“ETOS KERJA MASYARAKAT TRANSMIGRASI” (Studi Kasus Di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo) Jurusan Pendidikan sejarah Fakulkas Ilmu sosial, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Rahmat Riansyah Ngabito, 231 410 035. “ Etos Kerja Masyarakat TRansmigrasi “. Program Study Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Di bawah bimbingan Ibu Dra. Hj. Resmiyati Yunus, M.Pd dan Ibu Hj. Yusni Pakaya, S.Pd., M.Pd Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Adapun dengan cara ini dapat dengan mudah menganalisis dan menjelaskan masalah sesuai dengan judul yang diangkat. Dengan metode deskriptis secara kualitatif terhadap data yang telah dikumpulkan maka penulis berharap segala permasalahan dapat di telaah dan diulas sehinggah pada akhirnya dapat memberikan solusi dan bersifat kontruktif sebagaimana yang diharapkan. Adapun data yang telah dikumpulkan dalam mendukung hasil penelitian ini benar-benar dapat dipercaya baik secara actual dan keabsahaanya oleh karena semua data yang dikumpulkan bersumber dari buku, artikel-artikel, baik yang berasal dari media cetak maupun internet. Selain itu penulis tidak saja mengambil referensi selain hal yang disebutkan diatas, akan tetapi penulis secara langsung turun dilapangan melakukan wawancara dengan masyarakat di KEcamatan Wonosari dalam proses pengumpulan data sebagai langkah preventif terjadinya patologi-patologi dan manipulasi data. Untuk mendapatkan data yang akurat dan empirik, maka dalam proses pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah dokumentasi, observasi, dan wawancara. Adapun teknik dokumentasi digunakan untuk mempermudah penulis dalam proses pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, observasi bertujuan agar penulis dapat dengan mudah mengetahui kondisi rill dari masalah yang akan ditulis dalam karya ini. Sementara wawancara diambil oleh penulis sebagai metode dalam karya ini guna mengetahui bagaiman gambaran sesungguhnya Daerah Transmigrasi yang ada Di Kecamatan Wonosari. Adapun langkah penulisan ilmiah ini dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada metode kepustakaan, studi lapangan (observasi) dan wawancara. Artinya, penulis mengumpulkan berbagai macam sumber kepustakaan, hasil observasi dan wawancara yang mendukung permasalahan penulisan yakni Etos Kerja masyarakat Transmigrasi.
Kata Kunci: Etos Kerja, Nilai-nilai, dan Pembangunan Nama : Rahmat Riansyah Ngabito Nim : 231 410 035 Judul : “ETOS KERJA MASYARAKAT TRANSMIGRASI (Studi Kasus di Kecamatan Wonosari) Pembimbing : 1. Dra. Resmiyati Yunus, M.Pd 2. Hj. Yusni Pakaya, S.Pd., M.Pd
PENDAHULUAN Pada dasarnya manusia sebagai makhluk biologis, sejak pertumbuhannya memerlukan kebutuhan jasmaniah, ruang, dan manusia sebagai makhluk sosial juga memiliki kemampuan, emosi, dan potensi-potensi kejiwaan yang pada akhirnya melahirkan sebuah kebudayaan maupun mengembangkan kebudayaan ditengah-tengah masyarakat. Studi-studi sosiologi dalam beberapa dekade belakangan bermuara pada satu kesimpulan yang mengaitkan etos kerja manusia dengan keberhasilannya, bahwa keberhasilan diberbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh sikap, perilaku dan nilai-nilai yang diadopsi individu-individu manusia dalam komunitas atau konteks sosialnya. Setiap bangsa mempunyai pandangan hidup, dan pandangan hidup yang dimiliki suatu bangsa itu khas dan mempengaruhi bagaimana perilaku dan budaya bangsa yang bersangkutan. Semangat kerjapun dipengaruhi oleh pandangan hidup sehingga dalam masyarakat dikenal istilah etos kerja. Etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok masyarakat terhadap kehidupan,responatautindakanyangmunculdari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang, kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang, kelompok atau masyarakat.Pada dasarnya etos kerja yang orientasinya pembangunan merupakan suatu hal yang pasti terjadi dalam setiap masyarakat sebagai suatu proses/daya upaya dalam pemenuhan kebutuhan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Lahan adalah milik masyarakat bersama, dan yang terpenting, individu dan masyarakat.Adapun etos kerja yang dimiliki oleh setiap individu dalam konteks masyarakat adalah sebagai pengembangan sifat yang mandiri, termotivasi, dan saling berkerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini mengingat bahwa tiap masyarakat mempunyai hasrat dan keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat masing-masing. Sehinggah perlunya perhatian khusus dari pemerintah sebagai pertanggungjawaban. Karena nantinya masyarakat dengan etos kerja dan didampingi dengan infrastruktur daerah yang memadai, nantinya akan menjadi aset sebagai peningkatan ekonomi dan devisa yang berguna bagi bangsa dan negara.
