BAB II
KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2.1. KONDISI GEOGRAFIS
Kota Bogor dengan luas 11.850 ha, terletak pada 106º 48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan, ± 56 Km Selatan dari Ibu Kota Jakarta dan ± 130 Km Barat Kota Bandung, Ibukota Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kota Bogor berbatasan dengan : a. Sebelah Utara : Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor. b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. c. Sebelah Barat: Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. d. Sebelah Selatan : Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Wilayah Administrasi Kota Bogor dibagi menjadi 6 kecamatan dan 68 kelurahan, 750 RW dan 3.349 RT, sebagaimana tersaji dalam gambar 2.1. Kota Bogor berada di ketinggian 190 – 330 mdpl, dengan kemiringan lereng berkisar 0 - 2% sampai dengan > 40%, dengan luas menurut kemiringan lereng yakni 0 - 2%
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
(datar) seluas 1.763,94 ha, 2 - 15% (landai) seluas 8.091,27 ha, 15 - 25% (agak curam) seluas 1.109,89 ha, 25 - 40% (curam) seluas 764,96 ha, dan > 40% (sangat curam) seluas 119,94 ha. Suhu udara rata-rata setiap bulannya 26 0 C, dan kelembaban udara kurang lebih 70%. Kota Bogor disebut Kota Hujan karena memiliki curah hujan rata-rata yang tinggi, yaitu berkisar 4.000 sampai 4.500 mm/tahun. Kota Bogor memiliki struktur geologi aliran andesit seluas 2.719,61 ha, kipas aluvial seluas 3.249,98 ha, endapan seluas 1.372,68 ha, tufa seluas 3.395,17 ha, dan lanau breksi tufaan dan capili seluas 1.112,56 ha. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi. Tanah yang ada di seluruh wilayah Kota Bogor umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang sebagian besar mengandung tanah liat (clay), dengan tekstur tanah yang umumnya halus hingga agak kasar, kecuali di Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sareal dan Bogor Tengah yang terdapat tanah yang bertekstur kasar.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-2
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Wilayah Kota Bogor dialiri oleh 2 sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane dan anak-anak sungai, yang secara keseluruhan anak-anak sungai (Sungai Cipakancilan, Sungai Cidepit, Sungai Ciparigi, dan Sungai Cibalok) itu membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai debit puncak (time to peak) pada 2 sungai besar tersebut. Kota Bogor memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Sumber air bagi Kota Bogor diperoleh dari sungai, air tanah, dan mata air. Kedalaman air tanah bervariasi sekitar 3 ─12 m, kedalaman muka air tanah dalam keadaan normal (musim hujan) berkisar 3 ─ 6 m, sedangkan pada musim kemarau kedalaman muka air tanah mencapai 10 ─12 m. Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik. Sumberdaya alam lainnya berupa flora dan fauna juga ditemukan di Kota Bogor. Sejumlah tanaman tropis yang langka dapat ditemui di Kebun Raya Bogor yang dikenal memiliki koleksi tanaman tropis yang terlengkap di dunia. Selain itu, tanaman sayuran dan buah-buahan serta tanaman hias dan tanaman obat-obatan masih banyak diusahakan oleh masyarakat terutama di Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat. Kawasan rawan bencana di Kota Bogor adalah kawasan yang sering mengalami bahaya longsor dan kawasan yang rawan banjir. Daerah yang sering longsor umumnya di sekitar tebing sungai, sedangkan daerah yang
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-3
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
rawan banjir hanya merupakan titik genangan yang tersebar pada beberapa kecamatan.
Gambar
Peta Batas Administrasi Kota Bogor
2.1.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-4
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Kota Bogor mempunyai Kawasan Terbangun pada tahun 2005 dengan luas total 4.411,86 Ha atau sekitar
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-5
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
37,23% dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan, komplek militer, istana, industri, terminal, dan gardu. Kawasan terbangun tersebut didominasi oleh kawasan permukiman seluas 3.135,79 Ha (26,46%), yang didalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan, peribadatan, serta perkantoran. Sedangkan kawasan belum terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 Ha atau sekitar 62,77% dari luas total Kota Bogor, berupa situ, sungai, kolam, ruang terbuka hijau (RTH), tanah kosong Non RTH, dan lain-lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan belum terbangun ini didominasi oleh RTH seluas 6.088,58 Ha atau 51,38%, yang didalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawasan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olah raga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan, dan taman rekreasi. Dengan kondisi geografis yang relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di kawasan Jabodetabek, maka Kota Bogor mempunyai potensi yakni menjadi tujuan utama bermukim para pekerja di DKI Jakarta, serta tujuan wisata penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya. Pertumbuhan yang cepat ini harus diiringi dengan upaya mempertahankan ruang terbuka hijau seluas 30% dari luas kota, pembangunan sumur resapan dan kolam retensi untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mencegah tingginya debit drainase yang ada yang dapat menimbulkan banjir. Perkuatan kepada sempadan sungai maupun tebing yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan bencana longsor juga penting untuk dilakukan.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-6
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2.2.
KONDISI EKONOMI
2.2.1. Kondisi Makro Ekonomi Keadaan PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 untuk kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 disajikan pada Gambar 2.2 berikut. Gambar
Perkembagan PDRB Kota Bogor Tahun 2004 –
2.2.
2008
Sumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-7
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Dengan melihat bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku sebesar Rp. 5.245.746,82 juta di tahun 2004 meningkat menjadi Rp. 10.089.943,96 juta di tahun 2008 dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pun mengalami peningkatandari Rp. 3.361.438,93 juta pada tahun 2004 menjadi Rp. 4.252.821,78 juta di tahun 2008, maka hal ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini telah terjadi peningkatan riil yang walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup menunjukkan bahwa peningkatan yang terjadi bukan hanya peningkatan yang disebabkan oleh harga yang jauh meningkat atau tingkat inflasi yang terjadi. Gambar
Perkembagan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota
2.3.
Bogor Tahun 2004 – 2008
Buk RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-8
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR Sumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008
Dari Gambar 2.3. terlihat bahwa pada tahun 2004 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku menunjukkan angka positif sebesar 25,93 persen, sebaliknya Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan hanya mencapai 6,10 persen. Hal ini seperti keadaan yang terjadi pada saat krisis ekonomi tahun 1998 yang mana kenaikan harga cukup tinggi tetapi produk riilnya justru mengalami penurunan dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. Terlihat pula bahwa setelah melalui masa krisis dan harga relatif meningkat dan stabil maka perlahan keadaan mulai membaik dan telah terjadi peningkatan produk riil di tahun 2008 jika dibandingkan keadaan pada tahun 2004. Kota Bogor adalah kota perdagangan dan jasa yang ditunjukkan oleh besarnya komposisi sektor tersier terhadap nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Struktur perekonomian Kota Bogor merupakan struktur yang didominasi oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Industri Pengolahan (Sub Sektor Industri non-Migas) dan Sektor Angkutan dan Komunikasi atau dengan perkataan lain Sektor Tersier merupakan Sektor yang paling besar kontribusinya disusul Sektor Sekunder dan Sektor Primer. Pada tabel 2.1 tersaji data PDRB Kota Bogor atas dasar harga berlaku dan atas harga dasar konstan 2000 tahun 20072008.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-9
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel
PDRB Kota Bogor Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007 – 2008 (Jutaan Rupiah)
2.1. Kod e Sek tor
Lapangan Usaha
1
Pertanian
2
Pertambangan & Penggalian
3
Industri pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Pengolahan
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7
Angkutan dan Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
9
Jasa-jasa
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 2007*) 20.646,3 7 178,07 2.112.81 6,76 187.527, 43 506.135, 84 3.435.86 8,81 1.044.48 6,10 863.501, 47 386.874, 85 8.558.0 35,70
2008**) 22.265,7 0 192,14 2.532.96 5,67 214.413, 76 575.020, 92 3.955,08 0,82 1.338.78 8,63 1.023.93 5,21 427.281, 09 10.089.9 43,96
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2007*) 12.717,2 6 118,31 1.126.54 1,95 128.090, 57 288.023, 99 1.205.11 1,94 394.451, 07 560.780, 48 296.907, 60 4.012.7 43,17
2008**) 13.121,5 8 120,53 1.197.76 8,02 136.829, 56 299.804, 17 1.267.51 8,19 422.723, 25 602.517, 87 312.418, 61 4.252.8 21,78
Sumber : Buku Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-10
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2.2.2. Laju Inflasi Inflasi di Kota Bogor diukur berdasarkan Indeks harga Implisit, Indeks Harga Implisit adalah suatu indeks harga yang menggambarkan perbandingan antara nilai produk Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan. Jadi Indeks Harga Implisit mencerminkan tingkat Inflasi yang terjadi dalam suatu periode. Perubahan Indeks Harga Implisit dapat dianggap lebih menggambarkan tingkat inflasi yang menyeluruh dibandingkan dengan indikator inflasi lainnya seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Sembilan Bahan Pokok. Hal ini disebabkan Indeks Harga Implisit sudah mewakili semua jenis harga yaitu Harga Konsumen, Harga Produsen, Harga Perdagangan Besar, Harga Eceran dan harga lainnya yang sesuai dengan berbagai jenis harga yang dipergunakan dalam penghitungan nilai produksi setiap Sektor, sebagaimana tertuang dalam tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2.
Indeks Harga Implisit PDRB Kota Bogor Tahun 2004-2008 (%) SEKTOR
PRIMER Pertanian Pertambangan & Penggalian SEKUNDER Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan
2004 132,92 132,98 126,86
2005 141,20 141,27 133,97
Tahun 2006 155,36 150,58 141,99
2007 *) 162,24 162,35 150,51
2008 **) 169,59 168,40 159,41
125,7 2 123,35 120,24 136,73
144, 73 145,7 8 127,9
162,1 4 155,4 4 136,8
181,9 3 187,5 5 146,4
203,2 8 211,4 3 156,4
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-11
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR TERSIER Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB
175,45 192,0 210,81 233,22 222,07 9 261,49 285,11 156,48 242,42 221,45 264,79 116,52 186,00 139,51 153,98 126,35 113,48 124,25 130,30 118,88 156,06 173,5 191,89 213,27 8 *) angka perbaikan, **) angka sementara
258,91 315,03 317,05 166,63 137,26 237,33
Sumber Produk Domestik Regional Bruto Kota Bogor 2008
Pada Tabel 2.2 terlihat pada tahun 2008 telah terjadi Inflasi (Perubahan Indeks Harga Implisit) berbagai jenis produk sebesar 11,28 persen dan nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan inflasi tahun 2007 yaitu 11,14 persen. Sektor yang mengalami inflasi terbesar adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 19,73 persen, sedangkan yang terendah adalah Sektor Pertanian yaitu sebesar 3,73 persen yang dipengaruhi oleh Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan sebesar 4,76 persen, Sub Sektor Tanaman Perkebunan sebesar -0,22 persen, Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya sebesar 0,001 persen dan sub sektor perikanan sebesar 3,04 persen. 2.2.3. Daya Beli Masyarakat Indeks daya beli dihitung dari Indikator konsumsi perkapita dan dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000. Walaupun sejak tahun 2000 – 2007 telah terjadi peningkatan, indeks daya beli masih rendah dibandingkan indeks kesehatan dan pendidikan sebagaimana tertuang pada tabel 2.3 berikut:
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-12
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel
Indeks Daya Beli per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008
2.3.
