23
VI. KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Umum Bandara Internasional Soekarno-Hatta
4.1.1 Kondisi Fisik dan Biofisik Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada Bandara Soetta, antara lain: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak.
4.1.1.1 Batas Tapak dan Geografi Bandara Soetta terletak di Cengkareng, Kabupaten Tangerang, Banten. Bandara Soetta secara administratif terletak di Desa Rawa Rengas, Kelurahan Blendung, Neglasari, Kodya Tangerang, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat kota di Jakarta. Secara geografis, Bandara Soetta terletak pada koordinat 06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT, dengan batas wilayah: 1. Utara
: Desa Rawa Rengas
2. Selatan
: Kelurahan Blendung
3. Barat
: Kelurahan Selapajang
4. Timur
: Desa Rawa Bokor
Berikut dapat dilihat pada Gambar 4 mengenai kondisi umum Bandara Soetta.
Gambar 4 Foto Udara Bandara Soetta
24
Bandara Soetta memiliki luas tanah sebesar 1800 Ha dengan penyediaan sarana pelayanan 2 (dua) landasan pacu (Runway) yang berdimensi: 60 m x 3660m dan 60 m x 3600 m, arah landas pacu 07 R, 25 L dan 07 L, 25 R, permukaan berbahan dasar beton dengan pergerakan pesawat udara 600 pergerakan/hari, dan operasional bandara selama 24 Jam.
4.1.1.2 Iklim Bandara Soetta terletak dibawah khatulistiwa 6” Lintang Selatan yang beriklim tropis-humid. Berdasarkan Stasiun Meteorologi Klas I Soekarno-Hatta Cengkareng, suhu udara rata-rata pada kawasan ini sekitar 30-33°C, dengan tingkat kelembaban udara rata-rata ± 79,5 %. Arah angin pada kawasan bandara ini dominan bergerak dari arah utara dengan kecepatan antara 1,1-5,4 km/jam. Lama penyinaran yang tercatat sekitar antara 46-87%. Selain itu, curah hujan rataratanya sekitar 2340 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 440 mm setiap bulannya, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 60 mm setiap bulannya. Tekanan udara rata-ratanya sekitar 1009,5 mb dengan tekanan udara maksimum adalah 1010,2 mb dan minimum adalah 1009 mb.
4.1.1.3 Geologi dan Tanah Bandara Soetta secara geologis termasuk kedalam dataran rendah Jakarta bagian barat, yang tersusun atas endapan aluvium pantai, endapan delta, dan sebagian tersusun atas material gunung api. Jenis tanah pada kawasan Bandara Soetta umumnya merupakan lapisan aluvial. Lapisan aluvial yang terbentuk pada daerah ini sebagai hasil erosi lapukan batuan dari daerah-daerah yang lebih tinggi letaknya. Selain itu, lapisan aluvial yang terdapat pada kawasan ini terjadi karena pada bagian barat kawasan Bandara Soetta terdapat Sungai Cisadane Tangerang yang mengalir dari hulu di daerah Bogor sampai ke Laut Jawa. Kawasan Bandara Soetta memiliki struktur tanah dengan persentase, yaitu pasir 5-12%, debu 55-57%, dan liat 32-38%, serta memiliki pH tanah sebesar 46,5. Darikomposisi tersebut, dapat diketahui bahwa tekstur tanah pada kawasan ini berjenis lempung liat berdebu.
25
4.1.1.4 Topografi dan Draenase Secara umum, kawasan Bandara Soetta memiliki kemiringan antara 0-5% (datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,31 meter diatas permukaan laut rata-rata (MSL = Mean Sea Level). Jenis saluran drainase yang berada di Bandara Soetta termasuk kedalam jenis draenase terbuka. Semua buangan limbah cair pada Bandara Soetta diolah terlebih dahulu melalui WTP (Water Treatment Plant) sebelum dibuang ke badan air penerima. Berikut ini dapat dilihat mengenai saluran draenase (Gambar 5) dan letaknya (Gambar 6) pada Bandara Soetta.
