Edisi 12 Juli - Sept
ISSN: 2460-612X
2015
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
LENSA PRIORITAS
Media Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah
Buku Berjenjang: Tingkatkan Keterampilan Membaca Siswa Modul III SD/MI memuat tentang materi buku bacaan berjenjang untuk kelas awal, matematika dalam kehidupan, keterampilan informasi (bahasa Indonesia, IPA, dan IPS), portofolio, kaji ulang kemajuan sekolah, pengelolaan program budaya baca, keterampilan menyimak dalam MBS, dan peningkatan mutu pembelajaran.
Guru dan siswa SD Malangjiwan 1 Karanganyar menunjukkan buku berjenjang yang baru saja mereka pakai dalam pembelajaran (24/8).
Gubernur Jawa Tengah:
Harapkan Guru Kreatif dan Kepala Sekolah Handal
SIMBOLIS; Drs Nur Hadi Amiyanto MEd menyerahkan buku berjenjang kepada fasilitator daerah.
SURAKARTA - Gubernur Jawa Tengah melalui Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Drs Nur Hadi Amiyanto MEd mengapresiasi program USAID PRIORITAS di Jawa Tengah. Apresiasi tersebut ditunjukkan dengan memberikan semangat dan pembekalan bagi fasilitator daerah yang dilatih modul III di Hotel Alana Surakarta (25/8).
Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan terimakasih atas pendampingan dari USAID PRIORITAS sejak tahun 2012. Gubernur berharap fasilitator mampu mendampingi guru supaya menjadi guru yang inovatif dan kreatif dalam pembelajaran. Sedangkan dalam manajemen, muncul kepala sekolah-kepala sekolah yang handal dalam manajemen lingkungan sekolah1.
“Dengan demikian, proses belajar mengajar bisa lebih bagus dan mampu menghadirkan output yang semakin berkualitas dari waktu kewaktu,” harapnya. Gubernur juga mengidamkan sekolah menjadi tempat yang nyaman serta membuat siswa merindukan untuk menimba ilmu di dalamnya. [AR]
SURAKARTA - Kemampuan membaca merupakan keterampilan hidup yang penting untuk menjamin keberhasilan setiap orang. Agar terampil dalam membaca, siswa perlu diberi banyak kesempatan untuk membaca buku yang relevan dalam hal isi maupun tingkat kemampuan membacanya. Kegiatan membaca akan lebih efektif, bila dilaksanakan di dalam dan di luar jam pelajaran. Siswa perlu bantuan guru dan orang tua dalam membaca teks, membahas, dan memahami isi bacaan. “Buku bacaan berjenjang ini dibagi dalam enam tingkatan sesuai dengan jenjang kesulitan. Mulai dari yang sederhana untuk anak yang baru belajar membaca, sampai yang kesulitannya semakin tinggi untuk siswa yang sudah lancar membaca. Masing-masing jenjang ditandai warna sampul buku yang berbeda,” jelas Juprianto, spesialis pelatihan sekolah dasar USAID PRIORITAS dalam pelatihan modul III SD/MI di Hotel Alana Surakarta (21/8). Ragam buku tersebut juga dilengkapi dengan buku besar untuk membaca bersama. “Satu halaman bisa digunakan untuk membuat satu tema dalam pembelajaran. Satu gambar juga bisa menjadi pemantik untuk pembelajaran lain,” kata Jupri. USAID PRIORITAS telah melatih para fasilitator pembelajaran kelas awal untuk membantu dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas awal di 15 kabupaten mitra. Mereka melakukan latihan dan implementasi sebelum melatih sekolah mitra dan mendiseminasikannya pada bulan Januari 2016. Sekolah mitra akan mendapat hibah buku serta pelatihan cara menggunakannya. Masing-masing sekolah akan mendapatkan 600 buku yang terdiri dari 75 judul buku yang dibagi dalam 6 jenjang. Masing-masing buku tersedia dalam 8 eksemplar untuk memudahkan pembelajaran membaca terbimbing dalam kelompok siswa. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan 8 buku besar yang digunakan guru dan siswa untuk membaca bersama dengan dilengkapi 6 buku panduan guru dan lembar kerja siswa. [AR]
Newsletter LENSA PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah sebagai sarana komunikasi dan media penyebarluasan praktik pendidikan yang baik di Provinsi Jawa Tengah.
Buat Bahan Ajar Kelas Awal Berdasarkan Hasil Penelitian Terbaru SEMARANG – Kerjasama antara Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Florida State Univesity (FSU) yang difasilitasi oleh USAID PRIORITAS menghasikan bahan ajar perkuliahan. Pada Agustus 2015, mereka sepakat membuat bahan ajar perkuliahan yang melandaskan pada hasil penelitian internasional yang terbaru. “Awal Oktober, hasilnya akan kami ujicobakan dalam perkuliahan. Bahan ajar itu akan membuat dosen dan mahasiswa tahu perkembangan penelitian terbaru tentang literasi di kelas awal,” kata spesialis pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Tengah, Afifuddin PhD.
Prof Helen Boyle, ketua tim Florida State University memberikan sambutan dalam penyusunan bahan ajar untuk perkuliahan literasi kelas awal di perguruan tinggi.
