PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT (Suatu Penelitian Di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo) 1
Oleh Tuneka Setiawaty, Farid Th. Musa*, Funco Tanipu** Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo e-mail :
[email protected] ABSTRAK
Setiawaty, Tuneka. 2015. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat (Suatu Penelitian di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Bapak Farid Th. Musa, S.Sos.,MA selaku pembimbing I dan Bapak Funco Tanipu, ST.,MA selaku pembimbing II. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Jatimulya terhadap Partisipasi Masyarakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksplanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Di dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat Desa Jatimulya yang berpartisipasi di desa sebanyak 94 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Dan analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dengan alat bantu SPSS 16.0 for Windows. Hasil penelitian ini adalah menunjukan bahwa secara simultan pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo menunjukkan pengaruh sebesar 0,618 (61,8%). Pengaruh yang diperoleh cukup besar. Sedangkan 100% - 61,8% = 38,2% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam variabel yang di teliti dalam penelitian ini. Jika dilihat dari tingkat Pengaruh Kepemimipinan Kepala Desa dengan partisipasi masyarakat, termasuk dalam kategori kuat (erat) dengan besar korelasi 0,786 atau 78,6%. Kata Kunci : Kepemimpinan, Kepala Desa dan Partisipasi Masyarakat.
1
Tuneka Setiawaty, 281411047, Jurusan S1 Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Farid Th.
Musa, S.Sos.,MA, Funco Tanipu, ST.,MA.
PENDAHULUAN Desa sebagai salah satu pemerintahan terendah dengan jumlah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah yang merupakan kesatuan organisasi pemerintahan terendah di bawah camat, yang berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Dalam hal ini, Desa memiliki kewenangan yang cukup luas dan menjadi tempat paling tepat bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan kepentingannya guna menjawab kebutuhan kolektif masyarakat. Desa berhak melaksanakan pembangunan sosial sebagai satu sistem perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten atau Kota. Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota menyerahkan sepenuhnya kepada Desa mengenai pelaksanaan pembangunan Desa. Kepala Desa yang dipilih secara langsung oleh masyarakat memiliki kewenangan dan legitimasi yang cukup kuat untuk membawa Desanya kearah yang dikehendakinya. Karena Kepala Desa merupakan pemimpin dari masyarakat yang ada di suatu Desa. Dalam hal ini, Pemerintah Desa berhak merencanakan pembangunan Desa untuk kemajuan Desa. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan desa disusun perencanaan pembangunan Desa sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten atau Kota. Pembangunan pedesaan sebagaimana yang dimaksud disusun oleh Pemerintah Desa dan partisipasi seluruh masyarakat Desa. Dalam pembangunan Desa, pemerintah dan masyarakat Desa berpartisipasi dengan membentuk kolaborasi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Karena pemerintah dan masyarakat Desa adalah dua pihak yang harus terlibat dalam pembangunan Desa. Jadi pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama demi terlaksananya pembangunan Desa. Pembangunan Desa atau rural development merupakan pembangunan yang mengusahakan pembangunan masyarakat sekaligus lingkungan hidupnya. Pembangunan Desa bukan saja berfokus pada lingkungan hidup masyarakat Desa, tetapi dalam pengertian yang lebih luas yaitu pembangunan pada kualitas hidup masyarakat yang di terapkan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat Desa. Mengikuti kaidah klasik yang menjadi fondasi kesepakatan fungsi manajemen, maka setiap kegiatan manusia, khususnya yang melembaga, harus dirancang, diorganisasikan, dipimpin dan dikendalikan. Perencanaan adalah sebuah dinamik pertama yang menentukan hendak “ di bawa ke mana “ kegiatan bersama tersebut. Dinamik kedua adalah pengorganisian di dalam arti menata aturan main, struktur dan personal yang mengisi struktur dan menjalankan aturan main tersebut. Di atas semuanya adalah Pemimpin yang memimpin implementasi aransemen yang sudah disusun. Terakhir, agar terjadi konsistensi implementasi fungsi dari perencanaan pengorganisasian kepemimpinan, maka diperlukan pengendalian2. Kepemimpinan merupakan salah satu isu dalam manajemen yang masih cukup menarik untuk diperbincangkan hingga dewasa ini. Media massa, baik elektronik maupun cetak, seringkali menampilkan opini dan pembicaraan yang membahas seputar kepemimpinan. Peran kepemimpinan yang sangat strategis dan 2
Lihat. Djokosantoso, Moeljono. 2003.Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan. (Jakarta : PT. Media Komputindo). hlm. 27.
penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan. Kualitas dari pemimpin seringkali dianggap sebagai faktor terpenting dalam keberhasilan atau kegagalan organisasi, demikian juga keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi baik yang berorientasi bisnis maupun publik, biasanya dipersepsikan sebagai keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Begitu pentingnya peran pemimpin sehingga isu mengenai pemimpin menjadi fokus yang menarik perhatian para peneliti bidang perilaku keorganisasian3. Pemerintahan desa merupakan simbol formal kesatuan mayarakat Desa. Fungsi Pemerintahan Desa adalah sebagai badan kekuasaan terendah, selain memiliki wewenang mengatur rumah tangga sendiri, juga memiliki wewenang sebagai pelimpahan secara bertahap dari pemerintahan dari pemerintah tingkat atasnya. Sehingga terbinanya administrasi Desa sangat berpengaruh dalam tata kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Pemerintahan Desa diselenggarakan dibawah pimpinanan seorang Kepala Desa beserta para pembantunya, mewakili masyarakat Desa baik hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang bersangkutan. Dalam organisasi pemerintahan Desa, Kepala Desa merupakan pemegang kendali tertinggi. Di satu pihak dia juga sebagai pelaksanan instruksi yang berasal dari pemerintah tingkat atas Desa, selain itu Kepala Desa juga bisa dianggap sebagai sesepuh Desa yang mengemban tugas kepemimpinan di bidang sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat4. Selain Pemerintah Desa, terdapat juga lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh Masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra adalah Pemerintahan Desa dalam pemberdayaan Masyarakat. Salah satunya adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). LPM yang dulunya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) merupakan lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai Mitra Pemerintahan Desa dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. Tugas umum yang dimiliki oleh LPM adalah menyusun rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakan swadaya masyarakat untuk bergotong royong, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Pembangunan dimaksud adalah upaya untuk melakukan proses perubahan sosial kearah yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat disegala bidang baik ekonomi, politik , sosial budaya dan lainnya di Desa. Sehingga salah satu ukuran keberhasilan dan kontribusi masyarakat dalam pembangunan yang dijalankan oleh LPM dimulai proses penyusunan program atau perencanaan, penyelenggaraan hingga pengukuran keberhasilan pembangunan. Akan tetapi, besarnya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan juga ikut ditentukan oleh pengetahuan dan 3
Lihat. Darwito , Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan,Program Studi Magister manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro,2008. hlm 18. 4 Lihat. Dhiassari Paminta Resti, Peran Tokoh Masyarakat Dalam Pembangunan Daerah Pedesaan. Volume 1, nomor 2, 2010. hlm. 7.
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Sehingga masyarakat harus dijadikan sebagai obyek sekaligus subjek. Kepemimpinan Kepala Desa dalam suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam kelancaraan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Desa. Sebagai pemimpin, Kepala Desa memiliki kekuasaan tertentu dan memiliki semacam kontrol sosial terhadap anggota-anggota masyarakatnya. Kepala Desa dalam hal ini sangat berperan dalam pembangunan Desa di mana Kepala Desa yang merupakan pemimpin formal di desa serta memliki tugas dan kewajiban dalam menyelengarakan tugas urusan pembangunan PP 72 Th 2005. Pemimpin formal itu perlu melakukan komunikasi dan pembinaan serta penyuluhan kepada masyarakat yang berada di Desa. Agar program pemerintah efektif maka perlu adanya Kepemimpinan Kepala Desa dalam mengarahkan dan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi baik dalam hal Perencanaan, Pelakasanaan Pembangunan Desa5. Desa Jatimulya merupakan hasil pemekaran dari Desa Bongo 1 dan Desa Jatimulya diresmikan pada tahun 2003. Di Desa Jatimulya terdapat IV dusun dengan jumlah penduduk sekitar 1125 jiwa atau sekitar 425 KK, yang terdiri dari berbagai suku. Masyarakat di Desa Jatimulya mayoritas bekerja sebagai petani padi. Kepemimpinan merupakan proses interaksi sosial antara pemimpin dan para pengikutnya. Pengikut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses kepemimpinan. Tidak ada pemimpin tanpa pengikut dan keberhasilan pemimpin tergantung pada para pengikutnya. Dengan demikian dalam membahas kepemimpinan perlu di bahas juga pengikut (follower). Kepemimpinan dan kepengikutan merupakan konsep yang berkaitan, membahas yang satu tidak mungkin tidak membahas yang lainnya. Kesuksesan seorang pemimpin tidak mungkin terjadi tanpa upaya dan efektivitas para pengikutnya. Kepatuhan para pengikut dalam melaksanakan tugasnya merupakan kunci efektivitas pemimpin. Kepemimpinan merupakan interaksi sosial antara pemimpin, pengikut dan lingkungannya. Dalam interaksi ini pemimpin dan pengikut saling mempengaruhi satu sama lain6. Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom, yang menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan. Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu7.
