Makna Kebangkitan Nasional Sebagai Tonggak Pergerakan Nasional Pada Awal Abad Ke XX
Ulin Dalanggo, Trisnowaty Tuahunse*, Yusni Pakaya** Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Ulin Dalanggo, Nim : 231 409 035. 2013. “Makna Kebangkitan Nasional Sebagai Tonggak Pergerakan Nasional Pada Awal Abad Ke XX”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kebangkitan nasional sebagai tonggak pergerakan nasional pada awal abad XX. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Sejarah dengan pendekatan kajian pustaka yang meliputi Heuristik, Kritik, Interpretasi dan Historografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi makna kebangkitan nasional sebagai tonggak pergerakan nasional adalah bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul setelah penjajahan Belanda dan Jepang. Momen hari kebangkitan nasional harus menjadi bahan renungan bagi generasi muda, karena yang dinamakan bangkit di sini adalah mencapai seluruh aspek kehidupan baik dari sisi pendidikan, ekonomi, mental, social, dan budaya serta banyak hal lainnya yang mendukung untuk tercapainya kemajuan bangsa. Mencapai prestasi yang gemilang. Dengan kata lain, harus bangkit dari keterpurukan dan menyongsong masa depan dengan memperbaiki, meningkatkan, atau mempertahankan prestasi yang sudah ada. Adanya pemerataan dunia pendidikan yang terus dilakukan, dengan memberikan fasilitas fisik dan teknologi sampai ke pelosok di kabupaten dan kota akan lebih membantu para pelajar dalam meraih prestasi yang gemilang. Rakyat Indonesia dan generasi penerus perjuangan para pendahulu mendapatkan lecutan semangat nasionalisme dan perjuangan tanpa pamrih, yang pernah dilakukan oleh pejuang dan pahlawan bangsa ini, untuk dapat mengaktualisasikan sebuah nilai, moral dan makna tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu dilakukan demi terciptanya sebuah kemerdekaan bangsa Indonesia yang hakiki, adil, makmur dan sentosa. Kata Kunci : Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional.
PENDAHULUAN Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sudah mencakup Seratus tahun lebih dalam kebangkitan. Hal ini ditandai dengan berdirinya suatu organisasi Boedi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Upacara konvoi hingga aksi unjuk rasa mewarnai peringatan kebangkitan ini. Nasionalisme memenuhi dada masyarakat, namun kemana rasa cinta pada tanah air setelah ueporia itu berakhir? Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Dalam masa ini muncul sekelompok masyarakat indonesia yang menginginkan adanya perubahan dari masyarakat indonesia yang selama ini dijajah dan ditindas oleh bangsa lain. Kebangkitan nasional Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi BudiUtomo. Peristiwa ini merupakan bagian dari peristiwa yang menjadi tonggak sejarahkemerdekaan negara indonesia. Beberapa faktor yang mendorong kebangkitan indonesia yaitu diantaranya: Semakin banyaknya/makin tingginya kesadaran ingin bersatu, semakin
tinggi
dan
meningkatnya semangat bangsa Indonesia ingin merdeka, serta semakin banyaknya orang pintar dan terpelajar di Indonesia. Faktor yang datang dari luar negeri adalah kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, adalah salah satu pendorong yang menimbulkan semangat bahwa bangsa kulit kuning, bangsa Asia dapat mengalahkan bangsa kulit putih (Eropa). setelah berdirinya Budi Utomo maka bermunculanlah perkumpulan-perkumpulan dan pergerakan yang bersifat luas antara lain, Serikat Dagang Islam tahun 1909, Indische Party tahun 1913. Muhammadiyah tahun 1912, Nahdatul Ulama tahun 1926, dan berdiri perkumpulan pemuda diluar Jawa pada tahun 1918 dan menamakan diri Young Java,Young Sumatra,Young Ambon,Young Pasundan,Young Batak,Pemuda Betawa dll. Para pemuda inilah yang mengadakan kongres pemuda pertama tahun 1926 yang
