PETA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Bone) Oleh: Gusno Latif, Trisnowaty Tuahunse*, Yusni Pakaya** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Gusno Latif,Nim.231409055. 2013. Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Media Peta (Sudi Kasus di SMA Negeri 1 Bone .Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pemahaman siswa SMA Negeri 1 Bone terhadap pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta dan pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis.Hasil penelitian menunjukkan:1). Penggunaan media peta pada pelajaran sejarah sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan, hal ini dapat ditujukan oleh hasil yang didapat siswa dari ujian tengah semester genap 2013 di SMA Negeri 1 Bone. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pemberian materi mata pelajaran sejarah dengan menggunakan media peta bagi siswa di SMA Negeri 1 Bone dapat menambah pemahaman siswa.2). Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone bisa dikatakan tidak monoton, hal ini dikarenakan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dalam menjelaskan materi sejarah banyak menggunakan metode dan media, salah satunya adalah penggunaan media peta. Adapaun indikasi keberhasilan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta yakni : Indikasi pertama, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memiliki kreativitas dalam menerima materi selama proses pembelajaran sejarah berlangsung, hal ini dibuktikan dengan sebahagian siswa kreatif dalam mengungkapkan dan memberi respon terhadap setiap penjelasan guru. Indikasi kedua, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memiliki kreativitas dalam memberikan pertanyaan selama proses pembelajaran sejarah berlangsung, hal ini dibuktikan dengan seluruh siswa kreatif, memberi respon terhadap setiap penjelasan guru sejarah. Indikasi ketiga, digambarkan seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru dari materi yang telah dibahas dengan Imajinatif. Kata Kunci : Media, peta, sejarah, pembelajaran sejarah.
PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak untuk kelangsungan hidup bangsa, karena pendidikan sangat besar manfaatnya dalam pembangunan bangsa disegala bidang. Melalui pendidikan dapat diciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, yang nantinya akan mampu berkompetisi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, pendidikan juga merupakan proses yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku seseorang untuk lebih baik. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahsekolah dibutuhkan kemampuan seorang guru dalam menghadapi segala hambatan dan kesulitan yang ada demi kelangsungan proses pembelajaran yang berkualitas Belajar pada hakikatnya proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang di arahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa, dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling memengaruhi satu sama lain Pada dasarnya pendidikan dewasa ini mengharuskan guru harus aktif dan kreatif mensiasati, mencari, memilih strategi, model dan pendekatan pembelajaran yang paling tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terkait dengan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Berbagai upaya yang dikembangkan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran harus sejalan dengan kemampuan seorang guru dalam spesifik ilmunya masing-masing. Karena melihat realita yang ada sekarang ini kurangnya minat belajar seorang siswa itu diakibatkan dari pada
kemampuan seorang guru dalam bidang ilmunya sendiri. Hal tersebut berpengaruh
terhadap
prestasi
siswa
karena
guru
kurang
melakukan
pengembangan materi pelajaran sehingga memberikan dampak yang tidak baik kepada siswa seperti yang di kemukakan diatas. Dampak tersebut diantaranya siswa
kurang
memperhatikan
apa
yang
diterangkan,
kurang
mampu
mengemukakan ide, kurang mampu mengajukan pertanyaan/memberi jawaban, sulit dalam memecahkan masalah serta kurang mengerjakan tugas atau latihan. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
membantu
kelancaran, efektifitas dan efisien pencapaian tujuan pembelajaran. Media merupakan
salah
satu
komponen
yang
tidak
bisa
diabaikan
dalam
mengembangkan sistem pembelajaran yang dimanipulasikan dalam bentuk media pembelajaran dapat menjadikan siswa belajar sambil bermain dan bekerja. Dengan menggunakan suatu media dalam belajar akan lebih menyenangkan siswa dan sudah tentu pembelajaran akan benar-benar bermakna. Salah satu alasan digunakan media dalam proses pembelajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Taraf berfikir manusia mengikuti taraf perkembangan, di mulai dari taraf berfikir abstrak ke konkrit, dimulai dari berfikir sederhana ke kompleks. Pengguanaan media bukan semata-mata melaksanakan salah satu komponen pengajaran, tetapi dengan media benar-benar berguna untuk memudahkan penguasaan siswa dalam belajar. Upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran
sejarah,
sangat
terkait
dengan
kemampuan
guru
dalam
memanfaatkan media yang tersedia untuk kebutuhan siswanya, siswa dilatih menjadi terampil dan penuh pengalaman dalam menggunakan media. Proses pembelajaran yang didukung oleh media secara lengkap dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. Menurut Sumantri, Permana (1999 : 21) mengenai tujuan belajar dapat diwujudkan dalam bentuk: 1. Menjadikan anak-anak senang, bergembira dan riang dalam belajar. 2. Memperbaiki berpiki kreatif anak-anak, sifat. keingintahuan, kerjasama, harga diri dan rasa percaya pada diri sendiri, khususnya dalam menghadapi kehidupan akademik.