Gambar 5 Keadaan Draenase di Bandara Soetta
Gambar 6 Lokasi Saluran Draenase Bandara Soetta
4.1.1.5 Hidrologi Sumberdaya air di kawasan Bandara Soetta berasal dari PAM (pengolahan air minum) dan hasil pengolahan limbah air yang terdapat pada badan-badan air, berupa bak penampungan air (Gambar 7). Pengolahan limbah air dilakukan di lokasi WTP yang terletak di sebelah utara bak penampungan air (Gambar 8) dan
26
letaknya (Gambar 9). Keberadaannya sangat penting untuk mengolah limbah cair yang dapat mencemari lingkungan sekitar. Sebagian hasil pengolahan limbah cair tersebut dapat digunakan lagi oleh pihak PT (Persero) Angkasa Pura II untuk menyirami vegetasi yang berada di Bandara Soetta. Selain itu, pada saat menuju Bandara Soetta melalui jalan tol terdapat rawa-rawa (Basin), serta pada bagian barat Bandara Soetta terdapat sungai Cisadane yang mengalir dari wilayah Bogor menuju Laut Jawa.
Gambar 7 Keadaan Penampungan Air di Bandara Soetta
Gambar 8 Keadaan Sistem Hidrologi di Bandara Soetta
Gambar 9 Lokasi Pengelolaan Air Limbah Bandara Soetta
27
4.1.1.6 Pemandangan (view) Kawasan Bandara Soetta memiliki sejumlah pemandangan yang menarik (good view), seperti pada area penerimaan dengan gapura Bali yang menjadi pintu gerbang Bandara-Soetta, serta patung Soekarno dan Hatta sebagai simbol Bandara Soetta, bentukan bangunan terminal yang radial, area perkantoran dengan tower, dan area ruang terbuka hijau lainnya (Gambar 10). Menurut Simond (2006), view yang baik merupakan suatu pemandangan yang diamati dari titik menguntungkan dan menarik pandangan mata.
Gambar 10 Good view di Bandara Soetta
4.1.1.7 Vegetasi Beberapa jenis vegetasi yang ditanam di Bandara Soetta, yaitu Bungur (Lagerstroemia speciosa), Kecrutan (Lagerstromia sp), Biola Cantik (Ficus pandurata), Mahoni (Swietania mahagoni), Trembesi (Samanea saman), Palem Raja (Oreodexa regia), Palem Putri (Veitchia Merillii), Tabebuia (Tabebuia chrysantha), dan Sawo Kecik (Manilkara kauki). Pada sisi jalan di area kedatangan Bandara Soetta terdapat pohon Trembesi sebagai vegetasi pengarah, sedangkan pada area terminal terdapat Palem Raja. Selain itu, pada area parkir Terminal 1 dan 2 umumnya ditanam Pohon Biola Cantik, Mahoni, dan Sawo
28
Kecik sebagai vegetasi peneduh. Jenis tanaman lainnya berfungsi sebagai penambah nilai estetik kawasan Bandara Soetta. Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 11 mengenai jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Bandara Soetta pada lokasi yang berbeda.
Gambar 11 Vegetasi yang Terdapat di Bandara Soetta
4.1.1.8 Satwa Satwa yang ditemukan di Bandara Soetta dibagi menjadi dua, yaitu hewan peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan liar. Hewan peliharaan diantaranya seperti kambing dan anjing, sedangkan hewan liar adalah berbagai jenis aves. Keberadaan satwa tersebut pada Bandara Soetta dapat membahayakan operasional bandara. Berikut dapat dilihat pada Gambar 12 berbagai jenis satwa yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan menurut Laporan Survey Lokasi Bandara Soetta oleh PT (Persero) Angkasa Pura II pada Semester 2 tahun 2010.