5
Lihat. Richard O.K. Tinjauan tentang Perilaku Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa. hlm. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2013. hlm. 2. 6 Lihat. Wirawan. 2003. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan. (Jakarta: Uhamka Press). hlm. 52-53. 7 Lihat. Heidrajrahcman dan Husnan Suad (2000) “Manajemen Personalia”, Yogyakarta, BFEE. hlm. 224 dalam Muhammad Fauzan Baihaqi,2010,Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Seorang Pemimpin akan menggunakan gaya Kepemimpinan sesuai kemampuan dan kepribadiannya. Setiap Pimpinan dalam memberikan perhatian untuk membina, menggerakkan dan mengarahkan semua potensi pegawai di lingkungannya memiliki pola yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan oleh gaya Kepemimpinan yang berbeda-beda pula dari setiap Pemimpin. Kesesuaian antara gaya Kepemimpinan, norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk kesuksesan prestasi tujuan organisasi. Aktivitas organisasi selalu mengarah pada suatu perubahan yang digerakkan oleh kepempinan. Peran kepemimpinan menggerakkan organisasi dengan perilaku atau gaya kepemimpinan untuk tujuan organisasi. Tujuan organisasi hanya dapat dicapai karena peranan perilaku atau gaya kepemimpinan suatu organisasi. Tujuan organisasi pada tahapan pemerintah desa yang ingin dicapai melalui peningkatan mutu pelayanan publik melalui suatu peranan dari kepemimpinan kepala desa8. Kepala desa dalam menjalankan tugas dan wewenangnya,bertanggung jawab secara langsung Kepada Bupati/ Walikota melalui Camat. Dengan demikian kinerja pemerintah kecamatan, juga sangat tergantung seberapa besar kepemimpinan Kepala Desa di wilayah kerjanya9. Widodo, mengatakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil yang di harapkan10. Murphy dan Cleveland, mengatakan bahwa kinerja adalah kualitas perilaku yang berorientasi pada tugsas dan pekerjaan. Dimana, Seseorang yang memiliki prestasi akan tugas atau pekerjaannya dalam organisasi akan menggambarkan bahwa orang tersebut memiliki kualitas kinerja yang tinggi. Sedangkan Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan Pemerintah oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 2.1.1 Peran Kepala Desa Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. hlm. 15-16. 8 Lihat Muhammad, A. dkk. Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pelayanan Publik. Vol.XII.No.2 Th 2013. hlm. 132-133. 9 Lihat. Monica Silambi. Kepemimpinan Kepala Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat.Ilmu Kepemerintahan, 2014, 2(2). 10 Lihat. Widodo, Joko. 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Jakarta: Bayumedai Publishing. hlm. 78 dalam Muhammad Rizki,2014, Hubungan Pendidikan Kepala Desa Dengan Kinerja Kepala Desa. Administrasi Negara, Volume 2,Nomor 4, 2014. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.hlm. 4.