Secara operasional, bahwa etos kerja dipengaruhi beberapa aspek yaitu aspek Agama, Budaya, Sosio-Politik, Pendidikan, Motivasi individu dan Kondisi Lingkungan (Geografis). Namun, dalam hal ini etos kerja dalam rangka pembangunan daerah itu sendiri bertalian erat dengan kondisi lingkungan yang memadai. Sebagian orang mengatakan bahwa adanya indikasi bahwa etos kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. Seperti halnya para transmigrasi. Transmigrasi antara lain bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan baik bagi masyarakat trasmigran itu sendiri maupun bagi masyarakat sekitarnya melalui etos kerja yang tinggi. Dalam rangka mewujudkan tujuan transmigrasi di implementasikan dalam program yang akurat yaitu : penyediaan tanah, penyiapan pemukiman, seleksi pelatihan dan penempatan, pembinaan ekonomi, dan sosial budaya masyarakat. Dalam perencanaan pemukiman dan pembinaan yang di transparansikan berupa pemekaran suatu wilayah berupa suatu desa baru, secara umum transmigrasi diharapkan dapat membantu meningkatkan daya serap masyarakat terhadap berbagai perkembangan termasuk didalamnya untuk menambah pola kehidupan sehari-hari dan dapat berbaur dengan masyarakat lainnya. Proses transmigrasi masyarakat dapat diartikan sebagai proses perpindahan penduduk demi mengurangi kepadatan penduduk yang ada dalam suatu daerah. Melalui pendekatan ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumber daya yang akan mempengaruhi kehidupannya maupun lingkungannya. Untuk mengerjakan suatu pekerjaan seperti membuat mengelolah lingkungan atau tanah kosong membutuhkan tenaga kerja. Seperti halnya kasus yang terjadi dimasyarakat transmigrasi yang ada di Kecamatan Wonosari. Berdasarkan hasil observasi bahwa di Kecamatan Wonosari merupakan wilayah yang diprogramkan transmigrasi oleh pemerintah guna pembangunan daerah. Adapun masyarakat transmigrasi berasal dari Bali, Jawa Timur, Minahasa Sangir, dan Lombok. Adapun mata pencaharian yang ditekuni oleh masyarakat transmigrasi adalah pertanian dibandingkan mata pencaharian lainnya. Adapun masyarakat yang menekuni diri dibidang pertanian berjumlah 4192KK dari 6653KK yang ada di Kecamatan Wonosari. Selain pertanian, perkebunan pun menjadi mata pencaharian terbesar setelah pertanian. Apabila masyarakat transmigrasi dikaitkan dengan persoalan etos kerja, maka akan menjadi kesimpulan yang komplit ketika diperhadapkan pada aspek kerja di daerah Kecamatan Wonosari. Kondisi etos kerja masyarakat transmigrasi yang berada di Kecamatan Wonosari yaitu sampai dengan saat ini tetap terus terjaga. Mengingat lebih besar masyarakat transmigrasi berjenis kelamin lelaki dari pada berjenis kelamin perempuan sehinggah etos kerja yang dimiliki oleh masyarakat trasnmigrasi,
mampu merubah tingkat pendapatan dan produktifitas. Gambaran kecil adalah Desa Sukamaju, dimana produktifitas beras yang jumlahnya sangat besar berasal dari desa tersebut. Selain itu juga, Kabupaten Boalemo khususnya di Kecamatan Wonosari yang katanya penghasil tebu terbesar dari sekian daerah pembudidaya tanaman tebu. Selain itu, hasil perkebunan coklat, jagung, cabe, dan tebu tak kala saing dengan hasil pertanian yang dikembangkan oleh masyarakat trasnmigrasi. Berdasarkan fenomena di atas, maka hal ini mengilustrasikan bahwa tingkat etos kerja masyarakat transmigrasi begitu tinggi. Dan ini perlu diperhatikan guna peningkatan kesejahtraan masyarakat lokal umumnya, dan masyarakat transmigrasi khususnya. Sehingga mampu mempengaruhi pola dan produktifitas yang ada di Kecamatan Wonosari. Berdasarkan latar belakang diatas, maka lebih jelasnya penulis akan merangkum menjadi satu kesimpulan melalui penelitian dengan judul “Etos Kerja Masyarakat Transmigrasi (studi kasus di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo)” Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana etos kerja masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari? 2. Bagaimana peran etos kerja masyarakat transmigrasi terhadap masyarakat lokal di Kecamatan Wonosari? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui etos kerja masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari. 2. Untuk mengetahui peran etos kerja masyarakat transmigrasi terhadap masyarakat lokal di Kecamatan Wonosari. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi yang faktual dan objektif tentang bagaimana tingkat etos kerja masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari 2. Bagi pemerintah diharapkan agar kiranya dapat diperhatikan masyarakat transmigrasi di Wonosari, terpenting dalam pengadaanalat pertanian sebagai penunjang produktifitas masyarakat transmigrasi di Wonosari 3. Untuk memberikan pengalaman latihan yang bermanfaat dalam pengembangan sikap yang ilmiah. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menyangkut tentang etos kerja masyarakat transmigrasi di Wonosari, sehingganya penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. adapun menjadi alasan dipilihnya lokasi tersebut karena di Kecamatan Wonosari merupakan lokasi transmigrasi dimana masyarakat dikategorikan sebagai masyarakat yang terdiri dari masyarakat transmigrasi yang tingkat etos kerjanya telah mengalami kemajuan pesat,olehnya itu peneliti hadir untuk mengungkapkan latar belakang terjadinya peningkatan produktifitas dilihat dari etos kerjanya. Adapun Penelitian ini di rencanakan selama tiga bulan yaitu dimulai dari bulanme JADWAL KEGIATAN PENELITIAN Kegiatan