4.1.1.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas Lokasi Bandara Soetta berjarak sekitar 30 km dari pusat kota di jakarta. Bandara Soetta memiliki dua pintu masuk, yaitu yang pertama pintu masuk utama bandara dengan gapura Bali melalui jalan tol Prof. Dr. Sedyatmo dan jalan
29
Gambar 12 Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan sekunder melalui Cengkareng, serta pintu masuk alternatif M1 melalui daerah Tangerang. Bandara Soetta yang berada di wilayah Tangerang dapat diakses melalui jalur bebas hambatan (jalan tol) dan jalur arteri, dengan menggunakan baik kendaraan pribadi (mobil dan motor), maupun kendaraan umum. Transportasi yang tersedia ialah shuttle bus (kendaraan umum gratis yang disediakan Bandara Soetta untuk menghubungkan antar terminal di bandara), bus besar (Damri dan Primajasa), dan berbagai jenis taksi. Sirkulasi kendaraan di pintu masuk Bandara Soetta terdiri dari tiga lajur kendaraan. Sirkulasi kendaraan pada Terminal 1 terbagi dua, yaitu jalur kedatangan dan keberangkatan, serta sirkulasi kendaraan pada Terminal 2 terbagi dua yang masing-masing terdiri dari dua level. Sedangkan, sirkulasi kendaraan menuju perkantoran dan gudang melalui jalur tengah pada Bandara Soetta. Selain itu, sirkulasi pejalan kaki tersedia pada sisi jalan di setiap terminal, area perkantoran, dan pintu masuk bandara melalui M1. Berikut dapat dilihat pada Gambar 13 mengenai sirkulasi kendaraan di Bandara Soetta.
4.1.1.10 Fasilitas pada Tapak Dalam pelayanan bandara terhadap penumpang dan barang/kargo, tersedia berbagai fasilitas prasarana operasional dan utilitas pendukung bandara. Bandara Soetta memiliki fasilitas terminal sebanyak 3 buah yang dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil, baik penerbangan internasional maupun penerbangan lokal. Luas terminal penumpang (Internasional) keberangkatan adalah 117.846 m² dankedatangan adalah 73.362,86 m². Sedangkan, luas terminal penumpang (domestik) keberangkatan adalah 24.543 m² dan kedatangan adalah 25.855 m².
30
Gambar 13 Sirkulasi Kendaraan di Bandara Soetta Luas terminal VIP Room dan barang/ kargo keseluruhan masing-masing adalah 722 m² dan 48.838 m². Selain itu, terdapat area parkir dengan luas total adalah 79.129 m², terdiri dari 5100 unit kapasitas parkir roda empat, 850 unit kapasitas parkir roda dua, 300 unit kapasitas taksi di pengendapan, dan 20 unit kapasitas pengendapan Damri. Sedangkan, fasilitas pengelolaan penerbangan di Bandara Soetta didukung oleh GMF AeroAsia (fasilitas pengelolaan Garuda) dengan bangunan sebesar 480.000 m², terdiri dari tiga hangar, gudang, workshop, gedung utilitas, gedung perlengkapan, dan perkantoran. Selanjutnya, Bandara Soetta dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang pelayanan bandara non penerbangan, seperti area golf 18 Hole yang terletak di Soewarna Business Park Bandara Soetta dengan luas sebesar 102 Ha; dua jenis hotel di Bandara Soetta (Hotel Bandara Sheraton yang terletak di pintu masuk utama Bandara Soetta, dilengkapi empat lantai dengan 220 kamar dan Hotel Bandara Jakarta yang terletak di lantai atas Terminal 2, dilengkapi dengan 82 kamar); area perbelanjaan di semua terminal Bandara Soetta yang terdiri dari toko waralaba, toko suvenir, restoran, dan kafetaria.
31
4.1.3 Kondisi Sosial Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi sosial pada Bandara Soetta, antara lain sejarah, pengelola bandara, dan pengunjung.
