USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
Edisi 03 Februari - April 2013
LENSA PRIORITAS
Media Komunikasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik di Jawa Tengah
Pemerataan Kualitas Pendidikan Melalui Penataan Guru
Komitmen Peningkatan Kualitas Pendidikan dengan 3 LPTK Berpacu dalam Praktik Pendidikan yang Baik
Drs. H. Mahsun Zain M.Ag
Direktur USAID PRIORITAS Stuart Weston saat acara sosialisasi dan penyerahan Kerangka Acuan Kerjasama UNNES (foto 1), UNY (foto 2), dan IAIN Walisongo (foto 3), sebagai penanda kerjasama antara USAID PRIORITAS dan LPTK Mitra (13-14/2).
Baca Komitmen... hal 2
Baca Distribusi... hal 2
Newsletter LENSA PRIORITAS diterbitkan oleh USAID PRIORITAS-Jawa Tengah, sebagai sarana komunikasi dan media penyebarluasan praktik pendidikan yang baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Jawa Tengah Kunjungi kami di: www.prioritaspendidikan.org
LENSA PRIORITAS
Asyiknya Belajar Kordinat di Luar Kelas 8 Adaptasi Mitra USAID, Sabet Juara 1 Lomba Green School Nasional
8
Buanglah Sampah Sesuai Manfaatnya! 9
Media Kertas Origami dan Lukisan: Mudahnya Menghitung Luas Persegi dan Memahami Jenis Pekerjaan 11
USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students
LENSA UTAMA
Komitmen Pemerataan Praktik Pendidikan yang Baik di Daerah Mitra USAID-DBE USAID PRIORITAS sebagai kelanjutan dari Program USAID-DBE memberikan harapan pada daerah mitra untuk memanfaatkan program kemitraan ini. Banyak yang berusaha untuk memaksimalkan waktu yang tersedia (2 tahun) sehingga menjadi pola yang baik dalam penyelenggaraaan pendidikan di daerahnya. Komitmen ini terlihat dalam pertemuan kolaborasi penyusunan rencana diseminasi yang dilakukan di delapan daerah mitra PRIORITAS-DBE yaitu Kabupaten Boyolali (3/4), Demak (26/3), Jepara (28/3), Purworejo (4/4), Kudus (27/3), Karanganyar (4/4), Grobogan (28/3) dan Blora (27/3). Stakeholder kabupaten yang datang secara eksplisit dan implisit menyampaikan rasa terima kasih dan harapannya untuk kelanjutan program disisa waktu kerjasama. Banyak diantaranya menyusun program diseminasi baik itu dimasukkan dalam anggaran APBD ataupun dengan menggunakan dana mandiri dari sekolah. Komitmen diseminasi tersebut salah satunya disampaikan oleh Kepala Bidang TK/SD Disdikpora Kabupaten Grobogan Bambang Margono yang mengatakan program USAID-DBE membantu dalam perencanaan sekolah sehingga menjadi sangat terarah dan pada akhirnya memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Prinsip keterbukaan, transparasi, dan akuntabilitas dilaksanakan oleh sekolah sehingga respon dan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah menjadi bagus. Dampaknya kepedulian masyarakat pada pendidikan lebih maju. “Melihat kondisi perubahan yang baik, dinas pendidikan sangat mendukung dan LENSA PRIORITAS Edisi 03, Februari - April 2013 Penanggung Jawab: Nurkolis Editor: Anang Ainur Roziqin Tim Redaksi: Ajar Budi Kuncoro, Hari Riyadi, Dyah Karyati, R. Ahmad Sarjita, Saiful H. Shodiq, Wahyu Daryono Alamat: Jl. Candi Makmur No.2A Karanganyar Gunung, Candisari, Semarang. Email:
[email protected] Web: www.prioritaspendidikan.org
LENSA PRIORITAS
Koordinator Provinsi Jawa Tengah, Dr. Nurkolis sedang memberikan masukan pada pertemuan kolaborasi pembahasan program kerja dengan stakeholder pendidikan di Kabupaten Demak (26/3).
berkomitmen seoptimal mungkin dengan pembiayaan yang terbatas dari APBD,” katanya. Salah satu hal yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan jelas Bambang diantaranya mengumpulkan kepala UPT Disdikpora untuk melakukan tindak lanjut ke sekolah-sekolah melalui surat edaran dan tindakan pendampingan yang lebih nyata dan komprehensif. Senada dengan yang disampaikan oleh Bambang Margono. Kapala Kantor Kemenag Kabupaten Jepara Drs. H. Muhdi, M.Ag mengemukakan, “program DBE membawa dampak yang positif untuk kemajuan madrasah di Kabupaten Jepara, karena itu walaupun di DIPA tidak ada, saya akan mendorong madrasah untuk melakukan replikasi, caranya yaitu memberikan edaran agar sekolah-sekolah menggunakan dana-dana opersional dan mandiri untuk melakukan PAKEM dan MBS.” Diseminasi yang dilakukan oleh daerah mitra pada dasarnya untuk mengatasi kesenjangan pendidikan antara yang di pinggiran dan di kota, oleh karenanya banyak daerah mitra yang mengarahkan diseminasi dilakukan pada daerah yang belum mendapatkan pelatihan. “Potensi pendidikan sebenarnya bukan hanya di kota tapi di pinggiran juga banyak. Karenanya saya akan meminta diseminasi dilakukan di daerah pinggiran dan di tempat strategis lain,” anjur Drs.
M. Afhan Noor, M.Pd Kepada Disdik Kabupaten Demak. Komitmen pelaksanaan diseminasi disambut baik oleh Nurkolis, Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah. “Kami mendukung respon positif dari stakeholder daerah mitra. USAID PRIORITAS akan berusaha seoptimal mungkin membuat perubahan yang lebih baik di dunia pendidikan melalui peningkatan kualitas fasilitator daerah dan membantu dengan dana sesuai dengan aturan yang ada di USAID PRIORITAS.” Menyambung apa yang disampaikan oleh Nurkolis, Hari Riyadi Governance and Management Specialist USAID PRIORITAS Jateng menyatakan perlunya diseminasi yang dilakukan ini menjadi sebuah pola yang nyata yang dilakukan kabupaten mitra setelah kerjasama ini selesai. “Kalau yang terjadi hanyalah diseminasi tanpa adanya pola yang jelas dan tersistem sesuai yang di bentuk oleh DBE, saya kira setelah program selesai akan selesai juga atau tidak ada tindak lanjutnya. Oleh karenanya saya berharap para stakeholder membuat sebuah pola dalam hal perbaikan SDM, baik itu melalui pelatihan, regulasi perencanaan, dan kebijakan yang mendukung untuk implementasinya,” terang Hari Riyadi.