1. Persiapan 2. pengumpulan data 3. Analisi data 4. penyusunan laporan
Mei 2014 1
2
V
V
Juni 2014
Juli 2014
3
4
1
2
3
4
1
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
2
3
4
V
V
V
Metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Artinya, bahwa penelitian kualitatif tak lain berupa penjabaran penelitian yang bersumber dari informan tentang fenomenafenomena multi pengalaman yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, dan tindakan. Sumber Data Penelitian Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Informan, yaitu para masyarakat local, tokoh-tokoh masyarakat, pejabatpejabat, bahkan yang lebih khusus masyarakat transmigrasi yang ada di Kecamatan Wonosari. 2. Dokumen, yaitu arsip-arsip yang berhubungan dengan awal kedatangan masyarakat transmigran, dan data-data dari pemerintah di kecamatan Wonosari. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.Observasi
Dilakukan observasi berperan dimana peneliti datang langsung ke lokasi penelitian untuk mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan, dengan maksud untuk mengetahui keadaan tempat penelitian sehubungan dengan parmasalahan yang diangkat dalam hal melakukan pengamatan perkembangan etos kerja kehidupan sosial masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari. 2. Wawancara Wawancara merupakan usaha sekaligus alat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk memperoleh sumber informasi secara sederhana, interviwu ini diartikan sebagai alat pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dan informan. 3.Dokumentasi Suatu cara yang menelusuri data yang berkaitan dengan materi dan kegiatan penelitian seperti literature, dokumen-dokumen yang relevan dengan vokus penelitian. Selain itu, dokumentasi yang dilakukan dalam hal lain berupa pemotretan segala aktifitas masyarakat transmigrasi di kecamatan Wonosari. Teknik Analisis Data Dalam analisis ini dilakukan dengan cara mencari dan menyusun sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang diperoleh dari lapangan. Setelah data-data terkumpul selanjutnya dianalisis denga menggunakan deskriptif kualitatif dalam hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan data-data yang telah diperoleh dari lapangan. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. “Adapaun penelitian kualitatif diatas dimaksudkan untuk memetingkan proses pengumpulan data beragam dan disusun sebagai khusus untuk dikelompokan bersama melalui proses pengumpulan data secara teliti dan saling berkaitan”. Sutopo (Skripsi kanti, hlm 39: 2013). Reduksi Data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data kasar yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data ini akan terus berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian. Dalam kegiatan ini data yang tidak diperlukan dapat dipisahkan, seginggah data yang ada hanya yang dapat diperlukan kepentingan kegiatan analisis. Sajian Data
Sajian data merupakan kegiatan penyajian data yang diperoleh secara sistematik dan kronologis sehinggah mudah dimengerti dan dipahami. Sajian data berupa tabel yang masi dalam kerangka analisis interaktif. Sebagaimana halnya dalam reduksi data maka dalam sajian data dialakukan secara berulang-ulang sampai proses verifikasi selesai tanpa ada pengolaan data mentah dilapangan. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Penarikan sampel/verifikasi merupakan komponen ananlisis yang memberikan eksplanasi secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan. Simpulan data yang diperoleh dari penyajian data bersifat sementara, sebab masi terus berkembangan sejalan penemuan data baru. Hal ini penting untuk mendapat simpulan akhir yang dapat dipertanggung jawabkan baik secara akademis maupun secara keilmuannya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Letak Geografis Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di kabupaten Boalemo. Kecamatan ini terletak disebelah timur Kecamatan Dulupi. Kecamatan dengan luas wilayah 442,40 km2 ini memiliki letak geografis dengan sebelah utara berbatasan Kecamatan Tolangohula, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Paguyaman, sebelah selatan berbatsan dengan Kecamatan Paguyaman, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Dulupi. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1 Batas Wilayah Kecamatan Wonosari No
Batas
Wilayah
1
Sebelah Utara
Kecamatan Tolangohula
2
Sebelah Timur
Kecamatan Paguyaman
3
Sebelah Selatan
Kecamatan Paguyaman
4
Sebelah Barat
Kecamatan Dulupi
Kondisi Demografis Keadaan Penduduk
Berdasarkan statistik pemerintah setempat jumlah penduduk di Kecamatan Wonosari khususnya di tiap-tiap desa tahun 2014 tidak jauh berbeda dengan tahun 2013. Hanya saja mengalami rekapan ulang yaitu berjumlah 23. 