3. Mengembangkan sikap positif anak-anak dalam belajar. 4. Mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya, khususnya perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial dan teknologi. Selanjutnya, Sumantri & Permana (1999 : 181) mengemukakan prinsifprinsif dalam memilih media yaitu: 1. Memilih media harus berdasarkan tujuan pengajaran dan bahan pengajaran yang akan disampaikan. 2. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam penggunaannya dan pengadaannya. 3. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. 4. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat dan situasinya yang tepat. 5. Memilih media harus memahami karakteristik ari media itu sendiri. Manfaat media bagi siswa memungkinkan dapat mencapai peristiwa yang langka dan sukar dicapai. Misalnya peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 akan sulit disaksikan. Tetapi dengan adanya foto-foto peristiwa berlangsung dapat merasa lebih dekat, seolah-olah menyaksikan sendiri. Dengan lebih mudah melakukan pengamatan. Contohnya pengamatan suatu wilayah sukar memberikan gambaran yang menyeluruh. Karena wilayah tersebut terlalu luas untuk diamati secara langsung. Dengan menggunakan media peta dapat memperoleh gambaran keseluruhan tentang wilayah yang diteliti. Peta merupakan media penyajian informasi bereferensi geografis dari suatu wilayah, dan peta dibuat untuk kepentingan orang lain, yaitu pengguna peta atau pembaca peta (map reader). Oleh karena itu, fungsi peta adalah memberikan informasi tentang suatu obyek kepada pengguna peta agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan. Dalam melakukan desain kartografi perlu difahami arti suatu informasi dan manfaatnya bagi pengguna peta. Tanpa memahaminya, sukar bagi seorang kartographer untuk membuat peta yang mempunyai nilai informasi (informatif). Banyak peta yang menyajikan informasi sesuai dengan tema petanya;
tetapi
apakah
peta
tersebut
mempunyai
nilai
informasi,
masih
perlu
dipertanyakan,Contoh: Pembuatan peta vegetasi wilayah tertentu. Pengguna peta atau pembaca peta (map reader) akan bertanya: dimana lokasi hutan tersebut (keadaan fisik: dirawa, tanah kering datar atau berbukit/gunung; fungsi hutan: apakah terletak di hutan lindung, hutan produksi atau diluar kawasan) dan bagaimana kondisinya (hutan perawan, bekas tebangan, atau terdapat areal bukan hutan). Kejelasan informasi tersebut penting untuk pengguna peta, khususnya dalam memberikan perlakuan terhadap wilayah tersebut. Namun, karena berbagai keterbatasan (skala peta, tersedianya data.) tidak semua keinginan dan harapan pengguna peta terpenuhi. Sehubungan dengan informasi yang akan disajikan kedalam peta, perlu kejelasan, mana informasi utama dan mana informasi tambahan agar peta mudah dipahami isinya. Informasi dasar, yaitu unsur-unsur pada peta dasar yang perlu atau tidak perlu disajikan sebagai latar peta tematik (berhubungan dengan generalisasi). Pertama. Informasi pokok, yaitu informasi yang berkaitan dengan tema peta. Apakah hutan perlu diklasifikasi atau distratifikasi. Apakah batas fungsi hutan atau batas administrasi perlu dicantumkan. Kedua. Informasi penunjang, yaitu informasi yang diharapkan dapat melengkapi informasi pokok dan ada relevansinya untuk dicantumkan dalam peta. Informasi apa saja yang perlu dicantumkan pada peta tematik sulit dirinci. Hal ini sangat tergantung kepada tema peta, tersedianya data dan karakteristik serta relevansinya. Apabila unsur-unsur dan informasinya terlalu banyak, maka petanya akan menjadi ruwet dan sukar dibaca; sedangkan kalau informasinya terlalu sedikit, peta menjadi kurang informatif. Menurut Bakosurtanal (2005) fungsi peta adalah menyajikan suatu informasi tentang suatu obyek kepada pembaca peta. Agar informasinya mudah diterima dan cepat dipahami, maka cara penyampaiannya harus jelas, dengan bahasa sederhana. Bahasa peta adalah simbol-simbol (titik, garis dan luasan/areal, kualitatif/kuantitatif, warna, notasi, arsir) yang merupakan sistim komunikasi antara pembuat peta dengan pembaca peta. Pokok permasalahannya adalah bagaimana membuat simbol-simbol dan