Kecamatan
Indeks Daya Beli
Bogor Selatan
58,94
Bogor Timur
66,94
Bogor Utara
67,33
Bogor Tengah
67,03
Bogor Barat
65,61
Tanah Sareal
67,03
Kota Bogor
65,55
Sumber : Buku Indeks Pembangunan Manusia Kota Bogor Tahun 2008
Sedangkan Kemampuan Daya Beli Masyarakat/Purchasing Power Parity (PPP) diukur melalui konsumsi perkapita riil, kemampuan daya beli merupakan suatu alat ukur yang menggambarkan tingkat keberdayaan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan konsumsi riilnya, tanpa memperhatikan asal atau sumber penerimaannya apakah berupa pemberian atau hasil pendapatannya. Berdasarkan hasil Susenas diperoleh kemampuan daya beli masyarakat (PPP) tahun 2008 sebesar Rp. 643.650, sehingga diperoleh indeks konsumsi per kapita Kota Bogor tahun 2008 yaitu 65,55 persen. Dilihat dari aspek pengeluaran per kapitanya, persentase terbesar dari pengeluaran per kapita sebulan penduduk Kota Bogor berada
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-13
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
pada kisaran golongan pengeluaran Rp. 300.000,- sampai Rp. 499.999,-. Dari jumlah penduduk kota Bogor sebesar 87,61 % termasuk dalam golongan pengeluaran lebih besar dari Rp. 300.000,-. 2.2.4. Perkembangan Nilai Ekspor Kota Bogor Perkembangan realisasi ekspor dari tahun 2008 dari Kota Bogor yakni menjadi sebesar US$ 128.348.623,3. Dari komoditas ekspor untuk non migas yang relatif stabil adalah meubel akar, batu taman, relief table, tanaman hias, pakaian jadi, minuman diet, ikan hias, furniture, tekstil, bordiran, ban dan boneka. Dari segi nilai ekspor, komoditas terbesar adalah garmen sebesar US $ 69.972.739,29, komoditas ban dengan nilai sebesar US$ 38.262.210, komoditas furniture sebesar US$ 63.254.20, serta komoditas tekstil senilai US$ 6.524.320, sebagaimana tertuang pada gambar 2.4. Komoditas ini diusahakan oleh perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai lisensi dari perusahaan asing. Struktur ekspor tersebut menunjukkan bahwa peran utama masih berada pada pengusaha besar. Oleh karena itu pengembangan industri-industri kreatif lain yang bernilai ekspor dari usaha mikro kecil dan menengah, yang tetap menyerap tenaga kerja lokal Kota Bogor agar perputaran uang dapat beredar sebanyak mungkin di Kota Bogor. Tantangan aspek ekspor di Kota Bogor adalah : a. Peningkatan kualitas produk industri kecil sesuai dengan standar permintaan pasar
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-14
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
b. c. d. e. f.
Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Peningkatan
Gambar 2.4.
efisiensi dalam produksi industri kecil diversifikasi produk industri kecil kualitas kelembagaan koperasi pemasaran hasil-hasil UKM pengawasan distribusi dan kualitas barang
Jumlah Realisasi Ekspor Non Migas Di Kota Bogor 2006 – 2008 (US $)
Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor & Bogor Dalam Angka 2008
2.2.5. Kepariwisataan Saat ini daya tarik utama kepariwisataan Kota Bogor adalah Kebun Raya Bogor yang menjadi icon Kota Bogor. Kebun Raya merupakan salah satu world heritage, yang menarik banyak kunjungan wisatawan baik lokal maupun
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-15
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
mancanegara, baik untuk menikmati keindahan, kesejukan taman maupun menambah pengetahuan tentang koleksi tanaman yang dimiliki Kebun Raya. Selama tahun 2008 tercatat 810.912 pengunjung, sebagaimana tertuang pada tabel 2.4 dan diperoleh hasil penjualan karcis sebesar Rp. 7.469.610.000. Pola yang terjadi adalah setelah mengunjungi Kebun Raya Bogor, wisatawan menikmati wisata kuliner yang tersebar di Kawasan Jalan Raya Pajajaran dan Jalan Suryakencana serta wisata belanja khususnya kerajinan tas di Kawasan Jalan Tajur dan Katulampa serta pakaian (factory outlet) di Kawasan Jalan Raya Pajajaran. Adanya atraksi baru yakni wisata air berupa waterboom yang dikembangkan oleh beberapa pengembang perumahan, juga menarik banyak pengunjung ke Kota Bogor. Pola wisata ini merupakan peluang bagi masyarakat Kota Bogor untuk mengembangkan atraksi-atraksi lain yang dapat menarik wisatawan, sehingga Kota Bogor dapat menjadi one stop tourism. Atraksi baru yang dikembangkan diharapkan dapat memperpanjang waktu lebih lama tinggal. Atraksi tersebut seyogyanya melibatkan masyarakat lokal agar adanya penyerapan tenaga kerja yang mempunyai dampak multiplier bagi perekonomian Kota Bogor. Wisata konvensi sudah mulai tumbuh yakni Kota Bogor menjadi tempat untuk rapat-rapat berbagai perusahaan atau instansi sehingga wisatawan tinggal lebih lama di Kota Bogor. Dukungan prasarana yang berkualitas seperti kualitas infrastruktur serta dekorasi kota merupakan daya tarik Kota Bogor. Selain itu attraction yang berupa daya
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-16
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
tarik alam, budaya dan buatan serta amenity berupa sarana pendukung seperti hotel, restoran, pelayanan rumah sakit, keamanan, perbankan yang telah dimiliki Kota Bogor perlu ditingkatkan kualitasnya.
a. b. c. d.
Tantangan aspek pariwisata adalah : Peningkatan promosi pariwisata melalui berbagai media Peningkatan kualitas pelaku pariwisata Peningkatan sadar wisata masyarakat Peningkatan fasilitasi pengembangan atraksi pariwisata
Tabel 2.4.
Data Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Kota Bogor Tahun 2008
N o
Obyek Wisata
1.
Kebun Raya Bogor
Jenis Wisatawa n Nusantara Mancaneg ara Jumlah
2.
Istana Bogor
Nusantara Mancaneg ara Jumlah
3.
Prasasti Batutulis
Nusantara Mancaneg ara Jumlah
4.
Plaza Kapt Muslihat
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Nusantara Mancaneg
JUMLA H 797,34 4 13,56 8 810,9 12 129,5 63 5 8 129,6 21 2 98 13 3 11 167,7 68 -
II-17
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR N o
Obyek Wisata
Jenis Wisatawa n ara Jumlah
5.
Museum Zoologi
6.
Museum Etnobotani
Nusantara Mancaneg ara Nusantara Jumlah
7.
Museum PETA
Nusantara Jumlah Mancaneg ara Jumlah
8.
Situ Gede
Nusantara Mancaneg ara Jumlah
JUMLAH
Nusantara Mancaneg ara
Jumlah Sumber : Bogor Dalam Angka 2008
JUMLA H 167,7 68 133,9 77 31 14,2 35 14,2 35 12,4 22 12,4 22 3,5 00 3,5 00 1,267,8 50 13,7 44 1,281,5 94
2.2.6. Kondisi Investasi Perkembangan investasi di Kota Bogor ditunjukkan dengan perkembangan jumlah penerbitan tanda daftar perusahaan, pada tahun 2004 sampai dengan Mei 2008 telah terdaftar sebanyak 3.333 perusahaan. Dari jumlah tersebut,
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-18
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
sebanyak 44,64% didominasi oleh perusahaan perorangan, sedangkan koperasi hanya 2,04% saja, sebagaimana tertuang pada tabel 2.5 berikut: Tabel 2.5. N o. 1 2 3 4 5
Jumlah Penerbitan Tanda Daftar Perusahaan di Kota Bogor Tahun 2004 - 2008 Uraian
Perusahaan Terbatas (PT) Perusahaan Komanditer (CV) Perusahaan Perorangan (PO) Koperasi Badan Usaha Lain Jumlah
200 4 114
200 5 148
157
20 07 258
20 08 118
Jumla h 795
162
162
189
294
163
970
227
361
298
415
187
1.488
12 -
14 -
15 1
685
660
6 9 48 3
68 12
515
21 2 99 0
2006
3.333
Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor
Investasi perdagangan mengalami kenaikan dari 2004 sampai 2008 yakni rata-rata sebesar 19% seperti tertuang dalam Tabel 2.6. Namun, laju kenaikan per tahun, menurun dari 33% menjadi 4 %. Jumlah perusahaan perdagangan pun meningkat yang dilihat dari jumlah perusahaan yang mempunyai SIUP. Proporsi perusahaan perdagangan besar, menengah dan kecil masing-masing sebesasr 3,01%, 13,74% dan 83,25% .
Tabel 2.6.
Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan SIUP, Nilai Investasi dan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun 2004 – 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-19
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tahun
Perdagan gan Besar
Perdagan gan Menengah
Perdagan gan Kecil
2004
195
993
5.882
2005
222
1.067
6.419
2006
249
1.144
6.952
2007
284
1.216
7.467
2008
303
1.258
7.720
Investasi (Rp)
Tenaga Kerja
112.665.18 5.000 149.890.28 5.000 191.009.83 5.000 210.400.00 0.000 218.479.23 5.000
30.200 33.900 36.400 39.132 40.270
Sumber : Dinas Perindagkop Kota Bogor
Tabel 2.7.
Jumlah Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Penerbitan (SIUP) Di Kota Bogor Tahun 2002/2003 - 2008/2009
Jenis Perdaga ngan
2002 / 2003
2003 / 2004
2004 / 2005
2005 / 2006
2006 / 2007
2007 / 2008
2008 / 2009
Juml ah
Perdagan gan Besar
178
188
222
233
249
284
311
1,665
Perdagan gan Menenga h
885
912
1,067
1,101
1,144
1,216
1,275
7,600
Perdagan gan Kecil
4,766
5,114
6,419
6,683
6,952
7,467
7,874
45,27 5
Investasi di bidang perdagangan masih didominasi oleh perdagangan Besar bernilai Rp 46.480.000.000, sebanyak 311 perusahaan pada tahun 2008. Nilai investasi perdagangan kecil, baru mencapai Rp 34.796.285.000, sebanyak 7,874 perusahaan sebagaimana tertuang pada Tabel 2.7 diatas.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-20
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Pedagang kaki lima tersebar di sekitar tempat-tempat ramai oleh pejalan kaki atau jalur angkutan kota seperti pada sejumlah jalan utama, sekitar pasar-pasar tradisional, terminal, jalur hijau dan stasiun. Pada tahun 2007, sebanyak 7.782 Pedagang Kaki Lima beroperasi di 51 titik lokasi di wilayah Kota Bogor sehingga menimbulkan masalah lalu lintas dan mengurangi keindahan kota. Pasar-pasar tradisional yang di sekitarnya terdapat pedagang kaki lima adalah Pasar Anyar, Pasar Bogor, Pasar Kemang, Pasar Gunung Batu, Pasar Pamoyanan, Pasar Mekarwangi, Pasar Bubulak. 2.3.
KONDISI SOSIAL BUDAYA
2.3.1. Kependudukan Jumlah penduduk Kota Bogor terus mengalami pertumbuhan sehingga menimbulkan tingkat kepadatan yang makin tinggi pula. Pertumbuhan rata-rata selama kurun waktu 11 tahun terakhir adalah 2,83 %. Angka pertumbuhan penduduk ini, dipengaruhi oleh faktor alamiah (kelahiran dan kematian) dan faktor migrasi masuk dan keluar (Tabel 2.8). Pertumbuhan tinggi terjadi di daerah-daerah perkembangan baru seperti di Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Tanah Sareal, dan Kecamatan Bogor Selatan. Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Bogor Timur cenderung menurun, sedangkan di Kecamatan Bogor Tengah sangat rendah dan Kecamatan Bogor Barat stabil.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-21
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor 1995 ─
2.8.
2007
N o
Kecamatan
Pertumbuhan Penduduk (%) 1995 ─ 2000
2000 ─ 2006
1995 ─ 2007
1
Bogor Utara
2,34
5,93
4,30
2
Bogor Barat
2,74
2,98
2,88
3
Bogor Timur
3,11
2,45
2,75
4
Bogor Selatan
2,14
3,90
3,10
5
Bogor Tengah
0,18
0,56
0,39
Tanah Sareal
1,59
4,88
3,38
Kota Bogor
1,99
3,52
2,83
6
Sumber : Hasil Analisis RTRW Tahun 2010-2029
Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2008 adalah 942,204 jiwa, dengan luas wilayah 118,50 km 2 kepadatan penduduk Kota Bogor Tahun 2008 adalah 7.951 jiwa/km2, dengan kategori kepadatan Rendah. Kecamatan Bogor Tengah merupakan Kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 13.770 jiwa/km2. Sedangkan, kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, dan Kecamatan Tanah Sareal memiliki kategori kepadatan Rendah sampai Sedang, sebagaimana tertuang pada tabel 2.9 berikut. Tabel 2.9.
Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor 2008
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Sebaran (% )
Kepadata n
Kategori Kepadata
II-22
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.9.
Sebaran dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor 2008 Penduduk (Jiwa/Km2 ) 9,382 6,244 9,293
(Jiwa) 1 2 3
n
Bogor Utara 166,245 17.64 Bogor Barat 205,123 21.77 Bogor Timur 94,329 10.01 Bogor 4 179,494 5,826 Selatan 19.05 Bogor 5 111,952.00 13,770 Tengah 11.88 6 Tanah Sareal 185,061 19.64 9,823 Kota Bogor 942.204 100.00 54.338 Sumber : Bogor Dalam Angka 2007 dan Hasil Analisis 2008.
