USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan,Inovasi,dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
ISSN 2460 - 3880 Edisi XIII Okt - Des, 2015
Seuramoe PRIORITAS Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Pemerintah Aceh Alokasi Rp. 16,6 M untuk Pelatihan Guru di 10 Kab/Kota
Gambar Kiri: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Aceh, Daud Pakeh, mendapat penjelasan dari siswa SDN 2 Lampahan Bener Meriah tentang pemanfaatan lingkungan untuk daur ulang air. Gambar Kanan: Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo, menebak “Tomat Ilmu - Mengenal Pemimpin Negeri” hasil karya siswa SMPN Percontohan, Aceh Tamiang. Keduanya terkesan dengan hasil karya yang dipamerkan dalam Unjuk Kar ya Praktik yang BaikTingkat Nasional di Gedung A Kemdikbud Jakarta (28/10). USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
BANDA ACEH - “Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru sangat penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena, itu kami telah menganggarkan dana 16,6 milyar untuk diseminasi program USAID PRIORITAS ke 10 kabupaten/kota nonmitra untuk pemerataan kualitas guru, kepala sekolah, dan pengawas di tahun 2016 ini,” kata Hasanuddin Darjo, Kepala Dinas Pendidikan Aceh saat membuka lokakarya perencanaan strategis PKB untuk guru, di Banda Aceh (21/12). Kegiatan PKB untuk para guru Aceh, tentang pelatihan peningkatan kompetensi tenaga pendidik tahun 2016, bertajuk Pelatihan Pedagogik dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk jenjang SD dan SMP. “Tahap awal, dinas pendidikan bersama LPTK, LPMP Aceh, dan USAID PRIORITAS menyeleksi 40 orang fasilitator daerah (fasda) per-kab/kota,” jelas Suriadi Kasi Kurikulum Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan Aceh. 40 fasda, terbagi atas 15 fasda pembelajaran dan 5 fasda MBS masing-masing jenjang dengan total 400 orang. “400 orang fasda akan menjadi motor penggerak di kabupatennya,” tambah Suriadi.
Setelah mengikuti ToT (Training of Trainers) di Banda Aceh, para fasda ini selanjutnya melatih pada tingkat sekolah di kabupatennya. “Seluruh metode dan modul pelatihan kita adopsi dari program USAID PRIORITAS,” lanjut dia. Dalam kegiatan ToT selama 7 hari itu, USAID PRIORITAS akan melibatkan 30 orang fasda tingkat provinsi yang akan memperkuat pendalaman Modul 1, 2 dan 3 bagi fasda Dinas Pendidikan Aceh yang terpilih. Termasuk saat pelatihan sekolah di tingkat kabupaten, 2 orang fasda provinsi dan 2 orang fasda kabupaten mitra USAID PRIORITAS akan mendampingi di 10 kabupaten/kota. Pelatihan tingkat kabupaten sendiri dilakukan secara berjenjang, yaitu mulai Modul 1 pada bulan Juli, Modul 2 pada bulan Oktober dan Modul 3 pada bulan November. Di setiap jeda pelatihan, para fasda akan melakukan pendampingan ke sekolah mitranya. Semua pembiayaan diseminasi program USAID PRIORITAS di Aceh dibiayai oleh Dinas Pendidikan Provinsi melalui Anggaran Pendapatan Belanja Aceh Tahun 2016. Kecuali 3 hal yang dibiayai oleh USAID PRIORITAS, yaitu kegiatan sosialisasi program, persiapan ToT dan pendampingan pelatihan di kab/kota.
