UKM Sepak Bola UNAIR Raih Juara IV dan Terpilih sebagai Best Fair Play UNAIR NEWS – Setelah sepekan berlaga, akhirnya tim sepak bola dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepak Bola Universitas Airlangga berhasil mengantongi Juara IV. Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada ini, sebanyak 15 mahasiswa dari berbagai fakultas turut mengikuti kegiatan yang diberi nama UGM Futsal Championship 2017. Ke-15 mahasiswa tersebut antara lain Ari Riski Harianto, Aldinosa Adjie R, Mudjiono Ade S, Ade Real Madrid, M. Fathir Aziz, M. Fachrul Ananda, Bintang Rasendriya A. S, M. Ali Sabiqin, Victor Gabriell, M. Bayu J, Chairil Usman O, M. Panji Maarifil K, M. Syafrie R, dan Nucky Syafriannoer S. Kompetisi yang diadakan di Planet Futsal Yogyakarta pada tanggal 8 hingga 15 April ini diikuti oleh 32 tim dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, Universitas Negeri Surakarta, serta Universitas Pembangunan Nasional, Surabaya. Pada babak penyisihan 16 besar, tim sepak bola UNAIR berhasil mengalahkan Universitas Amikom Yogyakarta dengan score 5-4. Kemudian pada babak 8 besar, tim kembali unggul dari Islamic University of Nusantara Bandung dengan hasil akhir 2-3. Namun pada babak semi final, tim sepak bola UNAIR tidak berhasil mengalahkan Tax Usakti, Jakarta. Berbagai persiapan telah dilakukan oleh tim asuhan pelatih Supri dan Guntur tersebut. Termasuk, berlatih empat kali dalam seminggu di tengah padatnya jadwal kuliah. Selain itu, tim sepak bola UNAIR juga sering mengadakan pertandingan uji coba dengan perguruan tinggi lain untuk mengukur kemampuan mereka.
Meski belum memperoleh juara I, mereka mengaku bangga karena telah meraih juara IV sekaligus diberi predikat Best Fair. “Kita masuk semi final sudah bangga karena dilihat dari persiapan latihan yang kurang maksimal. Kesulitan kita memang ada pada latihan, karena tiap pemain memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda, sehingga untuk menyatukan itu tidak mudah. Apalagi memang kita tidak mau menyepelekan kuliah,” tutur Ari salah satu pemain dari Fakultas Hukum. (*) Penulis : Pradita Desyanti Editor
: Binti Q. Masruroh
Kartini, Spirit dan Simbol Hari bersejarah untuk bangsa kita, bahwa pada Tanggal 21 April 1879, di kota Jepara, Jawa Tengah, lahir perempuan keturunan bangsawan, yaitu Bupati Jepara. Nama perempuan ini adalah Kartini. Karena tidak bisa diam, dia di juluki Trinil. Di masa gadis kecil, dia sempat bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Namun, terpaksa harus dihentikan saat usia 12 tahun karena datang haid pertama yang artinya sudah saatnya untuk dipingit. Dikurung dalam rumah, menunggu ada pria meminangannya. Saat itu, di kepala para wanita Jawa, hanya pinangan pria yang akan membawanya keluar menuju derajat yang lebih tinggi. Kartini sesungguhnya berkecukupan akan materi, namun kekecewaannya yang amat mendalam akibat dilarang melanjutkan pendidikan, membuatnya menderita batin yang berat. Surat-suratnya kepada kawannya bernama Stella di Belanda menyiratkan itu. Kumpulan surat ini dibukukan menjadi sebuah
buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, yang sudah begitu tersohor. Buku itu diterbitkan ketika masa politik etik di Eropa menyeruak atas banyaknya perilaku kolonial yang melanggar kemanusiaan. Terlepas dari motif tertentu pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan nama harum dengan menerbitkan buku Kartini, buku tersebut cukup mengguncang bumi nusantara untuk menoleh akan keberadaan perempuan Indonesia yang terpuruk. Bahkan, hingga saat ini! Atas informasi yang lengkap tentang Kartini dari Buku tersebut, serta jasa jasanya, diangkatlah Kartini sebagai salah satu pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Buku Kartini mungkin sudah dibaca jutaan perempuan Indonesia. Namun sejumlah pertanyaan menyeruak: Sudahkah kita mewarisi spirit perjuangan Kartini? Atau, benarkah kita mampu menangkap pemikiran transformatif Kartini yang sesungguhnya? Atau lebih jauh dari itu, dapatkah kita melanjutkan cita-cita luhurnya untuk masa sekarang dan yang akan datang? Jangan-jangan, kita masih menangkap simbol-simbol fisik Kartini belaka. Simbol fisik Jika kita mau merenungkan substansi buku Kartini, akan muncul banyak pertanyaan. Sampai sejauh ini, peringatan Hari Nasional Kartini sebatas simbol fisik. Yakni, kebaya, jarit, sanggul, masak-memasak dan seputar atribut domestik wanita Jawa di Zaman dulu. Tidak ada yang salah dengan itu. Namun, jika hanya berhenti di situ, sangatlah disayangkan. Kita sepakat, bahwa hari Kartini diperingati sebagai hari kebangkitan bagi perempuan Indonesia. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Ibu Kartini, janganlah dilupakan pahlawan perempuan yang lain yang tidak kecil pula jasanya untuk memperjuangkan kemajuan. Sebut saja, Cut Nyak Dhien, Martina Martha Tyahohu, Dewi Sartika, Malahayati, Rasuna Said dan Maria Maramis. Mereka banyak yang tidak bersanggul, mungkin
berkerudung, atau bercelana panjang, budaya lokal.
itu semua hanya simbol
Keperkasaan pemikiran-pemikiran mereka tak bisa dibilang pemikiran perempuan biasa, itu yang terpenting. Pemikiran mereka telah melampaui zamannya. Namun, masih sering kita mendengar kata: surga perempuan adalah bersama suaminya, sehingga harus bungkam meski teraniaya, tanpa kritis mempertanyakan nasibnya. Simbol dan slogan Jawa yang dapat disalahartikan masih banyak membelit pikiran para perempuan. Misalnya, suami adalah “pengeran katon ( tuhan yang kelihatan)”, tugas wanita adalah bakti pada suami, dan lainlain. Tanpa memiliki pretensi negatif terhadap siapapun, marilah kita berpikir lebih dalam dan lebih luas. Kartini adalah sosok yang inspiratif, seorang nasionalis sekaligus feminis. Kartini menolak primodialisme (penghambaan manusia atas manusia). Fokus perjuangan kartini jauh ke depan dan luas. Yaitu, kaumnya, bangsanya, pendidikan, kemiskinan, kebodohan, kesehatan, perekonomian, dan sebagainya. Pemikirannya transformatif ratusan tahun di depannya. Otokritik Cibiran terkadang masih terlontar, mengapa Kartini memilih untuk melepas beasiswanya untuk studi ke Belanda? Mengapa Kartini tetap menerima dipoligami oleh Bupati Rembang? Mengapa dia diam dengan kondisi ibu kandungnya yang jelas tersubordinasi dan terdiskriminasi secara telak oleh ayahnya sendiri? Masih banyak kritikan tertuju pada Kartini atas semua pilihannya yang dianggap bumerang untuk dirinya sendiri. Terlepas dari semua yang dipandang kelemahan oleh banyak pihak itu, yang jelas Kartini telah menabur benih percik kemajuan. Pendidikan adalah substansi kemajuan. Kartini telah merintisnya untuk perempuan miskin saat itu.
