24
BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR
4.1 Profil Wilayah Kota Bogor Kota Bogor secara geografis terletak pada 106o 48’ Bujur Timur dan 6o 36’ Lintang Selatan dengan jarak ± 56 km dari ibukota Jakarta. Wilayah administrasi Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan 68 kelurahan, dengan luas wilayah keseluruhan 11.850 Ha. Secara administratif, wilayah Kota Bogor berbatasan langsung dengan Utara
: Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor.
Barat
: Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Selatan
: Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Timur
: Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.
Tabel 4.1 Luas wilayah administratif Kota Bogor menurut kecamatan No
Kecamatan
Luas (Ha)
%
1
Bogor Utara
1,772
14,95
2
Bogor Barat
3,285
27,72
3
Bogor Timur
1,015
8,57
4
Bogor Selatan
3,081
26,00
5
Bogor Tengah
812
6,86
6
Tanah Sereal
1,884
15,90
Jumlah 11,85 100,00 Sumber : Bappeda Kota Bogor, Tahun 2008
4.2 Kondisi Fisik Lingkungan 4.2.1 Topografi dan Kelerengan Aspek topografi wilayah Kota Bogor pada dasarnya bervariasi antara datar dan berbukit (antara 100 mdpl sampai dengan >300 mdpl). Kemiringan lereng di Kota Bogor sebagian besar berada pada klasifikasi datar dan landai (15 persen)
25
seluas 9.855,21 Ha atau 83,17 persen dan seluas 1.109,89 Ha atau sekitar 9,35 persen berada pada klasifikasi lahan agak curam (15-25 persen). Lahan yang berada pada klasifikasi curam dan sangat curam (25 persen) hanya seluas 884,9 Ha atau sekitar 7,45 persen. Kondisi topografi dan kemiringan lereng tersebut menjadikan Kota Bogor memiliki variasi pola/tema pengembangan dalam pemanfaatan ruangnya, pada beberapa lokasi memiliki pemandangan (view) yang indah (ke arah Gunung Salak dan Gunung Pangrango) dan udara yang sejuk. Kondisi
topografi
dan
kemiringan
lereng
ini
menjadi
potensi
dalam
pengembangan Kota Bogor. 4.2.2 Iklim Pada tahun 2011, suhu rata-rata Kota Bogor dalam satu tahun adalah 25,7⁰C. Sedangkan untuk rata-rata kelembaban udara Kota Bogor dalam satu tahun adalah 80 persen. Berikut grafik data suhu dan kelembaban udara dalam tahun 2011. Suhu Udara (⁰C)
26,5 26,0 25,5 Suhu Rata Rata
25,0 24,5 J
F
M
A
M
J J Bulan
A
S
O
N
D
Gambar 4.1 Suhu udara Kota Bogor pada tahun 2011 (Sumber: BMKG Darmaga, Bogor) 90 85 RH (%)
80 75
Kelembaba n Rata Rata
70 65 J
F M A M
J J A Bulan
S O N D
Gambar 4.2 Kelembaban udara Kota Bogor pada tahun 2011 (Sumber: BMKG Darmaga Bogor)
26
4.2.3 Geologi Struktur geologi Kota Bogor terdiri dari aliran andesit, kipas aluvial, endapan, tufa, dan lanau breksi tufan dan capili. Secara umum, Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Salak dan Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpal). Lapisan batuan ini berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil pelapukan endapan, yang tentunya baik untuk vegetasi. 4.2.4 Penduduk Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2007 adalah 905.132 jiwa dengan luas wilayah 118,50 km2 atau 11.850 Ha kepadatan penduduk Kota Bogor tahun 2007 adalah 7.638 jiwa/ km2 atau 76,38 jiwa/Ha. Kepadatan ini merupakan kepadatan bruto dimana luas wilayah yang dihitung adalah seluruh wilayah Kota Bogor baik kawasan terbangun maupun yang non terbangun. Tabel 4.2 Jumlah dan persebaran penduduk Kota Bogor menurut kecamatan No 1
Kecamatan
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2
