Terbentuknya Kampung 4 di Kecamatan Paguat (Kajian Historis 1525-1540) Oleh: Susanti Mohammad, Trisnowaty Tuahunse*, Surya Kobi** Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Susanti Mohammad. NIM 231 409 086: Terbentuknya Kampung Empat Di Kecamatan Paguat Skripsi. Gorontalo. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. 2013. Latar belakang dilaksanakan penelitian ini, yaitu pada umumnya setiap bangsa atau suku memiliki proses sejarah dan corak sifat kebudayaan masing-masing demikian pula dengan keberadaan kampung empat di kecamatan Pagaut. Keberadaan kampung empat tidak lepas dari sejarah panjang keberadaan kerajaan Gorontalo dan Kerajaan Ogomojolo sebuah kerajaan yang ada di wilayah Teluk Tomini. Sebelum membahas sejarah terbentuknya kampung empat perlu diketahui terlebih dahulu pada awal abad ke XV bahwa pada waktu itu suku gorontalo dan Tomini mempunyai aliran kepercayaan yang berbeda, yaitu Gorontalo menganut kepercayaan animisme sedangkan Tomini Menganut Kepercayaan agama islam. Oleh karena itu, dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah sejarah terbentuknya kampung empat di kecamatan paguat (desa Soginti, Sipayo, Siduan dan Bunuyo). (2) Bagaimanakah profil kampung empat di kecamatan Paguat ( desa Soginti, Sipayo, Siduan dan Bunuyo).Ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu: (1) Untuk mendeskripsikan sejarah terbentuknya kampung empat di kecamatan Paguat dalam hal ini desa Sipayo, Soginti, Siduan dan Bunuyo Kabupaten Pohuwato propinsi Gorontalo. (2) Untuk mengetahui profil kampung empat secara umum yang ada di kecamatan Paguat dalam hal ini Desa Soginti, Siduan, Sipayo dan Bunuyo Kabupaten Pohuwato Propinsi Gorontalo. Lokasi penelitian ini di desa Soginti, Sipayo, Siduan, Bunuyo Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato. Penelitian ini didesain dalam bentuk kualitatif. Sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dan selanjutnya diolah berdasarkan analisis data. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sejarah terbentuknya kampung empat (Soginti, Sipayo, Siduan dan Bunuyo), profil desa (Soginti, Sipayo, Siduan dan Bunuyo). Kata kunci : Kampung Empat di Kecamatan Paguat
PENDAHULUAN Era globalisasi merupakan kenyataan yang tidak dapat dielakan oleh manusia, fenomena ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, suasana tersebut menghadapkan manusia pada sikap dan gaya hidup global semakin konpleks, namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kehidupan berbangsa dan bernegara, antara lain mengenal dan memahami peristiwa masa lampau serta belajar dari pengalaman masa lampau. Mengenal masa lampau bukan sekedar tahu, akan tetapi yang paling utama adalah mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa sejarah untuk selanjutnya dijadikan pedoman hidup. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, muncul pandangan dari para ilmuan maupun masyarakat ilmiah yang mengatakan bahwa, sejarah hanya berisi rangkaian peristiwa masa lampau yang tidak ada artinya. Namun tidak demikian hakikat sejarah, sesungguhnya sejarah senantiasa berusaha menggambarkan peristiwa pada masa lampau secara ilmiah, meliputi urutan waktu, dianalisis secara kritis, melalui interpretasi dan historiografi sehinngga mudah dimengerti dan dipahami. Berangkat dari permasalahan di atas banyak peristiwa sejarah di Indonesia yang merupakan lapangan penelitian yang membuka jalan kearah pengetahuan tentang alam pikiran dari orang Indonesia khusunya masyarakat indonesia itu sendiri. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam serta wilayah yang luas, yang meliputi beberapa propinsi, kabupaten, kecamatan dan khususnya di daerah-daerah pedesaan memiliki berbagai macam peristiwa yang sangat menarik menjadi lokasi penelitian sejarah historis.
