Edisi 09 Oktober - Desember
2014 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
LENSA PRIORITAS
Media Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah
2 Ft: Dewajani
1 1. Siswa SD Jubelan sedang melakukan simulasi permainan Kelipatan Persekutuan Kecil bersama praktikan. diseminasi modul II USAID PRIORITAS. 2. Bu Maya, guru kelas 1 SDN Cemeng 1, praktik mengajar di MIM Karanganyar 3. Siswa sedang berdiskusi tentang jenis-jenis akar di SDN Grabangan Blora Ft: Fasda Rohmah
3 Ft: Sarwa Eka
1.480 Lembaga Diseminasikan Program USAID PRIORITAS dalam Tiga Bulan JAWA TENGAH - Dalam rentang waktu Oktober – Desember 2014, sebanyak 1.480 lembaga melakukan diseminasi program USAID PRIORITAS di Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. “Mereka tertarik dengan pola pelatihan dan materi dalam modul-
modulUSAID PRIORITAS, baik itu dalam pembelajaran, manajemen sekolah, maupun manajemen di daerah,” kata Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dr Nurkolis MM. Diseminasi tersebut melibatkan 5.232 peserta dari tingkat SD, MI, SMP, MTs, dan
lembaga pemerintahan. Dalam tiga bulan tersebut, jumlah dana yang dialokasikan untuk pelatihan itu mencapai Rp 1.958.023.092. Jumlah tersebut berasal dari USAID PRIORITAS sebesar Rp 658.389.083 (34%) dan non-PRIORITAS sebanyak Rp 1.299.634.009 (66%). Baca selengkapnya di hal 3
Budaya Baca Tumbuh dan Berkembang di Sekolah Mitra berkembang dengan baik di semua sekolah mitra. Banyak Pembiasaan waktu inisiatif untuk memupuk istirahat untuk semangat literasi di sekolah,” membaca di SDN Kutabanjar 3 terang Dyah Karyati, spesialis Kab. Banjarnegara pengembangan manajemen sekolah. Dyah mencontohkan sedikitnya ada tiga hal yang Sekolah mitra USAID PRIORITAS secara dilakukan sekolah. Pertama, masif mengembangkan budaya baca di menggalakkan peran serta masyarakat sekolah. Hal tersebut merupakan dampak untuk mendukung budaya baca. Kedua, setelah mengikuti pelatihan modul 2 menata manajemen sekolah yang ramah USAID PRIORITAS. Dalam modul itu, budaya baca. Terakhir menyinkronkan diberikan langkah konkret untuk dan mengintegrasikan semangat literasi mengembangkan budaya baca dan literasi. dalam pembelajaran. “Kami melihat budaya baca sudah Wahyu Daryono/ME
Strategi Klinikal Sukses Dongkrak Nilai Rata-rata UN Berawal Dari Bumbung Kelas, Ciptakan Rasa Memiliki Buku “Jelajah Dunia Tanpa Visa”, Cara Alternatif Memahami Kurikulum 5 Benua Mana yang lebih kuat?, Balok atau Tabung Dukung Pembelajaran dengan Bank Sampah Membuktikan Energi Matahari Magic Circle, Mengubah Pembelajaran IPS Menjadi Luar Biasa
Baca Selengkapnya di hal 4
Newsletter LENSA PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah sebagai sarana komunikasi dan media penyebarluasan praktik pendidikan yang baik di Jawa Tengah
Guru Kreatif Berasal dari Dosen Kreatif
Kreativitas dosen dalam mengajar mahasiswa, akan menginpirasi mahasiswa ketika menjadi guru kelak.
(Kanan) Heri Sutarto, dosen Universitas Negeri Semarang berbagi pengalaman untuk menginspirasi
YOGYAKARTA – Kreativitas dosen dalam mahasiswa pada peserta pertemuan konsorsium (12/10). mengajar mahasiswa, akan menginpirasi mahasiswa ketika menjadi guru kelak. Hal Tengah itu, yaitu UNY, Unnes, IAIN Walisongo, STAIN tersebut menjadi pokok pembicaraan dalam pertemuan Pekalongan, IAIN Purwokerto, UKSW Salatiga, UPGRIS konsorsium Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan Semarang, dan UNS menyimpulkan beberapa rencana aksi yang (LPTK) USAID PRIORITAS di Hotel UNY, Rabu (12/10). akan dilakukan. “Guru kreatif berasal dari dosen kreatif,” kata dosen Misalnya, melatih kreativitas dosen dengan pembelajaran Universitas Negeri Semarang, Heri Sutarto MPd. Heri PAKEM dan kontektual dalam pelatihan pedagogi, menjelaskan, kreativitas muncul dari sesuatu yang menginspirasi. mengembangkan modul inspiratif dalam Literasi, IPA, Modul-modul yang dibuat oleh USAID PRIORITAS sangat Matematika, dan Sains lanjutan, mengembangkan budaya menginspirasi, baik itu modul pelatihan, literasi, IPA, Matematika, literasi dan membaca di sekolah mitra LPTK, serta dan Sains dikemas untuk merangsang kreativitas mahasiswa dan mengembangkan sekolah mitra praktik yang baik untuk praktik dosen. “Bila dosen membelajarkan modul yang menginspirasi PPL mahasiswa terutama dalam kurikulum 2013. dengan cara yang menginspirasi, mahasiswa calon guru pun akan Kegiatan konsorsium tersebut dilakukan rutin setiap 6 bulan mencontohnya,” jelasnya. sekali. Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Pernyataan Heri ternyata menjadi salah satu “goal” yang Tengah, Afifuddin PhD menyampaikan, perlunya koordinasi rutin dicapai dalam pertemuan konsorsium tersebut. Pertemuan yang untuk mengakomodasi isu-isu strategis yang berkembang di diikuti perwakilan delapan LPTK mitra USAID PRIORITAS Jawa pendidikan.
Kebutuhan Pelatihan Guru Mulai Dipetakan
LPTK Jadi Pusat Pengembangan SDM Unggul
Desain pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan guru mulai dipetakan oleh Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Batang. Pemetaan Mark Heyward (dua dari kanan) membuka acara, tersebut bersama perwakilan Kemendikbud, Pak Asikin (paling kanan), dilakukan dengan Selasa (18/11). menggunakan softwere yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS berdasar data hasil Uji Kompetensi Guru (UKG), Penilaian Kinerja Guru (PKG), dan Ujian Nasional (UN). “Kita akan memulai dengan pengumpulan data PKG di Kabupaten Purbalingga. Untuk UN dan UKG, datanya sudah ada di Dindikpora. Selanjutnya akan kita analisis dan kita ajukan rekomendasi untuk desain pelatihan dalam rangka pengembangan karir guru,” kata Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Purbalingga Drs Ashari MPd usai menjalani pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan analisis keuangan pendidikan di Hotel Gand Artos Magelang, Selasa-Kamis (18-20/11).