Afif menjelaskan, bahan ajar tersebut dilengkapi dengan struktur yang komplit, baik sumber jurnal ilmiah internasional yang menjadi dasar dan landasan teori, video contoh aktivitas secara konkrit, dan berbagai bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh dosen dan mahasiswa untuk memahamkan serta mensimulasikan topik. Topik dalam bahan ajar yang dikembangkan meliputi, oral language and listening comprehension, phonological awareness, concept of print/alphabetic awareness, word reading, fluency, vocabulary and independent reading. “Setelah dosen di Unnes menerapkan program, pada januari awal kami akan melakukan reviu ulang dan mendesainnya menjadi sebuah buku. Buku tersebut bisa menjadi alternatif untuk banyak kegiatan. Bahkan, bila mungkin memunculkan sebuah mata kuliah literasi di kelas awal,” jelas ketua tim
FSU Prof Helen Boyle. Untuk memperkaya setiap unit, USAID PRIORITAS juga melatihkan kemampuan membaca secara berjenjang dan beberapa buku panduan yang telah disusun oleh USAID PRIORITAS. “Bahan ajar ini sangat baik dan sangat penting untuk diberikan kepada mahasiswa calon guru. Materi dalam unitunit tersebut memberikan wawasan yang lebih terkait dengan pengajaran bahasa dan ragamnya untuk siswa kelas awal. Beberapa hal yang saya abaikan awalnya, ternyata penting untuk pengajaran bahasa. Akhirnya saya memiliki perspektif baru,” aku Umar Samady, salah satu dosen bahasa Unnes. [AF]
Perkuliahan Aktif: Standar Penjaminan Mutu Perkuliahan STAIN Pekalongan “Kami sangat senang mengikuti perkuliahan hari ini. Kami belum pernah mendapatkan sebelumnya.” Fajar - Mahasiswi Jurusan Tarbiyah STAIN Pekalongan. PEKALONGAN - Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan melakukan diseminasi pelatihan praktik perkuliahan yang baik dari USAID PRIORITAS. Sejumlah 39 orang dosen dari seluruh jurusan dilatih untuk melakukan standar perkuliahan yang berkualitas dengan menggunakan model pembelajaran aktif. “Perkuliahan aktif akan menjadi standar dalam penjaminan mutu proses perkuliahan di STAIN Pekalongan,” kata Dr Makrum Kholil MAg, Kepala Lembaga Penjaminan Mutu STAIN Pekalongan sekaligus ketua panitia kegiatan selama 3 hari tersebut (19-21/9). Materi dalam pelatihan meliputi modul 1 dan II praktik yang baik dalam pembelajaran SMP/MTs yang telah diadaptasi untuk LPTK. Materi tersebut membahas tentang apa dan mengapa pembelajaran aktif/kontekstual, mengelola pembelajaran secara efektif, menciptakan lingkungan kelas yang efektif, memahami kurikulum, melayani perbedaan individu dalam pembelajaran, pertanyaan tingkat tinggi dan
LENSA PRIORITAS
Mahasiswa STAIN Pekalongan melakukan salah satu perkuliahan Aktif sewaktu di ajar oleh dosen praktikan dosen pelatihan (21/9).
lembar kerja, penilaian autentik, serta literasi lintas kurikulum. Semua dosen peserta sangat antusias mengikuti pelatihan tersebut khususnya mengelola perkuliahan secara efektif dan pertanyaan yang mendorong mahasiswa berpikir tingkat tinggi. Saat praktik mengajar di perkuliahan, semua dosen menerapkan perkuliahan aktif. Sebagian bahkan menerapkan model ini untuk pertama kalinya. [AF]
Dorong Peningkatan Mutu Pendidikan dengan PKB berbagai kegiatan pengembangan diri melalui pendidikan dan pelatihan, membuat karya ilmiah, dan membuat karya inovatif. PKB juga merupakan salah satu arah kebijakan pemerintah pusat yang harus didukung oleh pemerintah daerah yang tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019.
Peserta pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan Setelah pelatihan tersebut, wakil dari melakukan setiap kabupaten khususnya dari badan kunjung karya kepegawaian daerah dan bidang tenaga untuk mempelajari pola pendidik dinas pendidikan akan setiap daerah menganalisis data pendidik untuk (12/8).
SURAKARTA - USAID PRIORITAS memfasilitasi pertemuan reviu dan persiapan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan membantu kabupaten mitra merancang program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru. “Setelah kami melakukan pendampingan di 3 kabupaten mitra sebagai pilot program, kami melihat urgensi program ini diterapkan di setiap daerah. Oleh karena itu, saat ini 12 kabupaten mitra USAID PRIORITAS lainnya kami latih dan libatkan,” terang koordinator USAID PRIORITAS Jawa
Tengah, Dr Nurkolis MM saat penutupan acara di Hotel Novotel Surakarta, Rabu (12/8). Dua belas kabupaten mitra yang akan didampingi dalam mengembangkan program PKB adalah Kabupaten Semarang, Sragen, Pekalongan, Wonosobo, Jepara, Demak, Kudus, Blora, Grobogan, Purworejo, Karanganyar, dan Boyolali. Program PKB tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjaga kualitas/mutu dan kompetensi guru. Kegiatan yang didorong dalam program PKB diantaranya berupa
melakukan pemetaan mutu guru, menganalisis jenis pelatihan yang dibutuhkan guru, menganalisis harga satuan pelatihan yang paling efisien dan efektif, mengidentifikasi sumber keuangan daerah yang bisa digunakan, dan terakhir membuat alternatif kebijakan untuk mendorongnya.
“Program ini merupakan program lanjutan dari penataan dan pemerataan guru yang sudah difasilitasi dari USAID PRIORITAS. Kami sangat antusias dan berkomitmen untuk memprogramkan PKB di Kabupaten Blora,” kata Kabid Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dikdas Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Blora, Sunaryo MSi setelah memetakan manfaat untuk kabupaten dalam pelatihan. [NK]
Penuhi Hak-hak Guru dalam PKB dengan Peraturan Bupati PURBALINGGA – Keseriusan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Purbalingga melalui kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru terus dilakukan Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga. Salah satu bentuknya yaitu disusunnya draf peraturan bupati tentang pembinaan dan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi pendidik dan tenaga kependidikan. “Sebagai tindak lanjut konsultasi publik tentang PKB guru yang telah kami selenggarakan, hari ini kami melaksanakan pertemuan yang membahas tentang draft peraturan bupati. Peraturan ini akan menjadi dasar pelaksanaan PKB di Kabupaten Purbalingga,” jelas Kepala Bidang Tenaga Pendidik Dinas Pendidikan Purbalingga Drs Ashari MPd dalam pertemuan di Hotel Owabong, Purbalingga (22/9). Beberapa hal yang dibicarakan antara lain terkait pemenuhan hak guru untuk mendapatkan peningkatan kompetensi secara berjenjang. Regulasi agar satu tenaga pendidik minimal melakukan pelatihan sekali dalam setahun. Mekanisme pembiayaan dalam setiap pelatihan, serta
SERIUS: Suasana pembahasan draft peraturan bupati tentang peraturan bupati tentang pembinaan dan PKB bagi pendidik dan tenaga kependidikan (22/9).