Menurut Gumawan bahwa “peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya hal atau peristiwa11. Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jadi, Kepala Desa sebagai kepala pemerintahan bertanggung jawab atas terselenggaranya pemerintahan Desa karena Kepala Desa yang memegang peran yaitu sebagai wakil Rakyat yang terpilih dan dipilih secara langsung oleh masyarakat Desa. Kepala Desa harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, koordinasi, fungsi, peran dan tanggung jawab. Adapun hal yang menjadi peran Kepala Desa yaitu sebagai berikut12: a) Motivator yaitu Fungsi Pemerintah Desa sebagai pendorong dan pemberi semangat kepada masyarakat setempat, agar ikut melakukan tindakantindakan yang positif sehingga apa yang diharapkan dapat lebih berkembang dan suatu saat dapat menjadi penopang perekonomian yang ada. b) Kepala Desa sebagai Fasilitator yaitu orang yang memberikan bantuan dan menjadi narasumber yang baik untuk berbagai permasalahan serta memfailitasi kegiatan-kegiatan pembangunan desa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam proses pembangunan sehingga program pembangunan desa dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya partisipasi merupakan perwujudan asas kekeluargaan yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu. Istilah lain partisipasi sering menjadi sinonim dari peran serta, keterlibatan dan keikutsertaan yang terwujud dalam sikap gotong royong. Setelah runtuhnya enzim orde baru yang bersifat otoriter, maka sudah saatnya dominasi Negara dipersempit untuk mengatur arah dan cita-cita masyarakat. Masyarakat diberi harapan untuk dapat berperan aktif dalam proses politik serta menentukan nasib ekonominya dan dapat melestarikan budayanya13. Secara umum partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Pengertian seperti itu, nampaknya selaras dengan pengertian yang dikemukakan oleh beberapa kamus bahasa sosiologi14. Partisipasi adalah sebuah konsep sentral dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat, pembangunan yang efektif membutuhkan keterlibatan (partisipasi) awal dan nyata di semua pihak pemangku kepentingan dalam penyusunan rancangan kegiatan yang akan mempengaruhi mereka. Sewaktu 11
Lihat. Ryan Permana. Peran Kepala Desa dalam Pembangunan Desa. Volume 4 nomor 2, thn 2014. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. 12 Lihat. Wayan Mahayana. Peran kepala desa dalam meningkatkan Pembangunan desa. Volume 1, Nomor 1, 2013. hlm. 3. 13 Lihat. Mega Diana. 2007. Pengaruh Kepemimpinan Camat terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Medan. hlm. 18. 14 Lihat. Totok Mardikato dan Poerwoko Soebianto,2013, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik.(Bandung: Alfabeta). hlm. 81-82.
masyarakat yang terlibat merasa bahwa partisipasi mereka penting, mutu, efektifitas dan efisiensi pembangunan akan meningkat15. Bornby, mengartikan partisipasi sebagai tindakan untuk “mengambil tindakan” yaitu kegiatan atau pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud memperoleh manfaat. Sedang di dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri (Theodorson). Keikutsertaan tersebut, dilakukan sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan anggota masyarakat yang lain. Sebagai suatu kegiatan, Verhangen menyatakan bahwa, partisipasi merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab dan manfaat. Tumbuhnya interaksi dan komunikasi tersebut, dilandasi oleh adanya kesadaran yang dimiliki oleh yang bersangkutan mengenai: a Kondisi yang tidak memuaskan dan harus diperbaiki b Kondisi tersebut dapat diperbaiki melalui kegiatan manusia atau masyarakatnya sendiri c Kemampuannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat dilakukan d Adanya kepercayaan diri, bahwa ia dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kegiatan yang bersangkutan. Dalam kegiatan pembangunan, partisipasi merupakan perwujudan dari kesadaran dan kepedulian serta tanggung jawab masyarakat terhadap pentingnya pembangunan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu hidup mereka, artinya melalui partisipasi yang diberikan berarti benar-benar menyadari bahwa kegiatan pembangunan bukanlah sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh (aparat). Akan tetapi, pemerintah menuntut keterlibatan masyarakat yang akan diperbaiki mutu hidupnya16. METODE Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan koesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Dengan demikian penelitian ini di kategorikan sebagai explanatory research. Explanatory research adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel -variabel penelitian melalui pengujian hipotesis17. Sementara itu, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menjelaskan hubungan dan pengaruh beberapa variabel yang sudah ditetapkan, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian menurut tingkat eksplanasi atau tingkat penjelasan, yaitu bagaimana variabel-variabel yang diteliti akan menjelaskan obyek yang di teliti melalui data terkumpul.