Bagaikan lilin yang memecah gelapnya kebodohan. Kartini tidak sekadar mengutuk kegelapan, lebih dari itu, Kartini telah membuka mata para petinggi di zaman itu dan zaman sekarang, bahwa perempuan belumlah mendapatkan haknya yang setara dalam berbagai kesempatan. Kalaulah ada, hanya bisa dihitung dengan jari. Perempuan sebagai korban budaya patriarki telah disadarinya sejak dia kecil. Begitu kuatnya kungkungan budaya saat itu, hingga dia pun terpaksa menerima posisi subordinasi dan diskriminasi (dipingit), serta tidak berdaya dipoligami walau hatinya menolak dan memberontak. Sekarang, kita hidup di zaman jauh setelah kartini wafat. Namun, masih banyak pikiran kita terbelenggu dan berkutat pada atribut fisik dan terbelit hegemoni materi. Jika kita tidak memiliki materi, kita seolah bukan siapa-siapa. Jika kita memiliki materi, kita seolah bisa menjadi siapapun dan apapun. Materi dapat meninggikan derajat seseorang, namun jika salah “menggaulinya” materi dapat menghinakan manusia. Penutup Kartini sudah memiliki pemikiran besar di usia masih belasan tahun. Di zaman kini, rintangan jauh berkurang untuk berpemikiran besar dan transformatif seperti Kartini. Namun, masih banyak fakta kondisi subordinasi (posisi tidak setara) terhadap perempuan. Semua itu masih bisa kita jumpai di semua level kehidupan. Kondisi menempatkan perempuan di level kelas 2, menjadikan perempuan sasaran target kekerasan fisik, verbal, ekonomi, sosial, politik, apalagi budaya. Lalu, dari mana kita dapat memulai perubahan? Dari diri sendiri. Perempuan sendiri harus membetulkan mindset tentang kesetaraan. Masih sering kita jumpai perempuan lebih berperilaku bias terhadap kaumnya sendiri. Untuk itu, mindset harus diluruskan terlebih dahulu. Menolak segala bentuk
penindasan fisik maupun mental sebagai hasil dari sebuah kesadaran akan pentingnya pendidikan. Sudahkan kita membenahi mindset? Sekarang saatnya!
Teliti Kulit Manggis, Yovita Lulus Terbaik S-1 FKG UNAIR UNAIR UNAIR – Manfaat ekstrak kulit manggis memang telah lama populer. Ekstrak kulit manggis terbukti mampu berperan sebagai antioksidan, antivirus, hingga antibakteri. Baru-baru ini, manfaat lain dari ekstrak kulit manggis ini juga dimanfaatkan dalam kedokteran gigi. Dimana ekstrak kulit manggis ternyata juga bermanfaat untuk mengatasi karies gigi. Hal itu berhasil dibuktikan oleh Yovita Yonas, wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga, dalam wisuda Maret 2017. Yovita lulus dengan perolehan IPK 3.84. “Saya mencoba menggali satu lagi manfaatnya yang belum diteliti, yaitu kegunaannya dalam menghambat enzim glukosiltransferase, yaitu enzim penting dalam pembentukan karies gigi,” katanya. Agen baru saat ini yang sedang marak diteliti untuk keuntungan medis, yaitu bahan yang berasal dari alam, mengingat efek sampingnya rendah dan ketersediaan bahan relatif mudah didapat. Salah satu bahan alam yang sering digunakan dan dikenal manfaatnya, terutama di daerah Asia Tenggara, adalah manggis (Garcinia mangostana L). Bakteri utama penyebab terbentuknya karies gigi, yang sekaligus bakteri dominan di rongga mulut ini bernama
Streptococcus mutans. Enzim glukosiltransferase (GTF) yang diproduksi oleh S. mutans merupakan faktor penyebab terjadinya karies karies gigi. “Salah satu cara untuk mencegah karies gigi dengan menghambat aktivitas enzim GTF yang diproduksi oleh S. mutans,” katanya. Dalam bidang kedokteran gigi, beberapa antiseptik dan zat lainnya digunakan sebagai agen yang dapat mengontrol dental plak, seperti chlorhexidine, triclosan, dan sanguinarine. Bahan gold standard di bidang kedokteran gigi sebagai antibakteri adalah chlorhexidine. Kata Yovita, meskipun dikatakan sebagai gold standard, chlorhexidine memiliki beberapa kekurangan, yaitu menyebabkan perubahan warna gigi dan rasa tidak enak. “Efek ini menyebabkan perlunya penelitian dan perkembangan dari agen baru yang spesifik mampu menghambat aktivitas enzim GTF, sehingga mampu mengontrol pembentukan plak gigi, dengan efek samping yang minimal terhadap rongga mulut,” jelasnya. Sementara ini, belum ada penelitian tentang penghambatan aktivitas enzim. Namun kulit buah manggis yang mengandung senyawa efektif