4.1.3.1 Sejarah Bandara Soetta merupakan pengganti Bandara Kemayoran yang ditujukan untuk penerbangan domestik, karena bandara tersebut terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, yaitu Bandara Halim Perdanakusuma. Oleh karena itu, penerbangan sipil di area tersebut menjadi terbatas, sedangkan lalu lintas udara semakin meningkat. Pada awal tahun 1970-an, dilakukan analisa terhadap delapan lokasi berpotensi untuk bandar udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan Tangerang Utara. Berdasarkan hasil analisa tersebut, Tangerang Utara dipilih untuk pembuatan bandara internasional baru dan ditandai juga Jonggol sebagai bandara alternatif. Nama bandara ini diambil dari nama Presiden Indonesia yang pertama, yaitu Soekarno dan Wakil Presiden, yaitu Mohammad Hatta. Operasi bandara ini dimulai pada tahun 1985, menggantikan Bandara Kemayoran (penerbangan domestik) di Jakarta Pusat dan Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. Bandara Kemayoran telah ditutup, sedangkan Halim Perdanakusuma masih beroperasi, melayani penerbangan charter dan militer. Fungsi dari penggunaan Bandara Soekarno-Hatta adalah Internasional Utama, Regional, dan Haji. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, Bandara Intemasional adalah bandara yang ditetapkan sebagai bandara yang melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri. Bandara internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dikelompokkan atas: a. bandara internasional utama; b. bandara internasional regional; c. bandara internasional penerbangan haji; dan d. bandara internasional angkutan kargo.
32
Bandara ini dirancang oleh arsitek Perancis Paul Andreu, yang juga merancang Bandara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya dan lanskap tropis di antara lounge area tunggu. Gaya arsitektur lokal yang digunakan adalah bangunan beratap genting merah yang dapat dilihat dari bentukan atap yang khas arsitektur bangunan joglo. Proyek pembangunan Bandara Soettadilakukan oleh konsultan Perancis, yaitu Aeroport de Paris dan pemerintah menunjuk PT Konavi sebagai mitra lokal. Hasil pembangunan proyek tersebut, antara lain dua landasan pacu termasuk taxiway; jalan aspal, yaitu satu di timur dan di barat untuk pelayanan bandara; tiga terminal, terdiri dari satu terminal untuk penerbangan internasional dan dua untuk penerbangan domestik. Proyek pembangunan ini dikerjakan selama empat tahun dari Mei 1980 sampai desember 1984. Kemudian, pada tahun 1992 proyek tersebut dilanjutkan dengan pembangunan terminal kedua. Sedangkan, proyek pembangunan Terminal 3 dimulai pada tahun 2007 dan dilakukan oleh mitra lokal sebagai karya dalam negeri.
4.1.3.2 Pengelola Bandara Badan Usaha Bandara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandara untuk pelayanan umum, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No.11 Tahun 2010 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. PT (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang jasa pengelolaan kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara. PT (Persero) Angkasa Pura II didirikan pada tanggal 13 Agustus 1984 dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (PPUJC) yang mengelola Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sekarang bernama Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Pada tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II sesuai Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SPN No. 38 Tahun 2008. PT (Persero) Angkasa Pura II mengelola 12 bandara utama dikawasan barat indonesia,yaitu Soekarno-Hatta
33
(Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping) dulunya Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya Kijang, Sultan Thaha (Jambi), dan Depati Amir (Pangkal Pinang), serta melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara (Fight Information Region/FIR) Jakarta. Aktivitas PT (Persero) Angkasa Pura II mencakup Pelayanan Jasa Penerbangan (Aeronautika) dan Pelayanan Jasa Penunjang Bandara (Non Aeronautika). Pelayanan Lalu Lintas Udara (Air Traffic Services) merupakan salah satu aktivitas bisnis utama PT (Persero) Angkasa Pura II. Sejak tahun 2004, PT (Persero) Angkasa Pura II telah mengimplementasikan RVSM (Reduce Vertical Separation Minimal) yang berfungsi lebih efektif sebagai pemantauan radar pada ruang udara dengan tetap mempertahankan standar faktor keselamatan. Selain itu, dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan peralatan berteknologi tinggi, seperti Flight Procedure Design and Airspace Management (FPDAM) yang sangat membantu penerbang dalam proses tinggal landas ataupun pendaratan di bandara; peralatan Facility Design Aeronautical Mapping (FDAM) untuk membuat peta navigasi udara bagi petugas ATS (Air Traffic Services) dalam menentukan posisi pesawat dan rute penerbangan; dan penggunaan Simulation Model (SIMMOD) yang memudahkan proses penghitungan kapasitas ruang udara, ruang parkir pesawat, dan landasan pacu bandara. Pelayanan Jasa Penunjang Bandara (Non-Air Traffic Services) sesuai perkembangan zaman telah menuntut fleksibilitas fungsi bandara yang tidak lagi terbatas sebagai tempat berlabuh pesawat udara ataupun naik-turunnya penumpang, tetapi juga dapat memberikan suasana yang lebih nyaman seperti kelengkapan sarana bisnis, penginapan, perbelanjaan, dan rekreasi bagi para pengguna jasa bandara. Seperti yang dinyatakan oleh Simond (2006), bahwa kecenderungan pada bandara yaitu, terdapat banyak potensi untuk berbagai fasilitas yang memungkinkan seperti, hotel, theater, ruang konferensi, perpustakaan, tempat rekreasi, dan pusat berbelanjaan yang direncanakan
34
didirikan diarea bandara untuk komersil. Namun, pada masa yang akan datang semua hal tersebut harus dibatasi untuk meningkatkan efisiensi.