Bogor Selatan
154,622
Bogor Timur
80,747
160,077
163,3
166,75
170,91
176,094
83,924
83,978
86,978
89,237
91,609
3
Bogor Utara
4
138,37
144,59
148,11
149,58
153,84
161,562
Bogor Tengah
5
95,69
99,79
101,16
103,18
106,08
109,039
6
Bogor Barat
175,342
181,995
189,15
193,42
195,81
198,296
Tanah Sereal
144,652
150,401
150,69
155,19
163,27
168,532
KOTA BOGOR 789,42 820,71 836,3 855,1 879,1 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka 2000-2007, tahun 2001-2008
905,13
4.2.5 Penggunaan Lahan Dari segi penggunaan lahan, luas wilayah Kota Bogor sebesar 11.850 Ha, secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 (dua ) bagian, yaitu:
Kawasan Terbangun dengan luas total sebesar 4.411,86 Ha atau sekitar 37,23 persen dari luas total Kota Bogor, yang berupa lahan perdagangan, permukiman, perumahan terencana, komplek militer, istana, industri, terminal, dan gardu. Kawasan terbangun di wilayah Kota Bogor didominasi oleh kawasan permukiman 3.135,79 Ha (26,46 persen) yang di
27
dalamnya terdapat fasilitas kesehatan, pendidikan peribadatan, serta perkantoran.
Kawasan Belum Terbangun dengan luas total sebesar 7.438,14 Ha atau sekitar 62,77 persen dari luas total kota Bogor, yaitu berupa situ, sungai, kolam, RTH, tanah kosong non RTH, dan lain-lain yang tidak teridentifikasi. Kawasan belum terbangun di Kota Bogor didominasi oleh RTH seluas 6.088,58 Ha atau 51,38 persen yang didalamnya terdapat hutan kota, jalur hijau jalan, jalur hijau SUTET, kawsan hijau, kebun raya, lahan pertanian kota, lapangan olahraga, sempadan sungai, TPU, taman kota, taman lingkungan, taman perkotaan, dan taman rekreasi.
Tabel 4.3 Jenis dan intensitas penggunaan lahan di Kota Bogor tahun 2007 No 1 2
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14
Jenis Penggunaan Lahan Perdagangan Permukiman : a. Kesehatan b. Pendidikan c. Perkantoran d. Ibadah Perumahan Komplek Militer Istana Industri Situ Sungai Kolam Terminal Gardu RTH a. Hutan Kota b. Jalur Hijau Jalan c. Jalur Hijau SUTET d. Kawasan Hijau e. Kebun Raya f. Lahan Pertanian Kota g. Lapangan Olahraga h. Sempadan Sungai i. TPU j. Taman Kota k. Taman Lingkungan l. Taman Perkotaan m. Taman Rekreasi Tanah Kosong Non-RTH Lain-Lain (Tidak Teridentifikasi) Jumlah
Luas (Ha) 81,02 3.135,79
% 0,68 26,46
1.020,08 73,96 1,17 92,59 14,4 124,59 81,84 5,41 1,84 6.088,58 57,62 138,02 14,36 1.963,92 72,12 3.117,27 151,51 181,79 134,64 3,19 90,49 123,57 40,08 984,38 144,35 11.850,00
8,61 0,62 0,01 0,78 0,12 1,05 0,69 0,05 0,02 51,38 0,49 1,16 0,12 16,57 0,61 26,31 1,28 1,53 1,14 0,03 0,76 1,04 0,34 8,31 1,22 100
28
4.2.6 Perekonomian Potensi sektor-sektor ekonomi dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor. Dari data tersebut terlihat kecenderungan meningkatnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor industri. Sektor pengangkutan dan komunikasi memperlihatkan kontribusi stabil, sedangkan sektor lainnya cenderung menurun. Kontribusi sektor industri meningkat dari 20,74 persen pada tahun 1992 menjadi 24,13 persen pada tahun 2006. Sedangkan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah sebesar 28,75 pada tahun 1993 kemudian menjadi 41,08 persen. Data PDRB dari tahun 1993-2006 memperlihatkan bahwa komponen penyumbang PDRB Kota Bogor terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan presentase per tahunnya mencapai kisaran 28,75-41,08 persen terhadap
PDRB.