15
Lihat.Faisal Nur,dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan Infrastruktur Desa. Perencanaan Wilayah dan Kota, Volume 17, Nomor 1, April 2006. hlm. 2. 16 Lihat. Totok Mardikato dan Poerwoko Soebianto, Ibid hal 81-82 17 Lihat. Masri, singarimbun, dan Sofian Effendi. 2008. Metode penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. hlm.5.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Alasan memilih lokasi ini adalah dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini antara Pemerintah dan masyarakat dapat meberikan konstribus dalam pengisian angket/kuisioner. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan yakni dari bulan Januari sampai bulan April 2015. Operasional penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kepemimpinan Kepala Desa
Partisipasi Masyarakat
X
Y
Keterangan: Variabel X : Kepemimpinan Kepala Desa Variabel Y : Partisipasi Masyarakat Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat Desa Jatimulya. Yang terdiri dari 1125 jiwa18. Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti19. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan secara Cluster (Cluster Sampling) yaitu teknik sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel jika obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,misal penduduk dari suatu Negara. Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Sedangkan untuk menentukan besarnya sampel menggunakan rumus Slovin, sebagai berikut: 𝑛=
N 1 + Ne2
Keterangan : n N e
= ukuran sampel = ukuran populasi = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (1%, 5 %, 10%). 1125 𝑛= 1 + 1125 x (0,1)2 n = 93,75 n = 94 orang
Jadi, yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu 94 orang. Karena di Desa Jatimulya terdiri dari 4 dusun, maka peneliti mengambil sampel setiap dusun 24 orang yang akan dipilih secara acak.
19
Lihat.Arikunto, Suharsimi.2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Edisi Revisi. hlm. 174.
Jenis data yang digunakan dilihat dari sumbernya adalah data primer. Yang dimaksud dengan data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner, yang menjadi obyek penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini teknik kuesioner. Teknik kuesioner yaitu bentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan yang di susun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Kuesioner di bagikan kepada responden untuk di isi dan setelah diisi dikembalikan lagi kepada peneliti, selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana, sehingga diketahui kesesuaian antara hipotesis yang telah di susun dengan hasil yang diperoleh di lapangan. Tekhnik pengumpulan data ini merupakan uji instrumen. Responden dalam penelitian ini yaitu terdiri dari 94 Orang. Agar data hasil penelitian yang diperoleh mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan dan konsistensi yang tinggi, maka instrumen penelitian yang digunakan harus di uji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan valid dan reliable sebab kebenaran data-data yang diolah sangat menentukan kualitas hasil penelitian. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya suatu kuesioner yang digunakan. Kuesioner penelitian dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk melakukan uji validitas dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara masing-masing pertanyaan suatu variabel dengan total skor, serta menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment. rxy
n XY
X Y n X 2 X 2 n Y 2 Y 2
Dimana : Rxy
= koefisien korelasi antara item dengan total
n
= jumlah sampel ( responden)
X
= skor item
Y
= skor total item
Hasil uji validitas akan memperoleh pengakuan yang berbeda-beda menurut masing-masing item. Pernyataan pengakuan valid berdasarkan taraf kepercayaan 95% atau peluang ralat (probabilitas) sebesar 5%. Sehingga apabila koefisien validitas (koefisien korelasi) yang dihasilkan dengan probabilitas lebih kecil dari 5% (p < 0,05), maka item dinyatakan valid. Artinya item tersebut berkualifikasi validitas yang akurat dan meyakinkan. Sebaliknya apabila koefisien validitas (koefisien korelasi) yang dihasilkan dengan probabilitas lebih besar sama dengan dari 5% (p 0,05), maka item instrumen dinyatakan tidak valid dan akan
digugurkan atau diperbaiki dalam model analisis selanjutnya. Artinya item tersebut berkualifikasi validitas yang kurang akurat dan tidak meyakinkan. Uji reliabilitas adalah untuk mengukur sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dalam pengumpulan data atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten walaupun digunakan berulang pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas ini dengan mengunakan teknik Alpha Cronbach (α), dimana suatu instrumen dikatakan handal (reliabel) bila memiliki keandalan atau alpa sebesar 0,6 atau lebih. Teknik ini menggunakan rumus sebagai berikut: k b ) )(1 ( K 1) t2 2
Keterangan:
r11 (
r 11
= reliabilitas instrumen
K
= banyaknya butir pertanyaan = jumlah varians butir = varians total.