Daftar Isi: Rp. 2,1 M untuk Diseminasi di Kabupaten Mitra
Halaman 2 ..................................................................... LPTK Perlu Melatih Guru Secara Kontinu
Halaman 3 ...................................................................... Plural Form Bertema Snake and Ladder
Halaman 4
...................................................................... Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-kupu yang Punah
Halaman 5 ..................................................................... Hasil Karya Siswa Jadi Sumber Belajar
Halaman 5 ..................................................................... Belajar Pengawetan Makanan dengan Telur Asin
Halaman 6 ...................................................................... Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu Jemputan
Halaman 6 ..................................................................... Kantor Pemantauan Gunung Berapi Sebagai Sumber Belajar Halaman 7
Kunjungi kami di: www.prioritaspendidikan.org
Seuramoe PRIORITAS
SE
Seuramoe Utama
Hingga Desember 2015, Rp. 2,1 M Teralokasi untuk Diseminasi di Kabupaten Mitra BANDA ACEH - Sejak program USAID PRIORITAS diluncurkan di Aceh, sebanyak Rp. 2.174.770.100 telah teralokasi untuk penyebarluasan (diseminasi) pelatihan Praktik yang Baik. Dana tersebut bersumber dari APBK (Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten), BOS dan dana mandiri guru untuk meningkatkan kompetensinya. Pada akhir 2015, Dinas Pendidikan Aceh Tengah mengucurkan Rp. 72 juta untuk melatih guru, kepsek, pengawas dan komite SD terutama meningkatkan kemampuan guru mengajar di kelas. Kepala Dinas Pendidikan Aceh Tengah, Nasaruddin mengharapkan para peserta dapat membawa perubahan pembelajaran di sekolah. “Kami harap para peserta dapat membawa ilmu baru ke sekolah dan menerapkannya secara menyeluruh,” kata Nasaruddin. “Apalagi kegiatan ini menggunakan anggaran rakyat, berikanlah yang terbaik untuk masa depan anak-anak kita,” lanjutnya saat membuka kegiatan di Penggasing (3/10). Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan
Aceh Tamiang, Ikhwanuddin, di hadapan 433 orang guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah dasar se-Aceh Tamiang menegaskan perlunya keseriusan guru untuk berlatih agar terampil dalam proses pembelajaran, “Seperti juga para atlit, para guru dituntut terus berlatih agar makin terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas,” kata Ihkwan saat membuka Diseminasi Pelatihan Modul 1 dan 2 USAID PRIORITAS jenjang SD di Aula SMPN 1 Manyak Payed (30/9). Di Pidie Jaya, SMPN 2 Meureudu dengan dana BOS dan mandiri guru melakukan diseminasi untuk seluruh guru. “Dengan diseminasi pelatihan ini kita harap mulai tahun ajaran 2016 kita dapat menerapkan sistem pembelajaran kontekstual yang lebih baik,” kata Abdul Jabbar, Kepala Sekolah SMPN 2 Meureudu. Sebelumnya, kegiatan ini dibuka kepala dinas pendidikan Pidie Jaya, dengan harapan sesama guru dapat saling berbagi dan selalu mengasah ilmu untuk menjadi guru profesional. Kabupaten Aceh Jaya melaksanakan diseminasi pelatihan Praktik yang Baik
Modul 2 dan Modul 3 untuk guru-guru SMP yang tergabung dalam MGMP di kabupaten tersebut (24/10). “Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola kelas dan melaksanakan proses pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan,” kata Kabid Dikdas Disdikpora Aceh Jaya, Abdul Jabar. Ia berharap hasilnya dapat ditularkan kepada guru lainnya agar kreativitas para guru dapat meningkat dan penyelenggaran MGMP dapat dilakukan secara mandiri, bermutu dan berkelanjutan. Kabupaten Pidie, Bireun, Bener Meriah, Aceh Utara, dan Aceh Barat Daya juga melaksanakan diseminasi secara mandiri maupun menggunakan sumber dana APBK. Bahkan Kepala Dinas Pendidikan Pidie, Murthalamuddin mengajak seluruh guru jenjang pendidikan dasar untuk terus meningkatkan keterampilannya mengajar dengan cara mendiseminasikan pelatihan Praktik yang Baik USAID PRIORITAS secara mandiri dan memanfaatkan fasilitator daerah sebagai aset daerah dalam mempercepat peningkatan mutu pendidikan.***
Statistik Diseminasi di Kabupaten Mitra
Dokumentasi Diseminasi
• Pembelajaran SMP/MTs: 357 sekolah • Pembelajaran SD/MI: 948 sekolah • MBS: 216 sekolah • Inklusi: 59 sekolah (SD) Melibatkan: • Guru: 909 orang • Kepsek & Komite: 468 orang
2
1
3 USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Foto: (1) Guru melakukan praktik pembelajaran di sekolah pada diseminasi pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran jenjang SD di Bener Meriah; (2) Komite sekolah, Kepsek dan Guru duduk bersama merencanakan program sekolah pada diseminasi Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah di Aceh Tamiang; (3) Kelompok mapel dalam pelatihan Praktik yang Baik jenjang SMP di Bireuen.
Nama 10 Kab/Kota Diseminasi Program USAID PRIORITAS Aceh oleh Dinas Pendidikan Aceh - Kabupaten Aceh Barat - Kabupaten Nagan Raya - Kabupaten Aceh Singkil - Kabupaten Simeulue - Kabupaten Aceh Selatan - Kabupaten Gayo Lues - Kabupaten Aceh Tenggara - Kota Lhokseumawe - Kota Langsa - Kota Subulussalam
Penanggungjawab: Ridwan Ibrahim; Tata Letak dan Editor:Teuku Meldi Kesuma; Tim Redaksi:Tim USAID PRIORITAS Aceh; Alamat: Komplek Dolog Desa Tanjung, Jl.Tanjung Indah Utama No 1 Desa Tanjong - Banda Aceh 23371. Telepon: (0651) 8011166, Fax(0651) 8011167. Kritik & Saran: format Microsoft Word dengan jumlah kata 200--350. Lampirkan foto yang relevan
[email protected]. Sumbangan Naskah ditulis dalam dengan tulisan dalam format JPG. USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students.
2
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
Seuramoe PRIORITAS
Seuramoe Berita
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
LPTK Perlu Melatih Guru Secara Kontinu
Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng.
