Salah satu analisis penting yang dapat digunakan untuk membantu Anda dalam mengambil keputusan trading, selain analisa fundamental dan penggunaan manajemen modal adalah analisa teknikal. Sebegitu pentingnya analisis ini, sehingga banyak sekali buku dengan puluhan bab dan ratusan halaman yang membahasnya. Dan bisa jadi materi ini merupakan materi terbanyak yang pernah di bahas dalam dunia trading. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas 5 penggunaan praktis analisa teknikal yang akan dibagi dalam dua edisi, agar Anda dapat menggunakannya untuk keperluan trading sehari-hari.
1) Petakan Trend dan Ikuti Yang pertama dan yang terpenting dalam analisa teknikal adalah mengenal trend yang terjadi saat ini. Trend terbagi dalam beberapa ukuran, panjang, menengah dan pendek. Mulailah menganalisa grafik dengan periode yang lebih panjang, misalnya dengan time frame bulanan (Monthly) dan mingguan (weekly). Karena data yang terlibat cukup besar di sini, maka Anda dapat melihat arah pergerakan harga secara menyeluruh dengan pandangan yang jauh lebih panjang, seperti yang diperlihatkan pada gambar1.
gambar 1. Grafik euro weekly
Satu grafik periode weekly dapat menampilkan kepada Anda pergerakan harga selama lebih dari 10 tahun, pada gambar 1 terdapat pergerakan Euro sejak awal tahun 1992 Setelah itu Anda dapat melanjutkan pengenalan trend pada grafik dengan periode
lebih pendek, misalnya daily dan intraday. Pada grafik periode ini Anda akan mendapatkan gambaran pergerakan harga yang sifatnya sementara atau temporer. Dan karena sifatnya yang mudah berubah tersebut, analisis ini sebaiknya tidak dilakukan secara independen, harus dianggap sebagai lanjutan dari analisis grafik jangka panjang.
Gambar 2. Downtrend pada grafik Daily dan uptrend pada grafik Hourly Pastikan trading Anda berjalan sesuai dengan arah trend. Jika pasar berada dalam uptrend, maka sebaiknya Anda memegang konsep “buy”, misalnya membeli pada saat koreksi. Sebaliknya, jika kondisi pasar downtrend, maka konsep yang sebaiknya Anda pegang adalah “sell”, misalnya menjual pada saat terjadi rebound dalam downtrend. Biarkan grafik jangka panjang memberikan Anda gambaran trend harga dan gunakan grafik jangka pendek untuk membantu Anda mendapatkan timing yang baik. Tips Mengenali Trend
a. Gunakan garis Gambar garis trend (trend line), karena ia merupakan hal yang paling mudah sekaligus alat grafik yang paling efektif. Jika Anda dapat menghubungkan garis tertinggi pertama dengan kedua atau ketiga, dan bentuk garis tersebut menurun, maka Anda telah menemukan downtrend. Harga biasanya akan kembali ke area tersebut (pullback) sebelum melanjutkan trend kembali. Demikian juga sebaliknya. b. Ikuti rata-rata Ikuti kemana arah Moving Average. MA menyediakan data rata-rata pergerakan harga dalam periode tertentu. Anda tinggal plot indikator MA dengan periode antara 50 hingga 200, maka Anda telah menemukan arah trend harga.
2) Mengukur Kekuatan Trend Setelah dapat mengenali trend dengan baik yang telah dibahas pada artikel terdahulu, maka langkah selanjutnya adalah mengukur kualitas trend yang sedang terjadi, dan cara terbaik yang juga mudah diaplikasikan untuk hal ini adalah dengan menggunakan indikator Average Directional Movement Index (ADX). Indikator ADX tidak sulit ditemukan karena cukup populer dan dimiliki oleh hampir seluruh platform trading yang ada. Anda juga dapat dengan mudah menemukannya pada indikator trend platform Monex Trader.