flavonoid, ol-mangostin, dan tanin menghambat aktivitas enzim GTF. (*)
diperkirakan
Penulis: Sefya Hayu Istighfaricha Editor: Binti Q. Masruroh
Marlyn Susanti, Wisudawan Terbaik S-3 FKM Siap Berbagi
Ilmu UNAIR NEWS – Dalam menempuh pendidikan atau studi, Dr. Marlyn Susanti Junias, ST., M.Kes., selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang terbaik. Gelar dan capaian yang Marlyn peroleh itu, ia persembahkan kedua untuk orang tua, suami, dan anak-anaknya. ”Puji Tuhan setiap tantangan dapat saya hadapi dengan ikhlas dan terselesaikan dengan baik,” tutur lulusan program studi S-3 Ilmu Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga. Ia lulus terbaik dengan meraih IPK 3,85. Setelah ditetapkan sebagai wisudawan terbaik, Marlyn bersyukur atas pencapaian tersebut. Sebelumnya, ia mengaku sempat tak percaya ketika diberitahu tentang predikat wisudawan terbaik tersebut dalam wisuda kali ini. Ia bahkan sempat mengecek kembali informasi tersebut: benar atau salah. Itu untuk meyakinkan dirinya saja. “Sebelumnya saya tidak mengetahui informasi tentang wisudawan terbaik, saya pastikan karena takut salah,” kata lulusan program Master yang juga di UNAIR ini. Dibalik pencapaiannya itu, Marlyn menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, selama proses perkuliahan ia harus menyesuaikan diri dengan situasi. Tantangan berat lainnya adalah berpisah dengan keluarga. Namun, perempuan asal Kupang, NTT, ini menghadapinya dan memegang teguh semangat, ketekunan, dan kesabaran. Dalam disertasinya, ia membahas tentang sanitasi lingkungan, khususnya perilaku buang air besar (BAB) di sembarang tempat. Hal ini dipicu oleh faktor keterbatasan ekologi dan sosial budaya yang mempengaruhi perilaku masyarakat. Pada dasarnya perilaku tersebut dapat dikurangi dengan pendekatan yang bersifat etnis lokal dan holistik secara lingkungan. Sehingga,
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan melakukan BAB di jamban dapat terus dilakukan. Penelitiannya berjudul “Pendekatan Eklektik Holistik Untuk Mengurangi Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS)” dilakukan di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Marlyn menyampaikan rasa terima kasihnya kepada promotor Prof. Mukono dan ko-promotor Dr. Windhu Purnomo. Usai lulus dari UNAIR, ia akan kembali membagikan ilmunya di Universitas Nusa Cendana dan mengerjakan proyek lingkungan bersama pemerintah setempat. (*)
Penulis: Siti Nur Umami Editor: Defrina Sukma Satiti
Langganan Juara Mawapres, Yusuf Azmi Lulus Terbaik FK UNAIR UNAIR NEWS – Modal penting menjadi dokter yang ideal, ternyata tak cukup hanya dengan mengandalkan kepandaian. Pemahaman ini selaras dengan apa yang menjadi keyakinan Yusuf Azmi, wisudawan terbaik S-1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Sebagai calon dokter, ia tidak melulu mengejar kualitas nilai IPK. Disela-sela kesibukan belajar, ia masih menyempatkan diri untuk kembangkan soft skill. “Target saya selama kuliah tidak hanya terfokus pada IPK. Ada beberapa hal lain seperti kompetisi ilmiah, organisasi dan