Keterangan :
sedang rendah sedang rendah tinggi sedang
Tinggi : > 12,000 jiwa/km2 Sedang Rendah
: 8,000 ─ 12,000 jiwa/km2 : < 8,000 jiwa/km2
2.3.2. Pendidikan Angka melek huruf (AMH) penduduk Kota Bogor sudah sangat baik dan terus mengalami peningkatan sebesar 98,92% pada tahun 2005 yang terus membaik pada tahun 2006, dan 2007 masing-masing menjadi 99,10 % serta 99,28 %. Tabel
Angka Melek Huruf (AMH) per Kecamatan di
2.10.
Kota Bogor Tahun 2000 – 2007
Kecamatan 1. Bogor Selatan 2. Bogor Timur 3. Bogor
200 0 96,9 9 97,6 1 97,1
200 1 97 97,6 2 97,1
200 2 97,0 1 97,6 3 97,1
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
200 3 97,3 1 97,9 3 97,4
200 4 98,1 1 98,7 4 98,2
2005
2006
98,5 2 99,1 5 98,6
98,7 0 99,3 3 98,8
2007 98,88 99,51 99,02
II-23
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel
Angka Melek Huruf (AMH) per Kecamatan di
2.10.
Kota Bogor Tahun 2000 – 2007
Utara 4. Bogor Tengah 5. Bogor Barat 6. Tanah Sareal
2 3 4 4 5 6 97,7 97,9 97,9 98,2 99,0 99,4 5 4 5 5 7 8 97,0 97,7 97,7 98,0 98,8 99,3 6 6 7 7 9 0 97,3 97,0 97,0 97,3 98,1 98,6 8 7 8 8 9 0 97,3 97,3 98,5 98,9 Kota Bogor 97,4 97,7 8 9 1 2 Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor
4 99,6 6 99,4 8 98,7 8
99,84 99,66 98,96
99,2 8 tahun 2009 99,1
Pada tahun 2007 AMH di seluruh Kecamatan di Kota Bogor sudah lebih dari 99 persen. Penyebaran dalam kurun waktu tahun 2000 – 2007 adalah Kecamatan Bogor Tengah yakni 99,84 %, dan AMH terendah adalah Kecamatan Bogor Selatan. Indikator yang digunakan untuk melihat pembangunan sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Rata-rata Murni (APM), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Rasio Murid terhadap Sekolah(RMS), rasio murid terhadap kelas, dan rasio murid terhadap guru. APK untuk SD adalah 115,65, SMP adalah 104,92, dan SMA adalah 113,66. APM untuk SD adalah 86,54, SMP adalah 76,75, dan SMA adalah 78,34. RLS pada tahun 2007 adalah 9.74 tahun meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini setara dengan SMA tahun pertama. Distribusi RLS antar kecamatan di kota
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-24
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Bogor berbeda, sebagaimana tertuang pada tabel 2.11 berikut. Tabel 2.11.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) per Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2000 – 2007
1. Bogor Selatan 2. Bogor Timur
200 0 8,56 9,43
200 1 8,67 9,55
200 2 8,73 9,62
200 3 8,74 9,63
200 4 8,78 9,67
3. Bogor Utara
9,73
9,85
9,92
9,93
9,97
4. Bogor Tengah
9,90
10,0 3
5. Bogor Barat
9,84
9,97
10,1 0 10,0 4 9,24
10,1 1 10,0 5 9,25
10,1 5 10,0 9 9,29
Kecamatan
6. Tanah Sareal
200 5 8,80 9,70 10,0 0 10,1 8 10,1 2 9,31
200 6 8,83 9,73 10,0 3 10,2 1 10,1 5 9,34
200 7 8,85 9,76 10,0 6 10,2 4 10,1 8 9,37
9,06 9,18 9,4 Kota Bogor 9,53 9,60 9,61 9,65 9,68 9,71 9,74 1 Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun 2009
RMS diperoleh dengan membandingkan jumlah murid dengan jumlah sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu baik Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sebagaimana tertuang pada tabel 2.12. Hal ini menandakan bahwa tingkat kepadatan sekolah di Kota Bogor makin tinggi, sehingga upaya penanganannya lebih dipusatkan pada peningkatan daya tampung setiap sekolah.
Tabel 2.12.
Perkembangan Rasio Murid Terhadap Sekolah (RMS) Di Kota Bogor Tahun 2000 - 2007
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-25
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
. Tingkat SD SMP – UMUM SMAUMUM
20 00 25 7 42 4 69 2
20 01 29 9 39 3 65 8
20 02 36 5 47 6 78 9
20 03 31 9 43 4 75 5
20 04 32 5 52 6 58 8
20 05 32 8 58 1 50 7
20 06 32 9 64 6 57 0
20 07 33 0 71 1 58 5
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan tahun 2009
RMS di tiga jenjang menunjukkan perbedaan antar kecamatan. Jumlah murid tertinggi untuk tingkat SD berada di Kecamatan Tanah Sareal yaitu 376.50 dan terendah berada pada Kecamatan Bogor Barat yaitu 280.26. Untuk tingkat SMP tertinggi pada Kecamatan Tanah Sareal yaitu 1110.65 dan terendah Kecamatan Bogor Timur 311.64 dan untuk tingkat SMA tertinggi pada Kecamatan Bogor Utara 986.41 dan terendah di Kecamatan Bogor Selatan hanya 319.79 sebagaimana tertuang pada tabel 2.13 berikut. Tabel
Rasio Murid Terhadap Sekolah di Kota Bogor
2.13. Tahun 2007 Kecamatan RMS SD 1. Bogor Selatan 348,54 2. Bogor Timur 306,12 3. Bogor Utara 293,65 4. Bogor Tengah 374,94 5. Bogor Barat 280,26 6. Tanah Sareal 376,50 Rata-Rata 330,00
RMS SMP 515,85 311,64 629,34 1060,04 638,49 1110,65 711,00
RMS SMA 319,79 669,72 986,41 557,61 524,29 452,18 585,00
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan tahun 2009
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-26
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Rasio murid terhadap guru digunakan untuk menggambarkan beban kerja guru dalam mengajar serta untuk melihat tingkat mutu pengajaran di kelas, karena semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin kurang tingkat pengawasan atau perhatian guru terhadap murid, sehingga mutu pengajaran cenderung semakin rendah. Rasio murid dengan guru tahun 2007 untuk tingkat pendidikan SD ternyata paling besar berada di Kecamatan Tanah Sareal yaitu 31,01 yang berarti untuk setiap guru harus mengawasi 31 murid, dan rasio yang terkecil berada di Kecamatan Bogor Selatan yaitu 19,14 yang berarti setiap guru harus mengawasi 19 orang murid, sebagaimana tertuang pada tabel 2.14 berikut:
Tabel 2.14. Kecamatan 1, Bogor Selatan 2, Bogor Timur 3, Bogor Utara 4, Bogor Tengah 5, Bogor Barat 6, Tanah Sareal
Rasio Murid Terhadap Guru di Kota Bogor Tahun 2007 RMG SD RMG SMP RMG SMA 26,79
8,28
13,43
31,01 19,14
12,87 7,90
10,37 11,32
29,12
16,06
14,38
29,23 23,48
18,01 13,50
19,42 12,96
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun 2009
Dari kualitas pengajar, latar belakang pendidikan guru untuk SD terbanyak adalah DII (51%), dan S1 Keguruan sebesar 17%. Kualitas guru layak mengajar sebanyak 72%,
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-27
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
semi layak mengajar sebesar 5% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 23%. Untuk jenjang SMP latar belakang pendidikan terbanyak adalah S1 Keguruan sebesar 51 % dan S2 sebanyak 1%. Kualitas guru layak mengajar sebanyak 61%, semi layak mengajar sebesar 21% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 18%. Untuk jenjang SMA latar belakang pendidikan terbanyak adalah S1 Keguruan sebesar 60 % dan S2 sebanyak 6%. Kualitas guru layak mengajar sebanyak 63%, semi layak mengajar sebesar 20% sedangkan tidak layak mengajar sebanyak 17% sebagaimana tertuang pada tabel 2.15 berikut: Tabel 2.15. N o 1
Variabel Guru Menurut Ijazah (GI) : SMA Keguruan SMA Non Keguruan D-1 D-II D-III Keguruan D-III Non Keguruan
2
3
Data Pokok Pendidikan Kota Bogor Tahun Ajaran 2007/2008 SD
529 217 55 2.01 5 89 53
SD + MI
SMP
MT s
SLT P+ MTs
SM A
SM K
MA
62 94 15
591 311 162
75 69 21
26 31 183
101 100 12
17 17 16
31 28 1
11 2 29
134
132
39
171
26
26
8
60
13 7
102 60
257 142 1.38 6 382 7
22 12
95 61 1.0 94 281 48
191 93
3 10
212
279 154 1.59 8 515 44
979
201
410 4
73 96
MI
SM + MA 59 47 70 2.14 9 289 164 2.27 4 764 7
S-I Keguruan
678
70
748
S-I Non. Keguruan S-2 Kelayakan Mengajar (GL) : Guru Layak Mengajar Semi Layak Mengajar Tidak Layak Mengajar
147 7
13 0
160 26
774
83
857
1.66 9
241
1.91 0
1.1 38
1.0 27
205
2.37 0
200
20
220
524
145
669
281
410
73
764
305
3.121
438
117
555
228
385
35
648
130
1.988
54
143
197
91
28
208
327
26 921
128 15.36
277 12.2
59 1.1
336 13.4
130 7.1
204 7.3
21 785
355 15.2
Mengulang Putus Sekolah Lulusan
2.81 6 1.85 8 102 14.4
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
133 33
II-28
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR N o
Variabel
4
Rata-rata NEM Lulusan
6,31
5
Angka Mengulang
1,87
6
Angka Putus Sekolah
0,10
Angka Lulusan
95,9 0
SD
MI
47
7
5,6 2 1,6 5 0,3 3 94, 94
SD + MI
SMP
8
84 6,02
1,86
0,44
0,12
22,5 6
95,84
100
MT s 19 6,1 2 2,7 9 38, 39 72, 80
SLT P+ MTs 03
1,43 24,3 3 97,0 5
SM A
SM K
22 4,8 9 1,1 9 1,7 0 93, 51
71 5,1 0 0,3 7 2,7 8 99, 29
MA 5,0 6 29, 37 2,9 6
20,7 6
100
97,0 2
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Pendidikan Kota Bogor tahun 2009
a. b. c. d. e. f. g. h.
Tantangan aspek pendidikan adalah : Peningkatan penyelenggaraan wajib belajar 12 tahun (gratis) Peningkatan kualitas sarana prasarana pendidikan termasuk daya tampung sekolah Peningkatan mutu kurikulum dan kualitas sekolah Peningkatan kualitas peserta didik Peningkatan keterjangkauan pendidikan oleh masyarakat miskin Peningkatan kualitas dan profesionalisme tenaga pengajar Peningkatan sarana prasarana perpustakaan Peningkatan link and match sekolah kejuruan dengan dunia usaha
2.3.3. Kesehatan Kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu dapat dijadikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Disamping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
SM + MA 78
II-29
2,25
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survai dan penelitian. Gambaran perkembangan terakhir mengenai data kematian bayi di Kota Bogor dapat dilihat dari Gambar 2.5 berikut : Gambar 2.5.
Jumlah Kasus Kematian Bayi dari tahun 2000 2008
Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi selama 9 tahun mengalami naik turun, pada tahun 2005 jumlah kematian bayi paling rendah sebanyak 16 kasus yang tercatat, tetapi pada tahun 2006 terjadi kenaikan yang sangat tajam, kematian bayi menjadi 57 kasus dan pada tahun 2008 terjadi 95 kasus kematian bayi. Jumlah Kematian bayi setiap tahun diperoleh dari laporan kematian yang didapatkan baik dari masyarakat maupun pelayanan kesehatan. Pada tabel 2.16 dan tabel 2.17 berikut tertuang
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-30
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
data distribusi kematian bayi menurut penyebab kematian tahun 2008 dan data kematian bayi menurut penyebab di Kota Bogor Tahun 2004-2008 Tabel 2.16. N o 1
Distribusi Kematian Bayi menurut Penyebab Kematian Tahun 2008 Penyebab
Jumlah
%
BBLR
26
27,37
2
Asfiksia
22
23,16
3
Tetanus
1
1,05
4
Ispa
4
4,21
5
Diare
2
2,11
6
Infeksi
6
6,32
7
Mslh Laktasi
1
1,05
8
Lain-lain
33
34,74
Total
Tabel 2.17.