739 Jiwa. Tingkat Pendidikan Pendidikan sejatinya dapat memberikan sebuah sumbangsi pemikiran yang akurat untuk memecahkan problematika bangsa dan negara baik dalam konteks ekonomi, sosial, dan budaya demi kemajuan suatu daerah. Mengingat pendidikan merupakan pranata sosial yang formal, dimana memanusiakan manusia, dan memasyaraktkan masyarakat sehinggah menimbulkan keharmonisan sosial dan kecakapan pembanguan suatu daerah, maka penting pemerintah daerah untuk memfasilitasinya terutama bagi daerah yang masi minim pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang serba bisa. Mata Pencaharian Kecamatan Wonosari merupakan daerah agraris, oleh sebab itu pertanian menjadi mata pencaharian sebahagian besar penduduknya. Berdasarkan sejumlah data yang didapatkan dilapangan peneliti dapat menggambarkan bahwa 80% masyarakat berprofesi sebagai petani. Hal itu dapat dibuktikan 4192 KK yang ada di Kecamatan Wonosari bekerja disektor pertanian dan perkebunan seperti, sayursayuran, padi, jagung, cengkeh, kedelei, coklat, palawija, cabe, dan tebu Sajian Data Etos Kerja Masyarakat Transmigrasi di Kecamatan Wonosari Kecamatan Wonosari pada dasarnya merupakan wilayah yang menjadi percaturan transmigrasi antar suku. Atas kerja sama antara pemerintah Wonosari dengan pemerintah luar daerah yang mencanangkan transmigrasi kiranya telah menjadikan Kecamatan Wonosari menjadi wilayah yang multi etnis baik dari Jawa, Bali, Minahasa, Sangir, dan Lombok. Tentunya yang tujuan dari transmigrasi daerah asal adalah untuk mengurangi kepadatan penduduk. Namun berbeda dengan masyarakat transmigrasi secara pribadi tentunya untuk mencari kesejahteraan hidup, yang lebih layak. Seperti yang di ungkapkan oleh Ibu Zulaika, 21 tahun masyarakat transmigrasi di desa Bongo II (wawancara 22 Agustus 2014) Tujuan kami untuk ikut transmigrasi ini sebenarnya untuk mencari hidup yang sejahtera, yang lebih senang, lebih makmur. Apalagi kita punya anak. Jadi mau tidak mau kita harus ikut transmigrasi. karena di Jaw asana lahnnya sulit, kerja sulit. Pokoknya berdesak-desakan lah. Jadi kita ikut kemari. sejatinya Kecamatan Wonosari dijadikan sebagai daerah transmigrasi karena memang daerah ini sangat kurang penduduknya, bahkan tidak ada. Karena Wonosari penduduknya sangat kurang, maka kemajuan suatu daerah pun sangat sulit. Bahkan Wonosari masi dalam keadaan tertinggal dari segi infrastruktur
maupun falilitas umum lainnya. Dan atas kesepakatan bersama antara pemerintah Jawa, Bali, Lombok, Minahasa, dan Sangir sehingga Wonosari dijadikan sebagai tempat daerah transmigrasi. Berikut menurut hasil wawancara dengan kepala dinas Wonosari, Bapak Rinton Abdullah, 50 tahun yang masi merupakan desa Bongo II (wawancara 27 Agustus 2014). Kecamatan Wonosari dulu merupakan daerah yang sebagian adalah pepohonan, alias masi hutan rimba. Belum ada penduduknya. Sehingga tidak pernah dijarah oleh penduduk. Untuk itu Wonosari dijadikan sebagi tempat tujuan transmigrasi. Kemudian alasan lainnya mengapa Kecamatan Wonosari dijadikan sebagai daerah transmigrasi karena daerah Wonosari diyakini memiliki struktur tanah yang sangat mendukung kegiatan pertanian, akan tetapi belum ada pelaku yang merubah daerah Wonosari manjadi daerah yang produktif. Selanjutnya daerah Wonosari dilihat dari segi infrastruktur itu masi sangat minim untuk memajukan roda perekonomian daerah. Artinya daerah Wonosari masi hidup dalam keadaan terbatas. Maka pemerintah mengambil langkah yang akurat berupa mendatangkan masyarakat transmigrasi ke daerah Wonosari. Hal senada juga dikatakan oleh Bapak I Made Astawan trasnmigrasi desa Tri Rukun, 35 Tahun (wawancara 31 Agustus 2014). Sebelum kami datang daerah ini masi hutan, banyak pohon-pohon besar, bahkan ular sebesar paha orang dewasa pernah ditemukan. Kemungkinan belum ada penduduk yang pernah masuk kesini. Nantilah kedatangan kami daerah ini sudah mulai bagus. Kami menebang pohon-pohon untuk membuka jalan.
Disamping itu, perubahan yang lebih modern setelah kedatangan masyarakat transmigrasi dapat dilihat dari bangunan tugu KTM (Kota Terpadu Mandiri) Pawon Sari yang lima tahun lalu telah dibangun. Bangunan ini merupakan simbol dari kemajuan terhadap suksesnya pembangunan di Kecamatan Wonosari. Namun secara subtansial bahwa tugu yang pernah diresmikan oleh mantan wakil presiden Jusuf Kalla ini tutjuannya untuk sumber dari pelayanan terhadap petani seKecamatan Wonosari. Hal ini kedua kalinya diungkapkan oleh Bapak Rinton Abdullah bahwa (wawancara 3 September 2014 ). 5 tahun lalu Kecamatan Wonosari telah dibangun berupa tugu yang dinamakan KTM (Kota Terpadu Mandiri) Pawon Sari yang diresmikan langsung oleh mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tujuan didirikan tugu ini untuk melayani masyarakat petani yang ada di Kecamatan Wonosari. Tidak juga persoaln pertanian, hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan, pendidikan, kesehatan,
keagamaan semuanya dihimpun dalam KTM tersebut. intinya KTM merupakan symbol yang menggambarkan dinamika kehidupan masyarakat Kecamatan Wonosari. Transmigrasi pada dasarnya tidak saja untuk mengurangi kepadatan penduduk dalam suatu daerah, melainkan untuk mencari kehidupan baru dan mensejahterakan hidup. Hal ini diungkapkan oleh Bapak I Ngangah Kerta 42 tahun (pegawai Kantor Camat dari desa Bongo II, 12 Agustus 2014). Transmigrasi dilakukan selain pemerataan penduduk transmigrasi juga dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. Karena pada daerah asal kami tidak saja terkekang oleh kepadatan penduduk, lahan yang sulit, tetapi juga pencaharian semakin sempit. Sehinggah berdampak pada kehidupan ekonomi. Pada tahap proses transmigrasi sudah menjadi tugas dan tanggungjawab pemerintah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat transmigrasi. Sebab, para transmigrasi belum memiliki temapat kerja didaerah transmigrasi. Seperti wawancara dengan Bapak Ponem umur 49 tahun yang bekerja sebagai petani (masyarakat transmigrasi dari desa Jatimulya, 19 Agustus 2014). kami disini merupakan transmigrasi tahun 1977. Semenjak datang disini kami diberikan bantuan oleh pemerintah berupa beras, ikan, sayur, cangkul, minyak, dan tanah masing-masing 2 hektare. Satu untuk temapat membangun rumah, dan satu untuk dipakai menanam tanaman yang dapat dijual di pasar. Kedatangan masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari tidak mendapat penolakan dari masyarakat pribumi. Melainkan disambut baik oleh masyarakat Gorontalo sebagai masyarakat pribumi. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari wawancara dengan Ibu Riyanti sebagai masyarakat transmigrasi local dari Kabila yang berada di desa Tri Rukun (wawancara 18 Agustusr 2014). kami tidak menolak, malahan kami senang kalau orang-orang dari luar daerah datang kemari dan membuka lahan baru disini. Karena kalau mereka tidak ada, mungkin daerah Wonosari tidak jadi seperti ini. Asal mereka baik dengan torang, torang juga baik dengan mereka. Menurut pemikiran hemat saya, bahwa semakin banyak perubahan yang ada di Kecamatan Wonosari adalah dampak dari etos kerja yang dimiliki oleh para transmigran. Sebab jika peluang kerja terlimpah ruah di daerah tersebut, namun tidak didasari dengan etos kerja, maka pembangunan di daerah tersebut akan rampung. Peran Etos Kerja Masyarakat Transmigrasi Terhadap Masyarakat Lokal Berbicara soal masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari, kemajuan dan termodernisasinya daerah tesebut merupakan ending dari etos kerja para transmigrasi. Namun tidak saja berdampak pada pembangunan infrastruktur dan pengadaan sarana-prasarana saja yang merupakan fenomena yang abstrak dari
etos kerja di daerah tersebut. Tentunya kemajuan dan perbaikan Sumber Daya Alam bagian dari akibat etos kerja. Menyikapi hal ini, tentunya peran etos kerja masyrakat transmigrasi ikut merekontruksi perbaikan Sumber Daya Manusia yang bermutu. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Sukiswo, 37 tahun pe kebun mengatakan bahwa (wawancara 22 September 2014). Perannya masyarakat transmigrasi terhadap masyarakat transmigrasi di Kecamamatan Wonosari ini bermacam-macam. Kalau masyarakat muslim Gorontalo ada acara keagamaan mereka ada yang dari Kristen, hindu juga ikut memeriahkan acara tersebut. atau membantu mereka mempersiapkan acara itu. Begitu juga sebaliknya. Dalam hal kebudayaan seperti timbilotohe, masyarakat bali dan minahasa juga ikut memasang janur kuning, memasang gantungan lampu minyak di depan rumah. Selain itu pada pesta pernikahan masyarakat Gorontalo, kita-kita juga ikut membangun sebuah tenda di pesta itu. Seperti yang terjadi di Kecamatan Wonosari. Kebudayaan Etos kerja masyarakat transmigrasi secara terang-terangan telah menjadi kebudayaan yang di adopsi oleh masyarakat pribumi. Artinya besar pengaruhanya etos kerja terhadap nilai-nilai kerja masyarakat pribumi. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Karsipan, 48 tahun (wawancara 24 September 2014). Iya sangat berperan. Karena saya melihat segelintir masyarakat Gorontalo telah ikut sama-sama dengan kami bekerja dilahan. Mereka terkadang menanam seperti apa yang kita tanam. Kemudian dengan etos kerja yang sama-sama dimiliki oleh masyarakat Gorontalo ini, telah membawa kemajuan terhadap mereka. Melihat gambaran seperti itu ini menandakan bahwa etos kerja sangat mempengaruhi nilai-nilai dan model kerja masyarakat Gorontalo. Berbicara perubahan dan perkembangan masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal, tentu kita sedang diajak pada persoalan dinamika masyarakat itu sendiri. Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Wonosari. Adapun wawancara dengan bapak Sarmon Redi, 42 tahun selaku kepala Desa Bongo III (29 September, 2014): Kedatangan masyarakat transmigran ke daerah wonosari seakan telah membuka dan mengembalikan kepercayaan daerah ini akan kandungan sumber daya alamnya. Diman mereka sudah membuka lahan sedikit demi sedikit. Berbeda dengan masa sebelunya, dinamika kehidupan masyarakat transmigrasi sudah lebih baik. Dilihat dari segi ekonomi, sudah ada masyarakat yang naik haji, ada yang sudah membangun pertokoan, ada yang sudah mampu mendirikin rumah beton, dll. Kemudian apabila ada acara keagamaan mereka saling gotong royong. Dari segi budaya, mereka tidak saling menjatuhkan, atau diskriminasi. Semua berjalan dengan lancar. Contoh dekat desa Tri Rukun yang terdapat tiga suku yang berbeda, namun saling menghargai antar sesama.
Berbicara perubahan dan perkembangan masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal, tentu kita sedang diajak pada persoalan dinamika masyarakat itu sendiri. Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Wonosari. Adapun wawancara dengan bapak Sarmon Redi, 42 tahun selaku kepala Desa Bongo III (29 September, 2014): Kedatangan masyarakat transmigran ke daerah wonosari seakan telah membuka dan mengembalikan kepercayaan daerah ini akan kandungan sumber daya alamnya. Diman mereka sudah membuka lahan sedikit demi sedikit. Berbeda dengan masa sebelunya, dinamika kehidupan masyarakat transmigrasi sudah lebih baik. Dilihat dari segi ekonomi, sudah ada masyarakat yang naik haji, ada yang sudah membangun pertokoan, ada yang sudah mampu mendirikin rumah beton, dll. Kemudian apabila ada acara keagamaan mereka saling gotong royong. Dari segi budaya, mereka tidak saling menjatuhkan, atau diskriminasi. Semua berjalan dengan lancar. Contoh dekat desa Tri Rukun yang terdapat tiga suku yang berbeda, namun saling menghargai antar sesama.