pemenuhan kewajiban dan hak masing-masing guru. Kegiatan dihadiri oleh unsur Dinas Pendidikan, perwakilan Kepala UPT Kecamatan, MKKS SMA, SMP, dan Korwas SMP dan TK/SD, perwakilan kantor Kemenag, Dewan Pendidikan, Bagian Hukum dan HAM Pemerintah Daerah. [Dl]
Edisi 12, Juli - September 2015
3
Hore.. Aku Bisa Menghitung Anggaran Biaya Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke 70 Nova Enggar Kelas V SD Malangjiwan 01 Karanganyar mengungkapkan kebahagiaannya setelah menyelesaikan tulisan menghitung anggaran biaya perayaan hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 70 (24/8). Kegiatan tersebut dilaksanakan Nova dalam pembelajaran matematika yang diempu oleh praktikan pelatihan modul III SD/MI. Dia dan temannya membuat susunan pengurus acara, yaitu ketua, sekretaris, bendahara, seksi acara, seksi perlengkapan, dan anggota. Mereka kemudian menghitung kebutuhan acara serta peralatan yang dibutuhkan. Dengan bantuan perincian dana yang diberikan oleh guru, mereka mendiskusikan item-item yang dibutuhkan untuk acara itu. Setelah mereka membuat perincian anggaran dan desain acara, mereka mempresentasikan pekerjaannya dan membuat tulisan secara individu tentang alur acara yang mereka susun dengan bahasa mereka sendiri. Penutupnya berupa presentasi individu dari siswa yang terbaik membuat tulisan desain acara. [AR]
PKB Tingkatkan
30 Menit Menuliskan Pengalaman Naya kelas V SD Paulan Karanganyar menulis dan menceritakan pengalaman belajar IPS di kelasnya (24/8). Sebelumnya, guru praktikan mengajar siswa menulis dengan model keterampilan informasi. Pertama dia dan seorang temannya menentukan tema dan sumber, memilih dan mengolah informasi, mengidentifikasi berbagai cara menyajikan informasi, dan membuat laporan. Hasilnya, kurang dari 30 menit Naya mampu menulis panjang dengan kata-katanya sendiri. Dia juga berhasil membuat peta konsep dan menjadikannya acuan dalam menulis. [AP]
Mutu Pembelajaran
SURAKARTA - Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun Fasilitator pelatihan Modul III MBS SD/MI 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru sedang memetakan kegiatan PKB dalam dan Angka Kreditnya, Pengembangan gugus (27/8) Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diakui sebagai salah satu unsur utama selain kegiatan pembelajaran/ pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru. Khususnya, dalam kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan melalui berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan kelompok kerja guru (KKG). PKB melalui KKG dilaksanakan dengan didasarkan pada hasil penilaian kinerja guru terutama dalam kompetensi pedagogik dan profesional. Kegiatan KKG dapat direncanakan untuk memecahkan masalah tersebut. Kegiatan KKG yang berhasil akan mendukung pengembangan profesi guru secara berkelanjutan. “Pelatihan adalah kegiatan kolektif sehingga harus berbasis gugus dan rayon. Dalam satu gugus, guru-guru harus mampu menyusun program PKB dalam rangka meningkatkan kompetensi mereka. Hal tersebut yang kita dorong dalam pelatihan modul III MBS SD/MI ini,” kata spesialis pengembangan sekolah USAID PRIORITAS Jawa Tengah Dyah Karyati. [DK]
LENSA PRIORITAS: Edisi 12, Juli - September 2015 Penanggungjawab: Nurkolis (PC). Editor: Anang Ainur Roziqin (CS), Tim redaksi: Afifuddin (TTIDS), Hari Riyadi (GMS), Dyah Karyati (WSD), R. Ahmad Sarjita (TTO PS), Saiful H. Shodiq (TTO JS), Wahyu Daryono (MES), Anton W. Gerhana (ITS), Dewajani S (DC Karanganyar & Sragen), Da laela (DC Purbalingga), M. Lutfi HR (DC Pakalongan & Jepara), Agus Danarta (DC Batang), Nur Jannah (DC Banjarnegara & Purworejo), Ardi W. (DC Semarang & Boyolali), Sarwa Eka (DC Wonosobo), Mulyono (DC Blora & Grobogan), A. Purnomo (DC Kudus & Demak). Alamat: Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar Gunung, Candisari, Semarang. Telp: (024) 8444711, Fax: (024) 8441146. Email:
[email protected] . Web: www.prioritaspendidikan.org
4
LENSA PRIORITAS
Terapkan Manajemen Terbuka, Raih Kepala Madrasah dan Pengawas Berprestasi Jateng DUA orang fasilitator daerah (Fasda) USAID PRIORITAS Jawa Tengah yaitu Mimbar dan Abdul Hamid menorehkan prestasi berkat kegigihannya dalam mengelola manajemen madrasah yang efektif dan transparan. Bedanya, kepala MTsN Kesesi Pekalongan Mimbar sebagai kepala madrasah berprestasi tingkat Jateng, sedangkan Abdul Hamid pengawas RA/MI Kecamatan Wedung Kabupaten Demak menjadi pengawas madrasah berprestasi tingkat Provinsi Jateng. Mimbar mengelola madrasahnya dengan mendasarkan ilmu yang diperoleh selama menjadi Fasda. Prinsip manajemen berbasis sekolah yaitu tranparansi, akuntabilitas, dan partisipatif diwujudkan dalam program-program madrasah. “Keterbukaan dalam manajemen adminstratif misalnya pada perencanaan dan anggaran telah saya lakukan. Saya juga memberikan kesempatan kepada guru untuk berani menampilkan diri dalam mengajar. Hal itu saya wujudkan beberapa waktu lalu dengan membuat kegiatan showcase atau unjuk karya program-program sekolah dan pembelajaran untuk jenjang SD/MI serta SMP/MTS. Siswa dan guru datang untuk melihat isi dalam MTsN Kesesi,” ujar Mimbar. Hampir sama dengan Mimbar, Abdul Hamid menerapkan prinsip keterbukaan manajemen di daerah binaannya. Dengan mengangkat tema pengembangan profesionalisme guru dan pengawas melalui supervisi akademik dan manajerial berkelajutan, Hamid membahas program evaluasi akademik yang dapat dilakukan oleh kepala madrasah dan bagaimana membangun sistem manajerial yang kuat. “Prinsip manajemen yang utama adalah bagaimana semua
Abdul hamid (paling kiri) dan Mimbar (tiga dari kiri) saat menerima penghagaan atas prestasi dalam pengembangan pendidikan madrasah di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
elemen di madrasah berani terbuka terhadap capaiancapaian yang telah mereka lakukan. Bila kurang harus berani mengakui, menerima masukan dan kemudian memperbaiki,” jelas Hamid. Selanjutnya, bila guru, kepala madrasah, dan pengelola madrasah mau berdiskusi dan bersinergi untuk mencari solusi perbaikan, maka hal itu akan memicu perbaikan kualitas pendidikan ke arah yang lebih baik. Akhirnya, baik Pak Mimbar dan Pak Hamid, mengakui bahwa ilmu manajemen yang diperoleh selama menjadi Fasda USAID PRIORITAS merupakan modal yang kuat untuk menerapkan berbagai perbaikan di lingkungan kerjanya. [AR]
Tanamkan Budi Pekerti dengan PAKEM
Peserta melakukan kunjung karya untuk melihat perubahan yang telah dilakukan oleh sekolah lain dalam salah satu sesi.