BANDA ACEH — Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng, menyatakan bahwa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) perlu melatih guru secara kontinu agar guru selalu terlatih dan mendapatkan ilmu yang baru. “Di Jepang, setiap musim panas sekolah diliburkan, guru-guru masuk ke universitas untuk belajar kembali selama satu bulan, memperoleh ilmu baru dan mengembangkan diri dalam pembelajaran,” Samsul menjelaskan pengalaman saat menjadi mahasiswa di Jepang. Dia berharap guru di Aceh secara berkala dapat kembali ke universitas untuk belajar saat liburan sekolah. Usulan ini disampaikan pada kegiatan
Lokakarya Perencanaan Bisnis Strategis LPTK yang dihadiri civitas akademik Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, Universitas Muhammadiyah Aceh, Universitas Al Muslim Bireuen, Universitas Jabal Gafur Pidie dan Universitas Serambi Mekkah serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag Aceh. Kegiatan yang bertema “Peluang dan Tantangan LPTK Sebagai Service Provider” berlangsung sehari di Hotel Hermes Banda Aceh (12/10). Para peserta membahas berbagai topik, di antaranya identifikasi, dan pemetaan mitra potensial, sumber daya, donor yang bisa diakses, dan bentuk layanan yang bisa diberikan, untuk memperkuat peran LPTK sebagai penyedia layanan atau service provider untuk mampu menyediakan pelatihan yang sesuai kebutuhan guru. Peran LPTK diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai pelatihan seperti pembelajaran PAKEM/CTL, MBS, Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penyusunan dan pengembangan Renstra Pendidikan, Pemetaan dan Penataan Guru, dan berbagai aspek pendidikan yang lain.
Perkembangannya, peran LPTK adalah berupa pemberian Pre-Service Training bagi mahasiswa calon guru, secara individual para dosen banyak diminta memberikan pelatihan In-Service Training bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas serta memberikan layanan konsultasi bagi dinas pendidikan dan kantor Kemenag. Kemitraan LPTK Unsyiah dan UIN Ar Raniry dengan USAID PRIORITAS telah mengembangkan berbagai bentuk kerja sama, di antaranya (1) Menguatkan program praktik mengajar untuk mahasiswa (pra jabatan) dan pendidikan profesi guru (dalam jabatan); (2) Melatih dosen secara langsung tentang praktik pembelajaran yang baik; (3) Melibatkan dosen dalam pelatihan di tingkat kabupaten/kota dan sekolah; (4) Melatih sekolah lab dan sekolah mitra LPTK terpilih; (5) Membantu LPTK dalam pengembangan/revisi kurikulum pendidikan guru pra dan dalam jabatan; (6) Mendukung pengembangan LPTK sebagai penyedia layanan (service provider) untuk pendidikan dalam jabatan; dan (7) Melaksanakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) bersama guru. ***
Kunjung Belajar Sekolah Praktik yang Baik MEDAN – Sebanyak 68 orang pemangku kepentingan pendidikan dari 16 sekolah/madrasah Aceh Tamiang, Aceh Utara, Aceh Barat Daya dan Pidie Jaya mengunjungi beberapa sekolah di Kota Medan (4-5/11). Para guru, kepala sekolah, komite sekolah, yang didampingi dinas pendidikan dan kemenag mendapatkan gambaran praktik yang baik pelaksanaan pembelajaran dan manajemen di sekolahsekolah mitra USAID PRIORITAS. Muhammad, Komite MIN Bandar Maligei Aceh Tamiang, mengaku mendapat pengalaman baru meningkatkan partisipasi orangtua, masyarakat, dan pihak lain di madrasah. “Pelajaran ini menjadi bekal kami untuk meningkatkan kerjasama dengan masyarakat/ lembaga/ badan di luar sekolah,” ujar Muhammad. Sementara Asmidiana, guru SDN Teupin Pukat Pidie Jaya, mengaku mendapatkan pelajaran berharga mengenai proses pembelajaran aktif. “Cara belajar siswa, cara guru mengelola pembelajaran di kelas, pendekatan guru ke siswa yang penuh kasih sayang, semua
menjadi pelajaran berharga bagi kami dalam kunjungan ini,” kata Asmidiana. Selama dua hari peserta mengunjungi MIN Medan Barat, SDN 060843, SMPN 16 Medan dan MTsN 2 Medan. Guru, kepala sekolah, dan komite yang mengikuti kunjungan ini merupakan perwakilan dari 16 sekolah/madrasah yang terseleksi menjadi Sekolah Praktik yang Baik atau Good Practice School (GPS). Sekolah GPS adalah sekolah mitra USAID PRIORITAS yang menunjukkan praktik yang baik di lingkungan sekolah, kegiatan guru dan siswa, kepemimpinan sekolah, dan partisipasi masyarakat. Empat sekolah GPS mewakili jenjang terpilih di tiap daerah kab/kota mitra USAID PRIORITAS. Sekolah GPS diproyeksikan menjadi pusat layanan pengembangan profesional dan akan menjadi pusat kunjungan sekolah lain. “Kami berharap hasil kunjungan belajar ini dapat diadopsi dan dilaksanakan di sekolah dan madrasah di Aceh Utara,” harap Zulkifli Idris Kakan Kemenag Aceh Utara.***
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Kakankemenag Aceh Utara berdialog dengan siswa saat ikut serta kunjungan belajar sekolah praktik yang baik di Kota Medan
GPS Kohor 2: Pidie Jaya: SDN Teupin Pukat, MIN Ulee Gle, SMPN 1 Meureudu, MTsN 1 Meureudu. Aceh Utara: MIN Seunuddon, SDN 16 Tanah Jambo Aye, MTsN 1 Tanah Jambo Aye, SMPN 1 Seunuddon. Aceh Tamiang: SDN Seruway, MIN Bandar Maligei, SMPN 4 Percontohan, MTsN Seruway. Aceh Barat Daya: SDN 2 Lembah Sabil, MIN Lamkuta, SMPN 1 Susoh, MTsN Unggul Susoh.