Sektor
industri
pengolahan
menempati
posisi
kedua
kontribusinya terhadap PDRB Kota Bogor dengan rata-rata kontribusi per tahun 20,74-24,13 persen. Dari data tersebut, maka jelas bahwa Kota Bogor memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 4.2.7 Pola Sebaran Kegiatan Sebaran kegiatan di Kota Bogor berpusat di pusat kota. Hal ini terlihat dari dominasinya keberadaan pusat Kota Bogor (berada di wilayah Kecamatan Bogor Tengah) untuk kegiatan utama kota seperti perdagangan dan jasa, perkantoran, pemerintahan, dan fasilitas transportasi, semua berada pada kawasan ini. Deliniasi pusat Kota Bogor saat ini adalah sekitar Kebun Raya yang dikelilingi oleh Jalan Pajajaran, Jalan Jalak Harupat, Jalan Ir. H. Juanda, Jalan Oto Iskandardinata, melebar ke jalan Surya Kencana, Jalan Kapten Muslihat, Jalan Sudirman, Jalan RE Martadinata. Pusat kota ini berperan sebagai pusat pemerintahan kota dengan adanya Balai Kota dan beberapa kantor pemerintah lainnya, Istana Bogor dan beberapa kantor pelayanan masayrakat dan kantor swasta. Kegiatan perdagangan dan jasa tidak kalah dominasinya pada kawasan ini yaitu keberadaan pasar, pusat perbelanjaan dan Factory Outlet (FO) sebagai salah satu tujuan wisata Kota Bogor dan jasa akomodasi seperti hotel dan restauran. Pusat kota ini dilengkapi
29
pula dengan fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan skala kota yang masih menjadi tujuan pelayanan masyarakat pada umumnya serta fasilitas rekreasi seperti Kebun Raya, Museum, Taman Topi, dan FO. Untuk keperluan penduduk skala kota, masyarakat Kota Bogor dan wilayah sekitarnya masih bergantung pada kawasan ini. 4.3 Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bogor Tujuan penataan ruang merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Tujuan disusun berdasarkan visi dan misi kota, karakteristik wilayah (potensi, masalah, isu strategis), dan peran dan fungsi kota. Kota Bogor, dalam RPJPD (Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah) Kota Bogor 2005-20025, memiliki visi sebagai “Kota Jasa yang Nyaman dengan Masyarakat Madani dan Pemerintahan yang Amanah”. Visi ini berdasarkan pada kondisi Kota Bogor saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Kota Bogor, serta hasil kesepakatan bersama dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) di Kota Bogor. 4.3.1 Peran dan Fungsi Kota Bogor berada dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan secara regional mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan Provinsi DKI Jakarta khususnya dalam lingkup Kawasan Jabodetabekpunjur. Keterkaitan ini terlihat pada pola aktivitas pergerakan penduduk antara Kota Bogor dan kota-kota lainnya dalam lingkup Jabodetabekpunjur. Hal ini membentuk sistem dan struktur pelayanan kegiatan yang memerlukan penanganan dalam hal pembagian peran dan fungsi masing-masing kota di wilayah tersebut. Peran dan fungsi Kota Bogor dipengaruhi oleh potensi dan kemampuan tumbuh dan berkembangnya Jakarta sebagai ruang tempat kehidupan dan penghidupan warga kota dan sekitarnya serta arahan kebijakan penataan ruang regional seperti RTRWN, RTRW Jawa Barat, Perpes Jabodetabekpunjur dan RTRW Kabupaten Bogor sebagai wilayah tetangga.