SRAGEN – Salah satu implementasi Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti adalah penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen, Suwardi, dalam pelatihan tingkat sekolah di Balai Diklat Sragen (20/8).
“Mengajarkan pembelajaran dengan menggunakan batu loncatan untuk membuat siswa menjadi lebih kontekstual merupakan salah satu cara yang menarik. Nah, batu loncatan tersebut harus diisi dengan konteks perbaikan budi pekerti. Bisa dengan lagu daerah, pembelajaran berbasis lingkungan dan berbagai pendekatan lain,” jelasnya. Selanjutnya adalah bagaimana membuat siswa menjadi kangen untuk belajar lagi, hal tersebut dapat diberikan dalam kegiatan penutup. “ciptakan keinginan dan semangat untuk terus bereksplorasi. Isi dengan rasa ingin tahu. Berikan apresiasi bisa lewat nilai dan bentuk penghargaan lain,” pesannya dengan nada semangat. [DS]
Awalnya Pesimis Akhirnya Optimis PURBALINGGA “Awalnya saya kira seperti pelatihan sebelum-sebelumnya. Banyak teori, ternyata dalam pelatihan ini kami langsung praktik,” Bapak Setiadi, guru SDN 2 demikian Tlahap Kidul Purbalingga. pengakuan jujur dari guru SDN 2 Tlahap Kidul, Setiadi, dalam diseminasi modul II SDN 1 Karangreja Purbalingga(1/8). Pelatihan dari USAID PRIORITAS membuat peserta bisa lebih memahami materi karena peserta diajak untuk mempraktikkan langsung materi pelatihan. Meskipun guru senior dan mantan Kepala Sekolah, namun Pak Setiadi bersemangat mengikuti pelatihan dan bertekad untuk mulai menerapkan dalam pembelajaran di kelasnya. [DL]
Edisi 12, Juli - September 2015
5
LENSA Daerah Mitra
Perkuat Dampak Kebijakan dengan Legalitas SEMARANG - Pendampingan USAID PRIORITAS kepada sekolah mitra di Jawa Tengah telah membuahkan banyak hasil. Menariknya adalah mereka mulai membuat sebuah kebijakan yang tersistem dengan baik. Sistem tersebut di tandai dengan dibuatnya surat keterangan dan berbagai perjanjian kerjasama sekolah dengan pihak-pihak lain. Beberapa diantara sekolah yang menerapkan dengan membuat kerjasama adalah SD Tengaran, Semarang. “Kebijakan dan kerjasama sekecil apapun baiknya selalu kita dokumentasikan secara legal. Maksudnya adalah supaya semua kebijakan dapat dilaksanakan oleh semua pihak. Bukan hanya perorangan saja,” kata Kepala SDN Tengaran Daryanto. Lebih lanjut Daryanto menjelaskan, alasan sekolah menerbitkan surat keputusan (SK) maupun dokumen perjanjian (MoU) dengan berbagai pihak adalah (1) membudayakan tertib administrasi bagi semua pihak, (2) SK merupakan dokumen sebagai pegangan bagi sekolah ataupun semua pihak yang terlibat, (3) sebagai dokumen legalitas kerja dan pelaksanaan kerja sama, dan (4) sebagai ikatan untuk mempertanggungjawabkan kerja sama antara sekolah dengan pihak lain.
Sampai dengan tahun 2015. Beberapa perjanjian dan kebijakan yang telah dibuat diantaranya: SK pembiasaan sekolah beserta SOP (standar operasional pelaksanaan), MoU antara SDN Tengaran dengan Bank Perkreditan Rakyat BKK Susukan Kabupaten Semarang, Puskesmas, sanggar tari, sanggar seni lukis, pelatih drumben, pelatih rebana, pelatih tilawah, paguyuban kelas, SMPN 1 Tengaran, MAN Tengaran, kepala desa Tengaran, dan dokumen pakta integritas kepala sekolah, paguyuban, dan komite sekolah. [AKW]
Beberapa dokumen kerja sama yang sudah dilegalkan.
Pahamkan Siswa tentang Lingkungan Sekitar mengajak siswa keluar kelas dan memetik beberapa daun. Daun-daun itu selanjutnya mereka identifikasi sesuai dengan lembar kerja (LK) yang berisi pertanyaan tingkat tinggi yang mendorong siswa memproduksi gagasan dalam pembelajaran. Semua siswa memiliki tugas dan tidak ada yang menganggur. Mereka juga terlihat berdiskusi dan memberikan masukan. Terakhir mereka mempresentasikan hasil diskusi dan diberi masukan oleh kelompok lain serta penguatan dari Ibu Ana.
Siswa mengidentifikasi bagian-bagian tumbuhan dalam pembelajaran.
WONOSOBO - Pembelajaran aktif kreatif efektif menyenangkan (PAKEM) yang diterapkan di sekolah, ternyata membuat siswa lebih dekat dan memahami lingkungan sekitar. Hal itu terungkap ketika guru praktikan pelatihan modul 1 dan II, SD/MI kecamatan Kertek melakukan praktik dengan menggunakan ragam lingkungan sekitar dan pengalaman langsung kepada siswa. Misalnya Ibu Mariana Susandrani yang mengajarkan siswanya tentang jenis-jenis daun yang ada di lingkungan sekitarnya. Beliau memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada siswa untuk membaca materi tentang jenis-jenis daun. Lalu,
6
LENSA PRIORITAS
Setelah presentasi, Ibu Ana memberikan lembar kerja individu untuk menguji kemampuan siswa dengan membuat laporan pengamatan dan tulisan dengan bahasanya sendiri. Selanjutnya siswa diminta memajangkan hasil karyanya di papan pajang, dan memportofoliokannya. “Saya mendesain pembelajaran beragam. Dari individu ke kelompok, kemudian individu lagi agar siswa tidak bosan. Siswa paling lama bertahan dalam satu kegiatan hanya 15 menit. Setelah itu mereka akan bosan. Saya juga buat medianya dari lingkungan sekitar. Supaya mereka paham lingkungan,” jelas Ibu Ana. Selain itu, peserta lain juga melakukan jual beli di pasar. Siswa menyimulasikan proses jual beli dan mengambil manfaat positif dari semua pembelajaran. Pembelajaran seperti ini akan membuat siswa merasa mengalami langsung. “Yang menarik adalah, mereka juga dapat mengetahui dan paham apa yang seharusnya mereka lakukan dengan lingkungan mereka,” timpal Bu Ana.[SE]
LENSA Daerah Mitra
400 Juta Setahun untuk Sebarkan Praktik yang Baik ke Semua Sekolah SRAGEN - Selama tiga bulan terakhir, seluruh pengawas SD di Kabupaten Sragen yang tersebar di 20 unit pelaksana teknis dinas pendidikan (UPT Dindik) telah mendapatkan pelatihan program USAID PRIORITAS. Pelatihan pembelajaran dan manajemen sekolah tersebut merupakan bekal bagi pengawas untuk melatih sekolah binaan di seluruh daerah binaan mereka. Kasi Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Kabupaten Sragen Drs Effendi Darmono MPd mengatakan, dukungan USAID PRIORITAS di Sragen sangat membantu kemajuan pendidikan dasar. “Tidak cukup sampai di sini, karena kami memprogramkan semua guru, kepala sekolah, dan perwakilan komite di masing-masing sekolah harus mendapatkan pelatihan pembelajaran dan manajemen dari USAID PRIORITAS. Dananya bisa berasal dari berbagai sumber,” paparnya saat memberikan sambutan pada pelatihan MBS di Ruang Sukowati Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen, Rabu (13/8).