Edisi 03, Februari - April 2013 - LENSA PRIORITAS
3
LENSA UTAMA
Pelatihan PAKEM dan MBS Tingkat SD/MI: Perkuat Kemampuan Pedagogi dan Fasilitasi Fasilitator TOT SD/MI dalam Bingkai
4
Pembekalan kemampuan pedagogi dan skill fasilitasi fasilitator USAID PRIORITAS perlu dilakukan sebelum mereka terjun melatih dan mendampingi sekolah mitra. Oleh karenanya USAID PRIORITAS melakukan pelatihan bagi para pelatih (Training of Trainiers/ ToT) PAKEM dan MBS tingkat SD/MI. Pelatihan dilaksanakan di Yogyakarta (2-9/3) dan di Solo (13-20/3) dengan peserta sejumlah 195 Fasilitator Daerah (fasda) berasal dari berasal dari 13 daerah mitra USAID PRIORITAS. Setiap kabupaten mengirimkan 15 fasilitator sebagai peserta. Untuk peserta dari universitas mitra sebanyak 24 orang yang berasal dari UNNES, UNY, dan IAIN Walisongo Semarang. Tujuan dari pelatihan yakni untuk membekali fasda tentang konsep dan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS) yang memayungi tiga komponen besar yakni: manajemen berbasis sekolah (MBS), peran serta masyarakat (PSM), dan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Selanjutnya untuk membekali fasilitator tentang ketrampilan memfasilitasi dalam pelatihan dan membekali fasiliator dengan kemampuan terkait teknik-teknik fasilitasi yang efektif dan pendampingan pembelajaran yang efektif kepada para guru, kepala sekolah dan komite sekolah di kabupaten masing-masing. Dalam sambutannya Dr. Nurkolis menyampaikan, “Mitra USAID PRIORITAS berasal dari banyak daerah dan mencakup banyak orang, sedangkan Sumber Daya Manusia (SDM) di USAID PRIORITAS terbatas. Oleh karenanya untuk menjangkau dan lebih bisa memantau perkembangan mitra maka perlu lebih banyak pihak yang dilatih untuk mendampingi,” paparnya. Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jawa Tengah tersebut menambahkan, pelatihan USAID PRIORITAS bukan hanya berisi teori, namun lebih banyak mengedepankan praktik. Ini terbukti disela-sela sesi selalu ada simulasi praktik dan ada satu hari khusus peserta diminta untuk langsung mengajar di sekolah mitra. ”Awalnya tidak semua peserta bersedia mempraktikan PAKEM, terutama dari unsur pengawas. Banyak yang beralasan sudah lama tidak mengajar, namun setelah memahami PAKEM, dan tahu tanggung jawab selanjutnya semua peserta bersamasama menyusun persiapan mengajar dan semua siap melaksanakan praktik,”
LENSA PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013
ungkapnya. Ahmad Sarjita, Teacher Training Officer Primary School USAID PRIORITAS Jawa Tengah menambahkan, “Peserta tidak hanya dilatih skill tentang memfasilitasi namun yang paling mendasar adalah memperkuat kemampuan pedagogi dengan mengetahui kebermaknaan setiap tindakan dalam pembelajaran dan efeknya bagi siswa.” Kemampuan lain yang dilatihkan yaitu intelektualitas dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan oleh seorang fasilitator baik dari konten materi sampai bagaimana menjadi seorang yang cakap dalam memfasilitasi dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di lapangan dengan baik. “Materi pelatihan mempunyai relevansi dengan pendidikan di sekolah dasar dan madrasah ibtida'iyah. Isi materi dikembangkan untuk mengatasi problematika proses belajar mengajar. Saya sebagai dosen akan mengaplikasikan pelatihan ke dalam mata kuliah yang saya ampu di IAIN Walisongo.” Aku Joko Budi Purnomo, M.Pd salah satu Dosen di IAIN Walisongo yang menjadi peserta pelatihan. “Ada pola baru dalam pembelajaran dari berpusat pada guru, menjadi berpusat pada siswa, pembelajaran yang saya praktikan di pelatihan benar-benar membuat siswa aktif, kreatif (muncul ideide baru dari siswa). Cara meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk membantu sekolah ternyata bisa di tempuh melalui manajemen partisipatif, transparan, dan akuntabel. Saya juga mendapatkan berbagai cara melibatkan masyarakat dalam membantu sekolah. Ini luar biasa. Sebagai pengawas saya mempunyai kewajiban untuk menyebarluaskannya ke sekolah/madrasah binaan saya,” tambah Drs. Sutejo, M.Pd, Pengawas TK/SD Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Drs. Abadi, M.Pd. Widya Iswara LPMP Provinsi Jawa Tengah yang menjadi salah satu peserta pelatihan menyampaikan, ”Pelatihan ini cukup interaktif, semua peserta aktif, lebih banyak menggali pengalaman dari peserta. Mungkin lebih lengkap bila waktu ditambah untuk pendalaman materi. Terima kasih USAID PRIORITAS, semoga kesempatan ini bisa dinikmati oleh guru di sekolah,” harapnya.
LENSA PRIORITAS
LENSA UTAMA
Kunjungan Belajar Mitra USAID PRIORITAS: Mengadopsi dan Mengadaptasi Praktik yang Baik Jawa Tengah. Sejumlah 500 peserta dari stakeholder berbagai institusi pendidikan di 5 kabupaten yang menjadi mitra United States Agency for International Development (USAID) PRIORITAS, berkesempatan melakukan study visit (kunjungan belajar) dari Purbalingga ke Boyolali (17-19/2), Batang ke Purworejo (19-21), Semarang ke Purworejo (2022/2), Sragen ke Kudus (27/2-1/3), dan Banjarnegara ke Karanganyar(27/2-1/3). Dalam kunjungan selama tiga hari, rombongan diajak melihat dari dekat pelaksanaan Program Decentralized Basic Education (DBE) yang dibiayai oleh USAID di sekolah mitra yang telah berhasil menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dan MBS dalam pengelolaan sekolah. Para peserta yang meliputi kepala
sekolah/madrasah, guru, pengawas, komite, perwakilan Dinas Pendidikan, Bappeda, dan Mapenda Kemenag berkunjung ke sekolah dengan membagi diri menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok PAKEM, kelompok manajemen berbasis sekolah (MBS) dan PSM, kelompok guru PAKEM, dan kelompok tukar pengalaman Fasda. “Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini yakni untuk memberi gambaran kepada mitra USAID PRIORITAS untuk melihat dari dekat pelaksanaan praktik DBE di sekolah binaan USAID di kabupaten lama,” tutur Dr. Nurkolis, MM Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Jateng. Ada tiga poin yang dipelajari yakni tentang aplikasi metode PAKEM, MBS, dan peran serta masyarakat dalam pendidikan. “Dengan melihat dan menggali informasi secara langsung diharapkan peserta bisa mengadopsi dan mengadaptasi
Maksimalkan Dana APBD untuk Diseminasi Boyolali. Salah satu hal yang menarik dalam kunjungan belajar ke Kabupaten Boyolali adalah besarnya dana pendukung APBD dan kontinuitasnya. “Sejak pertama kali masuk (tahun 2005) Kabupaten Boyolali mendukung secara penuh pelaksanaan program USAID-DBE, salah satunya dengan mengalokasikan dana pendamping secara bertahap setelah program percontohan.” Terang Drs. Jono Trimanto, M.Pd, Kepala Seksi Kurikulum SMP dalam sesi presentasinya. Tercatat dana pendamping dari APBD tahun 2007 yang dikeluarkan sebesar 250 juta, tahun 2008 sebesar 750 juta, tahun 2009 sebesar 500 juta, tahun 2010 sebesar 250 juta, 2011 sebesar 100 juta, tahun 2012 sebesar 100 juta, dan tahun 2013 sebesar 75 juta. Kepala Seksi Kurikulum SD Disdikpora Kabupaten Boyolali, Puji Rahayu Fitriyani, M.Pd menjelaskan DBE 123 masuk tahun 2005, hasilnya berupa peningkatan manajemen dan tata kelola kepala sekolah, proses pembelajaran lebih bermakna, dan peran serta masyarakat di sekolah mitra, khususnya di Kecamatan Cepogo dan Ngemplak mengalami peningkatan.