menghasilkan perlunya mencanangkan suatu organisasi pemuda tingkat Nasional.Dan atas usul perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) sebagai organisasi kemahasiswaan pertama pada tanggal 26-28 Oktober 1928 diadakan kongres pemuda ke dua.Setelah mereka mengadakan pembahasan, mereka sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika bangsa Indonesia ingin merdeka, bangsa Indonesia harus bersatu. Untuk itu mereka bersumpah yang terkenal dengan namasumpah pemuda yang diikrarkan pada akhir kongres yaitu pada tanggal 28 Oktober 1928. Kedua peristiwa ini memang sangat mempengaruhi kebangkitan nasional di indonesia sehingga sangat bagus jika kita mengetahui latar belakang kejadian ini dan lebih memahami lagi makna dari kebangkitan nasional itu sendiri. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang Budi Utomot, Pergerakan Pemuda, dan teori tentang Pendudukan Jepang . Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut : Pertama teori tentang Budi Utomo, Hugiono (2008:73) mengemukakan bahwa Budi Utomo sebagai pelopor Pergerakan Nasional Indonesia memiliki semboyan hendak meningkatkan martabat rakyat. Mas Ngabehi Wahidin Sudiro Husodo, seorang dokter di Yogyakarta dan termasuk golongan priyayi rendahan. Dalam tahun 1906 dan 1907 mulai mengadakan kampanye di kalangan priyayi di pulau Jawa. STOVIA yang merupakan tempat kelahiran Budi Utomo, mulai bergerak ke luar mempengaruhi orang-orang Jawa yang berkedudukan, baik kedudukan sebagai pegawai pemerintah.Pada tanggal 5 Oktober 1908, Budi Utomo mengadakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta. Dalam kongres pertama ini terbentuk Pengurus Besar Budi Utomo yang terdiri dari R.A. Tirtakusuma (Bupati Karanganyar) sebagai ketua, dan Dr. Wahidin sebagai wakil ketua, dan anggota pengurus lainnya adalah M. Ng. Dwijosowojo serta beberapa pegawai Pakualaman. Kongres yang pertama juga menetapkan tujuan perkumpulan, yaitu kemajuan yang selaras (harmonis) buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran,
pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, kebudayaan.Menurut Mr. A.K. Pringgodigdo (dalam Z. Tulie 1984:137). Budi Utomo nampak bercita-cita meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia melalui usaha peningkatan kecerdasan bangsa melalui perluasan pengajaran, meningkatkan taraf hidup rakyat melalui peningkatan ekonomi, dan mengembalikan bangsa Indonesia kepada kepribadian bangsa melalui peningkatan kesadaran dan kecintaan kepada kebudayaan sendiri. Pada saat permulaan berdirinya, Budi Utomo lebih tepat dikatakan sebagai organisasi sosial kultural dari pada organisasi politik . Budi Utomo masih merupakan organisasi yang bersifat kedaerahan, karena anggotanya terbatas hanya pada suku bangsa Jawa dan Madura.Pada bulan April 1931 dalam kongres yang diadakan di Jakarta ditetapkan bahwa Budi Utomo terbuka bagi semua golongan bangsa Indonesia. Sifat kebangsaan Budi Utomo lebih jelas lagi terlihat dengan melakukan fusi bersama Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). PBI didirikan oleh Dr. Sutomo pada tahun 1930 di Surabaya. Fusi antara Budi Utomo dengan PBI pada tahun 1935 melahirkan Partai Indonesia Raya, (Z. Tulie 1984:138). Kedua tentang pergerakan pemuda, pergerakan nasional untuk mencapai Indonesia merdeka dikenal melalui tiga generasi, yaitu generasi 08, generasi 28, dan generasi 45. Tiga generasi perjuangan tersebut semuanya diawali oleh golongan pemuda. Dengan kata lain, bahwa ketiga generasi itu digerakkan oleh kaum muda. Namun pergerakan pemuda dari tiga generasi tersebut mempunyai ciri khas tersendiri dalam langkah perjuangannya. Sudiyo (2002:45). Sejak lahirnya pergerakan nasional Indonesia, peranan pemuda sudah jelas nampak. Banyak diantara tokoh pendidikan bahkan pemimpin organisasi pergerakan itu masih berstatus pemuda, dalam arti belum menikah. Akan tetapi peranan mereka di sana tidak eksplisit disebutkan sebagai pemuda. Pada tanggal 7 Maret 1915, atas inisiatif Satimah bersama-sama dengan Kadarman dan Sunardi, didirikan suatu perkumpulan pelajar yang diberi nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga tujuan mulia (Sakti, Budi, Bakti). Perkumpulan pelajar yang bernama Tri Koro Dharmo ini