“Efektivitas sekolah dipengaruhi oleh performa guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah dilatih dan dididik oleh dosen. Karena itu, semakin unggul dosen semakin baik pula hasil didikannya,” tutur Prof Dr Rochmat Wahab MPd, MA, saat (Tengah) Prof Rohmad Wahab dalam pembukaan menyampaikan lesson pertemuan konsorsium LPTK mitra learned kunjungan USAID PRIORITAS (12/11). belajar dari Amerika dalam pertemuan LPTK mitra USAID PRIORITAS di UNY Hotel Karangmalang Yogya, Rabu (12/11). Rektor UNY tersebut menyampaikan beberapa poin. Di antaranya, pola pendidikan di Amerika, kolaborasi dalam pengajaran, penggunaan pembelajaran aktif, dan model pendekatan yang dikembangkan oleh sekolah-sekolah di Amerika yang dikunjungi. “Poin penting yang perlu diingat, kita memiliki tugas untuk mengawali setiap perubahan pembelajaran yang baik,” pesannya.
LENSA PRIORITAS - Edisi 09, Oktober - Desember 2014
1,9 Milyar untuk Diseminasi Praktik yang Baik Praktik yang baik inisiasi USAID PRIORITAS menarik banyak pihak untuk mendeseminasikannya. Tercatat dalam tiga bulan (Oktober-Desember 2014), program USAID PRIORITAS mendampingi 1.408 lembaga dengan total alokasi dana sebesar Rp. 1.958.023.092. Dana diseminasi berasal dari dana sharing antara penyelenggara diseminasi dengan USAID PRIORITAS. “USAID PRIORITAS akan memfasilitasi fasilitator dan akomodasi dari fasilitator tersebut. Selebihnya adalah tanggungjawab penyelenggara diseminasi,” kata Spesialis monitoring dan evaluasi USAID PRIORITAS Jawa Tengah Wahyu Daryono. Di antara dana yang hampir mencapai dua miliar tersebut, 66% berasal dari nonUSAID PRIORITAS. Tercatat dari dana tersebut ada 14 kabupaten dan 1 lembaga setingkat provinsi, yaitu Kementerian selama pelatihan. Agama Provinsi Yogyakarta yang Agus Wiwoho, kepala SMPN 8 melakukan diseminasi. Sebagian besar Purworejo menyebutkan bahwa sebagian dana digunakan untuk membiayai dana tersebut juga diambil dari dana peralatan, sewa gedung, dan konsumsi
Mudahkan Pengelolaan BOS dengan Alpeka
sponsor yang memiliki kepedulian kepada pendidikan. “ Kami merasa diseminasi ini dibutuhkan oleh guru untuk mengadaptasi perubahan kurikulum,” katanya.
Bupati Blora mendengarkan penjelasan tentang rekomendasi kebijakan penataan guru dari Tim PPG
Anton Gerhana/IT
Peserta pelatihan Alpeka mengikuti pembukaan acara di Aula Dindik Purbalingga. Da laela/DC
PURBALINGGA - Softwere bantuan operasional sekolah (BOS) khususnya Alpeka kembali dilatihkan kepada 467 sekolah di Purbalingga. Tujuannya adalah memudahkan para pengelola BOS untuk melaporkan penggunaan dana BOS. “Sering ditemui kendala yaitu kesulitan dan salah dalam pelaporan dana BOS. Semoga semua masalah dalam pengelolaan BOS bisa tuntas dalam pelatihan ini,” kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sardjono MSi saat membuka acara di aula dinas pendidikan (22/12). Ada beberapa materi yang disampaikan kepada 934 orang bendahara BOS dan kepala sekolah tersebut. Di antaranya, kebijakan dinas pendidikan, manajemen BOS dan SPM, aplikasi Alpeka, dan pengawasan/monitoring BOS. Kegiatan difasilitasi oleh 6 fasilitator dari USAID PRIORITAS Kabupaten Purbalingga.
Tata Guru Blora dengan Program Penataan dan Pemerataan Guru BLORA - Kabupaten Blora melakukan diseminasi program penataan dan pemerataan guru yang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS. Setelah dilatih tentang penggunaan softwere sistem informasi manajemen pendidikan kabupaten/kota (SIMPK) dengan menggunakan data pokok pendidikan (DAPODIK), tim yang terdiri dari staf di Dinas pendidikan dan badan kepegawaian daerah melakukan analisis data dan merumuskan kebijakan. Setelah masukan dari berbagai pihak didapat dalam konsultasi publik, hasil rekomendasi akan diserahkan kepada bupati Blora. Kepala Dindikpora Drs A. Wardoyo MPd yang mewakili tim PPG saat paparan kepada bupati menyampaikan hasil analisis dan rekomendasi kebijakan tentang PPG. Di antaranya, analisis kebijakan kecukupan guru kelas dan mapel, pemetaan kualifikasi, pemetaan beban mengajar, dan pemetaan guru yang akan pensiun. “Dalam konsultasi publik nanti, upayakan agar para stakeholder menawarkan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang berani. Akan saya follow up masukan tersebut untuk menata guru dengan baik,” pesan Bupati Blora Djoko Nugroho kepada para peserta diskusi.
Edisi 09, Oktober - Desember 2014 - LENSA PRIORITAS
3
Pagi Membaca Salah satu siswa di SDN Gringging membacakan hasil bacaannya kepada siswa lain.
Siswa kelas awal membaca di depan kelas. Dewi Shinta/Guru
SRAGEN - Rutinitas yang diciptakan oleh SD Gringging 1 Sambungmacan, Sragen pada pagi hari sarat dengan pembiasaan yang positif untuk siswa. Setiap siswa diwajibkan sampai sekolah pukul 6.50 WIB. Lalu mereka diajak senam motorik untuk meningkatkan kemampuan motorik siswa. Senam dilaksanakan kurang lebih 10 menit dengan lagu pengiring yang membangkitkan semangat belajar siswa. Beberapa manfaat udah dirasakan oleh siswa. Misalnya, siswa lebih mudah dalam menerima materi, lebih bersemangat dalam mengungkapkan pendapat, dan lebih kreatif. Selesai senam motorik, semua guru dan siswa melakukan kegiatan membaca senyap selama kurang lebih 10 menit. Setiap siswa diminta membuat rangkuman sederhana tentang apa yang telah dibaca. Kemudian mereka diminta maju, menceritakan, dan mengungkapkan pendapat dari apa yang dibaca. Kegiatan tersebut dilakukan di halaman sekolah. Untuk mempermudah siswa dalam
mendapatkan buku bacaan, sekolah telah memasang rak buku yang terbuat dari paralon yang menarik di depan setiap kelas. Buku-buku juga disiapkan di tiga gazebo sekolah yang dibuat atas dukungan guru dan peran serta masyarakat. Kegiatan menceritakan isi bacaan menjadi ajang paling ramai, karena, kegiatan dilakukan dengan menggunakan pengeras suara yang disediakan sekolah. Tanpa henti siswa saling berebut mikrofon untuk mendapatkan kesempatan dengan mengacungkan tangan, berdiri, ataupun langsung berlari ke depan. “Saya ingin menceritakan isi buku yang berjudul 'dongeng putri duyung'. Buku ini bercerita tentang putri duyung yang hidup di lautan,” kata Ani, salah seorang siswa mengawali cerita. “Kami juga mempersilakan orang tua wali murid untuk bercerita,” jelas Kepala SDN Gringging 1 Suharti S.Pd. Pada hari yang telah disepakati, siswa juga diperkenankan untuk menampilkan bahan bacaan yang sudah disiapkan di rumah.