4.1.3.3 Pengunjung Dalam penerbangan internasional, Bandara Soetta dikatagorikan kedalam jenis Destination Airport (bandara yang berfungsi sebagai tujuan akhir), bukan sebagai Transit Airport. Sehingga, Bandara Soetta merupakan gerbang/pintu masuk bagi warga negara asing (WNA) yang ingin berkunjung ke Indonesia. Beberapa tahun terakhir, jumlah penumpang pesawat mendarat dan terbang melalui Bandara Soetta selalu mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penumpang pesawat di Bandara Soetta paling signifikan terjadi pada tahun 2010. Berdasarkan data Angkutan Udara yang dikeluarkan PT (Persero) Angkasa Pura II, jumlah penumpang pesawat pada tahun 2010 sekitar 43,7 juta orang, yang terdiri dari 9,53 juta penumpang penerbangan internasional dan 34,17 juta penumpang penerbangan domestik melalui Bandara Soetta. Jumlah penumpang pesawat tersebut, terangkut dalam 247.541 penerbangan domestik dan 63.405 penerbangan internasional. Peningkatan jumlah penumpang secara signifikan terjadi pada bulan Juli, September dan Desember 2010. Ketiga bulan tersebut, terdapat tiga agenda besar, yaitu liburan sekolah, Lebaran, serta Natal dan tahun baru. Pada bulan Juli, terdapat 3,233 juta penumpang domestik dan 962.063 penumpang asing. Pada saat Lebaran yang jatuh pada bulan September, terdapat 2,996 juta penumpang domestik dan 840.995 penumpang asing. Sedangkan, pada bulan Desember, terdapat 3,13 juta penumpang domestik dan 848.608 penumpang asing. Sehingga, pada tahun 2010 Bandara Soetta menjadi urutan ke 16 dalam bandara tersibuk didunia dari jumlah penumpang (urutan ke 5 di Asia) dan melampaui Bandara Changi, Singapore. Pertumbuhan penumpang di Bandara Soetta meningkat lebih dari 15 persen dalam setahun, yang didominasi oleh penumpang domestik. Berikut dibawah ini dapat dilihat statistik pergerakan penumpang, kargo, dan penerbangan pesawat di Bandara Soetta pada Tabel 3.
35
Tabel 3 Jumlah Penumpang, Kargo, dan Penerbangan Pesawat di Bandara Soetta Tahun Penumpang 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
11.818.047 14.830.994 19.702.902 26.083.267 27.947.482 30.863.806 32.458.946 32.172.114 37.143.719 43.704.000
Domestik
Internasional
Kargo (ton)
Pergerakan Pesawat
9.966.403 12.516.439 16.809.708 22.466.775 23.426.867 25.213.037 25.395.485 25.422.108 29.977.615 36.072.092
1.851.644 2.314.555 2.893.194 3.616.492 4.520.615 5.650.769 7.063.461 6.750.006 7.166.104 7.631.908
281.765 306.252 310.131 322.582 336.113 384.050 473.593 465.799 418.562 v510.442
123.540 144.765 186.695 233.501 241.846 250.303 248.482 248.482 298.178 310.946
Sumber:PT (Persero) Angkasa Pura II
Salah satu penyebab utama terjadi peningkatan jumlah penumpang setiap tahunnya adalah berkembangnya perusahaan penerbangan dengan konsep low cost carrier yang sangat cepat mendorong masyarakat untuk beralih dari pengguna transportasi lain ke transportasi udara. Sehingga, pengguna jasa transportasi udara berasal dari berbagai kalangan, yang sebelumnya hanya kalangan tertentu.