30
Gambar 4.3 Peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 (Sumber: Bappeda Kota Bogor)
31
4.4 Lokasi dan Titik Pengambilan Data Pemilihan lokasi pengambilan data iklim mikro dilakukan pada empat land use yang berbeda yang merupakan land use yang dominan pada kawasan kota yaitu industri, CBD, perumahan, dan RTH kota. Pemilihan lokasi berdasarkan land use yang merupakan tiga kawasan terbesar di Kota Bogor dan luasan RTH-nya. Untuk pemilihan titik pengambilan data dipilih berdasarkan ketersediaan tiga struktur vegetasi yang berbeda yaitu pohon, semak, dan rumput yang memiliki kesamaan karakteristik umum pada semua land use. Berikut hasil pemilihan lokasi dan titik pengambilan data pada empat land use yang berbeda. 4.4.1 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Industri Berdasarkan peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 terdapat tiga kawasan industri terbesar yang terletak di kelurahan Cibuluh, Kebon Pedes, dan Sindang Rasa. Dapat dilihat pada Tabel 4.4, nilai dari rata-rata luas RTH dari ketiga kawasan industri tersebut sebesar 4,05 Ha. Kawasan industri pada kelurahan Sindang Rasa memiliki luas RTH sebesar 3,52 Ha merupakan luas yang paling mendekati rata-rata. Kawasan industri pada Kelurahan Sindang Rasa yaitu PT Unitex. Tabel 4.4 Pemilihan lokasi industri No
Nama Kelurahan
1 2 3
Cibuluh Kebon Pedes Sindang Rasa Rata-rata
Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) 2,43 6,21 3,52 4,05
Luas Lahan Terbangun (Ha) 17,19 15,12 9,54
4.4.2 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Central Bussines District (CBD) Menurut peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031, kawasan CBD terbesar berada pada kelurahan Babakan Pasar, Bantarjati, dan Baranangsiang. Dapat dilihat pada tabel 4.5, rata-rata luas RTH pada ketiga kawasan CBD adalah 6,54 Ha. Kawasan yang memiliki luas RTH-nya mendekati rata-rata tersebut adalah kawasan CBD pada Kelurahan Bantarjati yaitu sebesar 8,91 Ha sehingga pengambilan data iklim mikro diambil pada kawasan CBD Bantarjati.
32
Tabel 4.5 Pemilihan lokasi CBD No
Nama Kelurahan
1 2 3
Babakan Pasar Bantarjati Baranangsiang Rata-rata
Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) 0,63 8,91 10,08 6,54
Luas Lahan Terbangun (Ha) 13,05 30,51 36,63
4.4.3 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Perumahan Berdasarkan peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031, tiga kawasan perumahan terbesar terdapat di kelurahan Baranangsiang, Cibadak, dan Curug Mekar. Rata-rata luas RTH dari tiga perumahan tersebut adalah sebesar 13,71 Ha, sehingga kawasan yang dipilih adalah kawasan perumahan pada kelurahan Cibadak dengan luas RTH sebesar 12,87 Ha. Setelah dilakukan ground check, kawasan perumahan terbesar yang terdapat di Kelurahan Cibadak adalah Bukit Cimanggu City, sehingga pengambilan data iklim mikro diambil pada kawasan perumahan Bukit Cimanggu City. Tabel 4.6 Pemilihan lokasi perumahan No
Nama Kelurahan
1 2 3
Baranangsiang Cibadak Curug Mekar Rata-rata
Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) 18,45 12,87 9,81 13,71
Luas Lahan Terbangun (Ha) 78,21 38,52 39,42
4.4.4 Pemilihan Lokasi Pengambilan Data pada Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Kota Bogor memiliki dua RTH terbesar yaitu Hutan Cifor yang terletak di Kelurahan Situ Gede dan Kebun Raya Bogor yang terletak di Kelurahan Paledang. Untuk pemilihan lokasi pengambilan data RTH berbeda dengan land use lainnya karena Kota Bogor hanya memiliki dua RTH kota terbesar, untuk itu dipilih RTH kota yang memiliki luas paling besar. Sehingga pengambilan data untuk RTH kota diambil di Kebun Raya Bogor dengan luas 72,72 Ha. Tabel 4.7 Pemilihan lokasi RTH kota No 1 2