Pelaksanaan proses pengujian dilakukan dengan alat bantu komputer yang menggunakan software SPSS 16 dengan model satistik korelasi Product Moment dari Pearson. Adapun kriteria dalam pengujian ini mengikuti pengujian yang dilakukan oleh Santoso, (2002) yang mengatakan bahwa reliabilitas suatu instrumen dapat diterima jika memiliki koefisien alpa cronbach minimal 0,5 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal (reliable), artinya hasil pengukuran relatif konsisten jika dilakukan pengukuran ulang. Sebelum menentukan model analisis terlebih dahulu melakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen yang digunakan. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan valid dan reliabel dalam menjelaskan variabel penelitian. Untuk menganalisis tingkat Partisipasi Masyarakat sebagai variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X) yakni, Kepemimpinan Kepala Desa maka dibentuk model analisis yang menggunakan model regresi linier berganda. Model penelitian ini diestimasi dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square), sebagai berikut: Y 1 i 2 2 3 3
Dimana: Y
: Partisipasi Masyarakat
0
: Kostanta
1,2,3
: Koefisien regresi berganda.
X1
: Kepemimpinan Kepala Desa
: Variabel gangguan (standart error estimation)
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas tersebut secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F dengan 0,05 (α = 5%). Apabila tingkat signifikansi F ≤ 0,05, maka H1 diterima dan apabila tingkat signifikansi F > 0,05, maka H0 ditolak. Nilai F dapat dihitung dengan rumus:
R 2 /( k 1) Fhitung (1 R 2 ) /( n k ) Dimana: R2
= koefisien determinasi
k
= jumlah variabel bebas
n
= jumlah sampel
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka teknik pengujian yang digunakan adalah uji t. Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial atau individu mempengaruhi variabel terikat dalam model regresi. Pengujian dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikansi t setiap variabel bebas dengan 0,05 (α= 5%). Perhitungan t dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
t hitung
2 2
se( 2 )
Dimana: = koefisien regresi = penaksir Ketentuan pengujian hipotesis secara parsial dengan membandingkan tingkat signifikansi t setiap variabel bebas dengan 0,05 (α = 5%). Apabila tingkat signifikansi t ≤ 0,05, maka H1 diterima dan Apabila tingkat signifikansi t > 0,05, maka H0 ditolak.
Angka koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar variabel bebas (X) secara bersama-sama atau serentak mampu menjelaskan sumbangannya pada variabel terikatnya (Y). Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 atau 0 R2 1. Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati 1, berarti semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya, begitu pula sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui korelasi dan besarnya pengaruh secara bersamasama kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dapat dilihat nilai korelasi dan koefisien determinasi (R2). Besarnya pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dapat dilihat nilai korelasi dan koefisien determinasi (R2). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara simultan pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat menunjukkan pengaruh sebesar 0,618 (61,8%). Pengaruh yang diperoleh cukup besar. Sedangkan 100% − 61,8% = 38,2% sebagian besar dipengaruhi oleh variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Jika dilihat dari tingkat kepemimpinan Kepala Desa secara bersama sama dengan partisipasi masyarakat, masuk dalam kategori kuat (erat) dengan besar korelasi 0,786 atau 78,6%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mega Diana, tahun 2007 yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Camat Tehadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Pasaman Barat. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kepemimpinan Camat di Kecamatan Lembah Melintang termasuk kategori sedang yaitu sebesar 64,4%. Dengan kategori sedang diharapkan dapat memberi pengaruh yang baik terhadap partisipasi masyarakat, sedangkan partisipasi masyarakat yaitu sebesar 65,7%, kepemimpinan Camat ternyata cukup berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. Menurut Rauch dan Behling, Kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Jadi, Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintahan bertanggung jawab atas terselenggaranya Pemerintahan Desa karena Kepala Desa yang memegang peran yaitu sebagai Wakil Rakyat yang terpilih dan dipilih secara langsung oleh masyarakat Desa. Kepala Desa harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, koordinasi, fungsi, peran dan tanggung jawab. Mengenai peran Kepala Desa, dalam melaksanakan pembangunan di wilayahnya adalah sebagai perencana pembangunan, pengawas pembangunan, dan pelopor pembangunan. Peran Kepala Desa sangat penting dalam mengadakan pendekatan dan menumbuhkan serta mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat untuk dapat merealisasikan pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Hal ini berarti
