WANITA JAWA ( Studi Kasus di Daerah Transmigrasi Kecamatan Toili )
Kanti Lestari, Darwin Une*, Yusni Pakaya** Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Kanti Lestari, Nim.231409032. 2013. Wanita Jawa (Sudi Kasus di Daerah Transmigrasi Kecamatan Toili.Skripsi. Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili. (2) peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan kajian fenomenologis diungkapkan secara deskriptif analisis kritis.Teknik analisis interaktif ini memiliki empat komponen analisis yaitu : Pertama pengumpulan data. Kedua reduksi data. Ketiga sajian data. Keempat, Verifikasi/penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa gambaran wanita Jawa di Kecamatan Toili seiring perkembangan adat dari masa ke masa memiliki sifat yang begitu kental dengan menonjolkan peranan dominan kaum pria, sedang kaum wanita Jawa di Kecamatan memperoleh kedudukan serta peranan yang tidak terlalu menonjol. Di Kecamatan Toili dominasi pria meliputi berbagai aspek kehidupan antara lain bidang sosial, politik, sosio-kultural, religius.Meskipun terdapat banyak perbedaan posisi sosial wanita Jawa di Kecamatan Toili, dalam bidang pertanian, perkebunan dan organisasi sosial tempat wanita Jawa di Kecamatan Toili mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yang sangat penting. Dalam keluarga wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun non ekonomis. Wanita Jawa di daerah tranmigrasi kecamatan Toili tidak mengalami kesulitan yang bebarti dalam bermasyarakat. Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita Jawa di Kecamatan Toili dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK, kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Kata Kunci : Wanita, Wanita Jawa, Keluarga, Masyarakat, Organisasi.
PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia seiring perkembangan adat dari masa ke masa memiliki sifat yang begitu kental dengan menonjolkan peranan dominan kaum pria, sedang kan kaum wanita memperoleh kedudukan serta peranan yang tidak terlalu menonjol. Pada hakekatnya dalam masyarakat dominasi pria meliputi berbagai aspek kehidupan antara lain bidang sosial, politik, sosio-kultural, religius. Dalam lingkungan keluarga, pria menjadi kepala keluarga mempunyai kekuasaan sebagai pemberi keputusan, sebagai pencari nafkah, jabatannya menentukan status keluarga, penentu garis keturunan, pemimpin kerabat. Selain itu, peranan seksualitas dominan dengan adanya lembaga poligami. Lelaki dilihat mempunyai model yang ditegaskan dengan sifat-sifat otoriter, kejantanan fisik (kuat dan terampil), dinamis dan aktif. Pihak lelaki dengan
demikian
lebih
banyak
berkomunikasi
keluar,
bertindak,
bertanggungjawab, dan produktif. Berbeda dengan peranan perempuan sebagai ibu secara wajar menciptakan peranan pendidikan anak-anak serta segala pengaturan rumah tangga. Tidak mengherankan apabila peranan perempuan lebih pada lingkungan keluarga dan rumah tangga. Wanita tidak banyak bertindak keluar, lebih statis dan pasif, tunduk dan taat kepada kepala keluarga. Fungsi sosial dan ekonomi wanita berbeda dari pria, dan secara keseluruhan status wanita dianggap rendah. Meskipun terdapat banyak perbedaan lokal, posisi sosial wanita bagaimanapun lebih baik jika dibandingkan hak-hak wanita di banyak negara di Asia. Dalam bidang pertanian, tempat wanita mempunyai fungsi ekonomi yang sangat penting, posisi mereka sama sekali tidak direndahkan. Pandangan mengenai anggapan rendahnya kedudukan wanita disebabkan karena sejak awal menurut adat tradisi selalu ditekankan perbedaan perlakuan antara pria dan wanita, salah satunya dalam hal pendidikan. Pendidikan bagi kaum wanita belum bisa dirasakan secara merata oleh masyarakat umum. Di pedesaan bagi banyak keluarga petani, sekolah hanya merupakan suatu hal yang baru. Anak dari keluarga petani di pedesaan umumnya tidak mengenal akan pentingnya pendidikan. Bagi mereka seorang anak, apalagi anak perempuan hanya berkewajiban untuk membantu orang tuanya meningkatkan ekonomi keluarga