Komponen ADX ADX memiliki tiga garis yang akan terlihat ketika di plot ke dalam grafik. GarisVgaris tersebut merupakan; 1. Positive Directional Indicator (+DI); Merupakan garis yang mengukur kekuatan naiknya harga periode tertentu.
2. Negative Directional Indicator (VDI); Merupakan garis yang mengukur kekuatan turun nya harga periode tertentu.
3. Average Directional Index (ADX); Inti dari ADX, merupakan gabungan dari kedua garis (+DI dan VDI) yang di filter dengan Moving Average untuk menghasilkan ukuran kekuatan trend.
Membaca ADX Level sebagai tolok ukur yang umum digunakan dalam pembacaan ADX adalah 20 dan 40. Walaupun demikian, level tersebut dapat diubah sesuai dengan preference masingVmasing trader atau analis. Secara umum proses menghasilkan kuat atau tidaknya trend dari indikator ini dapat di sederhanakan sebagai berikut;
1. Garis ADX yang bergerak dari level 20 ke atas level 40 memberikan indikasi lemahnya sideway dan mulai kuatnya trend yang sedang terjadi, baik itu uptrend maupun downtrend.
2. Sebaliknya, Garis ADX yang bergerak dari level 40 ke bawah level 20 memberikan indikasi akan mulai lemahnya trend dan berpeluang memasuki pergerakan sideway.
Garis positif dan negatif DI, akan bergerak naik turun dan terkadang saling memotong satu sama lain sesuai dengan penguatan dan pelemahan trend. Uptrend dikatakan kuat jika ADX bergerak naik ke atas 20 diikuti dengan kenaikan garis positif DI (+DI), dan dikatakan melemah ketika ADX turun ke bawah level 20 yang diikuti oleh turunnya garis +DI. Downtrend dikatakan kuat jika ADX bergerak naik ke atas 20 diikuti dengan kenaikan garis negatif DI (VDI), dan dikatakan melemah ketika ADX turun ke bawah level 20 yang diikuti oleh turunnya garis –DI.
Pada grafik Euro daily November 2007 indikator ADX bergerak ke bawah area 40 bersamaan dengan lemahnya uptrend, dan memasuki fase konsolidasi atau sideway hingga Februari 2008. Setelah itu, uptrend mulai terlihat kuat kembali seiring dengan begeraknya ADX ke atas area 40. Kemudian pada April 2008 hingga awal Agustus ADX harga memasuki fase konsolidasi kedua yang juga diikuti oleh turunnya garis ADX ke bawah level 40. Reversal terjadi ketika harga bergerak downtrend dan diikuti oleh ADX yang menguat melewati area 40.
Pengukuran kualitas Trend Euro terakhir Setelah memahami penggunaan indikator ADX, kita akah membahas kualitas trend yang terjadi pada pergerakan Euro sekarang (gambar 5). Downtrend telah dimulai sejak November 2009.pada saat itu, garis ADX mulai
bergerak ke atas level 20 yang mengindikasikan mulainya trend. Kenaikan ADX tersebut juga diikuti oleh naiknya garis merah (V DI) ke atas 20 yang mengkonfirmasikan bahwa trend yang dimulai adalah downtrend. Downtrend tersebut semakin menguat ketika garis ADX telah mencapai level 40 dan mulai menunjukkan konsolidasi ketika ADX mulai melemah menuju ke bawah level 40, bersamaan dengan itu, garis negatif DI telah berada di bawah level 20.
Tips untuk Trader: Naik dan turunnya garis ADX dapat dijadikan sebagai tanda untuk mulai menggunakan indikator yang berbeda sebagai penghasil sinyal transaksi. 1. ADX Naik Gunakan indikator trend seperti MA, PSAR, Bollinger Bands Line
2. ADX Turun Gunakan Oscillator, seperti RSI, Stochastic, dll.
Pada akhir fase downtrend Mei 2010, ADX telah menunjukkan pelemahan dan indikasi reversal ketika melewati level di bawah 40. Terakhir, ketika harga berhasil melewati trendline dan dan mencapai level MA 100 hari yang mengindikasikan uptrend dimulai, ADX telah menyatakan uptrend yang baru saja dimulai cukup kuat.