soft skills lain yang ingin saya kembangkan,” ungkap laki-laki kelahiran Sragen, Agustus 1994 yang lulus dengan IPK sebesar 3.64. Menurutnya, setiap pengalaman selama belajar di FK mempunyai kesan yang berbeda. Seperti pengalaman melihat dan belajar dengan cadaver, memperoleh pengalaman unik menjadi observer di dalam kamar operasi atau asisten sirkumsisi ketika mengikuti bakti sosial. Belum lagi pengalaman menegangkan ketika menghadapi ujian praktikum lab mapun keterampilan medik dengan pasien simulasi. Meskipun disibukkan dengan berbagai tugas, Yusuf masih menyempatkan terjun ke berbagai kegiatan organisasi kemahasiswaan dan mengikuti berbagai kompetisi ilmiah. Ia pernah meraih juara I kompetisi ilmiah tingkat nasional seperti Temilnas (Temu Ilmiah Nasional) 2014, finalis di kompetisi ilmiah tingkat internasional seperti EAMSC (East Asian Medical Students’ Conference) Taiwan 2016, dan beberapa prestasi lainnya. Selama kuliah 3,5 tahun, ia berhasil memperoleh juara I seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat FK selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2014 hingga 2016. Pada saat mewakili fakultas ke tingkat universitas, Yusuf berhasil menjadi juara I seleksi mawapres tingkat UNAIR tiga tahun berturut-turut. “Menjuarai seleksi mawapres merupakan salah satu main goal saya dalam menempuh studi di fakultas kedokteran,” ungkap penghobi traveling ini yang berencana melanjutkan studi pendidikan dokter spesialis bidang Ilmu Penyakit Dalam, citacitanya. Inilah alasan mengapa ia meneliti hubungan profil pasien terhadap komplikasi kronik mikrovaskuler pada pasien diabetes melitus tipe 2, yang mempunyai hubungan erat dengan ilmu penyakit dalam sebagai topik pada tugas akhirnya ini. (*)
Penulis: Sefya Hayu Isti Editor: Binti Q. Masruroh
Kegigihan Antarkan Intan Vallentien Jadi Wisudawan Berprestasi FKG UNAIR UNAIR NEWS – Intan Vallentien Dwi Hariati yang akrab disapa Vallent, punya segudang pengalaman menarik tentang perjuangannya saat mengikuti lomba. Salah satunya ia harus menghemat biaya. ”Untuk ngakali biaya yang keluar saat lomba, ya harus serba ekstra. Dulu saya pernah tidur di lobi hotel dan restoran cepat saji. Untuk menghemat makan, saya sering beli satu makanan dibagi berdua dengan teman,” tutur Dwi, peraih IPK 3,64 ini. Kegigihan dan usaha ekstra perempuan kelahiran Tuban ini telah mengantarkannya meraih prestasi sebagai wisudawan berprestasi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Airlangga. Ia punya seabrek prestasi yang pernah diraih saat menjadi mahasiswa. “Prestasi yang saya dapat seluruhnya dari lomba karya tulis ilmiah, seperti juara I Scientific World of Research Dentistry 2015 kategori Research di Bali, juara III Jakarta Islamic Scientific Forum (JISFO) 2014 kategori Literature Review di Jakarta. Kemudian juara Poster Presenter South East Asia Association for Dental Education 2016 di Vietnam,” jelas perempuan kelahiran 11 September 1996 ini. Dari sederet prestasi tersebut, bagi Vallent, kompetisi JISFO
tahun 2014 memberikan pengalaman yang paling berkesan. Meski ia tak meraih juara pertama, Vallent menjelaskan bahwa kompetisi tersebut memberikan banyak pelajaran hidup. ”Topik yang saya angkat ini mengharuskan saya dan teman-teman terjun langsung ke Panti Werdha tempat para lanjut usia (lansia). Dari eyang-eyang di sana itu saya banyak sekali mendapatkan pelajaran hidup. Saat melihat fakta kebersihan rongga mulut para lansia, saya tak hanya ingin mencari metode yang tepat atau untuk menang ajang ilmiah, namun benar-benar ingin meningkatkan kualitas hidup mereka,” tutur Vallent mengakhiri percakapan. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina
Evaluasi Kinerja, Rektor Ajak Pimpinan Terus Berbenah UNAIR NEWS – Rapat Kerja Pimpinan Triwulan I di tahun 2017 menjadi tonggak evaluasi capaian kinerja tiga bulanan bagi seluruh jajaran pimpinan di lingkungan Universitas Airlangga. Dalam acara yang dilaksanakan di Aula Selasar Gedung Amerta (17/4), hadir seluruh pimpinan rektorat, dekanat, ketua pusat, badan, dan lembaga di lingkungan UNAIR. Pada kesempatan ini, Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA., memaparkan berbagai capaian universitas, utamanya mengenai posisi UNAIR dalam nilai akreditasi A, publikasi jurnal terindeks Scopus, dan jumlah program studi yang terakdreditasi serta tersertifikasi internasional. Sebelum memberikan pemaparan mengenai posisi UNAIR, rektor
terlebih dahulu memberikan apresiasi atas kerja keras yang dilakukan seluruh jajaran pimpinan selama tiga bulan pertama di tahun 2017. “Saya ucapkan terimakasih kepada seluruh pimpinan di lingkungan UNAIR atas kinerjanya selama triwulan pertama. Beberapa capaian sudah diraih dan terus diperbaiki. Semoga hal tersebut bisa mendorong kita untuk terus berkontribusi kepada almamater dan bangsa,” ungkap Nasih. Selanjutnya, Nasih kembali menegaskan mengenai capaian nilai akreditasi A UNAIR. Menurut Nasih, posisi nilai akreditasi A UNAIR diangka 54,50% perlu ditingkatkan. Selain itu, rasio dosen yang berpendidikan doktor dengan jumlah publikasi terindeks Scopus, posisi UNAIR masih tertinggal dengan beberapa kampus besar di Indonesia. “Inilah posisi kita bersama, semoga posisi ini bisa menggugah kita semuanya untuk terus berbenah,” tandas Nasih. Terkait
dengan
jumlah
prodi
yang
terakreditasi
dan
tersetifikasi internasional, Nasih kembali menegaskan kepada seluruh pimpinan agar terus melakukan upaya peningkatan kualitas program studi di masing-masing fakultas. Tercatat, UNAIR memiliki 1 prodi terakreditasi internasional dan 9 prodi tersertifikasi AUN. “Inilah kondisi dan peta kita semua. Semoga dengan data ini, bapak ibu dapat semangat untuk terus bergerak lebih baik. Ikhtiar ke depan harus lebih fokus, utamanya melalui aksi nyata,” ajak Nasih. “Kami menunggu aksi nyata dari para pimpinan di waktu yang akan mendatang,” pungkas Nasih. (*) Penulis : Nuri Hermawan Editor
: Binti Q. Masruroh
Haryanto Basoeni, Ketua Umum IKA-UNAIR Periode 2017-2021 UNAIR NEWS – Drs. Ec. Haryanto Basoeni secara aklamasi terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga (PP IKA-UA) untuk periode 2017-2021, dalam Kongres IX IKA-UA, yang diselenggarakan di Sheraton Hotel Surabaya, Sabtu (15/4) kemarin. Alumni Fakultas Ekonomi UNAIR tahun 1972 ini menggantikan Ketua Umum IKA-UA sebelumnya, Prof. Dr. Hatta Ali, SH., MA., yang kini menjabat untuk yang kedua kalinya sebagai Ketua MahKamah Agung (MA) RI. Pada Kongres yang dipimpin Ketua Sidang Dr. Akmal Boedianto, SH., MH dan didampingi keempat anggotanya, merinci dari 24 perwakilan berbagai Wilayah dan Cabang di seluruh wilayah Indonesia, serta utusan fakultas, terdapat 22 mencalonkan Haryanto, satu suara memilih Dr. Pudjo Hartono, dr., Sp.OG., dan satu suara rusak dan dinyatakan tidak sah. Terpilihnya Ketua I IKA-UA periode 2012-2017 ini untuk ”naik posisi” sebagai Ketua Umum IKA-UA, ini sudah bisa diprediiksi sejak menjelang Kongres. Sebab ketika Prof. Hatta Ali menyatakan tidak bersedia dipilih kembali, maka tidak ada alumni UNAIR lain yang mencalonkan diri sebagai Ketum. Sehingga pengusaha sukses kelahiran 5 Desember 1952 ini praktis melenggang sempurna dan meraih dukungan semua peserta kongres. Dalam sambutannya pasca terpilih sebagai Ketum IKA-UA, pengusaha yang bergerak di bidang pertambangan dan akrab disapa HB ini, menyatakan terima kasih dan hormat setingitingginya kepada rekan-rekan alumni yang memberikan amanah dan kepercayaannya untuk memimpin organisasi alumni UNAIR ini.