dengan melakukan pekerjaan di sawah atau perkebunan-perkebunan swasta atau di pabrik. Kondisi ini menunjukkan adanya keluguan atau kebutaan ekonomi perempuan desa yang sederhana, perempuan miskin yang tidak berdaya. Pandangan tentang penduduk desa kebanyakan masih bodoh, yang berarti masih belum berpendidikan. Seperti yang telah diketahui, pada umumnya berdasarkan kecenderungan masyarakat, citra seorang wanita selalu dianggap lebih rendah daripada pria. Banyak fakta yang memperlihatkan bahwa kebanyakan seorang wanita terlepas dari kewajibannya, terlalu diposisikan di bawah dari kaum pria. Seharusnya wanita dan pria memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam kebebasan bersuara, berpendapat, dan mengaktualisaikan dirinya sehingga tercipta sebuah kesinergisan yang saling menguntungkan. Banyak hal yang tidak disadari oleh masyarakat bahwa sebenarnya wanita telah memberikan kontribusi yang besar dalam urusan rumah tangga, terutama dalam hal pengelolaan keuangan keluarga. Baik seorang ibu yang bekerja ataupun yang tidak bekerja memiliki peranan yang sama didalamnya. Sebuah keluarga dimungkinkan tidak dapat mencukupi kepentingan serta kebutuhan keluarganya apabila tidak memiliki manajamen dan pengaturan keuangan yang baik dalam menggunakan penghasilan yang didapat. Maka dari itu, dalam hal ini peran seorang wanita harus dapat lebih dilibatkan dan diintegrasikan di dalam pengambilan keputusan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran dan kedudukan wanita Jawa dalam keluarga memiliki pengaruh yang cukup besar. Oleh karena itu, perlu adanya pembahasan yang lebih mendalam akan masalah ini. Tidak mungkin selamanya wanita selalu terkekang dan berada di bawah wewenang pria sehingga mereka menjadi kaum yang terkucilkan dalam pergaulan masyarakat dan tidak memiliki kekuasaan sama sekali dalam pengambilan keputusan beberapa permasalahan di dalam suatu keluarga. Keadaan wanita Jawa di kecamatan Toili tidak lepas pula dari sedikit persoalan yang telah dijelaskan di atas. Wanita Jawa di kecamatan Toili masih tetap dalam lingkaran tradisi masarakat Jawa yang mengikat antara status pria dan
wanita, dimana kedudukan pria lebih dominan dari wanita dalam hal pengambilan keputusan. Walaupun kedudukan wanita Jawa di kecamatan Toili kurang dominan dalam hal pengambilan keputusan, tetapi wanita Jawa memiliki peran yang sangat besar, hal ini terlihat dari berbagai macam aktifitas yang dilakukan dalam kesehariannya di lingkungan keluarga, masyarakat, dan organisasi. Peran ganda yang di jalankan oleh para wanita Jawa di kecamatan Toili ini tidak terlepas dari adanya dukungan sosial baik dukungan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Dukungan sosial dapat berpengaruh positif terhadap individu, dukungan sosial juga menjadi alasan mengapa wanita Jawa di kecamatan Toili memilih untuk tetap berada dalam peran gandanya. Penelitian ini menggunakan beberapa konsep teori, yakni teori tentang masyarakat, gender, dan teori struktural fungsional. Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut. Pertama teori tentang masyarakat, masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individuindividu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar etnis-etnis. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. Sumber dari wikipedia ( http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat) kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Sumber dari ( http://id.wikipedia.org/wiki/Pencaharian .Masyarakat) masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut
masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional. Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara. Berbagai macam definisi tentang masyarakat di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jawa yang ada di kecamatan Toili adalah masyarakat yang homogen, hal ini dapat dibuktikan oleh berbagai macam pola dan aktifitas kehidupan dalam membaur dalam masyarakat. Kedua tentang gender, konsep gender yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan femininitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminin dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau feminin itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin. Mungkin kita semua seringkali mendengar banyak orang yang mengucapkan kata Gender dalam kehidupan sehari-hari. Namun tahukah apa arti Gender sebenarnya? Berikut ini kami akan menyampaikan secara singkat dan sederhana mengenai aspek Gender dan keterkaitannya terhadap perspektif ilmu Seksologi. Sumber dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Gender_%28sosial%2 9) gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu (seseorang) dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat. Gender sebagai "seperangkat peran, perilaku, kegiatan, dan atribut yang dianggap layak bagi laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial, dalam suatu masyarakat. Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan. Ilmu bahasa (linguistik) juga menggunakan istilah gender (alternatif lain adalah genus) bagi pengelompokan kata benda (nomina) dalam sejumlah bahasa. Banyak bahasa, yang terkenal dari rumpun bahasa Indo-Eropa (contohnya bahasa Spanyol) dan Afroasiatik (seperti bahasa Arab), mengenal kata benda "maskulin" dan "feminin" (beberapa juga mengenal kata benda "netral"). Gender dikaitkan dengan orientasi seksual. Seseorang yang merasa identitas gendernya
tidak sejalan dengan jenis kelaminnya dapat menyebut dirinya "intergender", seperti dalam kasus waria. Menurut Dede Wiliam de-Vries (2006:3) gender tercipta melalui proses sosial budaya yang panjang dalam lingkup masyarakat tertentu. Gender itu berasal dari bahasa latin “Genus” yang berarti jenis atau tipe. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya. Kalau begitu antara gender dengan seks adalah sama? Pertanyaan itu sering muncul dari pengertian kata asli dari genus atau gender itu sendiri. Gender itu sendiri adalah kajian perilaku atau pembagian peran antara laki-laki dan perempuan yang sudah dikonstruksikan atau dibentuk di masyarakat tertentu dan pada masa waktu tertentu pula. Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis, memproduksi sperma dan menghamili, sementara perempuan mengalami menstruasi, bisa mengandung dan melahirkan serta menyusui dan menopause. Bagaimana pula bentuk hubungan gender dengan seks (jenis kelamin) itu sendiri? Hubungannya adalah sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling membantu atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan dan ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status sosial maupun nilai tradisi dan norma yang dianut. Peran ataupun tingkah laku yang diproses pembentukannya di masyarakat itu terjadi pembentukan yang “mengharuskan” misalnya perempuan itu harus lemah lembut, emosional, cantik, sabar, penyayang, sebagai pengasuh anak, dan pengurus rumah. Sedangkan laki-laki harus kuat, rasional, wibawa, perkasa (macho), pencari nafkah. Perempuan sebagai istri dalam rumah tangga transmigran berpotensi untuk memberikan kontribusi pendapatan keluarga. Sebagai konsekuensi dari alokasi waktu untuk bekerja, perempuan harus bisa mengatur waktu antara bekerja untuk mencari nafkah dan mengurus keluarga. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga. Perempuan memiliki potensi yang besar untuk berkiprah dalam pembangunan di pedesaan. Anggapan bahwa kaum perempuan selayaknya
mengurus rumah tangga dan keluarga, sementara kaum pria diharapkan lebih banyak berperan di sektor publik, perempuan sekarang tidak lagi menjadi teman hidup saja atau mengurus rumah tangga, tetapi ikut serta dalam menciptakan ketahanan ekonomi rumah tangganya. Transmigran pada umumnya memiliki pendapatan yang terbatas. Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah seringkali karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan memenuhi kekurangan tenaga kerja. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi waktu kerja dan kontribusi perempuan terhadap pendapatan keluarga. Ketiga tentang teori struktural fungsional, tafsir para fungsionalis, fungsionalisme adalah metodologi untuk mengeksplorasi saling ketergantungan. Di samping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme merupakan teori tentang proses kultural. Selain berminat melacak saling pertautan yang sangat bermacam ragam dan seringkali mengejutkan antara unsur-unsur suatu budaya, banyak fungsionalis berpandangan bahwa mereka telah menciptakan sosok teori yang menjelaskan mengapa unsur-unsur itu berhubungan secara tertentu, dan mengapa terjadi pola budaya tertentu atau mengapa pola itu bertahan. Ketika Malinowski (dalam David Kaplan. 1999) menjelaskan megic Trobriand sehubungan dengan fungsinya untuk mengurangi kecemasan menghadapi hal-hal yang tak dipahami, dia seolah menjelaskan alasan kehadiran dan kelestarian megic itu dalam budaya Trobriand. Demikian juga eksistensi (dan juga persistensi) upacara keagamaan dalam kaitan dengan sumbangan upacara keagamaan itu bagi kerekatan sosial. Fungsi juga menunjuk pada proses yang sedang atau yang akan berlangsung, yaitu menunjukkan pada benda tertentu yang merupakan elemen