3) Kenali dan tentukan Support dan Resistance Setelah mengetahui kekuatan trend harga, maka hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengetahui level di mana Anda akan mengambil posisi atau melikuidasi posisi yang telah ada. Level pertama yang perlu dikenali adalah level support dan resistance. Level ini dapat
membantu Anda dalam mengambil posisi baru, menambah, mengurangi atau menutup posisi. Banyak kalangan setuju bahwa level terbaik mengambil posisi beli adalah yang terdekat dengan support dan level terbaik untuk menjual adalah yang terdekat dengan resistance. Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menentukan level support dan resistance, diantaranya adalah melalui penggunaan Pivot, titik terendah dan tertinggi harga, menggunakan trend line atau melalui penggunaan indikator-indikator teknikal yang ada. Dan dalam pembahasan kali ini kita akan melihat sekilas beberapa dari caracara tersebut di atas.
Titik Tertinggi dan Terendah Harga Anda dapat menggunakan level support dan resistance melalui metode ini untuk menentukan level-level transaksi, seperti yang ilustrasi pada gambar 6 di bawah:
Level support dan resistance yang pertama, anggap saja Anda tidak mengambil posisi baru, karena level tersebut digunakan untuk melikuidasi posisi yang sebelumnya. 1. Ketika harga berlanjut turun, pada support yang kedua 1.3070 dan kemudian harga naik membentuk resistance di level 1.3230. Setelah terbentuknya ke dua level tersebut, katakanlah Anda menempatkan posisi jual baru di level support dan stop di level resistance.
2. Harga berlanjut turun dan membentuk support ke tiga di level 1.2820 dan naik membentuk level resistance baru di 1.2930. Di level support tersebut Anda misalnya dapat menempatkan tambahan posisi kemudian memindahkan stop untuk seluruh posisi ke level resistance yang baru.
3. Harga berlanjut turun membentuk minor support dan minor resistance, jika Anda menambah posisi dan memindahkan stop loss mengikuti level minor tersebut, maka pada pergerakan selanjutnya posisi Anda telah terlikuidasi seluruhnya. Jika Anda tidak menyesuaikannya, maka posisi Anda masih bertahan hingga perdagangan terakhir.
Trend Line Anda juga dapat menentukan level support dan resistance melalui penggunaan trend line dengan konsep aplikasi trend line yang sama dengan ulasan pada artikel pertama.
Sebagai contoh penggunaan, Anda dapat membuat trend line seperti yang diilustrasikan pada gambar 7; 1. Garis support pertama terbentuk ketika harga berulang kali rebound pada saat menyentuh garis, dan berhasil melewatinya pada harga 1.3200, dan kemudian membentuk resistance di level 1.3230, sejalan dengan garis support awal. 2. Jika Anda mengambil posisi pada level pertama, (posisi jual pada harga 1.3200 dan stop loss di pindahkan ke resistance baru 1.3230) maka posisi tersebut hanya akan terlikuidasi pada saat harga berhasil melewati garis resistance kedua di harga 1.2870.
Indikator Level support dan resistance dapat juga ditentukan melalui penggunaan indikator teknikal, seperti Bollinger Bands, Moving Average, Parabolic SAR dan indikator lainnya. Pada penggunaan Bollinger Bands (sebagai contoh pembahasan disini), levelVlevel resistance disediakan oleh garis atas atau upper band dan penyediaan support diperoleh melalui garis bagian terbawah atau lower band (gambar 8).
Level-level dan area harga yang disediakan melalui indikator seperti ini umumnya bersifat fleksibel terus bergerak sesuai dengan perkembangan harga. Misalnya jika harga terus turun, maka level resistance dan support juga akan turut merendah, dan sebaliknya jika harga terus menguat, maka level-level tersebutpun turut meninggi.