Wilayah pedesaan merupakan bagian integral dari wilayah negara Republik Indonesia, dimana sebagian besar rakyat bermukim oleh karena itu strategi pembangunan di wilayah pedesaan harus sejalan dengan pembangunan nasional, baik pola, tujuan dan langkah kerjanya, karena pada hakikatnya pembangunan desa adalah pembangunan nasional yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk rakyat Indonesia, sehingga membangun desa berarti membangun sebagian besar rakyat Indonesia. Tepat kiranya bila pemerintah daerah diera otonomisasi ini menjadikan pembangunan desa sebagai pusat pembangunan nasional melalui program sektoral, regional maupun programprogram khusus guna kesejahteraan masyarakatnya. Untuk itu dalam kegiatan pembangunan desa, pemberian peranan kepada masyarakat, pengakuan terhadap haknya untuk turut serta dalam mengambil bagian dalam proses pembangunan sangatlah berarti bagi pencapaian tujuan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa keberadaan masyarakat dalam pembangunan diharapkan bukan saja sebagai objek tetapi sebagai subjek pembangunan, karena pembangunan dimaksudkan untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat. Dengan demikian keberhasilan suatu pembangunan dapat dilihat sampai sejauhmana partisipasi seluruh rakyat serta tekad dan semangat masyarakat yang bersangkutan. Penelitian ini beberapa teori yaitu hakikat sejarah, hakikat desa dan terbentuknya desa, hakikat desa dan pelaksanaan pembangunan desa, hakikat pemerintah, penyelenggaraan pemerintahan ditingkat desa, pengertian masyarakat, unsur-unsur masyarakat, hakikat partisipasi masyarakat., lapisan masyarakat, perkembangan masyarakat dan faktor yang menyebabkan
perubahan pada masyarakat.
Adapun deskripsi teori yang telah disebutkan adalah sebagai
berikut: Dilihat dari asal usul kata, sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang artinya pohon, keturunan, asal usul atau silsilah. Dalam bahasa Inggris (history),
Bahasa Yunani
(historia), Bahasa Jerman (geschicht). Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang memerintah). Desa merupakan organisasi terendah yang berada dibawah kecamatan yang mempunyai aturan hukum sendiri yang tidak bisa dicampuri oleh desa lain. Menurut Daldjoni dan Suyitno (2003:14) desa adalah organisasi/kesatuan masyarakat hukum yang berhak menyelenggarakan rumah tangganya berdasarkan adat istiadat setempat. Kuontowijoyo (dalam Sugeng Priyadi 2012:105) bahwa anggapan itu tidak terbukti, bahkan menulis sejarah desa itu merupakan pekerjaan yang tidak sepele. Sejarah desa bukan sekedar riwayat dhanyang, orang yang merintis membabat hutan. Menurut Greetz (dalam Sugeng Priyadi, 2012:105) kemudian mendirikan rumah dan rumah penduduk lain sehingga secara lambat laun desa pun terbentuk, tetapi lebih dari pada itu sejarah desa harus mencerminkan berbagai aspek kebudayaan yang melatarbelakangi terbentuknya desa. Terbentuknya sebuah desa biasanya dilalui secarah alamiah seperti yang terjadi pada zaman jawa kuna, yang disebut wanua atau thani. Dalam konsep pembangunan, secara umum pembangunan desa harus dilihat secara dinamis yang pada dasarnya merupakan suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Sebagaimana dikemukakan oleh Siagian S.P (1982:2) adalah:
Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintahan, menurut modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building). METODE PENELTIAN Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan membuat suatu rekomendasi sosial selanjutnya menggambarkan secara sistematis, objek peneliti. Bogdan dan Taylor (dalam Lexy Maleong, 1995:4), mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Selanjutnya Lexy Maleong (1995:4), dalam metode deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan anggka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Sumber data primer yaitu peliti memperoleh berbagai macam informasi-informasi tentang apa yang menjadi fokus penelitian, dalam hal ini menyangkut terbentuknya kampung empat di Kecamatan Paguat yang langsung diperoleh dari nara sumber yang mengetahui permasalahan, seperti para pemangku adat, tokoh agama, masyarakat dan tokoh masyarakat. 2. Sumber data sekunder yaitu dokumen berupa gambar yang berhubungan dengan apa yang menjadi bahan penelitian, yang dapat menggambarkan bagaimana proses terjadinya kampung empat di Kecamatan Paguat serta mengambil dokumentasi pada saat peneliti melakukan wawancara dengan narasumber mengenai apa yang diteliti.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kecamatan Paguat merupakan salah satu Kecamatan yang berada diwilayah Kabupaten Pohuwato propinsi Gorontalo. Kecamatan ini mempunyai luas sebesar 549,92 Km2 dengan wilayah administrasi mencakup 8 desa yakni desa Soginti, Sipayo, Siduan, Bunuyo, Pentadu, Libuo, Maleo dan desa Bumbulan. Secara geografi Luas wilayah Kecamatan Paguat secara keseluruhan adalah ± 1.935 Ha, yang berada pada ketinggian 3.5 meter dari permukaan laut. Pada umumnya setiap bangsa atau suku memiliki proses sejarah dan corak sifat kebudayaan masing-masing demikian pula dengan keberadaan kampung empat di kecamatan Pagaut. Keberadaan kampung empat tidak lepas dari sejarah panjang keberadaan kerajaan Gorontalo dan Kerajaan Ogomojolo sebuah kerajaan yang ada di wilayah Teluk Tomini. Sebelum membahas sejarah terbentuknya kampung empat perlu diketahui terlebih dahulu pada awal abad ke XV bahwa pada waktu itu suku gorontalo dan Tomini mempunyai aliran kepercayaan yang berbeda, yaitu suku Gorontalo menganut kepercayaan animisme dengan bertuhan kepada gunung Tilongkabila dan Longgibila (Tuhan Suami / Istri), sedangkan kepercayaan suku Tomini sejak abad ke- XIV yaitu agama islam. Sejarah kampung empat yakni Siduan, Soginti, Sipayo dan Bunuyo dikenal oleh masyarakat yang memiliki sejarah dan perjalanan panjang samapai terbentuknya kampung empat yang dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat Gorontalo. Desa Soginti merupakan desa yang terletak di kecamatan Paguat yang termasuk bagian dari kampung empat yang dikenal oleh masyarakat dalam hal ini yaitu desa Soginti, Sipayo, Siduan dan Bunuyo. Nama desa Soginti diambil dari nama keempat parjurit raja Amay yaitu Soginti yang berlayar ke pulau Tomini yang kemudian terdampar diwilayah Paguat dan menduduki wilayah di daerah tersebut.