menempatkan kedalam ruang peta sehingga pembaca peta dapat membacanya dengan mudah dan menafsirkan artinya dengan benar. Peta adalah untuk dilihat pada jarak pandang tertentu, yang kemudian dipelajari dan dikaji isinya. Apabila pembaca peta tidak memahaminya maka peta akan kehilangan arti dan fungsinya. Oleh karena itu, simbol harus dibuat dengan jelas dan tegas, dan antara satu dengan simbol yang lain harus dapat dibedakan dengan mudah. Perbedaan simbol-simbol dapat berupa: bentuk, ukuran (besar, lebar), ketebalan, kerapatan, warna dan gradasinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media peta sangat di butuhkan oleh manusia jika dalam kesulitan untuk mencari dan menemukan tempat atau wilayah yang ingin dituju atau lagi ingin mengetahui dimana tempat, lokasi peristiwa atau semacam penemuan benda purbakala melalui media peta yang utamanya di butuhkan oleh siswa. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yang dimaksud penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan karya ilmiah dengan menggunakan atau meneliti data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati terhadap status kelompok manusia , suatu objek. Menurut Yin, (2002: 1) strategi penelitian adalah kasus tunggal. Sesuai permasalahan dalam penelitian ini yang berkenaan dengan how atau why bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa yang akan diselidiki dan bila fokus penelitian merupakan fenomena-fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Di samping itu karena fokus permasalahan penelitian sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti melaksanakan penelitian sesungguhnya, maka jenis strategi penelitian kasus ini secara lebih khusus dapat disebut studi kasus terpancang. Lebih lanjut Sutopo menjelaskan bahwa studi kasus terpancang merupakan studi yang tidak bersifat holistik penuh, tetapi sudah memusat (terpancang) pada beberapa variabel yang sudah ditentukan sebelum peneliti terjun ke lapangan, namun demikian sifat holistik ini masih tampak pada berbagai faktor yang
dipandang saling terkait, terinteraksi, dan faktor-faktor selain variabel utama tidak menjadi fokus atau tidak banyak dibahas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka strategi penelitian yang digunakan adalah tunggal terpancang, karena penelitian ini merupakan studi kasus yang hanya mengarah pada satu kasus yaitu tentang pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta di SMA Negeri 1 Bone. Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Data kuantitatif dimanfaatkan sebagai pendukung simpulan penelitian. Menurut Sutopo (2006: 57) bahwa jenis sumber data secara menyeluruh yang digunakan dalam penelitian kualitatif berupa manusia dengan tingkah lakunya, peristiwa, dokumen dan benda lain. Informasi tersebut akan digali dari beragam sumber data dan jenis sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian meliputi: 1. Informan atau narasumber adalah para pelaku yang terkait yaitu: Kepala sekolah sebagai penanggung jawab, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, guru, dan siswa di SMA Negeri 1 Bone. 2. Tempat dan peristiwa/aktivitas yaitu kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone. 3. Dokumen sekolah SMA Negeri 1 Bone. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, meneliti dokumen dan observasi. Wawancara Teknik wawancara atau komunikasi langsung adalah cara mengumpulkan data yang mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan narasumber dalam situasi sebenarnya maupun situasi sengaja dibuat untuk keperluan tersebut. Meneliti Dokumen Dokumen merupakan arsip tertulis sebagai sumber data yang sering memiliki posisi yang penting dalam penelitian kualitatif. Teknik analisis dokumen yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data yang berupa data-data