LENSA PRIORITAS
Menyadari hal itu lanjutnya, model pengembangan sekolah tersebut perlu disebarluaskan secara mandiri maupun dengan dana APBD kabupaten untuk keberlanjutan program DBE. Strategi yang dilakukan bentuknya: 1) membentuk dan meningkatkan jumlah fasilitator kabupaten dari lingkup dinas pendidikan dan kalangan pendidik, melaksanakan replikasi program DBE dari dana APBD, meningkatkan jumlah sekolah dan wilayah binaan baik di kecamatan perkotaan maupun pedesaan, mengembangkan universitas sebagai mitra, melibatkan partisipasi stakeholder pendidikan yang lebih luas, menerbitkan surat keputusan tentang kewajiban sekolah untuk menyusun RKS, RKT dan RKAS dan membangun sistem pengembangan profesionalisme guru. “Untuk tahun-tahun selanjutnya Dinas Pendidikan akan mencoba memberikan dana secara berkesinambungan untuk pelaksanaan diseminasi, karena telah semakin banyak yang telah mendapatkan manfaat dari program,” tegas Drs. Jono Trimanto, M.Pd diakhir sesi presentasinya.
keberhasilan dalam praktik-praktik yang baik dan bisa diterapkan di kabupaten mereka. Begitu pula yang tidak baik bisa menjadi catatan untuk dihindari,” paparnya. Alasan mitra USAID PRIORITAS melakukan kunjungan belajar di awal program diantaranya agar mendapatkan pengalaman praktik yang baik dari mitra yang telah menerapkan model dari USAID-DBE karena secara tidak langsung memberikan gambaran tentang apa yang harus direncanakan, apa yang harus disiapkan, dan apa yang akan dilakukan. Dalam rangkaian kegiatan kunjungan belajar, salah satunya diisi paparan dari masing-masing kepala dinas pendidikan, Drs. Bambang Aryawan, MM. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo yang menjadi tempat kunjungan beberapa kabupaten menjelaskan, beberapa kelebihan dari program DBE-USAID diantaranya setiap kegiatan dilakukan secara menyeluruh, maksudnya bukan hanya satu sisi yang dilatih namun seluruhya dan dalam waktu yang relatif bersamaan. “Semisal ketika guru dilatih PAKEM, maka kepala sekolah dan komite juga dilatih bagaimana mensukseskan sebuah manajemen yang mendukung PAKEM,” ungkapnya. Drs. Ashari, M.Pd Kepala Bidang Tenaga Pendidik Kabupaten Purbalingga ketika berada di SMPN 2 Cepogo Boyolali dalam kunjungan belajar juga menyampaikan pujiannya kepada kepala sekolah dan dinas terkait, karena walaupun berada di lereng bukit merapi yang jaraknya hanya 5 km dari puncak merapi, SMPN 2 Cepogo mampu untuk mengelola sekolah dengan maksimal. “Banyak pelajaran yang kami dapatkan dari sekolah, semoga rombongan Purbalingga mendapatkan pengalaman yang dapat di adopsi dan dikembangankan untuk mendorong peningkatan kualitas pendidikan di Purbalingga,” harapnya.
Rombongan dari Kabupaten Batang berdiskusi tentang Manajemen Sekolah yang Efektif dengan Kepala Sekolah di Gugus Ahmad Yani Bendosari Purworejo
Edisi 03, Februari - April 2013 - LENSA PRIORITAS
5
LENSA Daerah Mitra
Kolaborasi USAID PRIORITAS dengan Plan PRIORITAS, Plan Grobogan, Dinas Pendidikan dan Kementrian Keagamaan (28/3) di Grobogan. Hasil dari pertemuan tersebut terjalin kesepakatan bahwa Dinas Pendidikan dan Kemenag Kabupaten Grobogan (tiga ditengah) sedang berdiskusi akan ada program dengan Plan Grobogan (Paling kiri dan nomor dua dari kanan), didampingi oleh diseminasi yang Dyah Karyati Whole School Development Specialist USAID PRIORITAS Jawa Tengah dananya berasal Grobogan. Partisipasi, transparansi, dan dari USAID PRIORITAS dan Plan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah Grobogan untuk mendukung merupakan kunci keberhasilan terlaksananya diseminasi program DBE manajemen sekolah dalam meningkatkan dan USAID PRIORITAS bidang MBS dan mutu pendidikan. Karena itu, dibutuhkan Pembelajaran di SD/MI di seluruh keterlibatan aktif dari seluruh pihak, baik Kabupaten Grobogan. kepala sekolah, guru, komite sekolah, “Keterlibatan Plan dalam diseminasi di pengawas, masyarakat dan dukungan Grobogan akan meringankan beban Dinas kebijakan dari pemerintah. Keterlibatan aktif dalam pengelolaan pendidikan menjadi hal wajib dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu, mengingat keterbatasan dana APBD/DIPA Jepara. Kalimat “usia boleh tua tapi untuk peningkatan mutu pendidikan. Di semangat tetap harus muda,” cocok buat sisi lain diberlakukannya peraturan Pak Kinarto, pengawas MI Kantor pemerintah yang melarang pungutan/ Kemenag Jepara. Pria kelahiran Klaten 58 sumbangan pendidikan dari wali murid tahun silam ini adalah salah seorang yang karena sudah ada BOS merupakan hal direkomendasi oleh Kantor Kemenag yang mengganggu pengembangan menjadi fasilitator daerah Kabupaten partisipasi masyarakat khususnya Jepara pada Program USAID PRIORITAS penggalangan dana untuk sekolah. Jateng. Keterbatasan dana dalam pengelolaan Sejak mengikuti ToT PAKEM/MBS di sekolah menjadi masalah utama Solo beliau merasa tertarik dengan pola pelaksanaan pembelajaran khususnya pelatihan pengembangan pendidikan yang dalam manajemen yang mendukung dikembangkan oleh PRIORITAS. terselanggaranya proses pembelajaran Menurutnya, peserta tidak hanya mendengarkan, melainkan aktif terlibat yang bermutu. Kondisi tersebut dalam semua rangkaian kegiatan di forum mengharuskan pelaku pendidikan untuk pelatihan hingga mengajar di kelas dalam lebih mampu dalam perencanaan dan sesi real teaching. pengelolaan keuangan. “Model pelatihan USAID PRIORITAS Melihat urgensi tersebut, perlu adanya cocok untuk guru-guru MI,” gumamnya. penguatan bagi kepala sekolah, guru, Benar