Karena sifatnya yang bergerak fleksibel sesuai dengan pergerakan harga, maka penentuan support dan resistance melalui indikator ini memerlukan aturan yang jelas. Sebagai contoh dalam aturan tersebut misalnya; 1. Garis tengah dijadikan sebagai garis netral, atau tolok ukur, jika harga bergerak ke atas middle band, maka indikasinya harga akan menguat, dan sebaliknya.
2. Support (lower band) hanya akan valid jika harga berhasil di tutup di bawah garis (lower band), dan akan mengambil aksi jual ketika harga berhasil melewati level tersebut.
3. Resistance (upper band) hanya akan valid jika harga berhasil ditutup di atas garis tersebut, dan akan memicu aksi beli jika harga melewati level resistance tersebut. Seperti yang di ilustrasikan pada gambar 9.
Melalui ilustrasi tersebut Anda telah memiliki posisi jual pada saat harga melewati support pertama dan memiliki posisi beli pada saat harga melewati resistance pertama. Anda dapat menggunakan middle band sebagai exit level. Keseluruhan level support dan resistance tidak bersifat mutlak, dengan kata lain selalu dapat disesuaikan dan dapat dikategorikan berdasarkan kuat atau tidaknya fungsi dari levelVlevel tersebut. Yang harus di ingat adalah seluruh contoh dan ilustrasi yang digunakan pada artikel ini harus diperlakukan sebagai panduan dan hanya ditujukan untuk edukasi. Akurasi dan hasil yang ada pada masa lalu tidak berarti harus sama dengan masa depan.
4) Kenali dan tentukan level kunci! Setelah memahami level support dan resistance, kita beranjak pada pembahasan level kunci selanjutnya, tentang bagaimana secara mudah mengukur levelVlevel koreksi dan target pergerakan harga. Mengetahui kedua level ini penting untuk Anda, karena pertama Anda akan memiliki gambaran umum tentang pergerakan harga. Kedua, akan lebih mudah bagi Anda untuk memulai transaksi/ menempatkan posisi baru jika Anda telah memiliki perkiraan level koreksi sebelumnya. Dan Anda akan sangat terbantu jika telah memiliki gambaran pada level berapa posisi tersebut akan Anda likuidasi. Ketiga, dengan demikian Anda juga dapat dengan mudah mengukur rasio resiko dan reward pada setiap transaksi yang akan dilakukan.
Koreksi Harga cenderung bergerak ke arah yang sama selama periode tertentu namun bukan berarti tanpa fluktuasi. Harga seringkali turun sementara sebelum kembali melanjutkan pergerakan utamanya. Pergerakan sementara yang berlawanan dari arah utamanya tersebutlah yang disebut dengan koreksi. Koreksi pasar tidak dapat bergerak 100 % atau lebih dari pergerakan utama yang mendahuluinya. Koreksi dapat berkisar antara 10 hingga 80% dari pergerakan tergantung dari kuat atau lemahnya trend yang terjadi.
Fibonacci Retracement Alat atau indikator yang umum digunakan untuk mengukur koreksi pasar adalah Fibonacci Retracement, yang sudah terdapat pada platform Monex Trader Anda. Umumnya pada trend normal, harga cenderung terkoreksi sebesar 50% dari pergerakan harga awal, namun demikian Anda juga perlu mewaspadai levelVlevel 33% atau 61.8% dari Fibonacci karena juga sering terjadi, terutama pada saat trend yang sangat kuat atau lemah. Misalnya pada gambar 10, ketika Euro mengalami penurunan tajam, koreksi hanya hanya mencapai persentase 38,2% dari pergerakan utama.
Namun pada saat trend telah mulai melemah atau berada pada fase matang atau pada masa awal trend terbentuk, koreksi umumnya mencapai 50% atau 61,8% level Fibonacci , seperti yang pada pergerakan Euro periode Juni-Agustus 2010, gambar 11. Melalui pengukuran level tersebut, Anda dapat menemukan level masuk posisi dengan lebih baik dan terukur. Anda juga dapat menggabungkan penggunaan level koreksi Fibonacci dengan level support yang dibahas sebelumnya untuk mendapatkan level entri terbaik.