4.2 Kondisi Umum Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta
4.2.1 Kondisi Fisik dan Biofisik Dalam penelitian ini, dibahas beberapa kondisi fisik dan biofisik pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: batas tapak dan geografi; iklim; geologi dan tanah; topografi dan draenase; hidrologi; dan pemandangan (view); vegetasi; satwa; sirkulasi dan akesibilitas; serta fasilitas pada tapak.
4.2.1.1 Batas Tapak dan Geografi Kawasan Terminal 3 merupakan salah satu terminal yang berada di Bandara Soetta, Tangerang. Letaknya berada di sebelah timur kawasan Terminal 2. Secara geografis, Terminal 3 yang berada di Bandara Soekarno-Hatta ini terletak pada koordinat 06°07’49,1080” LS dan 106°39”40,134” BT dengan batas wilayah: 1. Utara
: Taxiway Utara
36
2. Selatan
: Jalan P2
3. Barat
: Apron Terminal 2
4. Timur
: Garbage dan Sewage Station
Terminal 3 memiliki luas areal sebesar 100,55 Ha, terbentang dari timur Terminal 2 sampai barat Garbage dan Sewage Station. Namun, saat ini pembangunan Terminal 3 baru menyelesaikan 1 pier (dari total 5 pier), dengan luas 30 Ha. Berikut dapat dilihat pada Gambar 14 mengenai kondisi umum Terminal 3 dan Gambar 15 mengenai Peta Inventarisasi Terminal 3.
4.2.1.2 Iklim Terminal 3 Bandara Soettamemiliki iklim tropis-humid dan terletak dibawah khatulistiwa 6” Lintang Selatan. Suhu udara rata-rata pada kawasan ini sekitar 30-33°C (Gambar 16). Kelembaban pada kawasan bandara Soetta adalah ± 79,5 % (Gambar 17). Arah angin pada kawasan bandara ini dominan bergerak dari arah utara dengan kecepatan antara 1,1-5,4 km/jam. Kecepatan angin rata-rata pada kawasan ini adalah ± 4,8 km/jam (Gambar 18). Selain itu, curah hujan rata-ratanya sekitar 2340 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 440 mm setiap bulannya, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 60 mm setiap bulannya (Gambar 19). Tekanan udara rata-ratanya sekitar 1009.5 mb dengan tekanan udara maksimum adalah 1010,2 mb dan minimum adalah 1009 mb (Gambar 20), berdasarkan Stasiun Meteorologi Klas I Soekarno-Hatta Cengkareng.
4.2.1.3 Geologi dan Tanah Secara geologis, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang termasuk dalam dataran rendah Jakarta bagian barat, yang tersusun atas endapan aluvium pantai, endapan delta, dan sebagian tersusun atas material gunung api. Jenis tanah pada kawasan Terminal 3 umumnya merupakan lapisan aluvial. Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk berbagai jenis tanaman. Sifat horizon aluvial antara lain, tinggi akan kandungan zat kresik dan rendah
37
38
39
Gambar 16 Grafik Rata-rata Suhu Udara untuk Wilayah Cengkareng
Gambar 17 Grafik Rata-rata Kelembaban Udara untuk Wilayah Cengkareng
Gambar 18 Grafik Rata-rata Kecepatan Angin untuk Wilayah Cengkareng
40
Gambar 19 Grafik Rata-rata Curah Hujan untuk Wilayah Cengkareng
Gambar 20 Grafik Rata-rata Tekanan Udara untuk Wilayah Cengkareng
Jenis tekstur tanah pada kawasan Terminal 3 adalah lempung liat berdebu dan memiliki pH tanah sekitar 4-6,5. Sedangkan, struktur tanahnya terdiri dari pasir 5-12%, debu 55-57%, dan liat 32-38%.