Forum Fasilitator USAID PRIORITAS
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
3
Seuramoe PRIORITAS
Seuramoe Praktik yang Baik
Pembelajaran Bahasa Inggris di MTsN Peudada, Kab. Bireuen
Plural Form Bertema Snake and Ladder Oleh Laini Wati S.Pd Media pembelajaran ini dilatarbelakangi oleh kurang pahamnya siswa untuk mengubah bentuk kata benda yaitu dari bentuk tunggal menjadi bentuk jamak. Selain itu untuk menepis pemahaman sebagian siswa kelas VII yang menganggap bentuk jamak itu cukup menambahkan huruf “S” di belakang kata benda. Hal itu terlihat dari hasil tulis mereka selama ini, dalam menggunakan kalimat yang mengandung kata benda jamak. Padahal untuk membentuk kata benda bentuk jamak terdapat beberapa aturan seperti, menambahkan huruf “es” di belakang kata benda berakhiran huruf “ch, sh, ss, x, z”. Aturan lain yaitu dari kata benda yang berakhiran “f” atau “fe” dengan terlebih dahulu merubah “f” menjadi “v” + es / “fe” menjadi “ve” + s
bahkan sampai kata benda yang tidak beraturan perubahan bentuk jamaknya seperti “child” menjadi “children”. Masih ada beberapa aturan lain dalam pembetukan kata benda bentuk tunggal menjadi jamak. Karena itu kami mencoba membuat media pembelajaran yang menarik dan berwarna-warni disertai gambar dengan bahan mudah dan murah. Salah satunya dengan permainan “snake and ladder” sebagai media pembelajaran. Komponen permainan snake and ladder ini terdiri atas papan permainan (berupa 36 bidang kotak yang berisikan kata benda yang bervariasi dalam aturan pembentukan “plural form” nya). Papan ini juga berisi instruksi bahwa pemain harus mengganti singular form menjadi plural form. Bahan
Foto: Sri Wahyuni / DC Aceh Jaya
lain pendukung permainan ini adalah bidak dan dadu besar dari kertas karton. Adapun bahan yang harus disediakan yaitu: kertas karton putih, spidol, pensil warna, penggaris, dan bidak. Permainan ini dapat dimainkan secara individu atau berkelompok. Cara mainnya mirip permainan ular tangga biasa. Pertama, guru meminta siswa berpasangan dan dimulai dengan mengocok dadu secara bergiliran, siswa melangkahi kotak demi kotak pada papan permainan dengan bidak sesuai jumlah mata yang muncul pada dadu. Siswa yang bidaknya berhenti pada kotak tersebut harus mengubah kata benda tersebut menjadi bentuk “plural form” secara tertulis dan mengucapkannya dengan tepat permainan di lanjutkan hingga mencapai finish. Pada permainan ini, jika ada pemain yang berhenti di kotak dengan gambar kaki tangga, dia berhak menaiki tangga sampai ke kotak di ujung tangga. Sebaliknya jika pemain berhenti di kepala ular, maka harus turun ke kotak bergambar ekor di bawahnya. Bagi siswa yang tidak mampu mengubah bentuk “plural form”nya, maka bidak pemain kembali lagi ke tempat semula Namun yang terpenting dalam permainan ini adalah siswa mengetahui ada aturanaturan tertentu dalam membentuk plural form sebuah benda dalam bahasa Inggris. Di samping itu siswa memperoleh tambahan kosa kata baru khususnya kata benda melalui media pembelajaran yang menarik tersebut. ***
Siswa mempraktikkan Plural Form (Gambar Atas). Hasil karya siswa (Gambar Kanan)
Hasil Karya Siswa Jadi Sumber Belajar Gusvizarni, S.Pd Kabid Dikdas, Disdik Abdya
DINDING dalam ruang pelatihan banyak dipajang kertas plano dan kertas-kertas post-it kecil dengan berbagai tulisan. Model pelatihan yang dikembangkan oleh USAID PRIORITAS tersebut awalnya menjadi aneh dan terkesan membuang anggaran. Kesan tersebut diungkapkan oleh Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Aceh Barat Daya, Gusvizarni SPd. “Awalnya, pola pelatihan dan pembelajaran yang dikembangkan ini terkesan banyak menempel kertas dan membuang anggaran. Ternyata setelah kita laksanakan di sekolah, kini kita pahami hasil karya siswa tersebut menjadi sumber belajar dan pengetahuan bagi siswa itu sendiri
4