Target Harga Analisa teknikal menyediakan banyak alternatif dalam mengukur dan menentukan target pergerakan harga, Anda dapat menggunakan rasioVrasio Fibonacci atau menggunakan pola harga. Bedanya hanya pada kemudahan dalam penggunaanya saja.
Fibonacci Expansion Fibonacci Expansion telah ada pada platform Monex Trader, sehingga Anda tidak perlu menghitungnya sendiri. Setelah mengalami koreksi umumnya harga cenderung melanjutkan pergerakannya dengan kisaran antara 100% atau 161.8%
dari pergerakan awal sebelum dimulainya koreksi. Seperti yang terjadi pada gambar 12, dimana Euro periode Agustus 2009 – Februari 2010 bergerak mencapai 100% pergerakan sebelumnya. Pada trend yang kuat, harga dapat mencapai angka 261.8% hingga 462.8% dari pergerakan tersebut. Pada bulan April hingga Mei 2010, Euro bergerak sebesar 261.8% dari pergerakan awal yang terjadi pada bulan Maret 2010 (gambar 13). Tentu saja, mungkin sekali terjadi LevelVlevel dimana harga bergerak kurang atau lebih dari levelVlevel yang disediakan oleh Fibonacci. Anda juga dapat menggabungkan penggunaan Fibonacci Expansion dengan penggunaan level resistance yang sudah dibahas sebelumnya untuk memaksimalkan level likuidasi posisi Anda.
5) Kenali Sinyal Perubahan! Pada edisiVedisi terdahulu, dalam serial aplikasi mudah analisa teknikal ini kita sudah membahas cara memetakan trend, mengenali support dan resistance, mengukur koreksi dan memperkirakan target pergerakan harga. Dan pada edisi sekarang kita akan membahas bagian akhir dari aplikasi mudah ini dengan mengenali sinyal perubahan trend, dan melakukan studi kasus pada pergerakan pasar terakhir.
Reversal Reversal adalah istilah yang umum dikenal dalam dunia teknikal yang merujuk pada perubahan trend harga atau umum juga dikenal dengan titik balik. Istilah memiliki power sendiri bagi kalangan trader atau analis, karena pihak yang mampu mengenalinya sejak dini adalah pihak yang paling berhasil membangun akumulasi posisi, tidak terkecuali bagi intraday trader. Intraday trader menggunakan informasi reversal bukan hanya untuk mengenali bahaya namun bahkan dalam periode yang lebih kecil, sinyal reversal sering digunakan sebagai pemicu pengambilan posisi dengan durasi yang pendek dan target likuidasi yang kecil. Analisa teknikal memiliki banyak cara untuk mengenali sinyal reversal, diantaranya melalui pola harga (Chart Pattern), menggunakan indikator atau oscillator, trend line dan alatValat lain seperti Fibonacci Ratio. Sesuai dengan tujuan artikel berseri ini, mengenali reversal juga akan kita bahas dengan cara yang mudah dilakukan.
3 Cara Mudah Mengenali Reversal
Oscillator Yang pertama adalah dengan menggunakan Oscillator, yang merupakan bagian dari indikator teknikal yang bertujuan untuk memberikan indikasi arah pergerakan harga. Sinyal perubahan harga dapat dideteksi sejak dini, melalui penggunaan alat ini, misalnya dengan menggunakan RSI, Stochastic atau MACD. Ilustrasi pada gambar di bawah, merupakan salah satu cara bagaimana MACD (sebagai contoh) dapat digunakan untuk menghasilkan sinyal reversal. Dalam uptrend biasanya MACD bergerak di atas area nol dan dalam downtrend MACD biasanya bergerak di bawah area nol. Sinyal reversal muncul ketika terjadi proses peralihan dari area positif ke area negatif atau sebaliknya, dan menggunakan level atau nilai 0 (nol) sebagai tolok ukur peralihan.