saja, sepulang dari ToT beliau komite sekolah, pengawas, masyarakat, langsung memprakarsai diadakannya melalui pelatihan dan pendampingan kegiatan replikasi pelatihan PAKEM bagi untuk peningkatan mutu secara 121 guru MI yang berada di bawah menyeluruh. Karenanya Plan unit binaannya yaitu Kelompok Kerja Kepala Grobogan dan USAID PRIORITAS Madrasah Ibtida’iyyah (KKMI) Kecamatan bekerjasama dalam melakukan pelatihan Batealit, Kabupaten Jepara (27-29/4) yang dan pendampingan di Grobogan. Dua program ini saling mengisi karena di tahun bertempat di MIN Bawu Batealit. Peserta terdiri dari guru dan Kepala 2013 dan 2014 USAID PRIORITAS Madrasah minimal 4 orang tiap madrasah. melakukan program diseminasi sedangkan Kelas praktik yang digunakan sebanyak 54 Plan memiliki program terkait penguatan kelas masing-masing 9 kelas pararel dari manajemen stakeholder pendidikan. kelas 1VI yang bertempat di 6 MI dalam Untuk membicarakan hal tersebut, lokasi yang berdekatan. Selama tiga hari dilakukan pertemuan antara USAID
Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama yang terkendala dengan keterbatasan dana APBD maupun DIPA,” tutur Samuri, School Improvement Program (SIP) Officer Plan Grobogan. Secara khusus diseminasi akan dilaksanakan melalui pelatihan-pelatihan dan kegiatan-kegiatan di Kecamatan Karangrayung, Kedungjati, dan Tanggungharjo untuk 30 SD/MI. “Pelatihan dan kegiatan tersebut meliputi; pelatihan RKS/RKM pada bulan Juni 2013, pelatihan PAKEM pada bulan September-Desember 2013, revitalisasi KKG pada Semester 1 dan II tahun 2013/2014, penguatan Komite Sekolah bulan OktoberNovember 2013,” jelas Samuri dalam penjabaran program kerja Plan yang akan dikolaborasikan dengan USAID PRIORITAS setelah pertemuan tersebut.
Doa Berbagi Mutu untuk Guru
6
LENSA PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013
peserta difasilitasi oleh 10 fasilitator yang sehari sebelumnya telah berkoordinasi dan melakukan simulasi (26/4). Pak Kin, panggilan akrab Bapak Kinarto, M.Pd.I, berbagi cerita mengenai motivasi dilaksanakannya pelatihan. Bagi mantan guru SMA 1 Jepara (1986-1991) ini, “pelatihan PAKEM merupakan wujud dikabulkannya doa saya pada Allah SWT. Sepulang dari TOT di Solo, malam harinya saya meminta pada Allah agar ilmu pengetahuan yang saya dapatkan bermanfaat untuk guru-guru di Jepara,” akunya lirih. “Beliau itu termasuk pengawas yang peduli pada kualitas guru. Hal itu tampak dari semangat beliau selama 3 hari menfasilitasi pelatihan ini,” kesan Pak Kusnan, Ketua KKMI Kecamatan Batealit. Berdasarkan catatan USAID PRIORITAS Jateng, prakarsa beliau dalam replikasi pelatihan PAKEM merupakan yang pertama kali di wilayah Jawa Tengah setelah pelatihan praktik yang baik tingkat SD/MI dalam Program USAID PRIORITAS. Selamat Pak Kin!
LENSA PRIORITAS
LENSA Daerah Mitra Kemandirian dalam Diseminasi Better Teaching and Learning Karanganyar termasuk salah satu kabupaten yang memiliki komitmen dan cukup aktif dalam penerapan diseminasi program USAID-DBE di Jawa Tengah. Diseminasi di tingkat sekolah dasar (SD) maupun sekolah menengah pertama (SMP) terus dilakukan baik dengan dana mandiri sekolah maupun APBD II. Bukti komitmen tersebut adalah telah dilakukannya diseminasi PAKEM, MBS, dan Pendidikan Karakter di SD pada awal tahun 2013 dengan menggunakan dana APBD II sebesar 85 juta rupiah. Untuk tingkat SMP, diseminasi akan dilakukan pada bulan Agustus-September dengan dana sebesar 135 juta rupiah yang berasal dari APBD II juga. Diseminasi SMP akan menerapkan modul Better Teaching and Learning 3 (BTL3) dan 4 dari Decentralized Basic Education 3 (DBE3) dengan materi tambahan sesuai pelatihan USAID PRIORITAS. Pertimbangan tersebut dilakukan mengingat belum banyak sekolah yang menerapkan BTL 3 dan 4, “padahal modul tersebut dirasakan cukup besar manfaatnya dalam proses pembelajaran di kelas,” terang Drs. Sutrisno, M.Pd. Kepala Seksi SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar. “Selama ini baru beberapa sekolah saja yang menggunakan BTL 4 terutama sekolah mitra, sedangkan BTL 3 juga belum semua sekolah menggunakannya,” lanjutnya. Diharapkan diseminasi tahun ini
bisa menuntaskan penerapan modul BTL3 dan 4 di semua sekolah di Kabupaten Karanganyar yaitu sebanyak 51 SMP Negeri dan 26 SMP Swasta. “Dana sebesar 130 juta akan digunakan untuk pelatihan kurang lebih 60 SMP baik negeri maupun swasta, sedangkan 5 juta lagi akan digunakan untuk monitoring pelaksanaan pembelajaran bermakna,” demikian ungkapnya. Dana yang diperoleh dari APBD II tahun 2013 dinilai sebagai dana yang paling besar yang diperoleh selama mendiseminasikan program USAID-DBE. “Ini merupakan upaya terus menerus yang selalu kita lakukan beberapa tahun terakhir, karena beberapa tahun yang lalu memang kita kurang mendapatkan perhatian, padahal dari sisi fasilitator dan sekolah, kita memiliki yang terbaik. Tetapi saya tidak pernah putus asa untuk mengajukan terus, akhirnya tahun ini bisa mendapatkan 135 juta,” syukurnya. Berbeda dengan daerah lain, diseminasi di Karanganyar tidak menggunakan kontribusi dari dana USAID PRIORITAS pada dua pelatihan tersebut. Untuk honor dan transport fasilitator yang menjadi tanggung jawab USAID PRIORITAS tidak diambil karena item pembiayaan sudah dianggarkan di DPA dinas pendidikan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari adanya double anggaran, “Dari awal dana sudah dianggarkan sehingga bila diberikan berbarengan akan lebih sulit penataannya.