Nama Kelurahan Situ Gede Paledang
Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) 55,17 72,72
Luas Lahan Terbangun (Ha) 1,80 6,66
33
Gambar 4.4 Peta pemilihan lokasi pengambilan data
34
4.4.5 Pemilihan Titik Pengambilan Data pada Struktur Vegetasi Struktur vegetasi yang dipilih untuk diukur pengaruhnya terhadap iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) adalah pohon, semak, dan rumput. Ketiga struktur vegetasi tersebut memiliki karakteristik struktural yang berbeda sehingga diduga memiliki perbedaan dalam mempengaruhi iklim mikro di sekitarnya. Penentuan titik pengambilan dipilih saat turun lapang dengan menggunakan teknik purposive atau dengan adanya tujuan khusus dimana titik yang diambil merupakan tempat yang terdapat ketiga struktur vegetasi tersebut. Penentuan pemilihan setiap struktur vegetasi setiap kawasan untuk diukur iklim mikronya berdasarkan pada karakter umum karena tidak adanya jenis pohon dan semak yang sama yang berada pada tempat yang berdekatan di setiap land use. Untuk pohon dipilih yang mempunyai tinggi sedang (6-15 meter), mempunyai karakteristik daun lebar, dan mempunyai fungsi sebagai penaung. Semak dipilih yang mempunyai tinggi sedang (1-2 meter) dan mempunyai karakteristik daun lebar. Rumput yang diambil pada semua land use adalah rumput gajah (Axonopus compressus) karena jenis rumput ini sangat mudah ditemukan di semua land use. Titik pengambilan data yang dipilih adalah RTH berbentuk areal yang ada di depan pabrik (Lampiran 1). Pengukuran iklim mikro diambil pada pohon meranti kuning (Shorea macrobalanos) dengan tinggi ±6 meter, semak pangkas kuning (Duranta sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus).
Gambar 4.5 Vegetasi pengambilan data industri (dari kiri Shorea macrobalanos, Duranta sp., Axonopus compressus)
35
Pengukuran iklim mikro pada kawasan CBD diambil pada pohon angsana (Pterocarpus indicus) dengan tinggi ±10 meter, semak bugenvil (Bougainvillea sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Titik pengambilan data yang dipilih adalah RTH dengan bentuk linear karena pada CBD tidak ditemukan RTH dengan bentuk areal. Peta titik pengambilan data pada kawasan CBD dapat dilihat pada Lampiran 2.
Gambar 4.6 Vegetasi pengambilan data CBD (dari kiri Pterocarpus indicus, Bougainvillea sp., Axonopus compressus) Pengukuran iklim mikro pada kawasan perumahan diambil pada pohon kerai payung (Felicium decipiens) dengan tinggi ±6 meter, semak firebush (Hamelia patens) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus). Titik pengambilan data dipilih pada taman lingkungan di tengahtengah kawasan perumahan dengan tipe RTH berbentuk areal. Peta titik pengambilan data pada kawasan perumahan dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 4.7 Vegetasi pengambilan data perumahan (dari kiri Felicium decipiens, Hamelia patens, Axonopus compressus)
36
Peta titik pengambilan data pada kawasan RTH kota dapat dilihat pada Lampiran 4. Titik pengambilan data diambil ditengah-tengah kawasan RTH kota dimana tempat tersebut terdapat tiga struktur vegetasi berupa pohon, semak, dan rumput. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada pohon anggerit (Nauclea lanceolata) dengan tinggi ±8 meter, semak soka (Ixora sp.) dengan tinggi ±1,5 meter, dan rumput gajah (Axonopus compressus).
Gambar 4.8 Vegetasi pengambilan data RTH kota (dari kiri Nauclea lanceolata, Ixora sp., Axonopus compressus)