Gambar 14. Sinyal Reversal MACD
Perpotongan Histogram MACD pertama dalam gambar 14 terjadi dari area positif ke area negatif untuk pertama kalinya sejak 4 bulan terakhir, pada 9 Desember 2010 atau tiga hari setelah Euro membentuk puncak 1.5140Van. Sinyal ini valid, dan reversal telah terjadi hingga Euro mencatat titik terendahnya sejak Maret 2006 di level 1.1875. Perpotongan valid selanjutnya terjadi pada 5 Juli 2010, ketika harga ditutup di level 1.2536, dan telah mengantarkan Euro ke level 1.3333 satu bulan pasca pembentukan titik terendah sebelumnya. Selanjutnya sinyal reversal yang dihasilkan oleh MACD pada tanggal 23 Agustus namun gagal memicu terjadinya reversal dan hanya mengindikasikan perubahan harga sesaat. Selanjutnya, MACD kembali berhasil mengantarkan pergerakan reversal pada tanggal 15 September 2010, dan masih berada di area positif hingga tulisan ini disusun.
Trend Line Cara kedua yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan breakout trend line. Definisi trend line dan cara penggunaanya sudah kita bahas pada edisi pertama, sehingga dalam pembahasan ini tidak lagi perlu dilakukan. Trend line juga dapat digunakan sebagai penghasil sinyal awal ataupun konfirmasi dari berubahnya trend pergerakan harga yang tengah terjadi.
Dalam ilustrasi gambar 15, breakout trend line terjadi 3 hari sebelum sinyal reversal yang dihasilkan MACD. Dua alat ini satu sama lain dapat saling memberikan konfirmasi. Dalam gambar 16, trend line memberikan sinyal lebih dulu dan kemudian dikonfirmasikan oleh bergeraknya histogram MACD ke area negatif.
Gambar 16. MACD sebagai trigger
Dalam gambar 16, MACD memberikan sinyal terlebih dahulu baru kemudian diikuti oleh bergeraknya harga menembus level trend line.
Indikator Trend (Moving Average) Cara yang ketiga adalah dengan memanfaatkan cross over Moving Average. Penggunaan indikator ini juga sudah kita bahas pada edisi pertama, sehingga kita dapat langsung menuju pada pembasahan crossover atau bisa juga disebut dengan perpotongan.
Gambar 17. Crossover MA
Crossover MA terutama periode 50 dan 200, sering digunakan sebagai sinyal pemicu transaksi jangka panjang. Kita dapat memanfaatkan crossover tersebut sebagai sinyal konfirmasi dari berubahnya trend yang terjadi. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 17. Perpotongan dua garis MA 50 dan 200 ini memiliki validitas tinggi, namun jauh lebih lambat jika dibandingkan dengan dua metode sebelumnya. Untuk mendapatkan gambaran tentang perubahan harga yang lebih dapat dipercaya, kita dapat menggunakan gabungan dari ketiga metode di atas.
Gambar 18. Konfirmasi reversal
Misalnya pada contoh gambar 18, Grafik Euro Daily periode Juni-Oktober 2010, ketika harga bergerak naik menjauhi titik terendahnya 1.1875. MACD dalam hal ini menghasilkan sinyal lebih awal dan beberapa hari kemudian disusul oleh breakout harga ke atas trend line, dan barulah kemudian dilanjutkan oleh konfirmasi dari crossover MA 50 dan 200. Dapat diperhatikan juga, bahwa uptrend yang baru terjadi sempat mendapatkan masalah ketika MACD bergerak ke area negatif dan harga yang tadinya sudah bergerak tinggi mengalami koreksi yang cukup dalam, sebelum akhirnya MACD berbalik ke area positif kembali dan disusul oleh konfirmasi crossover pada MA 50 dan 200. Kirimkan tanggapan anda ke
[email protected]