Lebih baik dana diseminasi dari USAID PRIORITAS untuk pelatihan mandiri yang dilakukan oleh sekolah,” jelas Sutrisno. Tetapi meskipun tidak menggunakan dana dari USAID Drs. Sutrisno, M.Pd. Kepala Seksi PRIORITAS, karena SMP Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten menggunakan Karanganyar. modul USAIDDBE3 maka tetap diharapkan adanya pengawasan penggunaan modul secara langsung pada saat pelatihan dari tim USAID PRIORITAS. Pengawasan yang dilakukan dari tim USAID PRIORITAS diharapkan akan memberikan kebermaknaan dalam proses pelatihan yang telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat pendidikan Karanganyar. Namun yang paling penting adalah program ini dampaknya bisa dirasakan dan dilakukan secara terus-menerus. “Tidak hanya obor blarak, setelah selesai pelatihan ya sudah tidak digunakan lagi, oleh karenanya kegiatan semacam ini memang butuh kerja keras yaitu berupa pendampingan dan pengawasan secara intensif, sehingga pihak ketiga seperti USAID PRIORITAS ini jangan sampai berhenti untuk mendampingi pengembangannya,” harapnya.
Integrasi Pendidikan Karakter dalam Manajemen Berbasis Sekolah Karanganyar. Pendidikan karakter belum dipahami sepenuhnya oleh para guru sebagai sebuah hal yang sangat penting bagi masa depan peserta didik. Karakter masih sebatas slogan yang ditulis dan ditempelkan di dinding untuk dibaca, dan belum menjadi perspektif dalam setiap pelaksanaan. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek-aspek pendidikan karakter ke dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan kurang memadai. Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar berinisiatif menyelenggarakan pelatihan yang mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam PAKEM, peran serta masyarakat (PSM), ekstrakurikuler dan budaya sekolah yang didukung oleh manajemen berbasis sekolah (MBS). Pelatihan diikuti oleh 506 Sekolah Dasar di Karanganyar. Masing-masing
sekolah diwakili oleh seorang kepala sekolah dan/atau seorang lagi yang ditugasi. Ke 506 peserta tadi dibagi ke dalam tiga gelombang (1(27/2-1/3), II (21-23/3), dan III(25-27/3)). Pelatihan dimulai dengan pembahasan grand design pendidikan karakter dan MBS, kemudian diperlihatkan fakta-fakta implementasi pendidikan karakter dalam budaya sekolah dan pelaksanaan MBS. Setelah peserta memahami tentang poinpoin tersebut, peserta mulai diajak untuk merancang pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam PAKEM, baik dalam mapel Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, IPS, ataupun matematika. Setelah sesi mapel selesai, sesi dilanjutkan dengan pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, sesi PSM, dan terakhir integrasi pendidikan karakter ke dalam pembelajaran tematik. Setelah semua
LENSAP PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013 L8ENSA RIORITAS
materi dirasa sudah dikuasai oleh peserta, maka sesi terakhir yaitu perencanaan replikasi MBS dan penyusunan rencana tindak lanjut. Hasil evaluasi yang dilakukan dan dilanjutkan dengan penguatan dari fasilitator, terlihat bahwa peserta dapat menerima materi secara baik. “Peserta telah dirasa menguasai kemampuan penginterasian, namun yang menjadi nilai utama bukanlah pada saat pelatihan, tetapi aplikasi di sekolah masing-masing.” Kata Danuri, salah satu fasilitator pelatihan tersebut. “Oleh karenanya, kami akan mendampingi dalam penyemaian- Suasana Pelatihan Intergrasi Pendidikan Karakter di Karanganyar nya di sekolah.” lanjutnya tegas.
Edisi 03, Februari - April 2013 - LENSA PRIORITAS
7
LENSA Praktik yang Baik
Asyiknya Belajar Koordinat di Luar Kelas Purworejo. Kebiasaan belajar matematika HANYA di dalam kelas perlu diubah. Hal tersebut sebagai upaya untuk menghilangkan pandangan siswa bahwa matematika merupakan pelajaran yang abstrak dan membosankan. Salah satu hal yang saya lakukan untuk mengubahnya yaitu dengan membawa siswa ke lapangan hijau untuk belajar tentang koordinat. Belajar tentang koordinat saya buat realistis dengan memperbesar garis koordinat yang terbuat dari tali rafia. Meragakan koordinat di tanah lapang diharapzkan akan mampu memberikan gambaran nyata bagi siswa tentang sebuah koordinat. Soal-soal yang terdapat pada lembar kerja siswa tidak lagi berupa angka namun berbentuk narasi yang menyenangkan dan familiar karena dihubungkan dengan issue yang hangat dan sedang berkembang saat pelajaran berlangsung. Misalnya kalau sekarang sedang hangat berita sepak bola, maka redaksi narasi soal matematikapun menyinggung tentang bola, contohnya “rumah pesepakbola nasional Irfan Bachdim terletak pada kordinat (-3, 7), selanjutnya pada setiap hari sabtu dan minggu Irfan Bachdim mengikuti pelatnas di Senayan dengan kordinat (6, -9) dan seterusnya. Kegiatan awal yang saya lakukan yakni berusaha mendekatkan kompetensi dasar kordinat dengan beberapa kompetensi
dasar yang lain kemudian selanjutnya disepakati dengan merumuskan topik untuk beberapa kompetensi dasar, saya berharap pelaksanaan pembelajaran akan lebih efektif dengan penyajian satu topik tetapi menaungi berapa kompetensi dasar yang relevan. Selanjutnya mengemas ranah pertanyaan tingkat tinggi untuk matematika dengan bentuk narasi yang mampu juga mengaktifkan siswa secara fisik maupun mental siswa. Setelah persiapan selesai, saya membagi kelompok dan mengarahkan siswa untuk membuat penampang koordinat dengan menggunakan tali rafia, mengukur jarak antar koordinat satu dengan lainnya dan membuat tambatan untuk setiap koordinat. Setelah itu siswa melakukan aktivitas dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan narasi yang ada dalam soal. Siswa aktif dilibatkan dalam mengamati gerak-gerik teman yang lain dan apabila kurang benar menentukan koordinat di lapangan hijau langsung bisa memberikan masukan yang dikerjakan oleh temannya, apakah itu benar atau salah, sehingga suasana menjadi meriah. Setelah pembelajaran selesai, saya mengumpulkan siswa dan menanyakan kesannya, dengan serempak mereka menjawab “asyik pak!” seperti bermain “gobak sodor!” celetuk beberapa siswa. * Penulis: Ahmad Supeno, S.Pd. Guru Matematika di SMP Negeri 8 Purworejo
Pengarahan Guru Sebelum Siswa Membuat Koordinat dengan Menggunakan Tali
Pemasangan tiang dan tali setelah siswa mengetahui tugas dalam panduan yang diberikan
Siswa sedang mencari titik koordinat dari soal yang diberikan oleh guru.