4.2.1.4 Topografi dan Drainase Secara umum, kawasan Terminal 3 Bandara Soetta memiliki kemiringan antara 0-5% (datar), dengan ketinggian rata-rata adalah 12,31 meter diatas permukaan laut (peta topografi dapat dilihat pada Gambar 21). Berdasarkan jenis kemiringan tersebut, maka kawasan ini cukup sesuai sebagai kawasan terminal bandara.
41
42
Jenis saluran drainase yang berada di kawasan Terminal 3 termasuk kedalam jenis drainase terbuka. Semua buangan limbah cair dari Terminal 3 disalurkan pada saluran drainase terbuka tersebut yang terbuat dari beton, kemudiansaluran drainase tersebut mengalirkan buangan air ke tempat penampungan air (pond). Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 22 mengenai keadaan topografi dan draenase di sekitar kawasan Terminal 3.
Key Plan
Gambar 22 Keadaan Topografi dan Draenase di Sekitar Tapak
4.2.1.5 Hidrologi Sumberdaya air di kawasan Terminal 3 berasal dari PAM, hujan, dan hasil pengolahan limbah air yang terdapat pada badan-badan air, berupa bak penampungan air (Gambar 23 mengenai peta hidrologi). Keberadaannya sangat
43
44
penting sebagai tempat penampungan air untuk diolah dan digunakan kembali untuk menyirami vegetasi di Bandara Soetta, serta sebagai tempat pembuangan air untuk menghindari terjadinya genangan air. Berikut dapat dilihat pada Gambar 24 mengenai draenase menuju bak penampungan air (pond).
Key Plan
Gambar 24 Drainase Menuju Bak Penampungan Air (pond) di Sekitar Tapak
4.2.1.6 Pemandangan (view) Kawasan Terminal 3 memiliki sejumlah potensi view yang menarik (potential good view), yaitu aktivitas boarding pesawat di Apron Terminal 2 dan 3, landing dan take off pesawat di bagian utara Terminal 3, serta ruang terbuka yang cukup luas pada bagian timur Terminal 3. Dengan ruang terbuka yang cukup lapang, serta bentuk bangunan yang didominasi material kaca, sehingga dapat memudahkan pengunjung untuk menikmati pemandangan, baik dari dalam maupun luar bangunan Terminal 3. Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 25 pemandangan yang berada di Terminal 3.
45 Key Plan
Gambar 25 Pemandangan (View) yang Berada di Terminal 3
4.2.1.7 Vegetasi Jenis vegetasi yang terdapat di Terminal 3 antara lain, yaitu Trembesi (Samanea saman), Kecrutan (Lagerstromia sp), Palem Kuning (Chrysalidocarpus lutescens), Glodokan Tiang (Polyalthia Longifolia), Pucuk Merah (Syzigium oleina), Kamboja (Plumeria acuminata), Rumput Gajah (Axonopus Compressus), dan Canna (Canna sp). Berikut ini dapat dilihat pada Gambar 26 mengenai tutupan vegetasi di Terminal 3 dan Gambar 27 mengenai jenis-jenis vegetasi yang berada di kawasan Terminal 3.
46
47 Key Plan
Gambar 27 Vegetasi yang Terdapat di Terminal 3 4.2.1.8 Satwa Satwa yang ditemukan di Terminal 3 dibagi menjadi dua, yaitu hewan peliharaan masyarakat sekitar Bandara Soetta dan hewan liar. Hewan peliharaan diantaranya seperti kambing, sedangkan hewan liar adalah berbagai jenis aves. Keberadaan satwa tersebut dapat membahayakan operasional bandara. Berikut dapat dilihat pada Gambar 28 berbagai jenis satwa yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan menurut Laporan Survey Lokasi Bandara Soetta di Terminal 3 oleh PT (Persero) Angkasa Pura II pada Semester 2 tahun 2010.