atau bagian dari proses tersebut, sehingga terdapat perkataan ”masih berfungsi” atau ”tidak berfungsi.” Fungsi tergantung pada predikatnya, misalnya pada fungsi mobil, fungsi rumah, fungsi organ tubuh, dan lain-lain termasuk fungsi komunikasi politik yang digunakan oleh suatu partai. Secara kuantitatif, fungsi dapat menghasilkan sejumlah tertentu, sesuai dengan target, proyeksi, atau program yang telah ditentukan. Masalah nilai yang ditujukan kepada manusia dalam melaksanakan fungsi dan aktivitas dalam berbagai bentuk persekutuan hidupnya. Sedangkan bendabenda lain melaksanakan fungsi dan aktivitas hanya sebagai alat pembantu bagi manusia dalam melaksanakan fungsinya tersebut. Demikian pula fungsi komunikasi dan fungsi politik, fungsi dapat kita lihat sebagai upaya manusia. Hal ini disebabkan karena, baik komunikasi maupun politik, keduanya merupakan usaha manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara garis besar tujuan yang diharapkan dari penulisan ini adalah : Pertama, untuk mengetahui perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili. Kedua, untuk mengetahui peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi. METODE PENULISAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang kajian fenomenologis dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis, dan penelitian ini bersifat naturalistic yang memfokuskan pada pengumpulan infomasi tentang keadaan atau realita yang sedang berlangsung dengan menggambarkan sifat dari keadaan saat penelitian dilakukan. Penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus terpancang (embedded case study research) karena fokus permasalahan sudah ditentukan dalam proposal sebelum peneliti melaksanakannya. Disebut kasus tunggal terpancang karena penelitian ini mempunyai karakteristik tunggal (Sutopo, 2006: 137-140).
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan wanita Jawa di daerah transmigrasi Kecamatan Toili Pada awal tahun 1974 Kecamatan Toili adalah salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk yang terkecil dibandingkan daerah lain di Kabupaten Banggai, pertumbuham pembangunannya masih kecil dan perekonomian masih belum berkembang, maka oleh karena itu pemerintah pusat atau Departemen Transmigrasi dan Tenaga Kerja di putuskanlah untuk membangun daerah transmigrasi. Selain karena kurangnnya jumlah penduduk di Kecamatan Toili, yang menjadi alasan pemerintah daerah untuk menjadikan kecamatan Toili sebagai tujuan transmigrasi, alasan pemerintah daerah untuk menjadikan Kecamatan Toili sebagai
tujuan
transmigrsi,
karena
tempatnnya
dipedalaman
sangat
menguntungkan bagi pertanian, jenis tanamamn yang ditanam bermacam-macam, dan juga jarang penduduknnya. Unit pemukiman transmigrasi Kecamatan Toili sangat banyak lahan kosong dan tanaman hutan. Jika dicermati perkembangan wanita Jawa di Kecamatan Toili, ada bukti kemajuan nyata yang telah dialami. Namun ada pula cukup bukti bahwa sebagian kecil wanita Jawa di Kecamatan Toili belum sepenuhnya bebas dari diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Masih ada pula wanita Jawa yang mengalami pelecehan, menjadi korban kekerasan, mengalami marginalisasi baik di rumah tangga atau di tempat kerja. Terhadap perlakuan yang tidak adil tersebut, hukum belum berpihak sepenuhnya. Akibatnya masyarakat semakin tidak percaya pada pemerintah dan lembaga penegak hukum. Pemerkosaan belum lama ini terjadi mempunyai makna ganda. Pertama, hal ini menunjukkan perilaku kekerasan dari masyarakat yang bertentangan dengan hukum. Kedua, perilaku masyarakat ini juga dapat menjadi indikasi dari adanya ketidak percayaan masyarakat pemerintah. Ketimpangan gender tidak hanya menjadi masalah perempuan, tetapi masalah semua anak bangsa. Demikian juga masyarakat yang berkeadilan gender tidak hanya akan menguntungkan wanita Jawa di Kecamatan Toili, tetapi juga