Berbicara perubahan dan perkembangan masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal, tentu kita sedang diajak pada persoalan dinamika masyarakat itu sendiri. Sama halnya yang terjadi di Kecamatan Wonosari. Adapun wawancara dengan bapak Sarmon Redi, 42 tahun selaku kepala Desa Bongo III (29 September, 2014): Kedatangan masyarakat transmigran ke daerah wonosari seakan telah membuka dan mengembalikan kepercayaan daerah ini akan kandungan sumber daya alamnya. Diman mereka sudah membuka lahan sedikit demi sedikit. Berbeda dengan masa sebelunya, dinamika kehidupan masyarakat transmigrasi sudah lebih baik. Dilihat dari segi ekonomi, sudah ada masyarakat yang naik haji, ada yang sudah membangun pertokoan, ada yang sudah mampu mendirikin rumah beton, dll. Kemudian apabila ada acara keagamaan mereka saling gotong royong. Dari segi budaya, mereka tidak saling menjatuhkan, atau diskriminasi. Semua berjalan dengan lancar. Contoh dekat desa Tri Rukun yang terdapat tiga suku yang berbeda, namun saling menghargai antar sesama.
Pembahasan Etos Kerja Masyarakat Transmigrasi di Kecamatan Wonosari Secara umum, bahwa transmigrasi besar pengaruhnya terhadap perkembangan suatu daerah. Baik dilihat dari infrastruktur, pembukaan lahan, pencapaian daerah yang terisolasi, distribusi bantuan berupa sandang, pangan dan papan. Berbeda dengan wisatawan asing yang mengunjungi daerah wiasata local transmigrasi kiranya memiliki perubahan yang multidimensial berupa materi
maupun non materi, Bersifat fisik maupun non fisik. Namun keseluruhannya dapat menambah pendapatan, kemajuan dan kecakapan berupa tata ruang suatu daerah. Sebut saja Kecamatan Wonosari, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Kecamatan Wonosari merupakan sekian wilayah yang menjadi temapat tujua transmigrasi antar suku. Dimulai dari Jawa, Bali, Minahasa, Sangir, dan Lombok. Tentunya yang tujuan dari transmigrasi daerah asal adalah untuk mengurangi kepadatan penduduk. Namun berbeda dengan masyarakat transmigrasi secara pribadi tentunya untuk mencari kesejahteraan hidup, mencari tempat yang layak. Apabila ditelaah lebih jauh, pengertian transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerh yang padat penduduknya, ke daerah yang jarang penduduknya. Namun secara subtansial transmigrasi adalah untuk mencari daerah yang kosong untuk mencari kehidupan baru yang lebih sejahtera. Karena berbicara Transmigrasi umumnya sangat bertalian erat dengan pertanian, maka masyarakat membutuhkan lahan kosong untuk dimodifikasi sedemikan rupa. Masyarakat transmigrasi membutuhkan lahan untuk ditanami berbagai macam kebutuhan sehari-hari berupa sayur, rica, jagung, kelapa, coklat, cengkeh, dan lain-lain. Melihat keadaan Kecamatan Wonosari yang belum pernah disentuh oleh tangan manusia serta didukung oleh tanah yang baik maka Kecamatan Wonosari menjadi keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk dijadikan sebagai tempat transmigrasi. Atau dengan kata lain bahwa kecamatan Wonosari dijadikan daerah transmigrasi karena Kecamatan Wonosari dulu merupakan daerah pepohonan, alias masi hutan rimba. Belum ada penduduknya. Sehingga tidak pernah dijarah oleh penduduk. Untuk itu Wonosari dijadikan sebagi tempat tujuan transmigrasi, daerah Wonosari diyakini memiliki struktur tanah yang sangat mendukung kegiatan pertanian dan daerah Wonosari dilihat dari segi infrastruktur itu masi sangat minim untuk memajukan roda perekonomian daerah. Artinya daerah Wonosari masi hidup dalam keadaan terbatas. Maka pemerintah mengambil langkah yang akurat berupa mendatangkan masyarakat transmigrasi ke daerah Wonosari. Pada proses transmigrasi yang dilakukan di Kecamatan Wonosari setidaknya merupakan transmsigrasi yag dicanangkan oleh pemerintah Kecamatan Wonosari. Adapun desa-desa yang menjadi tujuan para transmigrasi adaah desadesa yang sudahditentukan oelah pemerintah setempat. Artinya hanya sebagian desa saja yang layak untuk menjadi penempatan para transmigrasi. Hal ini disesuaikan dengan kondisi desa, apakah layak huni atau tidak. Adapun desa-desa yang menjadi tujuan dari transmigrasi adalah Bongo I, Bongo II, Bongo III, Tri Rukun, JatiMulya, Saritani, Dimito, Pangeya, Raharja dan Dulohupa. Adapun proses transmigrasi di Kecamatan Wonosari tidak dilakukan secara bersamaan, akan tetapi dilakukan secara bertahap. Adapun Tahap I itu terjadi pada tahun 1977 sebanyak 550 KK tersebar di desa Bongo I yang berasal dari