48 Key Plan
Gambar 28 Satwa yang dapat Mengganggu Keselamatan Penerbangan
4.2.1.9 Sirkulasi dan Aksesibilitas Lokasi Terminal 3 tidak begitu jauh dari pintu masuk utama Bandara Soetta. Jalur menuju Terminal 3 dapat melalui Jalan P1 melewati bunderan prasasti dan penanda arah lokasi. Lokasi tersebut dapat diakses dengan menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan motor) maupun kendaraan umum. Fasilitas transportasi umum yang sudah tersedia antara lain bus dan taksi. Selain itu, pengunjung Bandara Soetta dari Terminal 1 dan 2 dapat menggunakan transportasi gratis dengan shuttle bus yang berwarna kuning. Berikut mengenai penanda sirkulasi pada area kedatangan Terminal 3 (Gambar 29) dan peta sirkulasi Terminal 3 (Gambar 30).
4.2.1.10 Fasilitas pada Tapak Pada Terminal 3 terdapat berbagai fasilitas umum yang sudah tersedia, antara lain ruang menyusui, ruang tunggu, ATM (terdiri dari Bank Mandiri, Panin, dan Bukopin), area parkir, mushola, toilet, dan konter air siap minum untuk pengunjung. Sedangkan, fasilitas komersial yang tersedia terdiri dari berbagai
49 Key Plan
Gambar 29 Penanda Sirkulasi Area Kedatangan Terminal 3
jenis, antara lain snack bar, restoran, dan cafe (seperti bakmi GM, J.Co, Starbucks, Bread Papa, CFC, Hikaru Cafe, dan Laras), retail (Toko Buku Amanda), Mini Market, (Circle K), dan refleksi (Vending Machine). Selain itu, maskapai penerbangan yang beroperasi pada Terminal 3 adalah Indonesia Air Asia, dengan konsep penerbangan low cost carrier. Berikut dapat dilihat pada Gambar 31 mengenai peta kondisi umum fasilitas Terminal 3.
4.2.3 Kondisi Sosial Kondisi sosial yang dibahas pada Terminal 3 Bandara Soetta, yaitu: sejarah, pengelola bandara, dan pengunjung.
50
51
52
4.2.3.1 Sejarah Pembangunan Terminal 3 tahap pertama dimulai pada tahun 2007 dan diresmikan pada tanggal 16 April 2009 dengan jumlah satu pier dari keseluruhan rencana lima pier. Bangunan Terminal 3 ini menggunakan konsep yang berbeda dari terminal sebelumnya, yaitu dengan konsep modern dan minimalis. Terminal 3 diperuntukkan untuk maskapai bertarif rendah (low cost carrier), Indonesia AirAsia yang melayani penerbangan domestik. Berdasarkan Master Plan Bandara Soetta, Terminal 3 akan memiliki lima pier dengan setiap pier memiliki kapasitas sebesar 4 juta penumpang per tahunnya dan memperpanjang runway 2 menjadi 4.000 m. Selain itu, Terminal 3 akan dihubungkan dengan transportasi kereta ke Stasiun Manggarai, Jakarta.
4.2.3.2 Pengelola Bandara Pengelola Terminal 3 adalah pihak divisi PT (Persero) Angkasa Pura II yang mengelola Terminal 3. Sejak adanya Terminal 3 di Bandara Soetta, PT (Persero) Angkasa Pura II membagi bidang pekerjaan operasional bandara kedalam masingmasing terminal dan dipimpin oleh seorang General Manager (GM). Aktivitas yang dilakukan pengelola Terminal 3 ialah melayani jasa penerbangan dan penunjang bandara, serta melakukan pengelolaan terhadap berbagai jenis fasilitas yang terdapat di Terminal 3.
4.2.3.3 Pengunjung Terminal 3 untuk sementara hanya difungsikan sebagai terminal yang melayani penerbangan domestik. Namun, sesuai dengan Master Plan Bandara Soetta, rencananya apabila pembangunan Terminal 3 telah selesai semua tahapan, maka penggunaan terminal ini akan melayani penerbangan domestik dan Internasional. Pada tahun 2009 (tahun pertama operasional terminal bandara), jumlah penumpang Terminal 3 adalah 3,7 juta orang. Sedangkan, pada tahun 2010 turun menjadi 1,9 juta orang. Penurunan ini disebabkan karena gulung tikarnya salah satu maskapai yang beroperasi di Terminal 3, yaitu Mandala. Sehingga, untuk sementara hanya satu maskapai yang beroperasi di Terminal 3, yaitu Indonesia AirAsia.