laki-laki, karena majunya wanita Jawa di Kecamatan Toili akan menjadi variabel penting dari kemajuan masyarakat secara keseluruhan, laki-laki dan Wanita. Berdasarkan deskripsi di atas maka ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi dan menjadi solusi dari berbagai persoalan tentang wanita Jawa di kecamatan Toili sebagai berikut : 1. Menghilangkan diskriminasi antara pria dan wanita dalam hal peran dan kedudukannya. 2. Perlu adanya sosialisai terhadap pentingnya dunia pendidikan bagi semua pria dan wanita di kecamatan Toili 3. Memberikan kesempatan kepada wanita Jawa di kecamatan Toili untuk mengecam pendidikan yang lebih tinggi. B. Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga, masyarakat, dan organisasi Transmigran pada umumnya memiliki pendapatan yang terbatas. Keikutsertaan perempuan dalam kegiatan mencari nafkah seringkali karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan memenuhi kekurangan tenaga kerja. Adapun jenis pekerjaan wanita Jawa di kecamatan Toili diantaranya, penanaman, penyiangan, panen dan pasca panen. Jika pengolahan lahan dilakukan secara gotong royong, wanita Jawa di kecamatan Toili tetap mempunyai peranan sebagai penyumbang tenaga kerja tidak langsung, seperti menyediakan makanan dan minuman bagi pekerja. Di perkebunan kelapa sawit, wanita Jawa di kecamatan Toili umumnya bekerja di bidang pembibitan dengan memperoleh imbalan berupa upah. Keterlibatan perempuan dalam mencari nafkah dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan keluarga, tetapi sekaligus menyebabkan waktu yang dicurahkan untuk kegiatan rumah tangga dan kehidupan sosial di luar rumah semakin berkurang sehingga diperlukan pembagian waktu yang memungkinkan keduanya dapat berjalan tanpa ada yang harus dikorbankan. Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam keluarga sangat menonjol, hal ini disebabkan karena peran ganda wanita
Jawa itu sendiri. adapaun peran ganda wanita Jawa di kecamatan Toili dalam keluarga adalah : pertama, sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus segala bentuk aktivitas dalam keluarga. kedua, sebagai patner suami dalam
hal
memenuhi kebutuhan ekonomi keluagra. Peran yang di jalankan oleh para wanita Jawa di kecamatan Toili ini tidak terlepas dari adanya dukungan sosial baik dukungan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan tempatnya bekerja. Dukungan sosial dapat berpengaruh positif terhadap individu. Dukungan sosial juga menjadi alasan mengapa wanita memilih untuk tetap berada dalam peran gandanya ini. Dukungan sosial dapat berasal dari suami, teman seprofesi maupun keluarga inti yang dapat memberi kontribusi pada keluarga. Pengertian keluarga dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting. Dukungan suami dan anakanak berpengaruh besar bagi mereka yang memutuskan untuk terus berkarir. Semua tampaknya kembali pada dasar pemikiran tentang konsep rasa bahagia bagi wanita. Apakah rasa bahagia itu ada dalam keluarga atau pekerjaan. Alangkah baiknya bila kedua hal tersebut berjalan seimbang. Sehingga, ungkapan ''be a woman'' yang menekankan agar seorang wanita dapat menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dapat terwujudnya, karir, keluarga, dan anakanak dapat menjadi wujud yang harmonis dalam diri seorang wanita. Peningkatan peranan wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat dimaksudkan untuk menciptakan kemitrasejajaran pria dan wanita dalam kehidupan berkeluarga maupun bermasyarakat. Peran wanita dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor pembangunan. Peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam masyarakat nampak dari beberapa hal sebagai berikut : 1. Interaksi dengan wanita-wanita lain di kecamatan Toili, gotong royong dalam pembersihan jalan yang sering berumput dan pembangunan jalan yang sering berlubang. 2. Bergotong royong dengan kaum pria dalam pembangunan tempat ibadah dan mereka akan saling bahu membahu dalam kerja.