kemudian mengubah namanya menjadi Jong Java pada tahun 1918. Yang menjadi anggotanya adalah pelajar-pelajar yang berasal dari suku bangsa Sunda, Jawa, Madura, Bali dan Lombok, sedangkan tujuannya adalah mencita-citakan persatuan Jaya Raya.Menurut Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah Jakarta (dalam Z. Tulie 1984:168). Sartono Kartodirdjo (dalam Sudiyo 2002:46) mengemukakan bahwa Asas Organisasi ini adalah : 1) Menimbulkan pertalian antara murid-murid bumi putera pada sekolah menengah, dan kursus perguruan menengah dan sekolah vak. 2) Menambahkan pengetahuan umum bagi anggota-anggotanya. 3) Membangkitkan dan mempertajam perasaan buat segala bahasa dan budaya indonesia. Kesempatan yang diberikan oleh Tri Koro Dharmo tersebut, banyak pemuda dari sumatera masuk menjadi anggota Tri Koro Dhormo.Walaupun hal tersebut hanya terjadi untuk sementara, memang saat itu masih diperlukan adanya semangat kedaerahan. Kalau Tri Koro Dharmo didorong oleh adanya organisasi pergerakan nasional pertama, yaitu Budi Utomo yang belum bergerak dalam bidang politik, tidak demikian halnya bagi para pemuda dari Sumatera yang ingin menonjolkan kedaerahannya bergerak dibidang sosial. Pada tanggal 9 Desember 1917, lahirlah organisasi pemuda dari Sumatera bernama “Jong Sumatranen Bond”.Di antara pemuda-pemuda Sumatera tersebut, yang lebih terkenal selanjutnya adalah Moh.Hatta dan Moh.Yamin.Kedua pemuda ini akhirnya terpilih sebagai pemimpin dalam organisasi itu. Sudiyo (2002:47) Ketiga tentang teori kedudukan Jepang di Indonesia, M. C. Ricklefs (1995:298) mengemukakan bahwa masa kependudukan Jepang selama tiga setengah tahun merupakan salah satu periode yang paling menentukan dalam sejarah Indonesia. Salah satu tugas pertama pihak Jepang adalah menghentikan revolusirevolusi yang mengancam akan menyertai upaya penaklukan mereka. Serangan-
serangan terhadap orang-orang Eropa dan perampokan terhadap rumah-rumah di Banten, Cirebon, Surakarta, dan daerah-daerah lainnya tampak akan menjurus ke suatu gelombang revolusi. Di Aceh dan di Sumatera Barat dan Timur keteganganketegangan di antara penduduk asli yang timbul dari zaman penjajahan Belanda mulai meletus dalam tindak kekerasan. Para pemimpin agama (ulama) Aceh membentuk PUSA (Persatuan Ulama-ulama Seluruh Aceh) pada tahun 1939 di bawah pimpinan Mohammad Daud Beureu’eh (1899-1987) umtuk mempertahankan Islam dan mendorong pemodernisasian sekolah-sekolah Islam. Sudiyo (2002:90) menjelaskan bahwa pada awal pemerintahan bala tentara Jepang, memang tidak terasa bahwa Jepang akan berbuat kejam. Hal ini diperlihatkan dalam pembebasan tokoh-tokoh nasionalis dari dalam tahanan pada masa penjajahan Belanda. Mereka itu antara lain: Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, St. Syahrir, dan lainlain. Namun dibalik itu, kaum pergerakan nasional juga ada yang tetap tidak menyambut baik tentang kedatangan Jepang. Hal ini diketahui dengan adanya larangan kegiatan dan pembubaran seluruh organisasi politik oleh pemerintah bala tentara Jepang tersebut. Padahal organisasi politik itu suatu wadah atau alat untuk berjuang dalam rangka Mencapai Indonesia Merdeka. Oleh karena, itu apa yang dipropogandakan oleh Jepang itu sebenarnya hanya untuk mengelabui rakyat saja. Dengan demikian kaum pergerakan nasional d alam perjuangan melawan Jepang, menempuh dua cara, yaitu ada yang secara legal dan ilegal. Legal berarti mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang, sedangkan ilegal berarti tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang, akhirnya mereka ini bergerak secara sembunyi-sembunyi atau disebut bergerak dibawah tanah. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sampai saat ini tetap mencatat, bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia secara resmi yang di-Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Gedung Proklamasi Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Hal tersebut bukan tidak menghargai perjuangan rakyat Rengas-dengklok, tetapi bila ditinjau dari segi historis sejak awal para pejuang yang berada di Jakarta itu memang sudah bersifat nasional.Segala sesuatunya telah terorganisasi secara teratur dan bobot
