang yang terbagi menjadi 520 peserta pada pilihan pertama dan 384 orang pada pilihan kedua. Rektor UNAIR Prof. Muhammad Nasih menjelaskan, jumlah pendaftar sudah mencapai 43 persen dari kuota SNMPTN di UNAIR, yakni 2.080 mahasiswa. Program studi yang paling banyak diminati adalah manajemen dengan 86 pendaftar, farmasi dengan total pendaftar 80 dan akuntansi dengan total 57 pendaftar.
Prof. Nasih juga menjelaskan bahwa pada tahun ini, UNAIR memiliki daya tampung 5.200 kursi untuk mahasiswa baru tingkat sarjana. Kuota jalur SNMPTN minimal 40 persen, SBMPTN 30 persen dan jalur mandiri maksimal 30 persen dihitung dari kapasitas daya tampung masing-masing PTN. Seputar indonesia hal 11, Jawa Pos hal 25 dan 35, dan Surya hal 13 Rabu, 2 Maret 2016 — Penulis: Thia Aminah
FKG Gencar Helat Revolusi Mental
Training
UNAIR NEWS – Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi menaruh harapan besar pada Universitas Airlangga (UNAIR). Kampus yang berdiri sejak 1954 ini ditargetkan dapat menembus peringkat 500 besar perguruan tinggi terbaik di dunia. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, seluruh elemen civitas akademika mesti berperan aktif. Sumber Daya Manusia yang unggul menjadi pondasi penting. Sekaligus, penggerak ke arah perubahan yang lebih baik. Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) merespon positif rencana besar tersebut. Beragam program dijalankan. Salah satunya, dengan menggelar training bertajuk Revolusi Mental Sumber Daya Manusia Fakultas Kedokteran Gigi UNAIR di Garden Palace Surabaya, pada Sabtu lalu (20/2). Segenap staf pengajar dan guru besar fakultas turut hadir dan berpartisipasi. Acara ini dihadiri oleh Dekan FKG UNAIR Dr. R.
Darmawan Setijanto, drg., M.Kes, dan tiga pembicara lain. Yakni, Prof. Dr. Ir. Abdullah Shahab, M.Sc., Ir. Misbahul Huda, M.Sc., dan KH. Ir. Taat Budi Utomo. Darmawan mengatakan, training revolusi mental ini berusaha menselaraskan langkah mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dosen (termasuk guru besar) menuju internasionalisasi. “Kalau kita punya target yang mendunia, kinerja kita harus sesuai dengan standar dunia. Mahasiswa juga harus siap apabila kami mengubah gaya mengajar,” tutur Darmawan. Training dengan topik Revolusi Mental sendiri sudah kerap digelar secara simultan. Semua elemen mulai mahasiswa, tenaga kependidikan, serta staf pengajar dan guru besar dilibatkan. Gelaran ini sudah dihelat sejak Desember tahun 2015. (*) Penulis: Humas FKG Editor: Rio F. Rachman
Banyak Siswa Minim Informasi Pendaftaran Perguruan Tinggi UNAIR NEWS – Informasi mengenai SNMPTN maupun SBMPTN menjadi hal yang penting bagi siswa SMA yang ingin melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Akan tetapi, tidak semua siswa SMA/sederajat mengetahui secara jelas mengenai informasi yang mereka butuhkan tersebut. Untuk itu, Pusat Informasi dan Humas (PIH) dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Universitas Airlangga hadir untuk memberikan informasi dan melayani konsultasi studi di jenjang perguruan tinggi. Kali ini, sosialisasi diadakan di SMA Negeri 1 Surabaya yang berlangsung pada Minggu (28/2). Hadir sebagai pemateri pada
sosialisasi tersebut Drs. Suko Widodo, M.Si selaku ketua PIH UNAIR, dan Drs. Adri Supardi, MS., dari PPMB UNAIR. “Ternyata banyak siswa di Surabaya yang bingung dengan informasi SNMPTN. Karena itu PIH diundang untuk menjelaskanya,” papar Suko. Sosialisasi ditujukan kepada para siswa, guru, dan wali murid, sebagai penyalur informasi guna memudahkan dalam memilih dan mempertimbangkan kelanjutkan studi yang diinginkan. “Peserta puas dengan kehadiran PIH dan PPMB UNAIR. Bahkan para orang tua dan siswa dipersilahkan untuk datang dan konsultasi ke UNAIR untuk mendapat informasi yang dibutuhkan,” lanjut dosen pada Program Studi Ilmu Komunikasi UNAIR tersebut. Dalam pemaparannya, Adri dari PPMB menjelaskan mengenai informasi umum tentang UNAIR secara detail. Mulai dari profil, sejarah, fakultas dan program studi, fasilitas, prestasi, dan informasi lainnya. Adri juga menjelaskan daya tampung untuk bisa diterima di UNAIR melalui berbagai jalur, seperti SNMPTN, SBMTPN, dan Mandiri. Ada dua faktor penting yang menyebabkan