Bangun Budaya Baca dengan Kantong Buku Keliling BATANG - SMP Negeri 7 Batang memiliki cara tersendiri dalam mengembangkan budaya baca di sekolah. Kebijakan penguatan budaya baca telah diamini oleh semua civitas akademica di SMP Negeri 7 Batang. Kegiatan tersebut dimulai dengan membaca massal setiap Senin setelah upacara berlangsung. Siswa, guru, penjaga perpustakan, dan kepala sekolah secara serentak melakukannya di lapangan sekitar 10 menit. Setelah selesai, mereka diminta membuat resume hasil bacaan. Manajemen sekolah juga telah membuat 18 kantong buku. Jumlah tersebut sesuai dengan jumlah kelas di sekolah. Kantong-kantong itu dipenuhi buku yang berasal dari sumbangan pihak swasta, wali murid. dan pemerintah. Setiap bulan jumlah buku tersebut semakin bertambah. Setiap Senin, ketua kelas mengambil kantong-kantong tersebut di perpustakaan. Secara bergiliran, kantong buku itu diputar dari kelas VII sampai kelas IX. Tujuannya, siswa memperoleh kesempatan yang sama untuk membaca buku-buku tersebut. Agar setiap siswa mampu
mendokumentasikan, membuat catatan jumlah buku, dan membuat ringkasan buku yang telah dibaca, manajemen sekolah bersama guru bahasa Indonesia, wali kelas, dan petugas perpustakaan berinisiatif membuat buku resume. Buku tersebut dapat dimiliki oleh siswa dengan mengganti uang fotokopi Rp 3.000. Buku itu wajib dimiliki siswa. Karena akan menjadi rapor tersendiri dalam membaca dan membuat resume jumlah buku yang telah dibaca. “Buku resume yang telah diisi siswa, setiap bulan akan dicek oleh guru, petugas perpustakaan, dan wali kelas. Kemudian buku tersebut akan ditandatangani oleh guru yang mengecek dan petugas perpustakaan,” jelas Kepala SMPN 7 Batang Sabar SPd. Penguatan budaya baca juga dilakukan setiap Jumat. Bisa dibilang hari Jumat merupakan hari membaca di SMPN 7 Batang. Saat jam istirahat, semua guru dan siswa akan datang ke perpustakaan dan halaman taman baca di depan perpustakaan. Siswa, guru, dan semua warga sekolah wajib membaca pada saat tersebut.
Aldila Putri, siswi SMPN 7 Batang sedang mengisi buku resume untuk mengidentifikasi dan membuat rangkuman buku yang telah dia baca. Agus Danarta/DC
4
LENSA PRIORITAS - Edisi 09, Oktober - Desember 2014
LENSA Daerah Mitra Pondok Cerita, Mendampingi Siswa Kurang Pandai Membaca
Pondok cerita tersebut terinspirasi dari kegiatan dongeng bersama pada saat bulan Ramadhan. “Biasanya, siswa kami kumpulkan di halaman sekolah dan salah satu guru memberikan dongeng. Setelah beberapa waktu, akhirnya kami terinspirasi membuat sebuah tempat khusus untuk kegiatan tersebut,” kata kepala MI Kalibenger Ibu Ambarwati.
Taman Baca dan tempat permainan edukatif ini muncul di SMP 1 Undaan Kudus, pimpinan Bapak Mukhif Noor, S.Pd yang juga Fasda MBS dari Kudus.Taman baca ini merupakan bagian penting dari realisasi obsesi beliau setelah mengikuti ToT Modul 2 MBS di Solo.
1 Buku diletakkan digantung di bawah cendela SDN Gringging 4 Sragen.
Kegiatan di pondok cerita dilakukan oleh guru kelas awal, yaitu kelas 1-III. Bagi siswa yang masih belum lancar membaca, guru memberikan pendampingan ketika istirahat. Untuk mengatasi keterbatasan jumlah guru, kami meminta siswa yang sudah pandai membaca untuk melakukan tutor sebaya. “Awalnya mereka agak kikuk. Tapi, setelah seminggu melakukannya, semua berjalan lancar,” lanjut Ambar. “Senang juga belajar bersama teman. Kadang saya mengajari teman lain. Mereka juga senang saya ajari membaca,” kata Afda Ifadatul Auladina, siswa kelas 3 yang menjadi tutor untuk teman dan adik kelas yang kurang lancar membaca. Senada dengan Afda, siswa kelas 1 Putri Ristriana juga mengaku senang dan menjadi semangat membaca setelah awalnya didampingi di pondok cerita. Selain kegiatan di atas, pondok cerita juga digunakan oleh guru agama dan guru kelas khususnya pada jam bahasa Indonesia, untuk melakukan dongeng-dongeng kisah-kisah Islami dan dongeng positif. Dalam kegiatan dongeng islami, terlihat siswa sangat antusias dalam mendengarkan penutur. Setelah mendengarkan, mereka mendapatkan tugas untuk membuat laporan dan membuat simpulan akhir sebagai penilaian tugas mereka. Siswa yang kurang mengerti dan ingin melengkapi cerita, bersegera mencari literatur di perpustakaan dan merangkumnya bersamasama.
Di SDN Kutabanjar 3 Banjarnegara, siswa diberi kesempatan untuk membaca, baik sebelum pembelajaran maupun setelah pembelajaran.Waktu istirahat merupakan kesempatan yang baik bagi siswa untuk membaca buku cerita yang dipajang di depan kelas.
2
SDN 1 Gringging mendampingi siswa kelas awal dengan memanfaatkan taman baca. Selain digunakan pada waktu istirahat, tempat tersebut dimanfaatkan untuk pembelajaran. Uniknya yang mendampingi bukan hanya guru, namun juga paguyuban kelas.
3
Mendesain paralon dan digunakan sebagai tempat pajang dan sudut baca di dalam kelas merupakan cara SMPN 7 Batang mendekatkan siswa dengan buku.
SDN 3 Kutabanjarnegara menyediakan buku di meja depan kelas.
4 MI Klero Tengaran, Semarang memajang buku di depan kelas dengan menggunakan paralon.
Edisi 09, Oktober - Desember 2014 - LENSA PRIORITAS
5
LENSA Daerah Mitra
Bupati Bentuk Tim Penataan dan Pemerataan Guru
Rekomendasikan Kepala Sekolah menjadi Guru Kelas
Kabid Dikdas Dindik Pekalongan Risa Sumarstyanto dalam Konsultasi Publik Program Penataan dan Pemerataan Guru (PPG).