95 Sumber : Kesga tahun 2008
Kematian Ibu menurut Penyebab Kematian 2004 - 2008 Tahun
PENYEBAB Eklamsia Berat Perdarahan
20 04 1
200 5 2
2006
2007
2008
5
2
2
1
0
5
2
1
Ruptura Uteri
0
0
0
0
0
Sakit Jantung
0
0
2
0
0
Kelainan Darah Atonia Uteri
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Partus lama
0
2
0
0
0
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-31
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR Infeksi Dehidrasi Emboli ketuban Lain-Lain JUMLAH 2004 - 2008
air
0
2
1
1
2
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
4
0
2
3
2
10
14
7
8
Sumber : Laporan Audit Maternal Puskesmas, tahun
Dari sepuluh penyakit utama yang ditemukan di Puskesmas, ISPA merupakan penyakit dengan persentasi tertinggi yaitu sebesar 41,99% dibandingkan penyakit lainnya. Jika dilihat menurut kelompok umur maka penyakit ini juga merupakan penyakit dengan persentase tertinggi di kota Bogor pada tahun 2008, sebagaimana tertuang pada tabel 2.18 berikut: Tabel 2.18.
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0
Sepuluh Penyakit Utama Yang dirawat Jalan di Puskesmas Untuk Golongan Umur 5 – 64 Tahun Di Kota Bogor 2008 Nama Penyakit
Hipertensi Primer (Esensial) Penyakit infeksi saluran Pernafasan Atas Akut tidak spesifik Myalgia Tukak Lambung Penyakit Gusi dan Periodontal Sakit Kepala Penyakit pulpa dan jaringan Periapikal Gastroduodenitis tidak spesifik Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) Influenza Jumlah
% 20,4 17,8 10,6 9,1 9,0 1,0 1,0 6,4 6,2 5,7 100, 0
Sumber: Laporan Lb1 Puskesmas, Tahun 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-32
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Berdasarkan tabel 2.18 diatas menunjukan bahwa penyakit utama pada kelompok umur 5 – 64 tahun adalah Hipertensi (20,4%). Hal ini mungkin karena hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang sangat dipengaruhi oleh faktor umur dan gaya hidup yang kurang sehat seperti makanan dan aktifitas olah raga. Incident Rate DBD kota Bogor selama tahun 2008 yaitu sebesar 0,14. Artinya ada sebanyak 1.344 jiwa dari 955.788 penduduk Kota Bogor terjangkit DBD. Kasus tertinggi terjadi di Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Barat (22.2 %) sebagaimana tersaji pada gambar 2.6. Hal ini mungkin berkaitan dengan tingginya tingkat kepadatan penduduk dan masih rendahnya kesadaran penduduk tentang kebersihan lingkungan, sehingga pengendalian vektor belum dapat dilakukan dengan baik. Pada tahun 2008 kasus DBD sebanyak 1344 jiwa yang meninggal sebanyak 9 orang hal ini menurun dibandingkan pada tahun 2007 sebanyak 10 orang dari 1807 kasus. Hal ini menunjukkan adanya upaya – upaya untuk mengurangi berjangkitnya demam berdarah di masyarakat seperti melakukan PSN dan selalu menjaga kebersihan lingkungan. Gambar 2.6.
Distribusi Penderita Demam Berdarah Dengue menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-33
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Gambar 2.7.
Prevalensi Gizi Kurang dan Buruk pada Balita menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2004 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-34
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Sumber: Seksi Gizi ,Bid.Kesga, Dinas Kesehatan Kota Bogor 2008
Berdasarkan Gambar 2.7 di atas diketahui bahwa persentase balita gizi kurang selama empat tahun terakhir terus mengalami penurunan. Sedangkan persentase gizi buruk relatif stabil. Balita dengan status gizi buruk seringkali menderita penyakit lain yang dapat memperburuk status gizinya seperti penyakit TBC. Jika dibandingkan dengan prevalensi gizi buruk di Jawa Barat maka di kota Bogor pada tahun 2008 prevalensinya lebih tinggi yaitu sebesar 0,43%. (Profil kesehatan Jawa Barat Tahun 2006 prevalensi gizi buruk sebesar 1,08%).
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-35
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Gambar 2.8.
Distribusi Status Gizi Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008
Sumber : Seksi gizi ,tahun 2008
Pada gambar 2.8 di atas terlihat bahwa masih banyaknya kasus gizi buruk di Kota Bogor, tertinggi di kecamatan Bogor Selatan sebanyak 0,54% diikuti kecamatan Bogor Tengah 0,50% dan yang paling sedikit di kecamatan Tanah sareal 0,12%. Kasus gizi kurang pada balita sebanyak 6,02%, terbanyak ditemukan di kecamatan Bogor Timur sebanyak 7,51% , kemudian di kecamatan Bogor Barat 6,77% dan yang paling sedikit ditemukan di kecamatan Tanah Sareal 4,43% Sedangkan jumlah balita gizi baik terbanyak di kecamatan Bogor timur sebanyak 77,52%, kemudian di kecamatan Bogor Barat 75,11% dan balita gizi baik paling sedikit di kecamatan Bogor Selatan sebanyak 54,79%.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-36
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Sarana dan prasarana sanitasi belum mampu menopang kesehatan masyarakat Kota Bogor secara keseluruhan. Jamban memiliki peranan cukup signifikan dalam kesehatan masyarakat. Rumah yang memiliki jamban keluarga hanya 74,13%. Ini berarti masih sangat banyak masyarakat yang menggunakan sungai sebagai pengganti jamban. Rumah yang memiliki sarana air bersih adalah 91,43%. Upaya meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat masih perlu mendapat perhatian pada dua hal tersebut. Program promosi kesehatan lainnya yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bogor adalah bekerjasama dengan LSM yakni Plan Indonesia melalui kegiatan FRESH (Focussing Resources on Effective School Heatlh) bertujuan untuk meningkatkan efektifitas PHBS di sekolah melalui suatu pendekatan “Anak untuk Anak” atau Sekolah Ramah Anak. Sejak tahun 2004 Pemerintah Kota Bogor menaruh perhatian khusus tentang bahaya merokok dalam upaya mewujudkan PHBS di masyarakat. Dalam implementasinya Pemerintah Kota Bogor telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) pada tanggal 21 Desember 2009. Pemerintah Kota Bogor telah memberikan penghargaan penerapan KTR terbaik terhadap Mall Ekalokasari, SMAN 4, RS Salak, dan Harian Radar Bogor. Atas penerapan KTR di Kota Bogor, pada tahun 2006 Walikota Bogor mendapatkan penghargaan Manggala Karya Bhakti Husada Arutala sebagai instansi pelopor pelaksana KTR di
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-37
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Kota Bogor dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kota Bogor kini menjadi salah satu model penerapan KTR tingkat Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Tantangan aspek kesehatan adalah : a. Peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin b. Peningkatan pencegahan terhadap penyakit menular dan tidak menular c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta layanan kesehatan d. Peningkatan kesehatan ibu dan anak e. Peningkatan peran serta masyarakan dalam kesehatan f. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam ber-KB g. Peningkatan keterjangkauan masyarakat dalam mendapatkan alat kontrasepsi 2.3.4. Keagamaan Jumlah terbesar penganut agama di Kota Bogor adalah Agama Islam sebanyak 92.76 % yang mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 jumlah penduduk yang beragama Islam adalah 729,083 jiwa. Penganut Agama Katolik terbanyak berada pada Kecamatan Bogor Timur (6,782 jiwa), Protestan terbanyak berada di Kecamatan Bogor Tengah (5,137 jiwa), Hindu terbanyak berada di Kecamatan Bogor Utara (1,329 jiwa) sedangkan Budha terbanyak berada di Kecamatan Bogor Tengah (1,989 jiwa). Jumlah penduduk menurut agama di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 2.9.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-38
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Gambar 2.9.
Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kota Bogor 2008
Sumber: Bogor Dalam Angka 2008
2.3.5. Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial dapat diindikasikan oleh banyaknya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pada tahun 2008, banyaknya PMKS berdasarkan pendataan adalah 26.957 orang tersebar di 6 kecamatan. PMKS terbanyak terdapat di Kecamatan Tanah Sareal yaitu sebanyak 7.278 orang atau 27%, sedangkan jumlah PMKS paling sedikit terdapat di Kecamatan Bogor Tengah yaitu
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-39
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
sebanyak 2.523 orang atau 9,36%. Di tingkat Kelurahan PMKS terbanyak terdapat di Kelurahan Sukasari (Kecamatan Bogor Timur) yaitu sebanyak 1.250 orang atau 4,64% dan Kelurahan Balumbang Jaya sebanyak 1.046 orang atau 3,88%, sedangkan jumlah PMKS terendah terdapat di Kelurahan Tegallega sebanyak 41 orang atau 0,15% sebagaimana tercantum pada tabel 2.19 dan gambar 2.10. Jenis PMKS terbanyak adalah keluarga fakir miskin (52,02%). Kemudian disusul oleh wanita rawan sosial ekonomi, dan lanjut usia terlantar. Ketiga jenis PMKS inilah yang akan menjadi sasaran intervensi program kesejahteraan sosial di Kota Bogor. Tabel 2.19. Kode F18 F7 F9 F19 F2 F11 F22 F5 F6 F12 F1 F14 F16 F20 F23 F17 F13 F27 F4
Jenis PMKS Tahun 2008
Jenis PMKS Keluarga fakir miskin Wanita rawan social ekonomi Lanjut usia terlantar Keluraga berumah tidak layak huni Anak terlantar Penyandang cacat Masyarakat tinggal di daerah rawan bencana Anak jalanan Anak cacat Penyandang cacat bekas penderita Anak balita terlandar Pengemis Bekas narapidana Keluarga bermasalahan social psikologis Korban bencana alam Korban penyalahgunaan napza Tuna susila Keluarga rentan Anak nakal
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Persenta se 52.02 14.85 8.30 4.75 4.62 4.27 3.12 1.96 1.81 1.22 0.70 0.40 0.37 0.37 0.36 0.35 0.34 0.31 0.24
II-40
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR Kode
Jenis PMKS
F15 F3
Gelandangan Anak yang menjadi korban tindak kekerasan Wanita korban tindak kekerasan diperlakukan salah Komunitas adapt terpencil Penyandang HIV/AIDS Pekerja migrant Korban bencana social Lanjut usia korban tindak kekeraasn
F8 F21 F26 F25 F24 F10
Persenta se 0.11 0.09 0.06 0.05 0.01 0.00 0.00 0.00
Sumber : Disnakersos Kota Bogor
Gambar 2.10.
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Bogor Tahun 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-41
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
14,023
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
4,004
6,000
97
-
-
2
84
F23
F24
F25
F26
F27
99
13 F21
F17
F20
101
95
F16
842
1,281 109
29 F15
92
F14
F13
1,152 F10
330
17 F8
528
488 F6
64 F4
F5
23
190
2,000
F3
1,246
2,238
4,000
F22
F19
F18
F12
F11
F9
F7
F2
F1
-
Sumber : Disnakersos Kota Bogor
a. b. c. d.