dan siswa lainnya,” jelas Gusvizarni. Ia juga mengingatkan guru untuk selalu kreatif dalam mengajar. “Kreatif adalah kunci utama bagi guru dalam mengajar di kelas. Dalam pelatihan ini pula peserta dituntut untuk lebih kreatif sehingga sekembalinya ke sekolah nanti akan kelihatan perubahan dalam mengajar,” katanya Untuk mendiseminasikan Praktik yang Baik tersebut ke sekolah lainnya, beberapa pelatihanpun dilaksanakan dengan sumber anggaran dari APBK 2015. “Kami berharap bukan hanya sekolah mitra USAID PRIORITAS saja yang berubah, tapi semua sekolah di kabupaten ini dapat berubah lebih baik dalam pembelajaran,” harap Gusvizarni, yang juga telah menganggarkan diseminasi di tahun 2016.***
Media Pembelajaran Tidak Perlu Mahal DALAM pembelajaran, guru didorong untuk lebih kreatif dan memberikan materi yang tidak membosankan bagi siswa. Guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru dalam mengajar, termasuk mencari dan menciptakan media pembelajaran yang sederhana serta mudah dimengerti oleh siswa. Kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah, Darwin MH, “Kreatif tidak harus mahal, tapi dapat memanfaatkan lingkungan di sekitar sekolah dan barang bekas sebagai media pembelajaran,” lanjutnya.*** Darwin, MH Kadisdik Bener Meriah
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
Seuramoe PRIORITAS
Seuramoe Praktik yang Baik Pembelajaran IPA di SMP Negeri I Bendahara - Kab. Aceh Tamiang
Belajar Adaptasi dan Seleksi Alam dari Kupu-kupu yang Punah Oleh: Tina Mardiana, S.Pd.
terlihat adalah kupu-kupu yang selamat dan akan meneruskan generasi Biston betularia.
USAID PRIORITAS/ Rahmi Jafar
Proses berikutnya adalah menganalisis lembar pengamatan siswa. Hasilnya kupu-kupu yang berwarna cerah lebih banyak yang menjadi mangsa predator, sedangkan yang berwarna gelap hanya sedikit menjadi mangsa. Hal tersebut terjadi karena kupu-kupu yang berwarna gelap lebih sulit terlihat oleh predator karena lingkungan tertutup oleh jelaga atau asap polusi.
Gambar Kiri: Siswa melakukan pengamatan di halaman sekolah. Gambar Kanan: Media Biston Betularia
BANYAK siswa mengaku senang belajar Biologi karena apa yang dipelajari dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tetapi Biologi yang faktual tidak cukup hanya teori saja, karena belajar Biologi perlu pemahaman mendalam, terutama dalam mengajarkan siswa untuk mengaplikasikan ilmu Biologi dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kami membuat media sederhana untuk memberi pemahaman tentang materi Adaptasi dan Seleksi Alam yaitu menggunakan media Kupu-Kupu “Biston betularia”. Bahan yang digunakan adalah papan triplek, paku kecil, kain berwarna hitam, gunting, kertas warna (putih, kuning, hijau, biru, merah, hitam), peniti kecil dan selotip perekat. Papan triplek dipotong dengan ukuran 30 X 40 cm sebanyak 4 lembar. Selanjutnya papan triplek yang sudah dibentuk dan ditutup dengan kain hitam yang dianalogikan sebagai jelaga/asap
hitam akibat pencemaran udara. Potong kertas menjadi bentuk kupu-kupu masingmasing warna beberapa buah. Gunakan peniti sebagai badan kupu-kupu. Bungkus peniti dengan kertas yang warnanya sama dengan sayap kupu-kupu. Kemudian badan kupu-kupu yang terbuat dari peniti dipasang di papan triplek yang sudah dilapisi kain hitam. Selanjutnya, siswa dibagi menjadi 5 kelompok kecil (sesuai jumlah media). Di setiap kelompok, seorang siswa bertugas memegang papan triplek yang berisi kupukupu Biston betularia. Siswa lain bertindak sebagai predator dengan cara menghitung jumlah kupu-kupu dari jarak yang semakin jauh. Siswa yang menjadi predator menggunakan lembar pengamatan. Jumlah kupu-kupu yang terlihat adalah kupu-kupu yang akan dimangsa oleh mereka (predator). Kupu-kupu yang tidak
Kesimpulannya, kupu-kupu Biston betularia yang berwarna cerah punah akibat tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah menjadi gelap dan kotor pada masa revolusi industri di Inggris. Sebelum revolusi industri, Biston betularia yang berwarna hitam banyak dimangsa oleh predator. Tetapi saat revolusi industri terjadi dan asap hitam mencemari udara, Biston betularia yang berwarna gelap lebih adaptif dibanding dengan yang berwarna cerah. Peristiwa ini terjadi karena adanya proses adaptasi dan seleksi alam.