Peserta pelatihan manajemen berbasis sekolah sedang melakukan analisis model pembelajaran konvensional dan pembelajaran aktif dalam salah satu sesi pelatihan.
Dalam setiap kegiatan pelatihan yang dilakukan di Kabupaten Sragen, sumber pendanaan berasal dari USAID PRIORITAS, APBD Kabupaten, maupun mandiri dari masing-masing sekolah yang bersumber dari BOS. “Selama 1 tahun terakhir ini, dana diseminasi di Kabupaten Sragen sudah mencapai sekitar Rp. 400 juta untuk membiayai
2.697 orang yang berasal dari 168 satuan pendidikan. Kami akan terus mendukung peningkatan kualitas pendidikan dasar di Kabupaten Sragen hingga pertengahan tahun 2017 nanti,”ungkap Koordinator USAID PRIORITAS Jawa Tengah, Dr Nurkolis MM saat pelatihan tersebut. [NK]
Sekolah Praktik yang Baik Tingkatkan Program Literasi di Sekolah Sekolah praktik yang baik USAID PRIORITAS Jawa Tengah, bersepakat untuk bersama-sama meningkatkan program literasi di sekolah. Demikian hasil rencana tindak lanjut (RTL) sekolah GPS dalam pertemuan reviu dengan sekolah GPS di lima kabupaten kohort 1, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Batang, Purbalingga, Semarang dan Sragen yang dilaksanakan pada September 2015 lalu di masing-masing kabupaten.
Dosen UIN Walisongo Semarang, Ibu Lulut menjelaskan tentang bengkel menulis dalam pertemuan sekolah praktik yang baik.
Ibu Titik Restika dari SMPN 1 Tanon menyatakan manfaat yang di dapat dalam pertemuan tersebut. Dia terinspirasi dengan berbagai materi yang disampaikan, mulai dari kegiatan DEAR (Drop Everything and Read), membaca senyap (menerapkan membaca pemahaman), menulis diary, circle time, membaca terbimbing dan membaca bersama. “Kegiatan hari ini banyak memberikan pengalaman berharga. Materi 'bengkel menulis' adalah salah satu solusi atas kesulitan saya saat mengajar 'menulis. Saya puas sekali,” demikian kata Ibu Yani Setyaningsih guru SDN 3 Kutabanjarnegara.
Siswa SMPN 2 Banjarnegara melakukan kegiatan circle time sebagai salah satu tindaklanjut program sekolah praktik yang baik.
7
Hasil pertemuan tersebut salah satunya langsung diterapkan oleh Ibu Wahyuning Widhiati, Fasda Pembelajaran dari Banjarnegara. Meskipun sekolahnya bukan GPS, tapi beliau menerapkan program circle time di kelas binaannya di SMPN 2 Banjarnegara. [AF]
LENSA PRIORITAS - Edisi 10, Januari - Maret 2015
Edisi 12, Juli - September 2015
7
LENSA Praktik yang Baik
Ibu Pembuat Gula Jawa Ini Bantu Siswa Belajar Membaca Ibu Khotimah didampingi oleh guru dan salah satu rekannya sedang membelajarkan siswa tentang membaca dengan buku besar di Gazebo hasil partisipasi aktif orang tua siswa. Setiap pagi dan waktu istirahat mereka secara bergiliran memandu siswa untuk menguatkan keterampilan membaca.
PURBALINGGA - Ibu Khotimah, wali murid kelas 1 MI NU 2 Tangkisan Purbalingga mitra USAID PRIORITAS ini aktif membantu siswa dalam membaca buku besar secara terbimbing. Beliau adalah satu dari 24 orang anggota paguyuban kelas I di madrasah yang membantu siswa dalam membaca. Di sela-sela aktivitasnya sehari-hari sebagai pembuat gula jawa atau gula aren, beliau selalu datang setiap pagi untuk mendampingi siswa belajar. “Setiap pagi saya selalu mengantar anak saya untuk naik tebing yang curam ke madrasah. Saya menungguinya sampai selesai. Setelah itu, baru membuat gula aren yang diambil bapak dari pohon aren,” aku Ibu Khotimah. Melihat banyaknya orang tua yang selalu memadati madrasah setiap hari, madrasah membuat program membaca buku besar yang dilakukan oleh anggota paguyuban. Menurut Ibu Khotimah, mereka pertama dilatih untuk membaca buku besar, memegang dengan benar, dan membuat siswa tertarik dulu dengan buku. Minggu selanjutnya mereka dilatih kemampuan untuk menceritakan secara detail setiap isi dan gambar. Lalu mereka dilatih untuk mengimajinasikan gambar yang ada pada buku untuk merangsang pengalaman baru kepada siswa. Pagi itu Bu Khotimah membelajar siswa tentang memasak di dapur. “R-A = RA, N–I = NI, dibaca RA-NI,” begitu cara ibu kelahiran 38 tahun lalu ini menbacakan kata perkata. Kalimat 'Rani membantu ibu memasak di dapur' menjadi sarana bagi ibu Khotimah untuk menyimak setiap kata yang diucapkan oleh siswa. Dia membaca secara bersama-sama dulu dan siswa menirukan bersama-sama pula. Selanjutnya dia meminta satu siswa untuk mengeja satu kata. Setelah siswa selesai dan betul pengejaannya Ibu Khotim meminta siswa lain melanjutkan. Begitu seterusnya sampai selesai dan siswa bisa membaca dan memahami.