Adaptasi Mitra USAID, Sabet Juara 1 Lomba Green School Nasional
dalam lomba Green School yang diadakan oleh UNNES dalam rangka UNNES Green School Award 2013, SMPN 2 Banjarnegara bisa menjadi juara 1,” celetuknya bahagia. Banjarnegara. Saling mengisi dan saling sekolah hijau dan pembelajaran berbagi. inilah semangat yang ada di SMP bermakna. “Sebagai sekolah yang terpilih menjadi Negeri 2 Banjarnegara. Kunjungan Belajar “Banyak yang kami pelajari dan mitra USAID PRIORITAS, kami akan bagi mitra USAID PRIORITAS di Jateng menginspirasi di SMPN 3 Karangayar, mengembangkan prinsip pembelajaran (27/2-1/3) membawa berkah. Pasalnya mulai dari pengelolaan sampah menjadi bermakna dan kontekstual sesuai dengan SMPN 2 Banjarnegara merupakan kompos, bank sampah, pendisiplinan dan harapan dari USAID PRIORITAS, kami sekolah yang menerapkan pola penyadaran tanggung jawab siswa pengembangan sekolah hijau. Dan sekolah terhadap lingkungan, biopori yang sudah sudah mengawalinya dengan baik dengan sekolah hijau, setelah banyak hal yang yang menjadi tujuan adalah SMPN 3 memadai, pemanfaatan sampah tutup Karanganyar yang merupakan mitra kaleng plastik yang dimanfaatkan menjadi saya dapatkan dalam pelatihan yang USAID-DBE yang juga mengembangkan penama tumbuhan, kawasan konservasi diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, tumbuhan, dan banyak lagi saya akan coba kombinasikan dan satukan contoh-contoh yang antara pembelajaran bermakna/CTL dan menginspirasi saya dan bapak pengembangan sekolah hijau semoga kepala sekolah ketika kunjungan,” ungkap Bapak Heri hasilnya akan menggembirakan dan sekolah bisa lebih baik lagi,” terang Doko Purwanto, salah satu wakil kepala sekolah yang ikut dalam Harwanto, S.Pd., MM. Kepala Sekolah kunjungan belajar. “Begitu SMPN 2 Banjarnegara yang juga fasilitator Pak Heri sedang melihat piagam penghargaan Green School tingkat nasional datang kami langsung daerah USAID PRIORITAS di Kabupaten (ft. tengah) dan lingkungan sekitar SMPN 2 Banjarnegara (ft. kanan dan kiri) realisasikan dan alhamdulillah Banjarnegara.
8
LENSA PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013
LENSA PRIORITAS
LENSA Praktik yang Baik
“Buanglah Sampah Sesuai Manfaatnya!” Karanganyar. Seperti dalam judul tulisan ini sampah merupakan bagian yang berarti bagi SMP Negeri 3 Karanganyar. “Akan selalu ada dan ada lagi sampah, tinggal bagaimana kita mengelolanya.” Jelas Kusmanto, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan. Jumlah siswa yang mencapai kurang lebih seribu siswa merupakan jumlah yang besar sebagai penghasil sampah produktif. Oleh karena itu, sampah perlu dikelola sehingga dampak negatif seperti kondisi lingkungan sekolah kotor, bau menyengat, saluran sanitasi menjadi Membangun Spirit macet, lebih-lebih dampak psikologis Sekolah melalui kepada siswa Unggul yaitu mendorong mereka membuang sampah sembarangan Sosialisasi Program karena melihat lingkungan sudak kotor, dapat USAID PRIORITAS dikurangi bahkan dihilangkan. Dampak psikologis tersebutlah yang paling berbahaya bagi perkembangan siswa. “Mereka akan menjadi dewasa dan membawa kebiasaan tersebut dalam kehidupannya nanti.” Cemas Kusmanto. Untuk mengantisipasi hal tersebut SMP Negeri 3 Karanganyar sangat concern dalam penataan lingkungan khususnya
dalam manajemen sampah. Beberapa hal yang dilakukan yaitu membentuk organisasi pengelolaan sampah yang anggotanya terdiri dari guru dan siswa. Tugasnya yaitu menegakkan kedisiplinan siswa dan guru dalam membuang sampah. Siswa yang membuang sampah sembarangan di denda 1000, guru 10.000. dan denda untuk merokok di lingkungan sekolah senilai Rp. 25.000,-. “Pernah salah seorang guru merokok di tempat yang dikiranya aman di lingkungan sekolah. Namun tiba-tiba ada 2 orang siswa yang datang dan menunjukkan form pelanggaran, kemudian meminta guru menandatanganinya serta membayar denda, karena merasa malu guru tersebut akhirnya menandatangani dan membayar denda,” ungkap Kusmanto. Bank Sampah dan Alternatif Pengolahan Sampah Kebijakan lain yang mendukung kebijakan sekolah hijau dan manajemen pengelolaan sampah di SMPN 3 Karanganyar yaitu diberlakukannya sistem bank sampah di sekolah. Pengelolaan bank sampah yang dijalankan dikelola oleh siswa dan guru secara sinergis. Sekolah juga telah memfasilitasi
Papan Penunjuk Kantor Bank Sampah SMPN 3 Karanganyar
Mesin pencacah sampah untuk mempercepat pembuatan kompos
Proses pengomposan di SMPN 3 Karanganyar
Pembelajaran di lingkungan sekolah yang hijau
LENSA PRIORITAS
sebuah kantor khusus sebagai sekretariat bank sampah yang dibuka dan beroperasi setiap hari Jumat untuk bertransaksi. Prosesnya dimulai dari pengumpulan sampah di lingkungan kelas yang menjadi tanggung jawab siswa di kelas tersebut. Setiap hari jum’at perwakilan dari kelas akan mengumpulkan dan memilah sesuai dengan jenis dan kegunaannya. Setelah dipilah sampah dikumpulkan jadi satu dan dibawa ke bank sampah untuk bertransaksi dengan petugas yang sedang piket. Harga yang diberikan 75% lebih murah dari harga normal. Kegiatan ini berlangsung setiap hari Jumat setelah senam pagi. Bila dirasa sampah yang terkumpul sudah mencukupi maka petugas akan memanggil pengepul sampah untuk menimbang dan mengambil sampah. Uang yang terkumpul dari transaksi tersebut akan dikembalikan ke kelas yang selanjutnya dijadikan kas kelas. Dana selebihnya digunakan untuk pengembangan green school di sekolah. Selain sampah yang laku dijual, hasil pemilahan sampah ada yang diolah menjadi kompos. “Kami menyediakan alat untuk menggiling sampah, menghancurkannya sehingga akan mempercepat proses menjadi kompos,” terang Drs. Aris Munandar, M.Pd. Kepala SMPN 3 Karanganyar. Kompos dibuat bersama-sama antara siswa, guru, dan pengurus sekolah. Setelah kompos jadi, sebagian besar digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di lingkungan sekolah. maklum saja karena banyak jenis tanaman yang dikembangkan di sekolah yang memiliki luas hampir 2 hektar ini. Bila kebutuhan kompos untuk kelas sudah terpenuhi dan ada kelebihan stok kompos, maka kompos akan didistribusikan ke luar sekolah atau dijual di pasar bebas. Proses pembuatan kompos, pengelolaan sampah, sekolah hijau, dan pembiasaan positif lainnya merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran bermakna yang ditanamkan kepada siswa. “Yang lebih penting adalah pembelajaran pada anak, bagaimana seharusnya berinteraksi dengan lingkungan, pemahaman anak tentang sampah, cara pengelolaannya dan cara memanfaatkannya, itu yang paling utama!” Tegas Aris Munandar.