Kepala Bidang Organisasi Pemda Batang memberikan gambaran kerja tim analisis penataan dan pemerataan guru.
BATANG - Bupati Batang Yoyok R. Sudibyo membentuk tim penataan dan pemerataan guru lewat Surat Keputusan Bupati Tahun No 60 Tahun 2014. Tim yang dipimpin oleh Kepala bagian organisasi pemerintah daerah Kabupaten Batang, Bapak Retno Dwi Irianto tersebut bertugas untuk menganalisis, membuat rekomendasi, dan membuat kebijakan terkait penataan guru di Kabupaten Pekaloangan. Dalam acara implementasi program penataan dan pemerataan guru, ketua tim menyatakan telah melakukan pemetaan berdasar data dan rekomendasi tim PPG yang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS. “Setelah menerima laporan PPG, dan rekomendasi melaluli nota dinas,saat ini kami sedang menyusun rancangan peraturan Bupati tentang PPG (tahun 2015). Kemudian kami juga akan membuat standar operasional prosedur terkait PPG, dan pada tahun 20152017 akan diimplementasikan,” terang Retno. Dalam acara tersebut, anggota DPRD bidang pendidikan Edi Siswanto, menyatakan dukungan terhadap tim penataan guru. Ia menyarakankan untuk segera dibuat peraturan lebih jelas. Misalnya, pentunjuk teknis atau peraturan bupati tentang regulasi. LENSA PRIORITAS Edisi 09. Oktober - Desember 2014 Penanggung Jawab: Nurkolis Editor: Anang Ainur Roziqin Tim Redaksi: Afifuddin, Hari Riyadi, Dyah Karyati, R. Ahmad Sarjita, Saiful H. Shodiq, Wahyu Daryono, Anton W. Gerhana, Dewajani S, Da laela, M. Lutfi HR, Agus Danarta, Nur Jannah, Ardi W., Sarwa Eka Alamat: Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar Gunung, Candisari, Semarang. Email:
[email protected]
KAJEN-PEKALONGAN. Tim penataan dan pemerataan guru (PPG) Kabupaten Pekalongan memberikan rekomendasi untuk mengatasi kekurangan guru. Salah satunya, kepala sekolah dasar menjadi guru kelas bagi sekolah yang kekurangan guru PNS. “Dari hasil pemetaan tim PPG, kekurangan guru kelas PNS jenjang sebanyak 529 orang. Untuk mengatasi hal tersebut, kepala SDN sejumlah 518 orang akan direkomendasikan untuk mengajar guru kelas dan dianjurkan kelas 1,” terang Kabid Dikdas Dindik Pekalongan Risa Sumarstyanto dalam Konsultasi Publik Program Penataan dan Pemerataan Guru (PPG) yang difasilitasi USAID PRIORITAS di Gedung Pemuda Kajen, Selasa (9/12). Risa menambahkan, anjuran untuk mengajar di kelas 1 dilakukan karena pembelajarannya selesai pukul 10.20, sehingga setelah selesai mengajar kepala sekolah dapat melaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Fenomena di sekolah, lanjut Risa, memperlihatkan bahwa banyak guru kelas 1 yang diempu oleh guru yang belum berpengalaman. Padahal, seharusnya guru kelas 1 diempu oleh guru senior untuk meletakkan dasar yang kuat pada siswa. Menyikapi hasil rekomendasi tersebut, koordinator pengawas SD kecamatan Kajen, Murpasi menyatakan bahwa, tugas pokok menjadi kepala sekolah sudah penuh dan kadang kala melebihi jam. Selama ini jabatan tersebut juga sepi peminat dalam seleksi. “Bila kebijakan tersebut dilaksanakan, akan banyak guru yang tidak mau menjadi kepala sekolah,” katanya. Bupati Pekalongan yang diwakili oleh Asisten 2 Muhammad Afib dalam audiensi dengan tim (8/12) menambahkan, regulasi penambahan fungsi kepala sekolah yang awalnya mengajar mapel 6 jam berubah menjadi guru kelas akan mengatasi kekurangan guru yang sulit untuk mendapat jatah pengangkatan dalam waktu dekat. Padahal, siswa wajib mendapatkan pelayanan maksimal dan tidak bisa menunggu waktu. “Kekurangan guru sudah tidak bisa terelakkan lagi. Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan kepala sekolah menjadi guru kelas akan menjadi solusi. Dalam PP 74 tahun 2008 kewajiban mengajar minimal 6 jam, sehingga bisa lebih untuk mengatasi kekurangan guru kelas. Setelah mengajar, mereka dapat melanjutkan tupoksinya,” katanya. Selain rekomendasi tersebut, beberapa rekomendasi dari tim PPG diantaranya adalah pembelajaran kelas rangkap (multi grade) untuk sekolahsekolah kecil yang memiliki hambatan akses, memaksimalkan jam mengajar guru, bagi guru PNS mapel di SD, serta pemerataan guru untuk sekolah yang kekurangan dan kelebihan guru. Rekomendasi lainnya adalah memaksimalkan jumlah jam mengajar per minggu untuk guru mapel Bahasa Indonesia, PJOK, Seni Budaya, Prakarya, PAI, Matematika, IPA, dan PPKn, guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan IPS mengajar mata pelajaran lain atau digeser ke sekolah swasta, memutasi guru yang kelebihan ke sekolah yang kurang, serta kepala Sekolah dilarang mengangkat Guru non-PNS baru. Rekomendasi dari tim PPG tersebut, disampaikan kepada Bupati Pekalongan untuk menentukan kebijakan yang paling tepat untuk diimplementasikan.
LENSA PRIORITAS - Edisi 09, Oktober - Desember 2014
LENSA Daerah Mitra
Media Sepakat Sebarkan Praktik yang Baik
Mepresentasikan hasil dari pemodelan
(Tengah) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga memberikan pesan dan kesan setelah mengunjungi sekolah mitra di Makasar. Para awak media sedang melakukan wawancara di SDN Tangkil 3 Sragen. Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian acara.
Mengidentifikasi daun untuk simulasi proses saintifik.
SRAGEN - Kegiatan penyebaran praktik yang baik bukan hanya dapat dilakukan oleh staf dan sekolah mitra, tetapi juga media, baik media cetak, televisi, maupun online. Karena itu, USAID PRIORITAS menyelenggarakan media briefing praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen sekolah di Hotel Sunan, Surakarta (19-20/10). Kegiatan itu melibatkan 26 orang perwakilan media dan staf hubungan masyarakat 5 kabupaten mitra di Jawa Tengah. “Kita akan mendukung penyebaran praktik-praktik yang baik dari USAID PRIORITAS. Kita sepakat bahwa masyarakat perlu diberikan pemahaman dan contoh-contoh inspiratif,” kata wartawan Suara Merdeka Trisno Suheno. Dalam pelatihan tersebut, peserta diajak untuk memahami implementasi kurikulum dalam pembelajaran yang sebenarnya. Mereka diajak menyimulasikan sebuah pembelajaran aktif, melakukan proses saintifik, serta membuat pertanyaan yang merangsang siswa berpikir tingkat tinggi dan produktif. Selain pembelajaran, mereka diberikan materi tentang manajemen berbasis sekolah dengan prinsip transparansi, akutabilitas, dan partisipatif, serta pola penataan dan pemerataan guru dilakukan di kabupaten. Pada sesi terakhir, mereka diajak untuk melihat sekolah hasil dampingan USAID PRIORITAS di Kabupaten Sragen.