perjuangannya sudah mengarah kepada Nation State (negara kebangsaan).Sedang perjuangan di Rengasdengklok masih bersifat parsial (lokal). Para pelakunya pun di Rengasdengklok masih banyak menunjukkan sifat kedaerahan, yang tujuannya masih terbatas kepada daerah Rengasdengklok saja. Sikap Bung Karno dan Bung Hatta pun tegas, bahwa proklamasi harus diucapkan di Jakarta. Sudiyo (2002:103). Berdasarkan
pandangan
diatas
mengungkapkan
bahwa
peristiwa
rengasdengklok yang terjadi pada saat dimana proklamasi dibacakan, mengandung banyak kontroversi karena adanya perbedaan pendapat. Namun sifat tegas dari Soekarno dan Moh.Hatta, akhirnya teks proklamsi ini dapat dibacakan pada hari yang tepat yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikian berakhirlah pemerintahan jajahan, baik penjajah Belanda maupun Penjajah Jepang untuk selamalamanya. Walaupun bangsa Indonesia masih memperkirakan pihak penjajah Belanda pasti akan kembali ke Indonesia. Hal itu disebabkan bahwa Belanda termasuk blok Sekutu dan pihak Sekutu dalam Perang Perang II (1939-1945) sebagai pihak yang menang perang. Bangsa Indonesia telah mengambil momentum yang tepat, yaitu sejak kekalahan dan disusul dengan penyerahan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, bangsa Indonesia terus cepat bergerak untuk memproses Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Orang-orang Jepang berhasil dilawan dan dipulangkan ke negara Jepang. Hal ini dilakukan di seluruh wilayah tanah air Indonesia. Rasa persatuan dan kesatuan atas dasar senasib sepenanggungan untuk menegekkan dan mempertahankan negara merdeka tumbuh secara spontanitas, berjuang tanpa pamrih, rela berkorban, tanpa menuntut balas jasa dan bersemboyan Merdeka atau Mati demi negara dan bangsa, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal tersebut adalah suatu kenyataan dan tanggal 17 Agustus 1945 adalah suatu hari bersejarah yang tak ternilai harganya, yaitu Hari Proklamsi Kemerdekaan Indonesia. Hari tersebut juga merupakan puncak-puncak perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka berjuang meraih kemerdekaan Indonesia.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode sejarah guna mengungkap kejadiankejadian yang berhubungan dengan masa lalu. Adapun langkah-langkahnya dalam metode sejarah adalah Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi, Historiografi. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional Kebangkitan Nasional adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia. Setiap saat sejarah tersebut dibuka kembali. Dipelajari dan dipahami, setelah itu dijadikan isnpirasi dan semangat pada setiap babak berikutnya perjalanan bangsa untuk memujudkan cita-cita hidup berbangsa yang lebih bermanfaat, tetapi maknanya kurang lebih sempurna. Menginginkan bangsa ini yang eksis, mandiri, berkembang. Dan didalam perkembangan itu, sejajar dengan martabat bangsa-bangsa lain, baik bangsa yang sudah lebih dahulu maju maupun bangsa yang sedang menggapai kemajuan. Budi Utomolah pembangkit dan pengerat pertama kebangkitan nasional Indonesia. Pencerahan pertama yang diprakarsai oleh para cendekiawn Indonesia waktu itu, zaman Indonesia masih dikuasai oleh penjajah Belanda. Pada mulanya gerakan etis edukatif, pencerahan. Kemudian oleh pergerakan-pergerakan berikutnya dibangkitkan untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dari penjajah Belanda. Kemerdekaan Indonesia barulah tercapai 17-8-1945. Berarti 37 tahun setelah kebangkitan
Nasional.