tertulis. Dengan teknik ini, peneliti tidak hanya sekedar mencatat isi penting yang tercatat dalam sumber data tersebut tetapi juga mencatat hal-hal yang tersirat. Teknik ini disebut contents analysis atau kajian isi (Moleong, 2006: 220). Data yang diteliti berupa perangkat pembelajaran sejarah (silabus, program tahunan, program semester, RPP, naskah soal ulangan, tugas portofolio peserta didik). Obsevasi Observasi ini menurut (Spradley yang dikutip Sutopo, 2006: 228) disebutkan bahwa observasi ini hanya sebagai pengamat yang hadir di lokasi, teknik penelitian ini disebut sebagai observasi berperan pasif. Observasi ini dilakukan secara informal supaya peneliti lebih leluasa untuk menanyakan, mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, peneliti mengamati proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta. Validasi Data Agar data yang diperoleh dapat diyakini kebenarannya, maka menurut Patton dalam Sutopo (2006: 92) data diuji melalui trianggulasi. Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi validitas data dalam penelitian kualitatif. Sesuai teori tersebut maka dalam penelitian ini validitas data akan diuji dengan menggunakan trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber dilakukan dengan menggunakan beberapa sumber data yang berbeda; berarti data yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji bila dibandingkan dengan data yang sejenis dan sumber lain. (Sutopo, 2006: 93). Dalam hal ini digunakan sumber data atau narasumber
yang
berbeda.
Caranya
dengan
mengumpulkan
kemudian
membandingkan perangkat pembelajaran guru sejarah yang satu dengan yang lain di SMA Negeri 1 Bone. Teknik Analisis Data Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif-kualitatif dengan tehnik analisis interaktif. Adapun alasan penelitian kualitatif di atas dimaksudkan untuk lebih mementingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai
kekhususan untuk dikelompokkan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti serta saling berkaitan (bottom up grounded theory) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemahaman Siswa SMA Negeri 1 Bone Terhadap Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Media Peta Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (25 April 2013) mengatakan bahwa penggunaan media peta pada pelajaran sejarah sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan, hal ini dapat ditujukan oleh hasil yang didapat siswa dari ujian tengah semester genap 2013 di SMA Negeri 1 Bone. Hasil wawancara dengan siswa kelas XI Siti Febrina Ruchban ( 6 Mei 2013) mengatakan bahwa, fakta di lapangan mata pelajaran sejarah bagi siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Bone merupakan mata pelajaran yang sangat diminati karena menambah pemahaman siswa. Hal ini disebabkan karena siswa diajar dengan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan. Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone termasuk mata pelajaran yang begitu diminati oleh siswa, hal ini disebabkan oleh guru mata pelajaran sejarah dalam melaksanakan pembelajaran banyak menggunakan metode dan media yang dianggap tidak membosankan oleh siswa, terutama penggunaan media peta. Hasil wawancara dengan siswa kelas X Sriwahyuningsi Moogangga ( 6 Mei 2013) mengatakan bahwa, pemahaman siswa terhadap materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia yang diajarkan dengan menggunakan media peta sangat baik, hal ini dapat ditujukan oleh respon siswa yang ada di kelas terhadap setiap bentuk pertanyaan dan arahan guru mata pelajaran sejarah terhadap deskripsi peta pesebaran awal kehidupan manusia purba di Indonesia itu sendiri. Selanjutnya ketika guru mata pelajaran sejarah memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju ke depan kelas untuk menunjukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusia purba di Indoonesia, dengan mudah siswa dapat menunjukan wilayah dan tempat persebaran penemuan kehidupan manusia purba itu sendiri beserta alasan mengapa persebaran manusia purba hanya ada di wilayah atau tempat itu sendiri.