Desa Sipayo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Paguat, kata Sipayo ini merupakan nama dari salah satu ke empat pengawal raja Amay yang berlayar kepulau tomini, yang akhirnya berlabu diwilayah Paguat dan tinggal di daerah tersebut hingga membangun sebuah desa yang diberi namanya sendiri yaitu Sipayo. Desa Bunuyo merupakan desa yang terletak di kecamatan Paguat yang sangat erat hubungannya dengan kerajaan Empat yaitu raja Bunuyo, Sipayo, Siduan dan Soginti. Dengan adanya kerajaan ini masing-masing raja memberikan wilayah kekuasaanya dengan nama sendiri. Wilayah desa Bunuyo memiliki luas sebesar + 315 Ha, (31,5 Km²) yang dibagi menjadi tiga dusun yaitu dusun selatan, dusun sentral, dan dusun tengah). SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan penulis di atas tentang terbentuknya kampung Empat di Kecamatan Paguat Kabupaten Pohuwato provinsi Gorontalo, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terbentuknya kampung empat di kecamatan paguat itu tidak lepas dari sejarah peradaban daerah tersebut dan keberadaan kampung empat ini tidak lepas dari sejarah panjang keberadaan kerajaan Gorontalo pada saat itu dan masuk berkembangnya agama islam di Gorontalo. Sebelum membahas sejarah kampung empat terlebih dahulu harus mengenal anutan kedua suku Gorontalo dan Tomini pada awal abad XV. Anutan kepercayaan suku Gorontalo adalah Animisme yang menyembah gunung Tilongkabila dan Longgibila (tuhan suami istri). Sementara anutan kepercayaan tomini sejak abad ke XV yaitu agama islam. Ajaran agama islam ini disebarkan oleh para Mubaliq ternate, yang mana para mubaliq ini sewaktu pulang dari aceh menuju ternate dalam mempelajari akidah islam, kapal mereka terdampar diteluk Tomini hingga menyebarkan agama islam di daerah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas penulis mengemukakan saran sebagai berikut : a. Mengingat betapa pentingnya sejarah lokal ataupun sejarah daerah yang ada khususnya bagi masyarakat Gorontalo. Maka diharapkan bagi pemerintah daerah, tokoh-tokoh masyarakat, dan masyarakat pada umumnya agar dapat mengetahui akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah lokal dan melestarikanya. b. Hendaknya sejarah lokal seperti ini dituliskan dalam bentuk fisik ataupun buku-buku untuk dipelajari dan kumpulkan diperpustakaan daerah. c. Dengan penelitian ini diharapkan akan dilaksanakan penelitian-penelitian serupa dalam skala yang lebih luas lagi, agar dapat diketahui letak kekurangan yang perlu diperbaiki secara bersama-sama. DAFTAR RUJUKAN Daldjoni & Suyitno, 2003. Proses Pembangunan Desa Menyongsong Tahun 2000, Rineka Cipta, Jakarta. Sugeng Priyadi, 2012. Sejarah, Lokal, Konsep, Metode dan Tantangannya. Penerbit Ombak:Yokyakarata. Siagian, S.P, 1982, Administrasi Pembangunan, Konsep, Dimensi dan Strategi, , Gunung Agung, Jakarta. Lexy. J. Moleong, 2005. Metodologi penelitian kualitatif. Bandunng: PT Remaja Rosdakaya.