bahwa Kepala Desa sebagai pemimpin di Desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab di dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, juga Kepala Desa bertanggung jawab dalam menumbuhkan dan mengembangkan swadaya gotong royong masyarakat (Wayan Mahyana ; 2013). Partisipasi masyarakat merupakan faktor penentu serta sekaligus sebagai indikator keberhasilan pembangunan. Seberapa kerasnya usaha pemerintah membangun, jika tidak melibatkan serta menumbuhkan partisipasi masyarakat serta tidak didukung oleh masyarakat , maka tingkat keberhasilan pembangunan dan keberlanjutan program pembangunan akan berbeda dengan kondisi jika masyarakat berpartisipasi. Pada tingkat Desa, kebijakan Pemerintah harus bisa diaplikasikan dengan baik oleh seorang Kepala Desa yang memimpim masyarakat di Desanya. Sehingga proses pembangunan memerlukan keterlibatan Kepala Desa sebagai opinion leader yang dapat menentukan keberhasilan suatu program pembangunan, karena bagaimanapun pembangunan ini ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi secara umum merupakan peran serta keikutsertaan/keterlibatan secara perseorangan atau berkelompok dalam suatu kegiatan. Conyer, menjelaskan bahwa pendekatan dalam partisipasi masyarakat adalah keterlibatan langsung masyarakat dalam proses pembangunan. Berdasarkan hasil analisis data dan setelah dilakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh baik secara simultan maupun parsial antara (variabel bebas) kepemimpinan Kepala Desa terhadap (variabel terikat) partisipasi masyarakat di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil uji F tampak bahwa tingkat signifikan F adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa kepemimpinan Kepala Desa secara simultan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi masyarakat dengan tingkat signifikan 95 %. Besarnya pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat adalah (R2). Hal ini bahwa partisipasi masyarakat selain dipengaruhi oleh kepemimpinan Kepala Desa 61,8%, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya diluar dari faktor yang diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah 38,2 %, sehingga dapat dikatakan bahwa Kepala Desa dalam menjalankan tugastugasnya diselesaikan dengan baik dan benar. Berdasarkan Hasil pengujian hipotesis (X) menunjukan bahwa Kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh signifikansi t untuk variabel partisipasi masyarakat, dengan tingkat signifikansi t untuk variabel Kepemimpinan Kepala Desa adalah 0,000 yakni lebih kecil dari 0,05. Pada tingkatan paling bawah, peningkatan Kepemimpinan Kepala Desa membutuhkan adanya peran serta pemerintah di dalamnya. Berdasarkan uji determinan (R2) menunjukkan bahwa hubungan kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat sangat kuat. Dengan tingkat hubungan kepemimpinan Kepala Desa dengan partisipasi masyarakat, masuk dalam kategori kuat (erat) dengan besar korelasi 0,786 atau 78,6%.
Jika dilihat dari tingkat pengaruh dan hubungan di atas, dapat dilihat bahwa pengaruh yang diperoleh sangat besar dibandingkan dengan tingkat hubungannya. Partisipasi masyarakat selain dipengaruhi oleh kepemimpinan Kepala Desa 61,8%, juga di pengaruhi oleh faktor lainnya diluar faktor yang diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini adalah 38,2% misalnya kemauan, kemampuan dan kesediaan masyarakat. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menguji pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Partisipasi Masyarakat, studi dilakukan di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Masyarakat yang berpartisipasi yang dijadikan responden dalam penelitian ini secara dominan berusia antara 42-46 tahun berjenis kelamin berjumlah seimbang antara laki-laki dan perempuan, yang tinggal di dusun II dan dusun IV dengan tingkat pendidikan akhir Sekolah Dasar dengan pekerjaan sebagai petani dan bersuku bangsa Jawa serta beragama Islam. 2. Dari keseluruhan pertanyaan yang ada dalam Variabel X dapat disimpulkan bahwa responden setuju apabila Kepala Desa berinteraksi dengan baik, Kepala Desa selalu disiplin dalam melakukan tugas sehari-hari, Kepala Desa cukup berwibawa, Kepala Desa sering bekerjasama dengan anggotanya, Kepala Desa jarang sekali memaksa kehendaknya, masyarakat bisa mengerti arahan yang disampaikan Kepala Desa saat rapat, Kepala Desa cukup tenang dalam menghadapi masalah, Kepala Desa mampu menimbulkan semangat bagi warganya, Kepala Desa sering melakukan kerjasama dengan lembaga lain, Kepala Desa dekat dengan warganya. 