Pergerakan-pergerakan
pasca
Budi
Utomo
akhirnya
secara eksplisit bertujuan untuk Indonesia merdeka. Terkait dengan masalah tersebut dapat ditarik sebuah garis simpul bahwa berdirinya Budi Utomo merupakan langkah awal rakyat Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajah.Maka hal utama yang diandalkan adalah kekuatan otak atau pikiran, dimana pendidikan sangat berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pergerakan nasional adalah suatu momentum perubahan dari suatu titik ke suatu titik cita-cita perjuangan. Setiap pergerakan mempunyai jiwa zaman yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Misalnya jiwa
zaman masa pergerakan
nasional 1908 adalah dari perjuangan yang tidak terorganisir menjadi terorganisir, dari perjuangan
yang tidak terencana menjadi terencana, dari perjuangan yang
sifatnya ke daerahan menjadi perjuangan yang sifatnya nasional, dari bangsa yang tidak berparlemen menjadi bangsa yang berparlemen.Akumulasi dari berbagai makna zaman itu bercita cita mencapai Indonesia mulia. Dari uraian pernyataan diatas jelas mengatakan bahwa pergerakan nasional mempunyai zaman yang berbeda-beda, yaitu zaman yang pada awalnya berjuang sendiri atau bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuagan yang dilakukan bersama-sama tanpa perbedaan daerah yang didasari oleh persatuan dan kesatuan bangsa.Tujuannya hanya satu yaitu untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan suatu Negara merdeka yang kekuasaannya ditangan rakyat. Pengertian
pergerakan
nasional,
dapat
ditinjau
melalui
pendekatan
multidimensional, yang berarti meliputi segala bidang, yaitu bidang sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Namun, diantara bidang-bidang tersebut yang paling menonjol adalah pergerakan nasional dalam bidang politik, karena penjajah menggunakan politik dalam segala bidang. Terkait dengan penjelasan-penjelasan diatas maka disimpulkan bahwa pergerakan lebih cenderung menggunakan politik karena untuk bisa mencapai tujuan yang diinginkan mereka lebih mengandalkan politik agar bisa memobilisasikan rakyat. B. Makna Kebangkitan Nasional Sebagai Tonggak Pergerakan Nasional Sebelum kita mengkaji lebih jauh apa yang menjadi makna dari kebangkitan nasional ini, terlebih dahulu dijelaskan beberapa renungan dalam kebangkitan nasional ini, antara lain :
1.
Masyarakat di negeri ini masih banyak yang sangat miskin dari sisi ekonomi, bahkan lebih celaka lagi banyak diantara mereka yang memiliki mental yang sangat memprihatinkan yaitu selalu mengharapkan bantuan padahal memiliki potensi untuk bangkit dari kemiskinannya.
2.
Pemerataan kesempatan mendapatkan pendidikan bagi seluruh masyarakat tidak diimbangi
dengan
system
penyelenggaraan
yang
memadai
sehingga
menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bersifat formalitas. 3.
Masyarakat secara umum masih banyak yang tidak memiliki budaya, kompetitif, procedural dan disiplin, tata etika dan aturan formal kehidupan bernegara di negeri ini, sehingga banyak melahirkan budaya kolusi dengan pejabat.
4.
Pejabat-pejabat lebih banyak menghabiskan uang politik mereka dalam membelanjakan keperluan pribadi dan fasilitas kantor yang harganya relative mahal, tanpa melihat rakyat di luar sana yang masih jauh dari kehidupan yang be rkecukupan.