”Setelah teman-teman mempercayai saya, untuk itu saya juga balik meminta untuk marilah kita bekerjasama saling membantu dan berkontribusi untuk terus memajukan organisasi silaturahmi kita melalui IKA-UA ini, sehingga silaturahmi ini akan terjalin erat dan mendukung almamater hingga jauh kedepan,” kata Haryanto Basoeni.
KETUM terpilih Haryanto Basoeni (ke-6 dari kiri, atas) bersama Rektor dan alumni lain. Siap menunjang target almamater Universitas Airlangga, yang dilukiskan dengan kode “lima jari” (500 WCU). (Foto: Bambang Bes) Tentang program kerja, ia tak mau menentukan sendirian. Baginya program kerja harus merupakan aspirasi semua anggota. Untuk itu harus disesuaikan dengan anggota pengurus IKA-UA yang lain. Dengan demikian dalam menyusun kabinet kepengurusannya, Haryanto sebagai ketua formatur, menunjuk empat anggota formatur. Mereka adalah Dr. Budi Widayanto mewakili unsur pengurus lama, Dr. Akmal Boedianto mewakili unsur IKA Fakultas, Dr. Hendy Hendarto, dr., Sp.OG mewakili unsur IKA Wilayah (Provinsi), dan Drs. Sumpono, M.Si dari IKA Cabang Jember mewakili unsur Cabang (Kabupaten/Kota). ”Selain program yang riil sesuai dengan situasional, kami akan melanjutkan upaya-upaya penguatan jaringan alumni dan update data base alumni. Sebab dari 120 ribuan alumni UNAIR baru sebagian kecil yang melakukan update, sedang sebagian besar
masih data lama saat mereka kuliah di UNAIR, yang tentu sekarang sudah berbeda, jadi harus di-update melalui website IKA-UA,” kata Haryanto. Selain itu PP IKA UA juga akan melanjutkan untuk terus merangkul semua alumni, yang selama ini mengabdi di berbagai jabatan struktural baik di pemerintahan dan di swasta, serta yang berada di dalam dan luar negeri. ”Kami akan merangkul semua, tanpa terkecuali, karena semua itu sangat penting untuk penguatan jejaring dan menunjang target almamater masuk 500 world class university (WCU),” katanya kepada wartawan. Program terdekat yang sudah diputuskan sejak akhir periode lalu, IKA-UA akan mendukung dan menyukseskan rumah sakit terapung ”Ksatria Medika Airlangga”. RS Terapung ini menggunakan phinisi, kapal khas Indonesia (Bugis), yang visimisinya untuk membantu pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kepulauan terpencil yang selama ini masih kekurangan akses pelayanan. (*) Penulis: Bambang Bes
Himpunan Mahasiswa D3 Kepariwisataan Kenalkan Prodi Melalui Pameran UNAIR NEWS – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenalkan program studi kepada masyarkat. Mulai dari sosialiasi ke sekolah-sekolah, pengabdian di tengah masyarakat, hingga menggelar sebuah pameran. Himpunan Mahasiswa Diploma Tiga (D3) Kepariwisataan (Himapar) Universitas Airlangga salah satunya, himpunan yang berada dalam lingkungan Fakultas Vokasi tersebut
turut berupaya melakukan promosi prodi melalui pameran dalam acara Majapahit Travel Fair 2017. Acara yang berlangsung mulai Kamis (13/4) hingga Minggu (16/6), dilangsungkan di Grand City Surabaya. Dalam kurun waktu tersebut, selain pameran, Himapar juga menggelar Talkshow with PINK HIKER Community dan Loma Tour Guide. Mohamad Rizki Eka Putra selaku ketua panitia acara mengatakan, kegiatan tersebut memang bagian dari upaya Himapar untuk mengenalkan Prodi D3 Kepariwisataan kepada khalayak luas. “Tujuannya memang untuk memperkenalkan Prodi kami. Karena waktu di stan banyak pengunjung yang belum tahu kalau UNAIR