Tantangan aspek kesejahteraan sosial meliputi : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pekerja sosial dalam penanganan PMKS Peningkatan ketersediaan sarana penanganan PMKS Peningkatan pengawasan PMKS Peningkatan pembinaan organisasi/lembaga keagamaan
2.3.6. Ketenagakerjaan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) yang merupakan ukuran produktivitas penduduk pada Tahun 2008 mencapai 55,83 %. Angka ini memberi gambaran bahwa setiap orang menanggung lebih dari dua orang termasuk dirinya. Peningkatan TPAK hanya dapat dilakukan bila angka
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-42
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
pengangguran yang direpresentasikan sebagai pencari kerja dapat ditekan dengan menyediakan lapangan kerja baru. Pada tabel 2.20 berikut tertuang data perkiraan indikator utama ketenaga kerjaan Kota Bogor. Tabel 2.20
Perkiraan Indikator Utama Ketenagakerjaan Kota Bogor Tahun 2006 - 2008
Indikator Utama
2006 619,4 1. Penduduk Usia Kerja (PUK) 43 345,7 2. Angkatan Kerja (AK) 50 333,1 a. Bekerja 87 12,56 b. Mencari Pekerjaan 3 273,6 3. Bukan Angkatan Kerja (BAK) 93 4. Tingkat Pengangguran (%) 3.63 5. Tingkat Partisaipasi Angkatan Kerja (TPAK) (%) 55.82 Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor
Tahun 2007 635,1 69 354,6 00 341,6 95 12,90 5 280,5 69 3.64 55.83
2008 651,2 93 363,6 22 350,3 79 13,24 3 287,6 71 3.64 55.83
Sebagian besar (sekitar 80,00 %) pencari kerja di antaranya berpendidikan SMA ke bawah seperti yang tertuang pada tabel 2.21. Hal ini berarti bahwa lapangan kerja yang perlu disediakan haruslah yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka dan tidak menuntut keterampilan tinggi.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-43
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.21
Perkiraan Angkatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan Kota Bogor Tahun 2006 – 2008
Tingkat Pendidikan
Tahun 2006
2007
2008
27,66 27,48 27,27 1. Tdk/Blm Tamat Sekolah 0 2 2 104,0 106,3 108,1 2. Sekolah Dasar (SD) 71 80 78 57,74 59,57 61,45 3. SLTP 0 3 2 109,9 113,1 116,3 4. SLTA 49 17 59 19,70 20,56 21,81 5. Diploma/Akademi 8 7 7 26,62 27,48 28,54 6. Universitas 3 2 4 345,7 354,6 363,6 Jumlah 51 01 22 Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor
Berdasarkan data Tahun 2007, lapangan usaha yang terbanyak menyerap tenaga kerja adalah sektor jasa, perdagangan. Kedua sektor lapangan usaha ini menyerap sekitar 56,97 % tenaga kerja. Industri pengolahan merupakan lapangan usaha yang menempati urutan ke-3 dalam penyerapan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Namun, dengan visi menjadikan Kota Bogor sebagai kota jasa dan arah kebijakan yang menyertainya, daya serap tenaga kerja bagi sektor ini dapat dan perlu dikembangkan dalam mendukung jasa dan pariwisata. Tabel
Perkiraan Angkatan Kerja yang Bekerja menurut
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-44
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2.22
Lapangan Kerja Kota Bogor Tahun 2006 - 2008 Tingkat Pendidikan
Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel dan restoran Jasa - jasa Lain - lain Jumlah
2006 11,095 43,914 60,207 124,545 93,426 333,187
Tahun 2007 11,344 46,163 63,145 128,477 92,565 341,694
2008 11,598 47,792 66,572 133,074 91,344 350,380
Sumber : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bogor
Tantangan aspek ketenagakerjaan adalah : a. Peningkatan pelayanan ketenagakerjaan terpadu b. Peningkatan sistem informasi ketenagakerjaan c. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia pelaksana ketenagakerjaan dan pelatihan d. Peningkatan link and match dengan penyedia pasar kerja dan perusahaan e. Peningkatan pengawasan penerapan K3 di lingkungan industri f. Peningkatan hubungan industrial 2.3.7. Kemiskinan Kemiskinan masih menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Bogor. Kriteria penetapan keluarga miskin yang ditetapkan adalah sebagai berikut: a. Aspek Fisik : 1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2/ orang. 2) Lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah /bambu /kayu murahan.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-45
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
3) Dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4) Tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar atau bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5) Sumber penerangan rumah tangga tidak berasal dari listrik. 6) Sumber air minum berasal dari sumur / mata air tidak terlindungi /sungai/ air hujan.
b. Aspek Pendidikan : Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya sampai Sekolah Dasar (SD) /tidak tamat SD /tidak sekolah. c. Aspek Ekonomi : 1) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 2) Tidak pernah atau hanya sekali dalam seminggu mengkonsumsi daging/susu/ayam. 3) Tidak pernah atau hanya sekali dalam setahun membeli pakaian baru untuk setiap anggota rumah tangga 4) Sekali atau dua kali dalam sehari makan untuk setiap anggota rumah tangga. 5) Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 0,5 Ha per buruh/ tani /nelayan/ buruh bangunan /buruh perkebunan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-46
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
/pekerjaan lain dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000/bulan. 6) Tidak memiliki tabungan atau barang yang mudah dijual dengan nilai minimal sebesar Rp. 500.000 (seperti sepeda motor, emas, ternak, atau pun barang modal lainnya). 7) Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/poliklinik. Apabila memenuhi 9 dari 14 kriteria tersebut maka dikategorikan sebagai keluarga miskin. Berikut jumlah KK Miskin. Adapun jumlah KK miskin dalam kurun waktu tahun 2006 - 2007 terjadi peningkatan sebanyak 3.854 KK atau setara 11% sebagaimana tercantum pada tabel 2.23.
Tabel 2.23
Jumlah KK Miskin di Kota Bogor
Tah un
Jumlah KK Miskin
% KK Miskin
199 9
32.101
20,33
200 0
31.657
19,50
200 1
28.703
17,57
200 2
20.956
12,37
200 3
17.947
10,27
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-47
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR Tah un
Jumlah KK Miskin
% KK Miskin
200 4
21.914
11,77
200 5
39.162
21,03
200 6
41.398
21,30
200 7
43.749
20.30
200 8
42.328
21,35
Sumber : Bogor Dalam Angka Tahun 2008
Adapun penyebab terjadinya kemiskinan di Kota Bogor antara lain : a. Tidak memiliki atau kurang modal untuk berusaha dan/atau mengembangkan usaha. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap modal karena kurangnya informasi dan tidak memenuhi ketentuan untuk meminjam modal. Keterbatasan akibat akses informasi disebabkan kurangnya sosialisasi yang ditunjukkan langsung kepada masyarakat miskin. Kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat miskin membatasi akses modal. Penyaluran dana kepada masyarakat miskin masih dianggap memiliki resiko tinggi dalam pengembalian. b. Tidak adanya dan kurangnya kesempatan kerja dan berusaha. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan dan keterbatasan lapangan usaha serta pertumbuhan investasi yang relatif stagnan. Berbagai kebijakan yang mengarah pada upaya Kota Bogor sebagai kota
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-48
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
perdagangan dan jasa ditandai dengan dibangunnya berbagai Pusat Perbelanjaan yang diharapkan memberikan efek berganda kepada perkembangan usaha mikro dan sektor informal. Namun hal tersebut belum optimal karena mutu sumberdaya masyarakat miskin yang ada relatif rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar. c. Banyaknya tanggungan keluarga. Hal ini berdampak pada besarnya pengeluaran sehingga tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh. Pendapatan yang diperoleh hanya cukup bahkan kurang dalam memenuhi kebutuhan pokok. Banyaknya tanggungan tersebut disebabkan oleh (1) ketidaksepahaman tentang pola keluarga kecil, (2) pemahaman “banyak anak banyak rejeki”, (3) ketidakmampuan pengadaan alat kontrasepsi, (4) anak dianggap sebagai faktor produksi sehingga orang tua cenderung memanfaatkan anak untuk bekerja dengan pendapatan rendah, sedangkan orang tuanya tidak bekerja dan tinggal di rumah. d. Rendahnya kreativitas, inovasi, dan etos kerja. Hal ini disebabkan oleh rendahnya sumberdaya karena rendahnya pendidikan dan motivasi untuk memperbaiki dan mengubah kondisi kehidupan, sehingga terkesan pasrah atas kondisi yang ada. e. Kurang memiliki keterampilan dan atau kemampuan untuk berusaha. Hal ini juga disebabkan oleh tidak diperolehnya informasi dan akses untuk memperoleh keterampilan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah daerah maupun organisasi non pemerintah sebagai akibat kurangnya sosialisasi yang transparan.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-49
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
f.
Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan baik karena krisis ekonomi, kehilangan pekerjaan, (PHK), bencana alam, dan musibah. Kerentanan tersebut sebagai dampak dari kondisi yang dihadapi, yaitu pendapatan rendah sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi goncangan yang terjadi. g. Kecilnya alokasi anggaran terhadap program/kegiatan untuk masyarakat miskin karena terbatasnya anggaran belanja daerah dan kurang fleksibelnya alokasi anggaran terhadap pagu anggaran SKPD. h. Tingkat pendidikan rendah sehingga SDM yang dibutuhkan oleh dunia usaha tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat miskin untuk memperoleh kesempatan kerja. i. Budaya malas, ingin hidup enak tanpa jerih payah (etos kerja rendah), hal ini terkait dengan asumsi kemiskinan sebagai suatu nasib dan juga gengsi. Ada fenomena yang kurang bagus di Kota Bogor yakni adanya semboyan biar tekor asal ke sohor. j. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. k. Adanya kegiatan yang berbau kemalasan namun insentif tinggi di masyarakat Kota Bogor seperti Pengemis, Ngamen, Calo (pemalak sopir angkot) dan sebagainya. Sektor ini menjadi pesaing untuk pekerjaan bagi kaum miskin yang ingin bekerja secara benar. l. Kota Bogor sebagai kota perdagangan dan jasa yang terus berkembang mengakibatkan banyaknya pendatang dari luar kota yang memanfaatkan kesempatan usaha yang ada.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-50
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
m. Kebijakan pemerintah dalam bidang pengelolaan lingkungan belum memadai. n. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, disebabkan kekurang pahaman masyarakat terhadap manfaat lingkungan dan kualitas kehidupan yang dapat menunjang ekonomi dan kesehatan masyarakat. Selain itu, budaya hidup tidak sehat seperti buang hajat di kali/kebun, buang sampah sembarangan, kurangnya pemeliharaan prasarana dan sarana yang ada dan lainlain merupakan faktor penyebab lingkungan yang kurang sehat. 2.4.
KONDISI SARANA, PRASARANA DAN PENATAAN RUANG
2.4.1. Prasarana Kota a. Transportasi Pergerakan transportasi lokal di Kota Bogor ditopang oleh jaringan jalan kota sepanjang 783,412 km, dengan kondisi baik sekali 255,046 km, kondisi baik 428,222 km, kondisi sedang 79,976 km dan kondisi buruk 20.168 km, sebagaimana tertuang dalam gambar 2.11. Jaringan jalan ini ditunjang oleh jalan lingkungan sepanjang 749,213 km dan jalan nasional sepanjang 34,199 km. Jaringan ini dilengkapi dengan 3 terminal angkutan umum, yaitu : terminal Baranangsiang (Tipe A), terminal Bubulak dan terminal Merdeka (Tipe C).
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-51
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Moda angkutan yang melayani pergerakan penduduk terdiri atas kendaraan pribadi, angkutan perkotaan, angkutan kota dan angkutan kereta api. Untuk non kendaraan pribadi, pada tahun 2008 angkutan perkotaan (AKDP) terdiri atas 10 trayek dengan 4.827 kendaraan, angkutan Kota (Angkot) terdiri atas 23 trayek, dengan 3.414 kendaraan (Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Tahun 2008). Lalu-lintas penumpang kereta api Stasiun Bogor jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan jumlah penumpang sekitar 11,874.281 orang dengan rata-rata jarak/penumpang sebanyak 47,9 orang. Kapasitas stasiun yang ada (Stasiun Bogor) yang saat ini menjadi satu-satunya stasiun yang menjadi titik awal dan akhir penumpang dari seluruh penjuru Kota Bogor sudah tidak memadai. Kinerja jalan sudah semakin tidak memadai. Pada tahun 2006, kecepatan rata-rata kendaraan hanya 20,70 km per jam, yang ditunjang dengan tingkat pelayanan jalan (V/C Ratio) rata-ratanya cukup tinggi, yaitu 0,75, bahkan di beberapa ruas jalan mempunyai VC Ratio di atas 0,9 yaitu 0,92 sampai 0,95. B, sebagaimana tersaji dalam tabel 2.24 dan tabel 2.25. Tabel 2.24.
Kinerja Jaringan Jalan di Kota Bogor Tahun 2006
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-52
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR No 1 2 3 4
Indikator Total Panjang Perjalanan (km) Total Waktu Perjalanan (jam) Kecepatan Rata-Rata (Km/Jam) V/C Ratio Rata-Rata
Nilai 6.571.584 317.538 20,70 0,75
Keterangan
LOS = D
Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006.
Tabel 2.25.
Ruas Jalan Kota Bogor yang Perlu Mendapatkan Penanganan Tahun 2006 Nama Ruas Jalan
VC Ratio DN 2006 0,94
A Node
B Node
166
172
Pajajaran
175
196
Surya Kencana
0,95
179
201
Lawang Saketeng
0,92
218
234
Kapten Muslihat
0,94
259
260
RE Abdullah
0,95
287
289
P. Ashogiri
0,93
Sumber : RUJTJK Kota Bogor, Tahun 2006.
Gambar 2.11.