Warna Kupu-kupu Biston betularia Putih/cerah Kuning Hijau Biru Merah Hitam
Jumlah
Lembar pengamatan
Game Bangun Datar, Media Belajar Matematika Oleh Yunasri “IBU, besok kita belajar matematika seperti hari ini lagi ya,” kata Dayat salah seorang siswa kelas 2 SDN 2 Garot Pidie Aceh. Terlihat semua siswa menulis tanda bintang pada kertas refleksinya yang berarti mereka sangat menyukai pembelajaran hari ini. Muslih Hidayat dan teman-temannya belajar mengenal bangun datar dalam pembelajaran Matematika. Hal yang menyenangkan bagi siswa adalah menjawab kuis melalui permainan bangun datar. Awalnya kelas guru telah menyiapkan media pembelajaran matematika kelas awal yang terbuat dari karton dan beberapa gambar. Siswa dibagi atas beberapa kelompok dan berpasangan. Guru membuka pembelajaran dengan menjelaskan media pembelajaran yang telah dipersiapkan, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
USAID PRIORITAS/ Mashadi
Pembelajaran Matematika di SDN 2 Garot – Kab. Pidie
Selanjutnya setiap kelompok bermain permainan bangun datar dan menjawab kuis yang telah dipersiapkan. Masingmasing Kelompok diberi kesempatan menjawab satu kuis secara langsung dan menemukan jawabannya benar atau salah. Misalnya berapa jumlah sisi pada bangun datar atau jumlah sudut dari masingmasing bangun datar. Jika jawabannya salah, maka kelompok lain pula mendapat giliran untuk bergabung dengan kelompok kecil sehingga jumlahnya menjadi 4 siswa, begitu seterusnya hingga mendapatkan jawaban yang benar.
datar yang mereka ketahui dan mewarnainya. Setiap kelompok diberi kesempatan untuk menuliskan judul gambarnya dan menceritakan hasil gambar bangun datar yang dibuatnya kepada siswa lain sebelum dipajangkan.
Setelah semua pasangan berkesempatan bermain dan menjawab pertanyaan, perbelajaran matematika dilanjutkan dengan membuat sebuah gambar bangun datar yang disukai siswa pada lembar kerja (LK) yang sudah disediakan. Siswa secara bebas mengambarkan bangun
Ini adalah model pembelajaran yang sangat menyenangkan bagi siswa dan membuat siswa menyenangi pembelajaran matematika. Bukan hanya itu, mereka juga lebih mudah memahami materi pembelajaran, kesuimpulannya mereka belajar sambil bermain.***
Siswa sedang bermain game bangun datar.
5
Seuramoe PRIORITAS
SE
Seuramoe Praktik yang Baik Pembelajaran IPA di MIN UleeGle, Pidie Jaya
Belajar Pengawetan Makanan dengan Telur Asin Oleh Muhibuddin,S.Pd.I
USAID PRIORITAS/ Mashadi
Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan pencampuran adonan ke permukaan telur bebek.
DALAM pembelajaran IPA di kelas IV, saya sering mengajak siswa untuk melakukan penemuan melalui percobaan. Salah satunya melakukan percobaan dengan melakukan pengawetan makanan, yaitu telur bebek. Di awal saya mengajak siswa bertanya jawab tentang pengalaman mereka melihat makanan di rumah yang dibiarkan tersimpan lama. “Basi dan busuk pak,” jawab siswa. Siswa saya bagi dalam 4 kelompok yang anggotanya 6 orang. Mere-ka sudah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan, seperti telur bebek, abu gosok, garam, jeruk dan jeruk nipis. Siswa diajak untuk mencampurkan adonan
pengawetan. Abu gosok (sisa kulit padi yang dicampur dengan sedikit tanah), garam dan jeruk nipis dicampur dengan komposisi 1:1. Proses ini pada prinsipnya adalah untuk menurunkan kadar air dalam telur sehingga menghambat tumbuh dan berkembangnya mikroba dan menghambat aktivitas enzim pada telur. Saya juga memberi penjelasan fungsi setiap adonan. Adonan yang sudah diolah sedemikian rupa oleh siswa, digunakan untuk melapisi telur bebek yang masing-masing mereka bawa dari rumah. Setiap kelompok terlihat aktif dan melakukan pembelajaran ini dengan sangat menyenangkan.
Mereka menuliskan langkah-langkah kegiatan dalam setiap kelompok. Dengan mudah siswa dapat menjelaskan langkahlangkah pengawetan makan karena mereka melakukannya sendiri. Proses pembelajaran ini menekankan pada pemberian pengalaman langsung tentang proses pengawetan makanan. Untuk memperkaya pengetahuan, siswa diberi bahan bacaan tentang ragam cara pengawetan makanan. Seminggu kemudian, siswa menikmati telur asin yang telah mereka awetkan sendiri.