Dengan adanya penjelasan diatas maka dapat dijelaskan bahwa yang menjadi makna kebangkitan nasional sebagai tonggak pergerakan nasional adalah: Bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul setelah penjajahan Belanda dan Jepang. Momen hari kebangkitan nasional harus menjadi bahan renungan bagi generasi muda, karena yang dinamakan bangkit di sini adalah mencapai seluruh aspek kehidupan baik dari sisi pendidikan, ekonomi, mental, social, dan budaya serta banyak hal lainnya yang mendukung untuk tercapainya kemajuan bangsa. Mencapai prestasi yang gemilang. Dengan kata lain, harus bangkit dari keterpurukan dan menyongsong masa depan dengan memperbaiki, meningkatkan, atau mempertahankan prestasi yang sudah ada. Adanya pemerataan dunia pendidikan yang terus dilakukan, dengan memberikan fasilitas fisik dan
teknologi sampai ke pelosok di kabupaten dan kota akan lebih membantu para pelajar dalam meraih prestasi yang gemilang. Rakyat Indonesia dan generasi penerus perjuangan para pendahulu mendapatkan lecutan semangat nasionalisme dan perjuangan tanpa pamrih, yang pernah
dilakukan
oleh
pejuang dan
pahlawan
bangsa
ini,
untuk
dapat
mengaktualisasikan sebuah nilai, moral dan makna tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Hal itu dilakukan demi terciptanya sebuah kemerdekaan bangsa Indonesia yang hakiki, adil, makmur dan sentosa. Kecerdikan untuk merumuskan persoalan-persoalan actual dan ketajaman mengartikulasikan keinginan rakyat dan kemampuan serta keberanian untuk merealisir cita-cita itu merupakan kunci
keberhasilan
pergerakan
nasional.Yang
tidak
kalah
penting
adalah
membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa mereka dalam keadaan hina sebagai bangsa terjajah. Hanya kesadaran masyarakat yang masih terjajah yang akan memberikan semangat untuk lebih mensejahterakan negaranya sendiri. Kebangkitan nasional telah berhasil mengantarkan rakyat Indonesia kepada proses formasi bangsa Indonesia yang berpuncak pada Proklamasi 17 Agustus 1945. Kondisi aktual masyrakat pada waktu itu terbelenggu secara politik, tereksploitasi secara ekonomi dan terhina secara cultural.Persoalan yang sangat mendasar sesungguhnya terletak pada kenyataan bahwa kebanyakan masyarakat menerima itu sebagai suratan takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan.Ketidaksadaran ini menjadi masalah yang mendasar dan oleh karena itu persoalan ini menjadi tugas utama bagi organisasi-organisasi
pergerakan
nasional
untuk
membangkitkan
kesadaran
kebanyakan rakyat. Masa depan dan cita-cita rakyat Indonesia dapat dicapai dengan cara harus berjuang melawan kolonialisme. Perlawanan harus dibangkitkan antara pihak Indonesia dan pihak penjajah, baik itu Belanda maupun Jepang. Semangat citacita ini dapat dijumpai dalam perjuangan dan aksi yang dilakukan oleh berbagai
organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, PNI, dan organisasi lainnya. Generasi Muda zaman Kebangkitan Nasional Indonesia mulai belajar dari sejarah, bahwa keinginan untuk merdeka, cita-cita untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing tidak cukup hanya berbekal semangat patriotism local, kegagahberanian dan kerelaan berkorban saja, akan tetapi harus didukung dan ditopang pula terutama oleh rasa persatuan dan kesatuan nasional, oleh rasa kebangsaan Indonesia yang terpadu. Indonesia merdeka harus dicapai melalui pergerakan kebangsaan Indonesia.Mereka mulai merintis perjuangan kemerdekaan Indonesia tanpa mempergunakan kekuatan fisik dan tanpa mempergunakan kekerasan senjata.Langkah pertama yang harus ditempuh adalah memajukan pendidikan dan pengajaran untuk menyadarkan rasa kebangsaan Indonesia.Dengan mencerdaskan bangsa dan memajukan pendidikan serta pengajaran nasional, maka pada bangsa Indonesia dapat ditumbuhkan jiwa kebangsaan dan kesadaran nasional Indonesia. Generasi Muda pada zaman Sumpah Pemuda mulai menyadari dan menegaskan bahwa senjata kaum penjajah Belanda dan Jepang hanya dapat dikalahkan dan dilumpuhkan dengan persatuan dan kesatuan nasional Indonesia. Maka pada tanggal 28 Oktober 1928 mereka berhasil menciptakan sebuah senjata “trisula”,yakni sebilah tombak bermata tiga, yaitu : SATU NUSA, SATU BANGSA, DAN SATU BAHASA. Itulah senjata TRISULA yang dilahirkan oleh Sumpah Pemuda. Jika pada masa Kebangkitan Nasional kata serta Indonesia, batas wilayahnya dan bangsa yang menghuninya masih samar-samar, bahkan kabur, maka Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 menegaskan bahwa batas wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke, memiliki anekaragam adat istiadat, bahasa daerah dan kebudayaan, namun mereka adalah SATU BANGSA jua, yakni bangsa Indonesia yang menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mereka.