Dulu Tidak Dilirik, Sekarang Jadi Terbaik BANJARNEGARA - Pendidik dari Provinsi Sumatera Utara (Sumut) terkesan dengan keber-hasilan SMP Swasta Taman Siswa, Banjarnegara, Wakil Bupati (dua dari kiri) menerima romJawa Tengah (Jateng), dalam bongan kunjungan belajar dari Sumatera Utara. meningkatkan mutu sekolah. Dengan lahan terbatas dan jumlah guru yang sedikit, sekolah ini mampu mempraktikkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara efektif. “ Hanya dalam beberapa bulan, sekolah ini sudah bisa mengubah situasi pembelajarannya. Ini sangat luar biasa,” kata Kepala SMP Swasta Bintang Laut Nias Selatan (Nisel) Suster Avelina Telaumbanua dalam kegiatan Kunjungan Belajar Provinsi Sumut ke Jateng di Banjarnegara (17/10). Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumatera Utara Agus Marwan mengatakan, kunjungan belajar ini desain untuk berbagi pengalaman praktis. SMP Taman Siswa dipilih karena keberhasilannya menerapkan budaya pendidikan yang bermutu. Sekolah ini awalnya bukan sekolah yang dilirik. Namun, setelah bermitra dengan USAID PRIORITAS, SMP Taman Siswa berhasil mengubah penilaian itu.
Setiap Hari Siswa Masuk Laboratorium PURBALINGGA - "Sampai tidak ada ruang dan cat yang tersisa. Semua penuh tempelan. Kelas menjadi laboratorium. Bukan saja laboratorium matematika atau IPA, tapi semua tempat bisa menjadi lab tempat belajar anak. Kelas menjadi kelas, tidak kosong dan hanya berisi tempelan administratif, bukan juga seperti ruang guru karena semua sudut penuh dengan hasil karya anak dan tempat belajar anak, " kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga Tri Gunawan Setyono SH, MH setelah melakukan kunjungan belajar ke SMPN 4 Batimurung, Maros, dan SD IKIP Makasar, Sulawesi Selatan (28-29/10). Tri mengatakan, di sekolah yang dia kunjungi, kreativitas anak dipacu untuk memanfaatkan lingkungan dan barang bekas sebagai media pembelajaran. Kadindik menambahkan, guna memperkuat wawasan siswa dalam lingkungan, siswa dibiasakan membawa botol-botol bekas untuk dijadikan media belajar. Misalnya dalam pembelajaran IPA, siswa bisa menjadikan botol bekas sebagai tempat ikan yang akan diteliti setiap hari perkembangannya. Ada yang dijadikan sebagai tempat tumbuhan yang diteliti dan sarana untuk penghijauan sekolah. Selain itu, pada mata pelajaran bahasa, mereka bisa mengarang dan menulis melalui media murah meriah tersebut. Kunjungan belajar bagi mitra sekolah mitra USAID PRIORITAS itu diikuti oleh 112 orang dari 5 kabupaten mitra USAID PRIORITAS di Jawa Tengah (Sragen, Purbalingga, Semarang, Batang, Semarang). Selama empat hari mereka bertukar pikiran dan mempelajari praktik yang baik di sekolah mitra USAID PRIORITAS yang telah mengalami perubahan yang baik. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari kemitraan USAID PRIORITAS dan Kabupaten Purbalingga untuk mengembangkan sekolah praktik yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas dan akses pendidikan dasar di Purbalingga.
Edisi 09, Oktober - Desember 2014 - LENSA PRIORITAS
7
LENSA Praktik yang Baik Strategi Klinikal, Berawal dari Bumbung Kelas, Sukses Dongkrak Ciptakan Rasa Memiliki Buku Nilai Rata-rata UN BANJARNEGAR A - Bumbung kelas dilaksanakan setiap hari Jumat. Pengurus kelas masing-masing rombongan belajar melakukan kegiatan PEKALONGAN - Menarik, strategi SMP Negeri 2 Wiradesa, pengumpulan dana Kabupaten Pekalongan, untuk meningkatkan nilai ujian nasional melalui bumbung siswa-siswanya. SMP tersebut menggunakan pendekatan klinikal kelas. Dana uswatun Pengurus kelas mengumpulkan infaq dalam kegiatan khasanah tersebut kepada orang tua dan siswa. bumbung kelas. minimal sebesar Rp "Awalnya kami membentuk tim sukses ujian nasional yang 500. Masing-masing pengurus kelas mengumpulkan, mencatat, beranggota 8 orang. Mereka kemudian berkoordinasi dengan dan melaporkan pada madrasah jumlah perkembangan dari dana wali kelas, guru, dan bimbingan konseling untuk melihat tersebut. permasalahan siswa," jelas Kepala SMPN 2 Batang, Tri Karena sadar akan kebutuhan tersebut, banyak siswa Suharmanta. memberikan dana lebih. Mereka tergerak hatinya dan ikhlas Tri menjelaskan, setelah berkoordinasi dengan masingkarena tahu buku itu juga akan mereka baca dan nikmati sendiri. masing orang yang tahu kondisi siswa secara personal, tim “Kegiatan bumbung kelas tersebut selalu kami lakukan sebelum membuat catatan- catatan untuk siswa yang akan disampaikan istirahat. Kami membiasakan menabung atau memberi infak dulu dan didiskusikan dengan wali murid. Setelah semua data terkumpul, secara bertahap kepala sekolah dan tim sukses UN baru dibelanjakan atau dijajankan sisanya,” terang Kepala MTs Ma'arif Mandiraja Ibu Barokatumminallah. memanggil wali murid. Sampai November 2014, infak yang telah terkumpul "Setiap hari kami memanggil 20 wali murid. Baik yang sebanyak Rp 10 juta. Dana tersebut digunakan untuk membeli pintar maupun yang butuh pendampingan intens. Dengan cara 600 buku. Jumlah buku yang didapat juga merupakan bantuan klinikal atau sharing perkembangan siswa, mereka bertemu dari sponsor penerbit yang telah menjalin kerja sama sehingga dengan tim dan berdiskusi intens secara bergantian. Setiap jumlahnya lebih banyak dari harga sebenarnya. orang pasti akan diberikan kesempatan mencurahkan Buku hasil pembelian bumbung kelas kemudian dibagikan pandangannya dan pandangan sekolah terhadap siswa. Istilah secara merata ke 15 rombongan belajar dengan judul yang kami adalah diketuk dari hati," lanjutnya. berbeda, disesuaikan jumlah infak yang telah