Deskripsi dan pendapat siswa di atas diperkuat hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah Tambrin (13 Mei 2013) yang menyatakan bahwa pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sejarah dengan menggunakan media peta sangat baik. Hal ini dapat ditunjukan bahwa siswa tidak hanya sebatas mengetahui wilayah atau tempat yang diajarkan, akan tetapi lebih mengetahui alasan, proses, dan deskripsi yang jelas terhadap wilayah dan tempat yang telah dijelaskan oleh guru. B. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Bone Dengan Menggunakan Media Peta Berdasarkan
hasil
observasi
awal
(2
April
2013)
pelaksanaan
pembelajaran di SMA Negeri 1 Bone pada saat guru mata pelajaran sejarah Tamrin mengajar di kelas X dengan materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia, didapatkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan
menggunakan media peta untuk menggambarkan peristiwa sejarah sudah sering digunakan guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa menjadi mudah untuk mengetahui
sendiri
lokasi
peristiwa
sejarah,
sehingga
siswa
mampu
memahami/menangkap apa yang dijelaskan oleh guru dengan baik. Karena itulah siswa tidak mengalami kejenuhan dan memperhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan, sehingga berdampak pada optimalnya hasil belajar. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (14 April 2013), yaitu banyaknya perhatian dan antusias siswa saat guru menjelaskan materi di depan kelas dengan menggunakan media peta berdampak pada optimalnya hasil belajar siswa itu sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan persentase perhatian siswa pada saat guru memberikan materi pelajaran sejarah dengan mmenggunakan media peta sebesar 90%. Selain itu ratarata hasil belajar yang diperoleh adalah 80,27, yang sudah melebihi SKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75, dimana hampir seluruh siswa di SMA Negeri 1 Bone memenuhi SKM. Wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Bone Cirda A. Hadju (22 April 2013) dijelaskan bahwa, metode pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode pembelajaran konvensional yang berpola guru menerangkan,
siswa mendengarkan, tanya jawab, dan pemberian tugas dipandang oleh para guru dan ahli pendidikan sejarah kurang berhasil dan tidak menjadikan siswa menyenangi dan memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran sejarah itu sendiri. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan metode skematik merupakan alternatif pembelajaran sejarah yang lebih baik dari pembelajaran konvensional, mengacu pada psikologi kognitif dan pandangan konstruktivistik. Selanjutnya penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone sudah lama dimanfaatkan, karena dengan menggunakan media peta pada mata pelajaran sejarah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan tidak membuat siswa bosan. Wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone Tamrin (25 April 2013) dijelaskan bahwa, persepsi tentang pelajaran sejarah yang membosankan itu dapat dirubah melalui penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak dapat membuat siswa bosan. Penggunaan media peta di SMA Negeri 1 Bone pada mata pelajaran sejarah sangat membantu siswa dalam menerima materi, contohya pada materi awal kehidupan manusia purba di Indonesia, dimana siswa dapat mengetahui secara detail peta persebaran kehidupan manusia purba di Indonesia. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dengan menggunakan media peta terdapat pada alokasi waktu yang diberikan sangat sedikit dibandingkan dengan materi sejarah yang sangat banyak dan meluas, selanjutnya kuranya fasilitas yang mendukung dan ketersediaan fasilitas LCD dimasing-masing ruangan. Hasil wawancara dengan siswa kelas X SMA Negeri 1 Bone Isnawati Tangahu (1 Mei 2013) menyatakan bahwa, penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah di kelas X adalah salah satu cara membuat agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dengan mata pelajaran sejarah yang sering diajarkan pada jam-jam terakhir sekolah. Wawancara dengan siswa kelas XI Sofyan Panuwao (1 Mei 2013) menyatakan bahwa, guru sejarah mampu menciptakan proses pembelajaran sejarah secara kreatif dan menyenangkan, serta sangat aktif dalam memberikan materi pelajaran sejarah sesuai jadwal pelajaran. Selanjutnya pemberian materi
sejarah tidak monoton dengan menggunakan ceramah di kelas, contohnya dengan pemberian materi dengan menggunakan media peta. Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone pada materi - materi tertentu menggunakan beberapa media pembelajaran, diantaranya adalah dengan menggunakan peta sebagai salah satu media pembelajaran. Media peta bukalah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Penggunaan media peta dalam pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone terdapat berbagai macama asumsi dari siswa, pertama ada siswa yang menyatakan penggunaan media peta sangat menarik perhatian, hal ini terbukti dengan kreativitas yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun kreativitas yang muncul pada proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta yakni, dengan adanya tangapan, sikap, dan pertanyaan dari siswa yang merupakan indikator kreativitas itu sendiri. Kedua ada siswa yang menyatakan penggunaan media peta menarik, hal ini terbukti dengan beberapa siswa yang perhatian materi selama pelajaran berlangsung dan berbicara dengan teman-teman lain Asumsi di atas maka dapat dilihat indikasi kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta seperti pada tabel-tabel di bawah ini
Tabel 9. Indikasi kreativitas siswa di SMA Negeri 1 Bone dalam proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media peta
No
Indikasi selama pembelajaran Kegiatan peserta didik memperhatikan hal-hal
1
yang menurut mereka penting dari materi yang dibahas.