Generasi Perintis dan Generasi Penegas, dalam periode sejak tanggal 20 Mei 1908, melalui tanggal 28 Oktober 1928 sampai tahun 1945 telah berhasil dengan gemilang-gemilang, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakatnya, menyingkirkan segala rintangan dan halangan mengantarkan rakyat Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaanya. Kurun waktu yang dikenal sebagai perjuangan kaum Perintis Kemerdekaan Indonesia sesungguhnya adalah masa antara Hari Kebangkitan Nasional Indonesia tanggal 20 Mei 1908 dan Hari Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Sagimun (1989:348). Berdasarkan pandangan tersebut maka yang menjadi kesimpulan akhir bahwa Kebangkitan Nasional memiliki nilai dan makna yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Proklamasi 17 Agustus 1945 melahirkan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat di tanah airnya. Selain itu didukung oleh jiwa dan semangat 45 yang membulatkan tekad bangsa Indonesia : “Merdeka atau Mati!” disertai pengabdian tanpa pamrih, pengorbanan yang tulus ikhlas demi kemerdekaan nusa dan bangsa. Tanpa proklamasi 17 Agustus 1945 sebagai nilai 45 yang penuh pengabdian tanpa pamrih serta keikhlasan rela berkorban, maka kaum penjajah mungkin masih menancapkan dan mengukuhkan kekuasaan penjajahannya di Indonesia yang tercinta ini, dan tidak akan lahir Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Jikalau kita sampai dijajah kembali oleh bangsa asing, maka pancasila dan UUD 45 tidak ada arti dan nilainya, karena kaum penjajah pasti tidak akan memakainya, hal ini dikarenakan Pancasila dan UUD 1945 anti penjajahan, anti kolonialisme dan anti imperialism dalam segala bentuk dan manifestasinya. Oleh karena itu , Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945 adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Kebangkitan Nasional adalah tonggak sejarah bangsa Indonesia. Setiap saat sejarah tersebut dibuka kembali, dipelajari, dipahami. Setelah itu, dijadikan inspirasi dan semangat pada setiap babak berikutnya perjalanan bangsa untuk mewujudkan cita -cita hidup berbangsa yang lebih bermanfaat. Terminologi bermanfaat memang sarat muatan aspirasi, bahkan sarat interprestasi. Tetapi, maknanya kurang lebih sempurna dan menginginkan bangsa ini menjadi bangsa yang eksis, mandiri, berkembang, dan didalam perkembangan itu, sejajar dengan martabat bangs-bangsa lain, baik bangsa yang sudah lebih dahulu maju maupun bangsa yang sedang menggapai kemajuan. Budi Utomolah pembangkit dan pengerat pertama kebangkitan nasional Indonesia. Pencerahan pertama yang diprakarsai oleh para cendekiawan Indonesia waktu itu, zaman Indonesia masih dikuasai oleh penjajah Belanda.Pada mulanya gerakan etis edukatif, pencerahan.Kemudian oleh pergerakan-pergerakan berikutnya di bangkitkan untuk memerdekakan Bangsa Indonesia dari penjajah Belanda dan Jepang. Saran Sehubungan dengan hasil penelitian ini, penulis mengemukakan saran sebagai berikut : 1.
Para generasi pemuda maupun pemudi agar kiranya lebih menghargai perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dengan cara berlomba-lomba dalam mencapai suatu pendidikan yang gemilang, agar dapat mengaharumkan nama bangsa Indonsia.
2.
Dalam meraih kemerdekaan Indonesia ini memang tidaklah mudah, karena mereka dengan penuh perjuangan dan semangat yang tinggi mengorbankan jiwa dan raga. Oleh karean itu kita sebagai penerus bangsa tidak perlu lagi melawan penjajah seperti dahulu kala, cukup dengan memperingati hari kemerdekaan Indonesia dengan jiwa yang patriot.
3.
Di era yang modern ini kita dituntut keras untuk bisa bersaing dengan negaranegra yang berkembang, pengembangan skill merupakan kunci utama agar kita dapat meraih apa yang menjadi harapan bangsa. Oleh karena itu, saya mengharapkan agar waktu yang dimiliki oleh saudara-saudara jangan dihabiskan untuk hal-hal yang tidak penting, tapi gunakanlah untuk hal-hal yang bisa berguna untuk diri kita sendiri, orang lain, maupun negara kita.
DAFTAR RUJUKAN Hugiono.1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Cetakan Kedua.PT. Rineka Cipta, Jakarta. Ricklefs, M. C. 1995. Sejarah Indonesia Modern, Penerjemah Drs. Dharmono Hardjowidjono.Cetakan kelima. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta. Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Cetakan Pertama. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta. Z. Tulie. 1984. Sejarah Perjuangan Kemerdekaan. Gorontalo : FKIP Unsrat Manado.