mereka kumpulkan. Diharapkan, dari langkah tersebut orang tua siswa tahu “Alhamdulillah, dana bumbung kelas kami telah membuahkan kondisi psikologis, kemampuan belajar anaknya, memiliki hasil,” kata pengurus kelas secara serentak yang melihat buku tanggung jawab bersama dalam mendidik, serta menyadarkan sudah diantar ke madrasah. bahwa mendidik siswa bukan hanya kewajiban sekolah. Tak ayal, buku tersebut dalam waktu singkat menjadi bahan Langkah tersebut dilakukan setelah beberapa tahun sekolah tersebut statis dengan perolehan posisi UN. Setelah dievaluasi, bacaan siswa sehari-hari. Karena merasa memiliki buku tersebut, semua siswa ingin menjaga dan memanfaatkannya. ternyata dengan pendekatan mengundang dan sosialisasi UN, Untuk menjembatani perbedaan jumlah dan judul buku secara rombongan besar dan per kelas kurang maksimal. Ketika dikumpulkan bersama, orang tua tidak tahu sebenarnya kepala setiap kelas, dilakukanlah kegiatan lintas membaca antarkelas dan sekolah ketika berbicara di depan sedang membicarakan siapa. kampanye buku baru. Organisasi siswa intra sekolah (OSIS) melakukan kampanye buku yang mendata jenis buku baru setiap “Akhirnya saya berpikir untuk berbicara dari hati ke hati. minggu. Di masing-masing kelas, didata tiga buah buku yang diSebab, memandaikan anak bukan hanya tanggung jawab scan dan ditempel dalam sebuah kartun. Kartun-kartun tersebut sekolah,” kenang Pak Tri. kemudian dibawa ke kelas-kelas dan dipresentasikan. Setelah Hasilnya sudah dirasakan. Pada tahun ajaran 2013/2014 selesai presentasi ,mereka menempelkan media presentasi perolehan UN di SMPN 2 Wiradesa naik dari peringkat ke-11 tersebut di depan kelas. menjadi peringkat ke-5 di kabupaten. Dampak lainnya, mulai Selain kampanye buku, dihelat bazar buku. Bazar buku yang tahun ajaran 2014-2015, banyak siswa dengan nilai UN tinggi dimaksud adalah memamerkan buku yang ada di kelas masingdi SDN yang berbondong- bondong mendaftar di SMPN 2 masing. Kegiatan tersebut mewadahi siswa untuk langsung tersebut. menikmati buku di depan kelas dan membacanya di waktu “Saya senang, karena sekolah senggang. * lebih memperhatikan saya. Setiap siswa dilihat perkembangan belajarnya” “Karena memandaikan anak bukan hanya tanggungjawab sekolah” Tri Suharmanta
Siswa SMPN 2 Wiradesa sedang melakukan ujicoba di laboratorium.
8
Manik siswa kelas VIIIB SMPN 2 Wiradesa Kampanye buku, terlihat siswa mempresentasikan judul buku baru.
LENSA PRIORITAS - Edisi 09, Oktober - Desember 2014
Bazar buku yang selalu dinanti oleh siswa.
LENSA Praktik yang Baik
LENSA Praktik yang Baik
“Jelajah Dunia Tanpa Visa”, Cara Alternatif Memahami Kurikulum 5 Benua * Kontributor: Unik Ambarwati, Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta
Antisipasi penyesuaian kurikulum harus disikapi oleh kalangan akademisi dengan bijak. Salah satunya, memahami kurikulum dengan baik dan menelaahnya. Karena itu, di PGSD FIP UNY terdapat mata kuliah pengembangan kurikulum. Perkembangan kurikulum dari tahun 1959-1965, 1968, 1975, 1984, 1994, kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kurikulum 2013 merupakan “menu” wajib yang harus dielaborasi oleh mahasiswa. Perubahan tersebut memiliki latar belakang serta tujuan masing-masing sehingga mereka bisa menganalisis kelebihan dan kelemahannya. Selain di negara sendiri, perlu dipahami implementasi kurikulum di negara lain. Tujuannya adalah mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapai dan kendalakendala pelaksanaan kurikulum. Materi yang sifatnya teoritis dan cukup banyak harus dikemas secara menarik agar mahasiswa lebih mudah mencernanya. Terinsiprasi teknik kunjung karya dalam
Mahasiswa berpenampilan ala Mesir untuk menjelaskan pola pendidikan di Mesir kepada pengunjung.
pelatihan USAID PRIORITAS, saya mencoba memodifikasi dengan pameran profil kurikulum sekolah dasar 5 benua yang diberi tajuk “jelajah negara tanpa visa”. Pameran tersebut merupakan bagian dari mata kuliah yang dilaksanakan pada pertemuan ke 8-10 yang diikuti oleh mahasiswa semester 7. Hasil musyawarah mahasiswa memilih sembilan negara yang akan mewakili 5 benua, yaitu Jepang, Singapura, Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika, Finlandia, Australia, dan Mesir. Masing-masing kelompok mempersiapkan bahan-bahan mendukung untuk dipresentasikan terlebih dahulu setelah menerima masukan dari dosen dan kelompok lain. Mahasiswa semester I, III, dan V yang menjadi pengunjung pameran mendapatkan edukasi dari pameran tersebut. Selain itu, mahasiswa menghadirkan narasumber, yaitu Ibu Safitri Yosita R. MEd dan Ibu Vivi Arumi S. MA yang telah menjelajah beberapa negara untuk berbagi
Pemberian penghargaan stan terinspiratif.
pengalaman. Stan dibuka dengan menggunakan pakaian khas yang menjadi ikon negara. Ada yang menjual sushi, membagikan doorprize bagi yang bisa menjawab pertanyaan, serta membagi stiker 9 negara kepada pengunjung. Pameran ditutup dengan memberi penghargaan pada stan-stan dengan kategori terunik, terinspiratif, terunyu, teramai, terkreatif, terkompak, termewah, terfavorit, dan terbaik. Ratusan pengunjung memberikan kesan. Mereka menilai, selain menambah wawasan tentang kurikulum SD di beberapa negara, acara itu sangat inspiratif. Misalnya, mimpi untuk kuliah atau traveling ke luar negeri hasil dari berbagi pengalaman dengan narasumber. Dalam pameran, misalnya, ada piramida Mesir, bunga sakura Jepang, tembok Berlin Jerman, koala Australia, dan sebagainya yang membuat para pengunjung benarbenar merasakan atmosfer menjelajah 9 negara tanpa visa.