2
3
Munculnya berbagai macam pertanyaan.
Ciri kreativitas Mempunyai minat dan mandiri dalam berpikir Imajinatif, ingin tau, dan percaya diri
Munculnya respon terhadap pertanyaan yang Imajinatif, mandiri dalam diberika guru dari materi yang telah dibahas
berpikir, dan percaya diri
Sumber : Data SMA Negeri 1 Bone dan olahan dari hasil observasi
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hah-hal sebagai berikut : 1. Pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone bisa dikatakan tidak monoton dan membosankan, hal ini dikarenakan guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone dalam menjelaskan materi sejarah banyak menggunakan metode dan media, salah satunya adalah penggunaan media peta yang dapat menciptakan suasana pembelajaran di kelas menjadi efektif, tidak monoton, dan membosankan. 2. Penggunaan media peta pada pelajaran sejarah sangat membantu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan, hal ini dapat ditujukan oleh hasil yang didapat siswa dari ujian tengah semester genap 2013 di SMA Negeri 1 Bone. Fakta di lapangan menunjukan bahwa pemberian materi mata pelajaran sejarah dengan menggunakan media peta bagi siswa di SMA Negeri 1 Bone dapat menambah pemahaman siswa terhadap setiap materi yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena siswa diajar dengan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.
Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti akan mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Kabupaten Bone Bolango: Kiranya lebih memperhatikan kebijakan dan kontrol di masing-masing sekolah dalam hal penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di daerah. 2. Bagi Sekolah SMA Negeri 1 Bone : a. Lebih meningkatkan hasil yang sudah dicapai sekarang dalam hal penggunaan media, khususnya penggunaan media peta pada mata pelajaran sejarah. b. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasaran yang berhungan dengan aktivitas pembelajaran siswa, khususnya sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Bone.
c. Setiap sekolah dan bahkan setiap kelas disarankan punya peta sesuai dengan tingkat kebutuhan pelajarannya. 3. Bagi Guru sejarah SMA Negeri 1 Bone: a. Diharapkan guru sejarah lebih menguasai dan mendalami pengetahuan tentang peta dan pemnanfaatannya. b. Peta sebagai media pembelajaran sejarah harus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh guru sejarah dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran sejarah secara tuntas. c. Diharapkan guru sejarah harus mampu menguasai berbagai jenis dan macam peta sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. d. Diharapkan guru sejarah mengajarkan pada siswa cara membuat peta dan penggunaannya dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta. Geografi-bumi2009.(www.geografi-bumi.blogspot.com/2009/09/pengertianpeta.html. di akses pada tanggal 16 februari 2013) Handbook. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 2. PT. Imperial Bhakti Utama __________2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan: Bagian 3. PT. Imperial Bhakti Utama Kochhar, S.K. 2008.Pembelajaran Sejarah: Teaching of History.Jakarta: Grasindo. Laely Armiyati. 2011. Pemanfaatan Film Sebagai Media Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menegah Atas Kota Yogyakarta. TESIS. Menno – Jan Kraak dan Ferjan Ormeling.2007.Kartografi (Visualisasi Data Geospasial), Gadjah Mada Universiti Press Robert K Yin. 2011. Studi Kasus. Ombak. Jogyakarta. Sutopo,HB.2006.Metodologi
Penelitian
Kualitatif:
Dasar
Teori
Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
dan