Peta Jaringan Jalan Kota Bogor
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-53
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-54
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Kota Bogor mempunyai kaitan pergerakan dengan kabupaten dan daerah sekitarnya, sehingga dihadapkan pada masalah transportasi di wilayah perbatasan antara lain : 1) Masih banyaknya trayek angkutan kota AKDP yang memasuki pusat kota, yang menyebabkan kemacetan lalu lintas. 2) Pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan yang terletak/sejajar dengan garis batas dan/atau sebagai penghubung kota dan kabupaten (khusus jembatan). 3) ROW/lebar jalan yang tidak sama diperbatasan menyebabkan/berpotensi menyebabkan kemacetan. 4) Terminal - terminal perbatasan seperti terminal Ciawi dan terminal Laladon dan kebutuhan terminal lainnya, sebagai titik akhir dan awal angkutan kota. Terminal Bubulak merupakan salah satu realisasi program Kota Bogor untuk menempatkan simpul-simpul pergantian antarmoda di wilayah perbatasan agar mengurangi beban lalu lintas di dalam. Namun pada perkembangannya, Kabupaten Bogor membangun Terminal Laladon yang berdekatan (kurang lebih 1,5 km) dengan Terminal Bubulak yang mengakibatkan tumpang - tindihnya fungsi terminal. Akibatnya pengaturan lintasan trayek trayek baik Kota maupun Kabupaten tidak harmonis, sebagai contoh dalam satu trayek
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-55
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
terdapat pembagian antara yang memasuki terminal Bubulak dan terminal Laladon. 5) Sinkronisasi pembangunan, pemeliharaan, drainase, lebar jalan/ROW, street furniture, sarana prasarana, dan garis sempadan. 6) Kurangnya jalur alternatif antar wilayah yang melintasi Kota Bogor menyebabkan kemacetan dan menurunnya kualitas jaringan jalan. Saat ini jumlah kendaraan yang melintas semakin tinggi, dengan demikian dibutuhkan jalur alternatif atau jalur lingkar Bogor Selatan-Barat (inner ring road) agar seminimal mungkin jalur regional melintas wilayah Kota Bogor. Selain itu inner ring road itu untuk mengurangi beban lalu lintas. Tantangan aspek transportasi adalah : 1) Peningkatan perencanaan sistem transportasi Kota Bogor 2) Peningkatan kualitas rekayasa lalulintas 3) Peningkatan kualitas dan kuantitas rambu lalulintas 4) Peningkatan pelayanan terminal Baranangsiang 5) Perintisan terminal perbatasan 6) Pengendalian angkutan kota dan pengembangan angkutan massal 7) Peningkatan kualitas pengelolaan parkir 8) Peningkatan pengujian kendaraan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-56
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
b. Air Bersih Kota Bogor merupakan wilayah dengan kandungan air yang cukup karena memiliki curah hujan tinggi yang didukung oleh jenis tanah dan kondisi morfologi kawasan yang dapat menyimpan cadangan air yang banyak. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sebagian besar masyarakat memanfaatkan air tanah dan air permukaan. Cara pengambilan air tanah dilakukan melalui sumur gali, pompa tangan dan pompa artesis. Pengambilan air permukaan dilakukan dengan memanfaatkan mata air, sungai dan situ. Pelayanan air bersih di Kota Bogor baru mencapai 47,99 % dari seluruh penduduk kota, sisanya memanfaatkan air dari sumur gali 21,22 %, sumur pompa 17,93 %, PAH (751 KK), air perpipaan (2.638 KK), air sungai 0,33 %, dan lain-lain (9.831 KK), sebagaimana tersaji pada tabel 2.26 berikut:
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
terlindungMata air tak
12, 50 28, 13
1,7 9 0,0 0
12, 50 3,1 3
4,4 6 4,6 9
0,0 0 0,0 0
Jumlah
Mata air terlindung
16,0 7 34,3 8
Air sungai
Sumur tak terlindung
2,6 8 0,0 0
Sumur terlindung
41, 96 23, 44
Leding eceran
1,7 9 3,1 3
/pompaSumur bor
3,13
Leding meteran
6,25
Air isi ulang
Bogor Selatan Bogor Timur
Persentse Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Sumber Air Minum Tahun 2008 Air kemasan bermerk
Kecamatan
Tabel 2.26.
100, 00 100, 00
II-57
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kota Bogor
10,7 1 1,56 0,00 9,82 5,4 3
7,1 4 6,2 5 0,6 9 8,0 4 4, 28
35, 71 68, 75 27, 08 31, 25 36, 18
0,0 0 0,0 0 0,6 9 2,6 8 1, 15
28,5 7 10,9 4 4,17 21,4 3 17, 93
14, 29 6,2 5 34, 72 24, 11 21, 22
1,7 9 0,0 0 0,0 0 2,6 8 1,1 5
0,8 9 6,2 5 29, 17 0,0 0 10, 36
0,0 0 0,0 0 2,7 8 0,0 0 1,9 7
0,8 9 0,0 0 0,6 9 0,0 0 0, 33
100, 00 100, 00 100, 00 100, 00 100, 00
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor Tahun 2009
Data teknis kapasitas air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor dapat dilihat dalam Tabel 2.27 berikut ini.
Tabel 2.27. N o 1 2 3 4 5
Sumber Air Baku untuk Sistem Perpipaan Kota Bogor
Sumber
Kapasitas terpasang produksi (L/dt)
142
Debit Minimum (L/dt) Estimasi s/d 2029 120
163
143
65
53
300
600
1,000
2,400
Tahun 2009 Mata air Tangkil Mata air Bantar kambing Mata Air kota batu Cisadane (IPA Cipaku) Cisadane (IPA Dekeng)
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-58
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR 6
Palasari 50 Ciliwung (IPA 7 Katulampa) Cisadane (IPA 8 Bubulak) Total 1,720 Sumber : Data PDAM Tirta Pakuan Tahun 2009
90 600 600 4,606
Dari segi jangkauan pelayanan, tingkat pelayanan Air minum oleh PDAM Tirta Pakuan melalui sambungan langsung (SR) pada tahun 2008 sebesar 98,72% mengalami sedikit peningkatan dibandingkan tahun 2007 yang hanya sebesar 98,66 % sebagaimana tertuang pada tabel 2.28 berikut. Tantangan aspek air bersih adalah : 1) Peningkatan kualitas dan jangkauan air minum non PDAM 2) Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber air baku PDAM 3) Peningkatan jangkauan layanan air minum PDAM 4) Peningkatan sumber pendanaan non APBD Kota Bogor 5) Peningkatan kerjasama dengan Kabupaten Bogor tentang konservasi sumberdaya air yang berlokasi di Kabupaten Bogor yang menjadi sumber air baku PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tabel 2.28. N O A
Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Bogor DESKRIPSI
Jumlah Penduduk Kota Bogor
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
SATU AN Jiwa
EKSISTING 2007 2008 905,1 931,01
II-59
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.28. N O
Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Kota Bogor DESKRIPSI
1. Jumlah Penduduk Daerah Pelayanan
SATU AN % Jiwa KK
B
Target Pelayanan Air Minum 1. Jumlah Penduduk yang Menjadi Target Pelayanan PDAM
46.91 % 424,6 34 74,98 8 2,065
47.99 % 446,77 4
L/dt % Jiwa L/dt
98.66 % 418,9 34 804.8 95 1.34% 5,700 2
98.72 % 441,07 4 847.43 4 1.28% 5,700 2
L/dt
807
849
202 1009
212 1062
% Jiwa
Jumlah Pelanggan Raihan Pelanggan 2. Tingkat Pelayanan Air Minum Oleh
SR SR
a. Melalui Sambungan Langsung (SR) (Standar konsumsi air 25 m3/bulan=166 Loh)
%
b. Melalui Sambungan Hidran Umum (HU) (Standar Konsumsi 30/l/o/h) C
KEBUTUHAN AIR MINUM 1. Kebutuhan Air Domestik 2. Kebutuhan Air Non Domestik (Asumsi 25%QD) 3. Kebutuhan Air Total 4. Tingkat Kebocoran 5. Kebutuhan Air Rata-Rata
D PELAYANAN AIR MINUM NON PDAM Sumber : PDAM Kota Bogor Tahun 2009
Tabel 2.29.
EKSISTING 32 6 100 100 905,1 931,01 32 6 181,0 186,20 26 3
jiwa
L/dt L/dt % L/dt L/dt L/hari
79,585 4,597
12.95 %
%
Data Target Layanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Periode 2010 sd 2014
Target PDAM (data 2009)
2010
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
2011
2012
2013
2014
II-60
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR 985,3 1,013, 1,043, 52 866 318 2.80 Pertumbuhan Penduduk % 2.81% 2.82% Jumlah Orang/SR 5 5 5 Tambahan SR/tahun 9,000 9,000 12,000 95,58 104,58 116,58 Total SR/tahun 7 7 7 Jumlah Penduduk 522,7 565,69 622,99 Terlayani/tahun 11 0 5 53.05 55.80 59.71 Cakupan Pelayanan % % % Sumber : PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor Tahun 2009 Total Jumlah Penduduk
1,073, 742
1,105, 172
2.83% 5 12,500 129,08 7 682,68 8 63.58 %
2.84% 5 12,500 141,58 7 742,38 1 67.17 %
c. Air Limbah Kondisi penanganan air limbah pada saat ini di Kota Bogor adalah sebagai berikut: 1) Air dari dapur, mandi, dan cuci: a) On-site Disposal System, seperti dibuang langsung ke pekarangan rumah, tanpa menggunakan saluran. b) Imperfect Sewerage System, yaitu dengan menggunakan saluran (sewerage system). 2) Sistem Terpusat (on-site). a) Kotoran manusia: b) On-site Disposal System, yang meliputi penggunaan cubluk dan septic tank. 3) Sistem Terpusat (off-site). Dengan jumlah 37,741 septic tank yang dimiliki rumah di Kota Bogor pada Tahun 2008, jumlah terbanyak berada di Kecamatan Bogor Barat dengan hanya 15,580 unit septic tank dari 37,037 unit rumah
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-61
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
yang berarti hanya 36,52 % saja. Namun, Kecamatan Bogor Tengah lebih menghawatirkan karena hanya 3,92 % saja yang memiliki septic tank di rumahnya dengan jumlah 561 unit septic tank dari sekitar 17,546 unit rumah.(sumber : Profil Kesehatan tahun 2008) Kota Bogor hanya memiliki satu buah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang terletak di Kelurahan Tegalgundil, melayani sistem terpusat untuk kelurahan Bantarjati Kecamatan Bogor Utara. Pada saat ini, di sebagian besar wilayah Kota Bogor, saluran air kotor masih bercampur dengan saluran drainase (sistem campuran) dalam bentuk saluran terbuka. Saluran tertutup untuk limbah domestik maupun non-domestik masih sangat terbatas. Sistem pembuangan, baik setempat maupun terpusat, masih menghadapi permasalahan teknis dan nonteknis dalam operasi pengelolaannya, karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana yang ada. Tabel 2.30.
Kecamatan Bogor Selatan
Persentase Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2008 Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sen Bersa Umu Tidak diri ma m ada 79,4 8,04 5,36 7,14
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Juml ah 100
II-62
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR 6 85,9 Bogor Timur 4 4,69 0,00 91,9 Bogor Utara 6 5,36 0,00 73,4 Bogor Tengah 4 18,75 4,69 75,6 12,5 Bogor Barat 9 11,81 0 89,2 Tanah Sareal 9 3,57 0,89 82,7 Kota Bogor 3 8,39 4,61 Sumber : Bogor dalam Angka tahun 2008
Tabel 2.31.
Kecamata n Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal
9,38
100
2,68
100
3,13
100
0,00
100
6,25
100 100,0 0
4,28
Persentase Rumah Tangga menurut Kecamatan dan Jenis Kloset Tahun 2008 Leher angsa
Jenis Kloset Plengse Cemplung/cu ngan bluk
Tidak pakai
Juml ah
84,62
8,65
0,00
6,73
100
96,55 100,00
3,45 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
100 100
95,16 87,50
4,84 0,00
0,00 5,56
0,00 6,94
100 100
94,29
1,90
3,81
0,00
2,06
2,92
100 100,0 0
Kota Bogor 92,27 2,75 Sumber : Bogor dalam Angka tahun 2008
Tantangan aspek air limbah adalah : 1) Pengembangan pengelolaan air limbah yang terintegrasi dengan sistem off site 2) Peningkatan perencanaan pengelolaan air limbah
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-63
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
d. Jaringan Listrik Pelayanan dan pengelolaan energi listrik ditangani oleh PT. PLN (Persero) Cabang Bogor dengan jangkauan pelayanan hampir seluruhnya telah terlayani. Jumlah pelanggan listrik tercatat paling banyak mencapai jumlah 170.480 pelanggan pada Tahun 2008, dengan jumlah pelanggan terbanyak berasal dari Kecamatan Bogor Barat yaitu sebanyak 35.833 pelanggan.
Tabel 2.32.