Mana yang lebih kuat? Balok atau Tabung... * Kontributor: Heri Sutarto, Dosen Matematika Universitas Negeri Semarang
Media pendidikan matematika (MPM) 1 merupakan mata kuliah yang bertujuan mengembangkan media pembelajaran yang digunakan di sekolah menjadi model yang lebih dinamis. Pada suatu perkuliahan, saya mempraktikan pengembangan media matematika sederhana dan kebermanfaatanya dalam kehidupan atau yang sekarang bisa dikenal sebagai experiential learning. Berikut yang saya lakukan. Dosen mengambil selembar kertas berukuran A4, lalu dipotong menjadi dua buah. Masing-masing berukuran sama. Satu bagian ujung-ujungnya direkatkan sehingga membentuk balok tanpa tutup, sedangkan satu bagian lainnya dibentuk tabung tanpa tutup. Tampak pada gambar 1. Kemudian dosen memberikan
1
2
3
4
Inilah yang mengakibatkan tabung mampu pertanyaan dugaan (konjecture) yang menahan beban tersebut daripada balok”. dilontarkan pada mahasiswa. “Mana yang Hal inilah yang dimanfaatkan dalam lebih kuat menahan beban jika di atasnya dunia arsitektur/bangunan. Salah satunya, diberikan beban pada keduanya? Berikan bentuk beton yang lebih kuat adalah yang alasannya”. Alhasil, beragam dugaan dan berbentuk tabung, bukan balok. Kenapa argumen yang muncul. pipa paralon berbentuk tabung, bukan Setelah dilakukan percobaan, dosen melontarkan satu pertanyaan lagi, “Kenapa balok, dan masih banyak lagi penjelasan bisa demikian? Jelaskan secara matematis”. tentang kebermanfaatan matematika Kemudian diskusi kembali menghangat dari sederhana ini. Setelah modeling selesai, mahasiswa argumen-argumen yang dikemukakan diminta membuat media yang berkaitan mahasiswa. Dari beberapa jawaban dengan matematika dan pemanfataannya di mahasiswa, banyak yang mendekati kehidupan nyata. Dengan kata lain, saya kebenaran. terinspirasi oleh USAID PRIORITAS. “Bahwa beban yang datang kepada balok tanpa tutup hanya tersebar kepada Harapannya, mahasiswa terinspirasi oleh empat titik/tempat saja, yaitu pada pojok- modeling yang saya lakukan. Yang mengejutkan, produk yang dibuat pojoknya. Sedangkan pada tabung tanpa tutup, beban yang datang disebarkan secara mahasiswa sangat memuaskan dan merata pada setiap titik pada lingkaran atas. beragam. Seperti tampak pada gambar 4.
Edisi 09, Oktober - Desember 2014 - LENSA PRIORITAS
9
LENSA Praktik yang Baik
Dukung Pembelajaran dengan Bank Sampah pasti timbul karena melihat anakSRAGEN - Di awali dengan anak mereka mengambil sampah keinginan warga sekolah untuk dalam radius 500 meter dari melihat sekolahnya selalu bersih. sekolah. Tetapi, dengan SDN Gringging 1 memulai kegiatan komunikasi yang baik, Suharti bank sampah. Bank sampah menyatakan bahwa ternyata dilakukan dengan mengumpulkan kekhawatiran tersebut tidak sampah plastik oleh siswa dan guru. terjadi. Wali murid sangat Kemudian sampah tersebut dijual mendukung kegiatan tersebut. dan hasil penjualan sampah dijadikan Hasil rata-rata total yang kas kelas untuk membeli peralatan Pengepul sampah sedang mengambil sampah di kantong sampah diperoleh per minggu mulai dari operasional kelas. bank sampah setiap kelas. Rp 35.000 hingga Rp 76.000. Kegiatan sederhana ini dilakukan “Hasil uang yang diperoleh dengan menggantung 6 kantong tersebut bermanfaat sekali untuk sampah di dinding dekat parkir sepeda. dalam radius 500 meter dari sekolah, mendukung kegiatan pembelajaran di Enam kantong sampah tersebut kami akan mengambil dan merupakan kantong khusus untuk membawanya,” terang Anita, siswa kelas sekolah. Baik untuk membeli peralatan alat tulis, fotokopi, sapu, papan pajang, dan menaruh sampah-sampah plastik dari 6. Sampah plastik akan masuk ke kebutuhan pendukung pembelajaran lain,” masing-masing kelas. Dimulai dari kelas 1 kantong sampah, sedangkan sampah lanjutnya. hingga kelas 6. lainnya akan masuk ke tempat sampah Setiap anak sangat bersemangat dalam Setiap kantong sampah dikelola oleh umum atau tempat sampah di depan melaksanakan kegiatan ini karena sudah seorang siswa dari kelasnya masingkelas. Kegiatan tersebut sudah berjalan merasakan hasilnya. Karena masing. Sekolah bekerja sama dengan kurang lebih 1 bulan, yaitu 4 kali Jumat bersemangatnya, kadang kenakalan kecil pengepul sampah yang akan datang setiap dan 4 kali penjualan sampah. muncul di siswa kelas atas. Siswa kelas atas hari Jumat untuk mengambil, “Pada awalnya, saya melakukan mengambil sampah dari kantong sampah menimbangnya, dan kemudian membeli sosialisasi dulu kepada semua wali murid siswa kecil supaya mendapatkan hasil sampah sesuai dengan harga yang telah tentang kegiatan ini. Hal ini kami lakukan penjualan lebih banyak. Tetapi, hal tersebut disepakati. Siswa akan mencatat perolehan untuk mengantisipasi adanya perasaan cepat diatasi oleh guru dengan sampah dan perolehan uang hasil kurang sreg pada wali murid,” jelas memberikan pengertian dan nasihat penjualan sampah serta memasukkannya Kepala SDN Gringging 1 Suharti SPd. tentang hak, kewajiban, rasa keadilan, serta ke kas (tabungan) kelas. Dia menambahkan, perasaan kurang dampak negatif dari kecurangan. “Setiap kami menemukan sampah enak atau tersinggung dari wali murid yang beranggota 4 siswa, masing-masing kelompok diberikan 1 buah botol bekas Kegiatan yang air mineral, 4 lembar tisu, air untuk sangat mengasyikan mengisi setengah botol, stop siswa kelas II melakukan percobaan apakah watch/pengukur waktu, dan sinar matahari dapat matahari. mengeringkan kertas Secara urut kegiatan dilakukan, yang dibasahi masing-masing kelompok diminta keluar dengan air. kelas, botol diisi air, secara bergantian BATANG - Keterbatasan alat peraga dan tisu dibasahi dengan air. media tidak menjadi kendala dalam Tisu yang sudah basah Ibu Atikasari, sedang menjelaskan pembelajaran. Ibu Atikasari, guru kelas II dijemur. Siswa mencatat langkah percobaan “apakah SD Negeri Polodoro, Kecamatan Reban, tingkat kekeringan tisu matahari dapat mengeringkan menggunakan alat peraga sederhana dalam durasi waktu 3 benda yang basah?” pada siswa dengan memanfaaatkan lingkungan sebagai menit untuk tisu A, 5 kelas II SD Polodoro Reban. sumber belajar. menit untuk tisu B, 7 Pada saat praktik pelatihan, ia menit untuk tisu C, dan mengajak siswa untuk membuktikan 10 menit untuk tisu C. bahwa matahari adalah sumber energi Siswa diminta menyimpulkan apakah utama bagi makhluk hidup dengan kertas tisu bisa kering, mengapa kering, Dengan percobaan sederhana menggunakan peraga air, botol bekas air dan apa fungsi matahari pada kertas tisu siswa kelas II ini bisa membuktikan bahwa matahari mineral berukuran gelas, kertas tisu, dan yang basah menjadi kering. sangat bermanfaat bagi sinar matahari. Hasil percobaan diperoleh kehidupan. Tujuannya, menanamkan konsep kesimpulan bahwa matahari dapat matahari sebagai sumber energi. mengeringkan kertas tisu yang dibasahi Caranya, siswa dibagi dalam kelompok dengan air.