siswa diterima atau tidak diterima di perguruan tinggi, yaitu indeks siswa dan indeks sekolah. Indeks siswa meliputi nilai ujian siswa disetiap semester, kemampuan soft skill, hingga prestasiprestasi yang pernah diraih. Sementara indeks sekolah dilihat dari prestasi sekolah dan alumni-alumni terhadap perguruan tinggi yang dituju. “Setiap tahunya, UNAIR menerima kurang lebih 5.600 mahasiswa baru. Maka harus serius dan belajar sungguh-sungguh untuk bisa lolos, tapi jangan lupa berdoa,” tutur Adri yang juga dosen pada Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR. Antusiasme siswa terlihat begitu tinggi. Sebagai respon dari pemaparan kedua pemateri, para siswa bergantian memberikan
pertanyaan. Arifin, salah satu siswa pada peminatan IPA kelas XII menanyakan mengenai tips agar bisa diterima di kampus yang diinginkan. Pada kesempatan ini, ada salah satu wali murid yang ikut ambil suara pada jalannya sesi tanya jawab. Ialah Salam, salah satu alumni Fakultas Kedokteran UNAIR. Salam memberikan tanggapan mengenai keluh kesah ketika studi di fakultas kedokteran kepada para siswa dan guru. Kepala Sekolah SMAN 1 Surabaya, Johanes Mardijono, S.Pd, MM., menilai sosialisasi ini sangat diperlukan bagi guru, siswa, maupun wali murid. Pihak sekolah juga giat menerapkan try out Ujian Nasional dan SNMPTN di sekolah. Menurutnya, sosialisasi ini penting karena sebagai bentuk kepedulian sekolah terhadap masa depan muridnya. “Di
sekolah
kami
banyak
siswa-siswi
yang
berprestasi.
Harapanya semuanya mendapatkan tempat yang tepat setelah lulus dari sini,” ujar Johanes. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Binti Q. Masruroh
WANALA UNAIR Daki Puncak Denali Alaska Tahun Depan UNAIR NEWS – Ekspedisi kelima Seven Summits WANALA UNAIR dipastikan akan dilaksanakan tahun depan. Pada pertengahan tahun 2017, tim WANALA UNAIR akan mendaki Gunung McKinley atau yang sering dikenal dengan nama Denali, puncak tertinggi di lempeng belahan bumi utara. Rencananya, tiga orang pendaki terpilih dari WANALA UNAIR akan mencoba menaklukkan gunung
dengan tinggi mencapai 20.237 kaki atau 6.168 meter di atas permukaan laut tersebut. Senin siang (29/2), tiga anggota WANALA UNAIR yang tergabung dalam manajemen ekspedisi ke Denali, yaitu Faisal (Ketua Pelaksana), Suci Wulandari (Sekretaris), dan Wahyu Nur Wahid (Ketua Bidang Administrasi) berkunjung ke kantor redaksi UNAIR NEWS mengabarkan rencana ekspedisi tersebut. “Seven summits adalah wujud kecintaaan kami pada alam dan tanah air. Sebagai organisasi mahasiswa pecinta alam, maka ini adalah cara kami menunjukkan harga diri kami sebagai sebuah organisasi,” ujar Faisal menjelaskan latar belakang dilaksanakannya ekspedisi seven summits ini. Dalam ekspedisi ke Denali ini, menurutnya, saat ini pihaknya tengah melakukan seleksi untuk mendapatkan nama pendaki yang akan diberangkatkan ke gunung yang terletak di Alaska, Amerika Serikat tersebut. Sembilan orang tercatat telah mendaftarkan diri untuk mengikuti ekspedisi, dua dari sembilan orang yang mendaftar tersebut adalah perempuan. Sebagaimana sebelumnya, pendakian dalam rangkaian ekspedisi seven summits selalu membutuhkan stamina lebih. Sembilan orang yang mendaftar pun saat ini tengah mempersiapkan stamina mereka. Dari segi fisik, mereka terus berupaya melatih ketahanan dan kebugaran fisik, antara lain dengan latihan lari tanpa henti dengan trek sepanjang 10 kilometer hingga pendakian ke tiga gunung yang dijadikan uji coba yakni Arjuna, Welirang, dan Bromo. “Kami sedang mengajukan proposal sponsorship ke berbagai perusahaan dan jaringan alumni UNAIR,” ujar Wahyu Nur Wahid. Ekspedisi seven summits merupakan serangkaian pendakian ke tujuh puncak gunung tertinggi di masing-masing benua yang dilaksanakan oleh WANALA UNAIR. Empat dari tujuh puncak tertinggi telah digapai oleh tim yakni Puncak Cartenz, Gunung Jaya Wijaya, Indonesia (1994), Puncak Kilimanjaro, Tanzania
(2009), Puncak Gunung Elbrus, Rusia (2011), serta Puncak Aconcagua, Argentina (2013). Selain ke Puncak Denali, ekspedisi ke Vinson Massif di Antartika serta Everest di Himalaya akan menggenapi ekspedisi seven summits mereka.(*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Yeano Andhika