3. Dari jawaban responden di atas berkaitan dengan variabel partisipasi masyarakat secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Masyarakat sering menghadiri undangan, masyarakat kadang-kadang mengeluarkan pendapat, pengorbanan masyarakat cukup tinggi, masyarakat selalu membayar pajak, masyarakat sering merawat hasil-hasil pembangunan, pembangunan di Desa sering teras manfaatnya,masyarakat sering turut mengambil keputusan, masyarakat sering berpartisipasi, pembangunan yang dilaksanakan baik dan masyarakat sangat sering mengikuti pemilihan Kepala Desa. 4. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuji dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat adalah signifikan secara statistik. Artinya semakin baik kepemimpinan Kepala Desa terhadap parisipasi masyarakat maka dapat meningkat semangat masyarakat dalam membangun Desa. 5. Terdapat pengaruh signifikan antara pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat di Desa Jatimulya dengan signifikansi 61,8%. 6. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat yaitu sebesar 78,6%.
Berdasarkan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Untuk Kepala Desa diharapkan meningkatkan kinerja sebagai pemimpin agar Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo menjadi Desa yang lebih maju dan menjadi lebih baik. 2. Untuk masyarakat Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo agar selalu berpartisipasi di Desa demi kepentingan bersama. Karena apabila masyarakat lebih sering berpartisipasi di Desa maka semua pekerjaan yang di selenggaraka di Desa bisa cepat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya. Heidrajrahcman dan Husnan Suad (2000) “Manajemen Personalia”, Yogyakarta, BFEE. Kartono, Kartini .2006. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mardikanto, T. dan Soebiato. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Moeljono, Djokosantoso. 2003. Beyond Leadership 12 Konsep Kepemimpinan. Jakarta : PT. Media Komputindo. Santoso, dan Singgih. 2001 dan 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sevilla,Consuelo G. et. al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company.Quezon city. Singarimbun, Masri. Efendi, S. 2006. Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Penerbit MedPress. Yogyakarta. Wirawan. 2003. Kapita Selekta Teori Kepemimpinan. Jakarta: Uhamka Press. Jurnal Dhiassari Praminta Resti, Peran Tokoh Pemimpin Masyarakat dalam Pembangunan. Volume 1, Nomor 2,2010. Faisal Nur, dkk. Partisipasi Masyarakat dalam Proses Pembangunan Infrastruktur Jalan. Perencanaan Wilayah dan Kota, Volume 17, Nomor 1, April 2006. Monica Silambi, Kepemimpinan Kepala Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Ilmu Kepemerintahan, 2014, 2 (2).
Muhamad Rizki, Hubungan Pendidikan Kepala Desa dengan Kinerja Kepala Desa. Administrasi Negara, Volume 2, Nomor 4, 2016. Mukhamad Aras dan Samihah Kalil, Gaya Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pelayanan Publik, Volume XII, Nomor 2, Tahun 2013. Nuring Septyasa Laksana, Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga. Volume 1, Nomor 1, Januari 2013. Richard O. Karauwan, Tinjauan tentang Perilaku Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pelaksanaan Pembangunan Desa. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2013. Ryan Purnama, Peran Kepemimpinan Kepala Desa dalam Pembangunan Kepala Desa. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2014. Supriyadi, Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Perkembangan Desa.Volume 3, Nomor 2, Juni 2011. Wayan Mahayana, Peran Kepala Desa dalam Meningkatkan Pembangunan Desa. Volume 1, Nomor 1, 2013. Hasil Riset Baihaqi M. 2010,Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Kinerja dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro, Semarang. Darwito.2008. Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan,Program Studi Magister manajemen, Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro. Diana, M. 2007. Pengaruh Kepemimpinan Camat terhadap Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan. Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Utara.Medan Didik, Ardianto.2012.Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Kesadaran
Masyarakat Membayar PBB di Desa Kadirejo Kecamatan Palemban. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fak. Keguruan dan ilmu Pendidikan , Univ.Kristen Satya Wacana Salatiga.