Kebiasaan Jumat Bersih
Edisi 03, Februari - April 2013 - LENSA PRIORITAS
9
LENSA Praktik yang Baik
Dinding-dindingpun Bisa Jadi
Media Pembelajaran yang Efektif Karanganyar. “Menyenangkan dan menantang, saya bisa lebih paham apa yang disampaikan oleh guru. Mengerjakan tugas bisa langsung mencari di koran atau majalah. Kalau di sesi diskusi saya bisa menghargai pendapat orang lain, karena ternyata mencari bahan dan menyiapkan presentasi itu juga lumayan sulit. Untuk mencari berita juga kita refreshing karena keliling-keliling kota,” terang Andini kelas 9D siswa SMPN 3 Karanganyar. Setidaknya begitulah komentar salah
Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok kepada teman sekeleasnya melalui media dinding
Hasil pekerjaan kelompok siswa
seorang siswa yang selesai menyelesaikan presentasinya dalam pembelajaran PKn didepan teman-temannya. Pembelajaran PKn sering terkesan membosankan sehingga siswa kurang antusias dalam pembelajaran. Karena dari awal sudah merasa kurang antusisas, siswa kurang terdorong untuk berekplorasi tentang apa yang sudah dilakukan dan pada akhirnya pembelajaran kurang membentuk jati diri siswa. Alasan tersebut yang mendasari Pak Sundarumaya melakukan beberapa modifikasi dalam desain pembelajaran. Modifikasi dilakukan pada pembelajaran
10
bertema memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bentuknya berupa tugas kolaborasi, observasi, dokumentasi, diskusi dan presentasi. Model presentasi dilakukan dengan memanfaatkan tugas yang telah dibuat dan dikerjakan siswa dalam observasi baik itu di perpustakaan, sekolah, maupun di masyarakat. Hasil observasi tersebut dituangkan dalam kertas ukuran besar dari kalender atau kertas bekas lain. Kertas tersebut kemudian ditempel dengan foto, gambar, atau deskripsi tertentu sesuai dengan kompetensi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran sesuai kreativitas siswa. Hasil tugas tersebut kemudian dikonsultasikan kepada guru pembimbing dan setelah sesuai dengan kriteria ditempelkan di sudut-sudut ruangan kelas. Dalam pertemuan selanjutnya, siswa bersama kelompoknya (3-4 siswa) diminta untuk menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-teman yang lain. Kelompok lain diberikan kesempatan
untuk memberikan tanggapan dan penilaian terhadap kelompok tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kelompok mempresentasikan tugasnya masing-masing. Setelah semua siswa mempresentasikan tugasnya yang berada di sudut-sudut kelas, guru memberikan evaluasi baik dalam konten materi ataupun cara mempresentasikan. Hal ini dilakukan untuk memberikan penguatan, refleksi dan memberikan pemahaman lebih kepada siswa tentang apa yang telah mereka kerjakan dan memberikan bekal skill kepemimpinan kepada mereka. “Model ini merupakan pengembangan dari model kooperatif, namun sengaja memang saya modifikasi khususnya dalam pembelajaran PKn, karena kebanyakan siswa ketika mendengar atau melaksanakan pembelajaran PKn akan merasa bosan dan rata-rata pasti menggunakan model ceramah,” terang Sundarumaya guru PKN SMPN 3 Karanganyar.
USAID PRIORITAS Dokumentasikan Keberhasilan Penataan Distribusi Guru di Purworejo Purworejo. Pengalaman keberhasilan penataan guru di Purworejo dianggap sukses oleh USAID PRIORITAS karena kebijakan tersebut berdampak cukup efektif. Disparitas mutu satuan pendidikan dapat dikurangi. Bahkan guru dapat lebih efektif untuk memenuhi kewajiban mengajar yang sesuai dengan kualifikasinya. Anggaran langsung dan tidak langsung Purworejo juga sudah mencapai 65%, turun dari dua tahun sebelumnya yang mencapai 70% lebih. Hal tersebut karena beberapa sekolah telah di regroup, jumlah guru sudah disesuaikan dengan jamnya dan tentu saja kualitas sudah sedikit demi sedikit merata. Keberhasilan penataan tersebut perlu disebarkan, karena permasalahan penataan guru banyak dihadapi oleh daerah lain. Untuk menyebarkan keberhasilan tersebut USAID PRIORITAS kemudian
LENSA PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013
Tim USAID PRIORITAS (Afifuddin, PhD dan Anwar Kholil) sedang mewawancarai ketua PGRI dan wakilnya terkait penataan guru di Kab. Purworejo
mendokumentasikan dalam bentuk video dokumenter praktik yang baik (good practices). Selama lima hari (3-7/5) tim USAID PRIORITAS mendokumentasikan dampak kebijakan di lapangan dengan mewawancarai Bupati, DPRD, Kepala Dinas P&K, Kepala BKD, Dewan Pendidikan, PGRI, kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan siswa yang terkena dampak kebijakan. Baca Dokumentasi... hal 12
LENSA PRIORITAS
LENSA Praktik yang Baik
Media Kertas Origami dan Lukisan: Mudahnya Menghitung Luas Persegi dan Memahami Jenis Pekerjaan Banjarnegara. Kegiatan pembelajaran tematik masih sering mengalami jet lag dari satu Kompetensi Dasar (KD) ke KD yang lain saat eksplorasi berlangsung. Bahasa sederhanya perpindahan KD ke KD melompat, berjarak, atau tidak soft. Pengalaman ini akan menjawab masalah tersebut agar kegiatan pembelajaran berjalan soft dalam satu rangkaian tema menjaga kelestarian lingkungan dangan KD matematika yakni menghitung luas persegi dan persegi panjang, dan KD IPS Jenis-Jenis pekerjaan. Kegiatan diawali dengan teknik apersepsi menggunakan “tepuk semangat”, dan menyanyikan lagu 12…34… 56…. (digubah dengan lagu; siapa mau hitung ubin, cari luas sampai dapat, sungguh senang amat senang, hitung luas ubin sungguh senang). Selanjutnya tema dan tujuan pembelajaran disampaikan dengan mengaitkan pada materi tematik sebelumnya dalam satu rangkaian. Kemudian guru membimbing siswa untuk menyebutkan orang-orang disekitarnya berdasarkan profesi. Guru memberikan contoh tukang becak, kemudian membimbing siswa untuk menyebutkan setidaknya 8 profesi yaitu tukang sapu, guru, tukang pos, dokter, tukang becak, penjual bakso, petani, arsitek, polisi yang kemudian guru meminta siswa berkelompok berdasarkan nama-nama tersebut. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Apabila kelompok telah terbentuk, guru mengajak siswa mempersiapkan media dengan memasang gambar seorang arsitek, petani, dan petugas kebersihan (tukang sapu) untuk mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan. Kemudian guru menjelaskan tentang pekerjaan dan pengertian luas dalam gambar hubungannya dengan kelestarian lingkungan. Misalnya seorang arsitek harus menghitung berapa ubin yang akan dipasang dalam satu ruangan, seorang petani berpikir berapa petak sawah yang akan ditanami padi dalam satu hektar, sementara tukang sapu berpikir berapa banyak daerah yang akan dibersihkan untuk meraih lomba adipura daerah kota. Setelah mengamati gambar dan mendengarkan penjelasan, guru
LENSA PRIORITAS
membimbing siswa untuk menemukan pengertian luas. Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk menebak benda (dalam kelas) maupun media peraga gambar yang berbentuk persegi dan persegi panjang dengan luas paling besar atau kecil. Siswa mengurutkan urutan luas dari besar ke kecil. Setelah terurut guru membagikan sumber tugas 1 dan lembar kerja siswa I yang salah satu isinya meminta setiap kelompok bermain peran berkaitan dengan pekerjaan. Salah seorang siswa dalam kelompok menjadi narasumber yang akan diwawancarai. Siswa yang ditunjuk menjadi narasumber diberi Kartu Profesi tentang diskripsi pekerjaannya. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber tentang pekerjaan (apa, dimana) dan manfaat bagi masyarakat, mengapa memilih jenis pekerjaan dan sebagainya. Siswa yang lain (dalam satu kelompok) mencatat hal-hal yang penting dan menuangkannya dalam daftar atau tabel (diskusi kelompok). Hasil diskusi kelompok kemudian ditukar dengan kelompok lain dan dibacakan secara bergiliran. Guru memberi kesempatan siswa berpikir dan memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tulisan terkait hasil diskusi kelompok. Siswa menempelkan hasil diskusi ke papan pajangan yang telah disediakan. Setelah selesai mengerjakan kegiatan, guru dan siswa melakukan tepuk tangan semangat lagi untuk memotivasi siswa. Setelah dirasa siswa sudah fresh lagi, Guru bertanya kepada siswa bentuk bangun ubin yang diinjak siswa. Dengan kertas lipat yang sudah dibagikan, siswa menghitung petak yang menutupi luas ubin. Bila telah selesai sesuai waktu yang ditentukan, masing-masing kelompok menyampaikan hasilnya dan dilanjutkan dengan menugaskan siswa mengerjakan lembar tugas dan lembar kerja II yang dibagikan berdasarkan pemodelan tadi. Siswa menghitung petak satuan (luas) yang menutupi dalam suatu bangun dengan menggunakan kertas origami (lipat, sesuai tugas kelompok masingmasing). Dengan metode pengubinan, masingmasing mencari luas benda sesuai dengan
tugas masing-masing kelompok. Masingmasing kelompok mengambil kesimpulan dengan mencari rumus luas. Kegiatan mencari rumus luas merupakan kegiatan inti. Bila telah ditemukan luas oleh masing-masing kelompok kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan tentang hal-hal yang belum dipahami dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan terkait materi dan siswa dipicu untuk bersemangat menjawab. Setelah dirasa siswa mampu menguasai pembelajaran selanjutnya guru menyimpulkan materi bersama dengan siswa. “Sekarang saya mengerti cara menghitung luas persegi. Senang bisa belajar sambil bernyanyi juga.” Celoteh salah satu siswa kelas 3 SDN Semarang 1 Banjarnegara setelah pembelajaran selesai.
Mengukur luas Ubin di halaman kelas secara berkelompok
Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok
Siswa memajangkan Hasil Karya kelompok di kertas Plano yang ditempelkan di dinding kelas
Edisi 03, Februari - April 2013 - LENSA PRIORITAS
11
Dokumentasi...
Sambungan dari hal 10
pada 3 Oktober 2011untuk menata pemerataan distribusi guru secara nasional. Untuk mendukung kebijakan pemerintah tersebut. USAID PRIORITAS mengembangkan program Pengembangan Kapasitas dalam Penataan dan Pemerataan Guru yang akan diimplementasikan di 60 daerah mitra. Bentuknya berupa pelatihan dan Bantu Daerah Menata Distribusi pendampingan pada stakeholder terkait Guru pemerataan guru. Video yang dibuat USAID PRIORITAS, Pengembangan program dalam menjadi bagian dari upaya membantu bantuan tersebut dapat digunakan untuk pemerintah dalam menata distribusi guru. menyusun rencana strategis, penataan Pemerintah juga telah menerbitkan surat pencapaian standar minimal, pembuatan peraturan bersama (Perber) 5 menteri ”Kami akan menyebarluaskan inisiatif yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Purworejo dalam menata distribusi guru sehingga semakin banyak daerah yang terinspirasi untuk mengembangkan hal yang sama,” kata Afifuddin, Ph,D, Spesialis Monitoring dan Evaluasi USAID PRIORITAS.
penganggaran untuk efektivitas dan efisiensi pemerataan guru. ”Kami akan membantu kabupaten/kota dalam melakukan analisis kecukupan dan kebutuhan guru yang hasilnya digunakan untuk membuat kebijakan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Bila distribusi guru merata dan sesuai kebutuhan maka hal itu dapat meningkatkan kualitas pendidikan dari aspek kecukupan guru. Pembiayaan dana BOS juga bisa difokuskan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” jelas Dr. Mark Heyward Adviser Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan USAID PRIORITAS.
Dapatkan Informasi tentang berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, dan diskusi online forum sekolah di
12
www.prioritaspendidikan.org LENSA PRIORITAS - Edisi 03, Februari - April 2013 LENSA PRIORITAS