memiliki D3 Kepariwisataan,” jelas mahasiswa angkatan 2016 tersebut. Selanjutnya, Rizki juga mengatakan bahwa kegiatan semacam pameran tersebut rutin dikuitn oleh Himapar setiap tahunnya. “Ini sudah kali keempat,” tegasnya. Tidak hanya mahasiswa aktif yang mendapat manfaat dari kegiatan tersebut. Bahkan, tambah Rizki bahwa alumni juga merasakan banyak manfaat dari kegiatan pameran tersebut. “Banyak alumni yang hadir dalam pameran tersebut, jadi sekalian mempromosikan travel milik mereka juga,” katanya. “Jadi mahasiswa yang aktif bisa belajar dan bertemu dengan alumni dan alumni yang hadir bisa promosi,” pungkasnya. Penulis: Nuri Hermawan
LP4M Gelar Bimbingan Belajar
SBMPTN untuk Panti Asuhan UNAIR NEWS – Ujian Akhir Nasional (UAN) untuk siswa SMA sederajat baru saja usai. Sebagian siswa kini tengah menunggu hasil Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang akan diumumkan 26 April mendatang. Sembari menunggu hasil pengumuman tersebut, tidak sedikit siswa kelas XII mengikuti bimbingan belajar untuk persiapan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Namun tidak semua siswa kelas XII memiliki akses untuk mengikuti bimbingan belajar, terlebih bagi mereka yang tidak mampu. Untuk memfasilitasi hal itu, Universitas Airlangga melalui Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan, dan Pengembangan Masyarakat (LP4M) memberikan bimbingan kepada anak panti asuhan yang tergabung dalam Badan Kejasama Panti Asuhan Islam Surabaya (BKPAIS). Bimbingan belajar yang dibuka dengan motivasi tersebut dilakukan di ruang sidang utama gedung LP4M UNAIR, Minggu (16/4). Ketua LP4M UNAIR Prof. Dr. H. Jusuf Irianto, Drs., M.Com., pada sambutannya mengatakan, kegiatan yang sudah lama berjalan ini bisa menjadi cara untuk memotivasi peserta agar memiliki pandangan tentang perguruan tinggi. “Dengan ini agar mereka tidak putus di tengah jalan dan terjun ke arah negatif,” tegasnya. Jusuf juga menambahkan bahwa kegiatan ini sebagai bukti wujud nyata UNAIR yang bisa dekat pada semua lapisan masyarakat. Selain itu, kegiatan ini bisa menjadi salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu kepada masyarakat. “Kita ingin akademik yang membudaya dan semoga kegiatan ini terus berlanjut dan dapat memberikan dampak yang positif,” papar Jusuf. Hadir sebagai motivator dalam acara tersebut, Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan (LP3) Prof. Djoko Agus
Purwanto, Apt., M.Si., memberikan motovasi seputar memilih fakultas dan cara belajar yang efektif. Lebih dari itu, Joko juga menegaskan bahwa meski anak panti, peserta sangat layak mendapatkan hak untuk bisa mengeyam pendidikan di kampus besar dan favorit seperti UNAIR. “Ingat, kalian berhak masuk UNAIR. kalau sudah begitu jangan belajar untuk dirimu sendiri. Siapa yang akan mengangkat derajat keluarga dan masyarakat sekitar mu? Ya kalian ini. Makanya harus belajar yang sungguh-sungguh,” jelasnya. Selanjutnya, Joko juga mengatakan kepada puluhan peserta yang hadir agar memilih program studi yang mendukung profesi. Hal itu diharapkan dapat mendukung prestasi perserta dan karir dimasa depan. Joko juga menekankan agar peserta tidak ikutikutan rekannya dalam menentukan pilihan. “Jangan ikut ikutan teman.
Jangan sekali-kali seperti itu.
Kalian pasti bisa, sebab satu jalan untuk mengubah nasib agar lebih baik adalah sekolah,” tandasnya. Penulis: Nuri Hermawan