Membuktikan Energi Matahari
10
LENSA PRIORITAS - Edisi 09, Oktober - Desember 2014
PRIORITAS - Praktik yang Baik
LENSA Praktik yang Baik
Magic Circle, Mengubah Pembelajaran IPS Menjadi Luar Biasa Kontributor: Andi Fadlan, UIN Walisongo Semarang
hingga memungkinkan seluruh anggota kelompok dapat saling berdiskusi dengan mudah.
Jika jarum magic circle menunjuk materi yang telah dipresentasikan, siswa harus memutar kembali magic circle agar diperoleh materi yang belum dipresentasikan. Begitu seterusnya. Setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, Bu Aminah memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya atau memberikan tanggapan sehingga terjadi diskusi klasikal dengan Bu Aminah sebagai moderatornya. Di akhir pembelajaran, ia memberikan penguatan hasil diskusi kelompok menggunakan magic circle. Pertanyaanpertanyaan dan tanggapan siswa yang belum terpecahkan dalam diskusi klasikal diberikan penguatan oleh Bu Aminah sekaligus sebagai bahan penarikan kesimpulan bersama.
Bu Aminah sedang memberikan penguatan dan membuat kesimpulan bersama siswa. Salah satu kelompok bekerjasama mengerjakan tugas.
SEMARANG – Pembelajaran IPS biasanya dilakukan dengan ala kadarnya, minim media, dan tidak ada variasi dalam strategi pembelajaran. Guru lebih mendorong siswa untuk menghafal materi yang sangat banyak sehingga kreativitas siswa tidak berkembang. Namun, kondisi tersebut tidak lagi terlihat dalam pembelajaran IPS di MTs Negeri 2 Semarang yang saya dampingi. Pembelajaran IPS oleh Siti Aminah SPd memunculkan suasana baru yang berbeda dari biasanya, bahkan dapat dikatakan luar biasa. Pada awal pembelajaran, Bu Aminah menyampaikan apersepsi dan motivasi melalui penayangan gambar-gambar kegiatan ekonomi penduduk di pedesaan dan perkotaan. Siswa diajak untuk memahami kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut secara singkat. Guru juga meminta siswa untuk memberikan contoh kegiatan ekonomi lain di daerah tempat tinggalnya. Beberapa siswa berhasil memberikan contoh kegiatan ekonomi seperti jual beli ikan dan hasil laut. Hal ini ternyata tidak lepas dari lingkungan keseharian mereka yang mayoritas hidup di daerah pantai. Langkah berikutnya, Bu Aminah memberikan tugas kepada siswa untuk mendiskusikan jenis-jenis kegiatan ekonomi penduduk dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif, yakni siswa dibagi ke dalam delapan kelompok dengan anggota kelompok 3-4 siswa. Tempat duduk ditata sedemikian rupa
Masing-masing kelompok memperoleh tugas untuk mendiskusikan jenis-jenis kegiatan ekonomi penduduk, dengan pembagian materi kegiatan ekonomi pertanian (kelompok 1), perikanan (kelompok 2), perdagangan (3), peternakan (4), kehutanan (kelompok 5), pariwisata (kelompok 6), pertambangan (kelompok 7), dan perdagangan dan jasa (kelompok 8). Guna membantu siswa dalam kegiatan diskusi, Bu Aminah memberikan lembarkegiatan siswa (LKS) kepada masing-masing kelompok.
Salah seorang siswa sedang memresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Hasil diskusi kelompok kemudian dipresentasikan di depan kelas secara bergantian oleh perwakilan kelompok. Agar lebih menarik, Bu Aminah menggunakan magic circle. Media pembelajaran ini berupa spin roda yang terbuat dari gabus stirofom atau kertas kardus bekas. Magic circle dilengkapi gambar dan tulisan berbagai jenis kegiatan ekonomi yang dipelajari. Dalam penerapannya, Bu Aminah secara acak meminta salah satu siswa memutar magic circle untuk menentukan kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya.
Wahyu Daryono/ME
Pembelajaran IPA dengan Kain Perca Bapak Amat Roziqin SPd memberikan materi IPA dengan tema sifat benda dan kegunaannya sehari-hari. Pak Amat menyiapkan beberapa jenis kain perca. Setelah memberikan pengantar tentang bahan dasar kain sutera yang dibawa, siswa diminta mengamati kain perca yang mereka bawa. Pengamatan tersebut dilakukan pada jenis bahan kain dan karakteristik kain, misalnya lentur, keras, kasar, dan halus. Setelah itu, siswa diminta memasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel yang berisi nama kain, bahan, karakteristik, dan kegunaan. Selain itu, siswa diminta mengelompokkan beberapa kain berdasar sifat bahan dasarnya. Pak Amat mengatakan, “Pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat memahami tentang karakteristik kain sehingga dapat memperlakukan kain dengan tepat, baik dalam pemilihan bahan untuk pakaian maupun pemeliharaan kain tersebut.”
Edisi 09, Oktober - Desember 2014 - LENSA PRIORITAS
11
BINGKAI LENSA PRIORITAS
Foto: Dewajani, 28/11
Riang dan gembira. Siswa SDN Karangtengah 3 Kelas III sedang melakukan pembelajaran tentang uang dalam tema
Foto:Wahyu D, 4/11
Foto: Dewajani, 23/11
Siswa SDN Karangtengah 1, kelas III mengukur panjang benda dalam pembelajaran tematik.
Foto:Wahyu D, 4/11
Dalam kegiatan belajar mata pelajaran IPA, siswa kelas VIII SMPN 1 Mandiraja menggunakan media genteng untuk belajar benda padat.
Dengan semangat, siswa SDN Siwuran 5 Wonosobo membuat alat peraga sederhana untuk pernapasan.
Pembelajaran bahasa Arab dengan memanfaatkan lingkungan sekitar. Pembelajaran tersebut dilakukan di MIN 2 Yogyakarta (14/12)
Suasana pelatihan diseminasi MTs Ma'arif NU, Kabupaten Purbalingga, peserta dilatih menguji coba kandungan protein dalam makanan (26/11).
Foto: Da laela, 26/11
Dapatkan Informasi tentang berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, dan diskusi online forum sekolah di
www.prioritaspendidikan.org
Forum Fasilitator USAID PRIORITAS
Newsletter Lensa Prioritas dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari newsletter merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opprtunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.