transmigrasi Jawa Timur. Tahap II Mei, tahun 1980 sebanyak 100 KK tersebar di desa Bongo II transmigran Minahasa dan Sangir. Tahap ke III September, tahun 1980 sebanyak 100 KK berasal dari Lombok berada di desa Bongo III. Tahap ke IV tahun 1981 sebanyak 200 KK yang berasal dari Bali tersebar di desa Bongo II dan Bongo III. Tahap ke V tahun 2005 sebanyak 100 KK yang berasal dari Jawa Tengah menempati desa Pangeya SP I. tahap VI tahun 2006 sebanyak 100 KK yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah berada di desa Pangeya SP I. Tahap VII tahun 2008 yang berasal dari Lombok sebanyak 100 KK berada di desa Pangeya SP II, dan Tahap VIII 26 November tahun 2010 sebanyak 100 KK yang berasal dari Jawa Timur (Ngawi) berada di desa Pangeya SP II. Seperti telah dijelaskan sebelumnya Kecamatan Wonosari awal sebelum kedatangan para transigrasi masi sangat tertinggal. Bagai mana tidak seluruh daerahnya masi hutan, bahakan masyarakat belum memikirkan untuk menempati daerah tersebut. Karena hewan-hewan buas yang berbahaya, dan pepohonan yang tinggi menjulang menjadi faktor ketidak mauan masyarakat untuk bertempat tinggal didaerah tersebut. Nantilah ketka pemerintah mengadakan program transmigrasi ke daerah tersebut, maka Kecamatan Wonosari menjadi daerah yang dimasukan ke peta daerah kabupaten Boalemo yang memiliki jumlah penduduk 23.739 Jiwa. Adapun perubahan setelah kedatangan masyarakat transmigrasi adalah pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah, puskesmas, pasar dan KTM. Secara operasional bahwa etos kerja masyarakat transmigrasi yang ada di Kecamatan Wonosari sekiranya dapat diprediksi sangat tinggi. Hal ini telah dibuktikan dengan kemajuan-kemajuan yang telah membawa perubahan besar didaerah tersebut.selain itu, secara spesifik etos kerja masyarakat tidak saja melihat dari segi perbedaan suku manapun. Yang terpenting masyarakat itu sendiri memiliki sifat kotruktif terhadap pembangunan daerah transmigrasi. Dari uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa etos kerja masyarakat transmigrasi telah membawa perubahan besar baik secara internal masyarakat maupun bagi pembangunan daerah. Dengan bukti bukti yang abstrak seperti pembukaan lahan yang tadinya masi hutan, pembuatan jalan, pembangunan sekolah, pembangunan pasar, perkantoran, KTM dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Peran Etos Kerja Masyarakat Transmigrasi Berbicara perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dulu. Hanya saja perubahan sekarang berlangsung sangat cepat akibat dari kemajuan dari teknologi. Sehingga manusia sangat sulit un tuk menatralisir perubahan-perubahan tersebut. Terkadang masyarakat dalam hal ini sebagai subjek melakukan filterisasi perubahan yang nilainya positif dan mana perubahan yang negatif. Pada dasarnya perubahan merupakan sebuah dambaandari setiap masyarakat yang menempati sebuah wilayah kearah yang lebih baik. Tidak dapat dipungkiri
bahwa perubahan itu kiranya menuntut kriteria-kriteria sebagai rel yang menentukan sebuah perubahan kearah yana lebih baik. Disipli, kekompakan, gotong-royong, saling mengisi satu sama lain tidak akan membawa kemajuan dalam suatu masyarakat apabila tidak diawali dengan kesiapan mentalitas diri yang mantap. Mentalitas disini adalah kualitas pribadi yang bersumber dari etos.oleh karena etos disini meliputi sifat, sikap, kepribadian, watak, karakter dan gairah akan keyakinan atas sesuatu. Pada perkembangan selanjutnya, etos seringkali dikaitkan dengan pekerjaan. Sekalipun itu pekerjaan yang basisnya berada dalam ruangan, maupun pekerjaan yang berada diluar ruangan. Adapun pekerjaan yang berada didalam ruangan seperti perkantoran, sekolah dan instansi-instansi formal lainnya. Dan pekerjaan yang berada diluar ruangan seperti pertanian, peternakan, perkebunan dan pekerjaan yang berhubungan dengan alam. Sudah menjadi kesepakatan bersama dalam masyarakat untuk bagaimana memajukan kehidupan yang lebih baik ketika bangkit dari keterpurukan untuk mencari kehidupan yang lebih layak. Sebagai langkah awal adalah merekonstruksi nilai-nilai dan mengikuti norma yang berlaku dalam masyrakat. Jika nilai dan norma ditaati, maka sikap toleran, ketentraman, keamanan, serta dinamika kehidupan dalam masyarakat dapat terealisasikan. Sama halnya dinamika masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari. Berbicara soal dinamika kehidupan masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari sudah barang tentu berbicara perkembangan dan kehidupan masyarakat itu sendiri. Pada tahap perkembangan masyarakat transmigrasi didaerah tersebut setidaknya telah menunjukan tingkalaku yang positif dalam berbagai aspek. Kedatangan masyarakat transmigrasi setidaknya telah membawa kemajuan daerah tersebut. Semenjak kedatangan masyarakat transmigrasi di Kecamatan Wonosari pada tahun 1977 tidak saja membawa perubahan bagi masyarakat transmigrasi akan tetapi telah membawa kemajuan bagi masyarakat lokal. Sebagai akibat, kehidupan baik dari ekonomi, sosial, dan kebudayan lebih baik dari sebelumnya. Dari segi ekonomi, masyarakat transmigrasi maupun lokal menghasilkan pendapatan 50% hingga 75% setiap kali panen, ada juga yang sudah bisa naik haji, dan mendirikan rumah tembok dan pertokoan. Selain itu dari segi pendidikan masyarakat transmigrasi yang tadinya hanya bisa mengsekolahkan anaknya sampai batas SMP, sekarang bisa bersekolah sampai SMA bahkan keperguruan tinggi. Dari segi pekerjaan, masyrakat transmigarsi sudah ada yang menjadi PNS pada sebuah instansi sperti sekolah, dan perkantoran. Selain itu, dinamika kehidupan masyrakat transmigrasi yang paling menonjol adalah hidup secara sportifitas, toleran antar sesama, dilihat dari segi keagamaan, pada saat ada upacara keagamaan maka mereka saling bahumembahu untuk mengsukseskan acara keagamaan tersebut. Dari segi budaya, antar umat beragama saling toleransi, dan tidak saling mendiskriminasi terhadap agama lain. Artinya setiap suku diberi kebebasan dalam mempentaskan budaya