N o 1 2 3 4 5 6
Jumlah Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2008
Jumlah Daya Langganan Tersambung Bogor Selatan 34,580 32,387,551 Bogor Timur 16,932 23,743,271 Bogor Utara 29,403 25,612,646 Bogor Tengah 23,004 50,527,466 Bogor Barat 35,833 28,448,908 Tanah Sareal 30,728 22,811,799 170,480 183,531,641 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2008 Kecamatan
Jumlah gardu listrik terbanyak tersebar di Kecamatan Bogor Barat sebanyak 111 unit gardu pada Tahun 2008 diikuti dengan 92 gardu di Kecamatan Bogor Utara dan Kecamatan Bogor Selatan, serta 92 unit gardu di Kecamatan Bogor Tengah dan 88 unit gardu di Kecamatan Tanah Sareal. Jumlah terkecil berada di kawasan Kecamatan Bogor Timur hanya dengan 64 unit gardu listrik .
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-64
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
e. Telekomunikasi Media telekomunikasi yang umumnya digunakan di Kota Bogor adalah telepon, telex, dan faksimili, dimana segala pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana telekomunikasi tersebut baik dari segi kualitas maupun jumlah sambungannya, harus disediakan oleh PT Telkom yang merupakan salah satu badan usaha milik negara yang bergerak dalam pelayanan jasa telekomunikasi. Pada tabel 2.33 tersaji data persentase jumlah rumah tangga yang memiliki telepon rumah menurut kecamatan tahun 2008.
Tabel 2.33.
Persentse Jumlah Rumah Tangga yang Memiliki Telepon Rumah menurut Kecamatan Tahun 2008 Kecamatan
Apakah RT ini ada telepon rumah Ya (%) Tidak (%)
010 Bogor Selatan
23,21
76,79
020 Bogor Timur
17,19
82,81
030 Bogor Utara
41,07
58,93
040 Bogor Tengah
31,25
68,75
050 Bogor Barat
29,17
70,83
060 Tanah Sareal
41,07
58,93
Kota Bogor 31,41 68,59 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah Kota Bogor Tahun 2009
Kota Bogor saat ini memiliki infrastruktur telekomunikasi yang menggunakan kabel maupun
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-65
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
nirkabel. Salah satu telekomunikasi yang berkembang sangat pesat adalah layanan telekomunikasi seluler, baik yang berbasis GSM maupun CDMA. Infrastruktur pendukung telekomunikasi seluler ini adalah menara. Dari hasil survai menara eksisting yang ada di Kota Bogor, teridentifikasi ada sembilan (9) operator dan masing – masing memiliki infrastruktur telekomunikasi berupa BTS (Base Transceiver Station), baik dalam bentuk site green field (GF) maupun roof top (RT) sebagaimana tertuang pada tabel 2.34 dan tabel 2.35 berikut.
Tabel 2.34.
No
Jumlah Sebaram Tower berdasarkan Tipe Site Tahun 2008 Tipe Site
Total
1
Tower Green Field
144
2
Tower/Pole Roof Top
108
Total 252 Sumber : Master Plan Tower Telekomunikasi Tahun 2009
Tabel 2.35.
No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Sebaran Tower Green Field Tahun 2008 berdasarkan Tower Owner Tower Owner INDONESIAN TOWER INDOSAT KOMET LINTAS SARANA KOMUNIKASI NTS PROTELINDO
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Total 5 38 1 1 1 14
II-66
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.35.
7 8 9 10 11 12
Jumlah Sebaran Tower Green Field Tahun 2008 berdasarkan Tower Owner PTTB TELKOM TELKOMSEL UNKNOWN VITCOMM XL Grand Total
2 5 32 3 6 36 144
Sumber: Master Plan Tower Telekomunikasi Tahun 2009
Dalam analisis rencana pengembangan jaringan ditujukan untuk melayani wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan telepon guna pemerataan dan diprioritaskan bagi wilayah yang potensial serta pengembangan jaringan kabel bawah tanah yang terintegrasi dengan jaringan utilitas kota lainnya. f. Jaringan Drainase Sistem drainase di Kota Bogor belum terencana dengan baik. Sebagian besar masih mengikuti pola alamiah, sebagian lagi berupa sistem drainase jalan. Secara umum, sistem drainase di Kota Bogor terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bogor yang terdiri dari dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane yang mengalir dari arah Selatan ke Utara serta beberapa sungai kecil seperti Sungai Cipakancilan, Sungai Cipinanggading, Sungai Ciluar, Sungai Cikalibaru, Sungai Ciheuleut, Sungai
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-67
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Ciapus, Sungai Cisindangbarang, Sungai Cigede Wetan, Sungai Cigede Kulon, Sungai Cileungsir, Sungai Cipalayangan, Sungai Cibeureum, Sungai Cikaret, Sungai Cigenteng, Sungai Cinyangkokot, Sungai Cileuwibangke, Sungai Cipaku dan Sungai Cijeruk. Saluran pembuangan mikro adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Pada akhirnya saluran ini bermuara pada saluran makro yang dekat dengan saluran mikro tersebut. Tantangan aspek drainase adalah : 1) Peningkatan penanganan kualitas situ, saluran dan sungai 2) Peningkatan penyediaan situ/kolam retensi 3) Peningkatan penanganan pasca bencana 4) Peningkatan manajemen pengairan g. Persampahan Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2008 sekitar 942,204 jiwa dengan pertumbuhan penduduk 2,83 % menghasilkan volume sampah sebesar 2294 m3/hari, yakni terdiri atas sampah domestik 1.455 m3/hari (perumahan), sampah pasar 305 m3/hari, sampah dari pusat perdagangan 178 m3/hari, sampah dari penyapuan jalan 155 m3/hari, sampah industri 111 m3/hari dan sampah lain-lain (non perumahan) 90 m3/hari. Apabila tidak ada upaya-upaya pengelolaan sampah berupa pengurangan timbulan sampah atau reduksi sampah, maka untuk mencapai cakupan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-68
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
pelayanan pengelolaan sampah akan semakin berat dan kebutuhan anggaran menjadi lebih besar. Tantangan aspek persampahan adalah: 1) Peningkatan cakupan pelayanan persampahan 2) Peningkatan kualitas pengelolaan persampahan (sarana prasarana, manajerial dan sumberdaya manusia) 3) Peningkatan pengelolaan TPA Galuga dan perintisan TPPAS yang ramah lingkungan dan berdampak ekonomis bagi masyarakat 4) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah secara konsep 3 R (re-use, reduce dan recycle) 5) Peningkatan pengawasan terhadap pencemaran udara, air, tanah, limbah B3 (bahan berbahaya beracun)
h. Jaringan Gas Pelayanan jaringan gas di Kota Bogor ditangani oleh PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Cabang Bogor yang melayani dua jenis kegiatan yaitu kegiatan rumah tangga dan komersial. Jaringan gas di Kota Bogor berasal dari sumber gas alam yang disalurkan/dialirkan melalui sistem perpipaan yang berasal dari Indramayu melalui Jakarta dan Cibinong. Jalur perpipaan yang masuk ke Kota Bogor dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur pertama masuk ke pusat distribusi kota Jalan M.A. Salmun, dan jalur kedua
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-69
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
melalui jalan Raya Pajajaran menuju arah Jalan Raya Tajur-Ciawi. Konsumsi gas di Kota Bogor yang melalui pipa penggunaan terbesarnya dikuasai oleh Industri dari Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2008, selanjutnya penggunaan terbanyak oleh rumah tangga, perkantoran, dan terkecil digunakan oleh hotel dan penginapan. Pada Tahun 2008, jumlah penjualan gas mengalami kenaikan sepanjang tahun 2008 dengan jumlah 6,553,961 m³ yang digunakan oleh sekitar 15,821 jumlah pelanggan dari kalangan rumah tangga. Oleh karena itu, pengembangan gas kota direncanakan untuk peningkatan pengembangan jaringan gas alam guna pemerataan pelayanan di setiap bagian wilayah kota. Sosialisasi pemanfaatan gas alam bagi masyarakat sebagai langkah awal diversifikasi pemanfaatan energi di wilayah perkotaan dan perluasan jaringan distribusi baru pada kawasan komersial dan kawasan permukiman eksisting maupun baru di wilayah kota. 2.4.2. Sarana Kota a. Fasilitas Pendidikan Fasilitas pendidikan yang ada di Kota Bogor pada Tahun 2008 terdiri atas SD/Ibtidaiyah 289 unit, SMP/Tsanawiyah 115 unit, dan SMA/Aliyah sebanyak 55 unit. Pemenuhan kapasitas bagi setiap fasilitas
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-70
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
diukur dari banyaknya anak usia sekolah yang harus ditampung. Rasio antara jumlah anak usia sekolah dengan fasilitas seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.36 memberi gambaran bahwa untuk kondisi saat ini, hanya sekolah TK yang sudah agak tinggi rasionya, sedangkan yang lain rasionya masih sesuai dengan kapasitas standar.
Tabel 2.372. Jenis Fasilitas Pendidik an Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Total Kebutuh an Fasilitas Pendidik an
Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitasi Pendidikan
SD
Eksisting Tahun 2008 SMP SMA
SMK
Proyeksi Kebutuhan 2014 SD SMP SMA SMK
52
24
11
8
35
21
7
7
31
12
7
9
19
11
4
4
44
10
7
12
37
22
7
7
54
20
15
10
19
11
4
4
67
31
10
11
40
24
8
8
41
18
11
13
35
21
7
7
289
115
61
63
185
110
37
37
Sumber : Bogor dalam Angka Tahun 2008
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-71
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
b. Fasilitas Kesehatan Fasilitas Kesehatan merupakan penunjang utama dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Di Kota Bogor jumlah fasilitas kesehatan diproyeksikan dibutuhkan sebanyak 1.562 unit dari berbagai jenis fasilitas, yang disesuaikan dengan proyeksi penduduk seperti tertuang pada Tabel 2.37. Tabel 2.37.
Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan
Jenis Fasilitas Kesehatan
Eksisting 2008
Proyeksi 2014
925
1105
Bogor Utara
133
220
Bogor Barat
204
237
Bogor Timur
91
112
Bogor Selatan
213
213
Bogor Tengah
128 -
237
306
221
Bogor Utara
56
44
Bogor Barat
58
47
Bogor Timur
36
22
Bogor Selatan
35
43
Bogor Tengah
57
23
Tanah Sareal
64
42
105
111
Bogor Utara
26
22
Bogor Barat
13
24
Bogor Timur
14
11
Bogor Selatan
9
21
Bogor Tengah
31
11
Posyandu
Tanah Sareal Prakter Dokter
Apotik
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
210
II-72
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.37.
Kondisi Eksiting dan Proyeksi Kebutuhan Fasilitas Kesehatan 12
21
20.919
111
Bogor Utara
3.717
22
Bogor Barat
4.490
24
Bogor Timur
2.140
11
Bogor Selatan
4.216
21
Bogor Tengah
2.147
11
Tanah Sareal
4.209
21
24
10
Bogor Utara
3
2
Bogor Barat
5
2
Bogor Timur
2
1
Bogor Selatan
4
2
Bogor Tengah
5
1
Tanah Sareal
5
2
RS
9
4
Bogor Utara
1
1
Bogor Barat
3
1
Bogor Timur
1
0
Bogor Selatan
0
1
Bogor Tengah
3
Tanah Sareal BKIA dan RS Bersalin
Puskesmas
0 1 Tanah Sareal 1 Total Kebutuhan Fasilitas 831 1562 Kesehatan Sumber : Bogor dalam Angka 2008, Profil kesehatan tahun 2008.
Kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi pada fasilitas kesehatan berskala kota, yaitu rumah sakit. Rasio jumlah penduduk dengan tempat tidur yang tersedia adalah 7475 (Tabel 2.38). Rasio pelayanan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-73
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
terendah ditunjukkan oleh Kecamatan Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Tengah, yaitu masing-masing 217 dan 374. Dengan rasio ini juga tidak berarti bahwa layanan telah mencukupi. Kondisi ini menggambarkan perlunya penambahan dan pengaturan sebaran fasilitas agar jangkauan pelayanan lebih merata ke seluruh kota. Tabel 2.38.