Budaya Baca di SDN 3 Calang – Kab. Aceh Jaya
Jambo Baca, Pondok Baca Siswa Menunggu Jemputan Oleh Yusni, S.Pd BEBERAPA bulan lalu, Ari dan temantemannya saat menunggu jemputan pulang sekolah biasanya hanya berdiri di depan gerbang sekolah atau menikmati jajanan. Kini Ari dan teman-temannya saat menunggu jemputan, mereka duduk sambil membaca di “Jambo Baca”.
USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni
Gambar Atas: Siswa memanfaatkan jam istirahat untuk membaca di Jambo Baca. Insert: Siswa petugas piket dan gerobak buku.
Selama hampir dua tahun sekolah kami telah melaksanakan budaya baca setiap hari Sabtu di halaman sekolah. Beberapa bulan terakhir budaya baca dilaksanakan setiap hari yaitu 15 menit sebelum dimulai pembelajaran di dalam kelas. Untuk menghindari kebosanan diperlukan tempat membaca yang membuat suasana santai sambil membaca bagi siswa. Muncullah ide membuat pondok baca berukuran 3x2 meter di depan sekolah. Ternyata Jambo Baca memberikan manfaat lain, yaitu sebagai tempat menunggu jemputan siswa setelah jam pulang sekolah. Siswa kini tidak lagi menunggu sambil bermain di luar gerbang
sekolah tetapi memanfaatkan waktu menunggu jemputan sambil membaca. Jambo ini juga dapat membentuk disiplin dan tanggung jawab siswa terhadap buku yang dibacanya karena setiap anak yang mengambil buku dari jambo baca wajib menggantung kembali buku. Jambo juga dimanfaatkan untuk mengisi jam istirahat siswa dengan membaca serta memberi tanggung jawab tambahan bagi siswa kelas tinggi sebagai petugas piket untuk mengeluarkan dan memasukkan kembali buku ke dalam perpustakaan. Kegiatan operasional Jambo Baca dimulai setiap pagi sebelum siswa datang. Petugas piket (2 orang siswa dan seorang guru) mengeluarkan dan mengatur buku di jambo baca menggunakan kereta dorong, kemudian menyusunnya pada dinding Jambo dengan digantung menggunakan tali dan klip. Pada jam pulang sekolah, siswa juga diwajibkan menunggu di Jambo sambil membaca dengan diawasi guru piket yang juga ikut membaca.***
USAID PRIORITAS/ Ismail
6
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
Seuramoe PRIORITAS
Pembelajaran IPS di SDN Kuta Batee Trienggadeng Pidie Jaya
Belajar Sejarah Berawal dari Pengalaman Siswa Oleh: Nurhayati,S.Pd.M.Pd UNTUK menumbuhkan karakter yang baik bagi siswa, terutama kepedulian mereka terhadap sesama teman, saya menerapkannya dalam pembelajaran IPS kelas V, terutama materi yang berhubungan dengan sejarah bangsa.
USAID PRIORITAS/ Mashadi
Seuramoe Praktik yang Baik
sejarah perjuangan atau seorang tokoh sejarah. Dua orang siswa di setiap kelompok diberikan tugas secara bergantian untuk membaca teks cerita sejarah dengan mimik dan gaya seolaholah sedang mengalami kejadian tersebut. Terlihat siswa lainnya menyimak dan sesekali mencatat hal-hal yang mereka anggap menarik.
Langkah pertama, saya mengajak siswa untuk membentuk kelompok dan duduk melingkar di tempat yang nyaman bagi mereka, misalnya di luar kelas.
Usai membacakan cerita, siswa kembali ke dalam kelas untuk menuliskan rangkuman, tanggapan, dan hal-hal yang berkesan dari cerita sejarah yang mereka dengar. Kemudian setiap siswa di dalam kelompok secara bergiliran membacakan hasilnya.
Siswa diminta untuk mengingat kembali peristiwa atau kejadian yang berkesan yang dialaminya. Lalu menceritakan kembali cerita tersebut secara bergiliran. Setelah semua siswa bercerita, siswa diminta menulis satu cerita temannya yang paling berkesan dan memberikan tanggapan terhadap cerita tersebut.
Ternyata belajar sejarah yang dimulai dengan menceritakan kisah sejarah hidup siswa, sangat menarik bagi siswa sehingga mereka dapat lebih memahami alur cerita pada sesi kedua. “Kami seolah-olah mengalami dan menyaksikan langsung kejadian sejarah bangsa seperti menceritakan pengalaman sejarah hidup kami sebelumnya,” kata salah seorang siswa.
Pada akhir sesi ini, beberapa siswa dalam kelompok memberi tanggapan dan solusinya jika ada permasalahan sehingga timbul kepedulian antar sesama siswa. Sesi berikutnya, kegiatan inti pembelajaran dengan membacakan cerita
Siswa menceritakan pengalamanya dan siswa lain menulis resume, kegiatan ini lakukan dalam dan luar kelas.