8
LENSA PRIORITAS
Setelah siswa mengeja per bagian, dilanjutkan dengan membaca bersama lagi. Kemudian dia memfokuskan dan mengeskplorasi gambar. Pertama-tama, mengeksplorasi isi dari dapur. Caranya dengan meminta siswa untuk menyebutkan nama dan menunjukkan barang-barang tersebut. Di situ dia mengajarkan siswa tentang pengetahuan barang dan apa yang boleh dilakukan dan tidak dilakukan di dapur. “Ayo siapa yang tahu Rani dan Ibu sedang memasak apa?” tanya Ibu Khotim dengan nada kental Purbalingga. Sontak siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban. Cara menjawab Ibu Khotim menarik. Beliau tidak langsung mengiyakan jawaban siswa. Dia menunjuk gambar satu persatu di buku dan meminta siswa untuk menebaknya. Dengan ‘telaten’ dia memberikan informasi bahan-bahan yang ada di samping kompor. Bila ada siswa yang belum mengerti beliau Ibu Khotim menjelaskan dengan rinci. Mulai dari jenis sayuran, daging, minyak dan berbagai peralatan dapur lain. Akhirnya mereka tahu kalau Ibu dan Rani sedang memasak nasi goreng. “Siapa yang suka makan nasi goreng?” tanyanya lagi. Semua siswa mengangkat tangannya dan Ibu Khotim menunjuk satu siswa untuk mengeksplorasi cerita yang sudah disampaikan serta pengalaman pribadi dari siswa tersebut. Begitulah suasana setiap jam membaca yang diampu oleh anggota paguyuban kelas. Mereka berasal dari berbagai latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda. Namun karena kepedulian yang sudah digali oleh madrasah akhirnya mereka terpanggil untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran di madrasah. Dalam kegiatan membaca buku besar tersebut, ada hal unik lain. Buku-buku besar tersebut merupakan buku buatan siswa kelas VI yang menggambar dan mewarnai dengan tangan terampil mereka. Dari bahan yang seadanya, mereka berhasil membuat banyak buku besar dengan tema yang beraneka ragam. [AR]
LENSA Praktik yang Baik
Sulap Limbah PLN Jadi Fasilitas Program Membaca
Siswa sedang asyik membaca di meja hasil kretaivitas sekolah dan komite dengan memanfaatkan bekas gulungan kabel PLN.
BANTUL – Semangat mengembangkan minat baca siswa terus digelorakan SDN Ngoto Bantul Yogyakarta. Setelah menerima pelatihan dan pendampingan dari dosen UNY yang bekerjasama dengan USAID PRIORITAS, mereka mengaktifkan peran serta masyarakat untuk menggalakkan budaya baca. Hasil pendekatan dengan mengaktifkan peran serta masyarakat adalah menggandeng perusahaan listrik negara (PLN) yang memiliki kayu sampah bekas rol kabel. Kayu bekas rol kabel digunakan sebagai
meja baca. “Puji syukur permintaan kami ke PLN direspon positif. Begitu kayu bekas datang, paguyuban sekolah segera memolesnya menjadi meja untuk taman baca di depan kelas,” kata Ketua Komite Sekolah Nur Hadi Prayono.
tempat ini nyaman untuk membaca,” kata Kepala SDN Ngoto Ibu Sutinem. Taman baca tersebut memberi semangat baru bagi siswa untuk membaca. Ketika bel istirahat berbunyi, mereka segera mengambil buku dan menempati kursi di depan meja. Ada yang membaca bersama dan ada yang membaca sendiri. Suasana menjadi akrab dan kental sekali budaya bacanya. Hal ini terjadi di waktu-waktu istirahat, jam-jam santai, dan waktu khusus membaca. Kadang orangtua yang menunggu siswa juga memanfaatkannya untuk membaca buku di 'warung ilmu'.
Meja ini diletakkan di depan kelas, di bawah pohon dan di antara tanaman sehingga menjadi taman baca yang nyaman. Meja dilengkapi kursi-kursi kecil dari kayu bekas. Supaya tidak cepat rusak, bagian atas meja dilapisi plastik agar tahan air hujan dan sinar matahari.
“Kami terus berupaya menggiatkan budaya baca. Selain di kelas, di waktuwaktu istirahat kami juga membuat jam wajib membaca serta meminta siswa untuk membuat rangkuman dari buku yang telah mereka baca. Kami juga mendapatkan bantuan buku sumbangan berbagai lembaga dan juga dari relasi/teman,” aku kepala sekolah bersahaja ini.
Taman baca ini melengkapi 'warung ilmu' yang ada di depan setiap kelas. “Biasanya mereka bingung membaca di mana. Setelah mengambil buku di warung ilmu, mereka membaca di kelas atau di lantai. Namun sekarang
Intan Maharani Putri, siswa kelas VI SD Ngoto, merasa nyaman dan bersemangat dengan bertambahnya fasilitas membaca. “Semoga taman baca dan buku-bukunya tambah banyak,” harapnya. [NJ]
Wayang Bilangan: Permudah Siswa Belajar Bilangan dan Membuat Kalimat Sederhana
Siswa kelas 2 SDN Tanggulrejo belajar berlomba di luar ruangan untuk menyusun wayang bilangan.
PURWOREJO - Pagi itu, Ibu Agung dan Ibu Mulyani praktik mengajar di kelas 2 SDN Tanggulrejo, menggunakan media wayang bilangan untuk mengajarkan kompetensi dasar mengurutkan bilangan dari terkecil ke bilangan terbesar, menulis kalimat sederhana, menggunakan huruf sambung, dan memperhatikan penggunaan huruf kapital serta tanda titik. Wayang bilangan ini terbuat dari pelepah pisang (gedebok), bekas tusuk sate,
kaleng bekas biskuit, dan kertas. Barangbarang tersebut kemudian mereka jadikan wayang bernama Upin, Ipin, Ikhsan, dan Mail. Mereka menjadikan wayang tersebut permainan yang membelajarkan.