3. Membantu masyarakat dalam menggarap persawahan dengan wargawarga setempat. 4. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Wanita Jawa di kecamatan Toili dalam masyarakat hampir tidak pernah ada konflik fisik yang terjadi hanya konflik non fisik yang terjadi seperti perbedaan pendapat yang terjadi dalam suatu musyawarah yang dilakukan. Contohnnya dalam musyawarah pemilihan kepala desa, pembentukan struktur organisasi, ,misalnnya organisasi dalam masyarakat untuk pembentukan kelompok tani, pembagian lahan, untuk sejumlah warga untuk membuat perumahan dan musawarah lainnya. Kontribusi peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi sangatlah berimbang dengan kontribusi wanitawanita dari berbagai macam suku di kecamatan Toili seperti, wanita pribumi, wanita Bali, wanita Bugis. Keikutsertaan wanita Jawa di kecamatan Toli adalah sebuah bukti bahwa selain berperan dalam keluarga, masayarakat wanita Jawa juga mampu berkecimpung dalam berbagai macam organisasi kewanitaan di kecamatan Toili. Adapun bentuk peran dan kedudukan wanita Jawa di daerah transmigrasi kecamatan Toili dalam organisasi adalah sebagai berikut : 1. Pembinaan kelompok PKK di kecamatan Toili. 2. Ikut serta dalam kelompok wanita tani (KWT). 3. Ikut serta dalam pengelolaan PNPM Mandiri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hah-hal sebagai berikut : 1. Gambaran wanita Jawa di Kecamatan Toili seiring perkembangan adat dari masa ke masa memiliki sifat yang begitu kental dengan menonjolkan peranan dominan kaum pria, sedang kaum wanita Jawa di Kecamatan memperoleh kedudukan serta peranan yang tidak terlalu menonjol. Di Kecamatan Toili dominasi pria meliputi berbagai aspek kehidupan antara lain bidang sosial, politik, sosio-kultural, religius. Dalam lingkungan keluarga, pria menjadi kepala keluarga mempunyai kekuasaan sebagai pemberi keputusan, sebagai pencari nafkah, jabatannya menentukan status keluarga, penentu garis keturunan, pemimpin kerabat. Meskipun terdapat banyak perbedaan posisi sosial wanita Jawa di Kecamatan Toili, dalam bidang pertanian, perkebunan dan organisasi sosial tempat wanita Jawa di Kecamatan Toili mempunyai fungsi sosial dan ekonomi yang sangat penting, dan posisi mereka sama sekali tidak direndahkan. 2. Dalam keluarga wanita Jawa di kecamatan Toili melakukan berbagai pekerjaan baik pekerjaan yang bernilai ekonomis maupun non ekonomis.. 3. Wanita Jawa di daerah tranmigrasi kecamatan Toili tidak mengalami kesulitan yang bebarti dalam bermasyarakat. Hal ini dalam artian penyesuaian diri wanita Jawa terhadap sesama penduduk atau peserta yang mengikuti program tranmigrasi. 4. Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita Jawa di Kecamatan Toili dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK, kelompok wanita tani ( KWT) dan PNPM Mandiri. Di samping itu, terus dilanjutkan kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan di kecamatan Toili. Kegiatan wanita
Jawa di kecamatan Toili dalam organisasi diselenggarakan melalui kelompok pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK). Kelompok PKK telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Toili. Saran Adapun saran yang dapat dirumuskan dari hasil kesimpulan yang telah dijelaskan di atas adalah sebagai berikut : 1. Bagi pemerintah kecamatan Toili. a. Lebih memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada kaum wanita untuk mengembangkan kemampuan dalam berbagai bidang. b. Meningkatkan sumber daya wanita dengan cara memberi pemahaman kepada masyarakat akan betapa pentingnya dunia pendidikan bagi wanita di kecamatan Toili. c. Membentuk dan menambah wadah-wadah organisasi kewanitaan yang ada di kecamatan Toili. d. Memberikan sosialisasi tentang gender dan pentingnya emansipasi wanita kepada masyarakat di kecamatan Toili. e. Menghilangkan diskriminasi antara pria dan wanita dalam hal peran dan kedudukannya. 2. Bagi wanita Jawa di kecamatan Toili a. Diharapkan agar dapat menyeimbangkan antara kepentingan keluarga, kepentingan masyarakat dan kepentingan organisasi. b. Diharapkan agar selalu menjaga keharmonisan interaksi dalam bermasyarakat khususnya dengan wanita – wanita suku lain yang ada di kecamatan Toili. c. Diharapkan agar tidak melupakan kodratnya sebagai wanita, yakni menjadi istri dan ibu dari anak-naknya.
DAFTAR RUJUKAN David Kaplan. 1999. Teori Budaya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Dede Wiliam de Vries. 2006. Gender Bukan Tabu : catatan perjalanan fasilitas kelompok perempuan Jambi. CIVOR. Bogor. Jurnal analisis social. 2003. Perempuan, Kemiskinan dan Pengambilan,Keputusan . ISSN 1411-0024. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Wikipedia.2012.(http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat). di akses tanggal 14 Desember 2012. Wikipedia . 2012. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Gender_%28sosial%29). di akses tanggal 23 September2012.