Selain menumbuhkan semangat cinta tanah air, metode pembelajaran seperti ini juga dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama siswa dan melatih kemampuan komunikasi siswa.
Pembelajaran IPA di MTsN Janarata – Kab. Bener Meriah
Kantor Pemantauan Gunung Berapi Sebagai Sumber Belajar Oleh Lasma Farida, S.Ag GUNUNG Bumi Telong yang berjarak sekitar 10 Km dari sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di Provinsi Aceh. Untuk mengurangi resiko bencana terhadap masyarakat, pemerintah mendirikan kantor pemantauan gunung berapi. Dalam pembelajaran tata surya sub bab gejala penampakan alam pada siswa kelas IX semester 2, kami membawa siswa mengunjungi kantor pemantau gunung berapi ini. Kami membentuk siswa menjadi 4 kelompok kecil. Setiap kelompok mendapat lembar kerja yang memandu data yang perlu diambil, seperti potensi bencana, penanggulangan bencana, dan dampak dari adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa mengumpulkan data dengan metode wawancara, pengamatan serta membaca buku, dan data yang dipajangkan di kantor pemantau gunung tersebut.
Gambar Atas: Siswa memperoleh informasi dari petugas Kantor Pemantau Gunung Berapi. Gambar Bawah: Siswa memperhatikan alat pemantau aktifitas gunung berapi (Seismometer).
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015
USAID PRIORITAS/ Muthmainnah
Siswa dapat memperoleh langsung informasi persiapan menghadapi letusan gunung berapi (siaga bencana) sebagai upaya untuk menghindari atau memper-kecil jumlah korban jiwa. Siswa juga mengetahui proses yang dilakukan untuk pengawasan atau pemantauan gunung berapi serta peralatan untuk pengawasan gunung. Siswa juga mendapatkan penjelasan dan dapat mengambil kesimpulan tentang keterkaitan sumber air panas dengan kesuburan tanah di sekitar gunung. Siswa juga belajar tentang bagianbagian gunung berapi seperti saluran magma di permukaan bumi sehingga siswa dapat menjelaskan pengaruh proses-proses yang terjadi di lapisan litosfer terhadap perubahan zat dan kalor. “Kami jadi paham kesuburan tanah pertanian kopi juga dampak dari adanya gunung berapi di daerah ini. Kami juga dapat mengetahui sumber air panas yang membuktikan gunung berapi tersebut masih aktif dan kewajiban pemerintah memantau gunung tersebut selama 24 jam,” kata Deddy, salah seorang siswa. Siswa lainnya mengakui lebih paham bagaimana tanda-tanda gunung akan meletus, bahayanya, dan upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Siswa juga bangga dapat memperoleh pembelajaran tentang peralatan pencatat gempa Seismometer dan melihat cara kerjanya secara langsung. Dari kunjungan ini, siswa menjadi lebih terampil dalam melakukan pengamatan dan menulis laporannya.
7
Seuramoe PRIORITAS
SE
Seuramoe Dokumentasi
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Lokakarya Peningkatan Kapasitas Instruktur Pendidikan Profesi Guru (PPG) Jenjang SD/MI dan SMP/MTs dilaksanakan di Banda Aceh (10-12/12) melibatkan 40 orang dosen LPTK FKIP Syiah Kuala dan FTK UIN Ar Raniry.
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Penandatanganan MoU antara Kepala Dinas Pendidikan Aceh Barat Daya dengan Dekan FKIP Universitas Syiah Kuala dan Kepala Kantor Kemenag Aceh Barat Daya dengan Dekan FTK UIN Ar Raniry pada kegiatan Lokakarya III Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang diikuti oleh disdik kemenag dan Bappeda dari 9 kabupaten untuk mengimplementasikan PKB di tingkat kabupaten.
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Pembukaan Diseminasi Praktik yang Baik untuk perguruan tinggi konsorsium yang dilaksanakan FKIP Universitas Serambi Mekkah (18-19/12) dengan melibatkan 35 dosen.
USAID PRIORITAS/ Sri Wahyuni
USAID PRIORITAS/ Teuku Meldi
Siswa kelas III SDN Susoh, Aceh Barat Daya, mengikuti asesmen kemampuan membaca. Pada November 2015, sekitar 711 siswa kelas awal di 4 kabupaten mitra Kohor 2 USAID PRIORITAS Aceh (32 SD/MI), diases untuk melihat dampak program membaca di sekolah dan madrasah.
Pelatihan Praktik yang Baik Modul 3 Jenjang SMP/MTs di Aceh Jaya. Selama bulan Oktober hingga Desember 2015 pelatihan Modul 3 untuk pembelajaran di Aceh Tengah, Bireuen dan Pidie melibatkan 335 peserta. Pelatihan MBS di Bener Meriah, Aceh Jaya, Bireuen dan Aceh Tengah telah melatih 161 peserta dari unsur guru, kepsek, pengawas, termasuk staf disdik dan kemenag.
www.prioritaspendidikan.org
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education. USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
12
Edisi XIII / Oktober - Desember 2015