“Silakan kalian urutkan bilangan berikut dari yang terkecil ke yang terbesar? 25, 27, 26, 28,” pinta Ibu Agung setelah menuliskannya di papan tulis. Hal tersebut diajarkan sampai siswa dirasa paham. Selanjutnya guru mengajak mereka mencari dan menemukan harta karun di luar kelas. Ibu Mulyani mengajak siswa menyanyikan lagu 'naik kereta api' sambil ke luar ruang kelas dengan berbaris berpegangan pundak
menyerupai gerbong dan lokomotif kereta api. Siswa yang di depan sebagai masinis mencari harta karun yang berisi alat dan bahan untuk membuat wayang. Setelah ketemu, mereka menyusun potongan-potongan bahan untuk membuat wayang dan menyusunnya. Setelah tersusun, siswa dalam kelompok mengurutkan angka yang menempel di wayang lalu menancapkan sesuai urutan yang benar di pelepah pisang. Kegiatan tersebut dilakukan dengan berkompetisi antara kelompok satu dengan yang lain. Setelah selesai, mereka masuk kembali ke kelas dengan posisi seperti gerbong kereta api dan bernyanyi. Kemudian, guru bercerita tentang tokoh dalam wayang tersebut. Awalnya guru membacakan ceritanya secara utuh, kemudian mengulangnya kembali secara perlahan untuk membelajarkan siswa menulis dengan baik dan benar. Terakhir siswa membacakan hasil tulisannya. [AR]
Edisi 12, Juli - September 2015
9
LENSA Praktik yang Baik
Mudahnya Belajar Membuat Kolam Ikan Lele Lembar Kerja 1 KELOMPOK PETANI IKAN
Lembar Informasi
Berikut ini adalah lokasi lahan kolam ikan yang disediakan
Berikut adalah informasi awal pembuatan kolan ikan 1. Biaya penggalian tanah Rp. 75.000/m2 2. Biaya pembuatan tembok kolam Rp. 500.000/m2 3. Harga bibit ikan koi Rp. 5.000/ekor 4. Harga pakan ikan Rp. 100.000/karung 5. Harga vitamin ikan Rp. 135.000/botol
1. Lokasi pertama 10 m 13 m
12 m
Catatan: - Kapasitas kolam memuat maksimal 20.000 ekor ikan koi - Satu karung pakan berisi 60 kg - Satu hari menghabiskan 10 kg pakan - Satu bulan menghabiskan 2 botol vitamin - Ikan direncanakan dijual setelah 3 bulan
15 m
2. Lokasi kedua 10 m 2m 10 m
Lembar Kerja 2 20 m
Kolam ikan akan dibuat dengan ukuran 60 m2 dan kedalaman 1 m. Pilihlah lokasi tanah dan buatlah denah kolam ikan tersebut! (denah tampak dari atas)
“APA contoh penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari?” tanya Ibu Nurhayati, didampingi Pak Eko Riskiyanto, saat mengawali pembelajaran di kelas IX-F. “Contohnya dalam perdagangan di pasar Bu. Menghitung biaya membangun rumah,” jawab beberapa siswa. “Betul! Apa kalian pernah melakukan penghitungannya secara detail?” tanya Ibu Nur. Siswa terdiam. “Sekarang kita akan belajar menerapkan matematika dalam kehidupan,” ajak Ibu Nur. Guru mengajak siswa menuju ke kolam ikan sekolah yang berisi ikan hias, menjelaskan ukuran dan luas kolam, pemilihan bidang tanah untuk kolam, dan cara pembuatannya. Setelah para siswa dirasa paham, mereka kembali ke kelas. Di dalam kelas, semua mendapatkan amplop berisi lembar kerja di setiap meja kelompok. Guru meminta siswa untuk mengambil lembar kerja pertama yang berisi denah lokasi tanah yang akan dibuat kolam lengkap dengan ukurannya. Pada tahap ini siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menetapkan lokasi kolam yang paling sesuai. Lembar kedua berisi informasi harga bibit, biaya pakan ikan lele, biaya pembuatan kolam, dan lain-lain yang mendukung pembuatan kolam ikan lele.
10
LENSA PRIORITAS
Apabila ikan dijula seluruhnya dengan harga per ekor adalah Rp 11.500,- sementara tingkat kematian ikan 20%. Berapakah keuntungan yang dapat diperoleh?
Siswa diminta membuat perhitungan pembuatan kolam ikan lele dan operasional pembuatannya. Siswa berbagi peran untuk menulis, menghitung, dan merencanakan bentuk kolam. Setelah itu, siswa diberikan lembar kerja kedua, yang berisi permasalahan matematika dalam kehidupan.
dari kebun ini, bisa menambah untung atau mengurangi kerugian kalian,” kata Pak Eko menegaskan. Siswa pun dengan semangat mengerjakan.*
Selang 30 menit, siswa selesai mengerjakan tugas pada lembar kerja kedua. Dua orang perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, antara lain jumlah dana yang dibutuhkan dan alasan mereka memilih bentuk dan posisi kolam. Mereka juga mengungkapkan keuntungan yang diperoleh. Kelompok lain menanggapi dan menanyakan alasan pemilihan tempat serta alasan untung, karena hasil dari kelompok tersebut rugi. Setelah sesi presentasi yang diwakili oleh kelompok siswa yang untung dan rugi, Pak Eko Riskiyanto memberikan refleksi dan penguatan. Bagaimana seharusnya memilih lokasi? Bagaimana menggunakan dan mengefisienkan dana? Siswa menyimak dengan tenang dan serius. “Kalian sudah tahu cara pembuatan kolam dan operasionalnya. Saatnya sekarang kalian secara individu menghitung dan memanfaatkan lahan yang tersisa dari kolam tersebut. Hasil
Hasil pekerjaan siswa membuat perhitungan kolam ikan lele. * Penulis: Purnomo, S.Pd Guru SMP Negeri 1 Punggelan, Banjarnegara dan fasilitator USAID PRIORITAS Kabupaten Banjarnegara.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
LENSA Praktik yang Baik
Gambar Berantai Picu Kreativitas Siswa Menulis Teks Fabel 8. Guru memberikan penguatan tentang materi struktur dan ciri kabahasaan teks fabel dan cerpen dengan memberikan tanda bintang pada lembar kerja yang benar dan terbaik 9. Kegiatan selanjutnya, siswa diberi lembar kerja individu yang berisi menulis teks fabel. 10. Siswa menulis teks cerita fabel berdasarkan gambar berantai. 11. Hasil kerja siswa (secara berpasangan) ditukarkan dengan teman satu kelompok untuk mendapatkan tanggapan dan perbaikan.
Siswa SMPN 2 Banjarnegara menulis cerita fabel dengan melihat gambar seri.