No
Kecamat an
Bogor Selatan Bogor 2 Timur Bogor 3 Utara Bogor 4 Tengah Bogor 5 Barat Tanah 6 Sareal Kota Bogor 1
Kapasitas Pelayanan Rumah Sakit di Kota Bogor 2008 Rumah Sakit -
Tempat Tidur
Jml. Penduduk 2008 (Jiwa)
Rasio PendudukTempat Tidur
179.494
1
54
94.329
1
89
166.245
3
451
111.952
3
345
205.123
1
50
185.061
9
989
942.204
1.696,463 1.815,303 374,7045 217,6685 3.370,64 7.474,779
Sumber : Bogor Dalam Angka Tahun 2008
c. Fasilitas tempat peribadatan Fasilitas tempat peribadatan di Kota Bogor Tahun 1996-2008 didominasi oleh sarana peribadatan agama Islam, baik berupa masjid maupun musholla. Selain sarana peribadatan bagi agama Islam, Kota Bogor juga dilengkapi dengan sarana peribadatan lainnya,
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-74
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
seperti gereja, pura, dan vihara. Namun, unit sarana peribadatan tersebut belum tersebar merata di seluruh Kecamatan di Kota Bogor, karena jumlah penggunanya pun tidak terlalu banyak dan tidak tersebar di seluruh Kecamatan. Data jumlah sarana peribadatan di Kota Bogor menurut Kecamatan Tahun 2008 tersaji pada tabel 2.39 berikut ini:
Tabel 2.39. No 1 2 3 4 5 6
Jumlah Sarana Peribadatan di Kota Bogor (Unit) menurut Kecamatan Tahun 2008 Jenis Sarana/ Kecamatan
Bogor Utara Bogor Barat Bogor Timur Bogor Selatan Bogor Tengah Tanah Sareal Jumlah
Tahun 2008 Mesjid 110 137 67 124 77 180 695
Mushola 137 120 77 120 80 120 654
Gereja 10 12 11 9 15 15 72
Vihara 3 2 4 9
Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, Tahun 2008
d. Fasilitas Perdagangan dan Jasa Fasilitas perdagangan yang ada di Kota Bogor di antaranya adalah warung, toko, pasar lokal, pasar regional, pasar induk, dan bank. Fasilitas perdagangan di Kota Bogor Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 2.40. Fasilitas Jasa berupa Koperasi, asuransi dan Bank. Fasilitas jasa tahun 2004-2005 disajikan pada Tabel 2.41.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-75
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Tabel 2.40.
Fasilitas Perdagangan di Kota Bogor menurut Kecamatan Tahun 2008 (unit)
Pasar Tradisional
Pasar Modern
Pasar Induk
Grosir Beras & Sembako
7
12
1
11
Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008
Tabel 2.41.
Jasa Jumlah Koperasi menurut Jenis Tahun 2008
No
Jasa
Unit
1
Koperasi kosumsi
501
2
Koperasi Produksi
2
3
Koperasi simpan pinjam
21
4
Koperasi Pemasaran
11
5
Koperasi Unit desa
6
Koperasi serba usaha
190
7
Koperasi koppontren
18
2
Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008
Tabel 2.42. N o 1
Jumlah Bank di Kota Bogor Tahun 2008 (unit) Jenis Bank
Pemerintah
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Uni t 4
II-76
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2
Swasta Nasional
3
Pembangunan Daerah
29 1
4
BPR
9 Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008
e. Faslitas Olah Raga Fasilitas yang terdapat di Kota Bogor Berupa Lapangan Sepak Bola, Lapangan Bulu Tangkis, Lapangan Bola Voly, Lapangan Bola Basket, Lapangan Tenis, Kolam Renang, Stadion, dan Gelanggang Olah Raga sebagaimana tertuang pada tabel 2.43 berikut.
Tabel 2.43. Lapangan Olah Raga
Jenis Fasilitas Olah Raga di Kota Bogor Tahun 2008 (unit) Kolam Renang
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
Lapangan Golf
Lapangan Tenis
II-77
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR GOR Padjajar an
1
Graha Bogor indah
1
Bogor Golf Club
1
Bukit Cimanggu
1
Sempur
1
Rancamaya Golf & Country
1
Rancamaya Golf & Country club
1
Duta Tenis
1
Indrapra sta
1
Griya Indah
1
Gelanggan g Remaja
1
1
Mantarena Club
1
1
Villa Duta Tennis
1
Empang Pulo
1
Heulang
1
Golf Bogor
1
Bukit Cimanggu Villa PT. Sigi Prima Reka Hasil Taman Yasmin Sport Club Puri Mas Villa Duta Sport Club Taman Sari Persada Villa Bogor Indah
1 1 1 1 1
Sumber : Bogor Dalam Angka, Tahun 2008
f.
Penanggulangan Bencana Alat-alat yang digunakan dalam upaya penanggulangan dan penanganan bencana yakni berupa alat standar Search And Rescue (SAR) Darat dan Mobil Pemadam kebakaran dari UPTD Damkar. Gambaran umum ketersediaan SDM dan sarana penanggulangan kebakaran dan bencana alam tersaji pada tabel 2.44. Tantangan pemadam kebakaran adalah : 1) Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pemadam kebakaran
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-78
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2) Peningkatan kualitas dan kuantitas petugas pemadam kebakaran 3) Peningkatan cepat tanggap terhadap bencana kebakaran Tabel 2.44.
Gambaran Umum UPTD Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam
Sumber daya Manusia
Juml Prasarana dan Sarana
71 Orang
ah
Keterangan Sukasari dan Yasmin Yasmin lantai dasar
a. Status kebakaran 2 pos b. Bangunan diklat kebakaran 1 pos c. sarana pemadam kebakaran&PBA - mobil pompa 3500 liter 5 - mobil pompa 400 liter 7 - mobil ambulan 1 - mobil komando 1 - mobil tangga 1 - pompa portable 3 - perahu karet 1 d. Peralatan perorangan - SCBA 1 - Fire Jacket 25 - Safety Shoes 25 - Helmet 25 - HT 8 Sumber : Laporan Akhir percontohan penyusunan RISPK Kota Bogor Tahun 2009
g. Fasilitas Pemakaman Umum Makam di Kota Bogor hanya terdapat di Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Tanah Sareal, dengan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-79
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
luas total 543.330 m². TPU terbanyak terdapat di Kecamatan Bogor Selatan (Tabel 2.45). Tantangan pemakaman umum adalah : 1) Peningkatan kualitas areal pemakaman di TPU Kayumanis dan Mulyaharja 2) Peningkatan kualitas pendataan dalam pengelolaan pemakaman
Tabel 2.45.
Luas dan Banyaknya Makam menurut Lokasi di Kota Bogor Tahun 2008
Sumber : Bogor Dalam Angka 2008 N o
Kecamata n
Kelurahan
Bogor Selatan
2
3
Bogor Barat
Luas (m²)
Jumla h Maka m
TPU Gn. Gadung Lama TPU Dreded
1. Kebon Pedes
TPU Blender
TPU Muslim
66.71 5
5.557
2. Kayu Manis
*
*
30
*
1. Situgede
*
*
20
*
2. Genteng 3. Empang
Tanah Sareal
Peruntuk kan TPU Kristen/Kat olik TPU Hindu/Bud ha TPU Muslim
1. Cipaku 1
Nama TPU TPU Cipaku
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
21.8
1.416
360
2.893
64.81 5
5.277
II-80
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR *Belum Ada Data
h. Fasilitas Penunjang BBM Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kota Bogor terdapat di semua kecamatan yang berjumlah 24 unit. SPBU terbanyak terdapat di kecamatan Bogor Utara sebanyak 6 unit menyusul kecamatan Tanah Sareal 5 unit SPBU dan kecamatan Bogor Barat sebanyak 6 unit. Sedangkan kecamatan yang memiliki SPBU paling sedikit adalah kecamatan Bogor Tengah sebanyak 1 unit dan kecamatan Bogor Selatan yang masing-masing memiliki sebanyak 2 unit dan kecamatan Bogor Timur 4 unit. i.
Fasilitas Parkir Fasilitas parkir Kota Bogor yang berada di tepi jalan berjumlah 105 lokasi yang berada di 56 ruas jalan. Sedangkan lokasi parkir yang berada di jalan yang rawan macet berjumlah 9 titik di 6 ruas jalan. Lokasi Parkir khusus di Kota Bogor berada di 6 ruas jalan dengan 7 titik lokasi parkir. Waktu pelayanan Parkir Kota Bogor rata-rata hari Senin – Minggu dan mulai jam 7 pagi sampai jam 16.00 sore.
j.
Kawasan Kumuh Di Kota Bogor, berdasarkan pendataan tahun 2008, terdapat 33 lokasi permukiman kumuh atau seluas 78,45 Ha. Kumuh terbanyak berada di Kecamatan Bogor Utara seluas 39,74 Ha, sedangkan yang sedikit
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-81
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
2.5.
memiliki kawasan kumuh adalah Kecamatan Bogor Selatan seluas 13,84 Ha. Tantangan perumahan dan permukiman adalah : 1) Peningkatan penyediaan rumah yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah 2) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman padat dan kumuh 3) Peningkatan kemampuan teknis dan administrasi pelaksanaan pembangunan 4) Mengembalikan fungsi bantaran sungai 5) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana permukiman 6) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sarana dan prasarana permukiman KONDISI PEMERINTAHAN UMUM
2.5.1. Organisasi Perangkat Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, struktur organisasi perangkat daerah di Kota Bogor terdiri dari : a. Sekretariat Daerah b. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah c. Inspektorat d. Dinas-dinas, terdiri dari : 1) Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga 2) Dinas Kesehatan 3) Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 4) Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 5) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-82
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
6) Dinas Bina Marga dan Pengairan 7) Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang 8) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi 9) Dinas Pertanian 10) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 11) Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah e. Badan – badan, terdiri dari : 1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2) Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 3) Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 4) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana f. Kantor-kantor, terdiri dari : 1) Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah 2) Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat 3) Kantor Lingkungan Hidup 4) Kantor Ketahanan Pangan g. Satuan Polisi Pamong Praja h. Kecamatan : 1) Kecamatan Bogor Utara 2) Kecamatan Bogor Selatan 3) Kecamatan Bogor Timur 4) Kecamatan Bogor Barat 5) Kecamatan Bogor Tengah 6) Kecamatan Tanah Sareal. i. Kelurahan (68 kelurahan) 2.5.2. Organisasi Kemasyarakatan
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-83
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
Potensi organisasi kemasyarakatan sebagai mitra kerja Pemkot Bogor dalam melaksanakan berbagai programnya yaitu berbentuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT). Selain itu, khusus dalam upaya mensejahterakan masyarakat dilakukan dalam bentuk Badan Kesejahteraan Masyarakat (BKM). Adapun lembaga kemasyarakatan tersebut: LPM berjumlah 68 (setiap kelurahan), RW berjumlah 750 buah, RT berjumlah 3349 buah, dan BKM berjumlah 68 buah. Untuk ormas di Kota Bogor berjumlah 153 organisasi, LSM berjumlah 42 organisasi, yayasan berjumlah 44 organisasi dan organisasi keagamaan berjumlah 25 organisasi. Sedangkan organisasi profesi di Kota Bogor di bidang pendidikan sebanyak 23 organisasi, bidang kesehatan sebanyak 7 organisasi, bidang komunikasi sebanyak 4 organisasi dan bidang usaha sebanyak 15 organisasi. 2.5.3. Kerjasama Dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan kemudahan menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah kota Bogor melakukan kerja sama dengan berbagai pihak baik lokal, antar daerah, maupun pihak luar negeri. Bentuk kerja sama itu dilakukan dengan pihak perseorangan, lembaga swasta, lembaga perguruan tinggi. Kerja sama yang telah dilakukan sampai dengan tahun 2007 berjumlah 52 buah. Kerjasama luar negeri yang telah dilakukan Pemerintah Kota Bogor tersebut meliputi Kerjasama Sister
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-84
BAB II KONDISI UMUM KOTA BOGOR
City antara Kota Bogor dengan Saint Louis County, Missouri, Amerika Serikat dilakukan berdasarkan MoU between The Government of the City of Bogor, The Province of West Java, The Republic of Indonesia and St. Louis County, Missouri, United State of America Concerning Sister City pada tanggal 12 September 2005 di Saint Louis. Bidang yang dikerjasamakan, yaitu: a. Bidang pendidikan, telah terjalin kerjasama sister school antara University of Missouri-Saint Louis (UMSL) dengan SMA Regina Pacis dan SMA Negeri 1 Bogor. UMSL memberikan keringanan biaya bagi pelajar SMA Regina Pacis dan SMA Negeri 1 yang kuliah di UMSL sebesar 70%. b. Bidang riset, telah terjadi komunikasi yang intens antara Kebun Raya Bogor dengan Missouri Botanical Garden dalam pertukaran benih, pertukaran buletin, dan pengiriman peneliti ke Missouri. Yang diharapkan dari kerjasama sister city ini adalah adanya bentuk kemitraan komunitas, baik di bidang pendidikan, ekonomi/bisnis, sosial, pariwisata seni budaya, dan bidang lainnya.
RPJMD Kota Bogor 2010 - 2014
II-85