masing-masing. Jadi yang terpenting dinamika kehidupan masyarakat transmigrasi berjalan dengan baik, cara memenuhi kebutuhan sehari-hari, cara bersosial, mempentaskan kebudayaan, menghormati antar umat beragama, dan sprotifitas tetap0 terjaga dengan mengikuti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berangkat dari hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Etos kerja masyarakat transmigrasi yang ada di Kecamatan Wonosari sejauh ini telah menunjukan tingkat perkembangan yang signifikan. Di lihat dari segi sosialnya, Kecamatan Wonosari yang dihuni oleh beragam macam suku, agama, budaya, dan bahasa tidak mengurung dan memperkecil niat dari masyarakat transmigrasi untuk tetap berkerja. Interaksi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya adalah sebagai jembatan sering dilakukan untuk mencapai tujuan yang sama. 2. Peran etos kerja masyarakat transmigrasi secara real menjadi pion yang sangat penting terhadap perkembangan masyarakat lokal dan pembangunan daerah di Kecamatan Wonosari. Sebab sejak kedatangan masyarakat transmigrasi di daerah tersebut, kemajuan dalam berbagai aspek sudah mulai nampak. Dilihat dari tingkat pekerjaan, masyarakat transmigrasi seringkali bergotong royong, bahu membahu membantu masyarakat pribumi untuk membuka lahan. Selain itu, terkadang masyarakat pribumi telah mengadopsi pekerjaan masyarakat transmigrasi. Oleh karena kuatnya pengaruh peran etos kerja masyarakat transmigrasi. Sebut saja pembangunan infrastruktur daerah sebagai konsekuwensi yang real. Seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, da nsistem transportasi yang memadai. Ironisnya sebagai penghargaan akibat dari kemajuan bagi masyarakat ttransmigrasi dan pribumi, maka dibangunlah Kota Terpadu Mandiri (KTM) sebagai pusat pelayanan masyarakat yang ada di Kecamatan Wonosari Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis dapat mengajuakn beberapa saran sebagai berikut : 1. Diharapkan kepada pemerintah, tokoh adat, tokoh masyarakat, dan seluruh
masyarakat transmigrasi yang ada di Kecamatan Wonosari kiranya untuk tetap menjaga etos kerja yang sudah tertanam sebelumnya pada individu dan masyarakat. Dalam hal distribusi bantuan dan pengadaan teknologi
kerja kiranya lebih di utamakan sebagai mitra pembangunan daerah dan masyarakat yang berkualitas. 2. Kepada masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal jadilah pelaku sejarah dalam melakukan sebuah perubahan daerah yang berlandaskan kreatifitas anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual. Artinya diharapkan keutuhan, keserasian, sportifitas, dan sikap toleran antar sesama terus dijaga demi nama dan pembangunan Kecamatan Wonosari yang berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. 1986. Antropologi Budaya. Surabaya : CV Pelangi Elly M. Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : kencana. Harsojo. 1999. Pengantar Antropologi. Bandung: Putra A Bardin I.B. Putu Sudarsana. 2002. Ajaran Agama Hindu (Upacara Pitra Yadnya). Denpasar: Yayasan Dharma Acarya I Ketut Pasek Swatika. 2009. Pitra Puja Ngaben Lan Nyekah Memukur. Surabaya: Paramita I Ketut Wiana. 2006. Memahami Perbedaan Catur Varna, Kasta, dan Wangsa. Surabaya: Paramita I Nyoman Singgin Wikarman. 1998. Ngaben Sarat (Sawa Prateka-Sawa Wedana). Surabaya: Paramita Joko Tri Prasetya, dkk. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Enung Solihah. 2011. Ngaben Sarat dan Relevansinya di Masa Kini. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Ketut Wiana dan Raka Santeri. 1993. Kasta Dalam Hindu Kesalah Pahaman Berabad-abad. Denpasar: Yayasan Dharma Naradha Koentjaraningrat. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama ……………….... 2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Lexy. J. Maleong. 2005. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakaya Muhammad Idrus. 2009. Metode penelitian ilmu sosial (pendekatan kualitatif dan kuantitatif). Jakarta: Erlangga Roger M. Keesing, 1999. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontempore. Jakarta : erlangga. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Alfabeta Suwardi Endraswara. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. http://blog.semangathindu.com/2013/07/pengertian-ritual-dan-yajna-dalam agama.html (diakses tgl 3 januari 2014) http://makhinoaruma.blogspot.com/2014/05/identitas-budaya.html (diakses tgl 27 desember 2014)