BANJARNEGARA - Materi menulis fabel dalam kurikulum tersaji dalam kompetensi dasar membedakan teks cerita fabel dengan cerita pendek (cerpen) dan menyusun teks cerita fabel. Ibu Ambarwati guru SMP Tamansiswa dan Bapak Subejo guru SMP Negeri 5 Banjarnegara merancangnya dengan pendekatan saintifik dan pendekatan inkuiri. Media yang dipersiapkan berupa gambar berantai yang dipilih serta sumber buku dari Bahasa Indonesia kelas VIII. Sewaktu praktik bu Ambar menunjukkan gambar berantai yang dibuat menarik. Mereka juga menyajikan layaknya mendongeng. Cara tersebut ternyata mendapat perhatian siswa. Mereka seperti diajak kembali ke ingatan masa kecil. Teringat cerita akan Si Kancil, Harimau penguasa hutan, dan indahnya alam di hutan. Penyajian guru yang berbeda tersebut ternyata menarik perhatian siswa SMPN 2 Banjarnegara (29/10). Mereka dengan seksama mendengarkan cerita dan memberikan tepuk tangan yang hangat setelah cerita itu selesai dibacakan. “Saya berharap siswa bisa menuangkan ide dengan melihat struktur ide yang ada di gambar. Setiap siswa akan punya kata-kata sendiri,” kata bu Ambar. Dalam kegiatan belajar tersebut, siswa membedakan teks fabel dan cerpen serta mencari ciri kebahasaannya sehingga menjadi modal untuk siswa menulis cerita fabel. “Ternyata cara ini lebih mudah mengawali menulis,” kata Dodi, salah satu siswa yang mulai menulis di lembar kerjanya. Dengan model pembelajaran seperti ini
12. Siswa merevisi teks cerita fabel berdasarkan tanggapan teman. 13. Hasil karya siswa ditempel di kertas plano dan ditempel di dinding kelas. 14. Siswa melakukan kunjung karya. siswa dituntun untuk menulis sesuai dengan alur gambar. Hasilnya tidak sulit bahkan cerita tiap anak berbeda sesuai dengan ide gagasan mereka masingmasing.
15. Guru memberikan penguatan materi dan memberi penghargaan kepada karya siswa yang terbaik dengan memberi tanda bintang.*
Ibu Ambarwati mengawali pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen (tiap kelompok 4-5 siswa), 2. Siswa membaca contoh teks fabel dan teks cerpen. 3. Siswa membuat pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan struktur dan ciri kebahasaan teks fabel dan cerpen. 4. Setiap kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk mencari jawaban pertanyaan dengan menggunakan wawancara dan mencari informasi di perpustakaan dan internet sekolah. 5. Siswa berdiskusi dan menulis laporan perbedaan dan ciri kebahasaan kedua teks tersebut. 6. Hasil kerja kelompok ditempel di kertas plano/asturo. 7. Siswa (berkelompok) mempresentasikan hasil kerja dan kelompok lain menanggapi secara bergantian.
Hasil karys siswa yang telah menulis dengan menggunakan gambar seri.
* Penulis: Ibu Dwi Widiastuti, Guru MTsN 2 Banjarnegara dan Fasilitator daerah USAID PRIORITAS Kabupaten Banjarnegara.
Edisi 12, Juli - September 2015
11
Membaca Ekstensif untuk Belajar Teks Narasi Pada pelatihan modul III untuk SMP/MTs USAID PRIORITAS memperkenalkan materi Extensive Reading atau membaca ekstensif dalam pembelajaran bahasa Inggris. Kegiatan ini memfasilitasi terjadinya pemerolehan bahasa untuk melengkapi pembelajaran resmi (formal learning) di kelas yang terbatas. Jika dilakukan secara disiplin, kegiatan ini bisa memperkaya bahasa Inggris siswa dengan cara yang menyenangkan.
Siswa MTs Negeri 2 Banjarnegara sedang melakukan presentasi setelah melakukan kegiatan membaca ekstensif.
Di MTsN 2 Banjarnegara, kegiatan ini dilakukan di luar jam pembelajaran sekolah. Setelah memberikan teks atau buku bacaan berbahasa Inggris, guru memonitor aktivitas anak membaca dengan memberi tagihan berupa membuat komik, gambar seri, peta konsep, poster, time line, role play dan lainnya. Hal penting yang harus dilakukan di kegiatan ini adalah pemilihan teks. Karena guru tidak mengajarkan part of speech dari muatan teks, tetapi lebih pada reading for enjoyment, sehingga tidak terjebak dalam membaca intensif. Langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
1. Setelah siswa dibentuk dalam kelompok kecil, guru membagikan teks utuh dan meminta siswa membaca senyap. 2. Guru membagi pictures series dan komik tentang narrative yang berjudul the turtle and the hare. 3. Siswa dipersilakan menanyakan makna kalimat atau kata dalam teks yang belum diketahuinya. 4. Siswa berbagi informasi berkaitan dengan teks (karakter, seting tempat, waktu, masalah dan lainnya). 5. Siswa mencari informasi tentang karakter, seting tempat, waktu dalam cerita. 6. Siswa mengumpulkan kembali teks yang telah dibahas. 8. Siswa mengembangkan peta konsep yang telah dibuatnya menjadi sebuah komik atau gambar berseri untuk menceritakan kembali isi bacaan, kemudian siswa memajang hasil karyanya dan mempresentasikannya. [WW]
Masukkan Hasil Program Baca dalam Penilaian Kepribadian Kegiatan membaca di MI Klero Tengaran Semarang dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai. Selama 15 menit yaitu pukul 07.00 – 07.15 tiap hari Selasa – Sabtu, guru meminta siswa dari kelas 1 – VI membaca buku cerita yang tersedia di depan kelas masing masing. Setelah siswa selesai membaca, guru meminta sebagian siswa kelas 1-II menceritakan secara lisan kepada teman sebangkunya. Kelas III - IV bercerita di depan kelas, dan siswa kelas V - VI membuat jurnal membaca yang berisi rangkuman buku yang dibaca oleh siswa pada hari itu. Siswa kelas III melakukan presentasi di depan kelasnya setelah merusume buku dalam kegiatan pembiasaan membaca pagi.
Setiap guru dan wali kelas bertugas memberikan penilaian atas perkembangan siswa dalam membaca setiap hari Sabtu. Dari program ini, guru menilai ketertiban dan kedisiplinan siswa, mulai dari proses membaca sampai pengisian dan pengumpulan jurnal. Hasil pengamatan dan penilaian dalam kegiatan membaca tersebut terutama pada performa siswa kemudian dijadikan salah satu unsur penilaian kepribadian. [AKW]
Dapatkan Informasi tentang berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, dan diskusi online forum sekolah di
www.prioritaspendidikan.org Newsletter Lensa Prioritas dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari newsletter merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.